Você está na página 1de 8

ANALISA PEMBANGUNAN EKONOMI DAN PERTUMBUHAN EKONOMI

DI INDONESIA 5 SAMPAI 10 TAHUN TERAKHIR


Perkembangan perekonomian dunia yang terus memburuk dan belum munculnya tandatanda akan segera berakhirnya krisis global menyebabkan prospek perekonomian Indonesia ke
depan masih diliputi oleh nuansa ketidakpastian yang tinggi.
Dampak krisis dipastikan akan memberikan tekanan yang cukup signifikan, tidak saja
pada perekonomian domestik jangka pendek, namun juga akan mempengaruhi lintasan variabelvariabel kunci ekonomi makro dalam jangka menengah. Meskipun diperkirakan akan
mengalami tekanan yang cukup kuat pada tahun 2009, namun dalam jangka menengah
perekonomian diperkirakan akan tetap bergerak dalam lintasan pertumbuhan ekonomi yang
makin tinggi dengan laju inflasi yang tetap terkendali. Permintaan domestik diperkirakan akan
tetap menjadi kekuatan utama pertumbuhan ekonomi, sementara kinerja ekspor juga akan
kembali mengalami penguatan sejalan dengan mulai bangkitnya perekonomian global pada tahun
2010.
Penguatan sisi permintaan domestik ini mampu diimbangi dengan meningkatnya daya
dukung kapasitas perekonomian, sehingga mampu menjaga kecukupan di sisi produksi.
Terjaganya keseimbangan antara sisi permintaan dan penawaran inilah yang merupakan salah
satu faktor utama yang menyebabkan perekonomian mampu terus tumbuh tanpa harus
mengorbankan

stabilitas

harga.

Meskipun demikian,

tekanan

yang

cukup

kuat

pada perekonomian dalam jangka pendek menyebabkan pertumbuhan ekonomi dalam jangka
panjang akan cenderung terhambat, sehingga secara umum proyeksi perekonomian ini

mengalami penyesuaian ke bawah dibandingkan proyeksi sebelumnya (Tabel 4.5 dan 4.6).

Pertumbuhan Ekonomi Dunia


Prospek

perekonomian

global

masih

diliputi dengan

ketidakpastian.

Di

tengah

upaya penyelamatan ekonomi yang saat ini sedang berlangsung di berbagai negara, antara lain
AS dengan paket stimulus fiskal senilai USD838 miliar, kondisi perekonomian global masih
sangat ditentukan oleh keberhasilan upaya pemulihan ekonomi dalam jangka pendek ini. Apabila
paket stimulus fiskal dapat berjalan mulus dan langkahlangkah penyelamatan perbankan di
berbagai negara, khususnya di negara G-7, berhasil memulihkan stabilitas di pasar keuangan,
maka beberapa lembaga dunia seperti IMF dan World Bank memperkirakan pertumbuhan
ekonomi

dunia akan

mulai

mengalami

perbaikan

di

akhir

2009.

Akselerasi pertumbuhan ekonomi global diperkirakan akan mulai terjadi pada 2010
dan selanjutnya

akan

semakin

kuat

pada

2011

(Tabel 4.1).

Asesmen Bank Indonesia 2 terhadap perkiraan pertumbuhan 3 (tiga) negara utama dunia,
yakni AS, negara kawasan Euro, dan Jepang, memperkuat perkiraan yang dihasilkan
lembagalembaga dunia di atas. Pertumbuhan PDB riil AS (yo-y) pada triwulan I-2009
diperkirakan sebesar -1,9%, triwulan II sebesar -2,5%, triwulan III sebesar -2,1% dan triwulan
IV sebesar -0,2%, sehingga pertumbuhan sepanjang tahun 2009 diperkirakan akan sebesar 1,6%. Setelah tahun 2009 Amerika Serikat akan tumbuh positif 2,0% pada 2010 dan selanjutnya
2,7% pada 2011. Untuk kawasan Euro, pertumbuhan PDB riil (y-o-y) sepanjang tiga
triwulan pertama 2009 juga negatif yaitu masing-masing -2,0%, -1,9% dan -1,3%. Pada triwulan

IV tahun 2009, kawasan Euro diperkirakan sudah pulih dengan laju pertumbuhan ekonomi
sebesar

0,1%.

Secara tahunan, pertumbuhan 2009 diprakirakan masih negatif -1,2% untuk kemudian kembali
pulih ke tingkat 2,3% pada tahun 2010 dan 2,6% pada tahun 2011. Untuk Jepang, pertumbuhan
PDB riil (y-o-y) pada triwulan I 2009 diperkirakan akan sangat terkontraksi (-3,8%) sebelum
menjadi -2,8% pada triwulan II, dan -2,2% di triwulan III, untuk kemudian kembali positif
sebesar 0,2% pada triwulan terakhir 2009. Pada tahun 2009 secara keseluruhan ekonomi Jepang
tumbuh negatif -2,2% untuk kemudian naik 2,0% tahun 2010 dan 3,2% pada 2011. Berpijak pada
perkiraanperkiraan di atas, lintasan pemulihan ekonomi (recovery path) dunia, yang dimotori
oleh negaranegara maju, secara kuartalan diperkirakan akan mengikuti pola U-shape, namun
tahunan akan

secara

tersebut,pertumbuhan

cenderung
ekonomi

V-shape.terus memburuk.

dunia pada

2009 diperkirakan

Dengan

perkembangan

mengalami

perlambatan

menjadi 0,5% dari 3,4% pada tahun 2008. Perlambatan pertumbuhan ekonomi dunia
tersebut menyebabkan pertumbuhan volume perdagangan dunia mengalami kontraksi hingga
2,8%.

Prospek

pertumbuhan

ekonomi

global

dalam jangka

menengah

selanjutnya

akan sangat ditentukan oleh keberhasilan upaya pemulihan ekonomi dalam jangka pendek ini.
Apabila paket stimulus fiskal dapat berjalan mulus dan langkahlangkah penyelamatan perbankan
di berbagai negara, khususnya di negara G-7, berhasil memulihkan stabilitas di pasar keuangan,
maka beberapa lembaga dunia seperti IMF dan World Bank memperkirakan pertumbuhan
ekonomi

dunia akan

mulai

mengalami

perbaikan

di

akhir

2009.

Akselerasi pertumbuhan ekonomi global diperkirakan akan mulai terjadi pada 2010
dan selanjutnya

akan

semakin

kuat

pada

2011

(Tabel 4.1).

Asesmen Bank Indonesia 2 terhadap perkiraan pertumbuhan 3 (tiga) negara utama dunia,
yakni AS, negara kawasan Euro, dan Jepang, memperkuat perkiraan yang dihasilkan
lembagalembaga dunia di atas. Pertumbuhan PDB riil AS (yo-y) pada triwulan I-2009
diperkirakan sebesar -1,9%, triwulan II sebesar -2,5%, triwulan III sebesar -2,1% dan triwulan
IV sebesar -0,2%, sehingga pertumbuhan sepanjang tahun 2009 diperkirakan akan sebesar 1,6%. Setelah tahun 2009 Amerika Serikat akan tumbuh positif 2,0% pada 2010 dan selanjutnya
2,7% pada 2011. Untuk kawasan Euro, pertumbuhan PDB riil (y-o-y) sepanjang tiga
triwulan pertama 2009 juga negatif yaitu masing-masing -2,0%, -1,9% dan -1,3%. Pada triwulan
IV tahun 2009, kawasan Euro diperkirakan sudah pulih dengan laju pertumbuhan ekonomi
sebesar

0,1%.

Secara tahunan, pertumbuhan 2009 diprakirakan masih negatif -1,2% untuk kemudian kembali

pulih ke tingkat 2,3% pada tahun 2010 dan 2,6% pada tahun 2011. Untuk Jepang, pertumbuhan
PDB riil (y-o-y) pada triwulan I 2009 diperkirakan akan sangat terkontraksi (-3,8%) sebelum
menjadi -2,8% pada triwulan II, dan -2,2% di triwulan III, untuk kemudian kembali positif
sebesar 0,2% pada triwulan terakhir 2009. Pada tahun 2009 secara keseluruhan ekonomi Jepang
tumbuh negatif -2,2% untuk kemudian naik 2,0% tahun 2010 dan 3,2% pada 2011. Berpijak pada
perkiraanperkiraan di atas, lintasan pemulihan ekonomi (recovery path) dunia, yang dimotori
oleh negaranegara maju, secara kuartalan diperkirakan akan mengikuti pola U-shape, namun
secara tahunan akan cenderung V-shape.

Data perkembangan Produk Domestik Bruto ditinjau dari sisi penggunaan dalam kurun
waktu 10 tahun terakhir digunakan sebagai data dasar untuk menganalisis ketahanan
ekonomi Indonesia terhadap gejolak atau krisis ekonomi yang terjadi pada tahun 2008 dan
yang berpotensi untuk terjadi kembali pada akhir 2011 atau awal 2012 sehubungan
dengan memburuknya krisis utang di 5 negara Eropa (Portugal, Italia, Irlandia, Yunani dan
Spanyol) serta

belum

pulihnya

krisis

ekonomi

AS.

1. Tabel berikut ini menunjukkan perkembangan PDB menurut jenis penggunaan dalam waktu
10 tahun terakhir (dalam Rp triliun).

2.

Tabel diatas menjelaskan bahwa:

a) Dalam 10 tahun terakhir ditinjau dari sisi penggunaan, kontributor terbesar terhadap PDB
Indonesia adalah Konsumsi Rumah Tangga dan Pembentukan Modal Tetap Bruto yang tumbuh
secara signifikan diikuti oleh Konsumsi Pemerintah pada urutan ketiga. Sedangkan perdagangan
internasional secara netto yaitu Ekspor dikurangi Impor selama 10 tahun terakhir ini
kontribusinya terhadap PDB cukup kecil.
b) Pembentukan Modal Tetap Bruto meningkat cukup signifikan. Pembentukan Modal Tetap
Bruto (PMTB) adalah pengeluaran untuk barang modal yang mempunyai umur pemakaian lebih
dari satu tahun dan tidak merupakan barang konsumsi. PMTB mencakup bangunan tempat
tinggal dan bukan tempat tinggal, bangunan lain seperti infrastruktur jalan, pelabuhan dan
bandara, serta mesin dan peralatan. Pengeluaran barang modal untuk keperluan militer tidak
dicakup dalam rincian ini tetapi digolongkan sebagai konsumsi pemerintah. Tingginya laju
peningkatan kontribusi PMTB menunjukkan bahwa kontribusi investasi mulai mengejar secara
perlahan kontribusi konsumsi rumah tangga terhadap PDB.
c) Besarnya kontribusi Konsumsi Rumah Tangga dan Pembentukan Modal Tetap Bruto serta
Konsumsi Pemerintah dan kecilnya kontribusi netto perdagangan internasional (Ekspor
dikurangi Impor) menunjukan bahwa kekuatan perekonomian Indonesia sesungguhnya terletak
pada kekuatan pasar domestik dan kurang/tidak tergantung pada pasar ekspor. Kondisi ini pula
yang menyebabkan perekonomian Indonesia relatif lebih tahan terhadap krisis yang terjadi pada

tahun 2008 dan juga terhadap potensi krisis yang mungkin akan terjadi pada akhir 2011 atau
awal 2012 di Zona Euro dan Amerika Serikat.
3. Tabel berikut ini menunjukkan kontribusi (dalam %) dari setiap sisi penggunaan terhadap
PDB dalam 10 tahun terakhir.

a)

Dari tabel ini terlihat dengan jelas kecenderungan semakin menurunnya kontribusi Konsumsi

Rumah Tangga dari 70,6% terhadap PDB pada tahun 2002 menjadi 56,7% terhadap PDB pada
tahun 2010. Dengan kecenderungan penurunan kontribusi Konsumsi Rumah Tangga ini maka
pernyataan para pengamat yang mengatakan bahwa ekonomi Indonesia ditopang oleh konsumsi
pada dasarnya sudah tidak tepat.
b) Tabel ini juga menunjukkan bahwa Pembentukan Modal Tetap Bruto secara konsisten
mengalami peningkatan yang cukup signifikan yaitu meningkat dari 20,2% dari PDB pada tahun
2002 menjadi 32,2% dari PDB pada tahun 2010.
Kecenderungan ini menunjukkan perkembangan yang sangat positif karena pendapatan
(termasuk saving) digunakan untuk investasi barang modal yang pada gilirannya akan
meningkatkan laju pertumbuhan ekonomi di masa yang akan datang. Kita harus ingat bahwa
tidak ada pertumbuhan tanpa investasi.
c) Kontribusi perdagangan internasional secara netto (Ekspor dikurangi Impor) cenderung
mengalami penurunan dari 8,5% dari PDB pada tahun 2001 menjadi 1,6% dari PDB pada tahun
2010. Meskipun nilai ekspor pada tahun 2010 mencapai Rp 1.580,0 trilyun (atau 24,6% dari

PDB), namun nilai impor juga cukup besar mencapai Rp. 1.475,8 trilyun (atau 23,0% dari PDB).
Beberapa hal yang perlu dicermati terkait ekspor dan impor ini antara lain:
Kecenderungan ini menunjukkan adanya sisi positif dan sisi negatif. Sisi
positifnya mengindikasikan bahwa PDB Indonesia bertumpu pada kekuatan
ekonomi domestik, namun sisi negatifnya kalau kecenderungan penurunan kontribusi
surplus perdagangan ini terus menurun bahkan bisa sampai negatif atau mengakibatkan defisit
neraca perdagangan, maka hal ini perlu diwaspadai agar tidak terjadi banjir produk impor
yang akan merugikan produk domestik.
Namun berdasarkan pengalaman selama ini ketika ekspor mengalami peningkatan maka
impor juga mengalami peningkatan sebaliknya ketika ekspor mengalami penurunan maka
impor juga mengalami penurunan, sehingga kecenderungan penurunan ini tidak perlu terlalu
dikhawatirkan karena untuk pembiayaan impor diperlukan devisa yang antara lain diperoleh
dari hasil ekspor. Untuk meningkatkan surplus neraca perdagangan, maka perlu ditingkatkan
kebijakan bauran pengurangan impor (strategi subsitusi impor) dan peningkatan ekspor
(strategi orientasi ekspor), termasuk mengurangi dan mengganti ekspor komoditas/bahan
mentah dengan ekspor produk yang telah diolah, sehingga meningkatkan nilai tambah bagi
perekonomian nasional.
Semakin mengecilnya netto perdagangan luar negeri sejalan dengan peningkatan investasi
(PMTB) pada dasarnya bukanlah merupakan hal yang negatif karena investasi barang modal
yang kita lakukan sebagian memang memerlukan barang modal yang diimpor terutama
barang modal untuk industri manufaktur dan industri pengolahan.
4. Mengantisipasi potensi krisis yang mungkin kembali terjadi dan berdasarkan data
perkembangan perekonomian Indonesia dalam kurun waktu 10 tahun terakhir dapat disimpulkan
dan disarankan hal-hal sebagai berikut:
a) Kekuatan perekonomian Indonesia pada dasarnya terletak pada kekuatan ekonomi domestik
sehingga lebih tahan terhadap krisis ekonomi global.
b) Pemerintah selama 7 tahun terakhir sudah menjalankan kebijakan fiskal yang sangat disiplin
sehingga dari sisi fiskal perekonomian Indonesia memiliki tingkat kesehatan yang cukup baik.
c) Bank Indonesia agar terus meningkatkan pengawasan terhadap sektor perbankan kita yang
kinerjanya cukup baik agar sektor perbankan ini memiliki daya tahan yang tangguh dalam
menghadapi krisis.
d) BUMN dan usaha swasta agar mempercepat penerapan International Financial Reporting
Standards (IFRS) agar laporan keuangan perusahaan merefleksikan secara benar dan fair kondisi
bisnis yang dilakukan sehingga diharapkan dapat mencegah krisis keuangan yang dipicu oleh
usaha swasta sebagaimana terjadi atau dialami pada tahun 2008 di Amerika Serikat.
e) Agar perekonomian domestik mampu bertahan maka kita tetap perlu menjaga tingkat inflasi
dan mengendalikan gejolak nilai tukar. Di sektor riil ketahanan energi dan ketahanan pangan
perlu terus ditingkatkan. Upaya peningkatan ketahanan energi dan pangan antara lain:

Peningkatkan ketahanan energi antara lain penggunaan BBG dan LPG sebagai pengganti
BBM bersubsidi untuk sektor transportasi dan percepatan pembangunan PLTU 10 Ribu MW
untuk mengurangi penggunaan BBM Solar sebagai energi pembangkit.
Peningkatan ketahanan pangan antara lain melakukan kembali Gerakan Peningkatan Produksi
Beras Nasional (GP2BN) yang cukup sukses pada masa kerja KIB I.

f) Terus melakukan perbaikan terhadap faktor yang menghambat investasi (debottlenecking)


agar peluang yang sangat besar dari kondisi perekonomian yang cukup kondusif saat ini mampu
meraih aliran modal masuk untuk diinvestasikan di sektor riil dalam negeri, sehingga ketika
krisis berakhir perekonomian kita dapat tumbuh dengan laju pertumbuhan yang lebih tinggi.
By: admin KSI/LB/06/09/12

Você também pode gostar