Você está na página 1de 4

Analisa Hasil

1. Identifikasi senyawa EPMS (etil parametoksisinamat) pada Kaempferia galanga


Pada praktikum kali ini dilakukan identifikasi senyawa EPMS (Etil
parametoksisinamat) pada kencur (Kaempferia galanga). Berdasarkan percobaan yang
telah dilakukan yaitu menggunakan ekstrak Kaempferia galanga 30mg, yang selanjutnya
ekstrak yang telah ditambahkan methanol sampai 3mL ditotolkan sebanyak 2 l pada
lempeng KLT, dan dieluasi dengan menggunakan eluen n-heksana:etil asetat:asam
formiat (9:1:1tetes). Dari pengamatan secara visual pada hasil eluasi ekstrak, tidak
tampak adanya noda dan warna, sehingga dilakukan pengamatan dengan sinar UV 254
nm. Pada pengamatan dengan sinar UV 254 nm tampak noda yang berwarna hitam yang
sejajar dengan standar dan terdapat noda hitam lain yang jauh dari standar. Jarak noda
ekstrak 2 cm dengan nilai Rf 0,2625.
Selanjutnya nilai Rf dari ekstrak dibandingkan dengan nilai Rf dari standart. Nilai Rf
standart adalah 0,275 dengan jarak noda 2,2 cm. Dari nilai Rf yang diperoleh pada
ekstrak, jika dibandingkan dengan nilai Rf standart tersebut cukup dekat rentang
nilainya. Hal ini menunjukkan bahwa dari hasil eluasi ekstrak yang dilakukan oleh
kelompok kami sesuai dengan standart, atau dapat disimpulkan ekstrak kencur yang kami
gunakan mengandung EPMS (Etil parametoksisinamat).
2. Identifikasi senyawa curcumin pada Curcuma xanthorrhiza

dan Curcuma

domestica
Pada praktikum kali ini dilakukan identifikasi senyawa curcumin pada temulawak
(Curcuma xanthorrhiza) dan kunyit (Curcuma domestica). Berdasarkan percobaan yang
telah dilakukan yaitu menggunakan ekstrak Curcuma xanthorrhiza

dan Curcuma

domestica, yang selanjutnya masing-masing ekstrak yang telah ditambahkan methanol


sampai 3mL ditotolkan sebanyak 2 l pada lempeng KLT yang sama, dan dieluasi
dengan menggunakan eluen kloroform:etanol:asam asetat glasial (95:5:1).
Pengamatan dilakukan menggunakan sinar UV 365 nm. Pada pengamatan dibawah
sinar UV 365 nm tampak noda berwarna kuning, Dari hasil perhitungan Rf, diperoleh
nilai Rf standart pada noda I adalah 0,1125; Rf noda II adalah 0,2625; dan Rf noda III
adalah 0,5875. Pada kunyit (Curcuma domestica) nilai Rf pada noda I adalah 0,1; Rf
pada noda II adalah 0,2625; dan Rf pada noda III adalah 0,575. Sedangkan pada
temulawak (Curcuma xanthorrhiza) nilai Rf pada noda I adalah 0,25 dan Rf pada noda II
adalah 0,575

Pada literatur diketahui Rf noda pada ekstrak Curcuma domestica pada sinar UV 365
nm adalah ~ 0,6 yang menunjukkan senyawa curcumin, demethoxycurcumin dengan nilai
Rf berkisar 0,5-0,55 dan bisdemethoxycurcumin dengan nilai Rf ~ 0,3. Sedangkan pada
ekstrak Curcuma xanthorrhiza terdiri lebih banyak senyawa curcumin dan lebih sedikit
demethoxycurcumin, untuk bisdemethoxycurcumin tidak ada (Wagner,1996). Dari nilai
Rf yang didapat pada standart hampir sama dengan nilai Rf pada literatur. Namun untuk
nilai Rf pada ekstrak lebih rendah daripada literatur. Berdasarkan nilai Rf, dapat
dipastikan bahwa pada ekstrak Curcuma domestica, untuk noda I dan noda II tidak
diketahui senyawa yang dikandung karena nilai Rf pada noda I dan noda II rentang nilai
Rfnya sangat jauh dari literatur, dan pada noda III mengandung senyawa curcumin,
demethoxycurcumin. Sedangkan pada Rf Curcuma xanthorrhiza noda I tidak diketahui
senyawa yang dikandung karena nilai RF sangat rendah dari literatur, dan noda II lebih
sesuai dengan Rf senyawa curcumin, demethoxycurcumin, sehingga dapat dipastikan
bahwa Curcuma xanthorrhiza mengandung senyawa curcumin, demethoxycurcumin.
Berikut ini adalah struktur kimia dari curcumin, demethoxycurcumin, dan
bisdemethoxycurcumin (Sandur et al, 2007):

3. Identifikasi eugenol pada Syzigium aromaticum


Setelah lempeng KLT diambil dari dalam chamber dan dikeringkan, lempeng KLT
disemprot dengan vanillin 10% kemudian asam sulfat 10%, lalu lempeng KLT
dipanaskan pada hot plate sampai warna kecoklatan dan diamati secara visual. Noda
yang tampak pada KLT berwarna kecoklatan.
Pada praktikum ini digunakan eluen toluen : etil asetat (93: 7) dan ekstrak Syzygium
aromaticum. Setelah dipanaskan di hot plate didapatkan noda dengan warna kecoklatan,
dan diduga itu adalah Eugenol. Kemudian dihitung Rf nya didapatkan 0,6125. Menurut
literatur hasil kromatografi lapis tipis dari ekstrak ekstrak Syzygium aromaticum hot plate

selama 5 menit pada suhu 105o C dengan menggunakan eluen toluene: etil asetat (8:2),
muncul beberapa noda pada Rf 0,18 (cahaya merah muda); 0,29 (merah muda); 0,35
(ungu); 0,41 (ungu); 0,47 (ungu merah muda); 0,56 (merah muda); 0,62 (merah muda
violet); 0,76 (coklat kemerahan); 0,82 (merah); 0,93 (merah); dan 0,96 (Pharmacopoeia
Indhia, 1st Edition). Hal ini sesuai dengan hasil praktikum kami meskipun Rf nya tidak
sama tetapi hasil praktikum menunjukkan Rf yang mendekati dengan Rf pada literature
yaitu pada Rf 0,76 yang menghasilkan noda berwarna coklat kemerahan. Hal ini
membuktikan bahwa noda yang tampak saat praktikum merupakan eugenol.

Sedangkan berdasarkan literature (Wagner, 2001) seperti tampak pada table di atas,
terlihat bahwa eugenol memiliki Rf 0,47 dengan warna noda kuning sampai coklat. Bila
dilihat dari nilai Rf nya, noda yang tampak pada saat praktikum merupakan
eugenol,hanya berbeda nilai Rfnya. Hal itu mungkin disebabkan karena adanya trouble
shooting seperti praktikan kurang presisi dan akurasi dalam membuat eluen, adanya
komposisi eluen yang menguap, kurang tepat menotolkan, kurangnya ekstrak yang
ditotokan, ataupun kualitas ekstrak yang di analisis maupun kualitas alat-alat yang
digunakan dalam praktikum kurang bagus.
Berikut struktur kimia dari eugenol (Harnani, 2010)

KESIMPULAN
Pada praktikum identifikasi senyawa EPMS pada tanaman Kaempferia galanga, dapat
disimpulkan bahwa kencur memiliki kadar EPMS yang cukup tinggi. Sedangkan pada
praktikum identifikasi senyawa Curcumin, dapat disimpulkan bahwa Curcuma domestica
mengandung senyawa curcumin, demethoxycurcumin pada noda III dan Curcuma
xanthorrhiza mengandung senyawa curcumin, demethoxycurcumin pada noda II. Pada
identifikasi eugenol, dapat dibuktikan bahwa tanaman Syzigium aromaticum mengandung
senyawa eugenol karena sesuai dengan literature.
DAPUS

Harnani ED. 2010. Perbandingan kadar eugenol minyak atsiri bunga cengkeh (Syzygium
aromaticum (l.) Meer. & perry) dari Maluku, Sumatera, Sulawesi, dan Jawa dengan
metode Gc-Ms. Skripsi. Fakultas Farmasi. Universitas Muhammadiyah Surakarta
Sandur, S.K., M.K. Pandey, B. Sung, K.S. Ahn and A. Murakami et al., 2007. Curcumin,
demethoxycurcumin, bisdemethoxycurcumin, tetrahydrocurcumin and turmerones
differentially regulate anti-inflammatory and anti-proliferative responses through a ROSindependent mechanism. Carcinogenesis, 28: 1765-1773.
Wagner, H dan Bladt, S. 2001. Plant Drug Analysis. Verlag Berlin Leideberg Newyork :
Springer.
Wagner, H., Bladt, S., 1969, Plant Drug Analysis: A Tin Layer Chromatography Atlas, 2 nd
Edition, Springer, Munchen.

Você também pode gostar