Você está na página 1de 13

ARTIKEL KESENIAN

TENTANG KISAH RAMAYANA

OLEH:
DWI SETIYO KARTININGDIAH ( 18 )
X-9

SMAN 1 SITUBONDO
Tahun Pelajaran 2010 / 2011

KATA PENGANTAR
Puji syukur kami panjatkan ke hadirat Tuhan Yang Maha Esa. Karena dengan
penyertaannya kami dapat menyelesaikan artikel kesenian tentang RAMAYANA. Dengan
tersusunnya makalah ini di harapkan dapat membantu siawa atau guru dalam proses belajar
mengajar.

Kami ingin mengucapkan terima kasih kepada Bapak Ferdian yang telah membimbing
kami untuk menyelesaikan makalah ini.
Meski segala kemampuan telah kami tuangkan, namun kami yakin masih banyak
kekurangannya. Untuk itu kami mengharap kritik dan saran kepada semua pembaca. Mohon
maaf apabila artikel ini tidak sempurna.
Terima kasih, semoga bermanfaat.

Situbondo, Maret 2011

Dwi Setiyo K.

DAFTAR ISI
KATA PENGANTAR........................................................................................

DAFTAR ISI.......................................................................................................

vi

Kisah Ramayana..................................................................................................

18

Daftar Pustaka......................................................................................................

vi

Penulis Cerita Ramayana


Cerita Ramayana ini awalnya ditulis dalam bahasa kuno yang diduga ditulis oleh pujangga
Yogiswara pada masa pemerintahan Dyah Balitung di kerajaan Mataram Kuno yang diperkirakan
terjadi pada 820-832 tahun Saka atau sekitar 870 M. Cerita Ramayana ini dalam ajaran
HinduBudha disebut dengan kakawin.

Tentang penulis kakawin Ramayana masih menjadi pertentangan di kalangan sastrawan Hindu
dan Budha. Prof. Dr. R.M.Ng. Purbatjaraka, tidak meyakini bahwa penulis Ramayana adalah
Yogiswara. Menurut Prof. Dr. R.M.Ng. Purbatjaraka, kalimat Yogiswara memang tertera di baris
terakhir kakawin Ramayana versi Jawa, namun bukan merupakan jatidiri atau nama penulis dari
Ramayana ini.
Di lain pihak, kakawin Ramayana diakui sebagai karya pujangga India kuno yang bernama
Bhattikawya. Adalah seorang peneliti India yang bernama Manomohon Ghosh telah
menyimpulkan hal tersebut. Manomohan Ghosh telah menemukan beberapa bait kisah
Ramayana di kitab Rawanawadha. Rawanadha adalah kitab yang menjadi rujukan penulisan
kisah Rama dan Sinta didalam cerita Ramayana versi Walmiki.

Perbedaan Alur Cerita


Di dalam alur cerita Ramayana ini ada perbedaan antara kisah Rama dan Sinta di dalam
Ramayana versi India dengan kisah Rama dan Sinta versi Ramayan Jawa. Di dalam versi cerita
Ramayana Jawa, pertemuan antara Rama dan Sinta terjadi di Ayodya dan mereka tidak berpisah
lagi. Sementara di dalam cerita Ramayana versi Ramayana India diceritakan bahwa Rama dan
Sinta berpisah kembali di Ayodya setelah mereka bertemu.

Filosofi Kisah Ramayana


Secara garis besar konon kisah wayang Ramayana itu menunjukan bahwa manusia itu harus
bergelut dengan dirinya sendiri terlebih dahulu sebelum mencapai pencerahan atau mendapatkan
wahyu. Disini penggambaran itu di gambarkan sebagai berikut.
Rama digambarkan sebagai satria, sang diri atau pancer.
Shinta digambarkan sebagai wahyu atau pencerahan yang harus dicari atau dicapai.

1
Rahwana digambarkan sebagai sang nafsu merah yang mencuri perhatian dan waktu satria
sehingga menjauhkan manusia dari pencapaian wahyu. Penuh dengan amarah dan nafsu
memiliki yang membuat manusia menjauh dari pencapaian.
Sarpakenaka digambarkan sebagai sang nafsu hitam yang digambarkan getol mendukung sang
nafsu merah dan merintangi manusia dari pencapaian pencerahan. Penuh dengan nafsu kejahatan
dan pelampiasan.

Kumbakarna digambarkan sebagai nafsu kuning yang berusaha untuk menggunakan logika
dalam berpikir, dan ahirnya walau mengetahui kebenaran tetap teguh membela apa yang dirasa
benar. Tapi kadang kala justru merintangi pencarian karena merasa perlu menjaga apa yang
menurutnya benar.
Wibisana dan Hanoman digambarkan sebagai nafsu putih yang terkalahkan dan menyingkir
menyeberang jalan untuk bersatu dengan diri pribadi memerangi ke 3 nafsu tersebut.
Jalanya cerita juga jelas dimulai dari pencurian shinta oleh rahwana sebagai bentuk dari
pencurian kesadaran manusia oleh emosi dan nafsu merah. Dimana sering dalam keadaan kita
emosi maka sangat sulit mempertahankan kesadaran. Emosi adalah simbol rahwana yang selalu
siap nyolong shinta, kesadaran kita.
Kemudian sadarlah sang diri, yang kemudian atas bantuan hanoman mencari sang shinta yang
kemudian bersatu dengan wibisana ketika berjalan ke Alengka. Disini ditunjukan bahwa sang
diri harus mendekat dan percaya kepada sifat putih yang ada dalam diri masing masing.
Dan terjadilah perang yang kemudian berujung pada kalahnya Kumbakarna, Sarpakenaka, dan
Rahwana. Kumbakarna kalah dengan tangan dan kaki terpotong, menghadapi nafsu kuning kita
harus bisa memotong angan-angan yang menjadi lambang kaki tangan Kumbakarna.
Matinya Sarpakenaka karena kerisnya sendiri. Disini bisa diberi arti bahwa seharusnya kita
menyadari bahwa semua perbuatan jahat itu merusak. Dengan menyadari akan keburukan diri
maka kita akan insyaf. Keinsyafan sebab mau merenung dan menyadari itu dianggap sebagai
keris sarpakenaka.
Terahir kita akan berhadapan dengan Rahwana yang punya dasa, sepuluh wajah dan kepala.
Lambang begitu banyak alasan yang kita ungkapkan untuk menunjang pembelaan diri kita.
dimana di putus satu akan tumbuh lagi lainya. hanya memutuskan semuanya maka sang
Rahwana akan gugur. dan Shinta sang wahyu kembali ke pangkuan sang diri.

Kisah ramayana

Rama mematahkan busur Dewa Siwa saat sayembara memperebutkan Dewi Sita

Prabu Janaka, Raja Kerajaan Mantili memiliki seorang puteri yang sangat cantik bernama Dewi
Shinta. Untuk menentukan siapa calon pendamping yang tepat baginya, diadakanlah sebuah
sayembara. Rama Wijaya, Pangeran dari Kerajaan Ayodya akhirnya memenangi sayembara
tersebut.
Prabu Rahwana, pemimpin Kerajaan Alengkadiraja sangat menginginkan untuk menikahi Dewi
Shinta. Namun, setelah mengetahui siapa Dewi Shinta, ia berubah pikiran. Ia menganggap bahwa
Dewi Shinta merupakan jelmaan Dewi Widowati yang telah lama ia cari-cari.

Hutan Dandaka
Rama Wijaya beserta Shinta, istrinya, dan ditemani oleh adik lelakinya, Leksmana, sedang
berpetualang dan sampailah ke Hutan Dandaka. Di sini mereka bertemu dengan Rahwana yang
begitu memuja Dewi Shinta dan sangat ingin memilikinya. Untuk mewujudkan gagasannya,
Rahwana mengubah salah satu pengikutnya bernama Marica menjadi seekor kijang yang disebut
Kijang Kencana dengan tujuan memikat Shinta.
Karena tertarik dengan kecantikan kijang tersebut, Shinta meminta Rama untuk menangkapnya.
Rama menyanggupi dan meninggalkan Shinta yang ditemani Leksmana dan mulailah dia
memburu kijang tersebut.
Setelah menunggu lama, Shinta menjadi cemas karena Rama belum datang juta. Ia meminta
Leksamana untuk mencari Rama. Sebelum meninggalkan Shinta, Leksmana membuat lingkaran
sakti di atas tanah di sekeliling Shinta untuk menjaganya dari segala kemungkinan bahaya.
3
Begitu mengetahui bahwa Shinta ditinggal sendirian, Rahwana mencoba untuk menculiknya
namun gagal karena lingkaran pagar pelindung yang menjaganya. Kemudian ia mengubah diri

menjadi seorang Brahmana. Shinta jatuh kasihan terhadap Brahmana yang tua tersebut dan hal
tersebut membuatnya keluar dari lingkaran pelindung. Akibatnya, Rahwana - yang menjelma
menjadi Brahmana tua tersebut - berhasil merebut dan membawanya terbang ke Kerajaan
Alengka.

Memburu Kijang
Rama berhasil memanah kijang yang dikejarnya, namun tiba-tiba kijang tersebut berubah
menjadi raksasa. Terjadilah perkelahian antara Rama dengan raksasa tersebut. Raksasa tersebut
akhirnya dapat dibunuh Rama menggunakan panahnya. Kemudian tibalah Leksama dan meminta
Rama untuk segera kembali ke tempat di mana Shinta berada.

Penculikan Shinta
Dalam perjalanan ke Alengka, Rahwana bertemu dengan burung garuda bernama Jatayu. Mereka
kemudian terlibat pertengkaran karena Jatayu mengetahui bahwa Rahwana menculik Dewi
Shinta - yang adalah anak Prabu Janaka, teman dekatnya. Sayangnya, Jatayu berhasil dikalahkan
oleh Rahwana saat mencoba membebaskan Shinta dari cengkeraman Rahwana.
Mengetahui bahwa Shinta tidak lagi berada di tempat semula, Rama dan Leksmana memutuskan
untuk mencarinya. Dalam perjalanan pencarian tersebut, mereka bertemu dengan Jatayu yang
terluka parah. Saat bertemu pertama kali tersebut, Rama mengira bahwa Jatayulah yang
menculik Shinta sehingga ia berniat membunuhnya namun Leksmana mencegahnya. Jatayu
menjelaskan apa yang terjadi sebelum akhirnya ia meninggal.
Tidak lama kemudian, seekor kera putih bernama Hanoman tiba. Ia diutus oleh pamannya,
Sugriwa, untuk mencari dua pendekar yang mampu membunuh Subali. Subali adalah serang
yang suci dan telah mengambil Dewi Tara, wanita kesayangan Sugriwa. Setelah dipaksa,
akhirnya Rama memutuskan untuk membantu Sugriwa.

Gua Kiskendo
Pada saat Subali, Dewi Tara dan anak lelakinya sedang berbincang-bincang, tiba-tiba datanglah
Sugriwa dan langsung menyerang Subali. Sugriwa yang dibantu oleh Rama akhirnya mampu
mengalahkan Subali. Sugriwa berhasil merebut kembali Dewi Tara. Untuk membalas kebaikan
Rama, Sugriwa akan membantu Rama mencari Dewi Shinta. Untuk tujuan ini, Sugriwa
mengutus Hanoman untuk mencaritahu mengenai Kerajaan Alengka.
4
Kemenakan Rahwana, Trijata, sedang menghibur Shinta di taman. Rahwana datang untuk
meminta kesediaan Shinta menjadi istrinya. Shinta menolak permintaan tersebut. Hal ini
membuat Rahwana kalap dan mencoba membunuhnya namun Trijata menghalanginya dan

memintanya untuk bersabar. Trijata berjanji untuk merawat Shinta.


Saat Shinta merasa sedih, ia tiba-tiba mendengar nyanyian indah yang disuarakan oleh Hanoman,
si kera putih. Hanoman memberi tahu Shinta bahwa ia adalah utusan Rama yang dikirim untuk
membebaskannya. Setelah menjelaskan tujuannya, Hanoman mulai mencari tahu kekuatan
seluruh pasukan Alengka. Ia kemudian merusak taman tersebut.
Indrajit, anak lelaki Rahwana, berhasil menangkap Hanoman namun Kumbokarno mencegahnya
untuk membunuhnya dan Hanoman dijatuhi hukuman mati dengan cara dibakar. Namun saat
dibakar, Hanoman berhasil lari dan justru membakar kerajaan dengan tubuhnya yang penuh
kobaran api.
Segera setelah membakar kerajaan, Hanoman datang kepada Rama dan menjelaskan apa yang
telah terjadi. Rama kemudian pergi ke Alengka disertai dengan pasukan kera. Ia menyerang
kerajaan dan membuat pasukan Alengka kocar-kacir setelah Indrajit - sebagai kepala pasukan
kerajaan - berhasil dibunuh.
Rahwana kemudian menunjuk Kumbokarno - raksasa yang bijaksana - untuk memimpin pasukan
dan menyerang kerajaan Alengka. Namun kemudian Kumbokarno berhasil dibunuh oleh Rama
dengan panah pusakanya. Rahwana mengambil alih komando dan mulai menyerang Rama
dengan bala tentara seadanya. Rama akhirnya juga berhasil membunuh Rahwana. Dibawa oleh
Hanoman, mayat Rahwana diletakkan di bawah gunung Sumawana.

Rama Bertemu Shinta


Setelah kematian Rahwana, Hamonan menjemput Shinta untuk dipertemukan dengan Rama.
Namun Rama menolak Shinta karena ia berpikir bahwa Shinta sudah tidak suci lagi. Shinta
kecewa dan untuk membuktikan kesetiaannya kepada suaminya, ia menceburkan diri ke dalam
kobaran api dan membakar diri. Karena kesuciannya dan atas bantuan Dewa Api, ia tidak
terbakar dan selamat. Hal tersebut membuat Rama bahagia dan akhirnya menerimanya kembali
menjadi istrinya.

Kutipan dari Kakawin Ramayana

Kutipan

Terjemahan

Hana sira Ratu dibya rngn, prasta

Ada seorang Raja besar, dengarkanlah. Terkenal di

ring rt, musuhnira praata, jaya

dunia, musuh baginda semua tunduk. Cukup mahir

padhita, ringaji kabh, Sang

akan segala filsafat agama, Prabu Dasarata gelar Sri

Daaratha, nma t moli

Baginda, tiada bandingannya

Sira ta Triwikrama pita, pinaka bapa,

Beliau ayah Sang Triwikrama, maksudnya ayah

Bhara Winu mangjanma inakaning

Bhatara Wisnu yang sedang menjelma akan

bhuwana kabh, yatra dnira nimittaning menyelamatkan dunia seluruhnya. Demikian tujuan
janma

Sang Hyang Wisnu menjelma menjadi manusia.

Hana rjya tulya kndran, kakwhan

Ada sebuah istana bagaikan surga, dipenuhi oleh

sang mahrddhika suila, ringayodhy

orang-orang bijak serta luhur perbuatan, di Ayodhya-

subbhagng rt, yeka kadhatwannirang

lah yang cukup terkenal di dunia, itulah istana Sri

npati

Baginda Prabu Dasarata

Malawas sirr papangguh, masneha


lawan mahdew, suraseng sanggama
rinasan, alinggana cumaban dinya

Sudah lama Sri Baginda menikah, saling mencintai


dengan para permaisurinya, kenikmatan rasa
pertemuan itu telah dapat dirasakan, bercumbu rayu
dan sejenisnya

Mahyun ta sira maputra, mnaka

Timbullah niat Sri Baginda agar berputra, agar

wetnyar wag rikang wiaya, malawas

berputra karena sudah puas bercinta, namun lama nian

tan pnakatah, mahyun ta sir gawe

beliau tidak berputra, lalu beliau berniat mengadakan

yaja

ritual

Sakal kraa ginawe, whana len

Semua perlengkapan upacara sudah dikerjakan, alat

pratia nnidhya, Paramewara

upacara pengundang serta tempat para Dewa sudah

hinangnangn, umungu ring kua

tersedia, Bhatara iwa yang dipuja-Pja, agar berstana

bahni maya

pd api suci itu

ea mahrs mamj, prnhuti dibya


pathya gandharasa, yata pinangan
kinabehan, denira Dewi maharja

Ndata tta kla lungh, mnak t Sang

Sisa sesaji yang dihaturkan oleh Sang Maha Pendeta,


sesajen yang sempurna, santapan yang nikmat rasa
serta baunya, itulah yang disantap oleh beliau,
permaisuri Sri Baginda Raja

Demikianlah tidak diceritakan lagi selang waktu itu,

Daarath sih, Sang Rma nak matuha, i para permaisuri kesayangan Prabu Dasarata
sira mahdew Kaualya

melahirkan putera, Sang Rama putera yang sulung,

dari permaisuri Dewi Kosalya

Sang Kekayi maknak, Sang Bharatya

Adapun putera Dewi Kekayi, Sang Bharata yang

kyti akti dibya gua, Dewi sirang

terkenal sakti mandraguna, sedangkan Dewi Sumitra,

Sumitr, Laksmaa atrughna putranira berputra Sang Lakshmana dan Sang Satrugna

Sang Rma sira winarahan, ringastra de Sang Rama diberi pelajaran tentang panah memanah
Sang Wasia tar malawas, kalawan

oleh Bagawan Wasista dalam waktu tidak lama,

nantnira tiga, prajeng widya kabeh

beserta ketiga adik-adiknya, semuanya pintar cekatan

wihikan

tentang ilmu memanah

Pengaruh dalam budaya


Beberapa babak maupun adegan dalam Ramayana dituangkan ke dalam bentuk lukisan maupun
pahatan dalam arsitektur bernuansa Hindu. Wiracarita Ramayana juga diangkat ke dalam
budaya pewayangan di Nusantara, seperti misalnya di Jawa dan Bali. Selain itu di beberapa
negara (seperti misalnya Thailand, Kamboja, Vietnam, Laos, Philipina, dan lain-lain), Wiracarita
Ramayana diangkat sebagai pertunjukan kesenian.

Daftar kitab
Wiracarita Ramayana terdiri dari tujuh kitab yang disebut Saptakanda. Urutan kitab
menunjukkan kronologi peristiwa yang terjadi dalam Wiracarita Ramayana.
Nama kitab

Keterangan

Kitab Balakanda merupakan awal dari kisah Ramayana. Kitab Balakanda


menceritakan Prabu Dasarata yang memiliki tiga permaisuri,
Balakanda

yaitu: Kosalya, Kekayi, dan Sumitra. Prabu Dasarata berputra empat orang,
yaitu: Rama, Bharata, Lakshmana danSatrughna. Kitab Balakanda juga
menceritakan kisah Sang Rama yang berhasil memenangkan sayembara dan
memperistriSita, puteri Prabu Janaka.

Ayodhyakanda Kitab Ayodhyakanda berisi kisah dibuangnya Rama ke hutan bersama


Dewi Sita dan Lakshmana karena permohonan DewiKekayi. Setelah itu, Prabu
Dasarata yang sudah tua wafat. Bharata tidak ingin dinobatkan menjadi Raja,
kemudian ia menyusul Rama. Rama menolak untuk kembali ke kerajaan.

Akhirnya Bharata memerintah kerajaan atas nama Sang Rama.

Kitab Aranyakakanda menceritakan kisah Rama, Sita, dan Lakshmana di


tengah hutan selama masa pengasingan. Di tengah hutan, Rama sering
Aranyakanda membantu para pertapa yang diganggu oleh para rakshasa. Kitab
Aranyakakanda juga menceritakan kisah Sita diculik Rawana dan pertarungan
antara Jatayu dengan Rawana.

Kitab Kiskindhakanda menceritakan kisah pertemuan Sang Rama dengan Raja


Kiskindhakand
a

kera Sugriwa. Sang Rama membantu Sugriwa merebut kerajaannya


dari Subali, kakaknya. Dalam pertempuran, Subali terbunuh. Sugriwa menjadi
Raja di Kiskindha. Kemudian Sang Rama dan Sugriwa bersekutu untuk
menggempur Kerajaan Alengka.

Kitab Sundarakanda menceritakan kisah tentara Kiskindha yang membangun


jembatan Situbanda yang
Sundarakanda menghubungkan Indiadengan Alengka. Hanuman yang menjadi duta
Sang Rama pergi ke Alengka dan menghadap Dewi Sita. Di sana ia ditangkap
namun dapat meloloskan diri dan membakar ibukota Alengka.

Kitab Yuddhakanda menceritakan kisah pertempuran antara laskar kera


Sang Rama dengan pasukan rakshasa Sang Rawana. Cerita diawali dengan
usaha pasukan Sang Rama yang berhasil menyeberangi lautan dan mencapai
Yuddhakanda Alengka. Sementara ituWibisana diusir oleh Rawana karena terlalu banyak
memberi nasihat. Dalam pertempuran, Rawana gugur di tangan Rama oleh
senjata panah sakti. Sang Rama pulang dengan selamat ke Ayodhya bersama
Dewi Sita.

Kitab Uttarakanda menceritakan kisah pembuangan Dewi Sita karena


Sang Rama mendengar desas-desus dari rakyat yang sangsi dengan kesucian
Uttarakanda

Dewi Sita. Kemudian Dewi Sita tinggal di pertapaan Rsi Walmiki dan
melahirkan Kusa dan Lawa. Kusa dan Lawa datang ke istana Sang Rama pada
saat upacara Aswamedha. Pada saat itulah mereka menyanyikan Ramayana
yang digubah oleh Rsi Walmiki.

Ringkasan Cerita Ramayana Versi Jawa


Cerita ini dimulai dari kisah sang Prabu Dasaratha yang berasal dari negeri Ayodya. Prabu
Dasaratha mempunyai empat orang anak yang semuanya laki-laki. Keempat anak itu diberi nama

Rama, Bharata, Laksmana, dan Satrughna. Seorang resi atau Begawan yang bernama
Wismawamitra mengajukan permohonan bantuan kepada sang Prabu Dasaratha.
Resi Wismawamitra merasa ketakutan dan tidak mampu menghadapi gangguan
para raksasa yang mengganggu daerah pertapaannya. Maka sang prabu Dasaratha memberi
bantuan kepada resi Wismawamitra dengan mengutus puteranya Rama dan Laksmana untuk
mengusir para raksasa tersebut.
Sesuai dengan amanat ayahandanya, Rama dan Laksmana berhasil menghabisi para raksasa
pengganggu area pertapaan itu. Setelah itu Rama dan Laksmana pergi ke negeri Mithila untuk
mengikuti sayembara memanah berhadiah seorang putri raja yang bernama Sinta. Singkat cerita,
Rama pun keluar sebagai pemenang dan memboyong putri raja pulang ke Ayodya.
Alkisah karena ada solidaritas dendam para raksasa yang telah dibunuh oleh Rama, maka di
kemudian hari kehidupan Rama dan Sinta diganggu oleh para raksasa Rahwana. Di dalam cerita
juga Rama dan Sinta serta Laksmana pernah meninggalkan kerajaan dikarenakan untuk memberi
kesempatan kepada adiknya Bharata (adik lain ibu) untuk menjadi raja Ayodya.
Kemudian di tengah hutan Rama dan Sinta diusik ketenangannya. Raksasa menculik istri Rama.
Sinta sempat dibantu oleh Jatayu, namun akhirnya Jatayu mati. Jatayu
adalah sahabat ayahandanya Prabu Dasaratha. Di dalam kondisi sekarat Jatayu melapor ke Rama
dan Laksmana bahwa Sinta dibawa Rahwana ke kerajaannya.
Di dalam perjalannya Rama dan Laksmana bertemu kawanan kera putih yang siap membantu
perjuangan Rama. Bala bantuan itu dipimpin oleh Hanoman. Karena dibantu oleh banyak
pasukan maka mereka berhasil membunuh Rahwana. Akhirnya Rama bisa membebaskan istrinya
Sinta dan kembali Ayodya. Selanjutnya Rama diangkat menjadi Raja Ayodya lagi.

Daftar Pustaka
http://candidiy.tripod.com/ramayana.htm
http://id.wikipedia.org/wiki/Ramayana
http://karatonsurakarta.blogspot.com/2009/09/ramayana.html

10

Você também pode gostar