Você está na página 1de 29

2.

2 Metode Astagatra
Metode ini merupakan perangkat hubungan bidang-bidang kehidupan manusia dan budaya
yang
berlangsung di atas bumi ini dengan memanfaatkan segala kekayaan alam yang dapat dicapai
dengan
menggunakan kemampuannya. Model yang dikembangkan oleh Lemhanas ini menyimpulkan
adanya 8
unsur aspek kehidupan nasional, yaitu:
1. TRI GATRA: (tangible) bersifat kehidupan alamiah
a) Letak geografi Negara
b) Keadaan dan kekayaan alam (flora, fauna, dan mineral baik yang di atmosfer, muka maupun
perut
bumi) dikelola denga dasar 3 asas: asas maksimal, lestari, dan daya saing.
c) Keadaan dan kemampuan penduduk (jumlah, komposisi, dan distribusi)
2. Pancagatra (itanggible) kehidupan sosial
a) IDEOLOGI Value system
b) POLITIK Penetapan alokasi nilai di sektor pemerintahan dan kehidupan pololitik
masyarakat.
sistem politik harus mampu memenuhi lima fungsi utama :

/ konflik

c) EKONOMI (SDA, Tenaga kerja, Modal, Teknologi)


d) SOSBUD (Tradisi, Pendidikan, Kepemimpinan nas, Kepribadian nas)
e) HANKAM, meliputi faktor-faktor :
Doktrin

Terdapat hubungan korelatif dan interdependency diantara ke-8 gatra secara komprehensif dan
integral.

UNSUR-UNSUR KETAHANAN NASIONAL


1.

Gatra dalam Ketahanan Nasional


Unsur, elemen atau faktor yang mempengaruhi kekuatan/ketahanan nasional
suatu Negara terdiri atas beberapa aspek. Para ahli memberikan pendapatnya
mengenai unsur-unsur kekuatan nasional suatu Negara.

1.

Unsur kekuatan nasional menurut Hans J. Morgenthou


Unsur ketahanan nasional negara terbagi menjadi beberapa faktor, yaitu

a.

Faktor tetap (stable factors) terdiri atas geografi dan sumber daya alam;

b.

Faktor berubah (dynamic factors) terdiri atas kemampuan industri, militer, demografi,
karakter nasional, modal nasional, moral nasional, dan kualitas diplomasi.

2.

Unsur kekuatan nasional menurut James Lee Ray


Unsur kekuatan nasional negara terbagi menjadi dua faktor, yaitu

a.

Tangible factors terdiri atas penduduk, kemampuan industry, dan militer.

b.

Intangible factors terdiri atas karakter nasional, moral nasional, dan kualitaS
kepemimpinan.

3.

Unsur kekuatan nasional menurut Palmer & Perkins


Unsur-unsur kekuatan nasional terdiri atas tanah, sumberdaya, penduduk, teknologi,
idiologi, moral, dan kepemimpinan.

4.

Unsur kekuatan nasional menurut Parakhas Chandra


Unsur-unsur kekuatan nasional terdiri atas tiga, yaitu

a.

Alamiah terdiri atas geografi, sumberdaya, dan penduduk;

b.

Sosial terdiri atas perkembangan ekonomi, struktur politik, budaya dan moral
nasional;

c.

Lain-lain: ide, inteligensi, dan diplomasi, kebijakan kepemimpinan.

5.

Unsur kekuatan nasional menurut Alfred T. Mahan


Unsur-unsur kekuatan nasional terdiri atas letak geografi, wujud bumi, luas wilayah,
jumlah penduduk, watak nasional, dan sifat pemerintahan.

6.

Unsur kekuatan nasional menurut Cline


Unsur-unsur kekuatan nasional terdiri atas sinergi antara potensi demografi dan
geografi, kemampuan ekonomi, militer, strategi nasional, dan kemauan nasional.

7.

Unsur kekuatan nasional model Indonesia


Unsur-unsur kekuatan nasional di Indonesia diistilahkan dengan gatra dalam ketahanan
nasional Indonesia. Pemikiran tentang gatra dalam ketahanan nasional dirumuskan dan
dikembangkan oleh Lemhanas. Unsur-unsur kekuatan nasional Indonesia dikenal
dengan nama Astagatra yang terdiri atas Trigatra dan Pancagatra.

a.

Trigatra adalah aspek alamiah (tangible) yang terdiri atas penduduk, sumber daya
alam, dan wilayah.

b.

Pancagatra adalah aspek social (intangible) yang terdiri atas idiologi, politik, ekonomi,
sosial budaya dan pertahanan keamanan.
Bila

dibandingkan

perumusan

unsur-unsur

kekuatan

nasional/ketahanan

nasional di atas, pada hakikatnya dapat dilihat adanya persamaan. Unsur-unsur


demikian

dianggap

nasionalnya

mempengaruhi

Negara

dalam

untuk menjamin kelangsungan

hidup

mengembangkan

kekuatan

bangsa dan negara yang

bersangkutan. Pertanyaan dasarnya adalah dalam kondisi apa atau bagaimana unsurunsur tersebut dapat dikatakan mendukung kekuatan nasional suatu negara. Bila mana
suatu unsur justru dapat melemahkan kekuatan nasional suatu negara?
Pertanyaan demikian dapat diperinci dan diperjelas. Misalnya, penduduk yang
bagaimanakah yang mampu mendukung kekuatan nasional suatu negara, wilayah atau
geografi yang seperti apa dapat mengembangkan kekuatan sebuah bangsa, dan
seterusnya. Jawaban eksploratif atas pertanyaan tersebut sampai pada kesimpulan
bahwa pada hakikatnya ketahanan nasional adalah sebuah kondisi atau keadaan.
Dalam praktiknya kondisi ketahanan nasional dapat diketahui melalui
pengamatan atas sejumlah gatra dalam suatu kurun waktu tertentu. Hasil pengamatan
yang mendalam itu akan menggambarkan tingkat ketahanan nasional. Apakah
ketahanan nasional Indonesia kuat/meningkat atau lemah/menurun. Lemah atau
turunnya tingkat ketahanan nasional akan menurun kemampuan bangsa dalam
menghadapi ancaman yang terjadi. Apakah pengamatan tersebut kita lakukan pada
sejumlah gatra yang ada pada tingkat wilayah atau regional maka akan menghasilkan
kondisi ketahanan regional.

2.

Penjelasan Atas Tiap Gatra dalam Ketahanan Nasional

a.

Unsur atau Gatra Penduduk


Penduduk suatu negara menentukan kekuatan atau ketahanan nasional negara
yang bersangkutan, faktor yang berkaitan dengan penduduk negara meliputi dua hal
berikut.

1)

Aspek kualitas mencakup tingkat pendidikan, keterampilan, etos kerja, dan


kepribadian.

2)

Aspek kualitas yang mencakup jumlah penduduk, pertumbuhan, persebaran;


perataan dan perimbangan penduduk di tiap wilayah negara. Terkait dengan unsur
penduduk adalah faktor moral nasional dan karakter nasional. Moral nasional
menunjukan pada dukungan rakyat secara penuh terhadap negaranya kita menghadapi
ancaman. Karakter nasional menunjukan pada ciri-ciri khusus yang dimiliki suatu
bangsa sehingga bias dibedakan dengan bangsa lain. Moral dan karakter nasional
mempengaruhi ketahanan suatu bangsa.

b.

Unsur atau Gatra Wilayah


Wilayah turut pula menentukan kekuatan nasional negara. Hal yang terkait
dengan wilayah negara meliputi:

1)

Bentuk wilayah negara dapat berupa negara pantai, negara kepulawan atau negara
kontinental;

2)

Luas wilayah negara; ada negara dengan wilayah yang luas dan negara dengan
wilayah yang sempit (kecil);

3)

Posisi geografis, astronomi dan geologis negara;

4)

Daya dukung wilayah negara; ada wilayah yang habitable dan ada wilayah
yangunhabitable.
Dalam kaitannya dengan wilayah negara, pada masa sekarang ini perlu
dipertimbangkan adanya kemajuan teknologi, kemajuan informasi dan komunikasi.
Suatu wilayah yang pada awalnya sama sekali tidak mendukung kekuatan nasional,
karena penggunaan teknologi maka wilayah itu kemudian menjadi unsur kekuatan
nasional negara. Misalnya, wilayah kering dibuat saluran atau sungai buatan.

c.

Unsur atau Gatra Sumber Daya Alam


Hal-hal yang berkaitan dengan unsur sumber daya alam sebagai elemen
ketahanan nasional, meliputi:

1)

Potensi sumber daya alam wilayah yang bersangkutan mencakup sumber daya alam
hewani, nabati dan tambang;

2)

Kemampuan mengeksplorasi sumber daya alam;

3)

Pemanfaatan sumber daya alam dengan memperhitungkan masa depan dan


lingkungan hidup;

4)

Kontrol sumber daya alam.


Dewasa ini, kemampuan melakukan kontrol atas sumber daya alam menjadi
semakin penting bagi ketahanan nasional dan kemajuan suatu negara. Banyak negara
yang kaya akan sumber daya alam seperti minyak di negara-negara Afrika, tetapi
negara tersebut tetaplah miskin. Negara-negara berkembang belum mampu melakukan
kontrol atas sumber daya alam yang berasal dari miliknya. Justru negara-negara yang
tidak memiliki sumber daya alam seperti Singapura dan Jepang bias maju oleh karena
mampu melakukan kendali atas jalur perdagangan sumber daya alam dunia.

d.

Unsur atau gatra di Bidang Idiologi


Idiologi adalah seperangkat gagasan, ide, cita dari sebuah masyarakat tentang
kebaikan bersama yang dirumuskan dalam bentuk tujuan yang harus dicapai dan caracara yang digunakan untuk mencapai tujuan itu. (Ramlan Surbakti, 1999) Idiologi itu
berisikan serangkaian nilai (norma) atau sistem dasar yang bersifat menyeluruh dan
mendalam yang dimiliki dan dipegang oleh suatu masyarakat atau bangsa sebagai
wawasan atau pandangan hidup mereka. Nilai yang terkandung didalam idiologi
tersebut diyakini oleh masyarakat sebagai nilai yang baik, adil dan benar sehingga
berkeinginan untuk melaksanakan segala tindakan berdsarkan nilai tersebut.
Idiologi mengandung ketahanan suatu bangsa oleh karena idiologi bagi suatu
bangsa memiliki dua fungsi pokok, yaitu

1.

Sebagai tujuan atau cinta-cinta dari kelompok masyarakat yang bersangkutan, artinya
nilai-nilai yang terkandung dalam idiologi itu menjadi cita-cita yang hendak dituju secara
bersama;

2.

Sebagai sarana pemersatu dari masyarakat yang bersangkutan, artinya masyarakat


yang banyak dan beragam itu bersedia menjadikan idiologi sebagai milik bersama dan
menjadikannya bersatu.
Sejarah dunia telah membuktikan bahwa idiologi dapat digunakan sebagai unsur
untuk membangun kekuatan nasional negara. Bagi bangsa Indonesia, Pancasia telah
ditetapkan

sebagai

idiologi

nasional

melalui

kesepakatan.

Pancasila

adalah

kesempatan bangsa, rujuk bersama,common denominator yang mampu memperkuat


persatuan bangsa. Kesepakatan atas Pancasila menjadikan segenap elemen bangsa
bersedia bersatu di bawah negara Indonesia.

e.

Unsur atau Gatra di Bidang Politik


Politik penyelenggaraan bernegara amat memengaruhi kekuatan nasional suatu
negara. Penyelenggara bernegara dapat ditinjau dari beberapa aspek, seperti

1)

Sistem politik yang dipakai yaitu apakah sistem demokrasi atau nondemokrasi;

2)

Sistem pemerintahan yang dijalankan apakah sistem presidensiil atau parlementer;

3)

Bentuk pemerintah yang dipilih apakah republik atau kerajaan;

4)

Suatu negara yang dibentuk apakah sebagai negara kesatuan atau negara serikat.
Pemilihan suatu bangsa atas politik penyelenggaraan bernegara tertentu saja
tergantung pada nilai-nilai dan aspirasi bangsa yang bersangkutan. Dalam realitasnya,
sebuah bangsa bias mengalami beberapa kali perubahan dan pergantian politik
penyelenggaraan bernegara. Misalnya negara Prancis dari bentuk kerajaan menjadi
republik. Indonesia pernah mengalami pergantian dari presidensiil ke parlementer dan
pernah berubah dalam bentuk negara srikat.
Bangsa Indonesia sekarang ini telah berketetapan untuk mewujudkan negara
Indonesia yang bersusunan kesatuan, berbentuk republik dengan sistem pemerintahan
presidensiil. Adapun sistem politik yang dijalankan adalah sistem politik demokrasi
(Pasal 1 ayat (2) UUD 1945).

f.

Unsur atau Gatra di Bidang Ekonomi


Ekonomi yang dijalankan oleh suatu negara merupakan kekuatan nasional
negara yang bersangkutan terlebih di era global sekarang ini. Bidang ekonomi berperan
langsung dalam upaya pemberian dan distribusi kebutuhan warga negara. Kemajuan
pusat di bidang ekonomi tertentu saja menjadikan negara yang bersangkutan tumbuh
sebagai kesatuan dunia. Contoh, Jepang dan Cina.
Setiap negara memiliki sistem ekonomi dalam rangka mendukung kekuatan
ekonomi bangsanya. Sistem ekonomi secara garis besar dikelompokan menjadi dua
macam yaitu sistem ekonomi liberal dan sistem ekonomi sosialis. Suatu negara dapat
pula mengembangkan sistem ekonomi yang dianggap sebagai cerminan dari nilai dan
idiologi bangsa yang bersangkutan. Contoh, bangsa Indonesia menyatakan sistem
ekonomi Pancasila yang bercorak kekeluargaan.

g.

Unsur atau Gatra di Bidang Sosial Budaya

Unsur budaya di masyarakat juga menentukan kekuatan nasional suatu negara.


Hal-hal yang dialami sebuah bangsa yang homogen tentu saja akan berbeda dengan
yang dihadapi bangsa yang heterogen (plural) dari segi sosial budaya nasyarakatnya.
Contohnya, bangsa Indonesia yang heterogen berbeda dengan bangsa Israel atau
bangsa Jepang yang relatif homogen.
Pengembangan integrasi nasional menjadi hal yang amat penting sehingga
dapat memperkuat kekuatan nasionalnya. Integrasi bangsa dapat dilakukan dengan 2
(dua) strategi kebijakan, yaitu assimilationist policy dan bhinneka tunggal ika policy
(Winarno, 2002). Strategi pertama dengan cara penghapusan sifat-sifat cultural utama
dari komunitas kecil yang berbeda menjadi sebuah kebudayaan nasional. Strategi
kedua dengan cara penciptaan kesetiaan nasional tanpa menghapuskan kebudayaan
lokal, Tidak dapat ditentukan strategi mana yang paling benar. Negara dapat pula
melakukan kombinasi dari keduanya. Kesalahan dalam strategi dapat mengantarkan
bangsa yang bersangkutan ke perpecahan bahkan perang saudara. Misal, perpecahan
etnis di Yugoslavia, pertentangan antara suku Huttu dan Tutsi di Rwanda, perang
saudara antara bangsa Sinhala dan Tamil di Sri Lanka.
h.

Unsur atau Gatra di bidang Pertahanan Keamanan


Pertahanan keamanan suatu negara merupakan unsur pokok terutama dalam
menghadapi ancaman militer negara lain. Oleh karena itu, unsur utama pertahanan
keamanan berada di tangan tentara (militer). Pertahanan keamanan negara juga
merupakan salah satu fungsi pemerintahan negara.
Negara dapat melibatkan rahyatnya dalam upaya pertahanan negara sebagai
bentuk dari hak dan kewajiban warga negara dalam membela negara. Upaya
melibatkan rakyat menggunakan cara yang berbeda-beda sesuai dengan sistem dan
politik pertahanan yang dianut oleh negara. Politik pertahanan negara disesuaikan
dengan nilai filosofis bangsa, kepentingan nasional dan konteks zamannya.
Bangsa Indonesia dewasa ini menetapkan politik pertahanan sesuai dengan
Undang-undang Nomor 3 Tahun 2003 tentang Pertahanan Negara. Pertahanan negara
Indonesia bersifat semesta dengan menempatkan tentara sebagai komponen utama
pertahanan.

Ketahanan Nasional Indonesai dikelola berdasarkan unsur Astagrata yang


meliputi unsur-unsur (1) geografi, (2) kekayaan alam, (3) kependudukan, (4) idiologi, (5)
politik, (6) ekonomi, (7) sosial budaya, dan (8) pertahanan keamana. Unsur (1) geografi,
(2) kekayaan alam, (3) kependudukan disebut Trigatra. Unsur keamanan disebut
Pancagatra.
Kebutuhan Nasional adalah suatu pengertian holistik, dimana terdapat saling
hubungan antara gatra dalam keseluruhan kehidupan nasional (Astagrata). Kualitas
Pancasila dalam kehidupan nasional Indonesai tersebut terintegrasi dan dalam
integrasinya dengan Trigrata. Keadaaan kedelapan unsur tersebut mencerminkan
kondisi Ketahanan Nasional Indonesia, apabila ketahanan nasional kita kuat atau
lemah. Kelemahan disalahsatu gatra dapat mengakibatkan kelemahan di gatra lain dan
memengaruhi kondisi secara keseluruhan. Ketahanan Nasional Indonesia bahkan
merupakan suatu penjumlahan ketahanan segenap gatranya, melainkan suatu hasil
keterkaitan yang integrative dari kondisi dinamik kehidupan bangsa di seluruh aspek
kehidupan.

2.1 Pengertian Astagatra dalam ketahanan nasional Indonesia


Unsur-unsur kekuatan nasional di Indonesia diistilahakan dengan gatra dalam ketahanan
nasional Indonesia. Sedangkan unsur-unsur kekuatan nasional Indonesia dikenal dengan nama
Astagatra yang terdiri atas Trigatra dan Pancagatra.
1)

Trigatra adalah aspek alamiah yang terdiri atas penduduk, sumber daya alam, dan wilayah.

2)

Pancagatra adalah aspek sosial yang terdiri atas ideologi, politik, ekonomi, sosial budaya,

dan pertahanan keamanan.


Unsur-unsur tersebut dianggap mempengaruhi negara dalam hal mengembangkan kekuatan
nasionalnya untuk menjamin kelangsungan hidup bangsa dan negara yang bersangkutan.
Dalam praktiknya kondisi ketahanan nasional dapat kita ketahui melalui pengamatan atas
delapan gatra yang sudah disebutkan diatas. Sedangkan lemah/menurunnya tingkat ketahanan
nasional akan menurunkan kemampuan bangsa dalam menghadapi ancaman kekuatan yang
terjadi.

2.2 Penjelasan Atas Tiap Gatra dalam ketahanan Nasional

2.2.1

Gatra Penduduk
Penduduk suatu negara menentukan kekuatan atau ketahanan nasional negara
yangbersangkutan. Faktor yang bersangkutan dengan penduduk negara meliputi dua hal berikut:

a.

Aspek kualitas mencakup tingkat pendidikan, ketrampilan, etos kerja, dan kepribadian.
b.

Aspek kuantitas yang mencakup jumlah penduduk, pertumbuhan, persebaran, perataan, dan

perimbangan penduduk di tiap wilayah.

2.2.2

Gatra Wilayah
Wilayah turut pula menentukan kekuatan nasional Negara. Adapun hal yang terkait dengan
wilayah Negara meliputi:

a.

Bentuk

wilayah

Negara

dapat

berupa Negara pantai, Negara

kepulauan, dan

Negara

kontinental.
b.

Luas wilayah Negara; ada Negara dengan wilayah luas dan Negara dengan wilayah sempit
(kecil).

c.

Posisi geografis, astronomis, dan geologis Negara.

d.

Daya dukung wilayah Negara; ada wilayah yang habitable dan ada wilayah yangunhabitable.

2.2.3

Gatra Sumber Daya Nasional


Hal-hal yang berkaitan dengan unsur sumber daya alam sebagai elemen ketahanan
nasional, meliputi:

a.

Potensi sumber daya alam wilayah yang bersangkutan mencakup sumber daya alam hewani,
nabati, dan tambang.

b.

Kemauan mengeksplorasi sumber daya alam.

c.

Pemanfaatan sumber daya alam dengan memperhitungkan masa depan dan lingkungan hidup.

d.

Kontrol atas sumber daya alam.

2.2.4

Gatra di Bidang Ideologi


Ideologi mendukung ketahanan suatu bangsa oleh karena ideologi bagi suatu bangsa
memiliki dua fungsi pokok, yaitu:

a.

Sebagai tujuan atau cita-cita dari kelompok masyarakat yang bersangkutan, artinya nilai-nilai
yang terkandung dalam ideologi itu menjadi cita-cita yang hendak dituju.

b.

Sebagai sarana pemersatu dari masyarakat yang bersangkutan, atinya masyarakat yang banyak
dan beragam itu bersedia menjadikan ideologi sebagai milik bersama dan menjadikannya
bersatu.

2.2.5

Gatra di Bidang Politik


Politik penyelengaraan bernegara sangat memengaruhi kekuatan nasional suatu
Negara. Penyelenggaraan bernegara dapat ditinjau dari beberapa aspek, seperti :

a.

Sistem politik yang dipakai yaitu apakah sistem demokrasi atau non demokrasi.

b.

Sistem pemerintahan yang dijalankan apakah sistem presidensil atau parlementer.

c.

Bentuk pemerintahan yang dipilih apakah republik atau kerajaan.

d.

Susunan Negara yang dibentuk apakah sebagai Negara kesatuan atau Negara serikat.

2.2.6

Gatra di Bidang Ekonomi


Ekonomi yang dijalankan oleh suatu Negara merupakan kekuatan nasional Negara yang
bersangkutan terlebih di era global sekarang ini. Bidang ekonomi berperan langsung dalam
upaya pemberian dan distribusi kebutuhan warga Negara.

2.2.7

Gatra di Bidang Sosial Budaya


Unsur budaya di masyarakat juga menentukan kekuatan nasional suatu Negara. Hal-hal
yang dialami sebuah bangsa yang homogen tentu saja akan berbeda dengan yang dihadapi
bangsa yang heterogen (plural) dari segi sosial budaya masyarakatnya.

2.2.8

Gatra di Bidang Pertahanan Keamanan


Pertahanan keamanan suatu Negara merupakan unsur pokok terutama dalam mengahadapi
ancaman militer Negara lain. Oleh karena itu, unsur utama pertahanan keamanan berada di
tangan tentara (militer). Pertahanan keamanan Negara juga merupakan salah satu fungsi
pemerintahan Negara.

2.3 perdamaian dunia dan Bagaimana strategi Indonesia dalam usaha mencapai perdamaian
dunia
Perdamaian dalam pengertian negatifnya adalah suatu kondisi tidak adanya peperangan,
konflik kekerasan, ketegangan dan huru-hara kerusuhan berskala besar, sistematis serta kolektif.
Namun demikian, berlanjutnya tindak kekerasan seperti terorisme, diskriminasi dan penindasan
terhadap minoritas dan kaum wanita serta anak-anak, kekerasan struktural oleh sebab-sebab
kemiskinan dan pengangguran, intoleransi agama, dan rasisme serta sentimen kesukuan, bisa
dikatakan merupakan keadaan tidak adanya situasi damai bagi mereka yang menjadi korban.
Oleh karena itu, perdamaian harus dirumuskan pula secara lebih positif, tidak hanya dengan
meniadakan peperangan dan konflik bersenjata berskala besar, melainkan juga memberantas
berbagai tindak kekerasan, ketidakadilan, kriminalitas, penindasan dan eksploitasi manusia oleh
manusia lainnya yang lebih kuat serta berkuasa.
Cita-cita perdamaian mungkin sudah berumur sama dengan usia manusia itu sendiri.
Namun demikian, kegagalan-kegagalan menciptakan perdamaian juga sama usianya dengan citacita damai sepanjang zaman. Hal itu menyebabkan berbagai konsekuensi, antara lain pesimisme
bahwa perdamaian abadi dianggap merupakan sebuah utopia belaka, mengingat kenyataan
bahwa kodrat manusia yang ditakdirkan heterogen dalam cita-cita kelompok, keyakinan, serta
kepentingan sosial politik, sudah mengandung implikasi bahwa potensi konflik adalah sebuah
keniscayaan di muka bumi ini. Kalau demikian halnya, mengapa manusia modern di awal
millennium ke-3 ini, masih terus mencoba tidak kehabisan akal untuk mencari cara dalam
mengupayakan terciptanya perdamaian bagi diri, keluarga, kelompok, bangsa, serta perdamaian
global? Salah satu jawabannya adalah bahwa selain kodrat manusia yang berbeda-beda dan
bertentangan berdasarkan suku, bangsa, ras, agama, dan perbedaan kelompok-kelompok secara

primordial maupun pertentangan kepentingan politik dan ideologi, maka merupakan


kodrat/naluri (instinct)manusia pula untuk mempertahankan jenisnya agar tidak mengalami
kemusnahan total oleh saling menghancurkan dan memusnahkan. Itulah sebabnya, dalam
sejarah, setelah peperangan demi peperangan, kekerasan demi kekerasan dilakukan oleh sesama
manusia, maka manusia secara akumulatif selalu berusaha menciptakan mekanisme-mekanisme
untuk mewujudkan pemulihan keadaan damai.
Adapun hal-hal yang harus dilakukan oleh Negara Indonesia dalam menciptakan sebuah
perdamaian Negara adalah:

1)

Menghargai Keberagaman
Indonesia yang terdiri dari berbagai unsur dan bermacam-macam kelompok, hanya akan
terpelihara eksistensinya, apabila ada kerelaan untuk saling menerima keberagaman dari setiap
komponen bangsa terhadap komponen atau kelompok lainnya. Setiap warga negara mesti
menyadari, tidak mungkin kedamaian dibangun secara hakiki, apabila suatu kelompok agama
tertentu menganggap dirinya adalah kelompok agama yang lebih istimewa dibandingkan dengan
yang lainnya. Salah satu potensi besar dalam menyumbang terhadap perdamaian adalah dengan
kembali kepada ajaran-ajaran pokok setiap agama, karena mayoritas sangat besar dari bangsa
Indonesia adalah umat beragama. Agama melalui para pemeluknya harus belajar meninggalkan
sikap memutlakkan ajaran agama (absolutisme agama) sendiri sebagai satu-satunya kebenaran
yang ada di dunia, dan sebaliknya dapat berbagi ruang hidup secara lapang dada dengan
menerima keanekaragaman agama-agama (pluralisme agama) di Indonesia.

2)

Dialog Perdamaian
Dalam dialog perdamaian ini, sekali lagi harapan dibebankan kepada para pemelukpemeluk agama. Hal ini didasarkan oleh kenyataan, bahwa sudah begitu banyak kekejaman dan
kekerasan yang dilakukan oleh manusia terhadap manusia lainnya di seluruh dunia, termasuk di
Indonesia, justru dengan justifikasi yang berasal atas ajaran agama-agama tertentu. Apalagi
agamalah tampaknya yang paling sering menjadi alat politik untuk membenarkan kelompok
sendiri, serta menyalahkan kelompok lainnya. Padahal, setiap orang beragama umumnya
sepakat, bahwa pesan inti agama adalah memelihara kehidupan damai serta saling mengasihi
antar sesama manusia. Apabila yang terjadi adalah sebaliknya dari pesan-pesan pokok setiap

agama, tentulah telah terjadi kesalah pahaman antar pemeluk agama. Untuk itulah dialog
perdamaian antar agama perlu dilakukan secara terus-menerus. Momentum dialog antar agama
mulai dirasakan keperluannya dan kemungkinan-kemungkinan keberhasilannya di zaman
modern ini, setelah para uskup agama Katolik seluruh dunia menyelenggarakan Konsili Vatikan
II, tahun 1964. Pada waktu itu antara lain dibahas agar soal umat Katolik menjalin dialog dengan
pemeluk agama dan berbagai kebudayaan lain yang ada di dunia ini. Inisiatif dialog ini kemudian
disambut dengan baik oleh kalangan Islam. Dewasa ini sudah cukup banyak organisasi dan
forum-forum dialog agama-agama internasional, tidak hanya antara Islam dan Kristen,
melainkan juga antara Kristen dengan Yahudi, Kristen dengan Hindu, juga yang bersifat
multilateral antara berbagai agama. Hal ini kalau dilakukan secara terus-menerus dengan
semangat saling menghargai serta sikap yang dilandasi ketulusan dan kejujuran, diharapkan
besar kemungkinan akan memberikan sumbangan berarti bagi Perdamaian.

3)

Menegakkan Kebenaran dan Keadilan


Satu hal yang tidak boleh dilupakan dalam proses awal menciptakan perdamaian yang
hakiki adalah dengan upaya melakukan upaya pengungkapan penyalahgunaan kekuasaan dan
pelanggaran HAM yang terjadi di masa lalu. Tidak akan mungkin tercipta perdamaian yang
hakiki dengan tindakan menutup-nutupi atau menyembunyikan berbagai tindakan kekerasan
terhadap HAM di masa lalu, dan melepaskan para pelaku penyalahgunaan kekuasaan politik atas
nama Negara terhadap masyarakat yang lemah yang seharusnya dilindungi oleh negara.

4)

Melalui Pendekatan Cultural (Budaya)


Untuk mewujudkan perdamaian kita harus mengetahui budaya tiap-tiap masyarakat
ataupun sebuah Negara. Jika tidak, maka akan percuma saja segala upaya kita. Dengan
mengetahui budaya tiap-tiap masyarakat atau sebuah Negara maka kita bisa memahami
karakteristik dari masyarakat atau Negara tersebut. Atas dasar budaya dan karakteristik
masyarakat atau suatu Negara, kita bisa mengambil langkah-langkah yang tepat dan efektif
dalam mewujudkan perdamaian disana. Dan pendekatan budaya ini merupakan cara yang paling
efektif dalam mewujudkan perdamaian di masyarakat Indonesia serta dunia.

5)

Melalui Pendekatan Sosial dan Ekonomi

Dalam hal ini pendekatan sosial dan ekonomi yang terkait masalah kesejahteraan dan
faktor-faktor sosial di masyarakat yang turut berpengaruh terhadap upaya perwujudan
perdamaian dunia. Ketika masyarakatnya kurang sejahtera tentu saja lebih rawan konflik dan
kekerasan di dalamnya. Masyarakat atau Negara yang kurang sejahtera biasanya akan cuek
atas isu dan seruan perdamaian. Boro-boro mikirin perdamaian dunia, buat makan untuk hidup
sehari-hari saja susahnya minta ampun, begitu fikir mereka yang kurang sejahtera. Maka untuk
mendukung upaya perwujudan perdamaian dunia yang harus dilakukan terlebih dahulu adalah
meningkatkan pemerataan kesejahteraan seluruh masyarakat dan Negara di dunia ini.

6)

Melalui Pendekatan Politik


Melalui pendekatan budaya dan sosial ekonomi saja belum cukup efektif untuk
mewujudkan perdamaian dunia. Perlu adanya campur tangan politik, dalam artian ada agenda
politik yang menekankan dan menyerukan terwujudnya perdamaian dunia. Terlebih lagi bagi
Negara-negara maju dan adidaya yang memiliki power atau pengaruh dimata dunia. Negaranegara maju pada saat-saat tertentu harus berani menggunakan power-nya untuk melakukan
sedikit penekanan pada Negara-negara yang saling berkonflik agar bersedia berdamai kembali.
Bukan justru membuat situasi semakin panas, dengan niatan agar persenjataan mereka terus
dibeli.

7)

Melalui Pendekatan Religius (Agama)


Pada hakikatnya seluruh umat beragama di dunia ini pasti menginginkan adanya
perdamaian. Sebab tidak ada agama yang mengajarkan kejahatan, kekerasan ataupun
peperangan. Semua Negara mengajarkan kebaikan, yang diantaranaya kepedulian dan
perdamaian. Maka dari itu setiap kita yang mengaku beragama dan ber-Tuhan tentu harus
memiliki kepedulian dalam turut serta mewujudkan perdamaian di masyarakat maupun di kancah
dunia. Para tokoh agama yang dianggap memiliki kharisma dan pengaruh besar di masyarakat
harus ikut serta aktif menyerukan perdamaian.

BAB III
KESIMPULAN

Untuk mencapai ketahanan nasional menurut Indonesia diperlukan beberapa gatra delapan,
yaitu:
1)

Gatra Penduduk

2)

Gatra Sumber Daya Alam

3)

Gatra Wilayah

4)

Gatra Ideologi

5)

Gatra Politik

6)

Gatra Ekonomi

7)

Gatra Sosial Budaya

8)

Gatra Pertahanan Keamanan


Dari delapan Gatra tersebut kita juga bisa mengetahui seberapa kuat ketahanan yang
dimiliki Negara kita, dan kita bisa menilai serta membandingkan ketahanan Negara kita dengan
Negara lain.
Dengan adanya ketahanan nasional di Negara kita, maka perdamaianpun akan mudah
diciptakan dalam lingkup hidup bermasyarakat dalam satu Negara. Selama masyarakat kita
bersifat terbuka dan bisa menerima perbedaan agama maupun budaya.
Pada dasarnya pencipta perdamaian adalah tokoh yang mengatasi kekerasan dan konflik
yang dihadapi melalui kepemimpinan dan visi untuk mencapai perdamaian.

BAB

PENDAHULUAN
I.1

Latar

Belakang

Masalah

Negara Indonesia sebagai suatu negara memiliki letak geografis yang sangat strategis
di Asia Tenggara. Oleh karena itu di kawasan Asia tenggara Indonesia memiliki posisi
yang sangat penting, sehingga tidak menutup kemungkinan di era global dewasa ini
menjadi perhatian banyak negara di dunia. Berdasarkan peranan dan posisi negara
Indonesia, maka tidak menutup kemungkinan akan merupakan ajang perebutan
kepentingan kekuatan trasnasional, oleh karena itu sebagai suatu negara, Indonesia

harus

memperhatikan

dan

mengembangkan

ketahanan

nasional.

Perlu kita ketahui bahwasanya istilah ketahanan nasional belum lama dikenal. Istilah
ketahanan nasional mulai dikenal dan dipergunakan pada permulaan tahun 1960-an.
Istilah untuk pertama kali dikemukakan oleh Presiden Pertama Republik Indonesia.
Setiap bangsa dalam rangka mempertahankan eksistensinya dan untuk mewujudkan
cita-cita dan tujuan nasionalnya harus memiliki suatu ketahanan nasional. Dalam
hubungan ini cara mengembangkan dan mewujudkan ketahanan nasional, setiap
bangsa berbeda-beda, sesuai dengan falsafah budaya dan pengalaman sejarah
masing-masing. Oleh karena itu bagi bangsa Indonesia ketahanan nasional dibangun
diatas dasar falsafah bangsa dan negara Indonesia yaitu pancasila. Sebagai dasar
falsafah bangsa dan negara, pancasila tidak hanya merupakan hasil pemikiran
seseorang saja melainkan nilai-nilai pancasila telah hidup dan berkembang dalam
kehidupan obyektif bangsa Indonesia sebelum membentuk suatu persekutuan hidup
yang disebut negara. Hal ini menurut Notonagoro disebut sebagai kausa materialis
Pancasila. Kemudian dalam proses pembentukan negara, nilai-nilai Pancasila
dirumuskan oleh para pendiri negara Indonesia (founding fathers) dan secara formal
yuridis Pancasila ditetapkan sebagai dasar filsafat bangsa dan negara Indonesia, dan
tercantum dalam Pembukaan UUD 1945. Oleh karena itu dalam pengertian ini
Indonesia sebagai suatu dasar filsafat dan sekaligus sebagai landasan ideologis
ketahanan nasional Indonesia.
Konsepsi ketahanan nasional dapat dipandang sebagai suatu pilihan atau alternatif dan
konsepsi tentang kekuatan nasional (national power), yang biasanya dianut oleh negaranegara besar di dunia. Dengan demikian maka jelaslah bahwa ketahanan nasional
harus diwujudkan dengan mempergunakan baik pendekatan kesejahteraan, maupun
pendekatan

keamanan.

Kehidupan nasional itu dapat dibagi kedalam beberapa aspek, yaitu aspek alamiyah
dan aspek kemasyarakatan yang akan kami bahas dalam pembahasan kami kali ini.
I.2

Rumusan

Masalah

Berdasarkan latar belakang diatas, maka masalah yang akan dibahas dalam makalah
ini
1.

adalah:
Apa

yang

dimaksud

dengan

astagatra?

2.

Sebutkan

pembagian-pembagian

didalam

astagatra?

3. Jelaskan masing-masing dari pembagian astagatra!


I.3

Tujuan

Berdasarkan
1.
2.

masalah

diatas,

Mengetahui

maka

Masalah

tujuan

ditulisnya

pengertian

Mengetahui

makalah

tentang

pembagian-pembagian

ini

adalah:
astagatra

dari

astagatra

3. Menumbuhkan jiwa-jiwa kepemilikan terhadap bangsa Indonesia


BAB

II

PEMBAHASAN

2.1

Pengertian

Astagatra

Astagatra merupakan gabungan dari aspek trigatra dan pancagatra yang mana antara
keduanya terdapat hubungan yang bersifat timbal-balik dengan hubungan yang erat.
Sebelum mempelajari lebih jauh tentang astagatra, kita perlu mengetahui tentang
hakekat

ketahanan

Nasional.

Hakekat ketahanan nasional adalah kemampuan dan ketangguhan suatu bangsa untuk
dapat menjamin kelangsungan hidupnya menuju kejayaan bangsa dan negara.
Konsepsi dasar ketahanan nasional adalah model astagatra yang merupakan
perangkat hubungan bidang kehidupan manusia dan budaya yang berlangsung diatas
bumi dengan memanfaatkan segala kekayaan alam yang dapat dicapai menggunakan
kemampuannya.
Secara konseptual, ketahananan nasional suatu bangsa dilatarbelakangi oleh:
a. Kekuatan apa yang ada pada suatu bangsa dan negara sehingga ia mampu
mempertahankan

kelangsungan

hidupnya.

b. Kekuatan apa yang harus dimiliki oleh suatu bangsa dan negara sehingga ia selalu
mampu mempertahankan kelangsungan hidupnya, meskipun mengalami berbagai
gangguan,

hambatan

dan

ancaman

baik

dari

dalam

maupun

dari

luar.

c. Ketahanan atau kemampuan bangsa untuk tetap jaya, mengandung makna


keteraturan (regular) dan stabilitas, yang didalamnya terkandung potensi untuk
terjadinya

perubahan

(the

stability

idea

of

change).

Berdasarkan konsep pengertiannya maka yang dimaksud dengan ketahanan adalah


suatu kekuatan yang membuat suatu bangsa dan negara dapat bertahan, kuat dalam
menghadapi ancaman, gangguan, hambatan dan tantangan. Konsekuensinya suatu
ketahanan harus disertai dengan keuletan, yaitu suatu usaha terus-menerus secara giat
dan berkemauan keras menggunakan segala kemampuan dan kecakapan untuk
mencapai tujuan dan cita-cita nasional. Identitas merupakan ciri khas suatu negara
dilihat dari suatu totalitas, yaitu suatu negara yang dibatasi oleh wilayah, penduduk,
sejarah pemerintahan dan tujuan nasionalnya, serta peranan
yang dimainkan didunia internasional. Adapun pengertian lain yang berkaitan dengan
integritas adalah kesatuan yang menyeluruh dalam kehidupan bangsa, baik social
maupun alamiyah, potensial ataupun nonpotensial. Tantangan adalah merupakan suatu
usaha yang bersifat menggugah kemampuan, adapun ancaman adalah suatu usaha
untuk mengubah atau merombak kebijaksanaan atau keadaan secara konsepsional
dari sudut criminal maupun politis. Adapun hambatan adalah suatu kendala yang
bersifat atau bertujuan melemahkan yang bersifat konseptual yang berasal dari dalam
sendiri. Apabila hal tersebut berasal dari luar maka dapat disebut sebagai
kategori gangguan.
Berdasarkan pengertian sifat-sifat dasarnya maka ketahanan nasional adalah:
a.

Integratif

Hal itu mengandung pengertian segenap aspek kehidupan kebangsaan dalam


hubungannya dengan lingkungan sosialnya, lingkungan alam dan suasana dengan
saling

mengadakan

b.

penyesuaian

yang

Mawas

selaras

dan

ke

serasi.
dalam

Ketahanan nasional terutama diarahkan kepada diri bangsa dan negara itu sendiri,
untuk mewujudkan hakekat dan sifat nasionalnya. Pengaruh luarnya adalah hasil yang
wajar
c.

dari

hubungan

internasional

dengan

Menciptakan

bangsa

lain.

kewibawaan

Ketahanan nasional sebagai hasil pandangan yang bersifat integratif mewujudkan suatu
kewibawaan nasional serta memiliki deterrent effect, yang harus diperhitungkan pihak
lain.
d.

Berubah

menurut

waktu

Ketahahanan nasional suatu bangsa pada hakikatnya tidak bersifat tetap, melainkan
sangat dinamis. Ketahanan nasional dapat meningkat atau bahkan dapat menurun, dan
hal

itu

sangat

tergantung

kepada

situasi

dan

kondisi.

Dengan demikian maka jelaslah bahwa ketahanan nasional harus diwujudkan dengan
mempergunakan baik pendekatan kesejahteraan, maupun pendekatan keamanan
2.2

Pembagian

astagatra

Konsepsi dasar ketahanan nasional adalah Model astagatra yang merupakan


perangkat hubungan bidang kehidupan manusia dan budaya yang berlangsung di atas
bumi ini dengan memanfaatkan segala kekayaan alam yang dapat dicapai
menggunakan kemampuannya.Model ini menyimpulkan adanya 8 unsur aspek
kehidupan nasional:
1. Unsur atau Gatra Wilayah
Wilayah turut pula menentukan kekuatan nasional Negara. Hal yang berkaitan dengan
wilayah Negara meliputi :
1. Bentuk wilayah Negara dapat berupa Negara pantai, Negara kepulauan Negara
continental.
continental shelf (dataran kontinen), yaitu wilayah dasar laut yang berbatasan
dengan benua atau pulau-pulau yang turun kebawah secara bertahap yang diukur dari
garis air rendah sesampai kedalaman mencapai 130 meter.
Sistem hukum Eropa Kontinental adalah suatu sistem hukum dengan ciri-ciri adanya
berbagai ketentuan-ketentuan hukum dikodifikasi (dihimpun) secara sistematis yang
akan
ditafsirkan lebih lanjut oleh hakim dalam penerapannya. Hampir 60% dari populasi
dunia
tinggal di negara yang menganut sistem hukum ini.
Ciri- cirri Negara continental :

Adanya

kedaulatan

suatu

sistem

rakyat.

pemerintahan

negara

yang

didasarkan

atas

Bahwa pemerintah dalam melaksanakan tugas dan kewajibannya harus berdasar atas
hukum atau peraturan perundang-undangan.

Adanya jaminan terhadap hak-hak asasi manusia (warga negara).

Adanya pembagian kekuasaan dalam negara.

Adanya pengawasan dari badan-badan peradilan (rechterlijke controle) yang bebas dan
mandiri, dalam arti lembaga peradilan tersebut benar-benar tidak memihak dan tidak
berada di bawah pengaruh eksekutif.

Adanya peran yang nyata dari anggota-anggota masyarakat atau warga negara untuk
turut serta mengawasi perbuatan dan pelaksanaan kebijaksanaan yang dilakukan oleh
pemerintah.

Adanya sistem perekonomian yang dapat menjamin pembagian yang merata


sumberdaya

yang

diperlukan

bagi

kemakmuran

warga

negara.

Unsur-unsur negara hukum ini biasanya terdapat dalam konstitusi. Oleh karena
itu, keberadaan konstitusi dalam suatu negara hukum merupakan kemestian.
Menurut Sri Soemantri, tidak ada satu negara pun di dunia ini yang tidak
mempunyai konstitusi atau undang-undang dasar. Negara dan konstitusi
merupakan dua lembaga yang tidak dapat dipisahkan satu dengan yang lain.
Negara pantai mempunyai hak dan kewajiban dalam menjalankan hak
berdaulat untuk mengeksplorasi dan mengeksploitasi kekayaan alam di landas
kontinen. Selain itu juga negara pantai berkewajiban untuk menghormati hak-hak
negara lain dalam menjalankan kebebasan di landas kontinen dan perairan di atas
landas kontinen dalam bidang pelayaran. Pemasangan pipa dan kabel bawah laut
serta penelitian ilmiah kelautan sesuai dengan status perairan tersebut sebagai laut
lepas.
1)

Luas wilayah Negara, ada Negara dengan wilayah luas dan ada Negara dengan

wilayah sempit (kecil)


Indonesia beradavdiurutan 15 pada luas wilayah sedunia dengan luas 1919440.
2)

Posisi geografis, astronomis, dan geologis Negara

3)

Daya dukung wilayah Negara, ada Negara yang habitable dan ada Negara

yangunhabitable.
Dalam

kaitannya

dengan

wilayah

Negara,

pada

masa

sekarang

ini

perlu

dipertimbangkan adanya kemajuan teknologi, kemajuan informasi dan komunikasi.


Suatu wilayah pada awalnya sama sekali tidak mendukung kekuatan nasional, karena
penggunaan teknologi maka wilayah itu kemudian menjadi unsure kekuatan nasional
Negara. Misal , wilayah kering dibuat saluran atau sungai buatan.
1. Unsur atau Gatra Penduduk
Penduduk suatu negara menentukan kekuatan atau ketahanan nasional negara yang
bersangkutan. Faktor berkaitan

dengan penduduk negara meliputi dua hal berikut

:
1. 1. Aspek kualitas mencakup tingkat pendidikan, keterampilan, etos kerja, dan
kepribadian.
2. 2. Aspek kuantitas yang mencakup jumlah penduduk, pertumbuhan, persebaran, perataan,
dan perimbangan penduduk ditiap wilayah negara. Terkai dengan faktor penduduk adalah
faktor moral nasional dan dan karakter nasional. Moral nasional menunjukkan pada
dukungan rakyat secara penuh terhadap negaranya ketika menghadapi ancaman.
Karakternasional menunjukkan pada ciri khusus Yng dimiliki sesuatu bangsa sehungga
bisa dibedakan dengan bangsa lain. Moral dan karakter nasional memengaruhi ketahanan
suatu bangsa.
1. Unsur atau gatra Sumber Daya Nasional
Hal-hal
ketahana

yang

berkaitan

dengan

unsur

sumber

daya

alam

sebagai

elemen

nasional :

1. Potensi sumber daya alam wilayah yang bersangkutan mencakup sumber daya alam
hewani, nabati, tambang
2. Kemampuan mengeksploitasi sumber daya alam
3. Oemanfaatan sumber daya alam dengan memperhitungkan masa depan dan lungkungan
hidup
4. Kontrol atas sumber daya alam

Dewasa ini, kemampuan melakukan kontrol atas sunber daya alam menjadi
semakinmpenting bagi ketahanan nasional dan kemajuan suatu negara. Banyak negara
yang kaya akan sember daya alam seperti minyak di negara afrika, tetapi negara
tersebut tetaplah miskin. Negara-negara belum mampu melakukan kontrol atas sumber
daya lam yang berasal dari miliknya. Justru negara-negara yang tidak memiliki sumber
daya alam seperti Singapura dan Jepang bisa maju oleh karena mampu melakukan
kendali atas jalur perdagangan sumberdaya alam dunia.
4.Unsur atau Gatra di Bidang Ideologi
Dalam pengertian sehari-hari , kata idea sama artinya dengan cita-cita. Cita-cita yang
dimaksud adalah cita-cita yang bersifat tetap yang harus dicapai,sehungga cita-cita
yanmg bersifat tetap itu sekaligus merupakan dasar, pandangan, atau faham. Memang
pada hakikatnya, antara dasar dan cita-cita itu sebenarnya dapat merupakan satu
kesatuan. Dasar ditetapkan karena atas suatu landasan, asas atau dasar yang telah
ditetapkan pula.
Pengertian ideology secara umum dapat dikatakan sebagai kumpulan gagasangagasan,ide-ide, keyakinan-keyakinan, kepercayaan-kepercayaan yang menyeluruh
dan sistematis. Maka ideology Negara dalam arti cita-cita Negara atau cita-cita yang
menjadi basis bagi suatu teori atau sistem kenegaraan untuk seluruh rakyat dan bangsa
yang bersangkutan pada
1. Mempunyai derajat yang tinggi sebagai nilai hidup kebangsaan dan kenegaraan.
2. Oleh karena itu mewujudkan suatu asas kerokhanian, pandangan dunia, pandangan hidup,
pedoman hidup, pegangan hidup yang dipeihara, dikembangkan dan dilestarikan kepada
generasi-generasi berikunya.
5.Unsur atau Gatra dalam Aspek politik.
Pengertian

ketahanan

nasional

dalam

bidang

polotik

adalah

suatu

kondisi

dinamis

suatu bangsa, yang berisi keuletan dan ketangguhan yang mengandung

kemampuan mengembangkan potensi nasional menjadin kekuatan nasional, sehingga


dapat menangkal dan mengatasi segala kesulitan dan gangguan yang dihadapi oleh
Negara baik yang berasal dari dalam negri maupun luar negeri.

Sebagai titik tolak pembahasan, ada baiknya difahami makna polotik itu sendiri secara
umum. Dalam kehodupan bernegara, istilah politik memiliki makna yang bermacammacam, dan semua itu dapat dikelompokkan menjadi dua macam yaitu :
Pertama : polotok sebagai sarana atau usaha untuk memperoleh kekuatan dan
dukungan dari masyarakat dalam kekuatan kehidupan bersama. Dengan demikian
polotik dapat dikatakan menyangkut kekuasaan hubungan ( power relationship). Dengan
kata lain, polotik mengandung makna usaha dalammemperoleh, memperbesar,
,emperluas, serta mempertahankan kekuasaan yang dalam bahsa inggrisnta dikenal
dengan istilah politic.
Kedua; polotik dipergunakan dipergunakan untuk menunjukkan kepada suatu rangkain
kegiatan atau cara-cara yang dilakukan untuk mencapai suatu tujuan yang dianggap
baik. Secara singkat politik dapat diartikan sebagain kebijakan yang dalam bahasa
Inggris dikenalm dengan istilahpolicy.
1. Unsur atau Gatra dalam Aspek Ekonomi
Bidang ekonomi merupakan suatu bidang kegiatan manusia dalam rangka mencukupi
kebutuhannya di samping alat pemuas kebutuhan yang terbatas. Hal tersebut dalam
ekonomi menyangkut berbagai bidang antara lain permintaan, penawaran, produksi,
distribusi barang dan jasa.
Bidang ekonomi tidak bisa dilepaskan dengan faktor-faktor lainnya yang saling
berkaitan. Perekonomian selain berkaitan dengan wilayah geografi suatu Negara, juga
sumber kekayaan alam, sumber daya manusia, cita-cita masyarakat yang lazimnya di
sebut ideology, akumulasi kekuatan, kekuasaan, serta kebijaksanaan yang akan
dirapkan dalam kegiatan produksi dan distribusi, nilai sosial budaya, serta pertahanan
dan keamanan yang memberikan jaminan lancarnya roda kegiatan ekonomi suatu
bangsa.
Bangsa Indonesia telah memiliki sistem perekonomian sendiri yang oleh para pendiri
Negara telah dirancang, yaitu yang akan menekankan asas kebersamaan dan
kekeluargaan, dalam arti penekanan pada aspek kemakmuran bersama di samping
kemakmuran individu dan kelompok. Sistem ini secara konstitusional telah di jamin
pada pasal 33 UUD 1945, yang menyebutkan bahwa sistem perekonomian Indonesia

disusun sebagai uasaha bersama berdasarkan asas kekeluaregaan. Secara makro


sistem perekonomian Indonesia dapat disebut sistem perekonomian ketakyatan. Bumi,
air dan kekayaan alam yang terkandung didalamnya dikuasai oleh Negara dan
dipergunakan untuk sebesar-besarnya kemakmuran rakyat. Kemakmuran yang
dimaksud adalah kemakmuran rakyat selurub Indonesia, termasuk mereka-mereka
yang berada di pulau-pulau terpencil, di pedalaman, di gunung, maupun di hamparan
hutan lainnya.
Pencapaian tingkat ketahanan ekonomi yang diinginkan memerlukan pembinaan
berbagai hal, yaitu antara lain:
1)

Sistem ekonomi Indonesia diarahkan untuk dapat mewujudkan kemakmuran dan

kesejahteraan yang adil dan merata diseluruh wilayah Indonesia, melalui ekonomi
kerakyatan serta menjamin kesinambungan pembangunan nasional dan kelangsungan
hidup bangsa dan Negara berdasarkan UUD 1945.
2)

Ekonomi kerakyatan harus menghindarkan diri dari:

1. Sistem free fight liberalism yang hanya menguntungkan pelaku ekonomi yang bermodal
tinngi dan tidak memungkinkan berkembangnya ekonomi kerakyatan.
2. Sistem etatisme, dalam arti Negara beserta aparatur ekonomi Negara bersifat dominan
serta mendesak dan memastikan potensi dan daya kreasi unit-unit ekonomi di luar sector
Negara.
3. Pemusatan kekuatan ekonomi pada satu kelompok dalam bentuk satu monopoli yang
merugikan masyarakat dan bertentangan dengan cita-cita keadilan sosia.
3)

Struktur ekonomi dimantapkan secara seimbang dan saling menguntungkan

dalam keselarasan dan keterpaduan antara sector pertanian perindustrian serta jasa.
4)

Pembangunan ekonomi, yang merupakan usaha bersama atas dasar asas

kekeluargaan dibawah pengawasan anggota masyarakat, memotivasi dan mendorong


peran serta masyarakat secara aktif.
5)

Pemerataan

pembangunan

dan

pemanfaatan

hasil-hasilnya

senantiasa

dilaksanakan dengan memperhatikan keseimbangan dan keserasian pembangunan


antar wilayah.

6)

Kemampuan bersaing harus ditumbuhkan secara sehat.

Demikianlah ketahanan ekonomi yang hakikatnya meruoakan suatu kondisi kehidupan


perekonomian bangsa berlandaskan UUD 1945 dan dasar filosofi pancasila.
1. Unsur atau Gatra dalam Aspek Sosial Budaya
Bangsa Indonesia terdiri atas berbagai suku bangsa dan subetnis , yang masingmasing memiliki kebudayaannya sendiri. Karena suku bangsa tersebut mendiami
daerah tertentu, daerah tertentu itu disebut kebudayaan daerah. Dalam setiap budaya
daerah terdapat nilai budaya yang tidak dapat dipengaruhi budaya asing, yang sering
disebut local genius. Oleh karena itu kebudayan nasional adalah merupakan hasil
interaksi

kebudayaan-kebudayaan

suku

bangsa

yang

masing-masing

memiliki

kebudayaan daerah, yang kemudian di terima sebagai nilai bersama dan sebagai suatu
identitas bersama sebagai suatu bangsa yaitu bangsa Indonesia.
Oleh karena itu berdasarkan fungsinya kebudayaah nasional adalah :
1. Suatu sistem gagasan dan perlambang yang member identitas kepada warga Negara
Indonesia.
2. Suatu sistem gagasan dan perlambang yang dapat dipakai oleh semua warga Negara
Indonesia yang bhineka itu, untuk saling berkomunikasi dan dengan demikian untuk
dapat memperkuat solidaritas.
Berdasarkan proses interaksi budaya tersebut maka kebudayaan nasional Indonesia
memiliki cirri-ciri sebagai berikut :

Bersifat religious

Bersifat kekeluargaan

Bersifat serba selaras

Bersifat kerakyatan

Bagi bangsa dan Negara Indonesia secara formal yuridis rumusan kebudayaan
nasional Indonesia sebagai tercantum dalam penjelasan UUD 1945 pasal 32 yang
berbunyi :kebudayaan bangsa ialah kebudayaan yang timbul sebagai buah usaha budi
daya rakyat Indonesia. Jadi kebudayaan nasional Indonesia dalam pengertian ini
merupaka suatu totalitas dari seluruh akar-akar budaya daerah.

1. Unsur atau Gatra di Bidang Pertahanan Keamanan


Pertahanan keamanan suatu negara merupakan unsur pokok terutama dalam
menghadapi ancaman militer negara lain. Oleh karena itu, unsure utama pertahanan
keamanan berada di tangan tentara (militer). Pertahanan keamanan negara juga
merupakan salah satu fungsi pemerintahan negara.
Negara dapat melibatkan rakyatnya dalam upaya pertahanan negara sebagai bentuk
dari hak dan kewajiban warga negara dalam membela negara. Upaya melibatkan rakyat
menggunakan cara yang berbeda-beda sesuai dengan system dan polotik pertahanan
yang di anut oleh negara. Politik pertahanan negara disesuaikan dengan nilai filosofis
bangsa, kepentingan nasional dan kontek zamannya.
Bangsa Indonesia dewasa ini menetapkan politik pertahanan sesuai dengan UUD
nomor 3 tahun 2002 tentang Pertahanan negara. Pertahanan negara bersifat semesta
dengan menempatkan tentara sebagai komponen utama pertahanan.
Ketahanan nasional Indonesia dikelola berdasarkan unsur astagatra yang meliputi
unsur-unsur: 1) geografi, 2) kekayaan alam, 3) kependudukan, 4) ideologi, 5) politik, 6)
ekonomi, 7) sosial budaya, 8) pertahanan keamanan. Geografi, kekayaan alam, dan
kependudukan disebut trigatra. Ideologi, politik ekonomi, sosial budaya dan pertahanan
keamanan disebut pancagatra.
Ketahanan nasional adalah suatu pengertian holistik, dimana terdapat saling hubungan
antar gatra dalam keseluruhan kehidupan nasional (asta gatra). Kwalitas pancagatra
dalam kehidupan nasional Indonesia tersebut terintegrasi dan dalam integrasinya
dengan trigatra. Keadaan kedelaapan tersebut mencerminkan kodisi keadaan
ketahanan nesional Indonesia. Kelemahan di salah satu gatra dapat mengakibatkan
krlemahan di gatra lain dan mempengaruhi kondisi secara keseluruhan. Ketahan
nasional Indonesia bukanlah merupakan suatu penjumlahan ketahanan segenap
gatranya. Melainkan suatu hasil keterkaitan yang integratif dari kondisi kehidupan
bangsa diseluruh aspek kehidupan.
2.3Partisipasi Indonesia dalam Perdamaian Dunia

Peran serta Indonesia dalam operasi pemeliharaan perdamaian merupakan amanat


pembukaan UUD 1945, yaitu dalam rangka mewujudkan perdamaian dunia yang
berdasarkan kemerdekaan, perdamaian abadi, dan keadilan social. Di sisi lain,
konstelasi perubahan dunia akan selalu berpengaruh terhadap kelangsungan bangsa
dan negara Indonesia. Dunia yang aman dan damai tentu saja menjadi harapan semua
umat manusia termasuk bangsa Indonesia.
Perdamaian menjadi impian sekaligus upaya yang secara serius diharapkan oleh
banyak Negara. Oleh karena itulah PBB (perserikatan bangsa-bangsa) sebagai
organisasi internasional terbesar saat itu memiliki alat kelengkapan yang dinamakan
Dewan Keamenan. Dewan Keamanan PBB adalah badan terkuat di PBB. Tugasnya
adalah menjaga perdamaian dan keamanan antar Negara. Bab VII Piagam PBB
mengatur tindakan yang dapat dilakukan Dewan Keamanan jika terjadi gangguan
perdamaian untuk mempertahankan atau mengembalikan perdamaian internasional.
Pasal 39 Piagam PBB menyebutkan, Dewan Keamanan akan menentukan adanya ancaman
gangguanperdamaian.
Keikutsertaan Indonesia dalam upaya perdamaian dunia adalah menjadi anggota
pasukan perdamaian. Keikutsertaan Indonesia dalam dalam operasi pemeliharaan
perdamaian sudah dimulai sejaktahun 1957. Pasukan pemeliharaan perdamaian dari
Indonesia di kenal dengan nama Kontingen Garuda atau Konga. Sejak tahun 1967
sampai saat ini pasukan garuda Indonesia telah diterjunkan ke berbagai kawasan
konflik bergabung dengan pasukan perdamaian PBB.
Selain

keikutsertaan

melalui

Kontingen

Garuda

dalam

operasi

pemeliharaan

perdamaian PBB, Indonesia tecatat sebagai anggota tidak tetap Dewan Keamanan
PBB. Sampai saat ini, Indonesia sudah 3 (tiga) kali menjadi anggota tidak tetap Dewan
Keamanan PBB, yaitu:
a. keanggotaan pertama periode 1973-1974
b. keanggotaan kedua periode 1995-1996
c. keanggotaan ketiga periode 2007-2008

Dukungan yang luas terhadap keanggotaan Indonesia di Dewan Keamanan ini


merupakan cerminan pengakuan masyarakat internasional terhadap peran dan
sumbangan Indonesia selama ini dalam upaya menciptakan keamanan dan
perdamaian baik pada tingkat kawasan maupun global. Dengan terpilih menjadi
anggota, berarti Indonesia akan mengemban kepercayaan masyarakat internasional
untuk menghadapi tantangan global di bidang perdamaian dan keamanan saat itu.
Keanggotaan Indonesia di Dewan Keamanan merupakan wujud dari upaya di bidang
diplomasi unuk melaksanakan amanat pembukaan UUD 1945 alinea IV, yang
memandatkan Indonesia untuk turut serta secara aktif dalam upaya menciptakan
ketertiban dunia yang bersdasarkan kebebasan, perdamaian abadi, dan keadilan social.
BAB III
PENUTUP
3.1 Kesimpulan
Negara Indonesia sebagai suatu negara memiliki letak geografis yang sangat strategis
di Asia Tenggara. Oleh karena itu di kawasan Asia tenggara Indonesia memiliki posisi
yang sangat penting, sehingga tidak menutup kemungkinan di era global dewasa ini
menjadi perhatian banyak negara di dunia. Berdasarkan peranan dan posisi negara
Indonesia, maka tidak menutup kemungkinan akan merupakan ajang perebutan
kepentingan kekuatan trasnasional, oleh karena itu sebagai suatu negara, Indonesia
harus memperhatikan dan mengembangkan ketahanan nasional

Você também pode gostar