Escolar Documentos
Profissional Documentos
Cultura Documentos
Kasus Hanging
Dengan Posisi Duduk Bersandar Di Kursi Sofa
Tutik Purwanti, Hariadi Apuranto
Pemeriksaan TKP
Korban ditemukan dalam keadaan tergantung di
Kusen jendela dengan posisi duduk di sofa.
Korban laki-laki, umur lebih kurang 61 th,
panjang badan 165 cm dalam keadaan telah
meninggal.
Tidak ditemukan tanda-tanda kekerasan fisik
lainnya selain jejas jerat akibat jeratan yang
menjadi erat karena berat badan korban. Korban
diperkirakan meninggal dunia antara pukul 17.00
sampai 20.00 WIB tanggal 13 Febuari 2014.
Keadaan tersebut lazim terjadi pada peristiwa
gantung diri.
Untuk mengetahui penyebab kematian pasti perlu
dilakukan Otopsi.
Jenazah diterima di Instalasi Forensik dan
Medikolegal RSU Dr. Soetomo Surabaya tanggal
13 Febuari 2014, pukul 21.45 WIB, dilakukan
pemeriksaan luar dan dalam pada tanggal 14
febuari 2014, pukul 10.00 WIB atas permintaan
(SPVR) Polsekta Tambaksari.
Hasil Pemeriksaan Luar
Jenazah laki-laki, umur 61 tahun, panjang badan
165 cm, berat badan 64 kg, kulit sawo matang,
dan keadaan gizi baik.
Jumlah lilitan
Arah
Jarak
titik
tumpu simpul
B. Korban
Jejas jerat
Luka
perlawanan
Luka luka
lain
Jarak dari lantai
C. TKP
Lokasi
Kondisi
Pakaian
Bunuh diri
Biasanya
simpul mati.
Hanya satu.
Mendatar.
Dekat.
Simpul hidup.
Berjalan
mendatar.
(+)
Meninggi kearah
simpul
(-)
Ada, sering di
daerah leher.
Biasanya
tidak
ada,
mungkin
terdapat
luka
percobaan lain.
Dekat, dapat tak
tergantung.
Jauh.
Bervariasi.
Tak teratur.
Tak teratur,
robek.
Dari
si
pembunuh.
Tersembunyi.
Teratur.
Rapi & baik.
E.Surat Peninggalan
(-)
(+)
F. Ruangan
Tak teratur,
terkunci dari
luar.
Terkunci
dalam.
D. Alat
Alat Penjerat
Alat penjerat yang sering digunakan antara lain
stocking, kabel telpon / listrik, sleyer, tali goni
dan kadang kadang baju korban. Jika yang
digunakan tali goni jejas cekungan
yang
ditimbulkan sangat jelas akibat tekanan simpul
dan helaian tali, sedangkan jika tali yang
digunakan mempunyai permukaan yang lembut
tanda tanda yang ditimbulkan tidak banyak yang
dapat diidentifikasi ( Fateh A. 1973).
Pada kasus ini korban menggunakan tali
dari kabel telepon yang mempunyai penampang
kecil.
No
1
2
3
pembuluh
darah
Arteri
cerebralis
Arteri
vertebralis
Vena Jugularis
tekanan (
lb. )
11
6.6
Keterangan
1 lb lebih
kurang
0,45 kg
4.4
Cara Kematian
Cara kematian akan dapat ditentukan apabila
pemeriksaan TKP dilakukan dengan baik dan
teliti. Hampir seluruh kasus gantung (hanging)
adalah bunuh diri, namun cara kematian yang lain
dapat terjadi pada gantung diri yaitu :
Kecelakaan.
Pembunuhan.
Yang perlu diperhatikan sebagai pegangan untuk
menentukan cara kematian yaitu keadaan lokasi,
posisi korban, keadaan korban, dan keadaan tali
jika simpul hidup apakah jika dilonggarkan dapat
dilewati kepala, dan jika simpul mati apakah dapat
dilewati kepala ( Dahlan S. 2000). Pada kasus ini
tempat korban melakukan di ruang pemeriksaan,
dimana keaadaan TKP rapi, posisi korban duduk
di sofa, dimana tempat simpul tali di kusen
jendela adalah simpul mati dan mudah dijangkau,
sedangkan jeratan di leher menggunakan simpul
hidup dimana untuk melepaskan lilitan , simpul
tali dapat dilonggarkan melewati kepala, jumlah
lilitan hanya satu lilitan. Sedangkan tali yang
digunakan diperkirakan diambil di ruang tersebut
karena juga ad ditemukan tali kabel telepon yang
sudah tidak digunakan lagi.
Kecelakaan
Beberapa contoh gantung (hanging) karena
kecelakaan antara lain seorang penerjun yang
tersangkut pada pohon sehingga tali parasutnya
menjerat lehernya, contoh lain yang sering terjadi
aktivitas autoerotic yaitu kegiatan yang dilakukan
sebagai salah satu cara untuk bermasturbasi
(Fatteh A. 1973 )
Pembunuhan
Pembunuhan
dengan
dengan
cara
menggantung korban relatif jarang, cara ini dapat
dilakukan si korban dibuat tidak berdaya, atau di
bunuh lebih dulu baru kemudian di gantung ( H.
Njowito, 1992., B. Knight, 1991 ).
Dan kadang suatu pembunuhan dibuat
sedemikian rupa sehingga mirip suatu bunuh diri (
simulated suicidal hanging ). Bila seseorang telah
meninggal kemudian digantung, biasanya jeratnya
diikatkan ke leher terlebih dulu, baru kemudian ke
tiang gantungan / blandar, sehingga bila blandar
diperhatikan lebih seksama akian didapatkan
tanda tanda bahwa talinya telah begerak dari
bawah ke atas, sedang pada kasus bunuh diri
justru sebaliknya. Disamping itu arah pergerakan
tali juga dapat dilihat dari serat serat kecil
gesekan tali ( Apuranto H. 2005 )
Bunuh diri
Di Amerika Serikat tiap tahun terjadi lebih
30.000 orang meninggal karena bunuh diri ( 85
orang / hari atau 1 orang / 20 menit ), dimana usia
korban antara 15 24 tahun, pada usia ini
digolongkan dalam masa remaja dimana pada
masa ini pertumbuhan fisik dan pematangan
psikisnya belum berimbang ( pertumbuhan fisik
lebih pesat dibanding perkembangan psikisnya ),
sehingga kegagalan yang dialami dalam
memenuhi tuntutan sosial akan menyebakan
frustasi dan konflik konflik batin, terutama jika
ada tanggapan yang salah dari orang dewasa
Korban bunuh diri laki laki lebih banyak dari
pada perempuan, tetapi pada kasus percobaan
bunuh diri justru sebaliknya perempuan lebih
banyak dari pada laki laki ( Sadock G. J.,
Kaplan M.D. et. Al. 1998 . Siti Rahayu H. 1982).
Bunuh diri klasik dilakukan dengan cara satu
ujung tali diikatkan pada blandar sehingga untuk
mencapai blandar tersebut korban memerlukan
tangga atau alat lain, kemudian korban mengambil
kursi atau alat pijakan yang lain dan berdiri
diatasnya kemudian membuat jerat pada ujung tali
yang lain yang lubangnya dapat di sempitkan dan
dilonggarkan ( simpul hidup ), selanjutnya kepala
dimasukkan dalam jerat kemudia kursi atau alat
pijakan
di
gulingkan
sehingga
korban
menggantung dengan kaki bebas dari lantai ( H.
Njowito, 1992. H. Apuranto, 2005 ).
Pada kasus bunuh diri kaki korban tidak
harus tergantung diatas lantai. Menurut posisi
bagian tubuh korban terhadap lantai, gantung diri
dibagi menjadi dua yaitu pertama komplit, bila
seluruh tubuh tergantung diatas tanah dan tidak
menyentuh lantai, dan inkomplit, bila beberapa
bagian tubuh menyentuh lantai (Ernoehazy
William,2006).
Pada kasus ini keadaan TKP yang tenang,
dimana juga ditemukan tali dengan bahan yang
sama dengan alat tali yang digunakan untuk
menjerat, dilihat dari jenis simpul di leher dan
simpul di kusen jendela serta mudah dijangkaunya
tempat untuk mengikat tali di jendela, dimana dari
keeerangan heteroanamnesa bahwa korban
menderita penyakit kronis dan baru saja keluar
dari tahanan, maka dapat disimpulkan cara
kematian korban secara tidak wajar yaitu bunuh
diri dengan cara hanging.
Sebab kematian
Pada gantung diri kematian korban dapat
disebabkan oleh ( Dahlan S. 2000. H. Apuranto
DAFTAR PUSTAKA
Anonim,1997 Ilmu Kedokteran Forensik Edisi
I cetakan ke 2, FK Universitas Indonesia
jakarta, hal.61 63.
Apuranto Hariadi, 2004. Korban bunuh Diri
dengan Cara Gantung Diri dalam Pro
Justisia majalh Kedokteran Forensik
Indonesia, Volume 10 no 1, Perhimpunan
Dokter Forensik Indonesia Cabang
Surabaya, hal. 65 67.
Apuranto Hariadi, 2005. Asphixia dalam Buku
Ajar Ilmu Kedokteran Forensik Fakultas
Kedokteran Unair, Bagian Ilmu Kedokteran
Forensik dan Medikolegal FK. Unair, hal.
151 154.
Dahlan Sofwan, 2000 Ilmu Kedokteran Forensik
Pedoman Bagi Dokter dan Penegak
Hukum
Cetakan I, BP. Universitas
Diponegoro Semarang, Hal. 108 119.
Ernoehazy William,2006 Hanging injuries and
Strangulation
http://
www.forensicmed.co.uk/hanging.htm
diakses 14 Pebruari 2014