Você está na página 1de 9

1.

dwi
2. oki
3. Dico
4. Wahyudo
5. Temid
6. Ramzie
7. Nova
8. Audy
9. Aas
10. Riva
11. Aji
12. Rina

ANMAL MENERIMA DIKUMPUL SELASA, TANGGAL 26 AGUSTUS 2014 PUKUL 19.00 21.00 WIB
BAGI 3 PENGUMPUL TERAKHIR/TIDAK MENGIRIM JAWABAN/BANYAK KURANG DI JAWABANNYA/
TERLAMBAT MENGUMPUL MAKA AKAN MENJADI PRESENTAN
JAWABAN DITULIS DALAM TIMES NEW ROMAN, 12
JANGAN LUPA CANTUMKAN SUMBER
DIKIRIM KE : dwiandari.maharani@gmail.com dan tiaokidata@yahoo.co.id

SKENARIO
Seorang anak laki laki usia 9 tahun dibawa ibunya kberobat ke poliklinik. Keluhan kedua mata
sering merah berulang dan terasa gatal. Keluhan terutama dirasakan bila pasien sering bermain bola
pada siang hari.
Riwayat keluarga: ayah pasien menderita penyakit asma.
Pemeriksaan oftalmologi:
VODS: 6/6
TIODS: 15,6mmHg
Palpebra ODS: Belfarospasme
Konjuntiva tarsal superior ODS: giant papil (+), konjungtiva tarsal inferior ODS: tenang
Konjungtiva bulbi ODS: injeksi konjungtiva (+)
Kornea ODS: Horner Trantas dots (+) di limbus, infiltrat punctata (-) shield ulcer (-), BMD, iris, pupil,
lemsa ODS dalam batas normal
Segmen posterior ODS dalam batas normal

Klarifikasi istilah:

1. Gatal
: snsasi kulit yang tidak nyaman menimbulkan keinginan untuk
menggaruk atau menggosok kulit
2. Asma
: serangan dipsnea paroksimal berulang disertai mengi akibat
kontraksi spasmodik bronkhi
3. TIODS
: tajam penglihatan mata kanan dan kiri
4. Palpebra ODS
: kelopak mata kiri kanan
5. Blefarospasme
: istilah yang digunakan untuk menggambarkan kontraksi kelopak
mata tidak terkendali
6. Giant papil
: papil besar
7. Konjungtiva bulbi
: lapisan bening yang melapisi bola mata
8. Konjungtiva tarsal
: lapisan bening yang melapisi kelopak mata bagian dalam
9. Horner Trantas dots
: suatu infiltrat seluler berwarna putih yang terjadi pada Vernal
Keratokonjungtivitis
10. BMD
: Bilik Mata Depan
11. Infiltrate punctata
: salah satu bentuk keratitis berupa bintik bintik putih pada
permukaan kornea yang disebabkan oleh berbagai penyakit kulit antara lain virus herpes
simplex, herpes zoster dan vaksinea
12. Shield ulcer
: suatu efek lokal pada mata atau eksavasi permukaan mata yang
berbentuk seperti perisai
13. Limbus
: tepi kornea yang menyatu dengan sklera

Identifikasi Masalah
1. Seorang anak laki laki usia 9 tahun dibawa ibunya kberobat ke poliklinik. Keluhan kedua
mata sering merah berulang dan terasa gatal. Keluhan terutama dirasakan bila pasien sering
bermain bola pada siang hari.
2. Riwayat keluarga: ayah pasien menderita penyakit asma
3. Pemeriksaan oftalmologi

Analisis masalah
1. Seorang anak laki laki usia 9 tahun dibawa ibunya kberobat ke poliklinik. Keluhan kedua
mata sering merah berulang dan terasa gatal. Keluhan terutama dirasakan bila pasien sering
bermain bola pada siang hari.
a. Anatomi dan fisiologi pada mata (1,3,5)

Anatomi mata
Mata adalah indera penglihatan. Mata dibentuk untuk menerima
rangsangan berkas-berkas cahaya pada retina, lalu dengan perantaraan serabutserabut nervus optikus, mengalihkan rangsangan ini ke pusat penglihatan pada

otak, untuk ditafsirkan. Adapun anatomi organ penglihatan dapat dikelompokkan


menjadi dua bagian, yaitu:
a. Adneksa Mata
Merupakan jaringan pendukung mata yang terdiri dari: Kelopak mata
berfungsi melindungi mata dan berkedip serta untuk melicinkan dan
membasahi mata. Konjungtiva adalah membran tipis yang melapisi dan
melindungi bola mata bagian luar. Sistem saluran air mata (Lakrimal) yang
menghasilkan cairan air mata, dimana terletak pada pinggir luar dari alis
mata. Rongga orbita merupakan rongga tempat bola mata yang dilindungi
oleh tulang-tulang yang kokoh. Otot-otot bola mata masing-masing bola
mata mempunyai 6 (enam) buah otot yang berfungsi menggerakkan kedua
bola mata secara terkoordinasi pada saat melirik.
b. Bola Mata
Jika diurut mulai dari yang paling depan sampai bagian belakang, bola
mata terdiri dari: Kornea disebut juga selaput bening mata, jika mengalami
kekeruhan akan sangat mengganggu penglihatan. Kornea bekerja sebagai
jendela bening yang melindungi struktur halus yang berada dibelakangnya,
serta membantu memfokuskan bayangan pada retina. Kornea tidak
mengandung pembuluh darah. Sklera yaitu lapisan berwarna putih di
bawah konjungtiva serta merupakan bagian dengan konsistensi yang relatif
lebih keras untuk membentuk bola mata.
Bilik mata depan merupakan suatu rongga yang berisi cairan yang
memudahkan iris untuk bergerak. Uvea terdiri dari 3 bagian yaitu iris,
badan siliar dan koroid. Iris adalah lapisan yang dapat bergerak untuk
mengatur banyaknya cahaya yang masuk ke dalam mata. Badan siliar
berfungsi menghasilkan cairan yang mengisi bilik mata, sedangkan koroid
merupakan lapisan yang banyak mengandung pembuluh darah untuk
memberi nutrisi pada bagian mata.
Pupil merupakan suatu lubang tempat cahaya masuk ke dalam mata,
dimana lebarnya diatur oleh gerakan iris. Bila cahaya lemah iris akan
berkontraksi dan pupil membesar sehingga cahaya yang masuk lebih
banyak. Sedangkan bila cahaya kuat iris akan berelaksasi dan pupil
mengecil sehingga cahaya yang masuk tidak berlebihan. Lensa mata
adalah suatu struktur biologis yang tidak umum. Transparan dan cekung,
dengan kecekungan terbesar berada pada sisi depan.
Lensa adalah organ fokus utama, yang membiaskan berkas-berkas
cahaya yang terpantul dari benda-benda yang dilihat, menjadi bayangan
yang jelas pada retina. Lensa berada dalam sebuah kapsul elastik yang
dikaitkan pada korpus siliare khoroid oleh ligamentum suspensorium.
Dengan mempergunakan otot siliare, permukaan anterior lensa dapat lebih
atau agak kurang dicembungkan, guna memfokuskan benda-benda dekat
atau jauh. Hal ini disebut akomodasi visual. Badan Kaca (Vitreus) bagian
terbesar yang mengisi bola mata, disebut juga sebagai badan kaca karena

konsistensinya yang berupa gel dan bening dapat meneruskan cahaya yang
masuk sampai ke retina.
Retina merupakan reseptor yang peka terhadap cahaya. Retina adalah
mekanisme persyarafan untuk penglihatan. Retina memuat ujung-ujung
nervus optikus. Bila sebuah bayangan tertangkap (tertangkap oleh mata)
maka berkas-berkas cahaya benda yang dilihat, menembus kornea, aqueus
humor, lensa dan badan vitreus guna merangsang ujung-ujung saraf dalam
retina. Rangsangan yang diterima retina bergerak melalui traktus optikus
menuju daerah visuil dalam otak, untuk ditafsirkan. Kedua daerah visuil
menerima berita dari kedua mata, sehingga menimbulkan lukisan dan
bentuk. Papil saraf optik berfungsi meneruskan rangsangan cahaya yang
diterima dari retina menuju bagian otak yang terletak pada bagian
belakang kepala (korteks oksipital).
Bagian mata yang sangat penting dalam memfokuskan bayangan pada
retina adalah kornea, aqueus humor, lensa dan badan vitreus. Seperti yang
selalu terjadi dalam menafsirkan semua perasaan yang datang dari luar,
maka sejumlah stasiun penghubung bertugas untuk mengirimkan perasaan,
dalam hal ini penglihatan. Sebagian stasiun penghubung ini berada dalam
retina. Sebelah dalam tepi retina, terdapat lapisan-lapisan batang dan
kerucut yang merupakan sel-sel penglihat khusus yang peka terhadap
cahaya. Sela-sela berupa lingkaran yang terdapat di antaranya, disebut
granula. Ujung proximal batang-batang dan kerucut-kerucut itu
membentuk sinapsis (penghubung) pertama dengan lapisan bipoler dalam
retina.
Proses kedua yang dilakukan sel-sel itu adalah membentuk sinapsis
kedua dengan sel-sel ganglion besar, juga dalam retina. Axon-axon sel-sel
ini merupakan serabut-serabut dalam nervus optikus. Serabut-serabut saraf
ini bergerak ke belakang, mula-mula mencapai pusat yang lebih rendah
dalam badan-badan khusus talamus, lantas akhirnya mencapai pusat visuil
khusus dalam lobus oksipitalis otak, di mana penglihatan ditafsirkan.
Fisiologi mata
Gelombang cahaya dari benda yang diamati memasuki mata melalui lensa mata dan
kemudian jatuh ke retina kemudian disalurkan sampai mencapai otak melalui saaf
otik, sehingga mata secara terus menerus menyesuaikan untuk melihat suatu benda
(Suyatno,1995:159). Iris bekeja sebagai diafragma, mengatur banyak sedikitnya
cahaya yang masuk ke dalam pupil. Pada keadaan gelap pupil membesar dan pada
suasana terang pupil akan mengecil. Mekanisme tersebut berjalan secara otomatis,
jadi di luar kesadaran kita. Pada saat yang sama ajakan saraf yang lainnya masuk
lebih jauh ke dalam otak dan mencapai korteks sehingga memasuki saraf kesadaran.
Sistem yang terdiri dari mata dan alur saraf yang mempunyai peranan penting dalam

melihat di subut alat visual. Mata mengendalikan lebih dari 90 % dari kegiatan seharihari. Dalam hampir semua jabatan visual ini memainkan peranan yang menentukan.
Organ visual ikut bertanggung jawab atas timbulnya gejala kelelahan umum.

b. Hubungan usia dan jenis kelamin terhadap keluhan (2,4,6)


c. Etiologi dan mekanisme dari:
- Mata merah (3,5,7)

Jawab :
Mata merah (hiperemia) pada penyakit konjungtivitis alergika disebabkan oleh
reaksi inflamasi pada konjungtiva yang diperantarai oleh sistem imun. Pada
pasien keratokonjungtivitis vernal, mata merah terjadi akibat pelepasan
histamin

yang

menyebabkan

dilatasi

pembuluh-pembuluh

darah

di

konjungtiva posterior yang tampak paling nyata pada forniks dan berkurang ke
arah limbus yang dicetuskan karena adanya riwayat alergi terhadap tepung
sari,rumput,bulu hewan, dan lain-lain serta karena adanya pengaruh
musim,penyakit ini selalu lebih parah pada musim panas. yang tampak paling
nyata.
- Gatal (4,6,8)
d. Mengapa mata merah pada anak tersebut sering berulang (5,7,9)
e. Mengapa mata merah pada anak tersebut lebih sering terjadi pada saat bermain bola
siang hari (6,8,10)
2. Riwayat keluarga: ayah pasien menderita penyakit asma
a. Bagaiman hubungan riwayat keluarga dengan keluhan yang dirasakan (7,9,11)
3. Pemeriksaan oftalmologi
a. Interpretasi dan mekanisme pada hasil abnormal
- VODS: 6/6 dan TIODS: 15,6mmHg (8,10,12)
- Palpebra ODS: Belfarospasme dan Konjungtiva bulbi ODS: injeksi konjungtiva (+) (9,11,1)
- Konjuntiva tarsal superior ODS: giant papil (+), konjungtiva tarsal inferior ODS: tenang
(10,12,2)
- Kornea ODS: Horner Trantas dots (+) di limbus, infiltrat punctata (-) shield ulcer (-)
(11,1,3)
b. Cara pemeriksaan
- TIODS (12,2,4)
- Kornea ODS (1,3,5)

Horner Trantas dots adalah bintik putih yang terdapat pada limbus (perbatasan
antara kornea dan sklera) yang terdiri dari sebukan sel limfosit, eosinofil, sel
plasma, basofil serta proliferasi jaringan kolagen dan fibrosa yang semakin

bertambah. Horner-Trantas dots dapat diperiksa melalui inspeksi daerah


limbus.

Shield ulcer merupakan suatu defek lokal pada mata atau eksavasi permukaan
mata yang berbentuk seperti perisai. Shield ulcer dapat diperiksa melalui
inspeksi daerah kornea.

Palpebra ODS (2,4,6)

Hipotesis
Seorang anak laki-laki usia 9 tahun diduga mengalami konjungtivitis alergi
Template (konjungtivitis alergi)
1.
2.
3.
4.
5.

How to diagnosis (1,12,11)


DD (2,1,12)
WD (3,2,1)
(konjungtivitis alergi) yang type Keratokonjungtivitis vernal.
Epidemiologi (4,3,2)

Epidemiologi Konjungtivitis

Konjungtivitis adalah diagnosa yang mencakup bermacam-macam kelompok penyakit


yang terjadi di seluruh dunia dan mengenai semua umur, semua status sosial dan kedua
gender.8 Meskipun tidak ada tokoh yang dapat dipercaya yang mendata insidensi atau
prevalensi dari konjungtivitis, kondisi ini telah disebutkan sebagai salah satu penyebab
paling sering dari pasien untuk memeriksakan sendiri dirinya.2 Konjungtivitis jarang
menyebabkan kehilangan penglihatan yang permanen atau kerusakan struktur, tapi
dampak ekonomi dari penyakit ini dalam hal kehilangan waktu kerja, meskipun tidak
terdokumentasi, sangat tidak diragukan lagi. Sekitar 2% dari seluruh kunjungan ke dokter
adalah untuk pemeriksaan mata dengan 54% nya adalah antara konjungtivitis atau abrasi
kornea.8 Untuk konjuntivitis yang infeksius, 42% sampai 80% adalah bakterial, 3%
chlamydial, dan 13% sampai 70% adalah viral. Konjungtivitis viral menggambarkan
hingga 50% dari seluruh konjungtivitis akut di poli umum. Occular cicatrical pemphigoid
dan konjungtivitis neoplasma jarang tampak.
Etiologi (5,4,3)

Etiologi Konjungtivitis
1. Bakterial
a. Hiperakut (purulen) : Neisseria Gonnorhoea, N. Meningitis, N.Gonorrhoea sub kochii
b. Akut (Mukupurulen): Pneumokokkus / Strept Pneumoniae, Haemophillus Aegyptius
(iklim tropik)
c. Subakut : Haemophillus Influenzae (iklim sedang)
d. Menahun : Staphilococcus aureus, Maxella Lacunata
e. Lain-lain : Streptococci, Calliform, Corynebact.Diptheriae, M. Tuberculose
2. Klamidial
a. Trachoma (Chlamydia Trachomatitis Serotipe A-C)
b. Konjungtivitis Inklusi (Chlamydia trachomatis Serotipe D-K)
c. Limfogranuloma Venerum (LGV)
3. Virus
a. Konjungtivitis folikuler virus akut: demam faringokonjungtivitis (Adenovirus tipe 3
dan 7), kerotokonjungtivitis epidemika (Adenovirus tipe 8 dan 19), virus herpes simplex,
konjungtivitis hemoragik akut (Enterovirus tipe 70)
b. Konjungtivitis folikuler virus menahun : virus molluscum contagiosum
c. Blefarokonjungtivitis karena virus : Varicella, herpes zoster

4. Ricketsia, Konjungtivitis non purulen dengan hiperemia


5. Fungal
a. Eksudatif menahun : Candida
b. Granulomatosa : Rhinosporidium Seeberi, Sporotix Schenckii
6. Parasitik
Konjungtivitis dan blefarokonjungtivitis menahun : Ascaris Lumbricoides, Taenia
Solium, Schistosa Haemotobium, Loa-Loa.
7. Immunologik (allergic)
a. Reaksi hipersensitivitas segera (humoral)
b. Reaksi hipersensitivitas tertunda (seluler)
c. Penyakit autoimun
8. Kimia atau iritatif
a. Latrogenik : miotika Idoxuridine, Obat topical lain, larutan lensa kontak
b. Berhubungan denga pekerjaan : asam, basa, asap, angin, cahaya ultra violet, bulu ulat.
9. Etiologi yang tidak dapat diketahui
Folikulosis, Konjungtivitis folikuler menahun, psoriasis, dermatitis herpetiformis,
Epidermolisis Bulosa, konjungtivitis Ligneosa.
6.
7.
8.
9.
10.
11.

Patofisiologi (6,5,4)
Komplikasi (7,6,5)
Penatalaksanaan (medikamentosa dan non medikamentosa) (8,7,6)
Pemeriksaan penunjang (9,8,7)
Prognosis (10,9,8)
KDU (11,10,9)

LI
1. Anatomi dan fisiologi mata (1,2,3,4)
2. Hubungan penyakit asma dengan konjungtivitis (5,6,7,8)
3. Konjungtivitis (9,10,11,12)s
DAFTAR PUSTAKA

1. Quinn Christopher J. Optometric Clinical Practice Guideline Care of The Patien with
Conjungtivitis. 2002. http://www.aoa.org/documents/CPG-11.pdf.
2. Francisco J.G.F, Ivan R.S, Debra J.S, Konjungtiva dan Konjungtivitis. Dalam :
Vaughan D.G, Asbury T, Riordan E.P, Editor. Oftalmologi Umum Edisi 17. Jakarta :

EGC. 2010.
3. Ilyas, S. Ilmu Penyakit Mata. Edisi 3. Jakarta: FKUI. 2005.
4. Khurana AK. Diseases of the conjunctiva. Dalam : Khurana AK, editor.
Comprehensive Ophtalmology Fourth Edition. New Delhi: New Age; h51-88.
5. Morrow GL, Abbott RL. Conjunctivitis. American Family Physician Vol. 57/No. 4.
February 15, 2000.

Você também pode gostar