Você está na página 1de 12

LAPORAN PRAKTIKUM

AGROKLIMATOLOGI

ACARA V
PENGAMATAN PENGUAPAN AIR HARIAN PADA LAHAN SAWAH,
TEGALAN, KEBUN CAMPUR, DAN KEBUN RUMPUT GAJAH

Oleh :
Nama

: Hana Suqyarahmatin R

NIM

: A1L113070

Lahan

: Tegalan

Rombongan : 2

KEMENTERIAN PENDIDIKAN DAN KEBUDAYAAN


UNIVERSITAS JENDERAL SOEDIRMAN
FAKULTAS PERTANIAN
PROGRAM STUDI AGROTEKNOLOGI
PURWOKERTO
2014

ACARA V
PENGAMATAN PENGUAPAN AIR HARIAN PADA LAHAN SAWAH,
TEGALAN, KEBUN CAMPUR, DAN RUMPUT GAJAH

A. Tujuan
Tujuan praktikum pada acara V adalah :
1. Mengetahui penguapan harian pada lahan sawah, tegalan, kebun campur dan
kebun rumput gajah selama 3 hari
2. Mengetahui penguapan harian yang paling besar dari keempat penggunaan
lahan.

B. Bahan dan Alat


Bahan yang digunakan terdiri atas lahan sawah, tegalan, kebun campur, kebun
rumput gajah, air, borang pengamatan, dan alat pencatat. Alat yang digunakan adalah
panci evaporasi yang terdiri atas tatakan kayu (palet) dan panci plastik diameter 60
cm, dan mistar pengamatan, ember untuk mengisi air.

C. Prosedur Kerja
1. Disiapkan sebuah panci evaporasi.
2. Panci evaporasi ditempatkan di atas palet pada lahan sawah, tegalan, kebun
campur, kebun rumput gajah. Kemudian panci diisi air 0,5-0,6 tebal panci,
mistar pengamatan ditempatkan dan dibiarkan permukaan air tenang.
3. Pada waktu yang tercatat (misalnya pkl. 15.00 WIB) diamati tinggi
permukaan air pada mistar pembacaan dan dicatat tingginya (

). Air

dibiarkan dalam panci menguap selama 24 jam, hari berikutnya pada waktu
yang sama dilakukan pembacaan permukaan air yang kedua dan dicatat

tingginya (

). Pekerjaan seperti ini dilakukan selama 3 hari dengan cara

dan waktu yang sama.

D. Hasil dan Pembahasan

1. Hasil Pengamatan

a. Tabel Pengamatan
Mm1

Mm2

Mm3

VH1

VH2

(mm)

(mm)

(mm)

(mL)

(mL)

Kebun Campur

20 cm

19,9 cm

19,7 cm

Tegalan

20 cm

19,7 cm

19,3 cm

Sawah

20 cm

19,5 cm

18,9 cm

Rumput Gajah

20 cm

19,8 cm

19,7 cm

Lahan

b. Histogram hasil pengamatan

Histogram Evaporasi

5
4
3
2
1
0
Kebun campur

Tegalan

Sawah

Rumput gajah

c. Perhitungan

1. Kebun Campur
(

|
)

|=0,1 cm= 1 mm
|

|=0,2 cm= 2 mm

2. Tegalan
)

|
)

|=0,3 cm 3 mm

|=0,4 cm= 4 mm

|=0,5 cm= 5 mm

|=0,6 cm= 6 mm

3. Sawah
)
)

4. Kebun Rumput Gajah


(

|=0,2 cm= 2 mm

=1

mm

2. Pembahasan

Evaporasi secara umum dapat didefinisikan dalam dua kondisi, yaitu :


evaporasi yang berarti proses penguapan yang terjadi secara alami, dan evaporasi
yang dimaknai dengan proses penguapan yang timbul akibat diberikan uap panas
(steam) dalam suatu peralatan. Evaporasi dapat diartikan sebagai proses penguapan
dari liquid (cairan) dengan penambahan panas (Mulyono, 1981). Panas dapat disuplai
dengan berbagai cara, diantaranya secara alami dan penambahan sistem. Evaporasi
didasarkan pada proses pendidihan secara intensif yaitu: pemberian panas kedalam
cairan, pembentukan gelembung-gelembung akibat uap, pemisahan uap dari cairan,
dan mengkondensasikan uapnya. Evaporasi atau penguapan juga dapat didefinisikan
sebagai perpindahan kalor ke dalam zai cair mendidih, (Handoko, 1994).
Penguapan merupakan proses yang melibatkan pindah panas dan pindah massa
secara simultan. Dalam proses ini sebagian air akan diuapkan sehingga diperoleh
suatu produk yang kental (konsentrat). Proses pindah panas dan pindah massa yang
efektif akan meningkatkan kecepatan penguapan. Penguapan terjadi apabila suhu
suatu bahan sama atau lebih tinggi dari titik didih cairan. Untuk produk makanan
yang senstitif terhadap suhu tinggi, titik didih cairan atau pelarut harus diturunkan
lebih rendah dari titik didih pada kondisi normal. Menurunkan titik didih pelarut atau
cairan dilakukan dengan cara menurunkan tekanan di atas permukaan cairan menjadi
lebih rendah dari tekanan atmosfir atau disebut vakum (Wirakartakusumah et al.,
1989).

Perubahan wujud air dari fase padat dan cair yang menguap dan difusinya ke
atmosfer diartikan sebagai evaporasi. Evaporasi memainkan peran penting dalam
distribusi kembali energi panas antara bumi dan atmosfer, juga merupakan bagian
penting dalam siklus hidrologi. Proses evaporasi melibatkan suplai energi untuk
panas laten penguapan dan proses transfer. Proses transfernya diatur oleh turbulensi.
Evaporasi merupakan proses berkelanjutan selama ada suplai energi, ketersediaan uap
basah (moisture), gradien tekanan uap antara permukaan air dan atmosfer (Mavi dan
Tupper, 2004).
Rata-rata molekul tidak memiliki energi yang cukup untuk lepas dari cairan.
Bila tidak, cairan akan berubah menjadu uap dengan cepat. Ketika molekul-molekul
saling bertumbukkan, mereka saling tukar energi dalam berbagai derajat, tergantung
bagaimana mereka bertumbukkan. Terkadang transfer energi ini begitu berat sebelah,
sehingga salah satu moleul mendapatkan energy yang cukup buat menembus titik
didih cairan. Bila ini terjadi di dekat permukaan cairan, molekul tersebut dapat
terbang ke dalam gas dan menguap ( Seyhan, 1977).
Pengamatan penguapan air harian dilakukan selama dua hari,yaitu dimulai pada
hari jumat pukul 17.00 WIB hingga hari minggu pukul 17.00 WIB. Berdasarkan
pengamatan yang dilakukan, diperoleh data evaporasi yang berbeda beda pada setiap
lahan. Pada lahan kebun campur hari pertama evaporasi yang terjadi (
evaporasi hari kedua (

) 1 mm dan

) 2 mm sehingga evaporasi rata-rata yang terjadi 1,5 mm.

Pada lahan tegalan, evaporasi hari pertama (

) 3 mm, hari kedua (

) 4 mm, dan

evaporasi rata rata lahan tegalan 3,5 mm. Pada lahan sawah evaporasi hari pertama
(

) sebesar 5 mm, evaporasi hari kedua (

) 6 mm ,dan evaporasi rata-rata lahan

sawah 5,5 mm. Evaporasi pada kebun rumput gajah pada hari pertama (
mm, hari kedua (

) adalah 2

) 1 mm, dan evaporasi rata-ratanya 1,5 mm. Dari data-data yang

diperoleh tersebut dapat disimpulkan bahwa evaporasi tertinggi terjadi pada lahan
sawah dan evaporasi terendah terjadi pada lahan kebun campur dan lahan rumput
gajah. Perbedaan besar evaporasi dari pengamatan yang dilakukan, dipengaruhi oleh
kondisi lingkungan, apakah lahan tersebut ternaungi oleh vegetasi-vegetasi atau tidak.
Kondisi lingkungan mempengaruhi banyaknya sinar matahari yang masuk ke lahan.

Jika lahan ternaungi atau tertutup oleh vegetasi-vegetasi seperti pohon, sinar cahaya
matahari yang diterima lahan akan lebih sedikit. Sebaliknya bila lahan tidak
ternaungi, sinar matahari yang diterima lahan akan jauh lebih besar, seperti kebun
campur,

kebun

campur

memiliki

evaporasi

yang rendah

karena

kondisi

lingkungannya yang ternaungi oleh pohon-pohon besar di sekitar tempat pengamatan.


Perbedaan tingkat naungan mempengaruhi intensitas cahaya, suhu udara, kelembaban
udara dan suhu tanah lingkungan tanaman, sehingga intensitas cahaya yang diterima
oleh tanaman berbeda dan mempengaruhi ketersediaan energi cahaya yang akan
diubah menjadi energi panas dan energi kimia (Widiastuti dkk, 2004). Semakin besar
tingkat naungan (semakin kecil intensitas cahaya yang diterima tanaman) maka suhu
udara rendah, kelembaban udara semakin tinggi (Kramer and Kozlowski, 1960).
Sumber energi utama untuk evaporasi adalah radiasi matahari. Laju evaporasi akan
semakin terpacu jika udara diatasnya kering (kelembabannya rendah). Sebaliknya
akan terhambat jika kelembaban udaranya tinggi. Jika udara diatasnya dalam kondisi
jenuh uap air, maka evaporasi tidak dapat berlangsung, walaupun cukup besar
masukan energi yang diterima (Lakitan, 1997).
Energi, kelembaban dan turbulensi merupakan faktor atmosfer yang penting
tetapi yang sangat menentukan evaporasi adalah kadar kelembaban. Di atas
permukaan air, kelembaban tinggi dan evaporasi tidak terbatas sehingga mencapai
nilai yang disebut evapotranspirasi potensial. Di atas permukaan tanah, suplai air
terbatas sehingga nilai evaporasi lebih rendah daripada evaporasi potensial. Di atas
wilayah darat yang luas, nilai maksimum evaporasi di tetapkan sebagai jumlah curah
hujan yang diterima (Juaeni,2006).
Faktor-faktor yang mempengaruhi evaporasi adalah suhu air, suhu udara,
kelembaban, kecepatan angin, tekanan udara, sinar matahari, dan lain-lain yang saling
berhubungan satu dengan yang lain (Sastrodarsono, 1987). Ada beberapa faktor yang
mempengaruhi besarnya evaporasi menurut Wisnubroto (1986), antara lain :
1) Kecepatan angin, makin cepat anginnya makin besar penguapan.
2) Temperatur, makin tinggi temperaturnya makin besar penguapannya.

3) Kelembaban relatif, udara yang makin besar kelembaban relatifnya penguapan


makin kecil.
Menurut Sudira (2001) faktor-faktor yang mempengaruhi terjadinya evaporasi
adalah panas, suhu, udara, kapasitas kadar air dalam udara, udara di atas permukaan
bidang penguapan, dan sifat alamiah bidang penguapan. Proses evaporasi dapat
berlangsung pada permukaan tajuk vegetasi basah dan permukaan vegetasi tajuk
kering, tetapi apabila berlangsung pada permukaan tajuk basah terutama vegetasi
hutan maka proses akan lebih cepat dibandingkan yang terjadi pada vegetasi kering.
Besarnya proses evaporasi pada tajuk vegetasi basah kemungkinan tidak dikendalikan
oleh faktor keseimbangan radiasi matahari melainkan lebih ditentukan sebagai
penampung energi adveksi yang berasal dari atmosfer.
Dalam proses evaporasi di pengaruhi oleh beberapa faktor yang memperngaruhi
cepat atau lambatnya air hilang dari tanah ke udara/ atmosfer, yaitu :
1. Faktor-faktor eksetrnal yang dapat mempengaruhi evaporasi
a. Intensitas matahari panjang gelombang sinar matahari yang sampai ke
permukaan tanah. Panjang gelombang yang sampai ke permukaan
tanah yaitu sekitar 550 m sampai 850 m.
b. Lamanya penyinaran matahari merupakan sumber ebergi bagi bumi.
Energi radiasi matahari yang mencapai permukaan bumi disebut
isolasi.Beberapa jenis sinar yang diradiasikan yaitu ultraviolet, visible
light atau cahaya tampak, dan infra red. Ultraviolet merupakan sinar
yang terbanyak sampai permukaan bumi.Sinar gelombang pendek
sangat berbahaya bagi makhluk hidup, karena dapat bersifat lethal
effect, yaitu mematikan.
Adapun faktor faktor yang mempengaruhi jumlah radiasi matahari
yang diterima bumi :
(1) jarak dari matahari (jauh dekat)
(2) sudut pandang radiasi (berhubungan dengan intensitas radiasi)
(3) panjang hari dan lamanya penyinaran (berhubungan dengan garis
lintang)

(4) kondisi atmosfer (adanya gas, uap air, dan debu halus).
c. Suhu, suhu dapat mempengaruhi beberapa proses, salah satunya
adalah evaporasi. Peningkatan suhu sampai pada titik optimum akan
diikuti oleh peningkatan proses evaporasi. Peningkatan suhu disekitar
tanah akan menyebabkan cepat hilangnya kandungan air dalam tanah
(evaporasi cepat). Pada musim kemarau dimana peningkatan suhu
sangat tinggi, maka akan mempengaruhi evaporasi. Sedangkan pada
musim hujan suhu udara relatif lebih rendah dari musim kemarau,
sehingga evaporasi akan berjalan lebih lembat.
d. Kelembaban, kelembaban adalah banyaknya kadar uap air di udara.
Kandungn uap air di udara akan mencapai suatu batasan dimana udara
tidak dapat menerima lagi tambahan uap air, disebut udara jenuh.
Kejenuhan udara dapat terjadi bila udara terus diambah uap airnya.Jika
suhu udara turun atau didinginkan, kandungan uap air di atmosfer
dinyatakan tekanan uap. Dan jika di suatu tempat itu kembabannya
tinggi maka akan mempengaruhi laju evaporasi, dikarenakan
kelembaban yang mengandung uap air ini akan menekan uap air yang
ada dan menguap ke udara. Beigtu juga sebaliknya, kelembaban
rendah maka laju evaporasi akan semain cepat.
e. pH tanah, pengujian pH tanah dapat dilakukan dengan tiga cara, yaitu
dengan menggunakan kertas lakmus, dengan meggunakan kertas
indicator universal, dan alat pH meter Beckman H5. Ion H+ dalam
tanah dapat berada dalam keadaan terjerap.
2. Faktor-faktor yang memepengaruhi evaporasi dari internalnya, yaitu :
a. Tekstur tanah
b. Struktur tanah
c. Porositas tanah
d. Konsistensi tanah, ( Guslim, 2009)
Mekanisme pengukuran evaporasi pada praktikum ini adalah, dengan
meletakkan panci evaporasi diatas palet kayu dalam setiap penggunaan lahan, yaitu

sawah, tegala, kebun campur, dan kebun rumput selama 3 hari berturut-turut.Panci
evaporasi yang sudah diletakan diatas palet kayu, kemudian diisi dengan air sampai
dengan ketinggian 20 cm, kemudian dilakukan pencatatan data pengukuran.
Data histrogram diatas menunjukan bahwa pada evaporasi rata-rata harian,
lahan sawah memiliki nilai evaporasi rata-rata harian yang paling tinggi dari lahan
yang lain, pada lahan sawah nilai evaporasi rata-rata hariannya memiliki nilai yang
besar karena pada lahan sawah memiliki kelembaban yang tinggi disebabkan pada
lahan sawah memiliki jumlah air yang banyak karena diairi terus-menerus sehingga
evaporasinya lebih tinggi dan vegetasi tanaman yang ada dilahan sawah memiliki
ukuran tidak terlalu besar sehingga transpirasinya juga tidak terlalu besar dan pada
lahan sawah tidak ditemukan tanaman yang dapat menghalangi penyinaraan dari
matahari dan membuat penyinaran langsung ke tanah, seperti yang diterang dalam
faktor-faktor yang mempengaruhi evaporasi diataranya adalah cahaya matahari.
Lahan kebun campur dan lahan rumput gajah memiliki nilai evaporasi rata-rata
terendah disebabkan lahan kebun campuran tersebut adanya vegetasi diatas suatu
lahan turut mempengaruhi nilai kelembaban , untuk daerah yang memiliki curah
hujan ataupun radiasi matahari yang sama akan tetapi memiliki keadaan vegetasi
yang berbeda maka akan menyebabkan terjadinya perbedaan

nilai kelembapan.

Sedangkan pada lahan rumput gajah terdapat tumbuhan yang memmiliki tinggi yang
cukup rimbun dan sangat berdekatan dan dengan jumlah yang banyak sehingga
cahaya matahari terhalang oleh tumbuhan dan tumbuhan tersebut melakukan
transpirasi yang diamana air yang ada pada tanah diserap untuk transpirasi.
Lahan tegalan memiliki evaporasi lebih tinggi dari lahan kebun campur dan
lahan rumput gajah jika dilihat dari nilai histrogram padahal pada lahan tegalan tidak
terlalu banyak terdapat tumbuhan yang dapat menghalangi cahaya matahari daripada
pada lahan kebun campur yang terhalang oleh bebrapa tumbuhan.
Data hisrtogram diatas menunjukan bahwa lahan sawah memiliki nilai
evaporasi paling tinggi, kemudian lahan tegalan memiliki nilai evaporasi tinggi kedua
setelah lahan sawah, dan yang paling rendah ada pada lahan kebun campur dan lahan
rumput gajah.

E. KESIMPULAN DAN SARAN

a. Kesimpulan
Berdasarkan hasil dan pembahasan di atas, maka dapat disimpulkan bahwa :
1. a. Evaporasi pada Lahan Campuran adalah 1,5 mm
b. Evaporasi pada Lahan Tegalan adalah 3,5 mm.
c. Evaporasi pada Lahan Sawah adalah 5,5 mm.
d. Evaporasi pada Lahan Rumput Gajah adalah 1,5 mm.
2. Penguapan (evaporasi) yang paling besar adalah pada Lahan sawah yaitu sebesar
5,5 mm.
3. Adapun kesimpulan yang diperoleh dari hasil pengamatan :
a. Faktor yang mempengaruhi evapotranspirasi adalah radiasi surya, temperatur,
angin, kualitas air , tekanan udara.
b. Semakin

tinggi

radiasi

matahari

yang

diterima,

semakin

besar

evapotranspirasinya.
c. Semakin tinggi suhu, semakin besar evapotranspirasinya.
d. Nilai rata-rata evaporasi tertinggi ada pada lahan sawah.
e. Nilai rata-rata evaporasi terendah lahan kebun campuran dan lahan rumput
gajah.

DAFTAR PUSTAKA

Guslim. 2009. Agroklimatologi. USU Press. Medan.


Handoko. 1994. Klimatologi Dasar Landasan Pemahaman Fisika Atmosfer dan
Unsur- Unsur Iklim. PT. Dunia Pustaka Jaya, Jakarta.
Juaeni,I. 2006. Analisis Variabilitas Curah Hujan Wilayah Indonesia Berdasarkan
Pengamatan Tahun 1975-2004. Jurnal Matematika. Vol 9(2):171-180.
Kramer, P. J. and T. T. Kozlowski. 1960. Physiology of Woody Plants. Academic
Press. New York.
Lakitan, B. 1994. Dasar-Dasar Klimatologi. PT. Raja Grafindo Persada. Jakarta
Mavi, H. S. dan G. J. Tupper. 2004. Agrometeorology, Principles and Applications of
Climate Studies in Agriculture. Haworth Press Inc. Binghamton. Pangan. PAU
Pangan dan Gizi. Bogor.
Seyhan, Ersin. 1977. Dasar-dasar Hidrologi. Editor Soenardi Prawirohatmojo.
Yogyakarta.UGM Press.
Sosrodarsono, S. 1987. Hidrologi untuk Pengairan. Pradnya Paramita, Jakarta.
Sudira, P. 2001. Klimatologi. Fakultas Teknologi Pertanian. UGM Press. Yogyakarta.
Widiastuti,L, Tohari, dan Endang ,S. 2004. Pengaruh Intensitas Caahaya dan Kadar
Daminosida Terhadap Iklim Kikro dan Pertumbuhan Tanaman Krisan dalam
Pot. Ilmu Pertanian. Vol 11(2):35-42
Wirakartakusumah, A., D. Hermanianto dan N. Andarwulan, 1989. Prinsip Teknik
Wisnubroto, S., et al. 1986. Asas-Asas Meteorologi Pertanian. Ghalia Indonesia.
Jakarta.

Você também pode gostar