Você está na página 1de 6

Anestesi atau pembiusan adalah pengurangan atau penghilangan sensasi untuk sementara,

sehingga operasi atau prosedur lain yang menyakitkan dapat dilakukan.


Ada dua jenis anestesi:

umum, yang membuat pasien tak sadar

lokal, yang membuat mati rasa bagian tubuh yang akan diambil tindakan.

Tidur yang diinduksi anestesi tidak sama dengan tidur biasa, tetapi suatu bentuk
ketidaksadaran sementara yang secara hati-hati dikendalikan oleh dokter anestesi. Setiap
jenis operasi membutuhkan pengelolaan jumlah yang tepat dari anestesi. Sepanjang
prosedur, berbagai jenis obat-obatan ditambahkan atau dihapus untuk mengurangi rasa sakit
dan mempertahankan tingkat ketidaksadaran yang tepat.

Bermacam obat bius yang digunakan dalam anestesi saat ini seperti:
Thiopental (pertama kali digunakan pada tahun 1934)
Benzodiazepine Intravena
Propofol (2,6-di-isopropyl-phenol)
Etomidate (suatu derifat imidazole)
Ketamine (suatu derifat piperidine, dikenal juga sebagai 'Debu Malaikat'/'PCP'
(phencyclidine)
Halothane (d 1951 Charles W. Suckling, 1956 James Raventos)
Enflurane (d 1963 u 1972), isoflurane (d 1965 u 1971), desflurane, sevoflurane
Opioid-opioid sintetik baru - fentanyl (d 1960 Paul Janssen), alfentanil, sufentanil
(1981), remifentanil, meperidine
Neurosteroid
Alat Anestesi Umum yang perlu disiapkan
- Masker (sesuaikan dengan ukuran wajah pasien)
- Laringoskop (terdiri atas holder dan blade. Pilih blade yang nomor 3 untuk pasien dewasa dengan
ukuran sedang bila lebih besar pakai ukuran 4, untuk anak gunakan ukuran nomor 2. Jangan
lupa untuk mencek lampunya apakah nyalanya cukup terang)
- Endotracheal 3 ukuran (biasanya kita menyiapkan nomor 6, 6.5, 7)
Untuk anak dengan BB di bawah 20 kg, ukuran ET digunakan rumus sebagai berikut: (umur
+2)/2. misal hasilnya adalah 5 maka siapkan ukuran 4.5, 5, dan 5.5
Jangan lupa mencek ET dengan memompanya
- Cuff (gunanya untuk memompa ET agar posisinya terfiksir)
- Goedel 3 ukuran (3=hijau, 4 =kuning, 5=merah)
- Hoarness dan Ring Hoarness (untuk memfiksir masker di wajah)
- Stilet (kawat guide saluran nafas)
- Jackson Rees (system pemompaan digunakan untuk pasien anak-anak)
- Jelly
- Precordial

- Kapas alkohol
- Plester
- Xilocain pump
- Naso (buat di hidung. Tidak selalu digunakan.. hanya pada keadaan tertentu)
Sedangkan untuk Anestesi Spinal siapkan tambahan:
- Spinocain (ada 3 ukuran. Siapkan nomor 25, 27, 29)
- Spray alcohol
- Betadin
- Kassa steril
- Bantal
- Spuit 5 cc
Obat-Obatan Anestesi Umum: (urutkan di atas meja sesuai urutan di bawah)
1. Sulfas Atropin
2. Pethidin
3. Propofol/ Recofol
4. Succinil Cholin
5. Tramus
6. Sulfas Atropin
7. Efedrin

Obat untuk Anestesi Spinal:


1. Buvanest atau Bunascan
2. Catapress (kadang dokter tertentu menambahkannya untuk menambah efek buvanest)
Obat-obatan emergency yang harus ada dalam kotak emergency:
1. Atropin
2. Efedrin
3. Ranitidin
4. Ketorolac
5. Metoklorpamid
6. Aminofilin
7. Asam Traneksamat
8. Adrenalin
9. Kalmethason
10. furosemid (harus ada untuk pasien urologi)
11. lidocain
12. gentamicyn salep mata

13. Oxitocyn (untuk pasien obsgyn)


14. Methergin (untuk pasien obsgyn)
15. Adrenalin

Pembebasan jalan nafas bila pangkal lidah jatuh:


Tindakan manual:

Segera perbaiki posisi kepala, bila tidak ada trauma kepala lakukan head titl (dorong
dahi ke belakang), chin lift (angkat dagu ke atas), jaw thrust (dorong mandibula ke
depan lalu ke atas)
Bila ada trauma hati-hati kemungkinan adanya patah tulang leher, tindakan hanya
dilakukan gerakan terbatas seperti chin lift, dan jaw thust. Tindakan dilakukan dengan
immobilisasi manual agar kepala tidak bergerak (berada dalam satu garis lurus) atau
pasang bidai leher (cervical collar/collar slint)

Tindakan dengan bantuan alat: bila ada pasang pipa oropharing (pipa mayo/guedel).
Berikut cara tindakan pembebasan jalan nafas:

Head tilt : Letakan satu telapak tangan di dahi penderita dan tekan ke bawah sehingga
menjadi tengadah.

Chin lift: Gunakan jari tengah dan telunjuk untuk memegang tulang dagu pasien,
kemudian angkat dan dorong tulangnya ke depan. Atau masukan ibu jari ke dalam
mulut dan jari telunjuk memegang dagu angkat tulang mandibula ke atas.

Jaw thrust: Letakan tangan kiri penolong, pegang angulus kiri mandibula dengan tiga
jariterbawah, begitu pula tangan kanan memegang angulus mandibula kanan
penderita, angkat ke atas dan dorong mandibula dengan ibu jari ke arah penderita.

Pembebasan jalan nafas bila terdapat benda asing

Manual : lakukan sapuan jari (finger sweep)


Bantuan alat : gunakan penghisap /suction
Pada kasus tersedak (chocking): lakukan pukulan punggung pada bayi dan anak (back
blows), lakukan hentakan pada abdomen thust (Heimlich maneuver) atau hentakan
pada thorax/thoracal thrust

bagaimana melakukan CPR pada orang dewasa.

Langkah # 1: Berikan Dada Kompresi


Mulailah dengan penekanan dada untuk memulihkan sirkulasi darah orang tersebut. Untuk ini, berlutut
di sisi orang dan tempat tumit tangan Anda di tengah dada (tepat di antara puting). Kemudian,
menempatkan tangan lainnya di atas tangan pertama dengan jari interlace sama lain. Pastikan siku
Anda lurus dan bahu yang langsung di atas tangan.
Berharap bahwa Anda telah memposisikan tangan Anda dengan sempurna, lembut memampatkan
dada korban untuk sekitar 5 cm (atau 2 inci). Sementara memberikan kompresi dada, mendorong keras
dan cepat dengan kecepatan sekitar 2 per detik. Ulangi kompresi untuk 30 kali, sehingga dada untuk
datang ke posisi semula di antara dua dorongan. Tingkat ideal untuk kompresi dada adalah 50 per 30
detik. Jadi, lakukan selama 30 kali akan memakan waktu sekitar 18 detik.

Langkah # 2: Hapus Airway tersebut


Langkah kedua dalam melakukan CPR adalah untuk membuka jalan napas dari orang tersebut. Untuk
mencapai hal ini, menempatkan telapak tangan Anda di dahi dan hati-hati memiringkan kepala ke
belakang. Lembut mengangkat dagu ke depan dengan tangan lain, dan mencoba untuk merasakan
napas seseorang di telinga Anda dan pipi. Juga, melihat apakah ada gerakan dada. Metode
memiringkan kepala dan mengangkat dagu adalah pendekatan yang mudah untuk membuka saluran
udara.
Langkah # 3: Berikan Penyelamatan Napas
Jika orang itu tidak bernapas dengan benar, jepit hidung dan segel / nya mulutnya dengan Anda.
Sekarang, Anda dapat memberikan pernapasan mulut ke mulut selama 1 detik. Ini bantuan pernapasan
langkah harus dilakukan dengan lembut, hanya untuk memastikan bahwa udara membuat jalan ke
paru-paru secara langsung dan tidak ke perut. Periksa setiap kenaikan dada, jika ya, biarkan jatuh dada
dan memberikan napas kedua.
Langkah # 4: Lagi Airway dan Breathing
Dalam hal, jika dada tidak naik setelah memberikan napas pertama, Anda harus mengulangi langkah
membersihkan jalan napas (head-tilt, chin-rise) posisi dan melakukan mulut ke mulut bernapas lagi. Jika
mulut terluka, seseorang dapat memberikan mulut ke hidung pernapasan juga. Atau alternatif yang lebih
baik adalah untuk menjaga penghalang mulut (jika tersedia) dan terus memberikan dua napas
penyelamatan. Ini adalah penyelesaian siklus pertama.
Langkah # 5: Ulangi Siklus CPR
Anda dapat memulai dengan siklus kedua lagi. Lanjutkan dengan penekanan dada dengan cara yang
sama seperti yang dinyatakan pada langkah 1. Setelah ini, jalan napas terbuka dan memberikan 2
napas penyelamatan berturut-turut. Coba ulangi langkah-langkah dari 30 kompresi selama lima kali dan
dua breathings penyelamatan. Keseluruhan proses ini akan memakan waktu sekitar 2 menit. Sekarang,
memeriksa apakah orang tersebut mulai bernapas atau tidak. Dalam hal orang tersebut masih tidak
bernapas, ulangi prosedur lagi sampai bantuan tiba.

Pengertian ICU (Intensive Care Unit).


Sebagai sebuah layanan kesehatan paripurna, di
instansi Rumah Sakit juga dilengkapi dengan
ruangan yang diperuntukkan bagi pasien
dengan kondisi kritis. Secara umum, ruang ICU
adalah ruang rawat di Rumah Sakit yang
dilengkapi dengan staf dan peralatan khusus
untuk merawat dan mengobati pasien yang
terancam jiwa oleh kegagalan / disfungsi satu
organ atau ganda akibat penyakit, bencana atau
komplikasi yang masih ada harapan hidupnya

Intensive Care Unit)


1.

1. Definisi

Ruang ICU adalah unit


pelayanan rawat inap
dirumah sakit yang
memberikan perawatan
khusus pada penderita yang
memerlukan perawatan
yang lebih intensif yang
mengalami gangguan
kesadaran, gangguan pernafasan, dan mengalami serangan penyakit akut. ICU
menyediakan kemampuan, saran dan prasarana serta peralatan khusus untuk
menunjang fungsi-fungsi vital dengan menggunakan keterampilan staf medis,
perawat dan staf lain yang berpengalaman dalam pengelolaan keadaan-keadaan
tersebut.(13)

Sebagian besar penderita yang dirawat diruang ICU adalah pasien yang menderita
berbagai penyakit komplikasi, akut, atau kronis sehingga pasien rentan terhadap
terjadinya interaksi antar obat yang digunakan.
Berikut Perlengkapan yang digunakan Ruang ICU :
1. Arterial Line
2. Brain Stem Evoked Response Equipment
3. Catheter
4. Central Venous Pressure (CVP) Line
5. Chest Tubes
6. Electrocardiogram (ECG/EKG)
7. Endotracheal Tube (E.T. Tube)
8. Eye Tape
9. Foley Catheter
10. Intracranial Pressure (ICP) Monitor
11. Intravenous (IV)
12. Intravenous (IV) Board
13. Jejunostomy Tube (J Tube)
14. Leg Bag
15. Monitor, Intensive Care
16. Nasogastric Tube (NG Tube)
17. Respirator/Ventilator
18. Posey Vest/Houdini Jacket
19. "Space Boots" (Spenco Boots)
20. Subarachnoid Screw
21. Support Hose/TEDS
22. Swan-Ganz Catheter
23. Tracheostomy Tube
24. Traction
25. Transducer
Pasien yang masuk ICU atau Intensive Care Unit identik dengan kondisi yang cukup parah dan
mengancam nyawa. Apa saja indikasinya yang membuat harus dimasukkan ke ICU?

Intensive Care Unit (ICU) atau sering disebut juga Ruang Perawatan Intensif adalah unit perawatan
khusus yang dikelola untuk merawat pasien sakit berat dan kritis, cedera dengan penyulit yang
mengancam nyawa dengan melibatkan tenaga kesehatan terlatih, serta didukung dengan
kelengkapan peralatan khusus.

Pelayanan ICU meliputi pemantauan dan terapi intensif, karena itu secara umum prioritas terakhir
adalah pasien dengan prognosis buruk untuk sembuh.

"Persyaratan masuk dan keluar ICU hendaknya juga didasarkan pada manfaat terapi di ICU dan
harapan kesembuhannya. Kepala ICU atau wakilnya memutuskan apakah pasien memenuhi syarat
masuk ICU dan keluar. Kepala ICU dan wakilnya juga akan memutuskan pasien mana yang harus
diprioritaskan," jelas dr Riviq Ahmad Said, Sp.An, dokter spesialis anestesi dari RSU Bunda Jakarta,
dalam acara Media Gathering 'Emergency.. What To Do?', di RSU Bunda Jakarta, Jl Teuku Cik Di

Tiro no 21, Menteng, Jakarta, Kamis (13/3/2014).

Menurut dr Riviq, berikut beberapa indikasi pasien masuk ICU:

1. Pasien sakit berat, pasien tidak stabil yang memerlukan terapi intensif seperti bantuan ventilator,
pemberian obat vasoaktif melalui infus secara terus-menerus. Contohnya pasien gagal napas berat,
pasca bedah jantung terbuka, shock septik.

2. Pasien yang memerlukan bantuan pemantauan intensif atau non invasive sehingga komplikasi
berat dapat dihindari atau dikurangi. Contoh pasien pasca bedah besar dan luas, pasien dengan
penyakit jantung, paru, ginjal atau lainnya

Você também pode gostar