Você está na página 1de 4

1

BAB I
PENDAHULUAN

A. Latar Belakang
Jerawat atau acne vulgaris merupakan kelainan kronis akibat
meningkatnya aktivitas kelenjar lemak yang biasanya menghasilkan
zat berminyak yang disebut sebum. Dan jerawat juga merupakan
masalah kulit yang paling menganggu remaja yang ditemukan pada
80% remaja (Soetjiningsih, 2004).
Penyakit ini merupakan gangguan pada kelenjar pilosebasea
yang ditandai dengan sumbatan dan peradangan folikel. Sekresi
sebum yang berlebihan disebabkan oleh hormon androgen. Dalam
masa

pubertas

hormon

androgen

akan

meningkat

kemudian

mengental menutupi selubung rambut dan keluar dalam bentuk lemak


kental disebut jerawat, karena remaja yang beranjak dewasa sering
disibukkan dengan muka yang jerawatan.
Penyakit ini tidak fatal, tetapi cukup merisaukan karena
berhubungan

dengan

menurunnya

kepercayaan

diri

akibat

berkurangnya keindahan wajah penderita (Wasitaatmadja, 1997).


Walaupun tidak menutup kemungkinan penyakit ini terjadi pada
dekade ke tiga dan ke empat dari masa kehidupan. Sekitar 90% dari
seluruh remaja mengalami acne vulgaris dalam derajat yang berbedabeda, dan 20% memerlukan pertolongan dokter (Soetjiningsih, 2004).
Jerawat menjadi masalah pada hampir semua remaja. Acne
minor adalah suatu bentuk acne yang ringan, Sedangkan pada tingkat
yang parah dijumpai komedo, papula, pustula, nodula, dan kista.
Sekitar 80% jerawat muncul pada usia remaja dan dewasa muda.
Namun demikian diatas umur 40 tahun pun bisa jerawatan, bahkan
ada juga penderita yang masih bayi (Sitorus,1996).
Jerawat yang ringan dialami oleh 85% para remaja. Gangguan
ini masih dapat dianggap sebagai proses fisiologik. 15% remaja
menderita acne mayor, yang cukup hebat sehingga mendorong

mereka untuk berobat ke dokter. Pada wanita, insidens terbanyak


terdapat pada wanita usia 14-17 tahun, sedangkan pada laki-laki 16-19
tahun (Harahap, 2000).
Hasil
mengalami

penelitian
jerawat

menunjukkan

pada

usia

sebanyak

12-25

tahun,

85%

populasi

15%

populasi

mengalaminya hingga usia 25 tahun. Jika tidak teratasi dengan baik,


gangguan jerawat dapat menetap hingga usia 40 tahun (Santiyani,
2009).
Jerawat bisa menjadi gangguan yang sangat serius. Sebab,
jerawat bisa memberikan banyak sekali efek, baik secara fisik, seperti
mengurangi kecantikan, rasa sakit, pedih, nyeri, dan meninggalkan
bekas yang sulit dihalangkan. Maupun efek secara mental dan
emosional, seperti menjadi pemalu, depresi, rendah diri dan susah
untuk bergaul (Admin, 2010).
Kondisi tersebut terjadi pada remaja yang kondisi jerawatnya
cukup parah. Hasil survey menunjukkan hampir 25% dari responden
yang mengalami masalah jerawat parah mengaku sering merasa
depresi dan punya keinginan untuk bunuh diri (Admin, 2010).
Para ahli menyoroti peningkatan kasus depresi dan percobaan
bunuh diri di kalangan remaja yang memiliki jerawat cukup parah.
Pada

awalnya

diduga

obat-obatan

jerawat

yanag

dipakai

menyebabakan efek samping kestabilan mental dan memicu bunuh


diri. Namun, sebuah survey melibatkan 3.775 remaja yang dilakukan
institusi kesehatan public Norwegia dan dimuat dalam journal of
investigative Dermotology, menemukan keinginan bunuh diri itu bukan
karena efek samping obat jerawat, tetapi karena para remaja merasa
tidak percaya diri dengan wajahnya yang berjerawat (Andrianto, 2009).
Penyebab jerawat belum diketahui secara pasti tetapi banyak
faktor yang berkaitan dalam pembentukan jerawat, faktor makanan,
faktor kebersihan kulit, hormon, stres, dan kosmetik (Harahap, 2000).
Makanan berpengaruh pada timbulnya jerawat, jenis makanan
yang sering dihubungkan dengan timbulnya jerawat adalah makanan

tinggi lemak (kacang-kacangan, daging berlemak, es krim, susu,


makan beriododa tinggi (makanan asal laut dan pedas) dan makanan
tinggi karbohidarat (Steiner, 1997).
Kebersihan kulit sangatlah penting karena kulit merupakan garis
pertahanan tubuh yang pertama dari kuman penyakit. Dalam
menjalankan fungsinya, kulit menerima berbagai rangsangan dari luar
dan menjadi pintu masuk utama kuman patogen ke dalam tubuh. Bila
kulit bersih dan terpelihara dapat terhindar dari berbagai penyakit,
gangguan, atau kelainan yang mungkin muncul. Selain itu kondisi kulit
yang bersih akan menciptakan perasaan segar dan nyaman, serta
melihat seseorang terlihat cantik (Mubarak dan Chayatin, 2007).
Berdasarkan data dari Poliklinik Kulit dan Kelamin RSUDZA,
bulan Januari-Mei 2010 ditemukan dari 1.697 kunjungan didapat 137
orang dengan diagnosa acne vulgaris.
Hasil wawancara pada bulan Mei 2011 terhadap 12 orang
remaja putri yang berkunjung ke Poliklinik Kulit dan Kelamin RSUZA
Banda

Aceh

diperoleh

bahwa

semuanya

menyatakan

sering

mengkonsumsi makanan yang tinggi lemak seperti es krim, kacangkacangan, susu dan daging berlemak. Sementara dalam melakukan
perawatan

wajah,

66,6

remaja

mengatakan

dalam

sehari

membersihkan wajah dua kali tetapi tidak menggunakan sabun dan


pembersih lainnya. 91,6 % remaja tidak membersihkan wajah ketika
pulang dari beraktivitas.

B. Rumusan Masalah
Berdasarkan latar belakang masalah yang diuraikan maka yang
menjadi perumusan masalah dalam penelitian ini Apakah ada
Hubungan Pola Makan dan Kebersihan Kulit dengan Acne Vulgaris
pada remaja putri di BPK RSUZA Banda Aceh?

C. Tujuan Penelitian
1. Tujuan Umum

Untuk Mengetahui Hubungan Pola Makan dan kebersihan kulit


dengan Acne Vulgaris pada remaja putri di.

2. Tujuan khusus
a. Untuk mengetahui hubungan pola makan dengan acne vulgaris
pada remaja putri di...
b. Untuk mengetahui hubungan kebersihan kulit dengan acne
vulgaris pada remaja putri di...

D. Keaslian penelitian
Sepengetahuan peneliti, penelitian ini sudah pernah dilakukan
dengan judul Hubungan Konsumsi Makanan Cepat Saji terhadap
kejadian Acne Vulgaris. Sedangkan penelitian ini berjudul Hubungan
Pola Makan dan Kebersihan Kulit dengan Acne Vulgaris dengan
variable pola makan dan kebersihan kulit perbedaan dalam penelitian
ini adalah variable dan tempat.

E.

Manfaat Penelitian
1. Bagi institusi atau tempat penelitian sebagai pengembangan ilmu
pengetahuan untuk menambah informasi seputar hubungan pola
makan dan kebersihan kulit dengan akne vulgaris.
2. Bagi peneliti lain yang tertarik dengan penelitian serupa, hasilnya
dapat dijadikan informasi dan acuan sebagai perbandingan dalam
melaksanakan penelitian.
3. Bagi mahasiswa, hasil penelitian diharapkan dapat menambah
pengetahuan, tentang pengaruh makanan tehadap timbulnya
jerawat.

Você também pode gostar