Você está na página 1de 7

IV.

ANALISA CORE

4.1 Maksud dan Tujuan


Maksud dari analisa coring yaitu untuk mengetahui dan memahami tata cara
analisa core.
Tujuan dari analisa coring ini adalah untuk mendeskripsikan mineral dan
menginterpretasikan sampel yang diteliti di laboratorium.

4.2 Landasan Teori


Coring merupakan kegiatan atau usaha untuk mendapatkan conto batuan dari
formasi bawah permukaan. Core inilah yang nantinya diuji dalam laboratorium
untuk mengetahui sifat fisik batuannya. Analisa inti batuan adalah tahapan analisa
setelah contoh formasi dibawah permukaan (core) diperoleh. Prosedur analisa inti
batuan pada dasarnya terdiri atas 2 bagian, yaitu :
1. Analisa inti batuan rutin.
2. Analisa inti batuan spesial.
4.2.1

Sifat fisik core

Analisa inti batuan rutin umumnya berkisar tentang pengukuran porositas,


permeabilitas absolut dan saturasi fluida, sedangkan analisa inti batuan spesial
dapat dikelompokkan menjadi dua, yaitu pengukuran pada kondisi statis dan
pengukuran pada kondisi dinamis. Pengukuran pada kondisi statis meliputi
tekanan kapiler, sifat-sifat listrik dan kecepatan rambat suara, grain density,
wettability, kompresibilitas batuan, permeabilitas dan porositas fungsi tekanan
(Net Over Burden) dan studi petrografi. Yang termasuk pengukuran pada kondisi
dinamis meliputi : permeabilitas relatif, thermal recovery, gas residual, water
flood evaluation, liquid permeability (evaluasi completion, work over dan
injection fluid meliputi surfactant dan polymer).

Gambar 4.1 Coring


Sifat fisik batuan dan fluida reservoir sangat penting untuk perhitungan cadangan
dan perencenaan produksi sehingga di dapat kan efisiensi setinggi mungkin.
perhitungan cadangan dan perencenaan produksi sehingga didapat kan efisiensi
setinggi mungkin. Untuk mendapatkan data data tentang sifat sifat fisik batuan
perlu di lakukan pengambilan sample batuan reservoir atau lebih umum di sebut
core atau inti batuan yang di ambil pada saat analysis coring. Analisa routine core
meliputi pengukuran porositas, permeabilitas, dan saturasi fluida. Dan analisa
special core meliputi kompribilitas, wettabilitas dan tekanan kapiler.
Klasifikasi sifat batuan yaitu :
1) Porositas
Porositas adalah perbandingan volume rongga pori pori terhadap volume total
batuan, perbandingan ini biasanya di lakukan dengan persen.
Porositas dan permeabilitas adalah data petrophysic yang paling penting berasal
dari routine core analysis, dan data tersebut di butuhkan untuk untuk deskripsi
reservoir dan simulasi reservoir, faktor yang mengantrol porositas sangat
kompleks dan bervariasi dengan tive batuan, proses kompeksi dan diagenesa.
Rongga pada batuan yang di hasilkan melalui lapisan diantara butiran disebut
pori pori yang di tempati fluida cairan atau gas, porositas pada batuan poros dapat
memiliki nilai yang berbeda dan bervariasi tetapi pada umum nya porositas batuan
sedimen lebih kecil dari 50%.
Klasifikasi Porositas
Klasifikasi porositas terbagi menjadi dua kategori, yaitu klasifikasi secara
Gologi dan Klasifikasi secara Teknik ( Geological and clasification engineering)
Klasifikasi secara Geologi (geological classifiction of porosity )

Di bawah ini adalah klasifikasi porositas secara umum didasarkan pada


genesa nya yaitu:
1. Porositas primer
Interkristalin : Rongga diantara bidang belah kristal, rongga diantara
individu kristal dan rongga diantara lattice.
Integranular dan Intervatikel : Rongga diantara butiran dan porositas
tersebut adalah yang dominan hadir pada kebanyakan reservoir
hydrokarbon.
Bidang perlapisan : Rongga pada kebanyakan reservoir terkonsentrasi
secara paralel terhadap bidang perlapisan dan perbedaan endapan sedimen
ukuran

pertikal

dan

penyusunan

dan

lingkungan

pengendapan

menyebabkan rongga pada bidang perlapisan.


Keseragaman rongga batuan sedimen :
1) rongga pori di hasilkan dari akumulasi fragmen detrikal berupa fosil.
2) rongga atau pori yang di hasilkan dari pengepakan oolite.
3) rongga atau pori yang di hasilkan rumah organisme pada saat pengendapan.
2. Porositas sekunder
Porosita sekunder adalah hasil dari proses geologi ( geagenesa dan kata
genesa ) setlah proses pengendapan porositas sekunder dapat di bagi berdasarkan
proses geologi yang dominan.
porositas oleh pelarutan ( solution porosity ) : pori yang di hasilkan dari
proses pelarutan oleh sirkulasi panas, sesar dan gua yang melebar

oleh proses

pelarutan, pelarutan oleh aktivitas organisme dan lain lain.


Porositas Rekahan ( fracture Porosity ) : dihasilkan oleh aktipitas tektonik
seperti perlipatan patahan, rekahan ini termasuk sesar, retakan dan hancuran.
Porositas Sekunder yang lain seperti pitches, sandle reefs, dan falt yang
terbentuk akibat proses slimping lubang atau pori yang di hasilkan oleh longsoran
material sedimen dasar laut seperti breksi dan konglomerat yang di hasilkan dari
perpindahan gravitasi pada material dasar samudra setelah sebagian terlitifikasi.
c. Porositas Mikro ( Microporosity )
Porositas mikro di definiskan sebagai porositas yang berasosiasi dengan pori
pori yang memiliki celah atau lubang lebih kecil dari 0,5 mikro. Porositas mikro

memang tidak umum dalam reservoir hydrocarbon dan asosiasi antara clay dan
porositas mikro berperan penting pada peningkatan porositas mikro denfan
berkurang nya ukuran butir pada penigkatan kandungan clay. Didalam kualitas
reservoir yang lebih baik pada batu pasir, paling sering berasosiasi dengan
authogenic clay dan pelarut seperti pori mikro pada rijang. Porositas mikro pada
umunya adalah di jenuhi air kecuali pada tekanan tekanan kapiler yang tinggi.
Porositas mikro merupakan porositas interagranular, yang dapat di hasilkan oleh
cangkang cangkang organik seperti cangkang foraminifera, adanya cangkang
foram

yang cukup banyak pada batuan menghasilkan porositas yang cukup

banyak pada batuan menghasilkan porositas yang cukup besar.


2) Permeabilitas
Pada prinsipnya, Data permebilitas digunakan untuk menentukan kemampuan
air resevoir permebilitas didefinisakan sebagai kemampuan resevoir untuk
membawa fluida melaui pori yang saling berhubungan. Kenyataanya permebilitas
batuan tergantung pada porositas efektif.
Faktor yang mempengaruhi permeabilitas antara lain ukuran butir bentuk
butir,sortasi atau distribusi ukuran butir ,penepakan butiran,derajat kekompakkan
dan sermentasi,juga tipe clay yang hadir khusus pada fresh water. mineral clay
semactite (bentonite) dan montmorillonit akan mengembang (swelling) pada
freshwater dan menurut pori batuan.
2.1

Klasifikasi Permeabilitas

Reservoir hidrokarbon mempunyai dua jenis permeabilitas, yaitu permeabilitas


primer yang biasa dikenal dengan permeabilitas matriks dan permeabilitas
sekunder. Permeabilitas sekunder dihasilkan dari proses alterasi matrik batuan
karena kompaksi, sementasi retakan dan pelarut. Kompaksi dan sementasi secara
umum mengurangi permeabilitas primer, sementara retakan dan pelarutan
cekungan memperbesar permeabilitas. Pada batuan reservoir yang sama,
khususnya karbonat dan porositas rendah, permeabilitas sangat berperan penting
dalam mengontrol migrasinya fluida ke reservoir.

1.

Permeabilitas

absolute

merupakan

kemampuan

suatu

batuan

untuk

mengalirkan suatu jenis fluida.


2. Permeabilitas efektif merupakan kemampuan fluida untuk dapat dialiri oleh
suatu jenis fluida atau lebih, baik itu air, minyak dan keduanya, atau sebagai
perbandingan permeabilitas air (kw) dan permeabilitas minyak (ko).
3. Permeabilitas relative adalah perbandingan antara permeabilitas efektif dengan
pase permeabilitas ( air, minyak atau gas).
2.2 Faktor yang Mempengaruhi Permeabilitas
Permeabilitas batuan reservoir dapat berkisar 0,1 sampai 1,000 md atau lebih.
Batuan reservoir yang memiliki permeabilitas1 md dianggap ketat, hal ini dapat
dijumpai pada batuan gamping. Faktior yang mempengaruhi permeabilitas adalah:
1. Bentuk dan ukuran batu : jika batuan disusun oleh butiran yang besar, pipih
dan seragam dengan dimensi horizontal lebih panjang, maka permeabilitas
horizontal (kh) akan lebih besar. Sedangkan permeabilitas vertical (kv) sedang tinggi. Jika batuan yang disusun berbutir dominan kasar, membulat dan seragam,
maka permeabilitas akan lebih besar dari kedua dimensinya. Permeabilitas buat
reservoir secsara umum lebih rendah, khusunya pada dimensi vertikalnya, jika
butirannya berupa pasir dan bentuknya tidak teratur. Sebagian besar reservoir
minyak seperti ini.
2. Sementasi : permeabilitas dan porositas bauan sedimen sangat dipengaruhi
sementasi dan keberadaan semen pada pori batuan.
3. Retakan dan pelarutan : pada batuan pasir, retakan tidak dapat menyebabkan
permeabilitas sekunder, kecuali pada batuan pasir yang interbedded dengan shale,
lime stone dan dolomite. Pada batuan karbonat, proses pelarut oleh larutan asam
yang berasal dari perokolasi air permukaan akan melalui pori pori primer
batuan, bidang celah dan rekahan akan menambah permeabilitas reservoir.
2.3 Kompresibilitas
Menurut Geertsma, terdapat tiga macam kompressibilitas pada batuan yaitu :
a.

Kompressibilitas matriks batuan, yaitu fraksional perubahan volume dari

material padatan batuan (grain) terhadap satuan perubahan tekanan.

b.

Kompressibilitas batuan keseluruhan, yaitu fraksional perubahan volume dari

volume batuan terhadap satuan perubahan tekanan.


c.

Kompressibilitas pori-pori batuan, yaitu fraksional perubahan volume pori-

pori batuan terhadap satuan perubahan tekanan.


Batuan yang berada pada kedalaman tertentu akan mengalami dua macam
tekanan, yaitu:

Internal stress yang berasal dari desakan fluida yang terkandung di dalam
pori-pori batuan (tekanan hidrostatik fluida formasi).

External stress yang berasal dari pembebanan batuan yang ada di atasnya
(tekanan overburden)

4.3

Peralatan dan Fungsi

Alat-alat yang digunakan dalam analisa core adalah sebagai berikut :


Lempung jenuh digunakan sebagai sampel untuk di uji.
Core box berfungsi sebagai tempat penyimpanan sampel
Aluminium foil berfungsi untuk membungkus sampel yang akan disimpan
Spidol digunakan untuk menandai sampel
Cutting machine berfungsi untuk memotong coring
Isolatif digunakan untuk merekatkan pembungkus
Gunting digunakan untuk memotong.
Penggaris digunakan untuk mengukur coring yang akan diuji.
4.5

Prosedur Percobaan

Berikut adalah prosedur kerja pada analisa coring


1) Menyiapkan coring
2) Memisahkan atau mengeluarkan coring dari casing
3) Mendeskripsikan coring untuk mengetahui komposisi dan jenis mineral
yang terdapat pada coring tersebut.
4) Mengukur panjang coring, diameter coring dan RQD ( Rock Quality
Designation )
5) Membungkus coring dengan plastik.
6) Lalu menentukan Top dan Bottom
7) Lalu melakukan pemotongan coring

8) Membungkus coring dengan alluminium foil.

4.6 Data
Data pada pengujian analisa core adalah sebagai berikut:
Diameter

: 4 cm

Panjang

:1m

4.7 Pembahasan

4.7 Kesimpulan
Dari praktikum yang telah praktikan lakukan, praktikan dapat menyimpulkan
bahwa:
Coring merupakan kegiatan atau usaha untuk mendapatkan contoh batuan dari
formasi bawah permukaan.
Alat-alat yang digunakan dalam analisa core adalah sebagai berikut :
Lempung jenuh digunakan sebagai sampel untuk di uji.
Pipa berfungsi sebagai tempat penyimpanan sampel
Aluminium foil berfungsi untuk membungkus sampel yang akan disimpan
Spidol digunakan untuk menandai sampel
Cutting berfungsi untuk memotong coring
solatif digunakan untuk merekatkan pembungkus
Gunting digunakan untuk memotong.
Penggaris digunakan untuk mengukur coring yang akan diuji.

Você também pode gostar