Você está na página 1de 13

Angin Bintang

Oleh : Dr. Chatief Kunjaya

Jika kita mendengar kata angin, mungkin yang terbayang adalah bendera yang berkibar, rambut
melambai atau hembusan yang terasa di muka. Angin yang kita rasakan adalah molekul udara
yang bergerak. Kecepatan gerak partikel rendah pada angin sepoi-sepoi. Jika kecepatan gerak
molekul udara tinggi, maka kita akan merasakannya sebagai angin kencang. Jika lebih tinggi lagi
bisa menjadi angin topan atau bahkan tornado yang punya kekuatan yang sangat merusak.
Matahari dan bintang-bintang juga bisa menghembuskan partikel seperti hembusan angin di
permukaan Bumi. Bedanya, partikel yang dihembuskan oleh matahari dan bintang-bintang
berupa partikel bermuatan seperti proton dan elektron, sedangkan yang berhembus di atas
permukaan Bumi adalah partikel netral, seperti molekul N2, O2, CO2, H2O dan lain-lain.
Kerapatan dan kecepatan kedua macam angin itu juga berbeda. Angin Matahari jauh lebih
renggang daripada angin di Bumi. Dalam 1 cm3 angin Matahari hanya terdapat sekitar 3-7 atom,
sedangkan dalam 1 cm3 atmosfir Bumi terdapat kira-kira 1019 atom. Kecepatan angin Matahari
berkisar antara 1,2 juta hingga 3 juta km/jam, bandingkan dengan kecepatan angin topan di Bumi
yang biasanya berkisar antara 100 hingga 400 km/jam.
Sifat lain dari angin Matahari adalah dapat menyebabkan badai magnetik, karena partikel
bermuatan yang bergerak dengan kecepatan tinggi akan menimbulkan medan magnet di tempat
yang dilaluinya. Medan magnet yang ditimbulkan angin Matahari di sekitar Bumi berinteraksi
dengan medan magnet Bumi dan mendistorsinya sehingga menjadi berbentuk memanjang
menjauhi Matahari.

Gambar 1. Angin Matahari yang membawa medan magnet mendistorsi medan magnet Bumi sehingga
menjadi memanjang. Sumber : http://sohowww.nascom.nasa.gov/classroom/glossary_middle.html

Kekuatan hembusan angin Matahari tidak selalu tetap, bergantung pada aktivitas di permukaan
Matahari. Pada saat Matahari tenang, kerapatan dan kecepatan angin Matahari rendah. Akan
tetapi pada saat terjadi ledakan flare di permukaan Matahari atau lontaran massa korona (Coronal
Mass Ejection, CME) kecepatan dan kerapatan angin Matahari yang sampai ke Bumi menjadi
tinggi.
Pada saat mencapai magnetosfir Bumi, sebagian besar partikel bermuatan dari Matahari akan
dibelokkan menjauh oleh medan magnet Bumi. Dengan demikian medan magnet Bumi berfungsi
seperti perisai. Sebagian kecil partikel bermuatan itu bisa masuk ke magnetosfir dan dibelokkan
oleh gaya Lorentz. Umumnya partikel bermuatan akan mengikuti garis gaya magnet dalam
lintasan helix ke arah kutub-kutub magnet Bumi, kemudian menghantam partikel-partikel
atmosfir Bumi di sekitar kutub. Partikel bermuatan positif yang datang vertikal di daerah
khatulistiwa akan mendapat gaya Lorentz ke arah Timur. Tumbukan partikel angin Matahari itu
dengan molekul-molekul atmosfir menghasilkan pancaran cahaya indah di langit yang disebut
Aurora atau cahaya kutub.

Gambar 2 Aurora di Alaska yang diabadikan oleh Jan Curtis dari Geophysical Institute, University of
Alaska, sumber : http://www-istp.gsfc.nasa.gov/istp/outreach/images/Aurora/19big.gif

Karena perlindungan medan magnet dan atmosfir Bumi, angin Matahari dan badai magnetik
yang ditimbulkannya di angkasa tidak sampai mengganggu kesehatan mahluk hidup di
permukaan Bumi. Akan tetapi pada zaman sekarang manusia banyak memanfaatkan satelit yang
melayang-layang di angkasa untuk kebutuhan telekomunikasi, sehingga gangguan badai
magnetik karena angin kencang Matahari bisa mengganggu aktivitas manusia di permukaan
Bumi.

Gangguan terhadap satelit itu dapat berdampak pada telekomunikasi, perbankan, navigasi dan
lain-lain.

Aurora jika dilihat dari angkasa luar, sumber : http://spacemath.gsfc.nasa.gov/

Matahari adalah salah satu jenis bintang, oleh karena itu kita dapat menduga bahwa peristiwa
seperti angin Matahari juga terjadi di bintang-bintang, dinamakan angin bintang. Semakin panas
bintang semakin kuat pula angin bintang yang dihembuskan karena radiasi yang lebih kuat
memberikan gaya dorong keluar lebih besar terhadap partikel-partikel di atmosfir bintang.
Bintang panas yang menghembuskan angin bintang yang kuat, massanya akan terus berkurang.
Dalam kurun waktu jutaan tahun jumlah penyusutan massa bintang menjadi cukup besar untuk
mempengaruhi jalannya evolusi, karena bintang yang berbeda massa akan menempuh jejak
evolusi yang berbeda pula. Sebagai bandingan laju kehilangan massa Matahari karena angin
Matahari adalah sekitar 3 10-14 kali massa Matahari per tahun, tidak cukup besar untuk
mempengaruhi jalannya evolusi. Tetapi pada bintang-bintang panas, massa yang hilang karena
angin bintang bisa mencapai 10-8 hingga 10-6 massa Matahari setiap tahun, sehingga sepanjang
hidupnya yang ratusan juta hingga milyar tahun, jumlah massa yang hilang menjadi besar.
Jika bintang panas itu merupakan anggota pasangan bintang ganda, maka orbit bintang ganda itu
juga akan berubah secara perlahan, karena periode orbit bintang ganda bergantung pada massa
bintang anggotanya.
Contoh soal 1 (OSN 2010)
Jika ada suatu elektron yang karena fenomena angin Matahari dilontarkan dari Matahari ke arah
Bumi, lintasannya tepat tegak lurus terhadap permukaan Bumi diatas provinsi Riau. Bagaimana
lintasan elektron itu ketika masuk ke magnetosfir bumi ?

a.

terus lurus menuju permukaan Bumi hingga sampai permukaan Bumi

b.

dibelokkan ke arah Barat

c.

dipantulkan oleh mangnetosfir sehingga berbalik ke arah Matahari

d.

dibelokkan ke arah Timur

e.

lintasannya tidak dapat diprediksi

Jawab : b
Arah medan magnet Bumi di atas Riau (Khatulistiwa) horizontal ke Utara. Arah Kecepatan gerak
elektron vertikal ke bawah, maka gaya Lorentz untuk elektron yang bermuatan negatif adalah ke
Barat. Maka elektron akan dibelokkan ke Barat
Contoh Soal 2 (OSP 2008)
Sebuah bintang ganda terdiri dari sebuah bintang maharaksasa biru yang massanya 90 massa
matahari dan sebuah bintang katai putih bermassa kecil. Periode orbit bintang ganda itu adalah
12,5 hari. Karena temperatur bintang raksasa itu sangat tinggi, ia mengalami kehilangan massa
melalui angin bintang yang dihembuskannya. Setiap tahun bintang raksasa itu kehilangan massa
10-6 kali massa matahari. Jika diasumsikan jarak antara kedua bintang itu tidak berubah.
Hitunglah periode orbit bintang ganda itu 10 juta tahun kemudian!
Jawab:
Karena bintang sekunder adalah katai putih, massanya tidak lebih dari 1,4 kali Massa Matahari.
Dikatakan bahwa bintang katai putih bermassa kecil, jadi massanya jauh lebih kecil dari 1,4
massa Matahari, dapat diabaikan dibandingkan dengan bintang primernya. Periode orbitnya
mula-mula : 12,5/365,25 tahun =0,034223 tahun. Dalam kurun waktu 10 juta tahun, bintang
primer (yang besar) kehilangan massa sebesar 10 kali massa Matahari, sehingga setelah 10 juta
tahun itu massanya tinggal 80 massa Matahari.
Gunakan hukum Kepler, dalam satuan Matahari:
a 3 /T 2 = M
a3 = MT2
Karena di soal dikatakan bahwa jarak kedua bintang tidak berubah maka a = konstan. Maka
persamaan diatas dapat ditulis dalam bentuk perbandingan :
M1T12 = M 2T2T2
90 X (0.034223)2 = 80T22

Diperoleh T2 =0,036299 tahun = 13,26 hari

Hukum-Hukum Kepler
Oleh : Dr. Chatief Kunjaya
Hukum-hukum Kepler yang nampak begitu sederhana, ternyata tidak dihasilkan dengan mudah
bahkan melalui kerja puluhan tahun. Prosesnya diawali dengan perancangan dan pembangunan
fasilitas pengukuran koordinat benda langit raksasa yang disebut quadrant oleh Tycho Brahe.
Dengan alat itu Tycho Brahe dapat melakukan pengukuran posisi benda langit dengan
kecermatan melebihi alat lain di zamannya. Johannes Kepler (1571 1630) dapat menyusun
hukumnya berdasarkan tumpukan data catatan hasil pengamatan Tycho Brahe yang memiliki
kecermatan yang tinggi. Selama 25 tahun data dikumpulkan oleh Tycho Brahe yaitu data tinggi
dan azimuth enam planet dari Merkurius hingga Saturnus. Data yang dikumpulkan oleh Tycho
kemudian diolah, dianalisis dan diinterpretasikan oleh asistennya seorang ahli matematika
Jerman yaitu Kepler setelah ia meninggal.
Hasil analisis Kepler terhadap data Tycho Brahe menunjukkan adanya perbedaan kecil tapi jelas dan
mengandung keteraturan tertentu antara posisi planet yang diamati dengan yang dihitung dengan teori
Ptolemeus atau Copernicus. Mengapa perbedaan ini tidak diketahui pada pengamatan sebelum zaman
Tycho Brahe? Karena pengukuran sebelumnya tidak menggunakan alat yang akurat, sedangkan Tycho
Brahe menggunakan quadrant alat ukur koordinat benda langit yang paling teliti saat itu. Sebelumnya,
untuk mensinkronkan agar hasil pengamatan itu bisa cocok dengan teori heliosentris Copernicus,
diperlukan epicycle yaitu lingkaran-lingkaran kecil yang merupakan komponen kedua lintasan orbit
planet selain orbit utamanya yang

berupa lingkaran yang berpusat di Matahari. Mengapa planet bisa bergerak dalam lingkaran kecil
epicycle ? Tidak ada penjelasan.

Kepler menemukan kenyataan bahwa data posisi planet-planet yang dikumpulkan oleh Tycho
Brahe itu lebih cocok jika orbit planet diperkenankan berbentuk elips dengan Matahari sebagai

pusatnya. Dengan cara demikian, gerak planet-planet dapat dipahami dengan lebih sederhana,
tidak diperlukan lagi epicycle-epicycle. Temuan ini kemudian diformulasikan oleh Kepler
sebagai :
Planet-planet mengelilingi Matahari dalam orbit elips, dengan Matahari berada pada salah
satu titik apinya.
Pernyataan ini kemudian terkenal sebagai Hukum Kepler I. Analisis lebih lanjut menunjukkan
bahwa kecepatan anguler sebuah planet mengelilingi matahari juga berubah menurut waktu.
Pada saat planet lebih jauh dari Matahari gerak orbitnya lebih lambat, dan pada saat planet lebih
dekat kecepatannya lebih tinggi. Hal ini kemudian dirumuskan dalam bentuk lebih kuantitatatif
sebagai Hukum Kepler II yaitu :
Garis hubung Matahari Planet menyapu daerah yang sama untuk selang waktu yang
sama.
Luas seluruh elips adalah ab, yang ditempuh dalam waktu P, sehingga luas daerah yang disapu
persatuan waktu adalah
L = ab/P
dengan a setengah sumbu panjang, b setengah sumbu pendek dan P periode. Sumbu a dan b
berhubungan dengan eksentrisitas sebagai berikut :
b2 = a2(1-e2)
Berdasarkan pengamatan bahwa semakin jauh planet dari Matahari periode orbitnya semakin
panjang, dan didukung dengan data pengamatan yang sangat banyak, diperolehlah hubungan
antara sumbu panjang orbit planet dan periodenya sebagai berikut :
Setengah sumbu panjang orbit pangkat tiga berbanding lurus dengan periode pangkat dua
a3 = kT2
Pernyataan ini terkenal dengan sebutan hukum Kepler III
Harga k ini, pada awalnya belum diketahui tapi nilainya sama untuk keenam planet yang diamati.
Hukum-hukum Kepler ini diperoleh secara empirik dari sifat keteraturan data posisi planet.
Dapat dibayangkan sulitnya memperoleh kesimpulan seperti itu dengan cara coba-coba dari data.
Tetapi menurunkan rumus hukum-hukum ini menjadi mudah setelah Newton menemukan
hukum atau teori tentang gerak, gravitasi dan kalkulus jauh setelah Kepler meninggal dunia.
Bahkan kemudian konstanta-konstanta yang ada pada hukum Kepler dapat diperjelas sebagai
berikut :
Luas daerah yang disapu oleh garis hubung matahari-planet tiap satuan waktu :

r2 d dt ( GMo a(1-e)), Mo adalah massa Matahari


Dengan r dan d /dt berturut-turut adalah jarak Matahari-Planet dan kecepatan sudut orbit pada
suatu saat tertentu. Harga k pada hukum Kepler di atas adalah :
k = G Mo / 4 2
Pertanyaan berikut ini adalah pertanyaan yang diajukan oleh salah seorang pembaca
1.
Jarak Planet Merkurius pada titik perihelionnya adalah 0,341 SA dari Matahari dan
setengah sumbu panjangnya adalah 0,387 SA. Luas daerah yang disapunya dalam satu periode
adalah :
a.

0,467 SA2

b.

0,312 SA2

c.

0,104 SA2

d.

0,213 SA2

e.

0,621 SA2

Jawab:
Pada Majalah Astronomi Vol 1 no 3 hal 25, telah dijelaskan tentang rumus jarak perihelion : a(1e), dengan demikian dapat diperoleh eksentrisitas orbit Merkurius : 0,119. Dengan rumus
b2=a2(1-e2)
Dapat diperoleh b = 0,384
Luas elips : ab = 0,467 SA2
2. Callisto merupakan bulannya planet Jupiter, mengedari planet Jupiter pada jarak 1,88 juta km
dan dengan periode 16,7 hari. Apabila massa Callisto diabaikan karena jauh lebih kecil daripada
massa Jupiter, maka massa planet Jupiter adalah
a.

10,35 10-4 massa Matahari

b.

9,35 10-4 massa Matahari

c.

8,35 10-4 massa Matahari

d.

7,35 10-4 massa Matahari

e.

6,35 10-4 massa Matahari

Jawab:
Jika massa Jupiter dinyatakan dalam massa Matahari, jarak dalam SA, 1,88 juta km = 0.0125 SA
waktu dalam tahun, 16,7 hari = 0.0457 tahun, hukum Kepler untuk satelit-satelit Jupiter dapat
dinyatakan sebagai :
a3/T2 = Mj/Mo, Mj adalah massa Jupiter dan Mo massa Matahari dan T adalah periode satelit
Jupiter.
Dengan demikian diperoleh Mj = 9,35 10-4 massa Matahari
3.
Jika jarak terdekat komet Halley ke Matahari adalah 8,9 x 1010 meter, dan periodenya 76
tahun, maka eksentrisitasnya adalah :
a. 0,567
b. 0,667
c. 0,767
d. 0,867
e. 0,967
Jawab:
Dengan Hukum Kepler III dapat diperoleh setengah sumbu panjang orbit komet Halley: a3=762
Maka a = 17,94 SA
Jarak perihelion : 8,9 x 1010 meter = 0,593 SA = a(1-e)
Maka e = 0.967
4.
Sebuah pesawat ruang angkasa mengelilingi Bulan dengan orbit yang berupa lingkaran
dengan radius orbit 1737 km dan dengan periode orbit sebesar 2 jam. Apabila gaya gravitasi
yang disebabkan Bulan pada pesawat ruang angkasa ini sama dengan gaya sentrifugalnya, maka
massa Bulan yang ditentukan berdasarkan kedua gaya ini adalah ..... (G = 6,67 x 10-11 m3 kg-1 s-2)
a. 5,98 x 1026 kg
b. 5,98 x 1024 kg
c. 5,98 x 1022 kg
d. 5,98 x 1020 kg
e. Masa bulan tidak bisa ditentukan dengan cara ini
Jawab:
Radius orbit : 1737 km = 1737000 m (mengorbit dekat dengan permukaan bulan)
Periode orbit 2 jam = 7200 detik
Gaya sentrifugal (=sentripetal) = gaya gravitasi bulan

2r = GMbln/r2 , Mbln adalah massa bulan


Mbln = 4 2 r 3 /GT2 = 5,98 x 1022 kg
Soal ini bisa juga dijawab dengan hukum Kepler III. ***

Orbit Planet-planet
Oleh : Dr. Chatief Kunjaya
Planet-planet berevolusi mengelilingi Matahari pada orbit yang hampir sebidang dengan arah
putaran yang sama, juga searah dengan rotasi Matahari dan juga arah rotasi planet-planet kecuali
planet Venus dan Neptunus. Orbit planet-planet umumnya hampir lingkaran. Fakta-fakta ini
memberikan indikasi kuat bahwa Matahari dan planet-planet lahir melalui suatu mekanisme
bersama, tidak saling bebas.
Pada Majalah Astronomi Vol 1 no 2, Maret 2009, Widya Sawitar sudah menjelaskan tentang
bagaimana Tata Surya terbentuk dari pengerutan awan gas antar bintang. Awan yang mengerut
itu akan berotasi sehingga terbentuk piringan. Bagian pusat akan menjadi Matahari, sedangkan
pada piringan akan terbentuk pengerutan-pengerutan yang lebih kecil membentuk planet-planet.
Karena orbit planet-planet berasal dari orbit piringan yang sama , maka dapat dipahami mengapa
orbit planet-planet hampir sebidang dan masing-masing orbit itu berbentuk hampir lingkaran.
Sifat-sifat orbit ke delapan planet dapat diterangkan dengan baik oleh teori kabut dan teori
protoplanet, tetapi sifat-sifat Pluto tidak. Tidak seperti orbit planet-planet lain yang hampir
lingkaran, orbit Pluto lonjong sehingga kadang-kadang lebih dekat ke Matahari daripada planet
Neptunus. Bidang orbitnya juga menyimpang 17 dari bidang orbit Bumi. Ukurannya tidak besar
seperti planet-planet Jovian dan tidak diselubungi kabut gas tebal. Fakta-fakta ini membuat para
astronom menduga, Pluto tidak lahir dengan cara yang sama dengan planet-planet lain. Maka
sejak tahun 2006 Pluto tidak lagi dikategorikan planet melainkan planet kerdil.
Planet-planet yang lebih dekat ke Matahari dari pada Bumi, yaitu Merkurius dan Venus, nampak
dari Bumi hanya pada pagi hari sebelum Matahari terbit atau sore hari setelah Matahari
terbenam. Kedua planet itu nampak selalu mengikuti Matahari dari jarak yang tidak terlalu jauh.
Jarak sudut antara planet dengan Matahari dilihat dari Bumi disebut elongasi. Paling jauh
Merkurius hanya berjarak sudut sekitar 28 dari Matahari sedangkan Venus sekitar 47. Karena
orbit Bumi dan planet dalam berbentuk elips, sudut elongasi terbesar ini juga berbeda-beda dari
satu periode ke periode berikutnya. Sudut-sudut itu, berturut-turut disebut elongasi terbesar
Merkurius dan Venus. Hal ini dapat dijelaskan secara
geometris pada gambar di bawah ini :
Karena dekatnya dengan Bumi, kalau sedang nampak, Venus
seperti bintang yang sangat terang, ketiga paling terang di
langit setelah Matahari dan Bulan. Maka Venus sering dinamai
Bintang Pagi atau Bintang Timur kalau kebetulan nampak pada

pagi hari dan disebut Bintang Sore ketika kelihatan sore hari. Dahulu Venus disebut bintang
karena orang zaman dahulu tidak bisa membedakan bintang dengan planet. Ketika sudut elongasi
planet 0 dikatakan planet dalam keadaan konjungsi. Konjungsi ada dua macam, jika planet
berada diantara Bumi dan Matahari dikatakan planet dalam keadaan konjungsi inferior,
sedangkan jika planet berada di belakang Matahari dikatakan konjungsi superior.
Pada saat konjungsi inferior, kalau planet Merkurius atau Venus tepat berada di bidang ekliptika
diantara Bumi dan Matahari kita bisa mengamati fenomena transit, yaitu peristiwa melintasnya
planet di piringan matahari. Karena cahaya matahari sangat terang planet yang transit akan
tampak sebagai lingkaran hitam.
Peristiwa transit hanya bisa terjadi pada planet Merkurius dan Venus, saat itulah letak planet
terdekat dari Bumi. Planet luar seperti Mars, Jupiter dan lain-lain tidak bisa mengalami transit
karena tidak akan pernah bisa berada diantara Matahari dan Bumi. Saat planet luar terdekat dari
Bumi adalah saat oposisi, yaitu ketika arah ke planet dan arah ke Matahari dari Bumi nampak
berlawanan. Untuk pengamat di dekat khatulistiwa, ketika Mars oposisi, saat matahari terbenam
Mars baru terbit, Mars akan nampak di atas horizon sepanjang malam dan nampak lebih terang
dari pada saat-saat lain. Planet luar seperti Jupiter, Saturnus dan lain-lain tidak dapat dilihat pada
saat konjungsi, karena berada di belakang Matahari. Meskipun planet luar menyimpang sedikit
dari keadaan konjungsi, sehingga tidak terhalang oleh piringan Matahari, tetap sulit melihatnya
karena jauh dari Bumi sehingga lebih redup, diperparah lagi oleh gangguan cahaya matahari
yang menyilaukan.
Apakah pada saat oposisi planet luar, Bumi dan Matahari
satu garis lurus? Bisa! Tapi umumnya tidak persis satu
garis lurus karena bidang orbit planet-planet dan bidang
orbit Bumi tidak persis satu bidang, melainkan membentuk
suatu sudut kecil.
Saat oposisi adalah saat terbaik mengamati planet luar,
karena jaraknya yang dekat sehingga tampak lebih terang,
lagi pula saat oposisi adalah saat planet luar nampak paling
lama pada malam hari. Oposisi yang sempat membuat
heboh adalah oposisi planet Mars tahun 2003. Mengapa
demikian menghebohkan ? padahal dalam waktu tidak
sampai dua tahun bisa ada dua kali oposisi. Karena oposisi Mars 2003 adalah oposisi terdekat
yang sangat jarang terjadi. Mars nampak sangat terang sehingga menjadi benda langit malam
paling terang setelah Bulan. Mengapa ada oposisi dekat ada oposisi jauh? Karena orbit planetplanet tidak lingkaran sempurna, melainkan agak lonjong. Kelonjongan orbit planet dinyatakan
dalam eksentrisitas e, yang didefinisikan sebagai
berikut:
e = (1-(b2 / a2))
Dengan a = setengah sumbu panjang elips

b = setengah sumbu pendek


Jarak perihelion (terdekat dari Matahari) : a(1 - e)
Jarak aphelion (terjauh dari Matahari): a(1 + e)
Jika kebetulan pada saat oposisi Mars, Bumi dekat dengan aphelion (titik terjauh dari matahari)
sedangkan Mars dekat dengan perihelion (titik terdekat dari Matahari), maka jarak Bumi Mars
menjadi lebih dekat daripada saat oposisi biasanya, dan Mars menjadi sangat terang.
Berikut ini ada beberapa pertanyaan dari pembaca Majalah Astronomi, Bapak Iman Suwartono
sehubungan dengan masalah yang dibahas di atas.
Selamat Siang, Majalah Astronomi.
Saya Iman Suwartono, Guru SMA Negeri 1 Pagaden, Subang. Saya mendapat kesulitan untuk
memecahkan beberapa soal astronomi. Saya harap Majalah Astronomi dapat membantu memberi
jawaban serta penjelasan dari soal-soal berikut :
1. Pada saat konjungsi Bumi-Planet dan Matahari memdekati satu garis lurus, konfigurasinya
adalah ...
a. Planet - Bumi - Matahari
b. Bumi - Planet - Matahari
c. Planet - Matahari - Bumi
d. Matahari - Planet - Bumi
e. Tidak ada jawaban yang benar
2. Jika setengah sumbu panjang dan eksentrisitas planet Mars adalah a = 1,52 dan e = 0,09
sedangkan untuk Bumi a = 1 SA dan e = 0,017. Kecerlangan maksimum palanet Mars pada saat
oposisi, terjadi ketika jaraknya dari Bumi pada saat itu ...
a. 0.37 SA
b. 0.27 SA
c. 0.32 SA
d. 0.40 SA
e 0.50 SA

3. Elongasi Maksimum terjadi ketika jarak Bumi ke Matahari dan jarak Planet ke Matahari
memenuhi kaedah ...
a. Jarak Planet maksimum, jarak Bumi minimum
b. Jarak Planet maksimum, jarak Bumi maksimum
c. Jarak Planet minimum, jarak Bumi minimum
d. Jarak Planet minimum, jarak Bumi maksimum
e. Tidak ada yang benar
4. Elongasi minimumterjadi ketika jarak Bumi ke Matahari dan jarak Planet ke Matahari
memenuhi kaedah ...
a. Jarak Planet maksimum, jarak Bumi minimum
b. Jarak Planet maksimum, jarak Bumi maksimum
c. Jarak Planet minimum, jarak Bumi minimum
d. Jarak Planet minimum, jarak Bumi maksimum
e. Tidak ada yang benar
5. Yang dimaksud konjungsi inferior adalah ketika terjadi konfigurasi ...
a. Bumi - Planet - Matahari
b. Matahari - Bumi - Planet
c. Planet - Bumi - Matahari
d. Bumi - Matahari - Planet
e. Tidak ada jawaban yang benar
Terimakasih untuk perhatian, jawaban serta penjelasannya. Semoga majalah Astronomi terus
sukses.
Jawab:
Terima kasih pak Iman atas pertanyaannya. Dasar pengetahuannya sudah diberikan pada tulisan
pengantar diatas. Di bawah ini akan saya sampaikan pembahasannya secara singkat.

1.
Jawaban b, c dan d dapat dibenarkan untuk planet dalam seperti Merkurius dan Venus.
Tapi jawaban b dan d tidak benar untuk planet luar seperti Jupiter dan Saturnus. Maka jawaban
benar yang bersifat lebih umum adalah c.
2.
Mars akan nampak paling terang jika saat oposisi, Bumi berada di aphelionnya dan Mars
berada di perihelion. Jarak aphelion Bumi dari Matahari : 1 (1+0,017) SA = 1,017 SA. Jarak
perihelion Mars : 1,52(1-0,09) = 1,383 SA. Maka jarak Bumi Mars saat itu : 1,383-1,017 = 0,366
SA.
Jawab : a
3.
Soal ini memperhitungkan kelonjongan orbit planet. Elongasi maksimum hanya ada pada
planet dalam yaitu Merkurius dan Venus. Elongasi maksimum yang terbesar tercapai kalau Bumi
di Perihelion dan planet di Aphelion (lihat gambar diagram orbit planet), jawab : a
4.

Soal ini kebalikan dari soal no 3, yaitu Bumi paling jauh dan planet paling dekat, jawab : d

5.

Konjungsi inferior terjadi pada saat planet berada diantara Bumi dan Matahari, jawab : a

Silahkan lihat penjelasan pada artikel diatas, selamat membaca. ***

Você também pode gostar

  • LKPD Pertemuan 4
    LKPD Pertemuan 4
    Documento4 páginas
    LKPD Pertemuan 4
    DorJon
    Ainda não há avaliações
  • Bilangan Kompleks
    Bilangan Kompleks
    Documento3 páginas
    Bilangan Kompleks
    DorJon
    Ainda não há avaliações
  • Soal Senam
    Soal Senam
    Documento5 páginas
    Soal Senam
    DorJon
    Ainda não há avaliações
  • Bab III
    Bab III
    Documento5 páginas
    Bab III
    Firda Nurul
    Ainda não há avaliações
  • Google Terjemahan
    Google Terjemahan
    Documento1 página
    Google Terjemahan
    DorJon
    Ainda não há avaliações
  • Matriks
    Matriks
    Documento40 páginas
    Matriks
    DorJon
    Ainda não há avaliações
  • Bab I PERMAINAN
    Bab I PERMAINAN
    Documento14 páginas
    Bab I PERMAINAN
    GUSNAIDI
    Ainda não há avaliações
  • Mofacort Kream
    Mofacort Kream
    Documento2 páginas
    Mofacort Kream
    DorJon
    Ainda não há avaliações
  • Ingatan
    Ingatan
    Documento6 páginas
    Ingatan
    DorJon
    100% (1)
  • Teori Belajar Psikologi Gestalt
    Teori Belajar Psikologi Gestalt
    Documento7 páginas
    Teori Belajar Psikologi Gestalt
    DorJon
    Ainda não há avaliações
  • Analisa Vektor 1
    Analisa Vektor 1
    Documento70 páginas
    Analisa Vektor 1
    DorJon
    Ainda não há avaliações
  • Pert Emu A 9
    Pert Emu A 9
    Documento14 páginas
    Pert Emu A 9
    Aritmatika Salt
    Ainda não há avaliações
  • Ingatan
    Ingatan
    Documento6 páginas
    Ingatan
    DorJon
    100% (1)
  • RESUME Psikologi
    RESUME Psikologi
    Documento21 páginas
    RESUME Psikologi
    Fitria Nur Hasanah
    Ainda não há avaliações
  • DIVERSITAS
    DIVERSITAS
    Documento20 páginas
    DIVERSITAS
    DorJon
    Ainda não há avaliações
  • Bagian 5.en - Id
    Bagian 5.en - Id
    Documento34 páginas
    Bagian 5.en - Id
    DorJon
    Ainda não há avaliações
  • Manajemen Kelas
    Manajemen Kelas
    Documento122 páginas
    Manajemen Kelas
    DorJon
    Ainda não há avaliações
  • DIVERSITAS
    DIVERSITAS
    Documento20 páginas
    DIVERSITAS
    DorJon
    Ainda não há avaliações
  • Matematika
    Matematika
    Documento36 páginas
    Matematika
    ade
    Ainda não há avaliações
  • Psikologi Pendidikan
    Psikologi Pendidikan
    Documento47 páginas
    Psikologi Pendidikan
    DorJon
    Ainda não há avaliações
  • Bagian 5
    Bagian 5
    Documento24 páginas
    Bagian 5
    DorJon
    Ainda não há avaliações
  • Bagian 3.en - Id
    Bagian 3.en - Id
    Documento25 páginas
    Bagian 3.en - Id
    DorJon
    Ainda não há avaliações
  • ASTRO
    ASTRO
    Documento22 páginas
    ASTRO
    DorJon
    Ainda não há avaliações
  • Bagian 2
    Bagian 2
    Documento21 páginas
    Bagian 2
    DorJon
    0% (1)
  • Bagian 8
    Bagian 8
    Documento3 páginas
    Bagian 8
    DorJon
    Ainda não há avaliações
  • Bagian 16
    Bagian 16
    Documento7 páginas
    Bagian 16
    DorJon
    Ainda não há avaliações
  • Bagian 16
    Bagian 16
    Documento7 páginas
    Bagian 16
    DorJon
    Ainda não há avaliações
  • Bagian 5
    Bagian 5
    Documento24 páginas
    Bagian 5
    DorJon
    Ainda não há avaliações
  • Bagian 7
    Bagian 7
    Documento19 páginas
    Bagian 7
    DorJon
    Ainda não há avaliações
  • Bagian 2
    Bagian 2
    Documento21 páginas
    Bagian 2
    DorJon
    0% (1)