Você está na página 1de 74

BAB I

LATAR BELAKANG

1.1 Gambaran Umum Desa


1.1.1 Gambaran Secara Geografis
Puskesmas Tegal Angus adalah salah satu puskesmas yang terletak di
wilayah Kecamatan Teluk Naga Kabupaten Tangerang, Provinsi Banten,
mempunyai luas wilayah 4.763.198 Ha (47,631 km2). Terdiri dari luas
daratan 2.170.120 Ha dan sawah 2.593.078 Ha dengan ketinggian dari
permukaan laut 2-3 meter dengan curah hujan rata-rata 24 mm/tahun. Jarak
dari Ibu Kota Kabupaten Tangerang sekitar 47 km.
Batas-batas wilayah Kecamatan Teluk Naga adalah sebagai berikut:
a. Sebelah Utara berbatasan dengan wilayah Laut Jawa atau DKI
Jakarta.
b. Sebelah Selatan berbatasan dengan Kota Tangerang atau
Kecamatan Neglasari.
c. Sebelah Timur berbatasan dengan Kecamatan Kosambi.
d. Sebelah Barat berbatasan dengan Kecamatan Sepatan atau
Pakuhaji.
Wilayah kerja Puskesmas Tegal Angus berada di wilayah Kecamatan
Teluk Naga bagian utara yang terdiri dari enam desa binaan yaitu desa
Pangkalan, Tanjung Burung, Tegal Angus, Tanjung Pasir, Muara dan
Lemo.

Gambar 1.1 Peta Wilayah Kerja Puskesmas Tegal Angus Tahun 2013
Sumber : Laporan Kinerja Puskesmas Tegal Angus Tahun 2013

Desa Tanjung Pasir terletak di utara dari Kecamatan Teluk Naga,


Kabupaten Tangerang, Provinsi Banten yang merupakan daerah pesisir
pantai, mempunyai luas wilayah 564,25 hektar dan merupakan daerah
dataran rendah dengan ketinggian satu meter dari permukaan laut dengan
suhu udara 300 - 370C.
Luas wilayah terdiri dari sawah seluas 79 hektar, daratan seluas
108,185 hektar dan empang seluas 377,065 hektar. Pada daratan terdiri
dari dua hektar pemakaman umum.
Batas-batas wilayah Desa Tanjung Pasir seperti yang terlihat pada
gambar 1.1 adalah sebagai berikut :
a. Sebelah utara berbatasan dengan Laut Jawa.
b. Sebelah barat berbatasan dengan Desa Tanjung Burung.
c. Sebelah timur berbatasan dengan Desa Muara.
d. Sebelah selatan berbatasan dengan Desa Tegal Angus, Lemo,
dan Pangkalan.

Gambar 1.2 Batas Wilayah Desa Tanjung Pasir Tahun 2013


Sumber : Laporan Kinerja Puskesmas Tegal Angus Tahun 2013

Puskesmas Tegal Angus terdapat di :


a. Desa Tegal Angus.
b. Jl. Raya Tanjung Pasir.
c. Kode Pos 15510.

d. Status kepemilikan tanah : Tanah Pemerintah Kabupaten.


e. Batas wilayah sebelah Utara berbatasan dengan Laut Jawa.
f. Batas wilayah sebelah Timur berbatasan dengan Kecamatan
Kosambi.
g. Batas wilayah sebelah Selatan berbatasan dengan Desa
Kampung Melayu.
h. Batas wilayah sebelah Barat dengan Desa Pakuhaji.
Prasarana perhubungan dan pengairan di Kecamatan Teluk Naga
dihubungkan oleh :
a. Jalan
Panjang jalan yang ada di wilayah Kecamatan Teluk Naga
sepanjang 108 km, dengan klasifikasi sebagai berikut :
1)

Berdasarkan status

Jalan Propinsi

: 9,5 km.

Jalan Kabupaten

: 5 km.

Jalan Desa

: 93,5 km.

2)

Berdasarkan kondisi fisik

Jalan hotmik

Jalan aspal : 67 km.

Jalan tanah : 14,5 km.

: 17,5 km.

b. Jembatan
1) Jembatan besi

: 1 km.

2) Jembatan beton

: 7 km.

c. Sungai atau kali


Sungai atau kali yang mengalir di wilayah Kecamatan Teluk
Naga adalah sungai Cisadane dengan panjang saluran sejauh 12
km.
d. Irigasi atau Pengairan
Pengairan dapat mengairi sawah seluas 20.593.649 Ha.

e. Bendungan air atau Dam


Bendungan dapat digunakan Perusahaan Daerah Air Minum
(PDAM) yang menjadi salah satu sumber air bersih yang
dimanfaatkan masyarakat.

1.1.2 Gambaran Umum Desa Secara Demografi


1.1.2.1 Jumlah Penduduk
Berdasarkan data dari kecamatan Teluk Naga pada tahun 2013
jumlah penduduk di wilayah kerja puskesmas Tegal Angus adalah
53.444 jiwa yang tersebar di 6 desa seperti yang tercantum di tabel 1.1
Tabel 1.1 Luas Wilayah, Jumlah Desa, Jumlah Penduduk, Jumlah Rumah Tangga Dan Kepadatan
Penduduk Menurut Desa/Kelurahan Tanjung Pasir Tahun 2013

Jumlah

Rumah

KK

RW

(km )

Rata
RT

Penduduk

Wilayah

(Jiwa)

Desa/Kel

Penduduk

No

Miskin (Jiwa)

Rata-

Luas

Jiwa/
Rumah

Kepadatan
Penduduk
(km2)

1.

Lemo

3,61

6,548

32

15

1408

4.4

1,700

2.

Muara

5,14

3,516

22

793

4.4

684

3.

Pangkalan 7,54

16,755

35

11

3229

4.8

2,040

4.

Tanjung

5,24

7,675

16

1572

4.5

1,283

5,64

9,595

31

18

2319

4.6

1.569

2,83

9,355

23

1895

4.6

3.089

30.02

53,444

139 45

10,745

4.6

10,364

Burung
5.

Tanjung
Pasir

6.

Tegal
Angus
Jumlah

Sumber : Laporan Kinerja Puskesmas Tegal Angus Tahun 2013

Klasifikasi jumlah penduduk berdasarkan jenis kelamin di


wilayah kerja Puskemas Tegal Angus dilihat pada tabel 1.2 dibawah
ini :

Tabel 1.2 Klasifikasi Jumlah Penduduk berdasarkan Jenis Kelamin

NO.

JUMLAH PENDUDUK

Desa/Keluruhan
LAKI-LAKI

PEREMPUAN

JUMLAH

Tegal Angus

4.313

4.428

8.741

Tanjung Burung

3.379

3.343

6.722

Tanjung Pasir

4.436

4.413

8.849

Lemo

3.061

3.077

6.138

Muara

1.740

1.776

2.516

Pangkalan

7.672

7.706

15.378

27.412

26.032

53.444

JUMLAH

Sumber : Laporan Kinerja Puskesmas Tegal Angus Tahun 2013

1.1.2.2 Lapangan Pekerjaan Penduduk


Lapangan pekerjaan penduduk di wilayah kerja Puskesmas
Tegal Angus cukup beragam, hal ini berhubungan dengan geografis
kecamatan Teluk Naga dimana terdapat persawahan dan berbatasan
dengan laut serta daerah kota Tangerang dan akses ke daerah Jakarta.
Tabel 1.3. Lapangan Pekerjaan Penduduk

No

Lapangan Kerja Penduduk

Jumlah

1.

Petani pemilik

13.316

2.

Petani penggarap

6.063

3.

Buruh

4.592

4.

Nelayan

386

5.

Pedagang

6.373

6.

Industri rakyat

13.536

7.

Buruh industri

13.757

8.

Pertukangan

4.109

9.

PNS

222

10.

TNI/Polri

65

11.

Pensiunan PNS

65

12.

Pensiunan TNI/Polri

43

13.

Perangkat desa

141

14.

Pengangguran

4.004

Sumber : Laporan Kinerja Puskesmas Tegal Angus Tahun 2013

1.1.2.3 Tingkat Pendidikan


Aspek pendidikan merupakan salah satu indikator yang dapat
mempengaruhi kualitas kehidupan penduduk di wilayah Kecamatan
Teluk Naga khususnya wilayah kerja Puskesmas Tegal Angus seperti
yang dapat dilihat pada tabel dibawah ini:

Tabel 1.4 Penduduk 10 Tahun Keatas Menurut Jenjang Pendidikan di Wilayah Kerja Puskesmas
Tegal Angus Tahun 2013

No.

Jenjang Pendidikan

Jumlah

1.

Tidak/belum tamat SD

12598

2.

SD/MI

15738

3.

SLTP/MTS

4060

4.

SLTA/MA

3601

5.

AK/Diploma

159

6.

Universitas

130

Sumber : Laporan Kinerja Puskesmas Tegal Angus Tahun2013

1.1.2.4 Sarana dan Prasarana


1. Gedung Puskesmas yang terdiri dari :
a.

Ruang Kepala Puskesmas

: 1 Ruang

b.

Ruang TU

: 1 Ruang

c.

Ruang Dokter

: 1 Ruang

d.

Ruang Aula

: 1 Ruang

e.

Ruang Imunisasi

: 1 Ruang

f.

Ruang Loket

: 1 Ruang

g.

Ruang Apotik

: 1 Ruang

h.

Ruang BP umum

: 1 Ruang

i.

Ruang BP Anak

: 1 Ruang

j.

Ruang BP Gigi

: 1 Ruang

k.

Ruang KIA dan KB

: 1 Ruang

l.

Ruang Gizi

: 1 Ruang

m. Ruang Gudang Obat

: 1 Ruang

n.

Ruang TB

: 1 Ruang

o.

Ruang Lansia

: 1 Ruang

p.

Ruang Kesling

: 1 Ruang

q.

Ruang Perpustakaan

: 1 Ruang

r.

Ruang Mushola

: 1 Ruang

s.

Ruang Bidan

: 1 Ruang

t.

Dapur

: 1 Ruang

u.

Ruang Gudang Perkakas

: 1 Ruang

v.

WC

: 6 Ruang

2. Bidan di Desa

: 6 orang

3. Posyandu 45 buah, terdiri dari :


a.

Tegal Angus

: 7 Posyandu

b.

Pangkalan

: 10 Posyandu

c.

Tanjung Burung

: 7 Posyandu

d.

Tanjung Pasir

: 9 Posyandu

e.

Lemo

: 6 Posyandu

f.

Muara

: 6 Posyandu

4. Pembinaan

UKBM

(Usaha

Kesehatan

Bersumber

Daya

Masyarakat) :
a.

Jumlah Posyandu

: 45 buah

b.

Jumlah Kader Posyandu dibina

: 225 orang

c.

Jumlah kader dasa wisma dibina

: 34 orang

d.

Jumlah Tokoh Masyarakat dibina

: 60 orang

5. Sarana Sekolah yang ada di wilayah kerja Puskesmas Tegal


Angus dijabarkan pada Tabel 1.5.

Tabel 1.5 Sarana Sekolah di Wilayah Puskesmas Tegal Angus Tahun 2013

No

Sekolah

Negeri Swasta

Lakilaki

Perempuan

Sekolah
UKS

UKS

TK

90

90

SD/MI

16

3484

3128

22

22

SLTP/MTs

815

761

SLTA/MA

190

156

Sumber : Laporan Kinerja Puskesmas Tegal Angus Tahun 2013

6. Sarana pelayanan kesehatan wilayah kerja Puskesmas Tegal


Angus dapat dilihat pada tabel di bawah ini:
Tabel 1.6 Sarana Pelayanan Kesehatan Tahun 2013

No.

Sarana Pelayanan Kesehatan

Jumlah

1.

Rumah sakit umum

2.

Rumah sakit jiwa

3.

Rumah sakit bersalin

4.

Rumah sakit khusus lainnya

5.

Puskesmas

Puskesmas pembantu

Puskesmas keliling

Posyandu

45

Polindes

10

Poskesdes

11

Posbindu

12

Balai pengobatan/klinik

13

Apotik

14

Toko obat

15

Praktek dokter (perorangan)

Dokter umum

Dokter gigi

Dokter spesialis

Sumber : Laporan Kinerja Puskesmas Tegal Angus Tahun 2013

1.1.2.5

Kesehatan Dasar
A. Pelayanan Kesehatan Dasar
1. Pelayanan Kesehatan Ibu dan Anak
Upaya Pemerintah Desa Tanjung Pasir untuk menurunkan angka
kematian ibu dengan instansi terkait, dalam hal ini puskesmas
untuk pelayanan kesehatan masyarakat, antara lain :
a. Kunjungan Ibu Hamil K1
Kunjungan ibu hamil yang mendapat pelayanan antenatal
sesuai standar yang pertama kali pada masa kehamilan.
Cakupan K1 di puskesmas Tegal Angus tahun 2013 adalah
99,5% dengan cakupan pemberian Fe1 sebesar 96,4%.
b. Kunjungan Ibu Hamil K4
Kunjungan ibu hamil yang mendapat pelayanan antenatal
sesuai standar paling sedikit empat kali selama masa
kehamilan, minimal satu kali pada triwulan pertama, satu kali
pada trimester kedua dan dua kali pada triwulan ketiga
kehamilan dan mendapat 90 tablet Fe. Cakupan kunjungan
K4 di puskesmas Tegal Angus tahun 2013 adalah 82,67%
dengan cakupan pemberian Fe3 90%.
c. Persalinan Ditolong Tenaga Kesehatan
Ibu bersalin yang mendapat pertolongan persalinan oleh
tenaga kesehatan yang memiliki kompetensi kebidanan.
Persalinan oleh tenaga kesehatan di puskesmas Tegal Angus
tahun 2013 adalah 88,54%.
d. Penanganan Bumil dan Neonatal Risiko Tinggi
Deteksi dini kelompok bumil dan neonatal risiko tinggi
(risti).Jika ditemukan lebih awal dapat dilakukan intervensi
untuk menangani risiko tersebut. Penemuan bumil risti dan
neonatal risti di puskesmas Tegal Angus pada tahun 2013
yaitu jumlah bumil risti 20% sebanyak 33 ibu hamil dari 202
ibu hamil di desa tanjung pasir. Penanganan bumil risti 80%

sebanyak 41 ibu hamil. Deteksi resiko tinggi Bumil oleh


tenaga kesehatan berkisar 60,60%
e. Pelayanan Neonatal
Pelayanan kesehatan neonatus (0-28 hari) minimal dua kali,
satu kali umur 0-7 hari dan satu kali pada umur 8-28
hari.dalam melaksanakan pelayanan neonatus, petugas
kesehatan selain melakukan pemeriksaan kesehatan bayi juga
melakukan konseling perawatan bayi kepada ibu.
2. Deteksi dini tumbuh kembang anak balita dan pemeriksaan
kesehatan anak sekolah.
Puskesmas Tegal Angus melakukan deteksi tumbuh kembang
balita dan pemeriksaan kesehatan siswa SD/MI. Upaya yang
dilakukan antara lain penyuluhan di posyandu dan pembentukan
kelas ibu balita.
3. Keluarga berencana.
a. Peserta KB Baru.
Puskesmas

Tegal

Angus

melakukan

edukasi

melalui

penyuluhan terus menerus.


b. Peserta KB Aktif.
4. Imunisasi
1) Desa UCI
Desa binaan di wilayah Puskesmas Tegal Angus ada 6 desa.
Upaya yang dilakukan sweeping imunisasi.
2) Drop Out imunisasi Campak-Polio.
Penyuluhan tentang pentingnya imunisasi lengkap pada
balita, sweeping imunisasi campak dan meningkatkan
cakupan imunisasi di posyandu.
5. Gizi
a. Penanganan balita BGM dan gizi buruk
Penanganan balita gizi buruk dengan diberikan PMT
pemulihan di klinik gizi dan MP-ASI untuk perawatan

10

dirumah dan kegiatan kunjungan rumah untuk pemantauan


pemberian PMT serta rujukan untuk balita gizi buruk.
b. ASI Eksklusif
ASI merupakan makanan penting untuk bayi. Pemberian ASI
eksklusif adalah pemberian makanan hanya ASI sampai bayi
berumur 6 bulan. Zat gizi yang terkandung dalam ASI cukup
memenuhi kebutuhan nutrisi untuk bayi sampai berumur 6
bulan. Keuntungan dari ASI adalah ASI mengandung zat
kekebalan tubuh, mengandung protein yang mudah diserap
oleh tubuh bayi, mudah dan murah diberikan untuk bayi serta
membangun ikatan kasih sayang antara ibu dan anak. Jumlah
bayi yang diberikan ASI eksklusif di puskesmas tegal angus
pada tahun 2013 ini adalah (71,5%),
c. Penanggulangan Kekurangan Vitamin A (KVA)
Program penanggulangan kekurangan vitamin telah dimulai
sejak tahun 1970an namun sampai saat ini masalah KV
masih menjadi salah satu masalah gizi utama di Indonesia.
KVA tingkat berat (Xeroptalmia) yang dapat menyebabkan
kebutaan sudah jarang ditemui, tetapi KVA tingkat sub klinis yaitu KVA yang belum menampakkan gejala nyata
masih diderita oleh sekitar 50% di Indonesia.
B. Pelayanan Kesehatan Pengembangan
Pelayanan Kesehatan Usia Lanjut
Pelayanan kesehatan salah satunya ditujukan terhadap
kelompok usia lanjut, dimana pada kelompok ini biasanya banyak
mengalami gangguan kesehatan degeneratif dan fungsi tubuh
lainnya. Dalam upaya meningkatkan status kesehatan usia lanjut
telah dilaksanakan program pelayanan kesehatan usia lanjut.
C. Perilaku Masyarakat
Pembinaan Perilaku Hidup Bersih dan Sehat di Puskesmas
dilakukan

melalui

program

promosi

kesehatan

yaitu

penyebarluasan informasi kesehatan untuk meningkatkan derajat

11

kesehatan. Perilaku Hidup Bersih dan Sehat di masyarakat dapat


menggambarkan derajat kesehatan wilayah tersebut, hal ini dapat
disajikan dengan indikator PHBS, adapun dari hasil kajian PHBS
di wilayah Puskesmas Tegal Angus pada Tahun 2012 dapat
digambarkan sebagai berikut :
1. Persalinan ditolong oleh Tenaga Kesehatan

( 90,5% )

2. Rumah yang bebas jentik

( 72,83% )

3. Penimbangan bayi dan balita

( 100% )

4. Memberikan ASI ekslusif

( 73,67% )

5. Menggunakan air bersih

( 99,39% )

6. Menggunakan jamban sehat

( 15,74% )

7. Olahraga atau melakukan aktifitas fisik

(10,09% )

8. Mengkonsumsi makanan seimbang

( 23,5% )

9. Tidak merokok dalam rumah

( 23,5%)

10. Penduduk miskin yang dicakup JPKM

( 96,85% )

D. Kesehatan Lingkungan
Kesehatan Lingkungan merupakan aspek yang penting
dibidang kesehatan, upaya peningkatan kualitas lingkungan
merupakan langkah yang tepat dalam meningkatkan derajat
kesehatan masyarakat dan keluarga yang lebih baik. Berikut ini
upaya-upaya peningkatan kualitas lingkungan bagi kesehatan
yang dilakukan di puskesmas Tegal Angus :
1. Penyehatan Perumahan
Rumah merupakan tempat berkumpul/ beristirahat bagi
semua anggota keluarga dan untuk menghabiskan sebagian
besar waktunya, sehingga kondisi kesehatan perumahan dapat
berperan sebagai media penularan penyakit diantara anggota
keluarga atau tetangga sekitarnya. Rumah sehat adalah rumah
tinggal yang memenuhi syarat kesehatan.

12

Tabel 1.7. Laporan Cakupan Rumah Sehat Triwulan II Puskesmas Tegal Angus Tahun 2014

RUMAH
PUSKESMAS

DESA

Jumlah

Jumlah

Jumlah

seluruhnya

diperiksa

Diperiksa

Sehat

Sehat

Tanjung Burung

2685

60

2,23

40

66,67

Pangkalan

5362

110

2,05

90

81,82

Tegal Angus

2900

70

2,41

50

71,43

Tanjung Pasir

1823

50

2,74

35

70,00

Muara

492

30

6,10

25

83,33

Lemo

655

40

6,11

31

77,50

13.917

360

22

271

75

1
Tegal Angus

JUMLAH

Keterangan: % rumah diperiksa (kolom 5) adalah jumlah rumah diperiksa (kolom 4) dibagi seluruh
rumah yang ada (kolom 3) kali 100%
% rumah sehat (kolom 7) adalah jumlah rumah sehat (kolom 5) dibagi jumlah rumah
diperiksa (kolom 4) kali 100%
Sumber: Data Program Kesehatan Lingkungan Puskesmas Tegal Angus Tahun 2014

2. Pemenuhan Kebutuhan Sarana Sanitasi Dasar


Pemenuhan kebutuhan sarana sanitasi dasar di wilayah
Puskesmas Tegal Angus kurang sekali seperti yang terlihat
pada tabel 1.8. di bawah ini :

13

Tabel 1.8. Cakupan Keluarga dengan Kepemilikan Sanitasi Dasar Triwulan II Puskesmas Tegal Angus Tahun 2014

% KK MEMILIKI

%KK DIPERIKSA

% SEHAT

% AKSES JAMBAN

JUMLAH KK
MEMILIKI

JUMLAH KK
DIPERIKSA

JUMLAH SEHAT

% KK MEMILIKI

%KK DIPERIKSA

% SEHAT

JUMLAH KK
MEMILIKI

JUMLAH KK
DIPERIKSA

JUMLAH SEHAT

% KK MEMILIKI

%KK DIPERIKSA

% SEHAT

JUMLAH AKSES
PEMAKAI JAMBAN

JUMLAH KK

JUMLAH SEHAT

JUMLAH PENDUDUK

SARANA PEMBUANGAN AIR LIMBAH

JUMLAH KK
DIPERIKSA

DESA

TEMPAT SAMPAH

JUMLAH KK
MEMILIKI

PUSKESMAS

AKSES JAMBAN

10

11

12

13

14

15

16

17

18

19

20

21

22

23

24

Tanjung
Burung

7.754

2.685

989

60

40

300

0,37

6,07

66,67

3,87

989

60

40

100

6,07

66,67

989

60

40

36,83

6,07

66,67

Pangkalan

16.871

5.362

1.655

110

90

550

0,31

6,65

81,82

3,26

1.655

110

90

100

6,65

81,82

1.655

110

90

30,87

6,65

81,82

9.378

2.900

1.152

70

50

350

0,40

6,08

71,43

3,73

1.152

70

50

100

6,08

71,43

1.152

70

50

39,72

6,08

71,43

9.738

1.823

715

50

35

250

0,39

6,99

70,00

2,57

715

50

36

100

6,99

70,00

715

50

36

39,22

6,99

70,00

Muara

3.524

492

198

30

25

150

0,40

15,15

83,33

4,26

198

30

25

100

15,15

83,33

198

30

25

40,24

15,15

83,33

Lemo

6.557

655

259

40

31

200

0,40

15,44

77,50

3,05

259

40

31

100

15,44

77,50

259

40

31

39,54

15,44

77,50

JUMLAH

53.822

13.917

4.968

360

271

1.800

0,36

7,25

75,28

3,34

4.968

360

271

100

7,25

75,28

4.968

360

271

35,70

7,25

75,28

Tegal
Angus

Tegal
Angus
Tanjung
Pasir

KETERANGAN: 1. KK memiliki (kolom 9,16, 22) adalah Jumlah KK memiliki (kolom 5,13,19) dibagi Jumlah KK (kolom 4) kali 100%
2. KK Diperiksa (kolom 10,17,23) adalah Jumlah sarana yang diperiksa (kolom 6,14,21) dibagi jumlah KK memiliki (kolom 5,4,20) kali 100%
3. % Sehat (kolom 11,18,24) adah Jumlah sarana sehat (kolom 7,15,21) dibagi jumlah KK diperiksa (kolom 6,14,20) kali 100%
4. % Akses (kolom 12) adalah Jumlahakses pemakai jamban (kolom 8) dibagi jumlah penduduk (kolom 3) kali 100%.
(% aksesitas pemakai jamban bisa diperoleh dari jumlah sarana dikali 5 (estimasi jumlah jiwa dalam KK))
Sumber: Data Program Kesehatan Lingkungan Puskesmas Tegal Angus Tahun 2014

14

Seperti yang terlihat pada tabel di atas bahwa dari jumlah


rumah yang diperiksa mengalami penurunan, hal ini
dikarenakan tidak adanya sanitarian di Puskesmas Tegal
Angus sehingga kurang tenaga untuk memeriksa sanitasi
dasar.

Berbagai

faktor

seperti

tingkat

pengetahuan,

pendidikan, ekonomi, sosial dan kesadaran penduduk yang


lebih rendah menyebabkan sulitnya meningkatkan kesehatan
sanitasi masyarakat.
3. Penyehatan Tempat Tempat Umum (TTU)
Pengawasan
meminimalkan

terhadap
faktor

risiko

TTU

dilakukan

sumber

penularan

untuk
bagi

masyarakat yang memanfaatkan TTU, Bentuk kegiatan yang


dilakukan antara lain meliputi pengawasan lingkungan TTU
secara berkala, bimbingan, penyuluhan dan sarana perbaikan.
Tidak adanya tenaga sanitarian dan kurangnya tenaga di
Puskesmas Tegal Angus menyebabkan pembinaan di TTU
tidak dapat dilakukan. Di desa tanjung pasir, menurut data
yang didapatkan dari Laporan Cakupan tempat- tempat umum
(TTU) sehat terdapat 1 sarana ibadah, 1 hotel dan 1 TTU
lainnya yang memenuhi persyaratan TTU sehat.
4. Penyehatan Makanan dan Minuman
Makanan dan minuman adalah kebutuhan pokok
manusia dan sumber utama kehidupan bagi umat manusia,
maka dengan itu makanan yang tidak dikelola dengan baik
justru akan menjadi sumber media yang sangat efektif di
dalam penularan penyakit saluran pencernaan.
Upaya Puskesmas Tegal Angus adalah pemeriksaan
tempat pengelolaan air bersih, pengawasan terhadap kualitas
penyehatan tempattempat umum pengelolaan makanan.
Tidak hanya tenaga sanitarian melainkan kurangnya tenaga
di Puskesmas Tegal Angus menyebabkan pembinaan
penyehatan makanan dan minuman tidak dapat dilakukan.

15

1.1.2.6 Situasi Derajat Kesehatan


Berdasarkan hasil laporan bulanan penyakit (LB1) Puskesmas
Tegal Angus didapatkan gambaran pola penyakit yang terjadi di
Puskesmas Tegal Angus pada Januari tahun 2014 peserta Jamkesmas.

Tabel 1.9. Gambaran 10 Penyakit Terbanyak Puskesmas Tegal Angus Januari-Juni Tahun 2014

No

Penyakit

Infeksi Saluran Nafas Atas Akut Ytt

Demam

yang

tidak

Kode ICD

Jumlah Kasus

J06

1533

diketahui R50

1468

sebabnya
3

Sakit Kepala

R51

1098

Batuk

R05

923

Dermatitis Lainnya

L30

884

Hipertensi Essensial (Primer)

I10

526

Gastritis

dan

Duodenitis

yang K29

499

disertai perdarahan lambung


8

Conjungtivitis

/H10

385

Diare dan Gastroenteritis

A091

314

10

Tuberkulosis Paru Klinis (suspek)

A16

302

Sumber: Sistem Informasi Puskesmas Tegal Angus 2014

1.2 Gambaran Keluarga Binaan


Keluarga binaan kelompok kami terdiri dari empat kepala keluarga, yaitu :
a. Keluarga Tn. Utha
b. Keluarga Tn. Wanto
c. Keluarga Tn. Yusuf
d. Keluarga Tn. Pudin

1.2.1

Keluarga Tn. Utha


1. Data Dasar keluarga Tn. Utha
Rumah keluarga ini terletak di RT 07 / RW 03 Kampung
Gaga,Desa Tanjung Pasir, Kabupaten Tangerang. Rumah keluarga

16

tersebut dihuni oleh tiga anggota keluarga yaitu Tn. Utha sebagai
kepala keluarga dengan seorang istri yang bernama Ny. Marwah dan
satu orang anak. Tn. Utha sebenarnya memiliki empat orang anak
tetapi tiga orang anaknya sudah menikah dan tidak lagi tinggal
dirumahnya.
Tn. Utha, berusia 59 tahun, bekerja sebagai seorang buruh
harian lepas di daerah Tanjung Pasir dengan penghasilan berkisar
antara Rp. 20.000,00 Rp 40.000,00 per hari. Pendapatan Tn. Utha
digunakan untuk memenuhi kebutuhan hidup sehari-hari, seperti
membeli air PAM, makanan, membayar listrik, pengobatan dan lainlain.
Tn. Utha mampu membaca dan menulis walaupun tidak tamat
SD. Istrinya, Ny. Marwah, yang berusia 40 tahun, bertugas sebagai
ibu rumah tangga. Ny. Marwah tidak pernah sekolah sehingga tidak
dapat membaca dan menulis. Pasangan ini menikah saat berusia 28
dan 18 tahun. Saat hamil Ny. Marwah jarang memeriksakan
kandungannya dan saat melahirkan dibantu oleh paraji.
Anak pertama pasangan Tn. Utha dan Ny. Marwah adalah
seorang Laki-laki, bernama Tn. Wawan yang sekarang berusia 29
tahun, sudah menikah dan mempunyai satu anak. Tn. Wawan pernah
diimunisasi sedari lahir dikarenakan Ny. Marwah merasa takut
anaknya akan sakit jika tidak diimunisasi. Tn. Wawan pun pernah
dibawa ke Posyandu oleh ibunya untuk memantau perkembangan
sang anak. Tn.Wawan diberikan ASI eksklusif sampai dengan usia 2
tahun. Tn. Wawan berkerja sebagai tukang jahit dan tidak tinggal satu
rumah dengan Tn. Utha. Tn. Wawan berpenghasilan sekitar 600.000
sampai 800.000 per bulan. Pendapatan Tn. Wawan digunakan untuk
membantu memenuhi kebutuhan rumah seperti membeli makan dan
kebutuhan rumah yang lain.
Anak kedua pasangan Tn. Utha

dan Ny. Marwah

adalah

seorang Laki-laki, bernama Tn. Wanto yang sekarang berusia 27


tahun, sudah menikah dan mempunyai dua anak. Tn. Wanto pernah

17

diimunisasi sedari lahir dikarenakan Ny. Marwah merasa takut


anaknya akan sakit jika tidak diimunisasi. Tn. Wanto pun pernah
dibawa ke Posyandu oleh ibunya untuk memantau perkembangan
sang anak. Tn.Wanto diberikan ASI eksklusif sampai dengan usia 2
tahun. Tn. Wanto berkerja sebagai nelayan dan tidak tinggal satu
rumah dengan Tn. Utha. Tn. Wanto berpenghasilan sekitar 500.000
sampai 700.000 per bulan. Pendapatan Tn. Wanto digunakan untuk
membantu memenuhi kebutuhan rumah seperti membeli makan dan
kebutuhan rumah yang lain.
Anak ketiga pasangan Tn. Utha

dan Ny. Marwah

adalah

seorang Laki-laki, bernama Tn. Wandi yang sekarang berusia 22


tahun, sudah menikah dan belum mempunyai anak. Tn. Wandi pernah
diimunisasi sedari lahir dikarenakan Ny. Marwah merasa takut
anaknya akan sakit jika tidak diimunisasi. Tn. Wandi pun pernah
dibawa ke Posyandu oleh ibunya untuk memantau perkembangan
sang anak. Tn.Wanto diberikan ASI eksklusif sampai dengan usia 2
tahun. Tn. Wanto berkerja sebagai tukang jahit dan tidak tinggal satu
rumah dengan Tn. Utha. Tn. Wandi berpenghasilan sekitar 600.000
sampai 800.000 per bulan. Pendapatan Tn. Wandi digunakan untuk
membantu memenuhi kebutuhan rumah seperti membeli makan dan
kebutuhan rumah yang lain.
Anak keempat pasangan Tn. Utha dan Ny. Marwah adalah
seorang Perempuan, bernama Nn. Umi yang sekarang berusia 18
tahun, belum menikah. Nn. Umi pernah diimunisasi sedari lahir
dikarenakan Ny. Marwah merasa takut anaknya akan sakit jika tidak
diimunisasi. Nn. Umi pun pernah dibawa ke Posyandu oleh ibunya
untuk memantau perkembangan sang anak. Nn. Umi diberikan ASI
eksklusif sampai dengan usia 2 tahun. Nn. Umi belum berkerja setelah
memutuskan untuk berhenti sekolah sampai jenjang SD..

18

Tabel 1.10. Profil keluarga Tn. Utha, Kampung Gaga, Desa Tanjung Pasir, Kecamatan Teluk
Naga, Kabupaten Tangerang Bulan Juli tahun 2014

No

Nama

Status

Jenis

Usia

Keluarga

Kelamin

(tahun)

Pendidikan

Pekerjaan

SD

Buruh lepas

(L/P)
1.

Tn. Utha

Kepala

59

keluarga
2.

Ny. Marwah

Istri

(tidak tamat)
P

50

harian

SD

IRT

(tidak tamat)
3.

Nn. Umi

Anak

Ulfa

Keempat

17

SMP (tamat)

Tidak
bekerja

Gambar 1.3 Denah Rumah Keluarga Tn. Utha, Kampung Gaga Desa Tanjung Pasir, Kecamatan
Teluk Naga, Kabupaten Tangerang Bulan Juli tahun 2014

19

2. Bangunan Tempat Tinggal


Keluarga Tn. Utha tinggal di rumah pribadi, dengan luas tanah
sekitar 100 m2 dan luas bangunan berukuran 10m x 10m. Bangunan
tempat tinggal tidak bertingkat dan terdiri dari satu ruang tamu
berukuran 2 m x 4 m, memiliki tiga kamar tidur masing-masing
berukuran 2 m x 3 m, memiliki dapur berukuran 2m x 2m memiliki
kamar mandi dan jamban didalam rumah berukuran 2m x 1m, kelurga
ini menggunakan kamar mandi dan jamban bersama, dan memiliki
sumur yang dalamnya kurang lebih 2m yang airnya berwarna kuning
dan terasa asin.
3. Lingkungan Pemukiman
Rumah ini terletak di tengah pemukiman cukup padat di dekat
daerah empang. Sebagian ruangan di rumah ini berlantai berwarna
putih, sebagian lainnya berlantaikan semen tanpa ubin, atap terbuat
dari genteng dan tembok di cat berwarna ungu. Untuk ventilasi, rumah
ini memiliki 2 jendela, rumah ini hanya memiliki satu pintu depan
dan satu pintu belakang. Untuk penerangan, rumah ini memiliki enam
buah lampu yang hanya dinyalakan pada sore dan malam hari. Tn.
Utha

memiliki

barang

elektronik

berupa

televisi

dengan

antenna,pemutar dvd,dispenser,kulkas dan penanak nasi.


4. Pola Makan
Keluarga Tn. Utha memiliki kebiasaan makan dua sampai tiga
kali sehari. Ny. Marwah memasak makanan dengan menu seadanya,
contoh menu yang disajikan sehari-hari ialah nasi, tahu, tempe, sayur,
ikan dan makan ayam atau daging bila uang mencukupi, Ny.Marwah
dan keluarga jarang mengkonsumsi buah-buahan.
5. Riwayat Obstetrik dan Pola Asuh Ibu dan Anak
Selama mengandung, Ny. Marwah tidak pernah mengalami sakit
atau kelainan pada kandungannya. Ny. Marwah kontrol untuk
kehamilannya di puskesmas kurang lebih empat kali dan lahir di
rumah sendiri dengan bantuan dukun. Ny. Marwah mengaku anakanaknya mendapat imunisasi lengkap sesuai dengan Program

20

Puskesmas. Ny. Marwah mengatakan semua anaknya mendapat ASI


sampai usia 2 tahun.
6. Kebiasaan Berobat
Menurut penuturan Ny. Marwah, ketika ada anggota keluarga
yang sakit, keluarga ini biasanya meminum obat warung terlebih
dahulu, dan bila belum sembuh di bawa ke Puskesmas Tegal Angus.
7. Riwayat Penyakit
Riwayat batuk disertai pilek pada keluarga.
8. Perilaku dan Aktifitas Sehari-hari
Tn. Utha memiliki kebiasaan merokok baik di dalam rumah
maupun di luar rumah, dan rata-rata dapat menghabiskan kurang lebih
setengah bungkus dalam sehari. Keluarga Tn. Utha biasa mencuci
tangan menggunakan air dan sabun sebelum makan dan memakai alas
kaki saat keluar rumah.
Keluarga Tn. Utha tidak punya sumber air bersih dan terbiasa
membeli air bersih di jirigen. Air tersebut digunakan untuk keperluan
sehari-hari seperti minum dan memasak, membilas alat makan,
mencuci baju, serta mandi.
Keluarga Tn. Utha biasa membuang dan mengumpulkan sampah
empang sebelah rumah mereka. Keluarga Tn.Utha membuang air
besar di jamban milik pribadi.

Faktor Internal dan Eksternal


Tabel 1.11. Identifikasi Faktor Internal Keluarga Tn. Utha

No.

Faktor Internal

1.

Kebiasaan

Tn. Utha merokok setengah bungkus dalam satu hari, biasanya

Merokok

kebiasaan merokok ini dilakukan di dalam dan di luar rumah.

Olah raga

Keluarga Tn. Utha tidak ada yang memiliki kebiasaan

2.

Permasalahan

berolahraga. Bahkan hampir tidak pernah melakukan olahraga.


3.

Pola Makan

Ny. Marwah memasak sendiri dengan komposisi makanan


mengkonsumsi nasi, tahu, tempe, ikan, dan jarang memakan
sayur, buah-buahan, apalagi susu.

21

No.

Faktor Internal

4.

Pola Berobat

Permasalahan
Apabila sakit, mereka membeli obat warung. Mereka jarang pergi
ke puskesmas ataupun berobat dengan dokter.

5.

Menabung

Ny. Marwah jarang menabung karena uangnya habis untuk


keperluan sehari-hari.

6.

Aktivitas seharihari

a. Tn. Utha bekerja sebagai buruh harian lepas. Ia berangkat dan


pulang bekerja tidak tentu waktunya.
b. Ny. Marwah tidak bekerja dan hanya menjadi

ibu rumah

tangga.
c. Nn. Umi belum menikah. Ia tidak berkerja dan pekerjaan
sehari-harinya membantu pekerjaan rumah tangga orang
tuanya.
d. Tn. Utha memiliki ternak berupa ayam yang Ia rawat setiap
hari.
Tabel 1.12. Identifikasi Faktor Eksternal Keluarga Tn. Utha

No
1.

Kriteria
Luas Bangunan

Permasalahan
Luas rumah 10 x 10 m2 dengan lantai keramik dan dinding terbuat
dari batu bata dan semen.

2.

Ruangan dalam Bangunan tempat tinggal tidak bertingkat dan terdiri dari satu
rumah

ruang tamu berukuran 2m x 4m,

memiliki tiga kamar tidur

masing-masing berukuran 3m x 3m, memiliki dapur berukuran 3m


x 2m, memiliki kamar mandi dan jamban didalam rumah
berukuran 2m x 1m.
3.

Ventilasi

Rumah ini memiliki dua jendela di pintu masuk yang berukuran


2m x 1m. Jendela tidak bisa dibuka.

4.

Pencahayaan

a. Terdapat satu buah jendela berukuran 2m x 1m pada bagian


depan

rumah dan satu buah jendela pada bagian belakang

rumah berukuran 2m x 1m.


b. Tidak terdapat jendela pada kamar.
c. Terdapat 6 buah lampu di dalam rumah, berwarna kuning dan 4
berwarna putih. Sehingga penerangan cukup baik dirumah.

22

No
4.

Kriteria
MCK

Permasalahan
a. Memiliki jamban yang digunakan bersama anggota keluarga.
b. Memiliki kamar mandi yang digunakan bersama anggota
keluarga.

5.

Sumber Air

Tidak ada, keluarga Tn. Utha membeli air jerigen tiap hari untuk
keperluan minum dan mandi.

6.

Saluran

Limbah rumah tangga cair di buang ke dalam septictank di

pembuangan

samping rumah Tn. Utha.

limbah
7.8.

8.

Tempat

Sampah rumah tangga di buang ke belakang rumah. Sampah di

pembuangan

tumpuk terlebih dahulu hingga cukup banyak lalu dibakar ataupun

sampah

dikubur.

Lingkungan

Di samping kiri rumah terdapat rumah tetangga. Di lingkungan

sekitar rumah

sekitar rumah keluarga Tn. Utha masih banyak sampah yang


berserakan dikarenakan penduduk sekitar kurang peduli dengan
lingkungannya. Masih banyak tetangganya yang membuang
sampah di pekarangan rumah.

1.2.2

Keluarga Tn. Wanto


1. Data Dasar keluarga Tn. Wanto
Rumah keluarga ini terletak di Kampung Gaga, desa Tanjung
Pasir, kec. Teluk Naga, Kabupaten Tangerang. Rumah keluarga
tersebut dihuni oleh empat anggota keluarga yaitu Tn.Wanto sebagai
kepala keluarga dengan seorang istri yang bernama Ny. Arini serta
dua orang anak yang bernama Miranda dan M. Andi.
Tn. Wanto, berusia 25 tahun, bekerja sebagai nelayan dan
terkadang bekerja di pabrik kepiting di daerah Tanjung Pasir,
sedangkan istrinya Ny. Arini tidak bekerja, hanya sebagai ibu rumah
tangga. Besarnya pendapatan Tn. Wanto perhari tidak dapat
dipastikan karena tidak setiap hari Tn. Wanto dapat melaut untuk
mencari kepiting (pengaruh cuaca), namun menurutnya sekali melaut
23

hasil yang didapatkan rata-rata sebesar Rp 30.000. Hasil pendapatan


tersebut digunakan untuk memenuhi kebutuhan hidup sehari-hari,
seperti membeli makanan, membayar listrik, pengobatan dan lain-lain.
Pendidikan terakhir Tn. Wanto Sekolah Dasar dan tidak tamat.
Istri Tn Wanto yang bernama Ny. Arini yang saat ini berusia 20
tahun dapat membaca dan menulis dengan baik dan dapat
menyelesaikan pendidikan Sekolah Dasar, saat ini hanya bekerja
sebagai ibu rumah tangga. Ny. Siti telah melahirkan dua kali dan
proses persalinannya di bantu oleh bidan setempat di puskesmas.
Anak pasangan Tn. Wanto dan Ny. Arini adalah seorang anak
perempuan dan seorang anak laki-laki, bernama An. Miranda dan An.
M. Andi yang sekarang berusia 5 tahun dan 5 bulan.

Tabel 1.13. Profil keluarga Tn. Wanto, Kampung Gaga, Desa Tanjung Pasir, Kecamatan Teluk
Naga, Kabupaten Tangerang Bulan Juli tahun 2014

No

Nama

1.

Tn. Wanto

Status

JenisKelamin

Keluarga

(L/P)

Kepala

Usia

Pendidikan

Pekerjaan

Penghasilan

25th

SD

Nelayan

Rp

keluarga
2.

Ny. Arini

Istri

(Tidak tamat)
P

21th

SD

30.000/hari
IRT

(Tidak tamat)
3.

An. Miranda

Anak

5 th

5 bln

pertama
4.

An. M. Andi

Anak kedua

24

T
Kamar mandi
U

dapur

Kamar tidur
Pekarangan
rumah

Ruang tamu dan


ruang keluarga
= Pintu
= Jendela

Gambar 1.4 Denah Rumah Keluarga Tn. Wanto, Kampung Gaga, Desa Tanjung Pasir,
Kecamatan Teluk Naga, Kabupaten Tangerang Bulan Juli tahun 2014

2. Bangunan Tempat Tinggal


Keluarga Tn. Wanto tinggal di rumah sendiri dengan luas
bangunan berukuran 5 m x 4 m. Bangunan tempat tinggal tidak
bertingkat dan terdiri dari satu ruang keluarga yang berukuran 2.5 m x
4 m, memiliki satu kamar tidur berukuran 2.5 m x 3 m, memiliki
dapur berukuran 2 m x 2 m, memiliki kamar mandi yang berada di
luar rumah dan tidak memiliki jamban di dalamnya.
3. Lingkungan Pemukiman
Rumah ini terletak di tengah pemukiman cukup padat di dekat
daerah empang. Ruangan tamu dan kamar tidur di dalam rumah ini
berlantaikan ubin, beratapkan genteng dan berdinding tembok,
sedangkan untuk dapur dan kamar mandi lantai masih beralaskan
tanah, beratapkan genteng, dan berdinding bambu. Untuk ventilasi,
rumah ini memiliki satu jendela di ruang tamu dan satu jendela di
kamar tidur namun jendela tidak bisa di buka, di ruang tamu terdapat
5 lubang ventilasi kecil-kecil. Rumah ini hanya memiliki satu pintu

25

depan dan satu pintu belakang. Untuk penerangan, rumah ini memiliki
3 buah lampu yang hanya dinyalakan pada sore dan malam hari. Tn.
Wanto memiliki barang elektronik berupa televisi dengan antena,
dispenser dan penanak nasi.
4. Pola Makan
Keluarga Tn. Wanto memiliki kebiasaan makan dua kali sehari.
Ny. Arini terkadang memasak makanan menggunakan kompor gas
dan terkadang meminta masakan ke orang tua nya, dengan menu
secukupnya, contoh menu yang disajikan sehari-hari ialah nasi, ikan,
tahu, tempe dan susu. Tn. Wanto dan keluarga jarang mengkonsumsi
sayur dan buah-buahan.
5. Riwayat Obstetrik dan Pola Asuh Ibu dan Anak
Selama mengandung anak pertama, Ny. Arini pernah mengalami
ketuban pecah dini pada kehamilan 6 bulan. Pada kehamilan kedua
Ny. Arini mengalami preeklampsia berat. Ny. Arini kontrol untuk
kehamilannya di puskesmas satu bulan sekali selama 9 bulan dan
mendapatlan vaksin TT sebanyak 2 kali dan melahirkan di puskesmas
Tegal Angus. Ny. Arini mengaku bahwa anak pertamanya mendapat
imunisasi lengkap, untuk anak kedua nya menurut ibu pasien hanya
tinggal 1 kali lagi imunisasi campak. Ny. Arini mengaku bahwa anak
pertamanya mendapatkan ASI sampai usia 4 bulan dan setelah lepas
ASI anak minum susu kemasan. Untuk anak kedua nya sampai saat ini
masih mendapatkan ASI eksklusif.
6. Kebiasaan Berobat
Menurut penuturan Ny. Arini, ketika ada anggota keluarga yang
sakit, keluarga ini biasanya hanya meminum obat warung namun
sesekali bila ada anggota keluarga yang sakit dan tidak sembuh
dengan obat warung langsung dibawa berobat ke puskesmas Tegal
Angus.
7. Riwayat Penyakit
Riwayat batuk pilek berulang pada An.Miranda dan penyakit
kulit pada Tn. Wanto.

26

8. Perilaku dan Aktifitas Sehari- Hari


Tn. Wanto memiliki kebiasaan merokok baik di dalam rumah
maupun di luar rumah, tetapi Tn. Wanto tidak merokok di depan
kedua anaknya dan rata-rata dapat menghabiskan kurang lebih satu
bungkus dalam sehari. Keluarga Tn. Wanto biasa mencuci tangan
menggunakan air dan sabun sebelum makan dan memakai alas kaki
saat keluar rumah.
Keluarga Tn. Wanto memiliki sumber air berupa air PAM. Air
yang ada digunakan untuk beberapa keperluan, seperti mencuci,
mandi dan memasak. Untuk minum pasien membeli air galon.
Keluarga Tn. Wanto biasa membuang dan mengumpulkan
sampah di pekarangan sekitar rumah. Rumahnya tidak memiliki
jamban, sehingga jika hendak buang air besar mereka biasa pergi ke
jamban milik orang tua nya yang tinggal tidak jauh dari rumahnya.
Keluarga Tn. Wanto juga memiliki kebiasaan menyalakan
lampu di rumahnya hanya pada malam hari.

Faktor Internal dan Eksternal


Tabel 1.14. Identifikasi Faktor Internal Keluarga Tn.Wanto

No
1

Kriteria
Kebiasaan merokok

Permasalahan
Tn. Wanto memiliki kebiasaan merokok sejak berumur 13
tahun hingga saat ini. Merokok di dalam rumah maupun saat
bekerja sebagai nelayan. Dalam sehari bisa menghabiskan 1
bungkus rokok.

Olahraga

Tn. Wanto dan keluarga sendiri tidak memiliki kebiasaan


berolahraga

Pola makan

Ny. Arini terkadang memasak sendiri dan terkadang


meminta dari orang tua dengan contoh menu: nasi, ikan,
tahu dan tempe. Keluarga jarang makan sayur dan buah.
Makan dua kali sehari

Pola pencarian

Apabila ada anggota keluarga yang sakit Tn. Wanto berobat

pengobatan

ke puskesmas.

27

No

Kriteria

Permasalahan

Menabung

Tn. Wanto dan Ny. Arini tidak menabung

Aktivitas sehari-hari

Tn. Wanto bekerja sebagai nelayan kepiting dn terkadang


bekerja di pabrik kepiting dengan gaji tidak menetap. Ny.
Arini bertindak sebagai istri sekaligus ibu rumah tangga
mengurus keperluan seharihari termasuk kedua anak nya
yang berusia 5 tahun dan 5 bulan.

Tabel 1.15. Identifikasi Faktor Eksternal Keluarga Tn.Wanto

No
1.

Kriteria
Luas bangunan

Permasalahan
Luas rumah 5 x 4 m , memiliki tiga ruangan yang terdiri dari satu
ruang tamu yang menyatu dengan ruang keluarga, satu kamar tidur,
dan dapur

2.

3.

Ruangan dalam

Dalam rumah terdapat ruang tamu berukuran 2.5 x 4 m, satu kamar

rumah

tidur berukuran 2.5 x 3 m, juga terdapat dapur yang berukuran 2 x 2 m

Ventilasi

Dalam rumah hanya terdapat satu jendela yang terletak di ruang tamu
dan satu jendela di kamar tidur tetapi tidak bisa di buka jendelanya.
Pada ruang tamu di bagian atas terdapat 5 lubang ventilasi kecil-kecil.

4.

Pencahayaan

Terdapat 1 buah jendela pada ruang tamu dan 1 buah jendela pada
kamar tidur, hanya terdapat 1 buah lampu yang berwarna putih yang
terdapat pada kamar tidur, ruang tamu,dan dapur namun lampu tidak
cukup terang untuk menerangi seluruh kamar yang ada. Sinar matahari
masuk melalui pintu rumah dan jendela bagian depan.

5.

MCK

Tidak terdapat jamban di dalam rumah. Keluarga Tn.Wanto biasanya


BAB di jamban yangrumah orang tua nya yang terletak sekitar 5
meter dari tempat tinggal mereka. Untuk fasilitas mandi dan cuci
pasien menggunakan kamar mandi sendiri.

6.

Sumber air

Tn. Wanto dan keluarganya setiap hari menggunakan air PAM untuk
keperluan memasak, mandi,dan mencuci. Untuk keperluan minum
mengggunakan air galon yang di beli.

28

No
7.

8.

9.

Kriteria

Permasalahan

Saluran

Limbah rumah tangga baik cair maupun padat dibuang ketanah

pembuangan

disekitar perkarangan rumah yang bercampur dengan sampah

limbah

disekitarnya

Tempat

Sampah dibuang di pekarangan samping rumah, sampah ini terkadang

pembuangan

ditumpuk dan terkadang dibakar jika sudah memadati seluruh

sampah

lapangan pekarangan disekitar rumah

Lingkungan

Disekitar rumah sebelah depan dan kiri terdapat rumah tetangga

sekitar rumah

dengan tidak ada jarak dengan rumah tetangga dan kanan rumah
terdapat pekarangan yang dijadikan sebagai tempat pembuangan
sampah.

1.2.3

Keluarga Tn. Yusuf


1. Data Dasar keluarga Tn. Yusuf
Rumah keluarga ini terletak di Kampung Gaga, desa Tanjung
Pasir, kec. Teluk Naga, Kabupaten Tangerang. Rumah keluarga
tersebut dihuni oleh empat anggota keluarga yaitu Tn.Yusuf sebagai
kepala keluarga dengan seorang istri yang bernama Ny. Dewi dan dua
orang anak yang bernama Muhammad Wirji, dan Septi.
Tn. Yusuf, berusia 31 tahun, bekerja sebagai buruh di pabrik
daerah Tanjung Pasir, sedangkan istrinya Ny. Dewi tidak bekerja,
hanya sebagai kader kesehatan bagi warga setempat dan ibu rumah
tangga. Besarnya pendapatan Tn. Yusuf perminggu sebanyak Rp
400.000,00 namun tidak menentu. Pendapatan tersebut dimanfaatkan
untuk pemenuhan kebutuhan keluarga seperti; membayar air, listrik,
kebutuhan sehari-hari dan biaya sekolah anak. Tn. Yusuf tamat
sekolah dasar, mampu membaca dan menulis, serta menghitung
hitungan sederhana,
Istri Tn Yusuf bernama Ny. Dewi yang saat ini berusia 29 tahun
hanya bekerja sebagai ibu kader kesehatan waga setempat dan sebagai
ibu rumah tangga. Ny.Dewi tamat SMP, mampu menulis, membaca,
serta berhitung.

29

Anak pasangan Tn.Yusuf dan Ny.Dewi yang pertama bernama


Muhammad Wirji, dan kedua bernama Septi. Muhammad Wirji yang
sekarang berusia 10 tahun sedang duduk di bangku SD kelas 6.
Muhammad Wirji bersekolah di SD Negeri 2 Tanjung Pasir. Biaya
sekolah gratis, Tn.Yusuf cukup mengeluarkan biaya untuk buku, alat
tulis, dan sebagainya.
Anak kedua pasangan Tn.Yusuf dan Ny.Dewi adalah seorang
perempuan, bernama Septi yang sekarang berusia 4 tahun. Septi
belum bersekolah. Tn.Yusuf hanya perlu membiayai kebutuhan
sehari-hari Septi.
Tabel 1.16. Profil keluarga Tn. Yusuf, Kampung Gaga, Desa Tanjung Pasir, Kecamatan Teluk
Naga, Kabupaten Tangerang Bulan Juli tahun 2014

No

1.

Nama

Tn. Yusuf

Status

Jenis Kelamin

Keluarga

(L/P)

Kepala

Usia

31 th

Pendidikan Pekerjaan

SD

Buruh

keluarga
2.

Ny. Dewi

Istri

Penghasilan

Rp 400.000
/minggu

29 th

SMP

Kader dan

IRT
3.

An. M. Wirji

Anak

10 th

pertama
4.

An. Septi

Anak kedua

SD

(Kelas 6)
P

4 th

30

Belakang

U
T

Depan
Gambar 1.5. Denah Rumah Keluarga Tn. Yusuf, Kampung Gaga Desa Tanjung Pasir,
Kecamatan Teluk Naga, Kabupaten Tangerang Bulan Juli tahun 2014

2. Bangunan Tempat Tinggal


Keluarga Tn. Yusuf tinggal di rumah sendiri dengan luas
bangunan berukuran 10 m x 7 m. Bangunan tempat tinggal tidak
bertingkat dan terdiri dari satu ruang keluarga yang berukuran 4 m x 5
m, memiliki satu kamar tidur berukuran 4 m x 3 m, memiliki dapur
berukuran 4 m x 3 m, memiliki kamar mandi yang berada di dalam
rumah dan terdapat jamban.
3. Lingkungan Pemukiman
Rumah ini terletak di tengah pemukiman cukup padat di dekat
daerah empang. Sebagian ruangan di rumah ini berlantai berwarna
putih, sebagian lainnya berlantaikan semen tanpa ubin, atap terbuat
dari genteng dan tembok di cat berwarna biru telur asin. Untuk
ventilasi, rumah ini memiliki lima jendela, rumah ini hanya memiliki
satu pintu depan dan satu pintu belakang. Untuk penerangan, rumah
ini memiliki empat buah lampu yang hanya dinyalakan pada sore dan

31

malam hari. Tn. Yusuf memiliki barang elektronik berupa televisi


dengan antena dan penanak nasi.
4. Pola Makan
Keluarga Tn. Yusuf memiliki kebiasaan makan dua kali sehari.
Ny.Dewi memasak makanan menggunakan kompor gas dengan menu
secukupnya, contoh menu yang disajikan sehari-hari ialah nasi, ikan,
sayur, tahu, tempe dan susu. Tn. Yusuf dan keluarga jarang
mengkonsumsi buah-buahan.
5. Riwayat Obstetrik dan Pola Asuh Ibu dan Anak
Selama mengandung, Ny. Dewi tidak pernah mengalami sakit
atau kelainan pada kandungannya. Ny. Dewi kontrol untuk
kehamilannya di puskesmas kurang lebih empat kali dan lahir di
rumah bidan. Ny.Dewi mengaku anak-anaknya mendapat imunisasi
lengkap sesuai dengan Program Puskesmas. Ny.Dewi mengatakan
anak pertama mendapat ASI sampai usia 2 tahun, dan anak kedua
sampai usia 1,8 tahun.
6. Kebiasaan Berobat
Menurut penuturan Ny. Dewi, ketika ada anggota keluarga yang
sakit, keluarga ini biasanya meminum obat warung terlebih dahulu,
dan bila belum sembuh di bawa ke Puskesmas Tegal Angus.
7. Riwayat Penyakit
Riwayat batuk pilek pada An. Wirji dan batuk pilek berulang
pada An. Septi
8. Perilaku dan Aktifitas Sehari- Hari
Tn. Yusuf memiliki kebiasaan merokok baik di dalam rumah
maupun di luar rumah, dan rata-rata dapat menghabiskan kurang lebih
satu bungkus dalam sehari. Keluarga Tn. Yusuf biasa mencuci tangan
menggunakan air dan sabun sebelum makan dan memakai alas kaki
saat keluar rumah.
Keluarga Tn. Yusuf memiliki sumber air sendiri yaitu air PAM.
Air tersebut digunakan untuk keperluan sehari-hari seperti minum dan
memasak, membilas alat makan, mencuci baju, serta mandi.

32

Keluarga Tn. Yusuf biasa membuang dan mengumpulkan


sampah empang sebelah rumah mereka.

Menurut Ny.Dewi,

pembakaran sampah dilakukan saat sampah yang tertimbun di pinggir


empang sekitar rumahnya sudah meninggi. Keluarga Tn.Yusuf
membuang air besar di jamban milik pribadi.

Faktor Internal dan Eksternal


Tabel 1.17. Identifikasi Faktor Internal Keluarga Tn.Yusuf

No
1

Kriteria
Kebiasaan merokok

Permasalahan
Tn. Yusuf memiliki kebiasaan merokok sejak
berumur 17 tahun hingga saat ini. Merokok di
dalam rumah maupun saat bekerja sebagai
nelayan. Dalam sehari bisa menghabiskan 1
bungkus rokok.

Olahraga

Tn. Yusuf dan keluarga sendiri tidak memiliki


kebiasaan berolahraga

Pola makan

Ny. Dewi memasak sendiri makanan dengan


contoh menu: nasi, ikan, sayur, tahu dan tempe.
Makan dua kali sehari.

Pola pencarian pengobatan

Apabila ada anggota keluarga yang sakit Tn.


Yusuf membeli obat warung dan bila tidak
sembuh berobat ke Puskesmas

Menabung

Tn. Yusuf dan Ny. Dewi belum berniat ingin


menabung di Bank

Aktivitas sehari-hari

Tn. Yusuf bekerja sebagai buruh dengan gaji


tidak menetap. Ny. Dewi bertindak sebagai istri
sekaligus ibu kader dan ibu rumah tangga
mengurus keperluan seharihari termasuk
kedua anaknya yang berusia 10 tahun dan 4
tahun

33

Tabel 1.18. Identifikasi Faktor Eksternal Keluarga Tn.Yusuf

No

Kriteria

1.

Luas bangunan

Permasalahan
Luas rumah 10 m x 7 m , memiliki tiga ruangan yang terdiri
dari satu ruang tamu yang menyatu dengan ruang keluarga,
satu kamar tidur, dan dapur

2.

Ruangan dalam

Dalam rumah terdapat ruang keluarga yang berukuran 4 m x

rumah

3 m, satu kamar tidur berukuran 5 m x 3 m, dan dapur


berukuran 4 m x 2 m

3.

Ventilasi

Dalam rumah hanya terdapat lima jendela yang terletak di


ruang tamu dan dapur

4.

Pencahayaan

Terdapat jendela pada ruang tamu dan dapur, terdapat 5 buah


lampu yang berwarna putih yang terdapat pada kamar tidur,
ruang tamu, dapur, kamar mandi serta teras. Sinar matahari
masuk melalui pintu rumah dan jendela bagian depan dan
sisi samping rumah

5.

MCK

Terdapat jamban di dalam rumah. Keluarga Tn.Yusuf


biasanya BAB di jamban pribadi. Keluarga Tn.Yusuf
mencuci dan mandi di kamar mandi pribadi

6.

Sumber air

Tn. Yusuf dan keluarganya setiap hari menggunakan air


PAM untuk keperluan memasak, minum, mencuci serta
kebutuhan lainnya

7.

8.

9.

Saluran

Limbah rumah tangga baik cair maupun padat dibuang ke

pembuangan

tanah disekitar perkarangan rumah, dan empang di samping

limbah

rumah

Tempat

Sampah dibuang di empang yang teletak di samping rumah,

pembuangan

sampah ini ditumpuk lalu kemudian dibakar jika sudah

sampah

memadati seluruh lapangan pekarangan disekitar rumah

Lingkungan sekitar

Disekitar rumah sebelah kanan, depan dan belakang terdapat

rumah

rumah tetangga dengan jarak sekitar 2 meter dan sebelah kiri


terdapat empang yang digunakan sebagai tempat
pembuangan sampah warga

34

1.2.4

Keluarga Tn. Pudin


1. Data Dasar keluarga Tn. Pudin
Rumah keluarga ini terletak di Kampung Gaga, desa Tanjung
Pasir, Kecamatan Teluk Naga, Kabupaten Tangerang. Rumah
keluarga tersebut dihuni oleh tiga anggota keluarga yaitu Tn.Pudin
sebagai kepala keluarga dengan seorang istri yang bernama Ny. Santi
dan satu orang anak yang bernama Sinta.
Tn. Pudin, berusia 28 tahun, bekerja sebagai buruh di pabrik
daerah Tanjung Pasir, sedangkan istrinya Ny. Santi tidak bekerja,
hanya sebagai ibu rumah tangga namun setahun sekali saat hari raya
berjualan

bahan-bahan

sembako.

Besarnya

pendapatan

Tn.

Pudinperhari sebanyak Rp 5.000,-. Hasil pendapatan tersebut


disimpan oleh istrinya, digunakan untuk memenuhi kebutuhan hidup
sehari-hari, seperti membeli makanan, membayar listrik, pengobatan,
membeli buku-buku sekolah anaknya, dan lain-lain, dan untuk
membeli satu bungkus rokok. Tn. Pudin tidak tamat sekolah dasar,
tidak terlalu mampu membaca dan menulis namun mampu berhitung
sederhana.
Istri Tn Pudin yang bernama Ny. Santi yang saat ini berusia 22
tahun hanya bekerja sebagai ibu rumah tangga, namun setahun sekali
saat hari raya berjualan bahan-bahan sembako dan mendapat
keuntungan sekitar Rp 2.000.000,-. Ny. Santi tidak tamat sekolah
dasar namun mampu membaca dan menulis dengan baik.
Anak pasangan Tn. Pudin dan Ny. Santi adalah seorang
perempuan, bernama Sinta yang sekarang berusia 6 tahun. Sinta sudah
bersekolah kelas 1 di SD Negeri di Kampung Gaga. Biaya sekolah
gratis, Tn. Pudin hanya perlu membiayai keperluan sekolah seperti
buku, alat tulis, dan sebagainya.

35

Tabel 1.19. Profil keluarga Tn. Pudin, Kampung Gaga, Desa Tanjung Pasir, Kecamatan Teluk
Naga, Kabupaten Tangerang Bulan Juli tahun 2014

No

1.

Nama

Tn. Pudin

Status

Jenis Kelamin

Keluarga

(L/P)

Kepala

Usia

Pendidikan

Pekerjaan

Penghasilan

28th

SD

Buruh

Rp

keluarga
2.

Ny. Santi

(tidak tamat)

Istri

22th

SD

5.000/hari
IRT

(tidak tamat)
An. Sinta

Anak

pertama

SD

tahun

(kelas 1)

Depan

Pekarangan
rumah

Kamar
Tidur
Kamar Tamu
dan Keluarga
6,5 m

3.

Kamar
mandi

Dapur

Belakang
6m
Gambar 1.6. Denah Rumah Keluarga Tn.Pudin, Kampung Gaga Desa Tanjung Pasir,
Kecamatan Teluk Naga, Kabupaten Tangerang Bulan Juli tahun 2014

2. Bangunan Tempat Tinggal


Keluarga Tn. Pudin tinggal di rumah sendiri dengan luas
bangunan berukuran 6,5 m x 6 m. Bangunan tempat tinggal tidak
bertingkat dan terdiri dari satu ruang tamu dan keluarga yang
berukuran 5 m x 4 m, memiliki satu kamar tidur berukuran 2,5 m x 2

36

m, memiliki dapur berukuran 4 m x 1,5 m, memiliki kamar mandi


berukuran 2 x 1,5 dan tidak memiliki jamban di dalamnya.
3. Lingkungan Pemukiman
Rumah ini terletak di tengah pemukiman cukup padat di daerah
pinggir empang. Seluruh ruangan di dalam rumah ini tidak berlantai
tanpa alas terpal, beratapkan genteng yang tidak rata menutupi atap
sehingga sering bocor, dan berdinding anyaman bambu. Untuk
ventilasi, rumah tidak memiliki jendela namun cahaya dan udara dapat
masuk lewat sela dinding anyaman bambu. Rumah ini hanya memiliki
satu pintu depan. Karena pernah kebanjiran beberapa bulan yang lalu,
Tn. Pudin tidak tinggal di rumah tersebut dan tinggal di rumah mertua
Tn. Pudin 200 meter sekitar rumahnya untuk sementara waktu. Listrik
di rumah dicabut oleh orang yang tidak dikenal tiga hari yang lalu,
sehingga untuk penerangan, rumah ini hanya mengandalkan satu
lampu yang hanya dinyalakan pada malam hari yang diletakkan di
depan rumah. Di rumah masih ada sisa perabotan seperti rak-rak,
lemari kayu, dan dirijen. Barang-barang elektronik sudah dipindahkan
ke rumah mertua Tn. Pudin.
4. Pola Makan
Keluarga Tn. Pudin memiliki kebiasaan makan dua kali sehari.
Ny. Santi memasak makanan menggunakan kompor gas dengan menu
secukupnya, contoh menu yang disajikan sehari-hari ialah nasi, ikan,
sayur sop atau sayu asem, tahu, tempe. Tn. Pudin dan keluarga jarang
mengkonsumsi buah-buahan dan hanya anaknya yang minum susu.
Tn. Pudin dalam sehari sering meminum kopi hitam sebanyak dua
sampai tiga kali.
5. Riwayat Obstetrik dan Pola Asuh Ibu dan Anak
Selama mengandung, Ny. Santi tidak pernah mengalami sakit
atau kelainan pada kandungannya. Ny. Santi kontrol untuk
kehamilannya di Posyandu tiap bulan dan melahirkan di rumah
ditolong dukun. Ny. Santi mengaku bahwa anaknya sudah mendapat
imunisasi lengkap hingga campak usia 9 bulan. Ny. Santi mengaku

37

bahwa anaknya mendapatkan ASI hanya sampai anaknya berusia satu


bulan.
6. Kebiasaan Berobat
Menurut penuturan Ny. Santi, ketika ada anggota keluarga yang
sakit, keluarga ini biasanya hanya meminum obat warung kecuali jika
sakitnya tidak sembuh baru dibawa ke puskesmas Tegal Angus.
Kadang-kadang jika malas ke Puskesmas, keluarga berobat ke
alternatif.
7. Riwayat Penyakit
Riwayat demam disertai batuk pilek pada An. Sinta. Riwayat
gatal-gatal yang sering muncul pada Ny. Santi.
8. Perilaku dan Aktifitas Sehari- Hari
Tn. Pudin memiliki kebiasaan merokok di dalam dan di luar
rumah, dan rata-rata dapat menghabiskan kurang lebih satu bungkus
dalam sehari. Keluarga Tn. Pudin biasa mencuci tangan menggunakan
air tanpa memakai sabun sebelum makan dan memakai alas kaki saat
keluar rumah. Keluarga Tn. Pudin memakai air dari PAM untuk
mandi, mencuci, dan memasak, dan menggunakan air galon isi ulang
untuk minum.
Keluarga Tn. Pudin biasa membuang dan mengumpulkan
sampah di pekarangan rumah dan di empang di pinggir rumah.
Rumahnya tidak memiliki jamban, sehingga jika hendak buang air
besar mereka biasa pergi ke rumah mertua Tn. Pudin yang memiliki
jamban.

38

Faktor Internal dan Eksternal


Tabel 1.20. Identifikasi Faktor Internal Keluarga Tn. Pudin

No
1

Kriteria
Kebiasaan merokok

Permasalahan
Tn. Pudin memiliki kebiasaan merokok sejak
berumur 11 tahun hingga saat ini. Merokok di
dalam dan luar rumah. Dalam sehari bisa
menghabiskan 1 bungkus rokok.

Olahraga

Tn. Pudin dan keluarga sendiri tidak memiliki


kebiasaan berolahraga

Pola makan

Ny. Santi memasak sendiri makanan dengan


contoh menu: nasi, ikan, sayur, tahu dan tempe.
Makan dua kali sehari.

Pola pencarian pengobatan

Apabila ada anggota keluarga yang sakit Tn.


Pudin berobat ke puskesmas bila tidak sembuh
dengan obat warung

Menabung

Tn. Pudin dan Ny. Santi menabung sedikitsedikit untuk renovasi rumah

Aktivitas sehari-hari

Tn. Pudin bekerja setiap hari sebagai buruh


pabrik dan gaji Rp 5.000,- perhari.Ny. Santi
bertindak sebagai istri sekaligus ibu rumah
tangga mengurus keperluan seharihari
termasuk anak perempuan yang tengah berusia
6 tahun dan bersekolah kelas 1 SD.

39

Tabel 1.21. Identifikasi Faktor Eksternal Keluarga Tn.Pudin

No
1.

Kriteria
Luas bangunan

Permasalahan
Luas rumah 6,5 x 6 m, memiliki empat ruangan yang terdiri dari
satu ruang tamu yang menyatu dengan ruang keluarga, satu kamar
tidur, dapur, dan kamar mandi.

2.

Ruangan dalam rumah

Dalam rumah terdapat satu ruang tamu dan keluarga yang


berukuran 5 m x 4 m, satu kamar tidur berukuran 2,5 m x 2 m,
dapur berukuran 4 m x 1,5 m, kamar mandi berukuran 2 x 1,5 dan
tidak memiliki jamban di dalamnya

3.

Ventilasi

Dalam rumah hanya tidak terdapat jendela. Ventilasi lewat sela


dinding anyaman bambu

4.

Pencahayaan

Tidak terdapat jendela pada kamar tidur. Tidak terdapat listrk


untuk pencahayaan di dalam rumah, hanya ada satu lampu di luar
rumah. Sinar matahari masuk melalui sela dinding anyaman
bambu

5.

MCK

Tidak terdapat jamban di dalam rumah. Keluarga Tn. Pudin


biasanya BAB di jamban di rumah mertua Tn Pudin yang terletak
sekitar 200 meter dari tempat tinggal mereka. Untuk fasilitas
mandi dan cuci sekarang juga menumpang di rumah mertua Tn.
Pudin.

6.

Sumber air

Tn. Pudin dan keluarganya setiap hari menggunakan air PAM


untuk mandi, mencuci, dan memasak, dan air galon isi ulang dari
luar untuk minum.

7.

8.

9.

Saluran pembuangan

Limbah rumah tangga baik cair maupun padat dibuang ke empang

limbah

di pinggir rumah yang bercampur dengan sampah disekitarnya

Tempat pembuangan

Sampah dibuang di pekarangan sekitar rumah dan di empang di

sampah

pinggir rumah.

Lingkungan sekitar

Di sekitar rumah sebelah kanan dan belakang terdapat rumah

rumah

tetangga dengan jarak sekitar 2 meter dan sebelah kiri dan depan
rumah terdapat pekarangan yang dijadikan sebagai tempat
pembuangan sampah.

40

1.3. Penentuan Area Masalah


1.3.1 Penjabaran Area Masalah Pada Keluarga Binaan
1.3.1.1 Keluarga Tn. Utha
A. Masalah Non Medis
1. Perilaku merokok pada anggota keluarga
2. Perilaku menimbun dan membakar sampah di sekitar rumah
3. Tidak adanya penghijauan di sekitar rumah keluarga binaan
4. Kurangnya perilaku tentang pembuangan limbah rumah
tangga
5. Kurangnya ventilasi udara yang ada di rumah keluarga
binaan
6. Kurangnya ketersediaan air bersih pada keluarga binaan
7. Kurangnya kebersihan di sekitar rumah keluarga binaan
B. Masalah Medis
1. Riwayat ISPA pada anggota keluarga
1.3.1.2 Keluarga Tn. Wanto
A. Masalah Non Medis
1. Perilaku membuang sampah sembarangan di pekarangan
rumah dan membakar sampah
2. Tidak adanya penghijauan di sekitar rumah keluarga binaan
3. Tidak memiliki ventilasi yang cukup di dalam rumah
4. Memiliki kebiasaan merokok
5. Tidak memiliki kamar mandi yang layak
6. Tidak tersedianya jamban di rumah
7. Tidak memiliki dapur sehat
B. Masalah Medis
1. Riwayat ISPA berulang pada anggota keluarga
2. Penyakit kulit pada anggota keluarga
1.3.1.3 Keluarga Tn. Yusuf
A. Masalah Non Medis
1. Perilaku membuang sampah sembarangan dan membakar
sampah

41

2. Tidak adanya penghijauan di sekitar rumah keluarga binaan


3. Tidak adanya fasilitas pembuangan limbah dapur
4. Adanya pencemaran udara sekitar akibat sampah yang
dibuang sembarangan
B. Masalah Medis
1. Riwayat ISPA berulang pada anggota keluarga
1.3.1.4 Keluarga Tn. Pudin
A. Masalah Medis
1. Perilaku membuang sampah sembarangan
2. Tidak adanya penghijauan di sekitar rumah keluarga binaan
3. Perilaku merokok pada anggota keluarga di dalam rumah
4. Tidak tersedianya jamban di rumah
5. Ventilasi dan pencahayaan rumah yang kurang
6. Tidak adanya fasilitas pembuangan limbah dapur
7. Tidak terbiasanya mencuci tangan dengan sabun sebelum
makan
8.

Ketersediaan air bersih yang kurang

B. Masalah Medis
1. Riwayat ISPA pada anggota keluarga
2. Penyakit kulit pada anggota keluarga

1.3.2 Area masalah sebagai Diagnosis Komunitas


Dari sekian masalah yang ada pada keluarga binaan, memutuskan
untuk

mengangkat

permasalahan

Pengetahuan

Penghijauan

Pekarangan Rumah Pada Keluarga Binaan Kampung Gaga Desa


Tanjung Pasir Kecamatan Teluk Naga Kabupaten Tangerang
Propinsi Banten.

42

1.3.3 Alasan pemilihan area masalah


Pemilihan area masalah kesehatan ini didasarkan atas berbagai
pertimbangan, yaitu :
1. Dari hasil wawancara didapatkan bahwa pada keempat keluarga
binaan didapatkan riwayat ISPA.
2. Dari hasil wawancara dan observasi kepada keluarga binaan
didapatkan keluarga binaan menjadikan pekarangan sebagai tempat
membuang sampah dan kemudian sampah tersebut sering ditimbun
dan dibakar.
3. Pembakaran sampah merupakan bentuk pencemaran udara. Salah
satu cara dalam mengurangi dampak negatif tersebut dengan
penghijauan daerah pekarangan. Dari hasil wawancara dan
observasi didapatkan bahwa keempat keluarga binaan belum
melakukan penghijauan di pekarangan rumah,
4. Hasil presurvey dari 9 orang dari keluarga binaan didapatkan
88,89% memiliki pengetahuan penghijauan pekarangan yang buruk,
33,33% memiliki sikap yang negatif terhadap penghijauan
pekarangan, 66,67% memiliki perilaku terhadap penghijauan
pekarangan yang buruk.
5. Tidak ada data Puskesmas mengenai jumlah pekarangan yang
digunakan sebagai lahan penghijauan di desa Tanjung Pasir,
sehingga data Puskesmas Tegal Angus yang kami gunakan adalah
data rumah sehat Triwulan II tahun 2014 di Desa Tanjung Pasir
dimana didapatkan rumah sehat yang terdapat di desa Tanjung Pasir
berjumlah 35 dari 50 rumah yang diperiksa (jumlah seluruh rumah
berjumlah 1823). Menurut Pedoman Teknis Penilaian Rumah Sehat
DEPKES RI Tahun 2007, pemanfaatan pekarangan rumah termasuk
indikator penilaian rumah sehat aspek komponen rumah.
6. Dari hasil wawancara kepada keluarga binaan dan setelah
melakukan cross check dengan Puskesmas didapatkan bahwa belum
pernah diadakannya penyuluhan mengenai pengetahuan penghijauan
pekarangan rumah.

43

BAB II
TINJAUAN PUSTAKA

2.1 Tinjauan Pustaka


2.1.1

Diagnosis dan Intervensi Komunitas


Diagnosis dan intervensi komunitas adalah suatu kegiatan untuk
menentukan adanya suatu masalah kesehatan di komunitas atau
masyarakat dengan cara pengumpulan data di lapangan dan kemudian
melakukan intervensi sesuai dengan permasalahan yang ada. Diagnosis
dan intervensi komunitas merupakan suatu prosedur atau keterampilan
dari ilmu kedokteran komunitas. Dalam melaksanakan kegiatan diagnosis
dan intervensi komunitas perlu disadari bahwa yang menjadi sasaran
adalah komunitas atau sekelompok orang sehingga dalam melaksanakan
diagnosis komunitas sangat ditunjang oleh pengetahuan ilmu kesehatan
masyarakat (epidemiologi, biostatistik, metode penelitian, manajemen
kesehatan, promosi kesehatan masyarakat, kesehatan lingkungan,
kesehatan kerja dan gizi). (Notoatmodjo, 2007).

2.1.2

Teori Pengetahuan

2.1.2.1. Definisi Pengetahuan


Menurut Notoatmojo (2007), pengetahuan merupakan hasil
Tahu dan ini terjadi setelah orang melakukan pengindraan terhadap
suatu subyek tertentu. Pengindraan terjadi melalui panca indra
manusia yaitu indra penglihatan, pendengaran penciuman, rasa, dan
raba. Pengetahuan atau kognitif merupakan domain yang sangat
berperan untuk terbentuknya suatu tindakan seseorang.
Pengetahuan adalah segala sesuatu yang ada dikepala kita. Kita
dapat mengetahui sesuatu berdasarkan pengalaman yang kita miliki.
Selain pengalaman, kita juga menjadi tahu karena kita diberitahu oleh
orang lain. Pengetahuan juga didapatkan dari tradisi (Prasetyo, 2007).
Pengetahuan

(Knowledge)

adalah

suatu

proses

dengan

menggunakan panca indra yang dilakukan seseorang terhadap objek

44

tertentu dapat menghasilkan pengetahuan dan keterampilan (Hidayat,


2007).
Pengetahuan seseorang biasanya diperoleh dari pengalaman
yang berasal dari berbagai macam sumber seperti, media poster,
kerabat dekat, media massa,

media elektronik, buku petunjuk,

petugas kesehatan, dan sebagainya. Pengetahuan dapat membentuk


keyakinan tertentu, sehingga seseorang berperilaku sesuai dengan
keyakinannya tersebut (Istiari, 2000).
2.1.2.2

Cara Mendapatkan Pengetahuan


Dari berbagai macam cara yang telah digunakan untuk
memperoleh kebenaran pengetahuan sepanjang sejarah, dapat
dikelompokkan menjadi dua, yakni:
1. Cara Tradisional Untuk Memperoleh Pengetahuan. Cara-cara
penemuan pengetahuan pada periode ini dilakukan sebelum
ditemukan metode ilmiah, yang meliputi :
a. Cara Coba Salah (Trial Dan Error)
Cara

coba-coba

ini

kemungkinan tersebut

dilakukan

dengan

menggunakan

tidak berhasil, dicoba kemungkinan

yang lain. Apabila tidak berhasil, maka

akan dicoba

kemungkinan yang lain lagi sampai didapatkan hasil mencapai


kebenaran.
b. Cara Kekuasaan atau Otoritas
Di mana pengetahuan diperoleh berdasarkan pada otoritas atau
kekuasaa baik tradisi, otoritas pemerintahan, otoritas pemimpin
agama, maupun ahli ilmu pengetahuan.
c. Berdasarkan Pengalaman Pribadi
Hal ini dilakukan dengan cara mengulang kembali pengalaman
yang diperoleh dalam memecahkan permasalahan yang
dihadapi pada masa yang

lalu. Apabila dengan cara yang

digunakan tersebut orang dapat memecahkan masalah yang


sama, orang dapat pula menggunakan cara tersebut.

45

d. Melalui Jalan Pikiran


Dari sini manusia telah mampu menggunakan penalarannya
dalam memperoleh pengetahuannya. Dengan kata lain, dalam
memperoleh

kebenaran

pengetahuan,

manusia

telah

menggunakan jalan fikiran.


2. Cara Modern dalam Memperoleh Pengetahuan
Cara baru atau modern dalam memperoleh pengetahuan pada
dewasa ini lebih sistematis, logis, dan ilmiah. Cara ini disebut
metode penelitian ilmiah (Notoatmodjo, 2005).
2.1.2.3

Tingkat Pengetahuan
Tahu diartikan sebagai mengingat suatu materi yang telah
dipelajari sebelumnya.Termasuk di dalam pengetahuan tingkat ini
adalah mengingat kembali (recall).
Menurut Notoatmodjo (2007), pengetahuan yang cukup dalam
domain kognitif mempunyai 6 tingkatan, yaitu:
2.

Tahu (know)
Tahu diartikan sebagai mengingat suatu materi yang telah
dipelajari sebelumnya.Termasuk di dalam pengetahuan tingkat ini
adalah mengingat kembali (recall) terhadap sesuatu yang spesifik
dari seluruh bahan yang dipelajari atau rangsangan yang telah
diterima. Oleh sebab itu, Tahu ini adalah merupakan tingkat
pengetahuan yang paling rendah, kata kerja untuk mengukur
bahwa orang tahu tentang apa yang telah dipelajari antara lain :
menyebutkan, menguraikan, mendefinisikan, menyatakan dan
sebagainya.

3.

Memahami (comprehension)
Memahami diartikan sebagai suatu kemampuan menjelaskan
secara benar mengenai obyek yang diketahui dan dapat
menginterpretasikan meteri tersebut secara benar. Orang yang
telah paham terhadap obyek atau materi harus dapat menjelaskan,
menyebutkan,

contoh

menyimpulkan,

merencanakan,

dan

sebagainya terhadap obyek yang telah dipelajari.

46

4.

Aplikasi (application)
Aplikasi diartikan sebagai kemampuan untuk menggunakan
materi yang telah dipelajari pada situasi atau kondisi yang riil
(sebenarnya). Aplikasi disini dapat diartikan aplikasi atau
penggunaan

hukum-hukum,

rumus,

metode,

prinsip,

dan

sebagainya dalam konteks dan situasi yang lain. Dalam


menggunakan

prinsip-prinsip

siklus

pemecahan

masalah

(problem solving cycle) didalam pemecahan masalah kesehatan


dari kasus yang diberikan.
5.

Analisis (analysis)
Analisis adalah suatu kemampuan untuk menjabarkan materi atau
suatu obyek ke dalam komponen-komponen tetapi masih di
dalam suatu struktur organisasi dan masih ada kaitannya satu
sama lain. Kemampuan analisis ini dapat dilihat dari penggunaan
kata - kata kerja. Dapat menggambarkan (membuat bagan),
membedakan, memisahkan, mengelompokan, dan sebagainya.

6.

Sintesis (synthesis)
Sintesis adalah menunjukkan kepada suatu kemampuan untuk
meletakkan atau menghubungkan bagian-bagian di dalam suatu
bentuk keseluruhan yang baru. Dengan kata lain, sintesis itu suatu
kemampuan untuk menyusun formulasi baru dari formulasiformulasi yang ada.

7.

Evaluasi (evaluation)
Evaluasi ini berkaitan dengan kemampuan untuk melaksanakan
justifikasi atau penilaian terhadap suatu materi atau obyek.
Penilaian-penilaian ini berdasarkan suatu kriteria yang telah
ditentukan sendiri atau menggunakan kriteria-kriteria yang telah
ada.

47

2.1.2.4

Faktor-Faktor yang Mempengaruhi Tingkatan Pengetahuan


Faktor-faktor yang mempengaruhi pengetahuan Sukmadinata
(2007:41)

mengemukakan

bahwa

pengetahuan

yang

dimiliki

seseorang dipengaruhi oleh faktor-faktor berikut ini:


1. Faktor internal
Faktor internal meliputi jasmani dan rohani. Faktor jasmani adalah
tubuh orang itu sendiri, sedangkan faktor rohani adalah psikis,
intelektual, psikomotor, serta kondisi afektif dan kognitifnya.
2. Faktor eksternal
a. Tingkat pendidikan
Pendidikan berpengaruh dalam memberi respon yang
datang dari luar. Orang berpendidikan tinggi akan memberi
respon lebih rasional terhadap informasi yang datang. Tingkat
pendidikan berarti bimbingan yang diberikan oleh seseorang
terhadap perkembangan orang lain menuju ke arah suatu citacita tertentu. (Sarwono, 1992, yang dikutip Nursalam, 2001).
Pendidikan diklasifikasikan menjadi :

Pendidikan tinggi: akademi/ PT

Pendidikan menengah: SLTP/SLTA

Pendidikan dasar : SD

Dengan pendidikan yang tinggi maka seseorang akan


cenderung untuk mendapatkan informasi baik dari orang lain
maupun dari media masa, sebaliknya tingkat pendidikan yang
kurang akan menghambat perkembangan dan sikap seseorang
terhadap

nilai-nilai

(Koentjaraningrat,
Ketidaktahuan dapat

yang

1997,

dikutip

baru

diperkenalkan

Nursalam,

2001).

disebabkan karena pendidikan yang

rendah, seseorang dengan tingkat pendidikan yang terlalu


rendah akan sulit menerima pesan, mencerna pesan, dan
informasi yang disampaikan (Effendi, 1998, hlm. 14).
Wiet Hary dalam Notoatmodjo (1993) menyebutkan
bahwa tingkat pendidikan turut pula menentukan mudah

48

tidaknya seseorang menyerap dan memahami pengetahuan


yang mereka peroleh pada umumnya, semakin tinggi
pendidikan

seseorang

maka

semakin

baik

pula

pengetahuannya.
b. Papan media masa
Media masa, baik cetak maupun elektronik merupakan sumber
informasi yang dapat diterima oleh masyarakat, sehingga
seseorang yang lebih sering mendengar atau melihat media
masa (tv, radio, dan majalah) akan memperoleh informasi
yang lebih banyak dibandingkan dengan orang yang tidak
pernah mendapat informasi dari media masa.
c. Ekonomi
Keluarga dengan status ekonomi tinggi lebih mudah
mencukupi kebutuhan primer maupun kebutuhan sekunder
dibandingkan dengan keluarga status ekonomi rendah. Hal ini
akan mempengaruhi kebutuhan akan informasi yang termasuk
kebutuhan sekunder.
d. Hubungan sosial
Manusia adalah makhluk sosial, dimana dalam kehidupan
saling berinteraksi antara satu dengan yang lain. Individu yang
berinteraksi secara kontinyu akan lebih besar terpapar
informasi. Faktor hubungan sosial juga mempengaruhi
kemampuan individu sebagai komunikan untuk menerima
pesan menurut model komunikasi.
e. Pengalaman
Pengalaman seorang individu tentang berbagai hal diperoleh
dari lingkungan kehidupan dalam proses perkembangannya.
Orang yang berpengalaman mudah menerima informasi dari
lingkungan sekitar sehingga lebih baik dalam mengambil
keputusan. Pengetahuan yang dipengaruhi oleh faktor tersebut
di atas merupakan hal yang sangat penting untuk terbentuknya
tindakan seseorang. Pengaruh dari intelektual, afektif, kognitif

49

dan pengalaman manusia sebagai subjek akan mempengaruhi


pengetahuannya terhadap suatu objek yang terjadi melalui
pengindraan
Menurut Notoatmojo (2007), pengetahuan yang telah dimilki
seseorang dipengaruhi oleh faktor-faktor sebagai berikut:
1. Pendidikan
Tingkat pendidikan seseorang akan berpengaruh dalam memberi
respon yang datang dari luar. Orang yang berpendidikan tinggi
akan memberi respon yang rasional terhadap informasi yang
datang dan akan berpikir sejauh mana keuntungan yang mungkin
akan mereka peroleh dari gagasan tersebut. Ibu hamil yang
berpendidikan, tentu akan banyak memberi perubahan terhadap
apa yang mereka lakukan dimasa lalu.
2. Paparan Media Massa
Melalui berbagai media baik cetak maupun elektrolik, berbagai
informasi dapat diterima oleh masyarakat sehingga seseorang
yang lebih sering mendengar atau melihat media massa (TV,
radio, majalah, pamflet,dan lain-lain) akan memperoleh informasi
yang lebih banyak dibandingkan dengan orang yang tidak pernah
mendapat informasi media. Ini berarti informasi media masa
mempengaruhi tingkat pengetahuan yang dimiliki oleh seseorang.
3. Ekonomi
Dalam memenuhi kebutuhan primer maupun kebutuhan sekunder,
keluarga dalam status ekonomi baik lebih mudah tercukupi
dibanding keluarga dengan status ekonomi rendah. Hal ini akan
mempengaruhi

kebutuhan

akan

informasi

yang

termasuk

kebutuhan sekunder.
4. Hubungan Sosial
Manusia adalah makhluk sosial, dimana dalam kehidupan saling
berinteraksi antara satu dengan yang lain. Individu yang dapat
berinteraksi secara kontinyu akan lebih besar terpapar informasi.
Sementara

faktor

hubungan

sosial

juga

mempengaruhi

50

kemampuan individu sebagai komunikan untuk menerima pesan


menurut model komunikasi media.
5. Pengalaman
Pengalaman seorang individu tentang berbagai hal bisa diperoleh
dari lingkungan. Kehidupan dalam proses perkembangannya,
misalnya sering mengikuti kegiatan. Kegiatan yang mendidik
misalnya seminar. Organisasi dapat memperluas jangkauan
pengalamanya, karena dari berbagai kegiatan tersebut informasi
tentang suatu hal dapat diperoleh.
Pengalaman merupakan guru yang terbaik (experience is the best
teacher), pepatah tersebut bisa diartikan bahwa pemngalaman
merupakan sumber pengetahuan, atau pengalaman itu merupakan
suatu cara untuk memperoleh suatu kebenaran pengetahuan. Oleh
sebab itu pengalaman pribadi pun dapat dijadikan sebagai upaya
untuk memperoleh pengetahuan. Hal ini dilakukan dengan cara
mengulang
memecahkan

kembali

pengetahuan

persoalan

yang

yang

dihadapi

diperoleh
pada

masa

dalam
lalu

(Notoatmodjo, 2002 : 13).


2.1.2.5

Sumber Pengetahuan
Menurut Istiarti (2000), pengetahuan seseorang biasanya
diperoleh dari berbagai macam sumber, misalnya media massa, media
elektronik, buku petunjuk, petugas kesehatan, media poster, kerabat
dekat, dan sebagainya. Sumber pengetahuan dapat berupa pemimpinpemimpin masyarakat baik formal maupun informal ahli agama,
pemegang peerintahan, dan sebagainya (Notoatmojo, 2005).

2.1.2.6

Pengukuran Pengetahuan
Pengukuran pengetahuan dapat dilakukan dengan wawancara
atau angket (kuesioner) yang menanyakan tentang materi yang ingin
diukur dari subjek penelitian atau responden. Kedalaman pengetahuan
yang ingin diketahui atau diukur dapat disesuaikan dengan tingkatantingkatan di atas. Pengukuran tingkat pengetahuan dimaksudkan untuk

51

mengetahui status pengetahuan seseorang dan disajikan dalam tabel


distribusi frekuensi (Notoatmodjo, 2005).

2.1.3

Teori Pekarangan

2.1.3.1 Definisi
Pekarangan adalah sebidang tanah darat yang terletak langsung di
sekitar rumah tinggal dan jelas batas-batasannya, ditanami dengan
satu atau berbagai jenis tanaman dan masih mempunyai hubungan
pemilikan dan/atau fungsional dengan rumah yang bersangkutan.
Hubungan fungsional yang dimaksudkan di sini adalah meliputi
hubungan sosial budaya, hubungan ekonomi, serta hubungan biofisika
(Soemarwoto (1975) dalam Hidayat, 2013).
2.1.3.2 Klasifikasi
Secara garis besar area atau daerah pekarangan pada umumnya dapat
dibagi menjadi:

Daerah umum (public area). Pada area ini selain dilihat dan
dinikmati oleh penghuni rumah juga oleh siapa saja yang lewat di
depan atau disekitar rumah kita.

Daerah kesibukan (service area). Maksud service area disini


adalah pekarangan digunakan untuk kesibukan penghuni rumah,
misalnya tempat mencuci pakaian, mencuci piring atau lainnya.
Pada area inipun dapat ditanam tanaman bumbu-bumbuan, sayursayuran atau tempat menanam tanaman obat-obatan. Begitu pula
tempat anak-anak bermain. Biasanya daerah ini diletakkan dekat
dapur, dengan maksud bila mau ambil tanaman bumbu pada saat
sedang memasak mudah dan dekat sehingga tidak memerlukan
waktu yang lama, jadi masakannya tidak menjadi hangus.
Begitupula tempat anak-anak bermain diletakkan didaerah ini,
dengan maksud ibu atau pembantu rumah tangga atau penghuni
rumah yang lainnya sambil bekerja, setiap saat dapat mengawasi
anak-anak yang sedang bermain. Apalagi tiba-tiba ada anggota

52

keluarga memerlukan tanaman obat-obatan, terutama pada malam


hari dapat dengan mudah dan aman mengambilnya.

Daerah pribadi (private area). Misalnya tempat keluarga


menanam tanaman, melakukan penelitian yang paling hemat,
aman, setiap saat dapat diamati. Daerah pribadi ini biasanya
disediakan disamping rumah.

Daerah famili (family area). Daerah ini dapat dibuat taman untuk
kepentingan keluarga, atau tempat berolah raga, atau tempat
keluarga

berkumpul,

camping

dan

lainnya.

Jangan

lupa

memikirkan tempat anak-anak dikala remaja bersantai. Taman


untuk keluarga ini diberi tempat yang strategis dipekarangan bila
pekarangannya luas.
2.1.3.3 Manfaat
Pemanfaatan pekarangan yang bisa dilakukan, antara lain :
1. Lumbung Hidup
Lumbung adalah tempat untuk menyimpan bahan pangan,
hal ini terjadi pada masa dahulu dan di wilayah pedesaan
mempunyai lumbung padi atau lainnya. Dan untuk pekarangan
rumah dimanfaatkan sebagai lumbung hidup yang merupakan
persediaan pangan seperti : buah-buahan, umbi-umbian untuk
bahan makanan sebagai bahan kalori seperti ubi jalar, singkong,
pisang dan sebagainya.
2. Warung Hidup
Warung adalah merupakan tempat untuk bertransaksi,
pertukaran antara uang dengan barang atau sebaliknya. Namun
warung hidup adalah kebutuhan keluarga yang diperoleh dari
lingkungan pekarangan dan sewaktu-waktu dapat diperoleh,
seperti sayuran-mayur, melinjo, kelor, kacang-kacangan sebagai
sumber protein.
3. Apotik Hidup
Apotik adalah tempat berjualan obat-obatan, namun apotik
hidup adalah lingkungan keluarga yang digunakan untuk

53

menanam berbagai jenis tanaman yang dapat digunakan untuk


obat-obatan herbal, seperti : daun pepaya, kumis kucing, daun
inggu, kunyit, temulawak, jahe, lempuyang, pagagan, adas, keji
beling, sirsat dan lainnya.
4. Bank Hidup
Bank adalah tempat untuk menyimpan atau meminjam uang,
namun bank hidup adalah tanaman tahunan yang suatu saat dapat
menghasilkan uang, karena bisa dijual. Tentu saja bila mempunyai
pekarangan luas yang dijadikan kebun buah. Seperti: durian,
jambu, kelengkeng, alpokat, mangga, jeruk, apel, pisang, sirsat,
rambutan, duku dan lainnya.

2.1.4

Teori Penghijauan

2.1.4.1 Definisi
Penghijauan adalah upaya pemulihan lahan kritis di luar kawasan
hutan untuk mengembalikan fungsi lahan (Peraturan Pemerintah RI
no.2008).
Penghijauan dalam arti luas adalah segala daya untuk
memulihkan, memelihara dan meningkatkan kondisi lahan agar dapat
berproduksi dan berfungsi secara optimal, baik sebagai pengatur tata
air atau pelindung lingkungan. Berperan aktif dalam melestarikan
lingkungan tidak hanya dengan cara menanam pohon di tempattempat lahan kosong atau tempat rawan bencana saja, tetapi dapat kita
lakukan ditempat tinggal kita sendiri. Dapat kita mulai dari
lingkungan rumah sendiri dan kemudian lingkungan tempat tinggal
yang lebih luas lagi.
2.1.4.2 Manfaat
Manfaat Penghijauan Pekarangan
1. Manfaat Orologis
Akar pohon dengan tanah merupakan satu kesatuan yang kuat
sehingga mampu mencegah erosi.

54

2. Manfaat Hidrologis
Tanaman-tanaman pada dasarnya akan menyerap air hujan.
Dengan demikian banyaknya kelompok pohon-pohon akan
menjadikan daerah sebagai daerah persediaan air tanah yang dapat
memenuhi kehidupan bagi manusia dan makhluk lainnya.
3. Manfaat Klimatologis
Dengan banyaknya pohon akan menurunkan suhu setempat,
sehingga udara di sekitarnya menjadi sejuk dan nyaman. Jadi
secara klimatologis kehadiran kelompok pohon-pohon pelindung
sangat besar artinya.
4. Manfaat Ekologis
Lingkungan yang baik adalah yang seimbang antara struktur
buatan manusia dan struktur alam. Kelompok pohon atau tanaman,
air, dan binatang adalah bagian dari alam yang dapat memberikan
keseimbangan lingkungan.
5. Manfaat Hygienis
Adalah sudah menjadi sifat pohon pada siang hari menghasilkan
O2 (Oksigen) yang sangat diperlukan manusia, dan sebaliknya
dapat menyerap CO2 (Karbondioksida) yaitu udara kotor hasil gas
buangan sisa pembakaran. Jadi secara hygienis, pohon sangat
berguna untuk kehidupan manusia.
6. Manfaat Ekonomis
Salah satu fungsi tanaman adalah sebagai sumber pangan, seperti
yang dijelaskan di atas dengan kita memanfaatkan lahan
pekarangan dengan menamam berbagai tanaman buah dan sayuran
selain sebagai penghijauan juga berfungsi sebagai sumber
pendapatan/tabungan keluarga karena hasil pekarangan bukan
hanya untuk dikomsumsi tetapi juga dapat dijual sebagai sumber
pendapatan keluarga dan kalau ditata dengan baik dapat sebagai
penambah keindahan rumah.

55

2.1.4.3

Pemilihan Jenis Tanaman


Pemilihan jenis tanaman untuk penghijauan di pekarangan rumah
hendaknya dipilih agar dapat tumbuh dan dirawat dengan baik.
Pemilihan jenis tanaman hendaknya dipertimbangkan dari segi
persyaratan hortikultura (ekologikal) dan persyaratan fisik. Syarat
hortikultural yaitu respon dan toleransi terhadap temperatur,
kebutuhan air, kebutuhan dan toleransi terhadap cahaya matahari,
kebutuhan lahan dan jenis tanah, ketahanan hama dan penyakit.
Tanah adalah bagian yang terdapat pada kerak bumi yang
tersusun atas mineral dan bahan organik. Tanah merupakan salah satu
penunjang yang membantu kehidupan semua mahluk hidup yang ada
di bumi. Tanah sangat mendukung terhadap kehidupan tanaman yang
menyediakan hara dan air di bumi. selain itu, Tanah juga merupakan
tempat hidup berbagai mikroorganisme yang ada di bumi dan juga
merupakan tempat berpijak bagi sebagian mahluk hidup yang ada di
darat. Dari segi klimatologi , tanah memegang peranan penting
sebagai penyimpan air dan mencegah terjadinya erosi. Meskipun
tanah sendiri juga bisa tererosi.
Jenis Tanah
Jenis tanah yang ada di Tangerang adalah tanah inceptisol.
(Dokumen RPJM Prov. Banten Tahun 2007 2012).
Tanah inceptisol termasuk kedalam jenis tanah aluvial. Banyak
terdapat di lembah-lembah atau jalur aliran sungai dan dataran pantai.
Tanah inceptisol memiliki kadar posfor rendah, sedangkan kadar
alumunium dan zat besinya tinggi. Keasaman yang dikandung jenis
tanah ini antara 5,0 sampai dengan 7 dengan tingkat kejenuhan 0-72
persen. Oleh karena itu, tanah ini termasuk tanah yang memilik
tingkat keasaman sedang. Sementara itu, tanah yang baik untuk
digunakan lahan pertanian adalah tanah yang sifatnya netral, memiliki
tingkat keasaman 6,7 sampai 7,0. Oleh karena itu, jenis tanah
inceptisol kurang cocok untuk dijadikan lahan pertanian. Namun,
cocok untuk tanaman perkebunan.

56

Tanah inceptisol cocok digunakan di beberapa perkebunan yang


menanam tanaman-tanaman berikut ini :
1. Tebu
Baik ditanam di tanah berjenis inceptisol di tempat yang
berketinggian kurang dari 1.300 m DPL (Diatas Permukaan Laut)
dengan curah hujan antara 1.500-3.000 mm/tahun dengan suhu 2430C.
2. Tembakau
Tembakau akan tumbuh maksimal jika ditanam di tanah berjenis
inceptisol di tempat yang berketinggian 80-550 m DPL, curah
hujan antara 2.000 mm/tahun, suhu 18-27C, dan sinar matahari
penuh.
3. Kakao
Tumbuhan ini cocok ditanam di tanah berjenis inceptisol di tempat
yang berketinggian 500-800 m DPL, curah hujan antara 1.1003.000 mm/tahun, suhu 15-31C dengan kelembapan antara 70-80
persen.
4. Panili
Tanah berjenis inceptisol ini pilihan yang tepat untuk berkebun
panili. Tempat yang dipilih adalah tempat berketinggian antara 0800 m DPL, curah hujan antara 850-2.950 mm/tahun, suhu 20C
dengan kelembapan 70-80 persen.
5. Pala
Tanaman rempah ini cocok ditanam di tanah berjenis inceptisol di
tempat yang berketinggian 0-700 m DPL, curah hujan antara
2.000-3.350 mm/tahun, dan suhu 20-30C.
Selain tanaman-tanaman tersebut, masih banyak tanaman perkebunan
lainnya. Namun, yang perlu diperhatikan adalah fungsi tanah itu bagi
tanaman, yaitu untuk memberikan air dan melayani tanaman tersebut
sebagai resevoar, memberikan unsur mineral, dan sebagai tempat
bertumpu tanaman.

57

2.2 Kerangka Teori


Konsep yang digunakan dalam penelitian ini merujuk pada teori
Notoatmodjo (2007), yang menyatakan bahwa pengetahuan dipengaruhi oleh
beberapa faktor, yaitu:
Pendidikan

Paparan Media Massa

Ekonomi

Pengetahuan

Hubungan Sosial

Pengalaman

Gambar 2.1. Kerangka Teori

2.3 Kerangka Konsep


Berdasarkan teori sebelumnya, dapat dibuat suatu kerangka konsep yang
berhubungan dengan area permasalahan yang terjadi pada keluarga binaan di
Kampung Gaga RT 007/RW 003 Desa Tanjung Pasir, Kecamatan Teluk Naga,
Kabupaten Tangerang, Propinsi Banten
Pendidikan

Paparan Media Massa

Hubungan Sosial

Pengetahuan
Penghijauan
Pekarangan

Pengalaman

Gambar 2.2. Kerangka Konsep

58

2.4 Definisi Operasional


Untuk membatasi ruang lingkup atau pengertian variabel-variabel yang
diamati atau diteliti, variabel tersebut diberi batasan atau definisi operasional.
Definisi operasional ialah suatu definisi yang didasarkan pada karakteristik
yang dapat diobservasi dari apa yang sedang didefinisikan dengan kata-kata
yang menggambarkan perilaku atau gejala yang dapat diamati dan yang dapat
diuji dan ditentukan kebenarannya oleh orang lain

Tabel 2.1. Tabel Definisi Operasional Diagnosis dan Intervensi Komunitas Area Masalah
Penghijauan Pekarangan Pada Daerah Keluarga Binaan

No VARIABEL
1.

DEFINISI

ALAT

CARA

OPERASIONAL

UKUR

UKUR

Pengetahuan

Pemahaman responden

Penghijauan

tentang pekarangan,

Pekarangan

penghijauan, manfaat
pekarangan, manfaat
penghijauan pekarangan,

HASIL

SKALA

Kuesioner Wawancara Baik, jika

Ordinal

mean

Buruk, jika <


mean

pemanfaatan yang cocok


untuk jenis tanah di
lingkungan responden,
jenis tanaman yang
cocok ditanam di tanah
tersebut, media
penanaman untuk
tanaman tersebut
2.

Pendidikan

Jenjang pendidikan

Kuesioner Wawancara Baik : SMA

Ordinal

formal terakhir yang

Sedang : SMP

ditamatkan oleh

Rendah : SD

responden

59

No VARIABEL
3.

DEFINISI

ALAT

CARA

OPERASIONAL

UKUR

UKUR

HASIL

SKALA

Kuesioner Wawancara Ada, jika 1

Paparan

Informasi yang

media massa

didapatkan tentang

Tidak Ada,

penghijauan pekarangan

jika < 1

Nominal

dari media elektronik dan


media cetak, atau
penyuluhan.
4.

Hubungan

Interaksi antara

Sosial

responden dengan

Kuesioner Wawancara Baik, jika 1

Ordinal

Buruk, jika < 1

keluarga lain di
lingkungan sekitar
berupa ajakan oleh
tetangga kepada
responden dan ajakan
responden untuk tetangga
dalam melakukan
penghijauan pekarangan
5.

Pengalaman

Sesuatu yang pernah

Kuesioner Wawancara Ada, jika 1

dirasakan, didengarkan,

Tidak Ada,

dan dialami oleh

jika < 1

responden dalam hal


menanam tanaman di
pekarangan rumah dan
mengikuti penyuluhan
penghijauan pekarangan
rumah

60

Nominal

BAB III
METODE

3.1 Populasi Pengumpulan Data


Dalam kegiatan baik yang bersifat ilmiah maupun yang bersifat sosial,
perlu dilakukan pembatasan populasi dan cara pengambilan sampel. Populasi
adalah keseluruhan objek pengumpulan data. Dalam hal ini yang menjadi
populasi adalah keluarga di RT 007/RW 003, Kampung Gaga, Desa Tanjung
Pasir, Kecamatan Teluk Naga, Kabupaten Tangerang, Provinsi Banten periode
8 Juli 2014 sampai dengan 15 Juli 2014.

3.2 Sampel Pengumpulan Data


Sampel adalah sebagian atau wakil populasi yang diteliti. Sampel harus
bersifat representatif. Dalam hal ini yang menjadi sampel adalah empat
keluarga binaan di RT 007/RW 003, Kampung Gaga, Desa Tanjung Pasir,
Kecamatan Teluk Naga, Kabupaten Tangerang, Provinsi Banten.

3.3 Responden Pengumpulan Data


Responden pada pengumpulan data ini merupakan anggota keluarga
binaan yang kooperatif dan yang selalu kami temui saat kunjungan.
Responden sebanyak 9 orang yang terdiri dari keluarga 1 sebanyak 3 orang,
keluarga 2 sebanyak 2 orang, keluarga 3 sebanyak 2 orang, dan keluarga 4
sebanyak 2 orang. Diketahui bahwasannya tidak semua anggota bisa
meluangkan waktu untuk dijadikan sebagai responden pengumpulan data
dengan alasan pekerjaan ditambah anggota keluarga yang berumur di bawah
sepuluh tahun tidak termasuk kriteria inklusi.

3.4 Jenis Dan Sumber Data


3.4.1 Jenis data
a. Data Kualitatif
Data kualitatif adalah data yang berbentuk kata-kata, bukan dalam
bentuk angka. Data kualitatif diperoleh melalui berbagai cara

61

pengumpulan data misalnya wawancara, analisis, observasi yang telah


dituangkan dalam catatan lapangan (transkrip). Data kualitatif yang
didapatkan yaitu melalui wawancara dengan keluarga binaan serta
kader, dan kepala puskesmas.
b. Data Kuantitatif
Data kuantitatif adalah data berbentuk angka atau bilangan. Sesuai
dengan bentuknya, data kuantitatif dapat diolah atau dianalisis
menggunakan teknik perhitungan matematika atau statistika. Data
kuantitatif yang didapatkan yaitu data puskesmas tentang data rumah
sehat, sanitasi dasar, dan sepuluh besar penyakit yang ada di
Puskesmas tahun 2014.

3.4.2 Sumber Data


Sumber data dalam pengumpulan data ini adalah para responden
yaitu empat keluarga binaan di RT 007/RW 003, Kampung Gaga, Desa
Tanjung Pasir, Kecamatan Teluk Naga, Kabupaten Tangerang, Provinsi
Banten.
a. Data primer
Data yang langsung didapatkan dari hasil kuesioner kepada keluarga
binaan di Desa Tanjung Pasir, Teluk Naga melalui wawancara
terpimpin dan observasi..
b. Data sekunder
Data yang didapat bersumber dari data yang sudah ada di Puskesmas
Tegal Angus, berupa data Rumah Sehat 2014.
c. Data tersier
Data yang didapat dari buku dan internet mengenai teori pengetahuan

3.4.3

Penentuan Instrument Pengumpulan Data


Instrument pengumpulan data adalah alat bantu yang dipilih dan
digunakan oleh peneliti dalam kegiatan mengumpulkan data agar kegiatan
tersebut menjadi sistematis dan mudah yang sering disebut instrument
penelitian.

62

Instrument sebagai alat bantu dalam metode pengumpulan data


dapat berupa kuesioner, formulir observasi, formulir-formulir lain yang
berkaitan dengan pencatatan data dan sebagainya (Notoatmodjo, 2012).
Instrument yang dipakai untuk mengumpulkan data pada penelitian ini
adalah kuesioner.

3.4.4

Pengumpulan Data
Pengumpulan data merupakan bagian terpenting dalam suatu
langkah-langkah diagnosis komunitas. Untuk mendapatkan data yang
diperlukan, maka digunakan beberapa metode dalam proses pengumpulan
data. Metode yang dipakai dalam mengumpulkan data pada penelitian ini
adalah wawancara dengan menggunakan instrument kuesioner sebagai alat
untuk mengumpulkan data-data.

Tabel 3.1 Daftar Kegiatan Pengumpulan Data pada Keluarga Binaan RT/RW 007/03 Kampung
Gaga, Desa Tanjung Pasir, Kabupaten Tangerang, Periode 8 Juli 2014 15 Juli 2014

Tanggal

Kegiatan

Selasa

Perkenalan dengan kader dan perkenalan serta sambung rasa dengan

8 Juli 2014

kepala keluarga dan anggota keluarga binaan.

Rabu

Pengumpulan data dasar dari Puskesmas Tegal Angus.

9 Juli 2014

Berkunjung ke keluarga binaan untuk pengumpulan data dasar masingmasing keluarga binaan.

Kamis

Pengumpulan data Puskesmas Tegal Angus yang berhubungan dengan

10 Juli 2014

beberapa masalah yang ditemukan pada keluarga binaan.


Berkunjung kembali ke keluarga binaan untuk melengkapi data
masing-masing keluarga binaan.

Sabtu

Diskusi pertama tentang penentuan area masalah sesuai dengan

12 Juli 2014

permasalahan yang ada pada keempat keluarga binaan.


Pembuatan Bab I, Bab II, dan Kuesioner.

Minggu

Pengisian kuesioner untuk masing-masing responden.

13 Juli 2014

Pengumpulan data hasil pengisian kuesioner.


Pengolahan data kuesioner.
Analisis data.

63

Tanggal

Kegiatan

Senin

Menyusun rencana intervensi komunitas.

14 Juli 2014

Diskusi kedua untuk menyusun intervensi komunitas.

Selasa

Melakukan intervensi komunitas

15 Juli 2014

3.4.5

Pengolahan Data dan Analisis Data


Dalam

mengolah

data

tentang

Pengetahuan

Penghijauan

Pekarangan Rumah di Kampung Gaga, RT 007 RW 003, Desa Tanjung


Pasir, Kecamatan Teluk Naga, Kabupaten Tangerang Provinsi Banten
Tahun 2014 digunakan cara manual dan bantuan software pengolahan data
menggunakan Microsoft Word dan Microsoft Excel. Untuk menganalisis
data-data yang sudah didapat adalah dengan menggunakan analisis
univariat.
Analisis

univariat

bertujuan

untuk

menjelaskan

atau

mendeskripsikan karakteristik setiap variabel penelitian. Bentuk analisis


univariat tergantung dari jenis datanya. Pada umumnya dalam analisis ini
hanya menghasilkan distribusi frekuensi dan persentase umur, jenis
kelamin, tingkat pendidikan, dan sebagainya. Analisis univariat berfungsi
untuk meringkas kumpulan data sedemikian rupa sehingga kumpulan data
tersebut berubah menjadi informasi yang berguna. Peringkasan tersebut
dapat berupa ukuran statistik, tabel, grafik.
Pada diagnosis dan intervensi komunitas ini, variabel independen
yang diukur adalah :
1.

Pendidikan

2.

Paparan media massa

3.

Hubungan sosial

4.

Pengalaman

64

BAB IV
HASIL ANALISA

4.1 Karakteristik Keluarga Binaan


Hasil analisis ini disajikan melalui bentuk diagram yang diambil dari data
karakteristik responden yang terdiri dari empat keluarga binaan di Kampung
Gaga RT 007/RW 003, Desa Tanjung Pasir, Kecamatan Teluk Naga,
Kabupaten Tangerang, Provinsi Banten yakni: keluarga Tn. Utha, Tn. Wanto,
Tn.Yusuf, dan Tn. Pudin.

Diagram 4.1. Distribusi Frekuensi Usia Pada Keluarga Binaan di Kampung Gaga, RT 007/RW003,
Desa Tanjung Pasir, Kecamatan Teluk Naga, Kabupaten Tangerang, Provinsi Banten, Juli 2014
40

35.71

35
28.57

30
25

0-12 tahun

21.42

13-24 tahun

20

14.29

15

25-36 tahun
36-48 tahun

10

49-60 tahun

0
0-12 tahun

13-24 tahun

25-36 tahun

36-48 tahun

49-60 tahun

Berdasarkan dari diagram 4.1 tentang frekuensi berdasarkan usia pada


keluarga binaan didapatkan jumlah anggota keluarga terbanyak adalah yang berusia
0-12 tahun (35,71%)

65

Diagram 4.2. Distribusi Frekuensi Tingkat Pendidikan Pada Keluarga Binaan di Kampung Gaga
RT 007/RW 003, Desa Tanjung Pasir, Kecamatan Teluk Naga, Kabupaten Tangerang, Provinsi
Banten, Juli 2014

Distribusi Frekuensi Tingkat Pendidikan


0%

0%

0%

14%

SD
Belum Sekolah

29%

57%

SMP
Tidak Sekolah
SMA
Perguruan Tinggi

Berdasarkan dari diagram 4.2 terlihat tingkat pendidikan terbanyak dari


keluarga binaan adalah SD (57%)
Diagram 4.3 Distribusi Frekuensi Pekerjaan Keluarga Binaan, Kampung Gaga, RT 007/RW 006,
Desa Tanjung Pasir, Kecamatan Teluk Naga, Kabupaten Tangerang, Provinsi Banten, Juli 2014

Distribusi Frekuensi Pekerjaan


6%

6%

25%

13%

Buruh
Tidak Bekerja
Pelajar

25%

25%

Nelayan
Kader

66

Berdasarkan dari diagram 4.3 terlihat jenis pekerjaan terbanyak dari


keluarga binaan adalah Ibu Rumah Tangga dan Tidak Bekerja (26,67%)

4.2 Analisis Univariat


Hasil analisis data disajikan dalam bentuk tabel berdasarkan variabelvariabel dalam kuesioner yang dijawab oleh delapan responden pada bulan
Julii 2014.

Tabel 4.1. Distribusi Responden Mengenai Pengetahuan Penghijauan Pekarangan di Kampung


Gaga RT 007 RW 003, Desa Tanjung Pasir, Kecamatan Teluk Naga, Kabupaten Tangerang,
Provinsi Banten, Juli 2014

Pengetahuan Tentang

Jumlah responden

Persentase (%)

Buruk

88,89

Baik

11,11

Total

100

Penghijauan Pekarangan

Tabel diatas menjelaskan bahwa pengetahuan responden buruk mengenai


penghijauan pekarangan.

Tabel 4.2. Distribusi Responden Mengenai Aspek Pendidikan di Kampung Gaga RT 007 RW 003,
Desa Tanjung Pasir, Kecamatan Teluk Naga, Kabupaten Tangerang, Provinsi Banten, Juli 2014

Tingkat Pendidikan

Jumlah responden

Persentase (%)

Rendah

77,78

Sedang

22,22

Tinggi

Total

100

Tabel di atas menjelaskan bahwa tingkat pendidikan responden rendah,


yaitu tingkat pendidikan yang setara dengan SD/Tidak Sekolah.

67

Tabel 4.3. Distribusi Responden Mengenai Aspek Paparan Media Massa di Kampung Gaga RT
007 RW 003, Desa Tanjung Pasir, Kecamatan Teluk Naga, Kabupaten Tangerang, Provinsi Banten,
Juli 2014

Paparan Media Massa

Jumlah responden

Persentase (%)

Ada

33,33

Tidak Ada

66,67

Total

100

Tabel di atas menjelaskan bahwa paparan media massa yang menunjang


pengetahuan penghijauan kurang ada pada responden.
Tabel 4.4. Distribusi Responden Mengenai Aspek Hubungan Sosial di Kampung Gaga RT 007 RW
003, Desa Tanjung Pasir, Kecamatan Teluk Naga, Kabupaten Tangerang, Provinsi Banten, Juli 2014

Hubungan sosial

Jumlah responden

Persentase (%)

Baik

77,78

Buruk

22,22

Total

100

Tabel di atas menjelaskan bahwa sebagian besar hubungan sosial


masyarakat yang terjadi pada responden, yang dinilai dapat mempengaruhi
pengetahuan penghijauan pekarangan responden terjalin dengan cukup baik.

Tabel 4.5. Distribusi Responden Mengenai Aspek Pengalaman di Kampung Gaga RT 007 RW 003,
Desa Tanjung Pasir, Kecamatan Teluk Naga, Kabupaten Tangerang, Provinsi Banten, Juli 2014

Pengalaman

Jumlah

Persentase (%)

Ada

33,33

Tidak Ada

66,67

Total

Tabel di atas menjelaskan bahwa pengalaman pada responden mengenai


penghijauan pekarangan yang didapatkan responden sebelumnya kurang.

68

Tabel 4.6. Hasil Analisis Univariat Empat Variabel Pengetahuan Penghijauan Pekarangan Pada
Keluarga Binaan terhadap Sembilan Responden di Kampung Gaga RT 007 RW 003, Desa
Tanjung Pasir, Kecamatan Teluk Naga, Kabupaten Tangerang, Provinsi Banten, Juli 2014

Jumlah

Persentase

(orang)

(%)

11,11

88,89

TOTAL

100

Rendah

77,78

Sedang

22,22

Tinggi

TOTAL

100

Ada

33,33

Tidak Ada

66,67

TOTAL

100

Hubungan

Baik

77,78

Sosial

Buruk

22,22

TOTAL

100

Ada

33,33

Tidak Ada

66,67

TOTAL

100

No
1

Variabel

Hasil Ukur

Pengetahuan tentang

Pengetahuan yang baik

Penghijauan

Pengetahuan yang

Pekarangan

buruk

Tingkat pendidikan

Paparan Media Massa

Pengalaman

69

4.3 Fish Bone

INFORMASI KESEHATAN GIGI


Kurangnya informasi yang
diperoleh masyarakat melalui media
elektronik/cetak serta penyuluhan
Kurangnya akses masyarakat untuk
mendapatkan informasi terkait
dengan kesehatan gigi
Tidak adanya sarana yang memadai
dalam memberikan informasi
mengenai kesehatan gigi

Kurangnya pengalaman warga


dalam membiasakan menyikat
gigi
Tidak adanya contoh nyata tentang cara
menyikat gigi yang baik dan benar

Tidak adanya pihak terkait yang


memberikan penyuluhan

PENDIDIKAN

Tingkat pendidikan yang


rendah pada keluarga binaan
Rendahnya pendapatan keluarga
untuk biaya pendidikan sekolah

Masyarakat lebih
mengutamakan bekerja daripada
sekolah

Tingginya biaya yang diperlukan


untuk memenuhi kebutuhan
hidup sehari-hari
Rendahnya penghasilan yang di
peroleh tiap keluarga binaan

Tidak tersedianya lapangan


pekerjaan yang lain

KEBIASAAN MENYIKAT GIGI

TARAF EKONOMI

PENGETAHUAN
MENGENAI
KESEHATAN GIGI

Sesuai dengan diagram fishbone tersebut, akar-akar penyebab masalah yang


ditemukan adalah sebagai berikut:
1. Masyarakat lebih mengutamakan bekerja daripada sekolah
2. Tidak adanya sarana yang memadai dalam memberikan informasi mengenai
penghijauan pekarangan.
3. Kurangnya peran serta tokoh masyarakat dalam mengadakan kegiatan
penghijauan
4. Tidak adanya pihak terkait yang memberikan penyuluhan

Tabel 4.7. Pemecahan Masalah dan Rencana Intervensi Pada Keluarga Binaan di Kampung Gaga
007/ RW 003, Desa Tanjung Pasir, Kecamatan Teluk Naga, Kabupaten Tangerang, Periode 8 Juli
15 Juli 2014

No.
1

Akar Penyebab

Alternatif Pemecahan

Masalah

Masalah

Rencana Intervensi

Masyarakat lebih

Mendorong masyarakat

Memberikan sosialisasi tentang

mengutamakan bekerja

untuk mengutamakan

wajib belajar 12 tahun dan kejar

daripada sekolah

sekolah daripada bekerja

paket ABC

Tidak adanya sarana

Memberikan sarana yang

Memberikan sarana informasi

yang memadai dalam

memadai untuk memberikan

berupa penyuluhan dengan

memberikan informasi

informasi

menggunakan poster dan leaflet

mengenai penghijauan

tentang penghijauan pekarangan

pekarangan.
3

Kurangnya peran serta

Menambah peran serta

Melakukan pendekatan kepada

tokoh masyarakat dalam

tokoh masyarakat dalam

tokoh masyarakat agar berperan

mengadakan kegiatan

mengadakan kegiatan

untuk mengajak masyarakatnya

penghijauan pekarangan

penghijauan pekarangan

mengikuti penyuluhan tentang


penghijauan pekarangan

Tidak adanya pihak

Memberikan penyuluhan

Melakukan penyuluhan dengan

terkait yang

dan menggerakkan pihak

realisasi nyata dengan cara

memberikan penyuluhan terkait untuk evaluasi


terhadap penghijauan
pekarangan

pemberian tanaman dalam


rangka penghijauan pekarangan

4.4 Intervensi Pemecahan Masalah yang Terpilih


Intervensi yang terpilih yang dapat dilakukan adalah sebagai berikut :
a. Memberikan sosialisasi tentang wajib belajar 12 tahun dan kejar paket ABC
b. Melakukan penyuluhan dengan menggunakan poster dan leaflet tentang
penghijauan pekarangan
c. Melakukan pendekatan kepada tokoh masyarakat agar berperan

untuk

mengajak masyarakatnya mengikuti penyuluhan tentang penghijauan


pekarangan
d. Melakukan penyuluhan dengan realisasi nyata dengan cara pemberian
tanaman dalam rangka penghijauan pekarangan
Terpilihnya intervensi tersebut diatas dikarenakan penyuluhan dan
sosialisasi tidak memakan waktu atau tempat yang banyak, selain itu diharapkan
dengan adanya poster dan leaflet, lebih dapat menarik minat para responden
menyimak penyuluhan dan mudah untuk dimengerti, serta pemberian tanaman
untuk penghijauan pekarangan diharapkan dapat memberikan pengalaman nyata
masyarakat dalam mengadakan penghijauan pekarangan. Intervensi yang tidak
dapat dilakukan disertakan di saran.

BAB V
KESIMPULAN DAN SARAN

5.1 Kesimpulan
Berdasarkan

analisis

dari

data

kuesioner,

didapatkan

adanya

pengetahuan yang masih rendah tentang penghijauan pekarangan. Dari hasil


fish bone didapatkan berbagai macam penyebab kurangnya pengetahuan
tentang penghijauan pekarangan, antara lain :
a. Masyarakat lebih mengutamakan bekerja daripada sekolah
b. Tidak adanya sarana yang memadai dalam memberikan informasi
mengenai penghijauan pekarangan.
c. Kurangnya peran serta tokoh masyarakat dalam mengadakan kegiatan
penghijauan
d. Tidak adanya pihak terkait yang memberikan penyuluhan
Intervensi yang terpilih yang dapat dilakukan adalah sebagai berikut :
a. Memberikan sosialisasi tentang wajib belajar 12 tahun dan kejar paket
ABC
b. Melakukan penyuluhan dengan menggunakan poster dan leaflet tentang
penghijauan pekarangan
c. Melakukan pendekatan kepada tokoh masyarakat agar berperan untuk
mengajak masyarakatnya mengikuti penyuluhan tentang penghijauan
pekarangan
d. Melakukan penyuluhan dengan realisasi nyata dengan cara pemberian
tanaman dalam rangka penghijauan pekarangan

5.2 Saran
Bagi Masyarakat Kampung Gaga
a. Diharapkan warga bekerja sama dengan instansi terkait lingkungan hidup
agar memperoleh informasi dan pengetahuan secara berkala tentang
penghijauan pekarangan
b. Diharapkan tokoh masyarakat dapat memprakarsai kegiatan rutin
mengenai penghijauan pekarangan

c. Diadakannya evaluasi penghijauan pekarangan secara berkala melalui


pertemuan rutin antarwarga
Bagi Puskesmas Tegal Angus
a. Menyarankan pihak pelayanan kesehatan untuk dapat memberikan
informasi dan penyuluhan lebih lanjut mengenai penghijauan pekarangan
rumah warga Kampung Gaga.
b. Seluruh civitas puskesmas Tegal Angus maupun kader diharapkan dapat
bekerja sama membina warga dalam hal terlaksananya penghijauan
pekarangan demi meningkatkan kesehatan warga.
c. Pemerintah setempat bersama pihak Puskesmas Tegal Angus mendukung
dengan selalu menghimbau kepada warganya untuk mengikuti penyuluhan
tentang penghijauan pekarangan.
d. Pihak puskesmas yang tidak berhenti untuk selalu mengingatkan warga
pentingnya penghijauan pekarangan di rumah warga.

Você também pode gostar