Escolar Documentos
Profissional Documentos
Cultura Documentos
PENDAHULUAN
1.1
LATAR BELAKANG
Beberapa anggota Lacertilia mempunyai cara perlindungan diri dengan
autotomi ekor, yaitu putusnya ekor pada tempat-tempat tertentu
disepanjang ekor yang disebut dengan dataran autotomi. Autotomi ekor
terjadi apabila hewan dikejar atau ekornya ditangkap. Ekor merupakan
organ yang sangat menarik untuk diteliti karena beberapa anggota
Lacertilia mempunyai kemampuan autotomi ekor yang selanjutnya diikuti
oleh regenerasi. Cicak (Hemidactylus frenatus) merupakan salah satu
anggota Lacertilia yang mempunyai kemampuan autotomi dan regenerasi
ekor. Setelah peristiwa autotomi ekor akan terjadi proses regenerasi
sehingga tumbuh ekor baru yang bentuk dan ukurannya hampir sama
dengan ekor semula. Kemampuan khas yang dimiliki cicak tersebut akan
dibahas dalam makalah yang berjudul regenerasi ekor cicak ini.
1.2
RUMUSAN MASALAH
Rumusan masalah dalam penulisan ini adalah:
1. Apa pengertian regenerasi?
2. Bagaimana anatomi dan autotomi ekor cicak?
3. Bagaimana regenerasi ekor cicak?
4. Bagaimana peran medula spinalis dalam regenerasi ekor cicak?
1.3
TUJUAN PENULISAN
Sejalan dengan rumusan masalah di atas, maka tujuan penulisan ini
adalah:
1. Untuk mengetahui pengertian regenerasi.
2. Untuk mengetahui anatomi dan autotomi ekor cicak.
3. Untuk mengetahui regenerasi ekor cicak.
4. Untuk mengetahui peran medula spinalis dalam regenerasi ekor cicak.
1.4
MANFAAT PENULISAN
Manfaat dari penulisan ini adalah:
1. Sebagai syarat ketuntasan mata kuliah perkembangan hewan hewan.
2. Sebagai sumber belajar bagi mahasiswa mengenai regenerasi ekor
cicak.
3. Sebagai referensi dalam menulis mengenai regenerasi ekor cicak.
BAB II
PEMBAHASAN
2.1
Pengertian Regenerasi
Regenerasi organ dapat diartikan sebagai kemampuan
tubuh
suatu organisme untuk menggantikan bagian tubuh yang rusak baik yang
disengaja ataupun yang tidak disengaja (karena kecelakaan) dengan
bagian tubuh yang baru dengan bentuk yang sama persis dengan
sebelumnya atau
regnerasi adalah
2.2
normal, tekanan yang disebabkan oleh kontraksi otot, akan merata dan
sama di seluruh bagian ekor. Akan tetapi, bila suatu bagian ekor ditahan
atau dipegang berlebihan yang disebabkan oleh gerakan bagian ekor di
depan bagian yang tertangkap. Hal inilah yang menyebabkan ekor dapat
putus melalui dataran autotomi.
Tidak semua ruas tulang ekor memiliki dataran autotomi.
Umumnya, ruas tulang nomor satu sampai dengan lima tidak memiliki
dataran autotomi. Hal ini terjadi karena pada bagian tersebut terletak
sebasang alat kelamin jantan yang disebut hemipenis. Oleh karena itu
autotomi ekor tidak mungkin terjadi di bagian pangkal ekor tepatnya pada
bagian ekor yang disokong oleh ruas tulang ekor nomor satu sampai
dengan lima.
Proses aototomi dipengaruhi oleh suhu lingkungan. Pada suhu
yang memungkinkan cicak untuk aktif dan mampu segera menghindar
dari predator. Dari predator, lebih menguntungkan untuk melakukan
autotomi ekonomi. Semakin sedikit ekor yang putus, semakin cepat proses
regenerasinya. Pada suhu rendah, lebih menguntungkan untuk melakukan
autotomi total, karena bagian ekor yang putus lebih besar sehingga
predator lebih lama tertarik pada atau terhadap ekor tersebut. Diduga ada
hubunngan antara lama waktu yang diperlukan untuk melarikan diri,
dengan panjang bagian ekor yang putus. Minimal, dengan autotomi ekor,
hewan dapat melarikan diri dari predator, namun kegesitannyaah yang
menyelamatkan dirinya, dan kegesitan ini sangat tergantung pada suhu
(Bustard, 1968).
Hilangnya ekor akibat peristiwa autotomi, menyebabkan hewan
lebih rentan terhadap predator, dan menurunkan status social hewan. Hal
ini menyebabkan berkurangnya daerah jelajah hewan tersebut, sehingga
meningkatkan rasio kematian (Fox and Rostker, 1982). Ekor yang terlepas
dari autotomi, masih mampu melakukan gerakan meliuk-liuk beberapa
saat, sehingga menarik pehatian predator. Hal ini disebabkan saraf
motorik medulla spinalis dibagian ekor yang terlepas, hanya mengalami
2.3
tunas
regenerasi
(blastema,),
dilanjutkan
dengan
1970).
Pada
blastema,
sel-sel
embrional
mengalami
ependima
apikal(Simpson,1983).pengamatan
secara
2.4
berperan sebagai induktor pada proses regenerasi ekor cicak. Apabila ekor
yang mengalami autotomi kemudian medulla spinalis dibagian depan
dataran autotomi diambil secara total sepanjang 5 ml, maka ekor tersebut
tdak mengalami regenerasi. Akan tetapi apabila separuh bagian kiri atau
bagian kanan medulla spinalis diambil, asalkan masih ada lapisan
ependima, ekor masih dapat mengalami regenerasi, walaupun tumbuhnya
ekor baru tersebut tidak normal. Abnormalitas regenerasi ekor
ditunjukkan oleh pertumbuhan ekor yang tidak lurus kearah belakang
tetapi membelok kearah punggung atau kearah samping.
Sel-sel ependima yang melapisi canalis centralis merupakan
komponen medula spinalis yang sangat berperan pada awal regenerasi
ekor dan pada pembentukan tulang rawan, penyokong, ekor yang
mengalami regenerasi. Peran medula spinalis ependima sebagai indikator
regenerasi ekor, dapat dibuktikan melalui beberapa penelitian (soesilo,
2006). Penelitian cox (1969) menunjukkan bahwa pengurangan serabut
saraf tepi, tidak mempengaruhi regenerasi. regenerasi tetapberlangsung
secara normal, asalkan masih ada medulla spinalis beserta sel-sel
epindima. pada awal regenerasi ekor,di bagian peralihan ekor asli dan
ekor regenerat, sel-sel ependima menunjukkan peningkatan jumlah
retikulum endoplasmik granular dan kompleks golgi, terutama di bagian
apikal sel. peningkatan jumlah skretori sel epindima tersebut, berkaitan
dengan peran medulla spinalis dalam menginduksi regenerasi. Diduga,
sekeret tersebut dikirim kearah ekor melalui cannalis centralis untuk
memulai dan melangsungkan proses regenerasi ekor (tumer andsinger,
1973) dengan melakukan inplantasi medulla spinalis regenerat, baik pada
ekor asli maupun ekor regenerat, implan tersebut akan memicu
pembentukan blastema. selanjutnya terjadipertumbuhan ekor baru pada
ekor lama sehingga terbentuklah ekor bercabang.arah dan letak cabang
ekor dapat dibuat bervariasi, tergantung pada cara meletakkan implan.
ekor bercabang pada cicak dapat pula di buat dengan cara merusak ruas
tulang ekor.melalui lubang yang terbentuk akibat kerusakan tulang ekor.
medulla spinalis akan memicu terbentuknya blastema dan selannjutnya
fase
regenerasi
tersebut,
pembuluh
darah
akan
yang
menstimulasi
angiogenesis
disebut
faktor
sangat
dibutuhkan
untuk
keberhasilan
terjadinya
10
11
BAB III
PENUTUP
3.1 Kesimpulan
Dari rumusan masalah dan pembahasan dalam makalah ini, dapat
disimpulkan bahwa:
1. Regenerasi organ dapat diartikan sebagai kemampuan tubuh suatu
organisme untuk menggantikan bagian tubuh yang rusak baik yang
disengaja ataupun yang tidak disengaja (karena kecelakaan) dengan
bagian tubuh yang baru dengan bentuk yang sama persis dengan
sebelumnya atau regnerasi adalah kemampuan organisme untuk
mengganti bagian-bagian tubuh yang hilang, baik karena luka, rusak
maupun karena melakukan autotomi.
2. Ditinjau dari segi struktur, ekor cicak disokong oleh ruas-ruas tulang
ekor (vertebra caudalis) yang tersusun berderet-deret dari pangkal
sampai ke ujung ekor. Ekor juga dilengkapi dengan jaringan lemak
perivertebral (di bagian tepi ujung ekor), otot, saraf (pusat dan tepi),
pembuluh darah dan kulit beserta sisik-sisik yang tersusun rapat.
3. Autotomi pada ekor cicak seperti mutilasi tubuh sendiri. Proses
aototomi dipengaruhi oleh suhu lingkungan. Pada suhu yang
memungkinkan cicak untuk aktif dan mampu segera menghindar
dari predator.
4. Para ahli sepakat bahwa regenerasi ekor cicak berlangsung melalui
tiga
tahap,
pembentukan
yakni
penyembuhan
blastema;
luka
rediferensiasi,
dan
dediferensiasi;
morfogenesis
dan
pertumbuhan.
5. Sel-sel ependima yang melapisi canalis centralis merupakan
komponen medula spinalis yang sangat berperan pada awal
regenerasi ekor dan pada pembentukan tulang rawan, penyokong,
ekor yang mengalami regenerasi. Peran medula spinalis ependima
sebagai indikator regenerasi ekor, dapat dibuktikan melalui beberapa
penelitian.
12