Você está na página 1de 7

STUDI PENDAHULUAN ETHNOMEDICINE HAEMORRHOID PENGOBAT

TRADISIONAL SUKU TENGGER KECAMATAN TOSARI KABUPATEN PASURUAN


Rini Mayasari1, Erna Sulistyowati, Hardadi Airlangga
Fakultas Kedokteran Islam Malang
e-Mail: rinimayasari@hotmail.com
ABSTRAK
Pendahuluan: Obat tradisional (ethnomedicine) memerlukan studi pendahuluan dalam rangka upaya memenuhi
standarisasi melalui saintifikasi jamu bagi penanganan penyakit, diantaranya haemorrhoid. Haemorrhoid lazim terjadi
pada petani suku Tengger yang sering mengangkat beban berat. Secara empirik masyarakat suku Tengger memiliki
obat tradisional bagi penyakit dengan gejala mirip haemorrhoid, tetapi belum ada studi pendahuluan bagi formula
saintifikasi jamu. Oleh karena itu peneliti ingin melakukan studi pendahuluan ethnomedicine suku Tengger melalui
pengamatan terhadap pengetahuan Battra sebagai dasar diagnosis haemorrhoid serta mengidentifikasi tanaman obat
tradisional untuk gejala haemorrhoid.
Metode: Penelitian ini merupakan penelitian observasional deskriptif menggunakan kuesioner dan data dianalisis
menggunakan analisis deskriptif. Responden merupakan Battra suku Tengger dengan teknik pengambilan sampel
purposive sampling responden Battra Suku Tengger kecamatan Tosari, Pasuruan
Hasil: Dari hasil penelitian pengetahuan Battra tentang haemorrhoid didapatkan seluruh Battra berpengalaman
mengobati haemorrhoid serta sebagian besar mengetahui tentang faktor risiko dan predisposisi haemorrhoid akan
tetapi Battra masih belum mengetahui jika genetik merupakan salah satu faktor predisposisi haemorrhoid. Sebagian
besar battra juga masih berpendapat bahwa haemorrhoid terjadi akibat infeksi saluran pencernaan dan dapat disertai
demam dan mual muntah. Battra suku Tengger menyembuhkan haemorrhoid dengan obat tradisional menggunakan
Kunyit (Curcuma domestica Val.), Manggis (Garcinia mangostana L.), Binahong (Anredera cordifolia Steen), Ciplukan
(Physalis minima, Linn.) dan Jambu Biji (Psidium guajava L).
Kesimpulan: Pengetahuan Battra untuk mendiagnosis haemorrhoid sangat beragam karena ilmu yang didapat
merupakan ilmu turun temurun dan tidak adanya standar baku dalam diagnosis haemorrhoid jaman dahulu. Battra
suku Tengger menggunakan tanaman tunggal dari rimpang kunyit, kulit manggis, daun binahong, daun ciplukan
ataupun daun jambu biji
Kata kunci: Ethnomedicine, Haemorrhoid, suku Tengger, Saintifikasi Jamu

PRELIMINARY STUDI OF HAEMORRHOID ETHNOMEDICINE IN TENGGERESE


TRADITIONAL HEALER TOSARI KABUPATEN PASURUAN
Rini Mayasari1, Erna Sulistyowati2, Hardadi Airlangga2
Fakultas Kedokteran Islam Malang
e-Mail: rinimayasari@hotmail.com
ABSTRAK
Introduction: Traditional medicine (ethnomedicine) requires preliminary study in effort to stadardization through
jamu scientification for the treatment of disease, including haemorrhoid. Haemorrhoid prevalent in Tengger farmers
who frequently lifting heavy object. Empirically, Tenggerese Battra has a traditional medicine for haemorrhoid, but
there has been no preliminary studies for jamu saintification formula. Therefore, researchers want to conduct a
preliminary study ethnomedicine Tengger through observation of Battras knowledge as basic for diagnosis
haemorrhoid and identify traditional medicinal plants for haemorrhoid symptoms.
Methods: This study is descriptive observational study with purposive sampling used questionnaire. Data were
analyzed with descriptive analysis.
Results: From the research of Tenggerese Battras knowledge about haemorrhoid, all of Battra had experienced to
healing people with haemorrhoid and most of them have learned about risk and predispotition factor of haemorrhoid,
but didnt understand that genetic is also predispotition factor of haemorrhoid. Most of Battra consider that
haemorrhoid can caused by infection in gastrointestinal tract and can be accompanied by fever and vomiting.
Tenggerese Battra use the traditional medicine from Turmeric rhizome (Curcuma domestica Val.), mangosteen fruits
skin (Garcinia mangostana L.), Madeira vines leaves (Anredera cordifolia Steen), wild capegooseberrys leaves
(Physalis minima, Linn.) and Guavas leaves (Psidium guajava L). Battra use single plant in each medicine. The
method for processing the plant with boiled, juice, or directly consumed until the illness ends.
Conclusion: Battra knowledge to diagnose haemorrhoid is very diverse because the knowledge gained by heredity and
the absence of the gold standard for haemorrhoid diagnose. Tenggerese Battra use single plant of Turmeric (Curcuma
domestica Val.), mangosteen (Garcinia mangostana L.), Madeira vine (Anredera cordifolia Steen), wild
capegooseberry (Physalis minima, Linn.) and Guava (Psidium guajava L).
Keywords: Ethnomedicine, Haemorrhoid, Tenggerese, jamu scientification

1. PENDAHULUAN
Setiap suku di Indonesia memiliki ramuan obat
(ethnomedicine) yang didapat secara turun menurun.
Ramuan obat tradisional hingga saat ini masih tetap
digunakan secara luas oleh masyarakat Indonesia untuk
menjaga kesehatan.1,2 Berdasarkan hasil Riset
Kesehatan Dasar (Riskesdas) tahun 2010 menunjukkan
bahwa 50% penduduk Indonesia menggunakan obat
tradisional untuk menjaga kesehatan atau mengobati
suatu penyakit.2 Dengan demikian penggunaan obat
tradisional tersebut memerlukan standarisasi dalam
penggunaannya.
Standarisasi tersebut merupakan bagian dari program
Saintifikasi Jamu yang dicanangkan oleh pemerintah
melalui Peraturan Menteri Kesehatan (Permenkes) No.
03/MENKES/PER/2010.3 Saintifikasi ramuan obat
tradisional merupakan upaya memenuhi kaidah ilmiah
praktik kedokteran yang terstandarisasi dengan
memberikan landasan ilmiah (evidence based) obat
tradisional.3 Formula saintifikasi jamu yang saat ini
masih dalam proses penelitian antara lain artritis,
dispepsia dan haemorrhoid. Formula jamu awal dikaji
dari berbagai suku di Indonesia dan salah satunya
adalah suku Tengger.4
Suku Tengger merupakan suku yang mayoritas
penduduknya bermata pencaharian sebagai petani
kentang, wortel dan kubis. Mereka mengangkut hasil
panen menuju jalan raya dengan cara menggendong
melintasi medan pegunungan yang berada di kawasan
Taman Nasional Bromo Tengger Semeru (TN-BTS).5
Kebiasaan
tersebut merupakan faktor risiko
haemorrhoid. Menurut Khan (2014) salah satu faktor
risiko
terjadinya
haemorrhoid
adalah
sering
mengangkat benda berat.6 Dan berdasarkan penelitian
Aziz (2010) masyarakat suku Tengger banyak
menderita haemorrhoid.7
Berdasarkan latar belakang tersebut, peneliti ingin
mengidentifikasi ramuan tradisional suku Tengger pada
pengobatan haemorrhoid sebagai studi pendahuluan
ethnomedicine suku Tengger.
2. METODE PENELITIAN
Jenis penelitian ini adalah penelitian deskriptif
observasional yang dengan teknik pengambilan sampel
total sampling untuk mengidentifikasi ramuan obat
tradisional yang digunakan oleh Battra suku Tengger
untuk mengobati haemorrhoid serta untuk menilai
pengetahuan
Battra
untuk
mendiagnosisnya.8
Responden penelitian ini merupakan semua Battra suku
Tengger yang memenuhi kriteria inklusi dan eksklusi.
Kriteria inklusi Battra antara lain: 1) penduduk asli TNBTS, 2) Usia lebih dari 17 tahun atau sudah menikah, 2)
Telah berpraktik sebagai BATTRA lebih dari 3 tahun,
3) Menggunakan ramuan obat tradisional sebagai terapi
haemorrhoid, 3) Bersedia menjadi responden penelitian
dengan menandatangani surat persetujuan (informed
consent).
Kriteria eksklusi Battra antara lain: 1) Ramuan obat
tradisional tidak hanya terdiri dari tanaman tetapi
kombinasi dari hewan dan atau mineral, 2)
Menggunakan keterampilan dan spiritual sebagai terapi
haemorrhoid.

Data yang diperoleh pada penelitian ini meliputi


jenis-jenis tumbuhan, bagian tumbuhan, keadaan
tanaman, cara pengolahan dan penggunaan obat serta
frekuensi dan lama penggunaan obat. Selain data
tentang ramuan obat didapat pula data tentang
pengetahuan Battra dalam mendiagnosa haemorrhoid.
Pengetahuan
masyarakat
mengenai
pengobatan
tradisional dianalisis secara deskriptif.9
3. HASIL PENELITIAN
Tabel 1 Profil Battra Kecamatan Tosari Kabupaten
Pasuruan
Karakteristik
Jenis Kelamin
laki-laki
Perempuan
Usia
18-30 tahun
31-40 tahun
41-50 tahun
51-60 tahun
> 60 tahun
Pekerjaan Sampingan
PNS/ ABRI/POLRI/Pensiunan
Swasta
Petani
Lain-lain
Pendidikan
Tidak sekolah
Tamat SD/SR
SLTP
SLTA
Diploma/ sederajat
S1/S2/S3
Alasan Menjadi Battra
Melestarikan warisan nenek moyang
Tidak perlu belajar
Bahan mudah didapat
Mendapat kemampuan sebagai pengobat
Turun temurun
Belajar sendiri dari buku
Belajar dari pengobat lain
Memperoleh wahyu
Lama menjadi Battra
3-5 tahun
5-10 tahun
>10 tahun

(%)

5
0

(100)
(0)

0
0
1
2
2

(0)
(0)
(20)
(40)
(40)

0
1
4
0

(0)
(20)
(80)
(0)

0
2
2
1
0
0

(0)
(40)
(40)
(20)
(0)
(0)

4
1
0

(80)
(20)
(0)

4
0
1
0

(80)
(0)
(20)
(0)

2
2
1

(40)
(40)
(20)

Pada Tabel 1 data menjukkan bahwa dari kelima


Battra pada suku Tengger Kecamatan Tosari semuanya
merupakan laki-laki (100%). Usia Battra bervariasi
mulai dari usia 41 tahun. Seluruh battra berusia lebih
dari 40 tahun. Sebagian kecil Battra berusia kurang dari
50 tahun (20%), dan sebagian besar battra berusia lebih
dari 60 tahun (40%).
Selain bermata pencaharian sebagai Battra, Battra
suku Tengger juga memiliki pekerjaan sampingan.
Diantanya sebagai petani (80%) dan sebagai wiraswasta
(20%). Seluruh Battra telah lulus dari sekolah dasar,
akan tetapi ada sebagian (40%) Battra tidak melanjutkan
studi dan sisanya (60%) berpendidikan tamat sekolah
lanjutan tingkat pertama,.
Pekerjaan sebagai Battra dipilih oleh Battra karena
dirasa dengan menjadi Battra mereka dapat melestarikan
warisan dari nenek moyang mereka. Alasan ini dimiliki
oleh hampir seluruh Battra (80%) dan sisanya dengan

alasan menjadi Battra tidak perlu belajar sebanyak


(20%). Sementara kemampuan mengobati yang dimiliki
Battra Suku Tengger didapat secara turun temurun oleh
Kebanyakan Battra (80%), selain secara turun temurun
ilmu yang dimiliki Battra didapat dengan cara belajar
pada pengobat lain (20%). Secara keseluruhan Battra
telah berpengalaman menjadi Battra selama lebih dari 3
tahun. sebagian besar Battra telah berpraktik lebih dari
lima tahun (60%) dan sebagian kecil Battra telah
berpraktik selama lebih dari 10 tahun (20%).
Hasil analisis pengalaman Battra dalam mengobati
haemorrhoid pada Tabel 2 menunjukkan bahwa semua
Battra berpengalaman dalam mengobati haemorrhoid
(100%) sementara pengetahuan Battra dalam
mengetahui faktor risiko maupun faktor predisposisi
haemorrhoid beragam. faktor usia dan kurangnya
konsumsi makanan berserat diketahui oleh seluruh
Battra (100%), sementara untuk faktor kehamilan dan
faktor jenis kelamin terdapat Battra yang masih belum
mengetahui (80%). Sementara faktor predisposisi
haemorrhoid seperti genetik hampir tidak diketahui
keseluruhan Battra (20%). Selain itu, Battra suku
Tengger masih banyak memiliki pengetahuan yang
salah bahwa haemorrhoid disebabkan oleh infeksi
(40%).
Hasil analisis pengetahuan Battra tentang keluhan
utama pasien defekasi berdarah dan nyeri pada anus
diketahui oleh seluruh Battra (100%) akan tetapi
pengetahuan jika pada haemorrhoid tidak didapatkan
gejala demam maupun mual muntah kurang (40%).
Pengetahuan Battra tentang anatomi organ yang
mengalami haemorrhoid juga kurang (40%) karena
sebagian besar Battra menganggap perdarahan pada
haemorrhoid terjadi pada usus maupun lambung.
Pemeriksaan fisik untuk menegakkan diagnosis juga
jarang dilakukan (20%).
Hasil analisis pengetahuan Battra tentang komplikasi
haemorrhoid pada Tabel 2 didapatkan semua Battra
mengetahui bahwa haemorrhoid dapat mengakibatkan
komplikasi seperti anemia (100%).
Hasil analisis obat tradisional dan taksonomi pada
Tabel 3 didapatkan bahwa Battra suku Tengger
menggunakan ramuan obat yang bersifat tunggal dengan
menggunakan satu jenis tanaman, tetapi terdapat banyak
kesamaan jenis tanaman pada ramuan obat sehingga
jenis tanaman yang digunakan hanya lima jenis
Tabel 3 Ramuan obat haemorrhoid Battra suku Tengger

Tanaman obat yang dipakai antara lain Kunyit


(Curcuma domestica Val.), Kulit buah manggis
(Garcinia mangostana L.), Binahong (Anredera
cordifolia Steen), ciplukan (Physalis minima, Linn.) dan
Jambu Biji (Psidium guajava L).
Pada Tabel 3 dapat dilihat penggunaan bagian
tanaman Kunyit (Curcuma domestica Val.)
yang
digunakan sebagai obat tradisional untuk mengobati
haemorrhoid adalah rimpang sebanyak dua ruas jari,
rimpang yang digunakan adalah rimpang segar yang
kemudian diparut dan sarinya diminum. Perasan ini
diminum sehari dua kali sampai sembuh dengan dua
ruas jari rimpang kunyit sebai dosis sekali minum.
Penggunaan kulit buah manggis (Garcinia
mangostana L.) pada Tabel 3 pertama-tama kulit
manggis diiris-iris kecil-kecil kemudian dijemur satu
hari. Setelah kering kemudian kulit manggis direbus
dengan dua gelas air hingga air yang tersisa tinggal satu
gelas. Obat tradisional ini berlaku untuk satu kali
minum dan untuk sehari pasien meminum ramuan ini 2
kali pagi dan malam selama sakit hingga sembuh.
Binahong (Anredera cordifolia Steen) oleh suku
Tengger digunakan sebagai ramuan obat haemorrhoid
yang dapat dilihat pada Tabel 3. Bagian tanaman yang
digunakan adalah duannya. Dosis sekali minum adalah
dengan merebus daun binahong segar sebanyak 20
lembar dengan dua gelas air hingga air yang tersisa
tinggal setengahnya. Ramuan ini kemudian diminum
pagi dan malam hari hingga keluhan hilang.
Ciplukan (Physalis minima, Linn.) oleh suku
Tengger digunakan sebagai ramuan obat haemorrhoid
yang dapat dilihat pada Tabel 3. Bagian yang digunakan
adalah daun dari ciplukan. Dosis satu kali minum daun
ciplukan sebanyak satu genggam kemudian direbus
menggunakan dua gelas air hingga air yang tersisa
tinggal setengahnya. Kemudian diminum pagi dan sore
hari sampai keluhan berakhir.
Jambu biji (Psidium guajava L) .) oleh suku Tengger
digunakan sebagai ramuan obat haemorrhoid yang
dapat dilihat pada Tabel 3. Bagian yang digunakan
adalah daun dari jambu biji. Daun jambu biji yang
masih muda sebanyak 5 (lima) lembar dicuci kemudian
dimakan sehari sekali hingga keluhan berkurang.

Tabel 2 Pengetahuan Battra Tentang haemorrhoid


Item Pengetahuan
Pengalaman mengobati pasien haemorrhoid
Pernah
Tidak Pernah
Tidak Tahu
Pengetahuan bahwa jenis kelamin bukan
merupakan faktor predisposisi mutlak
terjadinya haemorrhoid
Mengetahui
Tidak mengetahui
Abstain
Pengetahuan usia sebagai faktor predisposisi
terjadinya haemorrhoid
Mengetahui
Tidak mengetahui
Abstain
Pengetahuan tentang seringnya mengangkat
beban sebagai faktor risiko terjadinya
haemorrhoid
Mengetahui
Tidak mengetahui
Abstain
Pengetahuan tentang hamil sebagai faktor
predisposisi terjadi haemorrhoid
Mengetahui
Tidak mengetahui
Abstain
Pengetahuan tentang kurangnya konsumsi
makanan berserat sebagai faktor risiko
haemorrhoid
Mengetahui
Tidak mengetahui
Abstain
Pengetahuan tentang genetik sebagai faktor
predisposisi terjadinya haemorrhoid
Mengetahui
Tidak mengetahui
Abstain
Pengetahuan tentang perdarahan saat defekasi
dan nyeri anus sebagai keluhan utama
haemorrhoid
Mengetahui
Tidak mengetahui
Abstain
Pengetahuan bahwa haemorrhoid tidak
disebabkan oleh infeksi bakteri, virus maupun
parasit
Mengetahui
Tidak mengetahui
Abstain
Pengetahuan bahwa demam serta mual muntah
bukan gejala haemorrhoid
Mengetahui
Tidak mengetahui
Abstain
Pengetahuan tentang patologi anatomi
terjadinya haemorrhoid
Mengetahui
Tidak mengetahui
Abstain
Pengetahuan tentang komplikasi haemorrhoid
seperti anemia
Mengetahui
Tidak mengetahui
Abstain
pengalaman melakukan pemeriksaan fisik pada
pasien haemorrhoid
Melakukan
Tidak melakukan

(%)

5
0
0

(100)
(0)
(0)

4
1
0

(80)
(20)
(0)

5
0
0

(100)
(0)
(0)

5
0
0

(100)
(0)
(0)

4
0
1

(80)
(0)
(20)

5
0
0

(100)
(0)
(0)

1
4
0

(20)
(80)
(0)

5
0
0

(100)
(0)
(0)

2
3
0

(40)
(60)
(0)

2
3
0

(40)
(60)
(0)

2
3
0

(40)
(60)
(0)

5
0
0

(100)
(0)
(0)

1
4

(20)
(80)

4. DISKUSI
Pengetahuan Battra. Pada hasil penelitian ini
didapatkan semua Battra berpengalaman dalam
mengobati ambeien/wasir (haemorrhoid) dan hanya
sebagian kecil Battra yang melakukan pemeriksaan
fisik. Akan tetapi pada beberapa item pengetahuan
tentang faktor risiko dan predisposisi terjadinya
haemorrhoid pengetahuan beberapa Battra masih
kurang. Battra masih menganggap bahwa pasien
haemorrhoid pasti wanita dan tidak ada hubungannya
dengan genetik/keturunan sedangkan pada penelitian
Ulima (2012) menyatakan bahwa haemorrhoid dapat
diderita oleh pria tidak hanya pada wanita serta karena
secara keseluhan pasien yang menderita gejala mirip
haemorrhoid yang berobat pada Battra adalah wanita
dan keseluruhan Battra adalah laki-laki, hal ini juga
dapat menyebabkan pasien enggan untuk dilakukan
pemeriksaan fisik, sehingga hampir seluruh Battra tidak
melakukan
pemeriksaan.10
Sementara
untuk
pengetahuan mengenai faktor-faktor seperti usia,
pekerjaan dan gaya hidup, Battra sudah memiliki
pengetahuan yang relatif baik. Battra masih belum dapat
membedakan haemorrhoid dengan penyakit lain pada
saluran pencernaan. Hal ini terjadi karena terdapat
penyakit lain pada saluran pencernaan yang
menyebabkan adanya darah pada feses seperti amubiasis
usus, divertikulitis dan penyakit diare akibat infeksi oleh
Shigella sp, Campylobacter sp, Clostridium difficile dan
Salmonella sp11 sehingga Battra sering menganggap
bahwa defekasi dengan perdarahan merupakan
haemorrhoid selain itu hal ini juga dapat terjadi karena
jarangnya Battra melakukan pemeriksaan fisik.
Obat Tradisional Haemorrhoid
Haemorrhoid
Haemorrhoid merupakan keadaan patologis dimana
terjadi penurunan bantalan anal (anal cushion) yang
tidak normal akibat adanya dilatasi vena. Perubahan
yang terjadi meliputi dilatasi vena, trombosis vaskular,
proses degeneratif pada serat kolagen dan jaringan
fibroelastis serta distorsi dan ruptur otot subepitelial
anal. Selain itu, pada penelitian lain didapatkan adanya
reaksi inflamasi yang berat pada dinding vaskular dan
jaringan pengikat sekitar (anal cushion). 12
Berdasarkan temuan histologis seperti dilatasi vena
yang abnormal dan distorsi pada haemorrhoid,
disregulasi irama vascular dicurigai memainkan peranan
penting dalam perkembangan haemorrhoid. Pada
dasarnya otot halus vascular diatur oleh sistem saraf
otonom,
hormon,
sitokin
dan
endothelium.
Ketidakseimbangan
antara
endothelium-derived
relaxing factors (seperti nitric oxide, prostacyclin dan
endothelium-derived hyperpolarizing factor) dan
endothelium-derived vasoconstricting factors (seperti
reactive oxygen radicals dan endotelin) menyebabkan
berbagai gangguan vascular termasuk pada plexus
hemorrhoidalis. Dengan demikian haemorrhoid dapat
disembuhkan
dengan
tanaman
obat
melalui
penghambatan pada jalur vasokontriksi vascular, anti
inflamasi, antioksidan dan analgesik (menghambat
nosireseptor).
Tanaman obat yang digunakan oleh Battra Suku
Tengger adalah rimpang kunyit, kulit manggis, daun

binahong, daun ciplukan maupun daun jambu biji


dikarenakan tanaman ini mengandung berbagai zat aktif
yang memiliki efek sebagai vasokonstriksi vascular, anti
inflamasi, anti oksidan dan analgesic serta sehingga
mampu menyembuhkan haemorrhoid.12
Kunyit. Kandungan yang terdapat dalam rimpang
kunyit antara lain 5% phenolic curcuminoids
(Diarylheptanoids), yang memberikan warna kuning
pada kunyit. Curcuminoids yang paling signifikan
adalah curcumin (diferuloylmethane). Kunyit juga
mengandung minyak atsiri sampai 5%, termasuk
seskuiterpen (seperti Zingerberene), seskuiterpen
alkohol dan keton serta monoterpen.13
Pada penelitian sebelumnya oleh Chen et al (2007)
diketahui kurkumin pada kunyit memiliki efek sebagai
vasokonstriktor vascular, anti inflamasi, antioksidan,
Hal ini didukung oleh penelitian bahwa curcumin dapat
menyebabkan terjadinya vasokonstriksi vaskuler, yakni
pada plexus hemorrhoidalis dengan merangsang
endothelium-derived vasoconstricting factors dan
menghambat endothelium-derived relaxing factors. .
Pada penelitian Chang (2001) dan Sahl et al (2003)
didapatkan bahwa kunyit dapat menghambat NFKappa-B sehingga mengurangi inflamasi dan nekrosis
sel. Selain melalui jalur penghambatan NF-Kappa-B
curcumin juga memiliki efek anti inflamasi pada plexus
hemorrhoidalis dan jaringan sekitarnya melalui jalur
Asam arakhidonat.14,15 Penelitian ini sejalan dengan
patofisiologi terjadinya haemorrhoid akibat peradangan
pada anyaman vena Plexus haemorrhoidalis sehingga
menyebabkan edema dan menimbulkan rangsangan
nyeri.16 Selain itu, pada penelitian Iqbal et al (2003)
menyatakan bahwa kunyit tidak hanya menjadi
scavenger radikal bebas namun juga meningkatkan
akivitas antioxidan endogen seperti glutation
peroksidase, katalase dan kina reduktase17, 18 sehingga
dapat mengurangi rusaknya jaringan bantalan anal (anal
cushion).
Kulit Manggis. Beberapa senyawa utama kandungan
kulit buah manggis yang dilaporkan bertanggungjawab
atas beberapa aktivitas farmakologi adalah golongan
xanton. Senyawa xanton yang telah teridentifikasi,
diantaranya adalah 1,3,6-trihidroksi-7-metoksi-2,8bis(3- metil-2-butenil)- 9H-xanten-9-on dan 1,3,6,7tetrahidroksi-2,8-bis(3-metil-2-butenil)- 9H- xanten-9on. Keduanya lebih dikenal dengan nama alfa
mangostin dan gamma-mangostin.19
Pada penelitian Chen et al (2008) dinyatakan bahwa
kulit manggis memeliki efek anti inflamasi, selain itu
pada penelitian Wijaya (2010) menyatakan kulit
manggis memiliki efek anti oksidan. Sehingga kulit
manggis
dapat
digunakan
untuk
mengobati
haemorrhoid.20,21 Hal ini juga didukung oleh penelitian
lain yang menyebutkan alfa dan gamma mangostin
dapat
menghambat
proses
inflamasi
dengan
menghambat konversi asam arakhidonat, mereduksi
aktifasi NF-Kappa-B, sitotoksisitas dan Nitric oxide.
Selain itu, gamma mangostin memiliki efek antioksidant
dengan mekanisme radical scavengening activity.22

Daun Binahong. Umumnya tanaman binahong


mengandung beberapa bahan aktif seperti: alkaloid,
polifenol, dan saponin. Daun tanaman binahong juga
mengandung saponin, triterpenoid, flavonoid dan
minyak atsiri.23 Selain itu, juga dijelaskan bahwa di
dalam daun binahong terdapat aktifitas antioksidan,
asam askorbat dan total fenol yang cukup tinggi.24
Flavonoid dalam menghambat terjadinya inflamasi
melalui 2 cara; 1) menghambat pelepasan asam
arakidonat dan sekresi enzim lisosom dari sel netrofil
dan dan sel endoteil, 2) menghambat fase proliferasi dan
fase eksudasi dari proses inflamasi.25 Binahong juga
mengandung asam askorbat dapat meningkatkan daya
tahan tubuh terhadap infeksi, berfungsi dalam
pemeliharaan
membran
mukosa,
mempercepat
penyembuhan dan sebagai antioksidan, asam askorbat
penting untuk mengaktifkan enzim prolil hidroksilase
yang menunjang tahap hidroksilasi dalam pembentukan
kolagen. Dengan adanya asam askorbat ini, maka akan
terbentuk serat kolagen yang lebih kokoh serta
mempercepat penyembuhan luka.26, 27
Ciplukan (Physalis minima, Linn.) Kandungan kimia
yang terdapat pada ciplukan pada penelitian Sutjiatmo,
dkk (2011) antara lain Alkaloid, Flavonoid, Saponin,
Polifenol, Steroid, Triterpenoid, Monoterpenoid dan
Seskuiterpenoid dan kandungan ini memberikan khasiat
sebagai analgesik, anti inflamasi dan juga anti oksidan.28
Seperti halnya binahong, ciplukan memiliki
kandungan flavonoid sebagai anti inflamasi dengan cara
dua mekanisme yakni menghambat pelepasan asam
arakidonat dan sekresi enzim lisosom dari sel netrofil
dan sel endoteil dan juga menghambat fase proliferasi
dan fase eksudasi dari proses inflamasi.25
Pada penilitian lain diperoleh hasil bahwa ciplukan
memberikan efek sebagai analgesik akan tetapi
mekanisme efek tersebut belum diteliti secara lebih
lanjut.28 Selain efek analgesk, ciplukan juga memiliki
kandungan anti oksidan yang tinggi dengan mekanisme
radical scavenging activity.28
Daun Jambu biji (Psidium guajava L)
Kandungan
yang terdapat pada daun jambu biji antara lain tanin,
triterpen, flavonoid (quersetin), pentasiklik triterpenoid
(guajanoic acid), saponin, carotenoids, lectins,
leucocyanidin, ellagic acid, amritoside, beta-sitosterol,
uvaol, oleanolic acid and ursolic acid yang dikenal
memiliki efek anti inflamasi, analgesik dan juga anti
oksidan yang tinggi.30,31 Kandungan flavonoid terutama
quesetin pada daun jambu biji memiliki efek analgesik
dan juga antioksidan. Sebagai analgesik quersetin
bekerja sebagai antagonis kalsium dengan mengurangi
masuknya kalsium dalam saraf sehingga dapat
mengurangi transmisi nyeri oleh reseptor.
Pada penelitian El-Ahmadi et al (2013) daun jambu
biji memiliki efek sebagai antioksidan dengan aktivitas
scavenger redikal bebas.efek anti inflamasi pada daun
jambu biji dengan cara menghambat lipooksigenase.31
Haemorrhoid dan obatnya telah ada sejak jaman
dahulu sebelum adanya ilmu pengetahuan yang terang
seperti saat ini. Hal ini telah dijelaskan oleh Nabi
Muhammda SAW Sesungguhnya Allah tidak
menurunkan penyakit kecuali Dia juga menurunkan

obatnya. Dia memberikan (pengetahuan) kepada siapa


yang mengetahui dan meniadakan pengetahuan itu dari
yang tidak tahu. HR. Turmudzi. 31
5. KESIMPULAN
Battra suku Tengger Kecamatan Tosari Kabupaten
Pasuruan memiliki serangkaian tanaman yang
digunakan untuk mengobati haemorrhoid. Tanamantanaman tersebut antara lain rimpang kunyit (Curcuma
domestica Val.), kulit buah manggis (Garcinia
mangostana L.), daun binahong (Anredera cordifolia
Steen), daun ciplukan (Physalis minima, Linn.) dan
Jambu Biji (Psidium guajava L) dengan metode
penggunaan tanaman tunggal atau tidak dicampur. Hal
ini telah sesuai karena pada penelitian yang telah
dilakukan pada tanaman-tanaman tersebut didapatkan
kandungan yang memiliki efek untuk menyembuhkan
haemorrhoid seperti anti inflamasi, antioksidan,
analgesik serta anti trombus.
Pengetahuan
Battra
untuk
mendiagnosis
haemorrhoid sangat beragam karena ilmu yang didapat
merupakan ilmu turun temurun dan tidak adanya standar
baku dalam diagnosis haemorrhoid jaman dahulu.
6. SARAN
Berdasarkan hasil penelitian maka maka peneliti
menyarankan kerjasama dari dinas kesehatan ataupun
pihak yang berwenang untuk pemberian edukasi tentang
haemorrhoid, karena pada haemorrhoid stadium lanjut
diperlukan terapi bedah, dibutuhkan penelitian lanjutan
untuk mengetahui kandungan tanaman yang digunakan
sebagai ramuan obat haemorrhoid serta dibutuhkan
penelitian lanjutan untuk mengetahui khasiat dari
ramuan obat tradisional suku Tengger sebagai obat
haemorrhoid.
7. REFERENSI
1. Sukandar E. Y. Tren dan Paradigma Dunia Farmasi,
Industri-Klinik-Teknologi Kesehatan, disampaikan
dalam orasi ilmiah Dies Natalis ITB; 2004 [ cited:
25
April
2014].
Available
from:
http://itb.ac.id/focus/
focus_file/orasi-ilmiah-dies45.pdf.
2. Kementerian Kesehatan. Laporan Hasil Riset
Kesehatan Dasar, RISKESDAS Indonesia Tahun
2010. Depkes; Jakarta: 2010.
3. Badan Penelitian dan Pengembangan Penelitian
Kesehatan. Riset Saintifikasi Jamu. [cited 03 June
2014].
Available
from
http://www.litbang.depkes.go.id/riset-jamu
4. Kemenkes RI. Modul Pelatihan Dokter Saintifikasi
Jamu Angkatan VIII. B2P2TOOT: Solo; 2013.
5. Aziz, NM. Laporan Akhir Tim Pemantauan dan
Inventaris Perkembangan Hukum Adat Badan
Pembinaan Hukum Nasional. Kementrian Hukum
dan Hak Asasi Manusia; Jakarta: 2011.
6. Khan, RM., Ansari., A.H., Itrat, M., And Zulkifle,
M., A Comprehensive Review of Haemorrhoids
with Unani (Greeco-Arabic) and Modern
Description. International Journal of Basic Medicine
and Clinical Research, Vol 1, Issue 3, 2014

7. Aziz, YS. Etnofarmasi Suku Tengger Kecamatan


Poncokusumo Kabupaten Malang (Skripsi). Jember:
Universitas Negeri Jember; 2010.
8. Sastroasmoro, I. Dasar-dasar Metodologi Penelitian
Klinis. Jakarta: Sagung Seto; 2011
9. Widowati, L dan Murniwati. Kajian Upaya
Pengembangan Ramuan Battra Di Kabupaten Kutai
Kartanegara. Jurnal Kefarmasian Indonesia Vol
1.2.2009:93-1004
10. Ulima, B. Faktor Risiko Kejadian Hemorrhoid Pada
Usia 21-30 tahun (karya tulis Ilmiah). Fakultas
Kedokteran UNDIP: Semarang; 2012.
11. Harrison. Perubahan Fungsi Gastrointestina dalam
Prinsip-Prinsip Ilmu Penyakit Dalam, Edisi 13,
Volume 1. EGC: Jakarta; 1999. Hal 259-263
12. Evans W. Trease and Evans: pharmacognosy, 15th
edn, Edinburgh: WS Saunders, 2002.
13. Chang DM. Curcumin: a heat shock response
inducer and potential cytoprotector. Crit Care Med
29.11 (2001): 22312.
14. Salh B, Assi K, Templeman V. Curcumin

attenuates DNB-induced murine colitis. Am


J Physiol Gastrointest Liver Physiol.
2003;285:G235G243.
15. Sjamsuhidajat, WdJ. Hemorrhoid, Dalam: Buku
Ajar Ilmu Bedah, Edisi 2. Jakarta: Penerbit Buku
Kedokteran EGC; 2004. Hal 672-675
16. Chen HW, Kuo HT, Chai CY et al. Pretreatment of
curcumin attenuates coagulopathy and renal injury
in LPS-induced endotoxemia. J Endotoxin Res 13.1
(2007): 1523.
17. Iqbal, M., Sharma SD., Okazaki Y., Fujisawa M.,
and Okada S. Dietary supplementation of curcumin
enhances antioxidant and phase II metabolizing
enzymes in ddY male mice: possible role in
protection against chemical carcinogenesis and
toxicity. Pharmacol Toxicol. 2003 Jan;92(1):33-8
18. Nugroho, AE. Manggis (Garcinia mangostana L.) :
Dari Kulit Buah Yang Terbuang Hingga Menjadi
Kandidat Suatu Obat. Yogyakarta: UGM; 2006
19. Chen, LG., Yang LL, Wang CC. Anti-inflammatory
activity of mangostins from Garcinia mangostana.
Food Chem Toxicol. 2008 Feb;46(2):688-93. Epub
2007 Sep 26.
20. Wijaya, LA. Kandungan Antioksidan Ekstrak
Tepung Kulit Buah Manggis (Garcinia mangostana
L.) Pada Berbagai Pelarut, Suhu, dan Waktu
Ekstraksi. IPB: Bogor; 2010.
21. Yuswantina, R. 2009. Uji Aktivitas Penangkap
Radikal dari Ekstrak Petroleum Eter, Etil Asetat, dan
Etanol Rizhoma Binahong (Anredera cordifolia
(Tenore) Steen) dengan Metode DPPH (2,2-difenil1-pikrihidrazil). Surakarta: Fakultas Farmasi
Universitas Muhammadiyah Surakarta.
22. Pedraza-Chaverri, Jos, Noem Crdenas-Rodrguez,
Marisol Orozco-Ibarra, Jazmin M. Prez-Rojas.
Medicinal properties of mangosteen (Garcinia
mangostana). Food and Chemical Toxicology 46
(2008) 32273239
23. Uchida, S. Production of a digital map of the
hazardous conditions of soil erosion for the sloping
lands of West Java, Indonesia using geographic

24.

25.

26.

27.

28.

29.

30.

31.

32.

information systems (GIS). JIRCAS. Indonesia.


2003. Diakses Tanggal 31 Mei 2014.
Sabir, A. Identifikasi golongan flavonoid dalam
propolis Trigona sp dari kabupaten Bulukuma
Sulawesi Selatan yang digunakan pada perawatan
kaping pulpa langsung. Majalah Kedokteran Gigi
Dental Journal Edisi khusus temu ilmiah nasional III
6-9 Agustus 2003. Universitas Airlangga: Surabaya;
2003. P. 59-60.
Puryanto, K.. Uji Aktivitas Gel Ekstrak Etanol Daun
Binahong (Anredera cordifolia (Tenore) Steen.)
sebagai Penyembuh Luka Bakar Pada Kulit
Punggung Kelinci. Fakultas Farmasi Universitas
Muhammadiyah Surakarta: Surakarta; 2009.
Guyton, A.C; Hall JE.. Pembentukan Urin Oleh
Ginjal: Filtrasi Glomerulus, Aliran Darah Ginjal dan
Pengaturannya. Buku Ajar Fisiologi Kedokteran.
Edisi IX. EGC, Jakarta. 1996. hal: 397-415
Sutjiatmo, AB., Elin YS., Yulia R., Suswini K., Asri
W., dan Suci N. Efek Antidiabetes Herba Ciplukan
(Physalis Angulata Linn.) Pada Mencit Diabetes
Dengan Induksi Aloksan. Jurnal Farmasi Indonesia
Vol. 5 No. 4 Juli 2011: 166 -171
Singh, S and Poonam P. Evaluation of Antioxidant
Activity of Physalis Minima. Chem Sci Trans., 2014,
3(3), pp 1179-1185
El-Ahmadi, S H., Mohamed LA and Michael W.
Chemical composition and anti-inflammatory
activity of the essential oils of Psidium guajava
fruits and leaves. The Journal of Essential Oil
Research, 2013
Victor, BO., Timothy J and Soladoye A. Analgesics
and Antipyretic Activities of Ethanolic Extract of
Psidium guajava in Rats. Salasar/Vol.-13/ art027/Proof-3/Date: September 2005
Lohsiriwat,
V. Hemorrhoids: From basic
pathophysiology to clinical management. World J
Gastroenterol 2012 May 7; 18(17): 2009-2017
Jamal E. Buku Induk Mukzizat Kesehatan Ibadah.
Jakarta: Zaman; 2011 hal: 33

Você também pode gostar

  • Daftar Isi Jurnal
    Daftar Isi Jurnal
    Documento2 páginas
    Daftar Isi Jurnal
    Dana Wandrianbaraseta
    Ainda não há avaliações
  • Soal Ujian Blok 6 Immunology
    Soal Ujian Blok 6 Immunology
    Documento8 páginas
    Soal Ujian Blok 6 Immunology
    Ivan Ho
    Ainda não há avaliações
  • BAB II Buat Dafrat Pustaka
    BAB II Buat Dafrat Pustaka
    Documento24 páginas
    BAB II Buat Dafrat Pustaka
    Rini Mayasari
    Ainda não há avaliações
  • DAFTAR PUSTAKA Baru
    DAFTAR PUSTAKA Baru
    Documento1 página
    DAFTAR PUSTAKA Baru
    Rini Mayasari
    Ainda não há avaliações
  • Evaluasi Kualitas Hidup
    Evaluasi Kualitas Hidup
    Documento8 páginas
    Evaluasi Kualitas Hidup
    Ummy K. Syurmansyah
    Ainda não há avaliações
  • Document 1
    Document 1
    Documento1 página
    Document 1
    Rini Mayasari
    Ainda não há avaliações
  • BAB IV Lapsus
    BAB IV Lapsus
    Documento2 páginas
    BAB IV Lapsus
    Rini Mayasari
    Ainda não há avaliações
  • Cover
    Cover
    Documento1 página
    Cover
    Rini Mayasari
    Ainda não há avaliações
  • Cover
    Cover
    Documento1 página
    Cover
    Rini Mayasari
    Ainda não há avaliações
  • Bahaya Potensial
    Bahaya Potensial
    Documento19 páginas
    Bahaya Potensial
    Rini Mayasari
    Ainda não há avaliações
  • DAFTAR PUSTAKA TERKINI
    DAFTAR PUSTAKA TERKINI
    Documento4 páginas
    DAFTAR PUSTAKA TERKINI
    Rini Mayasari
    Ainda não há avaliações
  • DM
    DM
    Documento7 páginas
    DM
    Rini Mayasari
    Ainda não há avaliações
  • Laporan Kasus
    Laporan Kasus
    Documento1 página
    Laporan Kasus
    Rini Mayasari
    Ainda não há avaliações
  • Syarat Yudisium
    Syarat Yudisium
    Documento8 páginas
    Syarat Yudisium
    Rini Mayasari
    Ainda não há avaliações
  • Kutu Busuk
    Kutu Busuk
    Documento1 página
    Kutu Busuk
    Rini Mayasari
    Ainda não há avaliações
  • Anatomi Retina
    Anatomi Retina
    Documento11 páginas
    Anatomi Retina
    Rini Mayasari
    Ainda não há avaliações
  • Tanaman Obat
    Tanaman Obat
    Documento1 página
    Tanaman Obat
    Rini Mayasari
    Ainda não há avaliações
  • ANATOMIPARU
    ANATOMIPARU
    Documento5 páginas
    ANATOMIPARU
    Rini Mayasari
    Ainda não há avaliações
  • Status Pasien Diabetes - Suku Tengger - Obat Tradisional
    Status Pasien Diabetes - Suku Tengger - Obat Tradisional
    Documento1 página
    Status Pasien Diabetes - Suku Tengger - Obat Tradisional
    Rini Mayasari
    Ainda não há avaliações
  • Upacara Kasada
    Upacara Kasada
    Documento1 página
    Upacara Kasada
    Rini Mayasari
    Ainda não há avaliações
  • Bab 4 Ga Kepake
    Bab 4 Ga Kepake
    Documento2 páginas
    Bab 4 Ga Kepake
    Rini Mayasari
    Ainda não há avaliações
  • Hiperuresemia 1
    Hiperuresemia 1
    Documento1 página
    Hiperuresemia 1
    Rini Mayasari
    Ainda não há avaliações
  • Upacara Kasada
    Upacara Kasada
    Documento1 página
    Upacara Kasada
    Rini Mayasari
    Ainda não há avaliações
  • Hasil Riskesdas 2013
    Hasil Riskesdas 2013
    Documento306 páginas
    Hasil Riskesdas 2013
    NdHy_Windhy_3403
    91% (11)
  • Ayu Sutarto - Sekilas Tentang Masyarakat Tengger
    Ayu Sutarto - Sekilas Tentang Masyarakat Tengger
    Documento15 páginas
    Ayu Sutarto - Sekilas Tentang Masyarakat Tengger
    krispriatmoko
    Ainda não há avaliações
  • 36 42 1 PB
    36 42 1 PB
    Documento4 páginas
    36 42 1 PB
    Rini Mayasari
    Ainda não há avaliações
  • EBM-TERAPI
    EBM-TERAPI
    Documento18 páginas
    EBM-TERAPI
    Rini Mayasari
    0% (1)
  • Asidosis Respiratorik
    Asidosis Respiratorik
    Documento3 páginas
    Asidosis Respiratorik
    Rini Mayasari
    Ainda não há avaliações
  • WR 326106
    WR 326106
    Documento2 páginas
    WR 326106
    Rini Mayasari
    Ainda não há avaliações