Escolar Documentos
Profissional Documentos
Cultura Documentos
1. PENDAHULUAN
Setiap suku di Indonesia memiliki ramuan obat
(ethnomedicine) yang didapat secara turun menurun.
Ramuan obat tradisional hingga saat ini masih tetap
digunakan secara luas oleh masyarakat Indonesia untuk
menjaga kesehatan.1,2 Berdasarkan hasil Riset
Kesehatan Dasar (Riskesdas) tahun 2010 menunjukkan
bahwa 50% penduduk Indonesia menggunakan obat
tradisional untuk menjaga kesehatan atau mengobati
suatu penyakit.2 Dengan demikian penggunaan obat
tradisional tersebut memerlukan standarisasi dalam
penggunaannya.
Standarisasi tersebut merupakan bagian dari program
Saintifikasi Jamu yang dicanangkan oleh pemerintah
melalui Peraturan Menteri Kesehatan (Permenkes) No.
03/MENKES/PER/2010.3 Saintifikasi ramuan obat
tradisional merupakan upaya memenuhi kaidah ilmiah
praktik kedokteran yang terstandarisasi dengan
memberikan landasan ilmiah (evidence based) obat
tradisional.3 Formula saintifikasi jamu yang saat ini
masih dalam proses penelitian antara lain artritis,
dispepsia dan haemorrhoid. Formula jamu awal dikaji
dari berbagai suku di Indonesia dan salah satunya
adalah suku Tengger.4
Suku Tengger merupakan suku yang mayoritas
penduduknya bermata pencaharian sebagai petani
kentang, wortel dan kubis. Mereka mengangkut hasil
panen menuju jalan raya dengan cara menggendong
melintasi medan pegunungan yang berada di kawasan
Taman Nasional Bromo Tengger Semeru (TN-BTS).5
Kebiasaan
tersebut merupakan faktor risiko
haemorrhoid. Menurut Khan (2014) salah satu faktor
risiko
terjadinya
haemorrhoid
adalah
sering
mengangkat benda berat.6 Dan berdasarkan penelitian
Aziz (2010) masyarakat suku Tengger banyak
menderita haemorrhoid.7
Berdasarkan latar belakang tersebut, peneliti ingin
mengidentifikasi ramuan tradisional suku Tengger pada
pengobatan haemorrhoid sebagai studi pendahuluan
ethnomedicine suku Tengger.
2. METODE PENELITIAN
Jenis penelitian ini adalah penelitian deskriptif
observasional yang dengan teknik pengambilan sampel
total sampling untuk mengidentifikasi ramuan obat
tradisional yang digunakan oleh Battra suku Tengger
untuk mengobati haemorrhoid serta untuk menilai
pengetahuan
Battra
untuk
mendiagnosisnya.8
Responden penelitian ini merupakan semua Battra suku
Tengger yang memenuhi kriteria inklusi dan eksklusi.
Kriteria inklusi Battra antara lain: 1) penduduk asli TNBTS, 2) Usia lebih dari 17 tahun atau sudah menikah, 2)
Telah berpraktik sebagai BATTRA lebih dari 3 tahun,
3) Menggunakan ramuan obat tradisional sebagai terapi
haemorrhoid, 3) Bersedia menjadi responden penelitian
dengan menandatangani surat persetujuan (informed
consent).
Kriteria eksklusi Battra antara lain: 1) Ramuan obat
tradisional tidak hanya terdiri dari tanaman tetapi
kombinasi dari hewan dan atau mineral, 2)
Menggunakan keterampilan dan spiritual sebagai terapi
haemorrhoid.
(%)
5
0
(100)
(0)
0
0
1
2
2
(0)
(0)
(20)
(40)
(40)
0
1
4
0
(0)
(20)
(80)
(0)
0
2
2
1
0
0
(0)
(40)
(40)
(20)
(0)
(0)
4
1
0
(80)
(20)
(0)
4
0
1
0
(80)
(0)
(20)
(0)
2
2
1
(40)
(40)
(20)
(%)
5
0
0
(100)
(0)
(0)
4
1
0
(80)
(20)
(0)
5
0
0
(100)
(0)
(0)
5
0
0
(100)
(0)
(0)
4
0
1
(80)
(0)
(20)
5
0
0
(100)
(0)
(0)
1
4
0
(20)
(80)
(0)
5
0
0
(100)
(0)
(0)
2
3
0
(40)
(60)
(0)
2
3
0
(40)
(60)
(0)
2
3
0
(40)
(60)
(0)
5
0
0
(100)
(0)
(0)
1
4
(20)
(80)
4. DISKUSI
Pengetahuan Battra. Pada hasil penelitian ini
didapatkan semua Battra berpengalaman dalam
mengobati ambeien/wasir (haemorrhoid) dan hanya
sebagian kecil Battra yang melakukan pemeriksaan
fisik. Akan tetapi pada beberapa item pengetahuan
tentang faktor risiko dan predisposisi terjadinya
haemorrhoid pengetahuan beberapa Battra masih
kurang. Battra masih menganggap bahwa pasien
haemorrhoid pasti wanita dan tidak ada hubungannya
dengan genetik/keturunan sedangkan pada penelitian
Ulima (2012) menyatakan bahwa haemorrhoid dapat
diderita oleh pria tidak hanya pada wanita serta karena
secara keseluhan pasien yang menderita gejala mirip
haemorrhoid yang berobat pada Battra adalah wanita
dan keseluruhan Battra adalah laki-laki, hal ini juga
dapat menyebabkan pasien enggan untuk dilakukan
pemeriksaan fisik, sehingga hampir seluruh Battra tidak
melakukan
pemeriksaan.10
Sementara
untuk
pengetahuan mengenai faktor-faktor seperti usia,
pekerjaan dan gaya hidup, Battra sudah memiliki
pengetahuan yang relatif baik. Battra masih belum dapat
membedakan haemorrhoid dengan penyakit lain pada
saluran pencernaan. Hal ini terjadi karena terdapat
penyakit lain pada saluran pencernaan yang
menyebabkan adanya darah pada feses seperti amubiasis
usus, divertikulitis dan penyakit diare akibat infeksi oleh
Shigella sp, Campylobacter sp, Clostridium difficile dan
Salmonella sp11 sehingga Battra sering menganggap
bahwa defekasi dengan perdarahan merupakan
haemorrhoid selain itu hal ini juga dapat terjadi karena
jarangnya Battra melakukan pemeriksaan fisik.
Obat Tradisional Haemorrhoid
Haemorrhoid
Haemorrhoid merupakan keadaan patologis dimana
terjadi penurunan bantalan anal (anal cushion) yang
tidak normal akibat adanya dilatasi vena. Perubahan
yang terjadi meliputi dilatasi vena, trombosis vaskular,
proses degeneratif pada serat kolagen dan jaringan
fibroelastis serta distorsi dan ruptur otot subepitelial
anal. Selain itu, pada penelitian lain didapatkan adanya
reaksi inflamasi yang berat pada dinding vaskular dan
jaringan pengikat sekitar (anal cushion). 12
Berdasarkan temuan histologis seperti dilatasi vena
yang abnormal dan distorsi pada haemorrhoid,
disregulasi irama vascular dicurigai memainkan peranan
penting dalam perkembangan haemorrhoid. Pada
dasarnya otot halus vascular diatur oleh sistem saraf
otonom,
hormon,
sitokin
dan
endothelium.
Ketidakseimbangan
antara
endothelium-derived
relaxing factors (seperti nitric oxide, prostacyclin dan
endothelium-derived hyperpolarizing factor) dan
endothelium-derived vasoconstricting factors (seperti
reactive oxygen radicals dan endotelin) menyebabkan
berbagai gangguan vascular termasuk pada plexus
hemorrhoidalis. Dengan demikian haemorrhoid dapat
disembuhkan
dengan
tanaman
obat
melalui
penghambatan pada jalur vasokontriksi vascular, anti
inflamasi, antioksidan dan analgesik (menghambat
nosireseptor).
Tanaman obat yang digunakan oleh Battra Suku
Tengger adalah rimpang kunyit, kulit manggis, daun
24.
25.
26.
27.
28.
29.
30.
31.
32.