Você está na página 1de 50

CONTOH TINJAUAN

AKADEMIK
NASKAH REVISI RTRWP
BALI (2009-2028)
Prof. Dr. Ir. Indayati Lanya, MS
Prof. Dr. Ir. N. Netera Subadiyasa, MS

POLA PIKIR

HIRARKI DAN LEGALITAS


RENCANA TATA RUANG

JENIS

FUNGSI ADMINISTRASI
DAN KEGIATAN KAWASAN

RTRWN (PP No. 26 Tahun 2008)


Skala 1 : 1000.000

RTRW PROV. Bali skala 1 : 160.000


Minimum unit 5mmx 5mm = 6.400 m2
Minimum unit Bangunan = 1.024 m2
Ditunggu
RTRW KAB/KOTA
Bila Diperlukan

Apabila RTRW belum memadai

RTR PULAU/KEPULAUAN
RTR KAWASAN STRATEGIS

NASIONAL
PROVINSI
RDTR KAB/KOTA
KAB/KOTA

Lanjutan.

ZEE

Kawasan
Andalan
Keterangan :
Jalan
Sungai
Batas Propinsi
Kaw. Lindung
Pertanian

Keterangan
: Jalan
Sungai

Perkebunan

Industri

Batas Propinsi
Kaw.Lindung

KAPET

Kota

Perumahan
Pertanian
Perkebunan
Industri
Perikanan

Sawah
Perumahan

Perikanan
Laut
Terminal

RDTR DAN
RTR KAWASAN
STRATEGIS
KAB/KOTA

Keterangan :
Jalan
Industri
Perdagangan

RTR PULAU
DAN
RTR KAWASAN
STRATEGIS
NASIONAL

RTR KAWASAN
STRATEGIS
PROVINSI

PROSES PENYUSUNAN RENCANA TATA RUANG DAERAH

Penyusunan
TOR dan
Rencana
Kerja
Penyusunan
RTRW

Data dan
Informasi

Data dan
Informasi

Data dan
Informasi

VISI
RUANG
WILAYAH

ARAH
PENGEMBANGAN
RUANG WILAYAH

KEBIJAKAN
DAN STRATEGI
PEMANFAATAN
RUANG
WILAYAH

Analisis

Masukan
Srakeholders
(Pemerintah, DPR/
DPRD Masyarakat,
Dunia Usaha,
Cendekiawan,
LSM)

Analisis

Masukan
Srakeholders
(Pemerintah, DPR/
DPRD Masyarakat,
Dunia Usaha,
Cendekiawan,
LSM)

PERDA tentang
RTRW

Persiapan
Pengumpulan Data

Masukan
Srakeholders
(Pemerintah, DPR/
DPRD Masyarakat,
Dunia Usaha,
Cendekiawan,
LSM)

EVALUASI oleh
Mendagri untuk
RTRWP dan
RTRWK/K oleh
Gubernur

Analisis

Data dan
Informasi

Analisis

RENCANA
TATA RUANG
WILAYAH

Masukan
Srakeholders
(Pemerintah, DPR/
DPRD Masyarakat,
Dunia Usaha,
Cendekiawan,
LSM)

STRUKTUR
RUANG
WILAYAH

POLA RUANG
WILAYAH

KELEMBAGAAN

- Rancangan
Peraturan
Daerah
tentang RTRW.
- Dokumen RTRW
Konsultasi dan
Koordinasi

Konsepsi Rencana
Diskusi Terbuka
Evaluasi
Pengesahan

PROSES LEGISLASI RENCANA TATA RUANG DAERAH


(Berdasarkan PERMENDAGRI NO. 28/2008 Tentang Tata Cara Evaluasi Raperda tentang Rencana Tata Ruang Daerah)

A. Raperda RTRW Provinsi


TAHAP 1

PENYUSUNAN

- Raperda RTRW
- Dokumen RTRW

Kesepakatan BKPRD
Provinsi
Kesepakatan BKPRD
Provinsi yang berbatasan.
Kesepakatan BKPRD
Kab/Kota.

Pembahasan untuk
mendapatkan persetujuan
bersama DPRD.

TAHAP 2

KONSULTASI

Substansi Teknis
Raperda beserta
Lampirannya
( Dokumen
RTRW)

Gubernur melakukan konsultasi


atas substansi teknis Raperda
kepada Departemen/LPND
yang membidangi urusan tata
ruang, dikoordinasikan oleh
BKTRN.

Persetujuan
Substansi Teknis

TAHAP 3

Penyempurnaan

EVALUASI

- Raperda RTRW
- Dokumen RTRW

Evaluasi oleh Mendagri


dengan indikator
tertentu.
15 hari > Evaluasi
3 hari > Penyampaian
Raperda kepada
Menteri Dalam Negeri
7 hari > Penyempurnaan

Apabila Sesuai dengan


kepentingan umum dan
Peraturan Perundangan
yang lebih tinggi, maka
Mendagri menyampaikan
keputusan persetujuan
kepada Gubernur untuk
ditetapkan

TAHAP 4
PENETAPAN

Raperda RTRW
menjadi Perda
8
RTRW

TINJAUAN KAJIAN AKADEMIS


REVISI RTRWP BALI
Pola pikir dalam penyusunan kajian akademik
RTRWP Bali ...2009 belum seluruhnya
berpedoman pada peraturan/perundangan (UU,
PP, Permen) yang terkait dengan Pedoman revisi
RTRW dan Penataan Ruang

Kajian Umum:
Bab I:Pendahuluan
Istilah GBHN, Poldas, SNPPTR tidak lagi
digunakan dalam
UU 25/2004 tentang Sistem Perencanaan
Pembangunan Nasional dan
UU 26/2007 tentang Penataan Ruang

UU No. 24/2007 tentang Penanggulangan bencana


beserta Permen 33/2006 tentang pedoman mitigasi
bencana belum diacu. Penulisan nomenklatur dan
jenis bencana tidak sesuai dengan NSPK (norma, standar,
10
prosedur dan kriteria) yang berlaku

o Peta-peta yang disajikan tidak jelas sumber dan tahun


pembuatan. Banyak yang kedaluarsa terutama peta
penggunaan tanah eksisting, dan peta-peta lahan
lainnya
o Perlu menggunakan data/peta citra satelit untuk
akurasi dan pemutakhiran data

Bab II perlu diformat ulang , disesuaikan


dengan pedoman teknis yang berlaku

11

Isi dalam Bab dan sub, sub-bab perlu direvisi


termasuk gambar-gambarnya.

Bab I perlu penulisan ulang


Bab II:
Kondisi dan Potensi Wilayah Prov. Bali
Proses penyusunan tidak mengacu pada pedoman
teknis penyusunan rencana tata ruang
Permen PU No. 20/PRT/M/2007 tgl. 12 Juli 2007
tentang Pedoman teknis analisis aspek Fisik dan
Lingkungan, Ekonomi, serta Sosial Budaya dalam
Penyusunan Tata Ruang.
12

Permen PU No. 21/PRT/M/2007 tgl 12 Juli 2007


tentang Pedoman Penataan Ruang Kawasan Rawan
Letusan Gunung Berapi dan Kawasan Rawan Gempa
Bumi.
Permen PU No. 22/PRT/M/2007 tgl. 12 Juli 2007
tentang Penataan Ruang Bencana Longsor.
Kepmen PU No. 269/KPT/M/2006 : Pedoman
pengendalian pemanfaatan ruang di kawasan perkotaan
SK Men Kimpraswil No. 3006/KPTS/M/2004 kriteria
pemanfaatan ruang dan pengendalian pemanfaatan ruang
di sepanjang jalan arteri primer antar kota

13

Data dan peta yang digunakan kurang akurat baik


nominal, maupun tahunnya , seperti contoh:
o Luas wilayah Kota Denpasar 12.398 ha seharusnya
12.778 ha, sejak tahun 1998 reklamasi P. Serangan
o Data luas Bali ditulis 5.632,86 km2 dalam Sekilas Bali,
2008 tercantum 5.636,66 km2 perlu koreksi

o Jumlah penduduk Kota Denpasar diproyeksikan th


2028 = 570.339 jiwa, Denpasar dalam angka 2008
sudah mencapai 608.595 jiwa

14

o Peta-peta yang disajikan tidak jelas sumber dan tahun


pembuatan. Banyak yang kedaluarsa terutama peta
penggunaan tanah eksisting, dan peta-peta lahan
lainnya
o Perlu menggunakan data/peta citra satelit untuk
akurasi dan pemutakhiran data

Bab II perlu diformat ulang , disesuaikan


dengan pedoman teknis yang berlaku

15

Bab III.
Konsep dan Strategi Pengembangan Tata Ruang
Wilayah Prov. Bali masih mengacu kepada Renstra
Prov. Bali 2003-2008 kurang tepat dan kadaluarsa
Penyusun dokumen seyogyanya mampu
menuangkan visi, misi, kebijakan, strategi dan arahan
yang dijadikan landasan dalam penyusunan RPJP
dan RPJM Prov. Bali. Apabila visi dalam dokumen
RTRWP berbeda dengan yang ada dalam RPJP dan
RPJM, akan mengundang permasalahan yang besar.
Minimal kajian ini sudah mengakomodir draft
/dokumen RPJM Provinsi Bali.
16

Bab III Perlu disesuaikan dengan Visi, Misi,


kebijakan dan strategi yang tercantum dalam
Dokumen RPJM / Draft RPJP Prov. Bali
Bab IV , didasarkan pada Bab I, II dan III yang

perlu direvisi, Demikian pula Bab V dan VI yang


didasarkan pada bab-bab sebelumnya.

Kesimpulan Hasil Kajian Akademis RTRWP Bali


Berdasarkan hasil evaluasi, maka dokumen kajian
akademik perlu disesuaikan dengan dasar hukum dan pedoman
teknis penyusunan yang berlaku seperti : Permen PU, SK
Kimpraswil dll
Perlu disempurnakan sesuai dengan kaidah-kaidah ilmiah,
terutama keakuratan data dan peta dasar, serta analisis.
17

Kajian Draf Ranperda RTRWP Prov. Bali tahun 2009

Kajian Umum:
1. Struktur penulisan sudah mengacu pada RTRW
Nasional. Demikian pula substansinya, namun:
2. Perlu penyempurnaan Subtansi: penambahan kearifan
lokal seperti:
Penambahan Azas, Visi dan Misi ( Dokumen RPJM
dan Draf RPJP)
Jumlah dan jenis bencana disesuaikan dengan
Permendagri 33/2006 ( 11 jenis). Demikian pula
arah kebijakan dan strateginya perlu mengacu pada
UU 24/2007. minimum peta rawan bencana alam
telah tersedia di Bappeda.
18

Angka-angka dalam kawasan, disesuaikan


dengan data kondisi eksisting tahun 2008 dan
proyeksi 20 tahun ke depan. Berdasarkan hasil
analisis data 10- 20 tahunan, terkait dengan
kebutuhan ruang dan persediaan tanah untuk
pembangunan

Belum ada keberpihakan pada Subak sebagai


lembaga adat / warisan budaya yang dapat
mempertahankan Ajeg Bali dalam menjaga
dan mempertahankan palemahan. Kecuali
yang ada di kawasan Jatiluwih. Walaupun dalam
RTRWN telah disediakan ruang untuk itu.
19

Pasal 8, ayat (2) huruf d: Mengembangkan dan


melestarikan kawasan budidaya pertanian pangan
untuk mewujudkan ketahanan pangan nasional. Perlu
dimasukkan ke dalam Ranperda Pasal 13 yang
mengakomodir seluruhnya dari RTRWN, kecuali
huruf d tersebut
Pasal 8 ayat (3) tidak ada dalam Ranperda.
Walaupun sangat penting dalam menjaga
keseimbangan dan keharmonisan sesuai dengan azas
RTRWP
Pasal 52 , ayat (2) d, ruang terbuka hijau kota
Pasal 56, ayat (4) RTHK minimum 2.500 m2
Pasal 66 ayat (1) Ditetapkan sebagai lahan pertanian
pangan abadi.
20

RTRWN Pasal 8 ayat (3): perlu diakomodir dalam Ranperda


RTRWP Bali pada Pasal 13 ayat (3)
Strategi untuk pengendalian perkembangan kegiatan
budidaya agar tidak melampaui daya dukung dan daya
tampung lingkungan:
a.
b.
c.
d.

membatasi kegiatan budidaya terbangun di kawasan bencana


untuki meminimalkan potensi kejadian bencana dan potensi
kerugian akibat bencana
Mengembangkan kota metropolitan dan kota besar dengan
memanfaatkan ruang secara vertikal dan kompak.
Mengembangkan ruang terbuka hijau dengan luas paling
sedikit 30 % dari luas kawasan perkotaan.
Membatasi perkembangan kawasan terbangun di kawasan
perkotaan besar dan metropolitan untuk nmempertahankan
tingkat pelayanan prasarana dan sarana kawasan perkotaan serta
mempertahankan fungsi kawasan pedesaan disekitarnya
21

d. Mengembangkan kegiatan budidaya yang dapat


mempertahankan keberadaan pesisir Bali dan
pulau - pulau akibat dari adanya UU 25/2007
tentang penanaman modal, dan UU 27/2007
tentang pengelolaan pesisir dan pulau-pulau kecil.
Apabila kedua UU tersebut digunakan secara
bersamaan oleh investor, maka akan terjadi

disintegrasi bangsa dan penjualan palemahan


pesisir /pulau kecil di internet, terkait dengan HGU

35 + 30+ 30 tahun dan hak pengelolaan dari tepi


pantai 4,8 dan 12 mil sampai ke dasar laut harus
dibuat Tata Ruang Pesisir Provinsi Bali.
Demikian pula kawasan hutan lindung yang dapat
dimanfaatkan dengan kegiatan tertentu, kecuali zone inti
(PP 6/2007), maka kesucian gunung akan terusik.
22

Bab IV: Rencana Struktur Ruang Wilayah Provinsi.


Pasal 15-44
o Pasal 15 ayat (3) Perlu ditambahakan kata skala peta 1:
150.000.
o Pasal 18: tahun 2028 Denpasar tidak lagi kota
besar akan menjadi kota metropolitan. Demikian
pula kabupaten lainnya.
o Proyeksi penduduk 20 tahun ke depan yang akan
berpengaruh terhadap Rencana pengembangan sistem
perkotaan dan sistem jaringan prasarana.
o Untuk itu data penduduk dianalisis minimal 15 tahun acu
pedoman Permen PU 20/ PRT?M/2007. Demikian pula
untuk analisis aspek fisik lingkungan, ekonomi, sosial dan
budaya.
23

Bab V: Rencana Pola Ruang: Pasal 45-87


Pasal 52, ayat (2) perlu mengakomodir RTRWN pasal 52,
ayat (2) huruf d : ruang terbuka hijau kota, karena huruf
a,b dan c telah diakomodir.
Pasal 54, dan 55. Kriteria Nominal sempadan kawasan suci
dan tempat suci akan berdampak positif dan negatif, terkait dengan:
kondisi fisik, lingkungan, ekonomi dan sosial budaya masyarakat desa
dan banjar pakraman, serta kepemilikan tanahnya.
Bila dalam RTRWP belum rinci, maka segera disusun Rencana
Strategis Kawasan tersebut.
Alternatif perwujudan kawasan dan tempat suci dapat
dilakukan dengan cara pengadaan tanah untuk kepentingan
umum dan penatagunaan tanah sesuai dengan kewenangan
Pemda dalam bidang pertanahan. Dana dari partisipasi
masyarakat dan Pemda.
24

Pasal 56 acu RTRWN,


Pasal 57, sebaiknya ringkas. Angka di penjelasan
Pasal 61, tidak konsisten dengan pasal
sebelumnya (pasal 53), sebaiknya dipisahkan
antara kewenangan di bidang fisik dengan
kewenangan di bidang sosial budaya.
Pasal 66 ayat (1): b. ditetapkan sebagai lahan
pertanian abadi perlu diakomodir dalam pasal
78 dalam Ranperda.
Pencegahan dan pembatasan alih fungsi lahan

sawah beririgasi untuk kegiatan non budidaya


ditetapkan sebagai pertanian abadi
25

Bab VI: Penetapan Kawasan Strategis Provinsi:


Pasal 88 98: Kriteria = RTRWN, tidak ada dalam Perda
Penetapan kawasan + lokasi
Kawasan Strategis berdasarkan kepentingan sosial:
kawasan radius kesucian dan kawasan warisan budaya

Bab VII. Arahan Pemanfaatan Ruang Provinsi


Pasal 99-103: Penjabaran RTRWN.
Tidak ada dalam Perda

26

Bab VIII Arahan pengendalian pemanfaatan ruang :


Pasal 104 s/d 165 : teks = RTRWN
Tambahan:
Pasal 116 dan 117: Arahan ketinggian penerbangan diatas
permukaan tanah dan diatas Pura,
Pasal 122 dan 123: Arahan zonasi pembangkit dan jaringan
transmisi energi listrik
Pasal 129, 120: Arahan peraturan zonasi kawasan suci dan
tempat suci
Pasal 133, 134, 135: Arahan peraturan zonasi sempadan
jurang, danau waduk, sekitar mata air
Pasal 153, 154, 156: Arahan peraturan zonasi kawasan
pertanian lahan basah, lahan kering, tanaman keras dan
peternakan
Pasal 161,162: Arahan peraturan zonasi ODTWK dan
ODTW
27

Arahan perizinan:
Pasal 164 ayat (5):
Izin prinsip sudah tidak berlaku lagi (Inpres 22 dan 23
tahun 2000). Demikian pula istilah izin lokasi tidak bisa
diterapkan apabila investor telah memiliki tanah. Untuk
itu nomenklatur istilahnya dapat diganti dengan izin
pemanfaatan ruang /izin penggunaan tanah
RTRWN, Pasal 121 perlu ditambahkan pada Arahan
sangsi pasal 166.
Bab IX: Tugas dan Kewenangan sesuai dengan
PP 38/2007
Bab X. Peninjauan Kembali dan Penyempurnaan
Pasal 170 ayat (1) perlu ditambahkan untuk kawasan
bencana alam
28

Bab XI: Pengawasan Penataan Ruang :Pasal 71-74


Bab XII: Hak dan Kewajiban serta Peran serta
Masyarakat, Pasal 175-178
Bab XIII: Penyelesaian Sengketa: Pasal 179
Bab XIV: Sangsi Administratif: Pasal 180-181
Bab XV: Keterntuan penyidikan: Pasal 182
Sama dengan UU 26/2007
Bab XVI: Ketentuan Pidana: Pasal 183-184
Bab XVII: Ketentuan Peraliah: Pasal 185 disesuaikan
dengan ketentuan Perda
29

Kesimpulan Kajian Naskah Raperda


Dokumen kajian akademik direvisi: seluruh Bab, agar
mengacu pada pedoman Perme PU, Kimpaswil,
Permendagri,
Dokumen Ranperda RTRWP:
Struktur penulisan sudah mengacu kepada RTRWP
Perlu penyempurnaan, terkait dengan data dasar, peta
penunjang dan peta peta perencanaan sesuai dengan
kondisi eksisting dan perencanaan 20 tahun ke depan
Perlu penambahan ayat, terkait dengan keberpihakan
pada subak sebagai lembaga adat yang menerapkan
falsafah Trihitakarana secara sempurna dan sudah
difasilitasi dalam RTRWP
Perlu berbagai revisi /perbaikan pasal-pasal (terlampir)
30

Saran:
Data dan peta-peta dasar menggunaan kualitas yang tinggi
dan terbaru, seperti pengunaan citra satelit untuk data
spasial. Dan kros cek data provinsi dnagan data kabupaten
Analisis data 10-20 tahunan untuk perencanaan 20 tahun ke
depan
Perbaikan dokumen kajian akademis harus sesuai dengan
peraturan yang berlaku: Permen
Penyempurnaan dokumen RTRWP Bali perlu
mengakomodir berbagai peraturan yang ada + dari
stakeholder
Penyusunan Dokumen Rencana Rinci Kawasan Startegis
yang merupakan issu strategis masyarakat Bali perlu disusun
Penyusunan RTRW Pesisir dan pulau-pulau kecil perlu
ditindaklanjuti, agar tidak terjadi konflik kepentingan antara
RTRWP, dengan RTR Kawasan Stategisdan RTRWPP 31

Perbandingan Perda 3/2005 dengan


Rapeda . /.2009
Materi/Pasal
KAJIAN Raperda 2009
Bab, pasal dan Beda :Perda 3/2005 : 13 Bab, 45 Pasal 106 ayat. 14
ayat
pasal tidak berayat
17 Bab, 185 Pasal , 261 Pasal, 90 pasal tidak berayat
Menimbang b. Beda. Perlu ditambahkan, kata yang lebih spesifik

Mengingat
Pasal 1 (37)
Pengertian
Beda ada
tambahan

Beda. Tambahkan UU 24/2007, Permendagri


26/2008
Perbukitan tidak ada dalam Bisama. Apakah Bisama
harga mati atau bisa disesuaikan nominalnya, dengan
memperhatikan aspek fisik, lingkungan, sosial budaya ,
hak atas tanah, dan kebutuhan akan ruang masyarakat
Bali dimasa datang.
Perlu ditambahkan: kawasan bencana
32

Pasal

Pasal 2
Asas
Pasal 3
Tujuan

KAJIAN Raperda 2009

Beda dg Perda. Sama dengan UU 26/2007, perlu


ditambahkan kearifan dan keunggulan lokal Bali seperti
Tri Hita Karana
Beda: sesuaikan dengan RTRWN + kearifan lokal

Pasal 4: Visi, Visi beda dg Perda , Misi sama kecualia e, Sasaran sama
misi, sasaran kecuali huruf f. Perlu ditambahkan Visi, Misi rencana
RTRWP
pembangunan 20 th , karena RTRWP sebagai acuan
RPJM dan RPJP Prov. Bali
Pasal 5
Fungsi
Pasal 6
Kedudukan

Sama dg Perda : huruf e + RR TR, Sebaiknya mengacu


pada Pasal 24, ayat (2) d,e,f, dan ayat (2) dan Pasal 3
RTRWN
Sama Pasal 8 + RRTR. Sebaiknya pengacu Pasal 14,
33
ayat (2, dan 6) ~ Herarkhi penataan ruang UU 26/2007

Materi

KAJIAN RANPERDA 2009

Pasal 7
Wilayah

Sama Pasal 9. Sebaiknya mengacu pasal 15 UU 26/2007


Ruang darat, laut 12 mil, udara, dalam bumi

Pasl 8:
Jangka
waktu
Beda:

Perda 6 th, Raperda 20 th, sebaiknya disesuaikan dengan


UU 26/07, pasal 23 ayat 3,4 dan 5. titambahkan dan dapat
ditinjau kembali 1 (satu) kali dalam 5 tahun dan untuk
daerah rawan bencana dapat ditinjau kembali lebih dari satu
kali dalam 5tahun
Beda Kebijakan dan strategi : Perda tidak ada kebijakan ,
Ranperda ada kebijakan = RTRWN Pasal 4
Kebijakan = RTRWN Pasal 5 ayat (1) dan Pasal 6 ,
Strategi beda dengan Perda .
~ RTRWN Pasal 5 ayat (2) dan (3)

Pasal 9

Pasal 10,
dan 11

34

Pasal
Pasal 12
Kaw. Lindung

Pasal 13
Kaw. Budidaya

Pasal 14

KAJIAN Raperda 2009


Strategi = Perda Pasal 12
Kebijakan = RTRWN Pasal 7 (1)
Srategi = Perda Pasal 12 pengelolaan/ pengembangan
Pasal 12 ayat (2) huruf c perlu direvisi dengan
mengacu pada RTRWN Pasal 7 (2)
Strategi = Perda Pasal 13
ditambah: (RTRWN, Pasal 8, ayat (2) huruf d)
Mengembangkan dan melestarikan kawasan budidaya
pertanian pangan untuk mewujudkan ketahanan pengan
nasional Kebijakan = RTRWN Pasal 8 ayat (1)
Beda dg Perda : Ditambah: (RTRWN, Pasal 8 ayat (3)

dsb
35

36

TERIMA KASIH ATAS PERHATIANNYA

37

38

Kajian akademik adalah kajian yang didasarkan pada


kaidah-kaidah ilmiah
Revisi RTRW sudah ada acuannya, diantaranya harus
mempertimbangjan faktor internal dan eksternal
(Dokumen belum mengacu pada pedoman revisi RTRW)
Kajian akademik dan atau Naskah akademik akan
didokumentasikan selama 20 tahun atau revisi maksimal 5
tahunan, tentunya sangat penting sebagai dokumen yang
disusun sesuai dengaan regulasi yang berlaku saat ini.
Dibutuhkan kebenaran ilmiah, termasuk keakuratan data
dan peta-peta yang digunakan untuk analisis proyeksi 20
tahun ke depan

39

Lanjutan.

PERANGKAT
HUKUM

bagi para pelaku pembangunan yang tidak mentaati Perda


tentang RTRW tersebut akan dikenakan sanksi sesuai dengan
pasal 69 s/d 75 Undang-Undang Nomor 26/2007.

PERANGKAT
PERIJINAN

Perijinan pemanfaatan ruang:


UU Nomor 32 tahun 2004 tentang Pemerintahan Daerah,
PP Nomor 38 tahun 2007 tentang tentang Pembagian Urusan
Pemerintahan Antara Pemerintah, Pemerintahan Daerah
Provinsi dan Pemerintahan Kabupaten/Kota,
Perijinan, pengawasan, dan penertibannya.

40

PEMANFAATAN DAN PENGENDALIAN


PEMANFAATAN RUANG

PENGEMBANGAN
PENATAGUNAAN
TANAH

Berdasarkan Pasal 4 ayat (1) dan ayat (3) Peraturan


Pemerintah Nomor 16 Tahun 2004 tentang Penatagunaan
Tanah bahwa dalam rangka pemanfaatan ruang
dikembangkan penatagunaan tanah yang diselenggarakan
berdasarakan Rencana Tata Ruang Wilayah (RTRW)
Kabupaten/Kota.
RTRW Kabupaten/Kota menjadi pedoman bagi Pemerintah
Daerah untuk menetapkan lokasi kegiatan pembangunan
dalam memanfaatkan ruang serta dalam menyusun
program
pembangunan
yang
berkaitan
dengan
pemanfaatan ruang di daerah tersebut dan sekaligus
menjadi dasar dalam pemberian rekomendasi pengarahan
pemanfaatan ruang, sehingga pemanfaatan ruang dalam
pelaksanaan pembangunan selalu sesuai dengan RTRW
Kabupaten/Kota yang telah ditetapkan.

41

INSTRUMEN-INSTRUMEN PENGENDALIAN
PASAL 35
UU No.
26/2007

PENGENDALIAN PEMANFAATAN RUANG DILAKUKAN


MELALUI PENETAPAN PERATURAN ZONASI,
PERIZINAN, PEMBERIAN INSENTIF DAN
DISINSENTIF SERTA PENGENAAN SANKSI
Legalitas :

PENETAPAN
PERATURAN ZONASI

PERIZINAN

PEMBERIAN INSENTIF
DAN DISINSENTIF

PENGENAAN SANKSI

- Arahan zonasi sistem nasional


- Arahan zonasi sistem provinsi
- Arahan zonasi sistem kab/kota

PP
Perda Provinsi
Perda Kab/Kota

Izin lokasi, keputusan pelepasan


kawasan
hutan
dari
Menteri
Kehutanan, IMB, tata bangunan, dll.

Kewenangan
sesuai tingkatan
pemerintahan

Dalam pelaksanaan pemanfaatan


ruang agar pemanfaatan sesuai
dengan RTRW dapat diberikan
insentif dan/atau disinsentif

Kebijakan
Pemerintah dan
Pemerintah
Daerah

Merupakan tindakan penertiban


terhadap pemanfaatan ruang yang
tidak sesuai dengan RTR dan
peraturan zonasi

Kebijakan
Pemerintah dan
Pemerintah
Daerah 42

Lanjutan.

1. Pengertian
A. Perangkat Insentif adalah:
Pengaturan yang bertujuan memberikan rangsangan terhadap kegiatan yang
sejalan dengan rencana tata ruang.
Contoh Perangkat Insentif :
a.

pemberian kompensasi, subsidi silang, imbalan, sewa ruang dan urun


saham; pengurangan pajak atau

b.

pembangunan serta pengadaan sarana dan prasarana seperti jalan, listrik,


air minum, telepon dan sebagainya.

B. Perangkat Disinsentif adalah:


Pengaturan yang bertujuan membatasi pertumbuhan atau mengurangi kegiatan
yang tidak sejalan dengan rencana tata ruang
Contoh Perangkat Disinsentif :
a.

pengenaan pajak yang tinggi yang disesuaikan dengan besarnya biaya yang
dibutuhkan untuk mengatasi dampak yang ditimbulkan akibat pemanfaatan
ruang; kewajiban memberikan kompensasi baik pada kawasan yang dibatasi
perkembangannya maupun akibat externalitas negatif atau

b.

ketidaktersediaan sarana dan prasarana.

43

UNDANG-UNDANG NO. 26/2007 BAB XI


KETENTUAN PIDANA (Pasal 69 s/d 75)

SANKSI

Dikenakan kepada

Masyarakat
Pejabat
Pemberi Izin

Sanksi Pidana

Sanksi Administratif
a.
b.
c.
d.
e.
f.
g.
h.

peringatan tertulis
penghentian kegiatan
sementara
penghentian sementara
pelayanan umum
penutupan lokasi
pencabutan izin
pembatalan izin
pembongkaran bangunan
pemulihan fungsi ruang
Denda administratif

a.
b.
c.

Kurungan
Penjara
Denda

Ancaman pidana penjara maksimal 5


(lima) tahun dan/atau denda Rp.
5.000.000.000 untuk pelanggaran
dengan
sengaja
melanggar
kekentuan yang ditetapkan dalam
persyaratan izin
pemanfaatan
ruang.

44

RTRWP (20 tahun)


Muatannya:
Tujuan, kebijakan, dan strategi penataan ruang wilayah provinsi
Rencana struktur ruang wilayah provinsi yang meliputi sistem
perkotaan dalam wilayahnya yang berkaitan dengan kawasan
perdesaan dalam wilayah pelayanannya dan sistem jaringan
prasarana wilayah provinsi
Rencana pola ruang wilayah provinsi yang meliputi kawasan
lindung dan kawasan budi daya yang memiliki nilai strategis
provinsi;
Penetapan kawasan strategis provinsi
Arahan pemanfaatan ruang wilayah provinsi yang berisi indikasi
program utama jangka menengah lima tahunan
Arahan pengendalian pemanfaatan ruang wilayah provinsi yang
berisi indikasi arahan peraturan zonasi sistem provinsi, arahan
perizinan, arahan insentif dan disinsentif, serta arahan sanksi.

45

Persamaan RTRWP, RTRWK/K


Jangka waktu: sama
Muatan: sama.
Hanya berbeda dalam hal skala (unit analisis)
Sebagai Pedoman: sama
RPJP dan RPJM
Pemanfaatan ruang dan pengendalian pemanfaatan ruang
dalam wilayah
Mewujudkan keterpaduan, keterkaitan, dan keseimbangan
perkembangan antarwilayah, serta keserasian antarsektor
Penetapan lokasi dan fungsi ruang untuk investasi
Penataan ruang kawasan strategis
Penataan ruang wilayah dibawahnya (tdk terdapat utk
RTRWK)
RTRWK menjadi dasar untuk penerbitan perizinan lokasi
pembangunan dan administrasi pertanahan.
46

RUANG LINGKUP
PERENCANAAN
SUBSTANSI

Ekonomi

Sosial

Fisik

TERITORIAL
Nasional

Regional
Lokal
47

48

49

50

Você também pode gostar