Escolar Documentos
Profissional Documentos
Cultura Documentos
PENDAHULUAN
1.1 Latar Belakang Masalah
Sekarang ini, banyak sekali film yang tersebar secara bebas di
kalangan masyarakat baik dewasa maupun anak-anak. Adapun film yang
beredar saat ini sangat beragam jenisnya, mulai dari yang bertemakan
persahabatan, perjuangan, biografi, sampai-sampai percintaan dan film
menakutkan yang biasa disebut film horror.
2. Faktor apa saja yang membuat film horror berdampak besar pada
pembentukan pribadi anak?
3. Upaya apa yang dapat dilakukan untuk mengembalikan keberanian
anak?
1.3 Tujuan
Karya ilmiah ini dibuat untuk memenuhi syarat menempuh ujian
praktik Bahasa Indonesia serta untuk memberikan wawasan tambahan
kepada kita semua sehingga kita bisa mengetahui tentang dampak-dampak
yang ditimbulkan film horror pada anak dan upaya mengatasinya.
1.4 Manfaat
1. Memberikan informasi tentang pengaruh film horror terhadap
perkembangan pribadi anak sebagai suatu wawasan.
2. Menambah wawasan penulis dan pembaca.
peraturan-peraturan,
ketetapan-ketetapan,
buku
tahunan,
1.6 Sistematika
Kata Pengantar
Daftar Isi
BAB I PENDAHULUAN
1.1
1.2
Rumusan Masalah
1.3
Tujuan
1.4
Manfaat
1.5
Metode Penelitian
1.6
Sistematika
2.2
Pengertian Kepribadian
3.2
BAB IV PENUTUP
4.1
Kesimpulan
4.1
Saran
Daftar Pustaka
Biodata Penulis
BAB II
LANDASAN TEORI
2.1 Pengertian Film Horror
Film horror adalah film yang berusaha untuk memancing emosi
berupa ketakutan dan rasa ngeri dari penontonnya. Alur cerita mereka
sering melibatkan tema-tema kematian, supranatural, atau penyakit mental.
Banyak cerita film horror yang berpusat pada sebuah tokoh antagonis
tertentu yang jahat.
Latar belakang Sebelum Perang Dunia II, film horror sebagian
besar dibuat berdasarkan dari karya-karya sastra klasik bertema gotik /
horror dari negara-negara Barat, seperti Drakula (1931), Frankenstein
(1931), The Phantom of the Opera (1925), dan Dr Jekyll and Mr. Hyde
(1941). Dalam dunia perfilman yang lebih baru, film horror sering menarik
inspirasi dari kegelisahan hidup yang timbul setelah Perang Dunia II,
sehingga terciptalah tiga sub-ragam yang berbeda namun saling
berhubungan di Amerika Serikat dimana industri film horror berkembang
sangat pesat. Ketiga sub-ragam tersebut adalah: horror-kepribadian seperti
film Psycho (1960), horror-kiamat seperti film Invasion of The Body
Snatchers (1956), dan horror-setan seperti film The Exorcist (1973). Dari
sudut pandang industri film horror Amerika, sub-ragam yang terakhir
dapat dilihat sebagai transisi modern dari film horror lama, dimana
penekanan pada agen-agen supranatural yang membawa kengerian bagi
dunia semakin diutamakan.
Film horror umumnya telah diasosiasikan dengan kekerasan,
anggaran yang rendah (B film), dan eksploitasi. Namun nyatanya banyak
sutradara film dari Amerika yang terkenal dan dihormati seperti Alfred
Hitchcock, Roman Polanski, Stanley Kubrick, John Carpenter,William
Friedkin, Richard Donner, dan Francis Ford Coppola telah menggarap
setidaknya satu judul film dalam ragam yang unik ini. Para kritikus film
horror kebanyakan menganalisa film ragam ini dari sudut pandang teori
ragam dan teori auteur. Beberapa film horror memasukkan unsur-unsur
ragam lain seperti fiksi ilmiah, fantasi, mockumentary, komedi hitam, dan
cerita getaran, yang menciptakan sebuah perpaduan atau sub-ragam yang
baru.
oleh
pemain-pemain
panggung,
yang
maksudnya
untuk
Koentjaraningrat :
Kepribadian adalah susunan unsur-unsur akal dan jiwa yang
menentukan perbedaan tingkah laku tiap manusia, atau kepribadian
adalah ciri-ciri watak seseorang yang konsisten sebagai identitas
dirinya yang khusus.
Allport :
Kepribadian adalah organisasi dinamis dari sistem psikofisis dalam
diri individu yang menentukan keunikan penyesuaian diri terhadap
linkungan.
Yinger :
Kepribadian adalah keseluruhan perilaku seseorang dengan sistem
kecenderungan tertentu yang berinteraksi dengan serangkaian
situasi atau perpaduan dari sikap, sifat, pola pikir, emosi, dan nilai-
M.A.W. Brower :
Kepribadian adalah corak tingkah laku sosisal yang meliputi corak
kekuatan, dorongan, keinginan, opini dan sikap-sikap seseorang.
Theodore R. Newcombe :
Kepribadian adalah oraganisasi sikap-sikap (presdispositions) yang
dimiliki seseorang sebagai latar belakang terhadap perilaku.
Cuber :
Kepribadian adalah gabungan keseluruhan dari sifat-sifat yang
tampak dan dapat dilihat oleh seseorang.
BAB III
PEMBAHASAN
3.1 Film Horror Terhadap Pribadi Anak
Ketika menonton film horror pasti perasaan takut, was-was, degdegan dan histeris akan muncul. Film ini seakan dibuat untuk menakutnakuti, mempengaruhi secara langsung, mengajak seseorang untuk
berimajinasi dan masuk ke alam yang disuguhkan sang empunya film dan
menyebabkan mental penonton menjadi tegang, dan konsistensi adrenalin
pun meningkat. Teriakan dan jerit ketakutan serta hesteris seakan menjadi
penanda film horror telah sukses dan pada saat itulah penonton merasa
puas dan merasa kebutuhannya atau keinginannya terpenuhi begitu juga
sang pembuat film. Itulah mungkin bagi penonton dalam hal ini mungkin
orang dewasa, ihwal atau sensasi keasyikan dan keindahan menonton film
horror. Tapi bagi anak-anak film ini akan membawa corak yang berbeda.
power rangers, itu karena mereka sangat mudah terpengaruh oleh sesuatu
yang baru, tanpa banyak pertimbangan apakah itu baik atau buruk, akan
selalau ingin ditiru. Apa yang dilihat yang dirasakan dari lingkungan
sekitar akan turut membentuk pola perkembangan anak. Meski anak- anak
dilahirkan dalam keadaan fitrah tapi jika lingkunganya kurang baik, maka
potensi kefitrahanya akan tercoreng, lingkungan akan membentuk suatu
karakteristik tersendiri dari seorang anak, Lingkungannya lah yang seakan
menjadi pokok pedoman atau filosofi saat si anak membentuk
kepribadiannya.
Dalam film horror pasti ada sesuatu yang mesterius, baik itu
dengan hantu dan aroma pembunuhan, eksekusi, dan gambaran-gambaran
jeritan ketakutan. Adegan itu akan membuat seseorang, apalagi anak-anak
akan merasa ketakutan. Kesehariannya pasca menonton film horror anakanak biasanya akan selalau dilanda dengan kecemasan dan ketakutan.
Mereka cenderung takut untuk keluar ataupun berjalan sendiri karena
gambaran mistis atau hantu yang mereka dapatkan dari film horror, tentu
saja ini buah dari tayangan film horror. Mungkin orang dewasa tidak akan
mengalami hal ini secara langsung mengingat mereka sudah biasa
membedakan mana hal yang termasuk objektif atau yang sesungguhnya
dan mana yang fiktif atau karangan belaka. Tapi anak- anak hanya bisa
meniru
apa-apa
yang
dilihat,
dirasakan
dan
dimasukan
dalam
kepribadiannya. Dan hal yang dilihat dan dirasakan itulah yang akan
membentuk kepribadiaannya dalam beraktivitas sehari-hari.
kehidupan yang nyata dan benar-benar ada atau dapat terwujud dan mana
kehidupan yang fiktif atau rekaan belaka. Ketika film horror itu telah
membentuk pengetahuan dan terinternalisasi dan terkolektivitas langsung
dalam diri anak, maka anak- anak akan membentuk pola hidup dan
karakter yang mistis. Selalu kita jumpai alur film horror tidak akan pernah
lepas dari balas dendam dari seorang hantu yang sebelumnya telah
dibunuh atau bahkan kadang diperkosa. Dari situ biasanya Sang hantu
akan muncul dan menakut-nakuti ataupun meneror seseorang yang
dianggap musuhnya. Adegan ini menyimpan dua makna, balas dendam
dan adegan kekerasan yang sama-sama membawa efek negative bagi anakanak. Akibatnya pembentukan karakter pendendam dan penakut juga bisa
terbentuk, kekerasan yang mereka liat membentuk sifat pembangkang,
pemarah atau bahkan melawan orang tua, itu tentunya suatu hal yang
paling tidak kita inginkan. Adegan balas dendam dalam film itu akan
mempengaruhi mental anak-anak dalam setiap menghadapi persoalan dan
masalah. Balas dendam adalah sifat yang menyimpan kebencian dengan
motif tertentu. Kebencian itu tidak akan pernah lepas dan hilang kecuali
sudah membalas terhadap lawannya, maka sesekali si anak dapat saja
menebar ancaman pada siapapun yang dianggap lawannya belum lagi jika
dia telah terpengaruh adegan mistis dalam cerita, yang jelas jangan sampai
si anak memegang benda tajam dikala emosi atau timbul hasrat membalas
dendam karena mungkin saja mereka tidak berfikiran panjang dan
menyerang langsung secara membabibuta. Adegan-adegan inilah yang
juga akan menjadi sumber dari segala kekerasan. Maka fenomena
kekerasan yang banyak terjadi pada anak-anak saya kira juga tidak akan
10
11
12
BAB IV
PENUTUP
4.1 Kesimpulan
pada anak.
4.2 Saran
Demi terciptanya generasi dengan perkembangan pribadi yang
baik, sebaiknya kita ataupun para orangtua dapat memberikan bimbingan
dan pengarahan yang jelas dan realistis atas tontonan yang dilihat oleh
anak-anak.
13
Daftar Pustaka
Suhardi.2009.Sosiologi.Jakarta:Pusat perbukuan
http://www.answers.yahoo.com/question/index?qid=20120321205029A
AGQLhv
http://www.belajarpsikologi.com/pengertian-kepribadian/
http://www.id.wikipedia.org/wiki/film-horror
http://www.kompasiana.com/post/edukasi/2009/11/14/dampak-
ketakutan-anak-
akibat-film-horor-berlangsung-seumur-hidupnya/
http://www.rezkirasyak.blogspot.com/2012/04/dampak-positif-dan-negatif-yangdapat.html?m=1
http://www.solehamini.blogspot.com/2011/04/implikasi-psikologis-tayanganhoror.html?m=1
14
Biodata Penulis
Nama
NIS
: 101110189
Kelas
: XII IPA 5
Alamat
Sekolah
15