Você está na página 1de 9

KONSEP GENDER

OLEH :
NAHIYAH JAIDI FARAZ

PUSAT STUDI WANITA


UNIVERSITAS NEGERI YOGYAKARTA
2003
1

KONSEP GENDER
Nahiyah jaidi Faraz

Pengertian Dasar
Gender merupakan penafsiran budaya untuk masalah citra, peran
dan status seseorang yang dilahirkan sebagai laki-laki atau wanita.
Misalnya sebuah budaya menafsirkan citra laki-laki sebagai pemberani,
kuat, agresif, dan rasional; kemudian perannya sebagai pelindung, pencari
nafkah; dan statusnya sebagai kepala keluarga. Sedangkan wanita, citranya adalah lemah-lembut, pasif dan emosional; kemudian perannya
sebagai pengelola rumah tangga (non-produktif), atau tiyang-wingking;
dan statusnya sebagai istri. Penafsiran ini kemudian melahirkan
prasangka-prasangka atau stereotipe bagi laki-laki dan wanita, yang
seringkali dianggap sebagai suatu kebenaran. Padahal penafsiran akan
citra, peran, dan status di atas bukanlah sesuatu yang bersifat universal.
Penelitian Margaret Mead (lihat sejarah konsep gender) memberikan
informasi menarik akan hubungan gender yang bersifat relatif itu.
Gender diartikan juga sebagai perbedaan-perbedaan sifat wanita
dan pria yang tidak mengacu pada perbedaan biologis, tetapi pada nilainilai sosial budaya yang menentukan peranan wanita dan pria dalam
kehidupan pribadi dan dalam setiap bidang kehidupan dan pembangunan.
Gender dapat juga diartikan sebagai konsep hubungan sosial yang
memilah-milahkan fungsi dan peran antara pria dan wanita.
Dalam kenyataan sebenarnya sifat-sifat tersebut dapat ditemui baik
pada pria maupun pada wanita (dapat dipertukarkan). Sebagai contoh,
banyak pria bekerja sebagai penjahit, ahli masak, salon kecantikan,
sebaliknya tidak sedikit wanita yang bekerja sebagai sopir, pilot, arsitek
dan sebagainya.
Jadi konsep gender dapat berubah karena pengaruh perjalanan
sejarah atau karena pengaruh perubahan politik, sosial-budaya, atau
pengaruh kemajuan pembangunan. Dengan demikian gender tidak berlaku
2

umum, tetapi bersifat situasional masyarakatnya, oleh karena merupakan


rekayasa manusia, sifat tersebut dapat dipertukarkan.

Perbedaaan Istilah Antara Seks (Jenis Kelamin) dan Gender


Untuk memahami konsep gender, harus dibedakan kata gender dan
sex atau jenis kelamin. Pengertian jenis kelamin merupakan penafsiran
dua jenis kelamin manusia yang ditentukan secara biologis, misalnya pria
adalah manusia yang memiliki penis, jakala, dan memproduksi sperma.
Sementara wanita memiliki alat reproduksi seperti rahim, saluran untuk
melahirkan, memproduksi telur, memiliki vagina, maupun alat untuk
menyusui. Organ-organ yang melekat pada pria dan wanita tersebut tidak
dapat dipertukarkan dan tidak dapat berubah karena sudah menjadi kodrat
Tuhan. Jenis kelamin merupakan kodrat Tuhan yang tidak dapat
dipertukarkan dan diubah oleh manusia. Tuhan menciptakan mahkluk
yang berbeda jenis kelaminnya dimaksudkan untuk saling melengkapi,
saling mengasihi, saling menghormati, saling membutuhkan yang
membuat pasangan tersebut menjadi tentram.
Namun mengingat keputusan masyarakat pada umumnya lebih
banyak di tangan pria, sering kepentingan wanita relatif kurang
diperhatikan, sehingga menimbulkan ketidakadilan dan ketimpangan
gender.

Perbedaan antara sex (jenis kelamin) dan gender dapat digambarkan


sebagai berikut:

JENIS KELAMIN

GENDER
3

Biologis

Konstruksi/bentukan sosial

Faktor-faktor apa saja yang mempengaruhi perilaku manusia/individu?


Perilaku manusia/individu dipengaruhi oleh konstruksi biologis, sosial, dan
agama.
Konstruksi Biologis:
Berbeda ciri fisik perempuan dan laki-laki, serta tidak dapat
dipertukarkan karena produk alamiah (hormone).

Konstruksi Sosial:
Berbeda peran dan tanggungjawab perempuan dan laki-laki, dan
dapat dipertukarkan karena produk budaya (tata nilai)

Konstruksi Agama:
Berbeda posisi perempuan dan laki-laki, dan tidak dapat
dipertukarkan karena ajaran agama (dogmatis)

Dalam upaya mengubah perilaku seseorang terhadap pemahaman


gender, ada beberapa istilah yang perlu diketahui:
a. Buta Gender (gender blind), yaitu kondisi/keadaan seseorang yang tidak
memahami tentang pengertian/konsep gender karena ada perbedaan
kepentingan laki-laki dan perempuan.
b. Sadar Gender (gender awareness), yaitu kondisi/keadaan
seseorang yang sudah menyadari kesamaan hak dan kewajiban antara
perempuan dan laki-laki.
c. Peka/Sensitif Gender (gender sensitive),yaitu kemampuan dan
kepekaan seseorang dalam melihat dan menilai hasil pembangunan dan
aspek kehidupan lainnya dari perspektif gender (disesuaikan kepentingan
yang berbeda antara laki-laki dan perempuan).
d. Mawas Gender (gender perspective), yaitu kemampuan
seseorang memandang suatu keadaan berdasarkan perspektif gender.
e. Peduli/Responsif Gender (gender concern/responcive), yaitu
kebijakan/program/kegiatan atau kondisi yang sudah dilakukan dengan
memperhitungkan kepentingan kedua jenis kelamin.
Untuk memahami gender lebih lanjut, perlu diperhatikan juga
mengenai

terjadinya

ketidakadilan

gender.

Ketidakadilan

gender

atau

diskriminasi gender merupakan akibat dari adanya system (struktur) sosial dimana
salah satu jenis kelamin (laki-laki maupun perempuan) menjadi korban. Hal ini
terjadi karena adanya keyakinan dan pembenaran yang ditanamkan sepanjang
peradaban manusia dalam berbagai bentuk dan cara yang menimpa kedua belah
pihak, walaupun dalam kehidupan sehari-hari masalah lebih banyak dialami oleh
perempuan.

Masalah yang Dialami Perempuan


Meskipun perjuangan perempuan telah berjalan cukup lama,
namun sampai saat ini masih ditemui berbagai masalah kritis yang
dihadapi perempuan.
a. Masalah Perempuan di Tingkat Internasional
Dari hasil konferensi di Beijing 1995 diidentifikasi sejumlah
masalah yang banyak dihadapi kaum perempuan di sebagian besar
dunia. Kumpulan masalah tersebut dikenal dengan 12 isu keprihatinan
Beijing sebagai berikut:

Masalah perempuan dan kemiskinan, terutama karena kemiskinan


struktural akibat dari kebijaksanaan pembangunan dan sosial
budaya yang berlaku.

Keterbatasan kesempatan pendidikan dan pelatihan bagi kaum


perempuan untuk meningkatkan posisi tawar-menawar menuju
kesetaraan gender.

Masalah kesehatan dan hak reproduksi perempuan yang kurang


mendapat perlindungan dan pelayanan yang memadai.

Kekerasan fisik/non fisik terhadap perempuan baik dalam rumah


tangga maupun di tempat kerja, tanpa mendapat perlindungan
secara hukum.

Perempuan di tengah wilayah konflik militer dan kerusuhan, banyak


yang menjadi korban kekejaman dan kekerasan pihak yang bertikai.
Meskipun hal ini sudah dijamin oleh Konvensi Geneva, 1949.

Terbatasnya akses kaum perempuan untuk berusaha di bidang


ekonomi produktif, termasuk mendapatkan modal dan pelatihan
usaha.

Keikutsertaan perempuan dalam merumuskan dan mengambil


keputusan dalam keluarga, masyarakat dan negara masih sangat
terbatas.

Terbatasnya

lembaga-lembaga

dan

mekanisme

yang

dapat

memperjuangkan kaum perempuan baik dalam sektor pemerintah


maupun non-pemerintah (swasta).

Perlindungan dan pengayoman terhadap hak-hak azasi perempuan


secara sosial maupun hukum masih lemah.

Keterbatasan akses kaum perempuan terhadap media massa, sehingga ada kecenderungan media informasi menggunakan tubuh
wanita sebagai media promosi dan eksploitasi murahan.

Kaum perempuan paling rentan terhadap pencemaran lingkungan,


seperti air bersih, sampah industri, dan lingkungan lain.

Terbatasnya kesempatan dalam mengembangkan potensi dirinya


dan tindak kekerasan terhadap anak perempuan.

b. Masalah Perempuan di Indonesia


Di Indonesia terdapat beberapa hal yang merendahkan harkat
dan martabat perempuan sebagai keprihatinan bersama, antara lain
seperti:

Masih banyak peraturan perundang-undangan yang diskriminatif terhadap kaum perempuan terutama di tempat kerja dan
skala penggajian.
Contoh : Undang-undang Ketenagakerjaan yang masih bias gender.

Banyak terjadi tindak kekerasan, perkosaan, dan penyiksaan


fisik terhadap kaum perempuan tanpa mendapat perlindungan
hukum yang memadai.
Contoh : Terjadinya kekerasan fisik istri oleh suami, perkosaan,
dan penindasan terhadap pekerja perempuan.

Sindikat

penipuan

dan

perdagangan

perempuan

untuk

dipekerjakan dengan penghasilan yang menjanjikan.


Contoh : Ditemukannya Yayasan TKW yang menelantarkan/atau
memeras perempuan yang akan bekerja di luar daerah/negeri.

Eksploitasi tubuh, dan tindakan pelecehan seksual atau pornografi yang dilakukan dengan alasan seni dan pariwisata.
Contoh : Beberapa majalah/surat kabar dengan cover gambar
perempuan yang menggunakan pakaian tidak sopan /sangat
sensual.

Budaya kawin muda yang diikuti dengan tingkat perceraian yang


tinggi dapat merendahkan martabat perempuan.
Contoh : Masih ditemukannya perempuan yang kawin muda pada usia
kurang dari 16 tahun dan diikuti dengan perceraian yang tinggi.

Budaya melamar dengan antaran dan mas kawin yang mahal


sehingga dapat menimbulkan persepsi seperti jual-beli perempuan
(pengaruh adat istiadat daerah tertentu).
Contoh : Di beberapa adat di propinsi tertentu, mas kawin seperti:
1 ekor sapi, emas, atau gading, yang menimbulkan kesan seolaholah perempuan ditukar dengan harta.

Diskriminasi dalam kesempatan pendidikan, pelatihan dan


kesempatan kerja.
Contoh :
1) Undang-undang Pendidikan Nasional yang masih bias Gender.
2) Dalam keluarga yang tidak mampu/memiliki keterbatasan
Ekonomi, kesempatan lebih banyak diberikan kepada anak
laki-laki untuk memperoleh pendidikan.

Dari segi politik, telah menuntut persyaratan yang lebih terhadap


perempuan dibanding laki-laki, untuk menduduki posisi yang
sama.

Dari aspek kesehatan reproduksi masih ada pendapat bahwa KB


adalah urusan perempuan, tabu membicarakan masalah-masalah
kesehatan reproduksi secara terbuka.

Dengan mengetahui dan memahami pengertian gender dan seks,


seseorang

diharapkan

tidak

lagi

mencampuradukkan
8

pengertian

kodrat

(ciptaanTuhan) dan non-kodrati (buatan masyarakat yang bias berubah sepanjang


jaman). Konstruksi sosial dapat, terjadi karena pada dasarnya sikap dan perilaku
manusia dipengaruhi oleh faktor internal dan eksternal, yaitu konstruksi biologis,
konstruksi sosial,dan konstruksi agama.
Pemahaman tentang perbedaan seks dan gender sangat penting karena keduanya
merupakan kunci untuk tidak terjadinya kesalahan analisis, baik dalam keluarga
maupun dalam masyarakat yang seringkali menimbulkan ketidakadilan gender.
Ketidakadilan gender dapat dihilangkan apabila masyarakat memahami dan
mawas diri serta bertekad mengubah perilaku ke arah yang responsif gender
dalam setiap kegiatan, sehingga masalah yang banyak dialami perempuan dapat
diiliminir (dikurangi).
Dengan demikian, perlu adanya kesepakatan dalam hal pembagian peran,
sehingga laki-laki dan perempuan dapat menjadi mitra yang setara dan
seimbang dalam kehidupan di keluarga, masyarakat, dan pemerintahan.

Dartar Pustaka
CIDA,(2001).Kantor Meneg Pemberdayaan Perempuan, WGP 11, Gender
dan Pembangunan.
Nazaruddin Umar, (1998) Argumentasi Kesetaraan Gender Perspektif AlQuran; PT Paramadina, Jakarta.
Rifka Anisa, M, (2002) Memahami Gender dan Kekerasan Terhadap
Perempuan.
UNFPA,(2001). Kantor Meneg Pemberdayaan Perempuan RI; 2001, Bahan
Pembelajaran

Pelatihan

Pengurus

Utamaan

Kesehatan Reproduksi dan Kependudukan.

Gender

Bidang

Você também pode gostar