Escolar Documentos
Profissional Documentos
Cultura Documentos
Deviden
1
b.
c.
Royalti
d.
e.
Dasar pemotongan pajak adalah penghasilan neto untuk penghasilan sebagai berikut :
a.
b.
Imbalan sehubungan dengan jasa teknik, jasa manajemen, jasa konstruksi, jasa
konsultan dan jasa lain selain yang telah dipotong PPh pasal 21.
Dalam Negeri
Badan didirikan di Indonesia atau bertempat kedudukan di Indonesia
Dikecualikan sebagai subjek pajak dalam negeri
Unit tertentu dari badan pemerintah yang memenuhi kriteria:
b.
Luar Negeri
-
Bentuk usaha yang dipergunakan oleh Subjek Pajak Pribadi Orang LN dan
Subjek Pajak Badan LN untuk menjalankan usaha atau melakukan kegiatan
(pekerjaan bebas) di Indonesia
b.
Pejabat perwakilan diplomatik, dan konsulat atau pejabat-pejabat lain dari negara
asing dan orang-orang yang diperbantukan kepada mereka yang bekerja pada dan
bertempat tinggal bersama-sama mereka, dengan syarat:
a.
b.
c.
c.
Organisasi Internasional
Yang ditetapkan oleh Menkeu dengan syarat Indonesia menjadi anggotanya dan
tidak menjalankan usaha/kegiatan lain untuk memperoleh penghasilan dari
Indonesia selain pemberian pinjaman kepada pemerintah yang dananya berasal
dari iuran para anggota
d.
II
Pajak
PPh
Badan
Pasal
25/29
Untuk
Tahun
Pajak
2013
Tarif Pajak PPh Badan digunakan untuk menghitung PPh Badan terutang bagi Wajib
Pajak Badan
non final.
Tarif Pajak Badan untuk Tahun Pajak 2013 dibagi menjadi dua bagian, yaitu
sebagai berikut :
Tarif Pajak PPh Badan untuk Tahun Pajak 2013 berdasarkan Pasal 17 dan Pasal 31 E
Undang-Undang No.36 Tahun 2008 Tentang Pajak Penghasilan, yaitu sebagai berikut :
1.
Tarif Pajak untuk tahun pajak 2013 adalah sebesar 25 % dari Penghasilan Kena
Pajak.
2.
Wajib Pajak badan dalam negeri yang berbentuk perseroan terbuka yang paling
sedikit 40% (empat puluh persen) dari jumlah keseluruhan saham yang disetor
diperdagangkan di Bursa Efek Indonesia dan memenuhi persyaratan tertentu
lainnya dapat memperoleh tarif sebesar 5% (lima persen) lebih rendah daripada
tarif tersebut yang diatur dengan atau berdasarkan Peraturan Pemerintah.
3.
Wajib Pajak badan dalam negeri dengan peredaran bruto sampai dengan Rp
50.000.000.000,00 (lima puluh miliar rupiah) mendapat fasilitas berupa
pengurangan tarif sebesar 50% (lima puluh persen) dari tarif tersebut (25 %) yang
dikenakan atas Penghasilan Kena Pajak dari bagian peredaran bruto sampai
dengan Rp 4.800.000.000,00 (empat miliar delapan ratus juta rupiah). Sehingga
menurut Pasal 31E di atas, Wajib Pajak Badan Dalam Negeri (Tidak termasuk
BUT) yang memiliki peredaran bruto tidak melebihi 50 miliar rupiah, atas
Penghasilan Kena Pajak dari bagian peredaran bruto sebesar 4.8 miliar rupiah,
mendapat pengurangan tarif 50%, sehingga tarifnya hanya 12.5% saja.
4.
5.
Tarif Pajak Pasal 17 dan 31 E dikenakan atas penghasilan kena pajak Wajib Pajak
Badan yang tidak termasuk dalam kriteria Wajib Pajak Badan yang telah
dikenakan PPh Pasal 4 ayat 2 berdasarkan PP 46 Tahun 2013.
4
Tarif Pajak PPh Badan untuk Tahun Pajak 2013 berdasarkan PP Nomor 46 Tahun
III
2.
a.
b.
Tarif Pajak
2009
28%
25%
b.
Penyusutan atas harta berwujud dan amortisasi atas hak dan biaya lain yang
mempunyai masa manfaat lebih dari satu tahun
c.
Iuran kepada dana pensiun yang pendiriannya telah disahkan oleh Menteri
Keuangan
d.
Kerugian karena penjualan atau pengalihan harta yang dimiliki dan digunakan
dalam perusahaan atau yang dimiliki untuk mendapatkan, menagih, dan
memelihara penghasilan.
e.
f.
g.
h.
Wajib Pajak harus menyerahkan daftar piutang yang tidak dapat ditagih
kepada DJP, yang pelaksanaannya diatur lebih lanjut dengan Keputusan
Direktur Jenderal Pajak.
Dalam menentukan besarnya laba suatu BUT, biaya administrasi kantor pusat
yang boleh dikurangkan adalah biaya yang berkaitan dengan usaha atau kegiatan BUT,
yang besarnya ditetapkan oleh Direktur Jenderal Pajak.
Untuk dapat dikurangkan atau dibebankan dalam penghitungan Penghasilan Kena
Pajak, biaya atau pengeluaran tersebut harus mempunyai hubungan langsung dengan
usaha atau kegiatan untuk mendapatkan, menagih, dan memelihara penghasilan yang
merupakan Objek Pajak Dengan demikian biaya atau pengeluaran untuk mendapatkan,
menagih, dan memelihara penghasilan yang bukan merupakan Objek Pajak, tidak boleh
dikurangkan atau dibebankan. Biaya bunga atas pinjaman yang dipergunakan untuk
membeli saham tidak boleh dikurangkan atau dibebankan, apabila dividen yang
diterimanya bukan merupakan Objek Pajak. Akan tetapi dalam hal ini biaya bunga
pinjaman tersebut dapat dikapitalisasi sebagai penambah harga perolehan saham.
Biaya-biaya yang tidak dapat dikurangkan
Dalam menghitung besarnya Penghasilan Kena Pajak Wajib Pajak dalam negeri
dan BUT, tidak boleh dikurangkan :
a.
Pembagian laba dengan nama dan dalam bentuk apapun, seperti : dividen, dividen
yang dibayarkan oleh perusahaan asuransi kepada pemegang polis, dan
pembagian sisa hasil usaha koperasi.
b.
Biaya atau pengeluaran untuk kepentingan pribadi pemegang saham, sekutu, atau
anggota.
c.
d.
e.
Penggantian atau imbalan sehubungan dengan pekerjaan atau jasa yang diberikan
dalam bentuk natura dan kenikmatan, kecuali penyediaan makanan dan minuman
bagi seluruh pegawai serta penggantian atau imbalan dalam bentuk natura dan
kenikmatan di daerah tertentu dan yang berkaitan dengan pelaksanaan pekerjaan
yang ditetapkan dengan Keputusan Menteri Keuangan.
f.
Jumlah yang melebihi kewajaran yang dibayarkan kepada pemegang saham atau
kepada pihak yang mempunyai hubungan istimewa sebagai imbalan sehubungan
dengan pekerjaan yang dilakukan.
g.
Harta yang dihibahkan, bantuan atau sumbangan, dan warisan yang bukan
merupakan Objek Pajak, kecuali zakat atas penghasilan yang dibayar oleh Wajib
Pajak badan dalam negeri yang dimiliki oleh pemeluk agama Islam kepada badan
amil zakat atau lembaga amil zakat yang dibentuk atau disahkan oleh Pemerintah.
h.
Pajak Penghasilan.
i.
Biaya atau pengeluaran pribadi Wajib Pajak yang bersangkutan atau orang yang
menjadi tanggungannya.
j.
k.
Sanksi administrasi berupa bunga, denda, dan kenaikan serta sanksi pidana
berupa denda yang berkenaan dengan pelaksanaan perundang-undangan di bidang
perpajakan.
Dalam menentukan besarnya laba suatu BUT, pembayaran kepada kantor
pusat yang tidak boleh dikurangkan adalah :
a.
b.
c.
Garis Lurus (GL), yaitu dilakukan dalam bagian-bagian yang sama besar selama
masa manfaat yang telah ditentukan bagi harta tersebut.
b.
Saldo Menurun (SM), yaitu dilakukan dalam bagian-bagian yang menurun selama
masa manfaat, yang dihitung dengan cara menerapkan tarif penyusutan atas nilai
sisa buku dan pada akhir masa manfaat nilai sisa buku disusutkan sekaligus,
dengan syarat dilakukan secara taat azas.
Garis Lurus :
[1]
kelompok 1 untuk aktiva dengan masa manfaat s.d. 4 tahun, tarifnya 25% ;
[2]
[3]
[4]
Saldo Menurun :
[1]
kelompok 1 untuk aktiva dengan masa manfaat s.d. 4 tahun, tarifnya 50% ;
[2]
[3]
[4]
untuk keperluan pajak, penyusutan dihitung per bulan. Seandainya kita beli aktiva
tanggal 30 pun maka pada bulan tersebut sudah boleh disusutkan. Selain itu, tarif
diatas tidak berlaku untuk bangunan. Bangunan hanya boleh dihitung dengan GL
dan tarifnya 5%, kecuali jika bukan bangunan permanen maka tarifnya 10% saja.
Jika terjadi pengalihan aktiva atau kejadian luar biasa, seperti kebakaran atau
banjir, maka aktiva tersebut disusutkan sekaligus. Artinya, nilai buku yang ada
langsung dibiayakan. Sebaliknya, jika dijual maka harga jual merupakan
10
IV
Tata Cara Perhitungan, Penyetoran, dan Pelaporan PPh Wajib Pajak Badan
Perhitungan PPh Badan dilakukan pada setiap akhir tahun pajak. Jika ada
kekurangan pembayaran pajak, maka wajib disetorkan paling lambat tanggal 25 pada
bulan ketiga setelah tahun pajak berakhir. Pelaporan PPh Badan terutang setiap
tahunnya dilaporkan dengan cara membuat SPT Tahunan PPh Badan, dan dilaporkan
ke Kantor Pelayanan Pajak setempat paling lambat pada akhir bulan ketiga setelah
tahun pajak berakhir. PPh tersebut disetor paling lambat tanggal 15 bulan berikutnya
setelah masa pajak perolehan penghasilan yang berakhir (untuk Masa) dan paling
lambat tanggal 25 Maret tahun berikutnya setelah tahun pajak perolehan penghasilan
yang berakhir (untuk Tahunan). Pembayaran PPh tersebut dilaporkan dalam Surat
Pemberitahuan (SPT) paling lambat tanggal 20 bulan berikutnya setelah masa pajak
perolehan penghasilan yang berakhir (untuk Masa) dan paling lambat tanggal 31 Maret
tahun berikutnya setelah tahun pajak perolehan penghasilan yang berakhir (untuk
Tahunan).
Pelaksanaan pembayaran pajak dapat dilakukan Kantor Penerima Pembayaran
dengan menggunakan Surat Setoran Pajak (SSP) yang dapat diambil di Kantor
Pelayanan Pajak (KPP) atau KP4 terdekat atau dengan cara lain melalui pembayaran
pajak secara elektronik.
Surat Pemberitahuan (SPT) merupakan saran Wajib Pajak untuk melaporkan halhal yang berkaitan dengan kewajiban perpajakan. SPT harus diisi dengan benar,
lengkap dan jelas dalam bahasa Indonesia dengan menggunakan huruf latin dan angka
arab, satuan mata uang rupiah dan menandatangani serat menyampaikan ke Kantor
Pelayanan Pajak atau tempat lain yang ditetapkan oleh Direktur Jendral Pajak.
Tata cara perhitungan PPh Pasal 25 untuk wajib pajak badan adalah sebagai
berikut :
PPh menurut SPT Tahunan PPh tahun lalu
xx
Pengurangan/kredit pajak :
PPh Pasal 22
xxx
PPh Pasal 23
xxx
PPh Pasal 24
xxx
xx (-)
11
xxx
xxxx
Biaya
xxxx
xxxx
Koreksi fiskal:
Positif
xxxx
Negatif
(xxxx) +/-
xxxx
Kompensasi kerugian
xxxx
xxxx
PPh terutang
xxxx
Kredit pajak:
Dipotong/dipungut pihak ketiga
xxxx
xxxx +
xxxx
Kurang/lebih bayar
xxxx
12
2.
Tarif ini diterapkan bagi Wajib Pajak badan dalam negeri yang berbentuk perseroan
terbuka yang paling sedikit 40% dari jumlah keseluruhan saham yang disetor
diperdagangkan di bursa efek di indonesia dan dan memenuhi persyaratan tertentu
lainnya. Wajib Pajak tersebut dapat dapat memperoleh tarif sebesar 5% lebih rendah
daripada tarif sebagaimana dimaksud pada pasal 17 ayat 1 huruf b dan ayat 2a Undangundang nomor 36 tahun 2008. PPh Terutang dihitung dengan cara mengalikan tarif
dengan Penghasilan Kena Pajak.
Contoh
sebesar Rp.
50.000.000.000 (lima puluh milyar rupiah) mendapat fasilitas berupa pengurangan tarif
sebesar 50% (lima puluh persen) dari tarif pasal 17 ayat 1 huruf b dan ayat 2a yang
dikenakan atas Penghasilan Kena Pajak dari bagian peredaran bruto sampai dengan
Rp.4.800.000.000,00 (empat milyar delapan ratus juta rupiah). Penghitungan PPh
terutang berdasarkan Pasal 31E dibagi menjadi dua cara yaitu:
1.
bruto
PT
Saraswati
tahun
Pajak
2012
sebesar
13
a.
b.
Contoh:
Peredaran
:
bruto
PT
30.000.000.000,00
Nusantara
dengan
tahun
pajak
2012
sebesar
Rp.
Penghasilan
Kena
Pajak
sebesar
Rp
2.
Jumlah Penghasilan Kena Pajak dari bagian peredaran bruto yang tidak
memperoleh fasilitas :
= Rp 3.000.000.000,00 - Rp 480.000.000,00
= Rp 2.520.000.000,00
3.
14
SPT Tahunan tersebut menggunakan formulir 1771 yang terdiri dari tujuh formulir
yaitu
1.
Form 1771 yang merupakan formulir induk (2 lembar / halaman 1 dan 2),
2.
3.
Form 1771 II (lampiran II), berisi perincian harga pokok penjualan, biaya usaha
lainnya dan biaya dari luar usaha,
4.
Form 1771 III (lampiran III), berisi tentang kredit pajak dalam negeri (yang
dipotong atau dipungut pihak lain meliputi PPh 22, dan 23),
5.
Form 1771 IV (lampiran IV), berisi tentang rincian PPh final dan penghasilan
yang tidaktermasuk objek pajak,
6.
Form 1771 V (Lampiran V), berisi daftar pemegang saham/pemilik modal dan
jumlah dividen yang dibagikan dan daftar susunan pengurus dan komisaris,
7.
Form 1771 VI (lampiran VI), daftar penyertaan modal pada perusahaan afiliasi,
daftar pinjaman (utang) dari pemegang saham dan/atau perusahaan afiliasi, dan
daftar pinjaman (piutang) kepada pemegang saham dan/atau perusahaan afiliasi.
Selain tujuh formulir di atas, juga wajib ditambahkan lampiran tersendiri
berupa :
1.
2.
2.
3.
4.
5.
Perhitungan PPh pasal 26 ayat (4) dan SSP lembar ketiga khusus Wajib Pajak
BUT.
6.
Kredit pajak luar negeri apabila mempuyai kredit pajak luar negeri.
7.
15
Untuk pengisian SPT Tahunan PPh Badan hal hal yang perlu diperhatikan
adalah :
a.
Dalam SPT PPh Tahunan PPh Badan (formulir 1771) terdiri dari dua lembar
induk dan enam lampiran (1771 I, 1771 II, 1771 III, 1771 IV, 1771 V, 1771 VI),
b.
Untuk pengisian dimulai dari lampiran yang terakhir kemudian baru ke induk
SPT,
c.
d.
Seluruh induk dan lampiran harus tetap disampaikan, walaupun isinya nihil,
e.
16
Drop Box pertama kali dikenalkan pada tahun 2009 sebagai inovasi pelayanan
dalam penerimaan SPT/ e-SPT Tahunan disamping sarana pelayanan lain yang sudah
ada yaitu penyampaian SPT melalui Tempat Pelayanan Terpadu (TPT), KP2KP, pos
tercatat, jasa ekspedisi, maupun e-Filling. Pelayan dropbox ini dapat memudahkan
wajib pajak dalam menyampaikan SPTnya, karena wajib pajak tidak perlu datang ke
tempat dimana wajib pajak tersebut terdaftar tetapi bisa mendatangi dropbox yang
tempatnya sudah ditentukkan seperti KPP, pusat perbelanjaan, pusat bisnis dan tempattempat umum lainnya dimana layanan dropbox tersebut dibuka. Tujuan pelayanan
dropbox yang disebar ditempat-tempat tertentu selain di KPP selain untuk memudahkan
wajib pajak juga untuk memperluas akses penyerahan SPT dan untuk menghindari
terjadinya antrean pada akhir-akhir penyerahaan batas waktu SPT. Jenis pelayanan SPT
Tahunan yang dapat disampaikan melalui Drop Box DJP adalah SPT Tahunan PPh
Wajib Pajak Orang Pribadi (1770SS, 1770S, dan 1770) dan SPT Tahunan PPh Wajib
Pajak Badan (SPT 1771 dan SPT 1771$). Pada tahun 2012 ini dropbox hanya
menerima laporan SPT tahunan untuk tahun 2011, tidak menerima pelayanan untuk
SPT tahunan pembetulan dan keterlambatan SPT tahunan.
Tata cara melaporkan SPT melalui drop box hampir tidak ada bedanya dengan
tata cara lapor sebagaimana biasa di tempat pelayanan terpadu di KPP. Tata cara
melaporkan
SPT
pada
umumnya
Menurut
Mardiasmo
(2009:30),
prosedur
penyampaian SPT adalah pertama, wajib pajak sebagaimana mengambil sendiri surat
pemberitahuan ditempat yang ditetapkan oleh direktur jenderal pajak atau mengambil
dengan cara lain yang tata cara pelaksanaannya diatur dengan atau berdasarkan
peraturan Menteri Keuangan. Wajib pajak juga dapat mengambil surat pemberitahuan
dengan cara lain, misalnya dengan mengakses situs Direktorat Jenderal Pajak untuk
memperoleh formulir surat pemberitahuan tersebut. Kedua, setiap wajib pajak wajib
mengisi surat pemberitahuan dengan benar, lengkap ddan jelas dalam bahasa indonesia
dengan menggunakan huruf latin, angka arab, satuan mata uang rupiah, dan
menandatangani serta menyampaikannya ke kantor Direktorat Jenderal Pajak tempat
wajib pajak terdaftar atau dikukuhkan atau tempat lain yang ditetapkan oleh Dirjen
Pajak. Ketiga wajib pajak yang telah mendapat izin menteri Keuangan untuk
menyelenggarakan pembukuan dengan menggunakan bahasa aSing dan mata uang lain
selain Rupiah, wajib menyampaikan surat pemberitahuan dalam bahasa Indonesia
dengan menggunakan satuan mata uang selain Rupiah yang di izinkan. Keempat,
penandatanganan SPT dapat dilakukan secara biasa, dengan tanda tangan stempel atau
17
tanda tangan elektronik atau digital, yang semuanya mempunyai kekuatan hukum yang
sama. Bedanya adalah bila lapor di drop box,
SPT Tahunan akan dimasukkan ke amplop yang ada kolom isian NPWP, nama
WP, tahun pajak, status SPT (Nihil, Kurang Bayar, atau Lebih Bayar), dan nomor
telepon. Sedangkan untuk tata cara penerimaan SPT yaitu pertama Petugas TPT/Pojok
Pajak/Mobil Pajak/Drop Box menerima amplop tertutup yang berisi SPT Tahunan/eSPT Tahunan dari Wajib Pajak, termasuk dari Wajib Pajak yang tidak terdaftar di
wilayah kerja KPP dimana TPT/Pojok Pajak/Mobil Pajak/Drop Box tersebut berada,
dan langsung memberikan Tanda Terima SPT kepada Wajib Pajak tanpa didahului
penelitian atas kelengkapan SPT. Kedua, KPP wajib mengirimkan SPT Wajib Pajak
yang tidak terdaftar pada KPP tersebut kepada KPP tempat Wajib Pajak terdaftar,
paling lambat dalam jangka waktu 10 (sepuluh) hari, kecuali untuk SPT Lebih Bayar
(LB) paling lambat dalam jangka waktu 3 (tiga) hari sejak SPT diterima. Ketiga, KPP
melakukan penelitian atas kelengkapan SPT paling lama dalam jangka waktu 2 (dua)
bulan setelah SPT diterima sebagaimana dimaksud pada Pasal 5 ayat (1) Peraturan
Direktur Jenderal Pajak Nomor 19/PJ/2009, kecuali untuk SPT Lebih Bayar (LB)
dalam jangka waktu paling lama 14 (empat belas) hari kerja. Keempat, Apabila
berdasarkan hasil penelitian SPT Tahunan/e-SPT Tahunan dinyatakan tidak lengkap,
terhadap Wajib Pajak dikirimkan Surat Permintaan Kelengkapan SPT Tahunan/e-SPT
Tahunan.
18
SIMPULAN
Badan adalah sekumpulan orang dan/atau modal yang merupakan kesatuan baik yang
melakukan usaha maupun yang tidak melakukan usaha yang meliputi perseroan terbatas,
perseroan komanditer, perseroan lainnya, badan usaha milik negara atau badan usaha milik
daerah dengan nama dan dalam bentuk apa pun, firma, kongsi, koperasi, dana pensiun,
persekutuan, perkumpulan, yayasan, organisasi massa, organisasi sosial politik, atau
organisasi lainnya, lembaga, dan bentuk badan lainnya termasuk kontrak investasi kolektif
dan bentuk usaha tetap.
Tarif Pajak Badan untuk Tahun Pajak 2013 dibagi menjadi dua bagian, yaitu
sebagai berikut :
Tarif Pajak PPh Badan untuk Tahun Pajak 2013 berdasarkan Pasal 17 dan Pasal
31 E Undang-Undang No.36 Tahun 2008 Tentang Pajak Penghasilan, yaitu
sebagai berikut :
Tarif Pajak PPh Badan untuk Tahun Pajak 2013 berdasarkan PP Nomor 46 Tahun
2013 adalah sebagai berikut:
Variabel-variabel dalam Perhitungan PPh Wajib Pajak Badan adalah sebagai berikut
Pendapatan usaha dan penghasilan kena pajak, Biaya-biaya yang dapat dikurangkan, Biayabiaya yang tidak dapat dikurangkan, Penyusutan serta Amortisasi.
Perhitungan PPh Badan dilakukan pada setiap akhir tahun pajak. Jika ada kekurangan
pembayaran pajak, maka wajib disetorkan paling lambat tanggal 25 pada bulan ketiga setelah
tahun pajak berakhir. Pelaporan PPh Badan terutang setiap tahunnya dilaporkan dengan cara
membuat SPT Tahunan PPh Badan, dan dilaporkan ke Kantor Pelayanan Pajak setempat
paling lambat pada akhir bulan ketiga setelah tahun pajak berakhir. PPh tersebut disetor
paling lambat tanggal 15 bulan berikutnya setelah masa pajak perolehan penghasilan yang
berakhir (untuk Masa) dan paling lambat tanggal 25 Maret tahun berikutnya setelah tahun
pajak perolehan penghasilan yang berakhir (untuk Tahunan).
19
DAFTAR PUSTAKA
http://indahjewel.blogspot.com/2012/06/makalah-wajib-pajak-wp-badan.html(diakses
pada
(diakses
pada
tanggal
04
Nopember 2014)
http://www.pajak.go.id/content/fasilitas-penurunan-tarif-pajak-penghasilan-bagi-wajib-pajakbadan-dalam-negeri-berbentuk(diakses pada tanggal 04 Nopember 2014)
http://www.wibowopajak.com/2012/02/tarif-pajak-pph-pasal-2529-untuk-wajib_08.html(diakses
20
LAMPIRAN 1
Atas penghasilan yang telah dikenakan PPh final dan penghasilan yang bukan
obyek pajak juga dilakukan koreksi fiskal, yang sebenarnya merupakan koreksi fiskal
negatif, namun dalam memudahkan pengisian SPT tahunan, maka atas koreksi khusus
penghasilan final danbukan obyek pajak dilakukan tersendiri.
Sedangkan untuk penghasilan yang bukan obyek pajak yang diterima oleh Wajib
Pajak Badan adalah :
a.
Bantuan / Sumbangan
Bantuan / sumbangan yang bukan obyek pajak yaitu yang tidak ada hubungan
dengan usaha, pekerjaan, kepemilikan, atau penguasaan antara pihak-pihak yang
bersangkutan
21
b.
Hibah yang diterima khusus oleh badan keagamaan, badan pendidikan, badan
sosial termasuk yayasan, koperasi, atau orang pribadi yang menjalankan usaha
mikro dan kecil.
c.
d.
Penerimaan iuran
e.
f.
Bagian laba yang diterima perusahaan modal ventura dari badan pasangan usaha
22
LAMPIRAN 2
23
LAMPIRAN 3
Ilustrasi:
PT. Anti Amsyong menjual komputer dan ATK. Diketahui Laba bersih sebelum pajak 2013 sebesar
Rp.480.000.000. Dan laba bersih 6 bulan (jan-jun) adalah Rp.200.000.000. Peredaran usaha/bruto 2013
sebesar Rp.5.000.000.000. Perusahaan ini juga membayar angsuran PPh 25 selama Januari-Juni dengan
nilai 2.000.000/bulan. Maka hitung pajak di SPT Tahunan PPh Badan 2013 dengan asumsi PT. Anti
AMsyong wajib PP 46?
Jawaban:
WP
Badan
Laba
suka
bulan
atau
tidak
pertama
suka
harus
Rp.200.000.000.
membuat
Pajak
laporan
Laba
Rugi
badan
Terutang
semester
2013
adalah
24