Você está na página 1de 24

AKBID AR-RAHMA PASURUAN

TAHUN PELAJARAN 2012-2013


KATA PENGANTAR

Assalamualaikum Wr.Wb

Puji syukur kami panjatkan kehadirat tuhan Yang Maha Esa atas karunianya kami dapat menyusun
makalah ini. Makalah ini kami susun berdasarkan materi yang kami ambil dari buku dan internet.
Makalah ini membahas OMVALOKEL dan diharapkan dengan disusunnya makalah ini dapat
membantu rekan rekan semua untuk dapat meningkatkan pemahaman dan pengetahuan tentang
omvalokel. Kami menyadari bahwa makalah ini banyak kekurangan dalam penyajian makalah ini. Oleh
karena itu kami mengharapkan kritik dan saran yang membangun untuk kemajuan makalah kami
selanjutnya.

Wassalamualaikum Wr.Wb

Pasuruan, 10 Nopember 2012

penulis

BAB 1
PENDAHULUAN

1.1 LATAR BELAKANG


Omfalokel adalah penonjolan dari usus atau isi perut lainnya melalui akar pusar yang hanya dilapisi oleh
peritoneum (selaput perut) dan tidak dilapisi oleh kulit. Omfalokel terjadi pada 1 dari 5.000 kelahiran.
Usus terlihat dari luar melalui selaput peritoneum yang tipis dan transparan (tembus pandang).
Omfalokel (eksomfotos) merupakan suatu cacat umbilicus, tempat usus besar dan organ abdomen lain
dapat menonjol keluar. Ia bisa disertai dengan kelainan kromosom, yang harus disingkirkan. Cacat dapat
bervariasi dan diameter beberapa centimeter sampai keterlibatan dinding abdomen yang luas. Organ yang
menonjol keluar ditutupi oleh lapisan tipis peritoneum yang mudah terinfeksi. Rongga abdomen sendiri
sangat kecil, sehingga perbaikan bedah bisa sangat sulit atau tidak mungkin, kecuali bila dinding
abdomen yang tersisa cukup dapat direntang untuk memungkinkan penempatan kembali isi abdomen.
Penggantinya, cacat ini dapat ditutupi dengan bahan sintetis seperti silastic, yang dapat digulung ke atas,
sehingga usus dapat didorong masuk secara bertahap ke dalam rongga abdomen dalam masa beberapa
minggu. (Pincus Eatzel dan Len Roberts. 1995. Kapita Selekta Pediatri. EGC : Jakarta).
1.2 TUJUAN MASALAH
1. mengerti tentang omvalikel dan penyebabnya
2. mengetahui cara-cara mengatasi omvalikel
1.3 RUMUSAN MASALAH
1. Apakah pengertian omvalikel?
2. penyebab omvalikel ?
3. Menggobati omvalikel ?

1.
BAB 2
PEMBAHASAN

A.

Pengertian Omfalokel

Omfalokel adalah penonjolan dari usus atau isi perut lainnya melalui akar pusar yang hanya dilapisi oleh
peritoneum (selaput perut) dan tidak dilapisi oleh kulit. Omfalokel terjadi pada 1 dari 5.000 kelahiran.
Usus terlihat dari luar melalui selaput peritoneum yang tipis dan transparan (tembus pandang).

Omfalokel (eksomfotos) merupakan suatu cacat umbilicus, tempat usus besar dan organ abdomen lain
dapat menonjol keluar. Ia bisa disertai dengan kelainan kromosom, yang harus disingkirkan. Cacat dapat

bervariasi dan diameter beberapa centimeter sampai keterlibatan dinding abdomen yang luas. Organ yang
menonjol keluar ditutupi oleh lapisan tipis peritoneum yang mudah terinfeksi. Rongga abdomen sendiri
sangat kecil, sehingga perbaikan bedah bisa sangat sulit atau tidak mungkin, kecuali bila dinding
abdomen yang tersisa cukup dapat direntang untuk memungkinkan penempatan kembali isi abdomen.
Penggantinya, cacat ini dapat ditutupi dengan bahan sintetis seperti silastic, yang dapat digulung ke atas,
sehingga usus dapat didorong masuk secara bertahap ke dalam rongga . abdomen dalam masa beberapa
minggu.

2.
B.

PENYEBAB TERJADINYA OMVALOKEL

Penyebab pasti terjadinya omphalokel belum jelas sampai sekarang. Beberapa faktor resiko atau faktorfaktor yang berperan menimbulkan terjadinya omphalokel diantaranya adalah infeksi, penggunaan obat
dan rokok pada ibu hamil, defisiensi asam folat, hipoksia, penggunaan salisilat, kelainan genetik serta
polihidramnion.
Menurut Glasser (2003) ada beberapa penyebab omfalokel, yaitu:
1.

Faktor kehamilan dengan resiko tinggi, seperti ibu hamil sakit dan terinfeksi, penggunaan obat-

obatan, merokok dan kelainan genetik. Faktor-faktor tersebut berperan pada timbulnya insufisiensi
plasenta dan lahir pada umur kehamilan kurang atau bayi prematur, diantaranya bayi dengan gastroschizis
dan omfalokel paling sering dijumpai.
2.

Defisiensi asam folat, hipoksia dan salisilat menimbulkan defek dinding abdomen pada percobaan

dengan tikus tetapi kemaknaannya secara klinis masih sebatas perkiraan. Secara jelas peningkatan
MSAFP (Maternal Serum Alfa Feto Protein) pada pelacakan dengan ultrasonografi memberikan suatu
kepastian telah terjadi kelainan struktural pada fetus. Bila suatu kelainan didapati bersamaan dengan
adanya omfalokel, layak untuk dilakukan amniosintesis guna melacak kelainan genetik.
3.

Polihidramnion, dapat diduga adanya atresia intestinal fetus dan kemungkinan tersebut harus dilacak

dengan USG.
Tanda dan Gejala Omfalokel
Omfalokel yaitu hernia umbilikalis inkomplet terdapat waktu lahir ditutup oleh peritonium, selai Warton
dan selaput amnion. Hernia umbilikalis biasanya tanpa gejala, jarang yang mengeluh nyeri. Banyaknya
usus dan organ perut lainnya yang menonjol pada omfalokel bervariasi, tergantung kepada besarnya
lubang di pusar. Jika lubangnya kecil, mungkin hanya usus yang menonjol, tetapi jika lubangnya besar,
hati juga bisa menonjol melalui lubang tersebut.
Penyebab Terjadinya Omfalokel
Omfalokel disebabkan oleh kegagalan alat dalam untuk kembali ke rongga abdomen pada waktu janin

berumur 10 minggu sehingga menyebabkan timbulnya omfalokel. Kelainan ini dapat terlihat dengan
adanya prostrusi (sembilan) dari kantong yang berisi usus dan visera
abdomen melalui defek dinding abdomen pada umbilicus (umbilicus terlihat menonjol keluar).
Angka kematian tinggi bila omfalokel besar karena kantong dapat pecah dan terjadi infeksi. (Ngastiyah.
Perawatan Anak Sakit. Editor: Setiawan. Jakarta: EGC, 1997).
Pada 25-40% bayi yang menderita omfalokel, kelainan ini disertai oleh kelainan bawaan lainnya, seperti
kelainan kromosom, hernia diafragmatika dan kelainan jantung.
Penatalaksanaan Omfalokel
1.

Pengobatan

Omfalokel (eksomfalokel) adalah suatu hernia pada pusat, sehingga isi perut keluar dan dibungkus suatu
kantong peritoneum. Penanganannya adalah secara operatif dengan menutup lubang pada pusat. Kalau
keadaan umum bayi tidak mengizinkan, isi perut yang keluar dibungkus steril dulu setelah itu baru
dioperasi.
Agar tidak terjadi cedera pada usus dan infeksi perut, segera dilakukan pembedahan untuk menutup
omfalokel. Sebelum dilakukan operasi, bila kantong belum pecah, harus diberi merkurokrom dan
diharapkan akan terjadi penebalan selaput yang menutupi kantong tersebut sehingga operasi dapat ditunda
sampai beberapa bulan. Sebaiknya operasi dilakukan segera sesudah lahir, tetapi harus diingat bahwa
dengan memasukkan semua isi usus dan otot visera sekaligus ke rongga abdomen akan menimbulkan
tekanan yang mendadak pada paru sehingga timbul gejala gangguan pernapasan.
2.

Penatalaksanaan prenatal pada ompalokel

Apabila terdiagnosa omphalokel pada masa prenatal maka sebaiknya dilakukan informed consent pada
orang tua tentang keadaan janin, resiko terhadap ibu, dan prognosis. Informed consent sebaiknya
melibatkan ahli kandungan, ahli anak dan ahli bedah anak. Keputusan akhir dibutuhkan guna perencanaan
dan penatalaksanaan berikutnya berupa melanjutkan kehamilan atau mengakhiri kehamilan. Bila
melanjutkan kehamilan sebaiknya dilakukan observasi melalui pemeriksaan USG berkala juga ditentukan
tempat dan cara melahirkan. Selama kehamilan omphalokel mungkin berkurang ukurannya atau bahkan
ruptur sehingga mempengaruhi pronosis.
Oak Sanjai (2002) meyebutkan bahwa komplikasi dari partus pervaginam pada bayi dengan defek dinding
abdomen kongenital dapat berupa distokia dengan kesulitan persalinan dan kerusakan organ abdomen
janin termasuk liver. Walaupun demikian, sampai saat ini persalinan melalui sectio caesar belum
ditentukan sebagai metode terpilih pada janin dengan defek dinding abdomen. Ascraft (1993) menyatakan
bahwa beberapa ahli menganjurkan pengakhiran kehamilan jika terdiagnosa omphalokel yang besar atau
janin memiliki kelainan konggenital multipel.
3.

Penatalaksanan postnatal (setelah kelahiran)

Penatalaksannan postnatal meliputi penatalaksanaan segera setelah lahir (immediate postnatal),


kelanjutan penatalakasanaan awal apakah berupa operasi atau nonoperasi (konservatif) dan
penatalaksanaan postoperasi. Secara umum penatalaksanaan bayi dengan omphalokele dan gastroskisis
adalah hampir sama. Bayi sebaiknya dilahirkan atau segera dirujuk ke suatu pusat yang memiliki fasilitas
perawatan intensif neonatus dan bedah anak. Bayi-bayi dengan omphalokel biasanya mengalami lebih
sedikit kehilangan panas tubuh sehingga lebih sedikit membutuhkan resusitasi awal cairan dibanding bayi
dengan gastroskisis.
Konservatif
Dilakukan bila penutupan secara primer tidak memungkinkan, misalnya pada omfalokel dengan diameter
> 5 cm. Perawatan dilakukan dengan cara sebagai berikut :
a.

Bayi dijaga agar tetap hangat

b.

Kantong ditutup kasa steril dan ditetesi NaCl 0,9%

c.

Posisi penderita miring

d.

NGT diisap tiap 30 menit

4.

Penatalaksanaan nonnoperasi (konservatif)

Penatalaksanaan omfalokel secara konservatif dilakukan pada kasus omfalokel besar atau terdapat
perbedaan yang besar antara volume organ-organ intraabdomen yang mengalami herniasi atau eviserasi
dengan rongga abdomen seperti pada giant omphalocele atau terdapat status klinis bayi yang buruk
sehingga ada kontra indikasi terhadap operasi atau pembiusan seperti pada bayi-bayi prematur yang
memiliki hyaline embran disease atau bayi yang memiliki kelainan kongenital berat yang lain seperti
gagal jantung. Pada giant omphalocele bisa terjadi herniasi dari seluruh organ-organ intraabdomen dan
dinding abdomen berkembang sangat buruk, sehingga sulit dilakukan penutupan (operasi/repair) secara
primer dan dapat membahayakan bayi. Beberapa ahli, walaupun demikian, pernah mencoba melakukan
operasi pada giant omphalocele secara primer dengan modifikasi dan berhasil. Tindakan nonoperatif
secara sederhana dilakukan dengan dasar merangsang epitelisasi dari kantong atau selaput. Suatu saat
setelah granulasi terbentuk maka dapat dilakukan skin graft yang nantinya akan terbentuk hernia ventralis
yang akan direpair pada waktu kemudian dan setelah status kardiorespirasi membaik.
Beberapa obat yang biasa digunakan untuk merangsang epitelisasi adalah 0,25 % merbromin
(mercurochrome), 0,25% silver nitrat, silver sulvadiazine dan povidone iodine (betadine). Obat-obat
tersebut merupakan agen antiseptik yang pada awalnya memacu pembentukan eskar bakteriostatik dan
perlahan-lahan akan merangsang epitelisasi. Obat tersebut berupa krim dan dioleskan pada permukaan
selaput atau kantong dengan elastik dressing yang sekaligus secara perlahan dapat menekan dan
menguragi isi kantong.

5.

Indikasi terapi non bedah adalah:

Bayi dengan ompalokel raksasa (giant omphalocele) dan kelainan penyerta yang mengancam jiwa dimana
penanganannya harus didahulukan daripada omfalokelnya. Neonatus dengan kelainan yang menimbulkan
komplikasi bila dilakukan pembedahan. Bayi dengan kelainan lain yang berat yang sangat mempengaruhi
daya tahan hidup.
Prinsip kerugian dari metode ini adalah kenyataan bahwa organ visera yang mengalami kelainan tidak
dapat diperiksa, sebab itu bahaya yang terjadi akibat kelainan yang tidak terdeteksi dapat menyebabkan
komplikasi misalnya obstruksi usus yang juga bisa terjadi akibat adhesi antara usus halus dan kantong.
Jika infeksi dan ruptur kantong dapat dicegah, kulit dari dinding anterior abdomen secara lambat akan
tumbuh menutupi kantong, dengan demikian akan terbentuk hernia ventralis, karena sikatrik yang
terbentuk biasanya tidak sebesar bila dilakukan operasi. Metode ini terdiri dari pemberian lotion
antiseptik secara berulang pada kantong, yang mana setelah beberapa hari akan terbentuk skar. Setelah
sekitar 3 minggu, akan terjadi pembentukan jaringan granulasi yang secara bertahap karena terjadi
epitelialisasi dari tepi kantong. Penggunaan antiseptik merkuri sebaiknya dihindari karena bisa
menghasilkan blood and tissue levels of mercury well above minimum toxic levels. Alternatif lain yang
aman adalah alkohol 65% atau 70% atau gentian violet cair 1%. Setelah keropeng tebal terbentuk,bubuk
antiseptik dapat digunakan. Hernia ventralis memerlukan tindakan kemudian tetapi kadang-kadang
menghilang secara komplet.
6.

Penatalaksanaan dengan operasi

Tujuan mengembalikan organ visera abdomen ke dalam rongga abdomen dan menutup defek. Dengan
adanya kantong yang intak, tak diperlukan operasi emergensi, sehingga seluruh pemeriksaan fisik dan
pelacakan kelainan lain yang mungkin ada dapat dikerjakan. Keberhasilan penutupan primer tergantung
pada ukuran defek serta kelainan lain yang mungkin ada (misalnya kelainan paru).
Tujuan operasi atau pembedahan ialah memperoleh lama ketahanan hidup yang optimal dan menutup
defek dengan cara mengurangi herniasi organ-organ intra abomen, aproksimasi dari kulit dan fascia serta
dengan lama tinggal di RS yang pendek. Operasi dilakukan setelah tercapai resusitasi dan status
hemodinamik stabil. Operasi dapat bersifat darurat bila terdapat ruptur kantong dan obstruksi usus.
Operasi dapat dilakukan dengan 2 metode yaitu primary closure (penutupan secara primer atau langsung)
dan staged closure (penutupan secara bertahap).

DAFTAR PUSTAKA

1.

http://bukusakudokter.wordpress.com/2012/11/06/omfalokel/

2.

http://www.herryyudha.com/2012/02/o-m-f-l-o-k-e-l.html

3.

http://chellious.wordpress.com/2011/02/20/omfalokel-kelainan-kongenital-pada-bbl/ 4.

Eatzel dan Len Roberts. 1995. Kapita Selekta Pediatri. EGC : Jakarta).

(Pincus

DAFTAR ISI

BAB 1: PENDAHULUAN
Latar belakang..............................................................................................
Tujuan masalah.............................................................................................
Rumusan masalah.........................................................................................
BAB 2: PEMBAHASAN
Pengertian omvalokel..................................................................................
Penyebab terjadinya omvalikel...................................................................
Penatalaksanaan omvalikel.........................................................................
BAB 3: PENUTUP
Kesimpulan dan saran...............................................................................

Ilmu Kebidanan
Sedikit ilmu yang didapat dari kegiatan kuliah di kampus 7 Poltekkes Kemenkes Semarang.
Minggu, 10 Oktober 2010
Omfalokel (ASKEB NEONATUS)
OMFALOKEL
A. Pengertian
Omfalokel adalah penonjolan dari usus atau isi perut lainnya melalui akar pusat yang hanya dilapisi oloeh
peritoneum (selaput perut) dan tidak lapisi oleh kulit. Omfalokel terjadi pada 1 dari 500 kehamilan. Usus
terlihat dari luar melalui selaput peritoneum yang transparan (tembus pandang). Eksomfalos atau
omfalokel adalah suatu defek yang menyebabkan usus atau organ fisera lain menonjol keluar melalui
umbilicus. Sering kali bayi yang menderita defek ini mengalami abnormalitas lain, misalnya cacat
jantung, yang menjadi kontraindikasi pembedahan para periode neonatus awal.
B. Etiologi
Omalokel disebabkan oleh kegagalan otot dalam kemali ke rongga abdomen pada waktu janin berumur 10
minggu hingga menyebabkan timbulnya omfalokel. Kelainan ini dapat terlihat dengan adanya prostrusi
(sembilan) dari kantong yang serisi usus dan visera abdomen melalui defek dinding abdomen pada
umbilicus (umbilicus terlihat menonjol keluar). Angka kematian kelainan ini tinggi bila omfalokel besar
karena kantong pecah dan terjadi infeksi.
Kelainan bawaan seperti kelainan kromosom, hernia diafragmatika dan kelainan jantung.
Menurut Glasser (2003) ada beberapa penyebab omfalokel, yaitu:
1. Faktor kehamilan dengan resiko tinggi, seperti ibu hamil sakit dan terinfeksi, penggunaan obat-obatan,
merokok dan kelainan genetik. Faktor-faktor tersebut berperan pada timbulnya insufisiensi plasenta dan
lahir pada umur kehamilan kurang atau bayi prematur, diantaranya bayi dengan gastroschizis dan
omfalokel paling sering dijumpai.
2. Defisiensi asam folat, hipoksia dan salisilat menimbulkan defek dinding abdomen pada percobaan
dengan tikus tetapi kemaknaannya secara klinis masih sebatas perkiraan. Secara jelas peningkatan
MSAFP (Maternal Serum Alfa Feto Protein) pada pelacakan dengan ultrasonografi memberikan suatu
kepastian telah terjadi kelainan struktural pada fetus. Bila suatu kelainan didapati bersamaan dengan
adanya omfalokel, layak untuk dilakukan amniosintesis guna melacak kelainan genetik.
3. Polihidramnion, dapat diduga adanya atresia intestinal fetus dan kemungkinan tersebut harus dilacak
dengan USG.

C. Patofisiologi
Menurut Suriadi & Yuliani R, 2001, patofisiologi dari omphalokel adalah :
1. Selama perkembangan embrio, ada suatu kelemahan yang terjadi dalam dinding abdomen semasa
embrio yang mana menyebabkan herniasi pada isi usus pada salah satu samping umbilicus (yang biasanya
pada samping kanan). Ini menyebabkan organ visera abdomen keluar dari kapasitas abdomen dan tidak
tertutup oleh kantong.
2. Terjadi malrotasi dan menurunnya kapasitas abdomen yang dianggap sebagai anomaly.
3. Gastroskisis terbentuk akibat kegagalan fusi somite dalam pembentukan dinding abdomen sehingga
dinding abdomen sebagian tetap terbuka.
4. Letak defek umumnya disebelah kanan umbilicus yang terbentuk normal.
5. Usus sebagian besar berkembang di luar rongga abdomen janin. Akibatnya, usus menjadi tebal dan
kaku karena pengendapan dan iritasi cairan amnion dalam kehidupan intrauterine. Usus juga tampak
pendek. Rongga abdomen janin sempit.
6. Usus-usus, visera dan seluruh permukaan rongga abdomen berhubungan dengan dunia luar
menyebabkan penguapan dan pancaran panas dari tubuh cepat berlangsung, sehingga terjadi dehidrasi dan
hipotermi, kontaminasi usus dengan kuman juga dapat terjadi dan menyebabkan sepsis, aerologi
menyebabkan usus-usus distensi sehingga mempersulit koreksi pemasukan ke rongga abdomen pada
waktu pembedahan.
7. Embriogenesis. Pada janin usia 5 6 minggu isi abdomen terletak di luar embrio di rongga selom. Pada
usia 10 minggu terjadi pengembangan lumen abdomen sehingga usus dari extra peritoneum akan masuk
ke rongga perut. Bila proses ini terhambat maka akan terjadi kantong di pangkal umbilikus yang berisi
usus, lambung kadang hati. Dindingnya tipis terdiri dari lapisan peritoneum dan lapisan amnion yang
keduanya bening sehingga isi kantong tengah tampak dari luar, keadaan ini disebut omfalokel. Bila usus
keluar dari titik terlemah di kanan umbilikus, usus akan berada di luar rongga perut tanpa dibungkus
peritoneum dan amnion, keadaan ini disebut gastroschisis.

D. Manifestasi Klinis
Menurut A.H. Markum (1991), manifestasi dari omphalokel adalah :
1. Organ visera / internal abdomen keluar.
2. Penonjolan pada isi usus.
3. Teridentifikasi pada prenatal dengan ultrasound

E. Klasifikasi
Banyaknya usus dan organ perut lainnya yang menonjol pada omfalokel berikut tergantung pada besarnya

lubang di pusar. Jika lubangnya kecil mungkin hanya usus yang menonjol, tapi jika lubangnya besar hati
juga bisa menonjol melalui lubang tersebut.
F. Pemeriksaan Diagnostik
Menurut A.H. Markum (1991) pemeriksaan diagnostik dari omphalokel:
1. Pemeriksaan Fisik.
Pada omfalokel tampak kantong yang berisi usus dengan atau tanpa hati di garis tengah pada bayi yang
baru lahir. Pada gastro schisis usus berada di luar rongga perut tanpa adanya kantong.
2. Pemeriksaan Laboratorium.
Pemeriksaan Maternal Serum Alfa Fetoprotein (MSAFP). Diagnosis prenatal defek pada dinding
abdomen dapat dideteksi dengan peningkatan MSAFP. MSAFP dapat juga meninggi pada spinabifida
yang disertai dengan peningkatan asetilkolinesterase dan pseudokolinesterase.
3. Prenatal, ultrasound
4. Pemeriksaan radiology
Fetal sonography dapat menggambarkan kelainan genetik dengan memperlihatkan marker structural dari
kelainan kariotipik. Echocardiography fetus membantu mengidentifikasi kelainan jantung. Untuk
mendukung diagnosis kelainan genetik diperjelas dengan amniosentesis
Pada omphalocele tampak kantong yang terisi usus dengan atau tanpa hepar di garis tengah pada bayi
yang baru lahir.

G. Pencegahan
Terpenuhinya nutrisi selama kehamilan seperti asam folat, vitamin B komplek dan protein.
H. Komplikasi
Menurut Marshall Klaus, 1998, komplikasi dari omphalokel adalah :
1. Komplikasi dini adalah infeksi pada kantong yang mudah terjadi pada permukaan yang telanjang.
2. Kekurangan nutrisi dapat terjadi sehingga perlu balans cairan dan nutrisi yang adekuat misalnya
dengan nutrisi parenteral.
3. Dapat terjadi sepsis terutama jika nutrisi kurang dan pemasangan ventilator yang lama.
4. Nekrosis
5. Kelainan kongenital dinding perut ini mungkin disertai kelainan bawaan lain yang memperburuk
prognosis.

I. Penatalaksanaan
Penatalaksanaan langsung keadaan tersebut adalah menutup isi abdomen yang mengalimi herniasi dengan

pembungkus selofan bersih ( misalnya Clingfilm) atau swab salim steril hangat untuk mengurangi
kehilangan cairan dan panas serta memberikan sedikit banyak proteksi. Isi lambung harus diaspirasi.
Penting untuk mengurangi kehilangan panas pada bayi ini, baik dengan pembungkusan yang tepat utau
perawatan dalam incubator, atau keduanya. Pemindahan bayi ke unit bedah kemudian dipercepat. Agar
tidak terjadi cidera pada usus dan infeksi perut, dilakukan operasi pembedahan untuk menutup omfalokel.

D. Tanda dan Gejala


Terdapatnya usus dan organ perut lainnya yang menonjol keluar dinding perut di sekitar umbilicus.
Lubang yang terbentuk bervariasi, tergantung kepada besarnya lubang di pusar. Jika lubangnya kecil,
mungkin hanya usus yang menonjol tetapi jika lubangnya besar, hati juga bisa menonjol melalui lubang
tersebut.

Materi
Senin, 06 Mei 2013

omfalokel

Mata Kuliah Asuhuan Kebidanan Neonates, Bayi dan Anak Balita


OMFALOKEL
DOSEN PENGAMPU :

Disusun oleh :
B 8.2
KELOMPOK VII :

1. BAIQ DIKA FATMASARI

(11140056)

2. SOMI DIRA

(111400)

3. FESTIVIA

(11140092)

4.

PROGRAM STUDI DIV BIDAN PENDIDIK


FAKULTAS ILMU KESEHATAN
UNIVERSITAS RESPATI YOGYAKARTA
2013
KATA PENGANTAR
Rasa syukur kami panjatkan ke hadirat Allah SWT yang telah melimpahkan
rahmat dan karunianya sehingga makalah ini dapat terselesaikan tepat pada
waktunya,
Makalah ini sengaja disusun untuk memenuhi tugas mata kuliah Asuhan
Kebidanan Neonatus, bayi, dan balita, sehingga dengan adanya makalah ini dapat
membantu mahasiswa untuk melakukan asuhan kebidanan.
Dalam menyusun makalah ini kami banyak dibantu oleh Dosen mata kuliah
maupun dengan kerja kelompok, untuk itu kami mengucapkan terimakasih
kepada pihak-pihak yang telah terlibat dalam penulisan makalah ini baik secara
langsung maupun tidak langsung.
Penulis menyadari bahwa dalam penulisan makalah ini masih jauh dari kata
sempurna, oleh sebab itu saran yang membangun dari para pembaca sangat kami
harapkan untuk perbaikan penulisan makalah selanjutnya.

Yogyakarta, 30 Januari 2013

Penulis

DAFTAR ISI
Kata Pengantar ..

Daftar Isi ........

ii

BAB I PENDAHULUAN
1.1
2.1

Latar belakang masalah


Rumusan masalah
BAB II PEMBAHASAN

2.1 Definisi 3
2.2 Etiologi 4
2.3 Patofisiologis...
2.4 Diagnosa.. 8
2.5 Kelasifikasi.. 9
2.6 Komposisi 10
2.7Penatalaksanaan
BAB III PENUTUP

1
2

12

3.1 Kesimpulan

13

3.2 Saran.

13

DAFTAR PUSTAKA

BAB I
PENDAHULUAN
1.1 LATAR BELAKANG
Masalah-masalah yang terjadi pada bayi baru lahir yang diakibatkan oleh tindakan-tindakan
yang dilakukan pada saat persalinan sangatlah beragam. Trauma akibat tindakan, cara persalinan atau
gangguan kelainan fisiologik persalinan yang sering kita sebut sebagai cedera atau trauma lahir.Partus
yang lama akan menyebabkan adanya tekanan tulang pelvis.
Kebanyakan cedera lahir ini akan menghilang sendiri dengan perawatan yang baik dan adekuat.
Keberhasilan penatalaksanaan kasus kelainan bayi dan anak tergantung dari pengetahuan dasar
dan penentuan diagnosis dini, persiapan praoperasi, tindakan anestesi dan pembedahan serta
perawatan pasca operasi.Penatalaksanaan perioperatif yang baik akan meningkatkan keberhasilan
penanganan kelainan bayi dan anak.

2.1 TUJUAN PENULISAN


1. Untuk mengetahui definisi kelainan bawaan omfalokel
2. Untuk mengetahui etiologi dari kelainan omfalokel
3. Untuk mengetahui penatalaksanaan dari kelainan bawaan omfalokel

BAB II
PEMBAHASAAN

1.1

Definisi
Omfalokel adalah penonjolan dari usus atau isi perut lainnya melelui akar pusat lainnya melalui
akar pusat yang hanya dilapisi oleh peritoneum ( selaput perut ) dan tidak dilapisi oleh kulit
Omfalokel secara bahasa berasal dari bahasa yunani omphalos yang berarti umbilicus tali pusat
dan cele yang berarti bentuk hernia. Omphalokel diartikan sebagai suatu defek sentral dinding abdomen
pada daerah cincin umbilikus (umbilical ring) atau cincin tali pusar sehingga terdapat herniasi organorgan abdomen dari cavum abdomen namun masih dilapiasi oleh suatu kantong atau selaput. Selaput
terdiri atas lapisan amnion dan peritoneum. Diantara lapisan tersebut kadang-kadang terdapat lapisan
wharton'sJells.
Omfalokel suatu keadaan dimana viseral abdominal terdapat di luar cavum abdomen tetapi
masih di daiam kantong amnion. Omphalocele dapat diartikan sebagai kantong bening tidak
berpembuluh darah yang terdiri dari lapisan peritoneum dan lapisan amnion pada pangkal tali pusat.
Omphalokel adalah herniasi sebagian isi intra abdomen melalui cincin umbilikus yang terbuka ke dalam
dasar tali pusat. Ukurannya bervariasi dalam sentimeter, di dalamnya berisi seluruh midgut, raster dan
lepar. Sekitar 70% kasus, omphalokel berhubungan dengan kelainan yang lain. Kelainan terbanyak
adalah kelainan kromosom.
Sudah lama dikenal bahwa omphalokel sering berhubungan dengan kelainan penyerta lain, hal
ini menunjukkan keikutsertaan perkembangan embriologi secara umum. Kelainan penyerta terjadi
antara 30% sampai dengan no o termasuk kelainan kromosom. Frekwensinya cenderung menurun,
kelainan jantung kongenital, sindrom Beckwith-Wiedemann (bayi dengan besar masa kehamilan;
hiperinsulinisme; viseromegali dari ginjal, glandula suprarenalis dan pankreas; makrolosia; tumor
hepatorenal; ekstrofia kloaka.

2.1 Etiologi

Penyebab pasti terjadinya omphalokel belum jelas sampai sekarang. Beberapa faktor resiko atau
faktor-faktor yang berperan menimbulkan terjadinya omphalokel diantaranya adalah infeksi,
penggunaan obat dan rokok pada ibu hamil, defisiensi asam folat, hipoksia, pengunaan salisilat, kelainan

genetik serta polihidramnion. Walaupun omphalokel pernah dilaporkan terjadi secara herediter, namun
sekitar 50-70 % penderita berhubungan dengan sindrom kelainan kongenital yang lain.
Sindrom kelainan kongenital yang sering berhubungan dengan omphalokel diantaranya:
1.

Syndrome of upper midline development atau thorako abdominal syndrome (pentalogy of

Cantrell) berupa upper midline omphalocele, anterior diaphragmatic hernia, sternal cleft, cardiac
anomaly berupa ektopic cordis dan vsd.
2. Syndrome of lower midline development benzpa bladder (hipogastric omphalocele) a.tau cloacal
extrophv, inferforate anus, colonie atresia, vesicointestinal fistula, sacrovenebral anomaly dan
menin.wmyelocele dan sindrom-sindrom vang lain seperti Beckwith-Wiedemann syndrome, Reiger
syndrome, Prune-belly syndrome dan sindrom-sindrome kelainan kromosom seperti yang telah
disebutkan.
Menurut Glasser (2003) ada beberapa penyebab omphalokel, yaitu:
1.

Faktor kehamilan dengan resiko tinggi, seperti ibu hamil sakit daa terinfeksi; penggunaan obat-

obatan, merokok dan kelainan genetik. Faktor-faktor tersebut berperan pada timbulnya insufisiensi
plasenta dan lahir pada umur kehamilan kurang atau bayi prematur, diantaranya bayi dengan
gastroschizis dan omphalokel paling sering dijumpai
2.Defisiensi asam folat hipoksia dan salisilat menimbulkan defek dindin~ abdomen pada percobaan
den;an tikus tetapi kemaknaannya secara klinis masih sebatas perkiraan. Secara jelas peningkatan
MSAFP (Maternal Serum Alfa Feto Protein) pada pelacakan dengan ultrasonografi memberikan suatu
kepastian telah terjadi kelainan struktural pada fetus Bila suatu kelainan didapati bersamaan den-an
adanya omphalokel, layak untuk dilakukan amniosintesis guna melacak kelainan genetik.

3. Polihidramnion.
dapat diduga adanva atresia intestinal fetus dan kemungkinan tersebut harus dilacak denganUSG.

3.1 Fatofisiologis

Pada janin usia 5 6 minggu isi abdomen terletak di luar embrio di rongga selom. Pada usia 10
minggu terjadi pengembangan lumen abdomen sehingga usus dari extra peritoneum akanmasuk ke
rongga perut. Bila proses ini terhambat maka akan terjadi kantong di pangkal umbilikus yang berisi usus,

lambung kadang hati. Dindingnya tipis terdiri dari lapisan peritoneum dan lapisan amnion yang
keduanya bening sehingga isi kantong tengah tampak dari luar, keadaan ini disebut omfalokel. Bila usus
keluar dari titik terlemah di kanan umbilikus, usus akan berada di luar rongga perut tanpa dibungkus
peritoneum dan amnion, keadaan ini disebut gastroschisis.

4.1 Diagnosa

Diagnosis omphalokel adalah sederhana, namun perlu waktu khusus sebelum operasi
dikerjakan, pemeriksaan fisik secara iengkap dan perlu suatu rontgen dada serta ekokardiogram pada
saat lahir, ornphalokel diketahui sebagai defek dinding abdomen pada dasar cincin urnbilikus. Defek
tersebut lebih dari 4 cm (bila defek kurang dari 4 cm secara umum dikenal sebagai hernia umbilikalis )
dan dibungkus oleh suatu kantong membran atau amnion. Pada 10,o sampai 18,10, kantong mungkin
ruptur dalam rahim atau sekitar 4 o saat proses kelahiran.
Omphalokel raksasa (gnant omphalocele) mempunyai suatu kantong vani), menempati harnpir
seluruh dinding, abdomen, berisi hampir semua organ intraabdomen dan berhubungan dengan tidak
berkembangnya r ongga peritoneum serta hipoplasi pulrnoner.

Diagnosis omphalokel ditegakkan berdasarkan gambaran klinis dan dapat ditegakkan pada waktu
prenatal dan pada waktu postnatal
1. Diagnosis prenatal
Diagnosis prenatal terhadap omphalokel sering ditegakkan dengan bantuan USG. Defek dinding
abdomen janin biasanya dapat dideteksi pada saat minggu ke 13 kehamilan, dimana pada saat tersebut
secara normal seharusnya usus telah masuk seluruhnya kedalam kavum abdomen janin.
2. Diagnosis postnatal (setelah kelahiran)
Gambaran klinis bayi baru lahir dengan omphalokel ialah terdapatnya defek sentral dinding abdomen
pada daerah tali pusat. Defek bervarasi ukurannya, dengan diameter mulai 4 cm sampai dengan 12 cm,
mengandung herniasi organ-organ abdomen baik solid maupaun berongga dan masih dilapisi oleh
selaput atau kantong serta tampak tali pusat berinsersi pada puncak kantong. Kantong atau ,elaput
tersusun atas 2 lapisan yaitu lapisan luar berupa selaput amnion dan lapisan dalam berupa peritoneum.
Diantara lapisan tersebut kadang-kadang terdapat lapisan Warton's jelly. Warton's jelly adalah jaringan
mukosa yang merupakan hasil deferensiasi dari jaringan mesenkimal (mesodermal).

5.1 Kelasifikasi

Klasifikasi Omfalokel menurut Moore, yaitu:

Tipe 1 : diameter defek <> 5 cm


Suatu defek yang sempit dengan kantong yang kecil mungkin tak terdiagnosis saat lahir. Dalam kasus ini
timbul bahaya tersendiri bila kantong terpit klem dan sebagian isinya berupa usus, bagiannya teriris saat
ligasi tali pusat. Bila omphalokel dibiarkarn tampa penanganan, bungkusnya akan mengering dalam
beberapa hari dan akan tampak retak-retak. Pada saat tersebut akan menjalar infeksi dibawah lapisan
yang mengering dan berkrusta. Kadang dijumpai lapisan tersebut akan terpecah dan usus akan prolap.

6.1 Komposisi

Komplikasi dini merupakan infeksi pada kantong yang mudah terjadi pada permukaan yang
telanjang. Kelainan kongenital dinding perut ini mungkin disertai kelainan bawaan lain yang
memperburuk prognosis.

7.1 Penatalaksanaan
1. Penatalaksanaan prenatal
Apabila terdiagnosa omphalokel pada masa prenatal maka sebaiknya dilakukan informed consent pada
orang tua tentan; keadaa.n janin, resiko tehadap ibu, dan prognosis. Informed consent sebaiknya
melibatkan All kandungan, ahli anak dan ahli bedah anak.
Keputusan akhir dibutuhkan guna perencanaan dan penatalaksanaan berikutnya bempa
melanjutkan kehamilan atau mengakhiri kehamilan. Bila melanjutkan kehamilan sebaiknya dilakukan
abservasi melaui pemeriksaan USG berkala juga ditentukan tempat dan cara melahirkan. Selama
kehamilan omphalokel mungkin berkurang ukurannya atau bahkan nzptur sehingga mempengaruhi
prognosis.
2. Penatalaksanan postnatal (setelah kelahiran)
Penatalaksannan postnatal meliputi penatalaksanaan segera setelah lahir (immediate postnatal),
kelanjutan penatalakasanaan awal apakah berupa operasi atau nonoperasi (konservatif) dan
penatalaksanaan postoperasi. Secara umum penatalaksanaan bayi dengan omphalokele dan gastroskisis

adalah

hampir

sama.

Bayi sebaiknya dilahirkan atau segera dirujuk ke suatu pusat yang memiliki fasilitas perawatan intensif
neonatus dan bedah anak. Bayi-bayi dengan omphalokel biasanya mengalami lebih sedikit kehilangan
panas tubuh sehingga lebih sedikit kehilangan panas tubuh sehingga lebih membutuhkan resusitasi awal
cariran dibanding bayi dengan gastrokisis.

Penatalaksanaan segera bayi dengan omphalokel adalah sbb:

1. Tempatkan bayi pada ruangan vang asaeptik dan hangat untuk mencegah kehilangan cairan, hipotermi
dan infeksi.
2.

Posisikan bayi senyaman mungkin dan lembut untuk menghindari bayi menagis dan air swallowing.
Posisi kepala sebaiknya lebih tinggi untuk memperlancar drainase.

3.

Lakukan penilaian ada/tidaknva distress respirasi yang mungkin membutuhkan alai bantu verltilasi
seperti intubasi endotrakeal. Beberapa macam alat bantu ventilasi seperti mask tidak dianjurkan karena
dapat menyebabkan masuknya udara kedalam traktus gastrointestinal.

4.

Pasang pipa nasogastrik atau pipa orogastrik untuk mengeluarkan udara dan cairan dari sistem usus
sellinop dapat mencegah muntah, mencegah aspirasi, mengurangi distensi dan tekanan (dekompresi)
dalam sistem usus sekaligus mengurangi tekanan intra abdomen, demikian pula perlu dipasang rectal
tube untuk irigasi dan untuk dekompresi sistem usus.

5.

Pasang kateter uretra untuk mengurangi distensi kandung kencing dan mengurangi tekanan intra
abdomen.

6. Pasang jalur intra vena (sebaiknva pada ektremitas atas) untuk pemberian cairan dan nutrisi parenteral
sehingga dapat menjaga tekanan intravaskuler dan menjaga kehilangan protein vang mun(jkin terjadi
karena ganggLlan sistem usus, dan untuk pemberian antibitika broad spektrum.
7. Lakukan monitoring dan stabilisiasi suhu, status asam basa, cairan dan elektrolit.
8.

Pemeriksaan darah lain seperti fungsi ginal, glukosa dan hematokrit perlu dilakukan guna persiapan
operasi bila diperlukan.

9.

Fvaluasi adanya kelainan kongenital lain yang ditunjang oleh pemeriksaan rongent thoraks dan
ekhokardiogram.

10. Bila bayi akan dirujuk sebaiknya bayi ditempatkan dalam suatu inkubator hangat dan ditambah oksigen.

Penatalaksanaan nonnoperasi (konservatif)

Penatalaksanaan omphalokel secara konservatif dilakukan pada kasus omphalokel besar atau
terdapat perbedaan yang besar antara volume organ-organ intraabdomen yang mengalami herniasi
atau eviserasi dengan rongga abdomen seperti pada giant omphalocele atau terdapat status klinis bayi
yang buruk sehingga ada kontra indikasi terhadap operasi atau pembiusan seperti pada bayibayi
prematur yang memiliki hyaline membran disease atau bayi yang memiliki kelainan kongenital berat
yang lain seperti gagal jantung. Pada giant ornphalocele bisa terjadi hernias] dari seluruh organ-organ
intraabdomen dan dinding abdomen berkernbang sangat buruk, sehingga sulit dilakukan penutupan
(operasi/repair) secara primer dan dapat mernbahayakan bayi. Beberapa All, walaupun demikian,
perllah mencoba rnelakukan operasi pada giant otnphalocele secara primer dengan moditikasi dan
berhasil.
Tindakan nonaperatif secara sederhana dilakukan dengan dasar merangsang epitelisasi dari kantonatau selaput. Suatu saat setelah -ranulasi terbentuk maka dapat dilakukan skin graft yang nantinya akan
terbentuk hernia ventralis yang akan dinepair pada waktu kemudian dan setelah status kardiorespirasi
membaik.
Beberapa obat yang biasa digunakan untuk merangsang epitelisasi adalah 0.25% merbromin
(mercurochrome), 0,25% silver nitrat, silver sulvadiazine dan povidone iodine (betadine). Obat-obat
tersebut merupakan agen antiseptik yang pada awalnya memacu pembentukan eskar bakteriostatik dan
perlahan-lahan akan 'terangsang epitelisasi. Obat tersebut berupa krim dan dioleskan pada permukaan
selaput atau kantumg dengan elastik dressing yang sekaligus secara perlahan dapat menekan dari
mengurangi isi kantong.Tindakan nonoperatif lain dapat berupa penekanan secara eksternal pada
kanong. Beberapa material yang biasa digunakan ialah Ace wraps, Velcro binder, in poliamid mesh yang
dilekatkan pada kulit. Glasser (2003) menyatakan bahwa tinakan nonoperatif pada omphalokel
memerlukan waktu yang lama, membutuhkan nutrisi yang banyak dan angka metabolik yang tinggi serta
omphalokel dapat ruptur sehingga dapat menimbulkan infeksi organ-organ abdomen.

Indikasi terapi non bedah adalah:

1.

Bayi dengan ompalokel raksasa (giant ornphalocele) dan kelainan penyerta yang mengancam jiwa
dimana penanganannva harus didahulukan daripada umphalokel ya.

2. Neonatus dengan kelainan yang menimbulkan komplikasi bila dilakukan pembedahan.

3.

Bayi dengan kelainan lain vang berat yang sangat mempengaruhi daya tahan hidup.

Penatalaksanaan dengan operasi

Tujuan mengembalikan organ visera abdomen ke dalam rongga abdomen dan menutup defek.
Dengan adanya kantong yang intak, tak diperlukan operasi emergensi, sehingga seluruh pemeriksaan
fisik dan pelacakan kelainan lain yang mungkin ada dapat dikerjakan.
Keberhasilan penutupan primer tergantung pada ukuran defek serta kelainan lain yang mungkin
ada (misalnya kelainan paru) Tujuan operasi atau pembedahan ialah memperoleh lama ketahanan hidup
yang optimal dan menutup defek dengan cara mengurangi herniasi organ-organ intraabomen,
aproksimasi dari kulit dan fascia serta dengan lama tinggal di RS yang pendek.
Operasi dilakukan setelah tercapai resusitasi dan status hemodinamik stabil. Operasi dapat
bersifat

darurat

bila

terdapat

ruptur

kantong

dan

obstruksi

usus.

Operasi dapat dilakukan dengan 2 metode yaitu primary closure (penutupan secara primer atau
langsung ) dan staged closure (penutupan secara bertahap). Standar operasi balk pada primary ataupun
staged closure yang banyak dilakukan pada sebagiaan besar pusat adalah dengan membuka dan
mengeksisi kantong.
Organ-organ intraabdomen kemudian dieksplorasi, dan jika ditemukan malrotasi dikoreksi.

Primary Closure
Primary closure merupakan treatment of choice pada omphalokel kecil dan medium atau terdapat
sedikit perbedaan antara volume organ-organ intraabdomen yang mengalami herniasi atau eviserasi
dengan rongga abdomen. Primary closure biasanya dilakukan pada omphalokel dengan diameter defek
<>

BAB III
PENUTUP
KESIMPULAN
Omfalokel adalah penonjolan dari usus atau isi perut lainnya melelui akar pusat lainnya melalui
akar pusat yang hanya dilapisi oleh peritoneum ( selaput perut ) dan tidak dilapisi oleh kulit.
Kelainan ini disertai dengan kelainan bawaan, seperti kelainan kromosom, hernia diafragmatika
dan kelainan jantung
Gejalannya banyak usus dan organ perut lainnya yang menonjol,dan pengobatan yang paling
bagus agar tidak cendra pada usus dan infeksi perut, dilakukan oprasi pembedahan untuk menutupi
usus.

Daftar pustaka

Sudarti, Afroh fauziah .(2012) Asuhan Kebidanan Neonatus, Bayi, dan Anak Balita.
Nuha Medika: Yogyakarta
Staf Pengajar Ilmu Kesehatan Anak FKUI.1985. Ilmu Kesehatan Anak 1. Jakarta:
Infomedika
Prawirohardjo, Sarwono, Prof. Dr. SPOG.1997. Ilmu Kebidanan Edisi II. Yayasan Bina
Pustaka: Jakarta
Prawirohardjo, Sarwono. (2009) Ilmu Kebidanan Edisi IV, Bina Pustaka Sarwono
Prawirohardjo, Jakarta.
Varney.H, 2008. Buku Ajar Asuhan Kebidanan volume 1 ed. 4, Jakarta : EGC
Saifudin, Abdul bari, 2002, Buku Panduan Praktis Pelayanan Kesehatan dan Neonatal,
Yayasan Bina Pustaka Sarwono Parwiro Hardjo. Jakarta.
( http : // jurnali NEONATUS. pdf UGM CASE. Com ) diakses tanggal 30 Maret
2011, jam 16.20 WIB

Você também pode gostar