Você está na página 1de 24

BAB I

PENDAHULUAN

A. Latar Belakang
Varicella Zoster merupakan penyakit yang disebabkan oleh infeksi primer
virus Varicella Zoster yang polimorf serta menyerang kulit dan mukosa. Virus
Varicella Zoster merupakan virus DNA yang mirip dengan virus Herpes Simpleks.
Virus Varicella Zoster dapat menyebabkan 2 jenis infeksi, yaitu infeksi primer dan
sekunder. Varicella (chicken pox) merupakan suatu bentuk infeksi primer virus
Varicella Zoster yang pertama kali pada individu yang berkontak langsung dengan
virus

tersebut

sedangkan

infeksi

sekunder/rekuren

disebut

Herpes

Zoster/shingles.6
Virus Varicella Zoster masuk ke dalam tubuh dan menyebabkan terjadinya
infeksi primer, setelah infeksi primer sembuh, virus akan tinggal secara laten pada
dasar akar ganglia dan nervus spinalis. Virus tersebut dapat menjadi aktif kembali
dalam tubuh individu dan menyebabkan terjadinya Herpes Zoster.6
Varicella umumnya terjadi pada umur 3-6 tahun. Di Amerika, kasus
terbanyak terjadi pada anak-anak di bawah umur 10 tahun yaitu 90% dan 5 %
terjadi pada usia lebih dari 15 tahun, di Jepang banyak terjadi pada anak-anak di
bawah umur 6 tahun di mana 96% berada pada usia di bawah 1 tahun. Pada
daerah dengan iklim tropis, Varicella sering terjadi pada usia yang lebih tua. Tidak
ada predileksi jenis kelamin, suku, ras terhadap terjadinya. 6
Pada serangan Varicella Zoster secara klinis terdapat gejala prodormal,
kelainan kulit polimorf yang timbul pertama pada tubuh dan muka, kemudian
menyebar ke hampir seluruh tubuh dan muka disertai erupsi kulit yang sangat
gatal. Masa inkubasi penyakit ini adalah selama 2 minggu. Gejala prodormal
berupa demam, malaise, sakit kepala, anoreksia dan batuk kering dan radang
tenggorokan yang berlangsung 2-3 hari.6

Dilaporkan satu kasus varicella dengan lesi vesikel di seluruh tubuh pada
seorang perempuan berusia 26 tahun.
B. Tujuan
Tujuan dari penulisan laporan kasus ini adalah:
1. Umum
Mengetahui tentang penyakit varicella
2. Khusus
a. Menyusun laporan kasus untuk penderita varicella
b. Menjelaskan tentang varicella
c. Menjelaskan pendiagnosaan hingga penatalaksanaan varicella
C. Manfaat
Manfaat dari penulisan laporan kasus ini adalah:
1. Memberikan informasi tentang varicella

BAB II
LAPORAN KASUS
IDENTITAS PENDERITA
a. Nama
: Ny. S.A.

b.
c.
d.
e.
f.
g.
h.
i.
j.

Usia
Jenis Kelamin
Alamat
Agama
Status
Suku
Pekerjaan
Tanggal Masuk
Diambil dari

: 26 tahun
: Perempuan
: Tegal Wuni
: Islam
: Kawin
: Jawa
: Ibu Rumah Tangga
: 20 Januari 2014
: Klinik Kulit dan Kelamin RSUD Ambarawa

ANAMNESIS
Anamnesis dilakukan secara autoanamnesis pada tanggal 20 Januari 2014 pukul
09.30 WIB di .
a. Keluhan Utama
: plenting-plenting di seluruh tubuh
b. Riwayat Penyakit Sekarang
4 hari yang lalu SMRS pasien mengeluhkan adanya plenting sebesar kepala
jarum pentul sampai sebesar biji kacang ijo diatas kulit kepala dan dahi, pasien
merasa terganggu dan memencet plenting tersebut dan keluar cairan. Plenting
dirasakan bersamaan dengan demam, badan juga dirasakan tidak enak. Pasien
memeriksakan diri ke mantri dan mendapat obat untuk 3 hari namun tidak ada
perbaikan, pasien merasakan plenting semakin menyebar ke bagian muka, dada,
punggung dan perut pasien.
1 hari yang lalu SMRS, obat pasien habis dan merasa plenting-plenting
semakin menyebar ke tangan dan ada beberapa di tungkai bawah. Plenting dirasakan
sangat gatal sehingga pasien sering menggaruknya dan memencet plenting yang
dirasakan sangat mengganggunya itu. Pasien juga mengeluh merasakan panas, serta
merasakan nyeri kepala dan sulit untuk menelan semenjak sakit, BAB tidak
terganggu, BAK tidak terganggu. Pasien baru pertama kali ini mengalami sakit
seperti ini, dari keluarga atau tetangga tidak ada yang mengalami sakit serupa.
c. Riwayat Penyakit Dahulu
Keluhan serupa
: Disangkal
Alergi
: Disangkal
Diabetes Mellitus
: Disangkal
Hipertensi
: Disangkal
Jantung
: Belum Tahu
d. Riwayat Penyakit Keluarga

Keluhan serupa
: Disangkal
Alergi
: Disangkal
Diabetes mellitus
: Disangkal
Hipertensi
: Diakui (ibu pasien)
Jantung
: Disangkal
e. Riwayat Pribadi
Perokok aktif
: Disangkal
Olah raga
: Diakui (jalan santai setiap pagi)
f. Riwayat Sosial Ekonomi
Pasien tinggal bersama suami dan mempunyai 1 orang anak. Biaya pengobatan
ditanggung oleh pasien sendiri (Umum)
PEMERIKSAAN FISIK
Pemerikaan fisik dilakukan tanggal 20 Januari 2014 Pukul 10.30 di Klinik Kulit dan
Kelamin RSUD Ambarawa
Keadaan Umum
:
Kesadaran: Compos Mentis
GCS
: 15 (E 4, V 5, M 6)
Vital sign
:
TD : 120/80 mmHg
Nadi : 80x/menit, irama regular, isi dan tegangan kuat
RR : 20x/menit
Suhu : 36,50C secara aksiler
BB
TB
Status Gizi
Status Generalisata

: tidak dilakukan
: tidak dilakukan
: Kesan Status gizi cukup
:

Kulit

: Warna sawo matang, tampak plenting-plenting menyebar


Di seluruh tubuh

Kepala

: Mesosephal

Mata

: Corpus alienum(-/-); konjungtiva: anemis (-/-),


hiperemis (-/-), ikterik (-/-); Reflek cahaya (+/+); Pupil
isokor 3mm/3mm

Hidung

: Nafas cuping (-), deformitas (-), sekret (-)

Telinga

: Serumen (-/-), nyeri mastoid (-/-), sekret (-/-)

Mulut

: Lembab (+), sianosis (-), stomatitis (-), hiperemis (-)

Leher

:Limfonodi(-), pembesaran tiroid (-), otot bantu


pernafasan (-)

Dada

: S1>S2, suara vesikuler seluruh lapang paru

Abdomen

: bising usus (+) normal, nyeri tekan (-)

Ekstremitas

: odem (-), sianosis (-), ikterik (-), akral dingin (-), tonus (+)

Status Dermatologik

Lokasi

: seluruh tubuh

UKK

: vesikel, dasar eritema

Status Venerologi

: Tidak dilakukan

PEMERIKSAAN PENUNJANG
(tidak dilakukan pemeriksaan penunjang)
RESUME
Tanggal 20 Januari 2014 dilakukan anamnesis pada Ny.S.A. dengan keluhan plenting
di kulit kepala dan dahi. 4 hari yang lalu terdapat plenting menyerupai vesikel sebesar
kepala jarum pentul sampai sebesar biji kacang ijo. Dipecah oleh pasien keluar cairan.
Sudah berobat namun belum ada perbaikan. 1 hari yang lalu plenting terasa sangat
gatal, panas dan menyebar ke bagian seluruh tubuh. Pasien mengeluh nyeri kepala dan
sulit menelan sejak sakit.
Berdasarkan hasil pemeriksaan fisik didapatkan kesadaran compos mentis, TD
120/80 mmHg, nadi 80x/menit, RR 20x/menit, suhu 36,50C.
Status dermatologik pada seluruh tubuh terdapat vesikel berukuran miliar sampai
lentikular, dasar vesikel eritema dan berbatas tegas.
DIAGNOSIS BANDING
-

Herpes zoster
Variola

DIAGNOSIS
-

Suspect Varicella

PENATALAKSANAAN
1. Farmakologis
a. Valvir 500 mg 3x2 tab
b. Paracetamol 500 mg 3x1 tab (jika panas)
c. Imunos Caps 1x1
d. Salticin Cream (sue)
Valvir (valasiklovir) adalah suatu ester dari asiklovir yang secara tepat dan
hampir lengkap berubah menjadi asiklovir oleh enzim hepar dan meningkatkan
biovabilitas asiklovir sampai 54%.Oleh karena itu dosis oral 1000 mg valasiklovir
menghasilkan kadar obat dalam darah yang sama dengan asiklovir intravena.
Paracetamol adalah derivat p-aminofenol yang mempunyai sifat
antipiretik/analgesik. Paracetamol utamanya digunakan untuk menurunkan panas
badan yang disebabkan oleh karena infeksi atau sebab yang lainnya. Disamping
itu, paracetamol juga dapat digunakan untuk meringankan gejala nyeri dengan
intensitas ringan sampai sedang.
Imunos adalah golongan suplemen gizi untuk merangsang sistem
kekebalan tubuh selama infeksi akut & kronis dengan komposisi per kaplet
Echinacea (EFLA 894) 500 mg, zinc picolinate 10 mg, selenium 15 mcg, ascorbic
acid 50 mg. Untuk 5 mL Echinacea (EFLA 894) 500 mg, zinc picolinate 5 mg,
selenium 15 mcg.
Salticin
(Gentamisin)

merupakan

suatu

antibiotika

golongan

aminoglikosida yang mekanisme kerja berdasarkan penghambatan sintesa protein.


Indikasi penggunaan untuk Impetigo kontagiosa, pioderma, superinfeksi bakterial
pada infeksi jamur dan virus, dermatitis ekzematoid menular, akne pustular,
psoriasis pustular
2. Non-farmakologis
a. Dianjurkan untuk melakukan vaksin varicella

EDUKASI

Untuk edukasi diberikan pada pasien dan keluarganya:


1. Memberitahu kepada pasien dan keluarga tentang penyakitnya serta penangannya.
2. Motivasi pada pasien dan keluarga untuk rajin minum obat dan melakukan control
bila obat habis.
3. Menjaga dan dapat menahan diri untuk merawat lesi di kulit dengan tidak
memencetnya dan membiarkan pecah sendiri.
PROGNOSIS
1. Quo ad Vitam
2. Quo ad Sanam
3. Quo ad Cosmeticam

: ad bonam.
: dubia ad bonam.
: dubia ad bonam

BAB III
TINJAUAN PUSTAKA
VARICELLA

Definisi
Infeksi akut primer oleh virus varicella zoster yang menyerang kulit dan mukosa,
klinis terdapat gejala konstitusi, kelainan kulit polimorf, terutama berlokasi di bagian
sentral tubuh.2
Epidemiologi

Usia
Pada orang yang belum mendapat vaksinasi, 90% kasus terjadi pada anakanak dibawah 10 tahun, 5% terjadi pada orang yang berusia lebih dari 15 tahun.
Sementara pada pasien yang mendapat imunisasi, insiden terjadinya varicella
secara nyata menurun.3

Insiden
Sejak diperkenalkan adanya vaksin varicella pada tahun 1995, insiden
terjadinya varicella terbukti menurun. Dimana sebelum tahun 1995, terbukti di
Amerika terdapat 3-4 juta kasus varicella setiap tahunnya.3

Transmisi
Transmisi penyakit ini secara aerogen maupun kontak langsung. Kontak
tidak langsung jarang sekali menyebabkan varicella. Penderita yang dapat
menularkan varicella yaitu beberapa hari sebelum erupsi muncul dan sampai
vesikula yang terakhir. Tetapi bentuk erupsi kulit yang berupa krusta tidak
menularkan virus. 3

Musim
Di daerah metropolitan yang beriklim sedang, dimana epidemi varicella
sering terjadi pada musim musim dingin dan musim semi.3

Patogenesa
Varicella disebabkan oleh VZV yang termasuk dalam famili virus herpes. Virus
masuk ke dalam tubuh manusia melalui mukosa saluran napas dan orofaring. Multiplikasi
virus di tempat tersebut diikuti oleh penyebaran virus dalam jumlah sedikit melalui darah
dan limfe ( viremia primer ). Virus VZV dimusnahkan oleh sel sistem retikuloendotelial,

yang merupakan tempat utama replikasi virus selama masa inkubasi. Selama masa
inkubasi infeksi virus dihambat sebagian oleh mekanisme pertahanan tubuh dan respon
yang timbul.3,4
Pada sebagian besar individu replikasi virus dapat mengatasi pertahanan tubuh
yang belum berkembang sehingga dua minggu setelah infeksi terjadi viremia sekunder
dalam jumlah yang lebih banyak. Lesi kulit muncul berturut-berturut, yang menunjukkan
telah memasuki siklus viremia, yang pada penderita yang normal dihentikan setelah
sekitar 3 hari oleh imunitas humoral dan imunitas seluler VZV. Virus beredar di leukosit
mononuklear, terutama pada limfosit. Bahkan pada varicella yang tidak disertai
komplikasi, hasil viremia sekunder menunjukkan adanya subklinis infeksi pada banyak
organ selain kulit.4
Respon imun penderita menghentikan viremia dan menghambat berlanjutnya lesi
pada kulit dan organ lain. Imunitas humoral terhadap VZV berfungsi protektif terhadap
varicella. Pada orang yang terdeteksi memiliki antibodi serum biasanya tidak selalu
menjadi sakit setelah terkena paparan eksogen. Sel mediasi imunitas untuk VZV juga
berkembang selama varicella, berlangsung selama bertahun-tahun, dan melindungi
terhadap terjadinya resiko infeksi yang berat.4
Gambaran Klinis
Masa inkubasi antara 14 sampai 16 hari setelah paparan, dengan kisaran 10
sampai 21 hari. Masa inkubasi dapat lebih lama pada pasien dengan defisiensi imun dan
pada pasien yang telah menerima pengobatan pasca paparan dengan produk yang
mengandung antibody terhadap varicella.4

Gejala prodromal
Pada anak kecil jarang terdapat gejala prodromal. Sementara pada anak yang lebih
besar dan dewasa, ruam yang seringkali didahului oleh demam selama 2-3 hari,
kedinginan, malaise, anoreksia, nyeri punggung, dan pada beberapa pasien dapat
disertai nyeri tenggorokan dan batuk kering.3,4

Ruam pada varicella

Pada pasien yang belum mendapat vaksinasi, ruam dimulai dari muka dan skalp,
dan kemudian menyebar secara cepat ke badan dan sedikit ke ekstremitas. Lesi baru
muncul berturut-turut, dengan distribusi terutama di bagian sentral. Ruam cenderung
padat kecil-kecil di punggung dan antara tulang belikat daripada skapula dan bokong
dan lebih banyak terdapat pada medial daripada tungkai sebelah lateral. Tidak jarang
terdapat lesi di telapak tangan dan telapak kaki, dan vesikula sering muncul
sebelumnya dan dalam jumlah yang lebih besar di daerah peradangan, seperti daerah
yang terkena sengatan matahari.4

Gambar 1 Infeksi VZV : Varicella3

Gambar 2 Infeksi VZV : Varicella dengan imunisasi3


Gambaran dari lesi varicella berkembang secara cepat, yaitu lebih kurang 12 jam,
dimana mula-mula berupa makula eritematosa yang berkembang menjadi papul, vesikel,
pustul, dan krusta. Vesikel dari varicella berdiameter 2-3 mm, dan berbentuk elips,
dengan aksis panjangnya sejajar dengan lipatan kulit. Vesikel biasanya superfisial dan
berdinding tipis, dan dikelilingi daerah eritematosa sehingga tampak terlihat seperti
embun di atas daun mawar. Cairan vesikel cepat menjadi keruh karena masuknya sel
radang, sehingga mengubah vesikel menjadi pustul. Lesi kemudian mengering, mulamula di bagian tengah sehingga menyebabkan umbilikasi dan kemudian menjadi krusta.
Krusta akan lepas dalam 1- 3 minggu, meninggalkan bekas bekas cekung kemerahan
yang akan berangsur menghilang. Apabila terjadi superinfeksi dari bakteri maka dapat
terbentuk jaringan parut. Lesi yang telah menyembuh dapat meninggalkan bercak
hipopigmentasi yang dapat menetap selama beberapa minggu/bulan.4
Vesikel juga terdapat di mukosa mulut, hidung, faring, laring, trakea, saluran
cerna, kandung kemih, dan vagina. Vesikel di mukosa ini cepat pecah sehingga seringkali
terlihat sebagai ulkus dangkal berdiameter 2-3 mm. 4

Gambar 3 Lesi dengan spektrum luas 4


Gambaran khas dari varicella adalah adanya lesi yang muncul secara simultan
( terus-menerus ), di setiap area kulit, dimana lesi tersebut terus berkembang. Suatu
prospective study menunjukkan rata-rata jumlah lesi pada anak yang sehat berkisar antara
250-500. Pada kasus sekunder karena paparan di rumah gejala klinisnya lebih berat
daripada kasus primer karena paparan di sekolah, hal ini mungkin disebabkan karena
paparan di rumah lebih intens dan lebih lama sehingga inokulasi virus lebih banyak. 4
Demam biasanya berlangsung selama lesi baru masih timbul, dan tingginya
demam sesuai dengan beratnya erupsi kulit. Jarang di atas 39oC, tetapi pada keadaan
yang berat dengan jumlah lesi banyak dapat mencapai 40,5oC. Demam yang
berkepanjangan atau yang kambuh kembali dapat disebabkan oleh infeksi sekunder
bakterial atau komplikasi lainnya. Gejala yang paling mengganggu adalah gatal yang
biasanya timbul selama stadium vesikuler.4
Diagnosa Varicella
Varicella biasanya mudah didiagnosa berdasarkan penampilan dan perubahan
pada karakteristik dari ruam yang timbul, terutama apabila ada riwayat terpapar varicella
2-3 minggu sebelumnya. 4
Laboratorium
Lesi pada varicella dan herpes zoster tidak dapat dibedakan secara histopatologi.
Pada pemeriksaan menunjukkan sel raksasa berinti banyak dan sel epitel yang

mengandung badan inklusi intranuklear yang asidofilik. Pemeriksaan dapat dilakukan


dengan pewarnaan Tzanck, dimana bahan pemeriksaan dikerok dari dasar vesikel yang
muncul lebih awal, kemudian diletakkan di atas object glass, dan difiksasi dengan ethanol
atau

methanol,

dan

diwarnai

dengan

pewarnaan

hematoxylin-eosin,

Giemsa,

Papanicolaou, atau pewarnaan Paragon. 4

Gambar 4 Sel raksasa berinti banyak 4


Di samping itu Varicella zoster virus (VZV) polymerase chain reaction (PCR)
adalah metode pilihan untuk diagnosis varicella. VZV juga dapat diisolasi dari kultur
jaringan, meskipun kurang sensitif dan membutuhkan beberapa hari untuk mendapatkan
hasilnya. Bahan yang paling sering digunakan adalah isolasi dari cairan vesikuler. VZV
PCR adalah metode pilihan untuk diagnosis klinis yang cepat. Real-time PCR metode
tersedia secara luas dan merupakan metode yang paling sensitif dan spesifik dari tes yang
tersedia. Hasil tersedia dalam beberapa jam. Jika real-time PCR tidak tersedia, antibodi
langsung metode (DFA) neon dapat digunakan, meskipun kurang sensitif dibanding PCR
dan membutuhkan pengambilan spesimen yang lebih teliti.1
Berbagai tes serologi untuk antibodi terhadap varicella tersedia secara komersial
termasuk uji aglutinasi lateks (LA) dan sejumlah enzyme-linked immunosorbent tes
(ELISA). Saat ini tersedia metode ELISA, dan ternyata tidak cukup sensitif untuk mampu
mendeteksi serokonversi terhadap vaksin, tetapi cukup kuat untuk mendeteksi orang yang

memiliki kerentanan terhadap VZV. ELISA sensitif dan spesifik, sederhana untuk
melakukan, dan banyak tersedia secara komersial. Di samping itu LA juga tersedia secara
sensitif, sederhana, dan cepat untuk dilakukan. LA agak lebih sensitif dibandingkan
ELISA komersial, meskipun dapat menghasilkan hasil yang positif palsu, dan dapat
menyebabkan kegagalan untuk mengidentifikasi orang-orang yang tidak terbukti
memiliki imunitas terhadap varicella. Dimana salah satu dari tes ini akan berguna untuk
skrining kekebalan terhadap varicella.1
Komplikasi
Pada anak-anak, varicella jarang disertai komplikasi. Komplikasi tersering
umumnya disebabkan oleh infeksi sekunder bakterial pada lesi kulit, yang biasanya
disebabkan oleh stafilokokus atau streptokokus, sehingga terjadi impetigo, furunkel,
selulitis, atau erisipelas, tetapi jarang terjadi gangren. Infeksi fokal tersebut sering
menyebabkan jaringan parut, tetapi jarang terjadi sepsis yang disertai infeksi metastase ke
organ yang lainnya. Vesikel dapat menjadi bula bila terinfeksi stafilokokus yang
menghasilkan toksin eksfoliatif.4
Pneumonia, otitis media, dan meningitis supurativa jarang terjadi dan responsive terhadap
antibiotik yang tepat. Bagaimanapun juga, superinfeksi bakteri umum dijumpai dan
berpotensi mengancam kehidupan pada pasien dengan leukopenia.4
Pada orang dewasa demam dan gejala konstitusi biasanya lebih berat dan
berlangsung lebih lama, ruam varicella lebih luas, dan komplikasi lebih sering terjadi.
Pneumonia varicella primer merupakan komplikasi tersering pada orang dewasa. Pada
beberapa pasien gejalanya asimpomatis, tetapi yang lainnya dapat berkembang mengenai
sistem pernafasan dimana gejalanya dapat lebih parah seperti batuk, dyspnea, tachypnea,
demam tinggi, nyeri dada pleuritis, sianosis, dan batuk darah yang biasanya timbul dalam
1-6 hari sesudah timbulnya ruam.4
Varicella pada kehamilan mengancam ibu dan janinnya. Infeksi yang menyebar
luas dan varicella pneumonia dapat mengakibatkan kematian pada ibu, tetapi baik
kejadian maupun keparahan pneumonia varicella tampaknya meningkat secara signifikan
pada kehamilan. Janin dapat meninggal karena kelahiran prematur atau kematian ibu

karena varicella pneumonia berat, tetapi varicella selama kehamilan, tidak, jika tidak
secara subtansial meningkatkan kematian janin. Namun demikian, pada varicella yang
tidak disertai komplikasi, viremia pada ibu dapat menyebabkan infeksi intrauterin
(kongenital), dan dapat menyebabkan abnormalitas kongenital. Varicella perinatal
(varicella yang terjadi dalam waktu 10 hari dari kelahiran ) lebih serius daripada varicella
yang terjadi pada bayi yang terinfeksi beberapa minggu kemudian. 4
Morbiditas dan mortalitas pada varicella secara nyata meningkat pada pasien
dengan defisiensi imun. Pada pasien ini replikasi virus yang terus-menerus dan menyebar
luas mengakibatkan terjadinya viremia yang berkepanjangan, dimana mengakibatkan
ruam yang semakin luas, jangka waktu yang lebih lama dalam pembentukan vesikel baru,
dan penyebaran visceral klinis yang signifikan. Pada pasien dengan defisiensi imun dan
diterapi dengan kortikosteroid mungkin dapat berkembang menjadi pneumonia, hepatitis,
encephalitis, dan komplikasi berupa perdarahan, dimana derajat keparahan dimulai dari
purpura yang ringan hingga parah dan seringkali mengakibatkan purpura yang fulminan
dan varicella malignansi. 4
Komplikasi susunan saraf pusat pada varicella terjadi kurang dari 1 diantara 1000
kasus. Varicella berhungan dengan sindroma Reye ( ensepalopati akut disertai degenerasi
lemak di liver ) yang khas terjadi 2 hingga 7 hari setelah timbulnya ruam. Dulu, dari 1540% pada semua kasus sindroma Reye berhubungan dengan varicella, khususnya pada
penderita yang diterapi dengan aspirin saat demam, dengan mortalitas setinggi 40%.
Ataksia serebri akut lebih umum terjadi daripada kelainan neurologi yang lainnya.
Encephalitis lebih jarang lagi terjadi yaitu pada 1 diantara 33.000 kasus, tetapi merupakan
penyebab kematian tertinggi atau menyebabkan kelainan neurologi yang menetap.
Patogenesa terjadinya ataksia serebelar dan ensephalitis tetap jelas, dimana pada banyak
kasus ditemukan adanya VZV antigen, VZV antibodi, dan VZV DNA pada cairan
cerebrospinal pada pasien, yang diduga menyebabkan infeksi secara langsung pada
sistem saraf pusat. 4
Komplikasi yang jarang terjadi antara lain myocarditis, pancreatitis, gastritis dan
lesi ulserasi pada saluran pencernaan, artritis, vasculitis Henoch-Schonlein, neuritis,

keratitis, dan iritis. Patogenesa dari komplikasi ini belum diketahui, tetapi infeksi VZV
melalui parenkim secara langsung dan endovascular, atau vasculitis yang disebabkan oleh
VZV antigenantibodi kompleks, tampaknya menjadi penyebab pada kebanyakan kasus.1,4
Terapi

Antivirus
Beberapa analog nukleosida seperti acyclovir, famciclovir, valacyclovir, dan
brivudin, dan analog pyrophosphate foskarnet terbukti efektif untuk mengobati
infeksi VZV. Acyclovir adalah suatu analog guanosin yang secara selektif
difosforilasi oleh timidin kinase VZV sehingga terkonsentrasi pada sel yang
terinfeksi. Enzim-enzim selular kemudian mengubah acyclovir monofosfat menjadi
trifosfat yang mengganggu sintesis DNA virus dengan menghambat DNA
polimerase virus. VZV kira-kira sepuluh kali lipat kurang sensitive terhadap
acyclovir dibandingkan HSV. 4
Valacyclovir dan famcyclovir, merupakan prodrug dari acyclovir yang
mempunyai bioavaibilitas oral lebih baik daripada acyclovir sehingga kadar dalam
darah lebih tinggi dan frekuensi pemberian obat berkurang. 4

Topikal
Pada anak normal varicella biasanya ringan dan dapat sembuh sendiri. Untuk
mengatasi gatal dapat diberikan kompres dingin, atau lotion kalamin, antihistamin
oral. Cream dan lotion yang mengandung kortikosteroid dan salep yang bersifat
oklusif sebaiknya tidak digunakan. Kadang diperlukan antipiretik, tetapi pemberian
olongan salisilat sebaiknya dihindari karena sering dihubungkan dengan terjadinya
sindroma Reye. Mandi rendam dengan air hangat dapat mencegah infeksi sekunder
bakterial. 4

Anti virus pada anak


Pengobatan dini varicella dengan pemberian acyclovir ( dalam 24 jam setelah
timbul ruam ) pada anak imunokompeten berusia 2-12 tahun dengan dosis 4x20
mg/kgBB/hari selama 5 hari menurunkan jumlah lesi, penghentian terbentuknya lesi
yang baru, dan menurunkan timbulnya ruam, demam, dan gejala konstitusi bila

dibandingkan dengan placebo. Tetapi apabila pengobatan dimulai lebih dari 24 jam
setelah timbulnya ruam cenderung tidak efektif lagi. Hal ini disebabkan karena
varicella merupakan infeksi yang relatif ringan pada anak-anak dan manfaat klinis
dari terapi tidak terlalu bagus, sehingga tidak memerlukan pengobatan acyclovir
secara rutin. Namun pada keadaan dimana harga obat tidak menjadi masalah, dan
kalau pengobatan bisa dimulai pada waktu yang menguntungkan menguntungkan
pasien ( dalam 24 jam setelah timbul ruam ), dan ada kebutuhan untuk mempercepat
penyembuhan sehingga orang tua pasien dapat kembali bekerja, maka obat antivirus
dapat diberikan. 4

Pada remaja dan dewasa


Pengobatan dini varicella dengan pemberian acyclovir dengan dosis 5x800 mg
selama 5 hari menurunkan jumlah lesi, penghentian terbentuknya lesi yang baru, dan
menurunkan timbulnya ruam, demam, dan gejala konstitusi bila dibandingkan
dengan placebo. 4
Secara acak, pemberian placebo dan acyclovir oral yang terkontrol pada orang
dewasa muda yang sehat dengan varicella menunjukkan bahwa pengobatan dini
(dalam waktu 24 jam setelah timbulnya ruam) dengan acyclovir oral ( 5x800 mg
selama 7 hari ) secara signifikan mengurangi terbentuknya lesi yang baru,
mengurangi luasnya lesi yang terbentuk, dan menurunkan gejala dan demam.
Dengan demikian, pengobatan rutin dari varicella pada orang dewasa tampaknya
masuk akal. Meskipun tidak diuji, ada kemungkinan bahwa famciclovir, yang
diberikan dengan dosis 500 mg per oral setiap 8 jam, atau valacyclovir dengan dosis
1000 mg per oral setiap 8 jam mudah dan tepat sebagai pengganti acyclovir pada
remaja normal dan dewasa, Banyak dokter tidak meresepkan acyclovir untuk
varicella selama kehamilan karena risiko bagi janin yang dalam pengobatan belum
diketahui. Sementara dokter lain merekomendasikan pemberian acyclovir secara oral
untuk infeksi pada tri semester ketiga ketika organogenesis telah sempurna, ketika
mungkin ada peningkatan terjadinya resiko pneumonia varicella, dan ketika infeksi
dapat menyebar ke bayi yang baru lahir. Pemberian acyclovir intravena sering

dipertimbangkan untuk wanita hamil dengan varicella yang disertai dengan penyakit
sistemik. 4

Komplikasi varicella pada orang normal


Percobaan terkontrol yang dilakukan pada orang dewasa imunokompeten dengan
pneumonia varicella menunjukkan bahwa pengobatan dini (dalam waktu 36 jam dari
rumah sakit) dengan acyclovir intravena (10mg/kgBB setiap 8 jam) dapat
mengurangi demam dan takipnea dan meningkatkan oksigenasi. Komplikasi serius
lainnya dari varicella di orang dengant imunokompeten, seperti ensefalitis,
meningoencephalitis, myelitis, dan komplikasi okular, sebaiknya diobati dengan
acyclovir intravena. 4

Pasien dengan defisiensi imun


Percobaan terkontrol pada pasien immunocompromised dengan varicela
menunjukkan bahwa pengobatan dengan asiklovir intravena menurunkan insiden
komplikasi yang mengancam kehidupan visceral ketika pengobatan dimulai dalam
waktu 72 jam dari mulai timbulnya ruam. Acyclovir intravena menjadi standar
perawatan untuk varicella pada pasien yang disertai dengan imunodefisiensi
substansial. Meskipun pemberian terapi oral dengan famciclovir atau valacyclovir
mungkin cukup untuk pasien dengan derajat ringan gangguan kekebalan tubuh,
tetapi tidak ada uji klinis terkontrol yang menunjukkan secara pasti. 4

Pencegahan
1. Vaksin varicella
2. Karakteristik
Vaksin varicella (Varivax, Merck) merupakan vaksin virus hidup yang
dilemahkan, yang berasal dari strain Oka VZV. Virus vaksin diisolasi oleh
Takahashi pada awal tahun 1970 dari cairan vesikular yang berasal dari anak sehat
dengan penyakit varicella. Vaksin varicella ini dilisensikan untuk penggunaan
umum di Jepang dan Korea pada tahun 1988. Vaksin ini diijinkan di Amerika
Serikat pada tahun 1995 untuk orang-orang usia 12 bulan dan yang lebih tua. 1
3. Keefektifan vaksin

Setelah pemberian satu dosis tunggal vaksin varicella antigen, 97% dari
anak yang berusia 12 bulan sampai 12 tahun mengembangkan titer antibodi yang
dapat

terdeteksi.

Sedangkan

lebih

dari

90%

dari

responden

vaksin

mempertahankan antibodi untuk setidaknya 6 tahun. Dalam studi di Jepang, 97%


dari anak-anak memiliki antibodi 7 sampai 10 tahun setelah vaksinasi. Efikasi
vaksin diperkirakan memiliki ketahanan 70% sampai 90% terhadap infeksi, dan
90% sampai 100% terhadap penyakit sedang atau berat.1,5
Di antara remaja yang sehat dan orang dewasa yang berusia 13 tahun dan
yang lebih tua, rata-rata 78% mengembangkan antibodi setelah pemberian satu
dosis, dan 99% mengembangkan antibodi setelah pemberian dosis kedua yang
diberikan 4 sampai 8 minggu kemudian. Antibodi bertahan selama minimal 1
tahun pada 97% dari pemberian vaksin varicella setelah dosis kedua yang
diberikan pada 4 sampai 8 minggu setelah dosis pertama.1
Kekebalan tampaknya bertahan lama, dan mungkin permanen di sebagian
besar vaksin. Infeksi pada orang yang pernah mendapat vaksin secara signifikan
lebih ringan, dengan lesi sedikit (biasanya kurang dari 50), banyak yang
makulopapular daripada vesikuler. Dimana kebanyakan orang yang pernah
mendapat vaksinasi sebelumnya tidak terjadi demam. 1,5
Meskipun pada penemuan dari beberapa studi telah menyarankan
sebaliknya, penyelidikan sebagian belum diidentifikasi waktu sejak vaksinasi
sebagai faktor risiko untuk terobosan varicella. Beberapa, tetapi tidak semua,
penyelidikan baru-baru telah mengidentifikasi adanya asma, penggunaan steroid,
dan vaksinasi di lebih muda dari 15 bulan usia sebagai faktor risiko untuk
terobosan varicella. Terobosan infeksi varicella bisa menjadi hasil dari beberapa
faktor, termasuk gangguan replikasi virus vaksin oleh sirkulasi antibodi, vaksin
impoten akibat kesalahan penyimpanan atau penanganan, atau pencatatan tidak
akurat.1
Penelitian telah menunjukkan bahwa dosis kedua vaksin varicella
meningkatkan kekebalan dan mengurangi penyakit terobosan pada anak-anak. 1

4. Jadwal vaksinasi dan penggunaan


Vaksin varicella dianjurkan untuk semua anak tanpa kontraindikasi yang
berusia 12 sampai 15 bulan. Vaksin ini dapat diberikan kepada semua anak pada
usia ini terlepas dari riwayat varicella. 1
Dosis kedua vaksin varicella harus diberikan pada 4 sampai 6 tahun
kemudian . Dosis kedua dapat diberikan lebih awal dari 4 sampai 6 tahun jika
setidaknya 3 bulan telah berlalu setelah dosis pertama (yaitu, interval minimum
antara dosis vaksin varicella untuk anak-anak berusia di bawah 13 tahun adalah 3
bulan). Namun, jika dosis kedua diberikan setidaknya 28 hari setelah dosis
pertama, dosis kedua tidak perlu diulang. Dosis kedua vaksin varicella ini juga
dianjurkan bagi orang yang lebih tua, dimana vaksin varicella diberikan kepada
orang-orang 13 tahun atau lebih pada 4 sampai 8 minggu kemudian. 1
Semua vaksin varicella harus diberikan melalui secara subkutan. Vaksin
varicella telah terbukti aman dan efektif pada anak-anak yang sehat bila diberikan
pada saat yang sama sebagai vaksin MMR di lokasi terpisah dan dengan jarum
suntik yang terpisah. Jika vaksin varicella dan MMR tidak diberikan pada
kunjungan yang sama, maka pemberian harus dipisahkansetidaknya 28 hari.
Vaksin varicella juga dapat diberikan simultan (tapi di lokasi terpisah dengan
jarum suntik yang terpisah) dengan semua vaksin anak lainnya. 1
5. Profilaksis pasca terpapar
Data dari Amerika Serikat dan Jepang dalam berbagai penelitian
menunjukkan bahwa vaksin varicella ternyata efektif sekitar 70% sampai 100%
dalam mencegah penyakit atau terjadinya keparahan penyakit jika digunakan
dalam waktu 3 hari, dan mungkin sampai 5 hari, setelah paparan. ACIP
merekomendasikan vaksin untuk digunakan pada orang yang tidak terbukti
memiliki kekebalan terhadap varicella atau pada orang yang terpapar varicella.
Jika paparan terhadap varicella tidak menyebabkan infeksi, vaksinasi pasca
paparan harus diberikan untuk memberi perlindungan terhadap paparan
berikutnya. 1

Wabah varicella yang terjadi dalam beberapa keadaan (misalnya,pada


tempat penitipan anak, dan sekolah) dapat bertahan sampai dengan 6 bulan. Tetapi
vaksin varicella diketahui telah berhasil digunakan untuk mengendalikan wabah.
ACIP merekomendasikan pemberian dosis kedua vaksin varicella untuk
pengendalian wabah. Jadi selama wabah varicella, orang-orang yang telah
menerima satu dosis vaksin varicella harus menerima dosis kedua, yang diberikan
sesuai dengan interval vaksinasi yang telah berlalu sejak dosis pertama (3 bulan
untuk orang yang berusia 12 bulan sampai 12 tahun dan setidaknya 4 minggu
untuk orang yang berusia 13 tahun dan lebih tua). 1
6. Kontraindikasi dan tindakan pencegahan untuk vaksinasi
Seseorang dengan reaksi alergi yang parah (anafilaksis) dengan komponen
vaksin atau setelah dosis sebelumnya, seharusnya tidak menerima vaksin
varicella. Orang dengan imunosupresi karena leukemia, limfoma, keganasan
umum, penyakit defisiensi imun, atau terapi imunosupresif tidak harus divaksinasi
dengan vaksin varicella. Namun, pengobatan dengan dosis rendah (kurang dari 2
mg / kg / hari), topikal, penggantian, atau steroid aerosol bukan merupakan
kontraindikasi untuk vaksinasi. Orang yang imunosupresif yang diterapi dengan
steroid telah dihentikan selama 1 bulan (3 bulan untuk kemoterapi) dapat
divaksinasi.1,5
Orang dengan imunodefisiensi seluler sedang atau berat akibat infeksi
human immunodeficiency virus (HIV), termasuk orang-orang yang didiagnosis
dengan acquired immunodeficiency syndrome (AIDS) tidak boleh menerima
vaksin varicella. Anak yang terinfeksi HIV dengan persentase CD4 T-limfosit
15% atau lebih tinggi, dan anak-anak yang lebih tua dan orang dewasa dengan
jumlah CD4 200 per mikroliter atau lebih tinggi dapat dipertimbangkan untuk
vaksinasi. 1
Wanita yang diketahui hamil atau mencoba untuk hamil sebaiknya tidak
menerima vaksin varicella. Sampai saat ini, tidak ada bukti yang merugikan
kehamilan atau janin yang dilaporkan di kalangan perempuan yang secara tidak

sengaja menerima vaksin varicella sesaat sebelum atau selama kehamilan. Tetapi
ACIP merekomendasikan kehamilan harus dihindari selama 1 bulan setelah
menerima vaksin varicella. 1,5
Vaksinasi pada orang dengan penyakit akut, sedang atau berat sebaiknya
ditunda sampai kondisi telah membaik. Tindakan pencegahan ini dimaksudkan
untuk mencegah terjadinya komplikasi pada pasien , seperti demam. Pada
penyakit yang cenderung ringan , seperti otitis media dan infeksi saluran
pernapasan atas, mendapat terapi antibiotik, dan paparan atau pemulihan dari
penyakit lain tidak kontraindikasi terhadap vaksin varicella. Meskipun tidak ada
bukti bahwa baik varicella atau vaksin varicella memperburuk tuberkulosis,
vaksinasi tidak dianjurkan untuk orang-orang yang dikenal memiliki TB aktif. 1

BAB IV
KESIMPULAN

Tanggal 20 Januari 2014 dilakukan anamnesis pada Ny.S.A. dengan keluhan plenting
di kulit kepala dan dahi. 4 hari yang lalu terdapat plenting menyerupai vesikel sebesar
kepala jarum pentul sampai sebesar biji kacang ijo. Dipecah oleh pasien keluar cairan.
Sudah berobat namun belum ada perbaikan. 1 hari yang lalu plenting terasa sangat
gatal, panas dan menyebar ke bagian seluruh tubuh. Pasien mengeluh nyeri kepala dan
sulit menelan sejak sakit.
Berdasarkan hasil pemeriksaan fisik didapatkan kesadaran compos mentis, TD
120/80 mmHg, nadi 80x/menit, RR 20x/menit, suhu 36,50C.
Status dermatologik pada seluruh tubuh terdapat vesikel berukuran miliar sampai
lentikular, dasar vesikel eritema dan berbatas tegas.
Pada kasus ini pasien didiagnosis suspek Varicella karena pada anamnesis
ditemukan lesi vesikel di selurh tubuh. Paien juga baru pertama mengalami sakit seperti
ini di usia dewasa dan diawali dengan gejala prodromal sebelum lesi nampak secara
keseluruhan.
Pada pemeriksaan penunjang tidak dilakukan karena tidak terdapat alat serta
penunjang dilakukannya pemeriksaan Tzanck test atau tes temple. Namun dalam
gambaran histopatologi lesi vesikula terdapat dalam epidermis, terbentuk akibat
degenerasi balon, sangat sukar untuk membedakan kelainan histopatologis pada herpes
zoster dan herpes simplek.
Untuk pengobatan secara medika mentosa diberikan valvir 500 mg 3x2,
paracetamol 500mg 3x1 jika panas, imunos caps 1x1, dan salticin krim untuk lesi yg
sudah pecah.

DAFTAR PUSTAKA
1. www.cdc.gov/vaccines/pubs/pinkbook/downloads/varicella.pdf

2. Djuanda, Adhi. Ilmu Penyakit Kulit dan Kelamin, Adhi, Edisi Enam
Cetakan Kedua, Fakultas Kedokteran Universitas Indonesia, Jakarta 2010,
hal 115
3.

Wolff, Klaus. Johnson, Richard Allen. Fitzpatricks Color Atlas and


Sypnosis of Clinical Dermatology sixth edition, 2009, page 831-835

4. Straus, Stephen E. Oxman, Michael N. Schmader, Kenneth E. Fitzpatricks


Dermatology in general medicine seventh edition, vol 1 and 2, 2008, page
1885-1895
5. Anonim, Varicella ( chickenpox ), 2014. (
http://www.ncirs.edu.au/immunisation/fact-sheets/varicella-factsheet.pdf )
6. Anonym, 2014. ( http://www.scribd.com/doc/148484235/127923480Referat-Varicella )

Você também pode gostar