Você está na página 1de 3

AYO BIKIN KOMPOS

Jan 10, '08 11:46 PM


for everyone

Kebiasaan yang ditanamkan sejak kecil akan melekat dalam


sanubari, apakah itu kebiasaan baik maupun buruk. Mendaur ulang sampah organik
rumah tangga menjadi kompos adalah salah satu kebiasaan baik yang perlu
diajarkan kepada anak-anak untuk menumbuhkan cinta lingkungan.
Kebun Karinda mempunyai program Belajar Membuat Kompos untuk anak-anak SD
yang peminatnya sebagian besar adalah Sekolah-sekolah Dasar Plus. Tentu harus
dibuat semenarik mungkin agar anak-anak yang umumnya bisa duduk diam tidak
bosan, gelisah dan menjadi ribut.
Bagaimana acaranya?
Sebelumnya kami minta Guru melakukan persiapan:

- Anak-anak dibagi 5 kelompok, setiap kelompok 5-10 orang (A s.d. E). Mereka
nanti akan melakukan praktek memilah, mencacah, memasukkan wadah kompos,
panen kompos dan menanam.
- Kelompok Memilah harus membawa sampah anorganik (kotak bekas
minuman, botol atau gelas bekas air mineral, kemasan isi ulang sabun cair atau
pewangi)
- Kelompok Mencacah membawa sampah dapur dan kulit buah-buahan yang
masih segar (belum membusuk), dan gunting yang ujungnya tumpul.

Agar anak-anak tidak bosan, waktunya hanya 90 menit. Mula-mula diadakan


perkenalan dahulu, dan menanyakan kepada anak-anak apa yang ingin mereka
pelajari di Kebun Karinda. Lalu kami ajak bernyanyi Lihat Kebunku agar membawa
ke suasana gembira. Selanjutnya diadakan dialog interaktif tentang pengertian 3R
(Reduce, Reuse, Recycle). Diusahakan mencari contoh yang ada disekitar mereka
seperti membawa bekal makanan dalam kotak tempat bekal (lunch box) dan botol
tempat minumnya untuk contoh reduce sekaligus reuse. Contoh recycle adalah
mengubah sampah organik menjadi kompos. Yang bisa dijadikan kompos adalah
sampah organik (ditunjukkan contoh sampah organik dan anorganik dengan alat
peraga).
Kemudian diputar film Pengelolaan Sampah Organik di Kebun Karinda selama 15
menit, berisi langkah-langkah membuat kompos dari sampah rumah tangga atau
sampah dapur. Bagian daur ulang sampah halaman/kebun tidak diputar karena tidak
menarik untuk anak-anak.
Nah, habis nonton film kita mulai dengan praktek.
1. Kelompok A praktek memilah sampah organik dan anorganik. Sampah
anorganik dimasukkan tempat sampah khusus anorganik. Kelompok B s.d. E
tetap di tempat duduk masing-masing.

2.

Giliran berikutnya Kelompok B mencacah sampah organik dengan gunting


menjadi potongan kecil-kecil, supaya mudah dimakan oleh makhluk kecil-kecil

yang tidak dapat dilihat dengan mata tanpa bantuan mikroskop (namanya
mikroba).

3.

Kelompok C memasukkan ke dalam Keranjang Takakura yang sudah berisi


kompos sebagai aktivator, yang mengadung mikoba. Diaduk-aduk sampai
sampahnya tersebar sampai ke bawah. Ditunjukkan bahwa adonan kompos
terasa panas karena mikroba sibuk makan dan bergembira sehingga gerah dan
berkeringat.

4.

Kelompok D panen kompos yang sudah jadi. Untuk memisahkan dari bagian
yang kasar yaitu sampah yang agak keras atau potongannya terlalu besar
dilakukan pengayakan. Ayakannya kecil, dipegang oleh 2 anak. Hasil ayakan
yaitu kompos yang halus dikumpulkan.

5.

Kelompok E mencampur media tanam yaitu kompos 1 bagian, tanah 1 bagian


dan kompos 1 bagian. Setelah tercampur rata, digunakan untuk menanam
bunga dalam pot. Harus dibantu staf Kebun Karinda karena bagian ini yang
paling sulit untuk anak-anak. Tanaman dibawa ke sekolah, dengan pesan harus
dirawat.

Jika dari pihak sekolah ingin semua anak membawa pulang tanaman, maka
kelompok hanya ada 4, kemudian pada sesi menanam harus bergiliran setiap kali 5
orang.
Kemudian anak-anak diajak berkeliling Kebun Karinda untuk melihat bunga-bunga
dan kupu-kupu yang beterbangan dan hinggap mengisap madu, mendengarkan
suara burung-burung yang hinggap di pohon, dan melihat tanaman sayuran dan
tanaman obat. Ada anak yang belum pernah melihat tanaman terong atau
tanaman tomat. Semua tanaman subur karena dipupuk dengan kompos buatan
sendiri.
Setelah semua mecuci tangan dengan sabun, anak-anak duduk kembali dan
makan bekalnya. Kami berpesan kepada anak-anak supaya minta kepada
orangtuanya menyediakan 2 tempat sampah untuk sampah organik dan anorganik.
Kegiatan memilah sampah, mencacah (pakai tangan atau gunting) akan menjadi
menyenangkan apabila ibu, ayah, kakak, pembantu semuanya melakukan dengan
senang hati, bukan sebagai beban.
Mereka pulang masih dalam suasana gembira, dengan membawa tanaman dan
tambahan pengetahuan serta ketrampilan.
Catatan:
Beberapa hari yang lalu datang ke Kebun Karinda Pak Ihsan dengan anaknya, Wira
(Kelas 2 SD) yang pernah belajar membuat kompos bersama teman-teman
sekolahnya. Menurut Pak Ihsan, Wira sudah melatih seisi rumah memilah sampah,
lalu mengajak ayahnya membelikan Keranjang Takakura. Wira sudah punya
rencana komposnya akan digunakan untuk memupuk tanaman bunganya. Inilah
yang kami harapkan, anak-anak dapat menularkan ilmunya kepada orang tua dan
lingkungannya.
Cucu saya Thea, dari umur 4 tahun sudah pandai memilah sampah. Suatu hari
waktu Thea akan memasukkan kulit permen ke tempat sampah anorganik di rumah

saya, ia berteriak: Eyang, ada yang keliru. Kulit jeruk kok dimasukkan ke sini, kan
bisa dibikin kompos!

Você também pode gostar