Você está na página 1de 4

Pengujian bakteri dengan menggunakan reagen metil merah digunakan untuk mengetahui

hasil akhir dari proses fermentasi karbohidrat yang dilakukan oleh bakteri intestinal. Uji metil
merah ini juga digunakan sebagai indicator dari produk asam campuran sehingga akan
memberikan perubahan warna merah yang menandakan bahw suatu bakteri bersifat positif dan
bersifat asam. Sedangkan pada pH sekitar 6 akan menghasilkn perubahan pada medium menjadi
berwarna kuning dan menunjukkan bahwa bakteri bersifat negative dan basa. Perubahan warna
yang terjadi disebabkan karena reagen metil merah bereaksi dengan gas H2 yang terbentuk pada
proses fermentasi dan gas ini bersifat asam.
Pada pengujian reaksi metil merah, secara aseptic bakteri Bacillus diinokulasikan ke dalam
tabung reaksi yang berisi medium kaldu MR-VP. Setelah proses inokulasi, bakteri diinkubasi
pada suhu ruang selama 2 hari, kemudian setelah masa inkubasi berakhir, medium tersebut
ditetesi reagen metil merah sebanyak 5 tetes. Pemberian metil merah pada medium tersebut
memberikan perubahan yaitu terdapat cincin sangat tipis berwarna merah pada medium sehingga
Bacillus termasuk bakteri positif. Hal ini sejalan dengan apa yang dijelaskan pada literature
(Windarto, 2010) bahwa Bacillus cereus merupakan bakteri yang membutuhkan glukosa,
threonin, leusin, dan valin untuk memenuhi kebutuhan energy dan pertumbuhannya serta
mengeluarkan asam-asam organic yang menghasilkan hydrogen (seperti asam asetat, asam laktat,
asam format, dan asam suksinat), alcohol, senyawa karboonil, dan karbon dioksida sebagai hasil
metabolismenya. Secara umum, reaksi fermentasi glukosa dengan reagen Ph metil merah adalah:

Glukosa+H2O

Asam asetat

+ CO2 + H2O (Ph 4)

Asam laktat
Asam format
Asam suksinat
Dari reaksi di atas, dapat disimpulkan bahwa Bacillus merupakan bakteri positif karena tetap
mempertahankan Ph=4 dan pada hasil pengamatan, medium memiliki cincin merah yang tipis.

Sumber: Slepecky and Hemphill (1991) dan Chun and Vidaver (2001)

Pada pengujian vogus-proskauer, secara aseptic bakteri Bacillus diinokulasikan ke dalam


tabung reaksi yang berisi medium kaldu MR-VP. Setelah proses inokulasi, bakteri diinkubasi
pada suhu ruang selama 2 hari, kemudian setelah masa inkubasi berakhir, medium tersebut
ditetesi reagen Barrit. Pemberian reagen ini pada medium tersebut memberikan perubahan
yaitu terdapat cincin sangat tipis berwarna merah pada medium sehingga Bacillus termasuk
bakteri positif.
Pada percobaan dengan menggunakan bakteri Bacillus yang ditetesi reagen barrits didapat
hasil berupa cincin sangat tipis berwarna merah. Pada literatur, hasil uji VP dengan bakteri
Bacillus

ini

menghasilkan

warna

merah

yang

menyatakan

terdapatnya

senyawa

asetilmetilkarbinol dalam media. Bakteri ini memiliki kemampuan untuk memfermentasikan


glukosa menjadi asetilmetilkarbinol yang merupakan senyawa awal dari 2,3-butanadiol.
Asetilmetilkarbinol yang terbentuk ini selanjutnya akan dioksidasi dengan menggunakan KOH
40%, dan katalis alfanaphtol yang mengubahnya menjadi diasetil dan guadinin (keratin) yang

menyebabkan media menjadi berwarna merah keunguan. Dari hasil penelitian yang dilakukan
oleh Slepecky and Hemphill (1991) dan Vidaver (2001) menunjukkan bahwa Bacillus cereus
merupakan bakteri yang positif
Mikroorganisme memiliki kemampuan menggunakan sitrat sebagai sumber karbon untuk
menghasilkan energi saat tidak adanya glukosa atau laktosa untuk fermentasi. Sitrat bereaksi
dengan bantuan enzim sitrase dan menghasilkan asam oksaloasetat dan asetat. Produk ini secara
enzimatik dikonversi menjadi asam piruvat dan karbondioksida. Selama reaksi ini, medium akan
berubah menjadi basa karena karbondioksida yang dihasilkan dengan sodium dan air akan
membentuk sodium karbonat yang basa. Kehadiran sodium karbonat inilah yang akan membuat
indikator bromtimol biru, yang merupakan komponen medium,mengubah medium dari warna
hijau menjadi biru keunguan.
Pada hasil pengamatan, Bacillus menunjukkan hasil positif yaitu karena mengalami
perubahan warna dari warna hijau menjadi biru. Hal ini menunjukkan bahwa pada pada medium
tedapat sodium karbonat. Selama reaksi, smedium berubah menjadi basa karena karbohidrat
yang dihasilkan dengan sodium dan air akan membentuk sodium karbonat yang basa. Kehadiran
sodium karbonat inilah yang membuat indikator berubah warna dari hijau menjadi biru.
Sehingga dapat disimpulkan bahwa Bacillus mampu menghasilkan sitrat sebagai pengganti
glukosa, sebagai sumber karbon untuk menghasilkan energi, dan mempunyai enzim sitrat
permease yang memfasilitasi transport sitrat di dalam sel. Bacillus sebagai bakteri yang positif
dari hasil uji penggunaan sitrat juga ditunjukkan pada tabel berikut.

Sumber: Slepecky and Hemphill (1991) dan Chun and Vidaver (2001)
: Gambar 3.1 Reaksi uji indol [Sumber: Benson 2001:155]

Você também pode gostar