Escolar Documentos
Profissional Documentos
Cultura Documentos
Fakultas Kedokteran
Universitas Mulawarman
TUGAS UJIAN
Disusun Oleh:
Meyliana Primavita Asharie
1310019005
Penguji:
dr. Prima Deri Pella Todingbua, Sp.OG
1.
2.
3.
4.
5.
Infeksi
Perdarahan
Maternal Exhaution
Indikasi Janin :
Indikasi Profilaksis
Panggul sempit
Partus lama
Primigravida tua
Indikasi Sosial
2
6.
Bayi mahal
Janin mati
Indikasi Ibu :
7.
8.
Ibu dengan DM
Perdarahan
Infeksi
Preklampsia/Eklampsi
Partus macet
Abortus
Mola hidatidosa
Plasenta Previa
Solusio Plasenta
Vasa Previa
Tonus
: Atonia uteri
9.
Tissue
10.
11.
12.
13.
Perdarahan pervaginam
Amenorhe
Abortus Imminens
Appendicitis Akut
Amenorhea
Perdarahan pervaginam
Plasenta previa
Solusia plasenta
Vasa previa
No
1
2
Klinis
Perdarahan dengan nyeri
Perdarahan berulang
Plasenta Previa
Tidak
Ya
Solusio Plasenta
Ya
Tidak
4
3
4
5
6
7
8
9
10
11
12
13
Warna merah
Anemia/renjatan
Timbulnya
Terjadinya
His
Palpasi
DJJ
Periksa dalam vagina
Penurunan
Presentasi
Kemungkinan hidup
janin
Merah segar
Sesuai darah yang keluar
Perlahan
Sewaktu kehamilan
Biasanya tidak ada
Abdomen biasa
Ada
Jaringan plasenta
Tidak masuk PAP
Mungkin abnormal
Baik
Merah tua/coklat
Tidak sesuai
Tiba-tiba
Sewaktu kehamilan, saat inpartu
Ada
Abdomen tegang
Ada/tidak adaSP sedang-berat
Ketuban tegang
Dapat masuk PAP
Tidak ada hubungan
Mati
Perdarahan pada plasenta disertai nyeri karena perdarahan yang banyak terkumpul di
rongga abdomen, sehingga merangsang persarafan di daerah diafragma. Pada plasenta previa
perdarahan berulang karena perdarahan dapat berhenti dengan sendirinya, kemudian perdarahan
terjadi tanpa sesuatu sebab yang jelas setelah beberapa waktu kemudian. Perdarahan pada solusio
plasenta berwarna merah kecoklatan karena telah terjadi proses oksidasi. Anemia dan syok lebih
berat dan tidak sesuai dengan perdarahan yang terlihat terjadi pada solusio plasenta karena
perdarahan yang terjadi intraabdomen, sehingga mengecohkan pemeriksa. Berdasarkan
timbulnya perdarahan, pada plasenta previa timbulnya perlahan karena darah yang dihasilkan
lebih sedikit dari solusio plasenta. Solusia plasenta dapat terjadi pada saat inpartu, misalnya pada
keadaan regangan yang berlebih pada uterus saat inpartu. His pada solutio plasenta terjadi karena
adanya nyeri yang menyerupai his partus premature, pada palpasi teraba tegang karena darah
yang terkumpul dalam kavum abdomen menyebabkan terbentuknya refleks defans muskuler. DJJ
pada janin dengan ibu yang mengalami solusio plasenta bisa tidak terdengar, hal ini disebabkan
berkurangnya atau bahkan terputusnya sirkulasi antara ibu dan janin akibat pelepasan plasenta,
sehingga menyebabkan angka keselamatan janin rendah. Bagian terendah janin pada plasenta
previa sering belum turun ke PAP karena terhalang oleh jaringan plasenta yang menempati
bagian bawah rahim.
14.
intrauterine. Pada umumnya lebih baik untuk membawa semua pasien dengan KPD ke RS dan
melahirkan bayi yang berumur > 37 minggu dalam 24 jam dari pecahnya ketuban untuk
5
aterm.
Untuk
usia
kehamilan
32-33
minggu
lengkap
lakukan
tindakan
konservatif/expectant management kecuali jika paru-paru sudah matur (maka perlu dilakukan tes
pematangan paru), profilaksis streptokokkus grup B, pemberian kortikosteroid (belum ada
konsensus namun direkomendasikan oleh para ahli), pemberian antibiotik selama fase laten.
Untuk previable preterm (usia kehamilan 24-31 minggu lengkap) lakukan tindakan
konservatif, pemberian profilaksis streptokokkus grup B, single-course kortikosteroid, tokolisis
(belum ada konsensus) dan pemberian antibiotik selama fase laten (jika tidak ada
kontraindikasi). Untuk non viable preterm (usia kehamilan <24 minggu), lakukan koseling
pasien
dan
keluarga,
lakukan
tindakan
konservatif
atau
induksi
persalinan,
tidak
15.
16.
Mencegah infeksi
Rujukan
Dalam sistem rujukan apa yang dimaksud dengan BAKSOKU ? (Hamidah, 2009)
B (Bidan)
Pastikan ibu/ bayi/ klien didampingi oleh tenaga kesehatan yang kompeten dan memiliki
kemampuan untuk melaksanakan kegawatdaruratan
A (Alat)
Bawa perlengkapan dan bahan-bahan yang diperlukan seperti spuit, infus set, tensimeter
dan stetoskop
K (keluarga)
Beritahu keluarga tentang kondisi terakhir ibu (klien) dan alasan mengapa ia dirujuk.
Suami dan anggota keluarga yang lain harus menerima ibu (klien) ke tempat rujukan.
S (Surat)
Beri surat ke tempat rujukan yang berisi identifikasi ibu (klien), alasan rujukan, uraian
hasil rujuka, asuhan atau obat-obat yang telah diterima ibu
O (Obat)
Bawa obat-obat esensial yang diperlukan selama perjalanan merujuk
K (Kendaraan)
Siapkan kendaraan yang cukup baik untuk memungkinkan ibu (klien) dalam kondisi yang
nyaman dan dapat mencapai tempat rujukan dalam waktu cepat.
U (Uang)
Ingatkan keluarga untuk membawa uang dalam jumlah yang cukup untuk membeli obat
dan bahan kesehatan yang diperlukan di tempar rujukan
17.
Bagaimana cara melahirkan bayi sungsang ? (Saifuddin, Ilmu Bedah Kebidanan, 2009;
Bratakoesoema, 2005)
a. Persalinan Pervaginam
Berdasarkan tenaga yang dipakal dalam melahirkan janin pervaginam, persalinan
1)
Persalinan spontan (spontaneous breech), janin dilahirkan dengan kekuatan dan tenaga ibu
sendiri. Cara ini lazim disebut cara Bracht
2)
Manual aid (partial breech extraction; assisted breech delivery), janin dilahirkan sebagian
menggunakan tenaga dan kekuatan ibu dan sebagian lagi dengan tenaga penolong.
3)
Ekstraksi sungsang (total breech extraction), janin dilahirkan seluruhnya dengan memakai
tenaga, penolong.
b. Persalinan perabdominal (seksio sesaria)
Tahap pertama
depan).
2.
Tahap kedua
: fase cepat, yaitu mulai dari lahirnya pusat sampai lahirnya mulut.
Disebut fase cepat karena pada fase ini kepala mulai masuk ke PAP, sehingga
kemungkinan tali pusat terjepit. Oleh karena itu fase ini harus segera diselesaikan dan tali
pusat segera dilonggarkan.
3.
Tahap ketiga
: fase lambat, yaitu mulai lahirnya mulut sampai seluruh kepala lahir.
Teknik :
1.
2.
Ketika timbul his ibu disuruh mengejan dan merangkul kedua pangkal paha. Pada saat
bokong mulai membuka vulva (crowning) disuntikan 2-5 unit oksitosin intramuskuler.
3.
Episiotomi dikerjakan saat bokong membuka vulva. Segera setelah bokong lahir, bokong
dicengkram secara Bracht, yaitu kedua ibu jari penolong sejajar sumbu panjang paha,
sedangkan jari-jari lain memegang panggul.
4.
Pada setiap his, ibu disuruh mengejan. Pada waktu tali pusat lahir dan tampak teregang, tali
pusat dikendorkan. Kemudian penolong melakukan hiperlordosis pada badan janin guna
mengikuti gerakan rotasi anterior, yaitu punggung janin didekatkan ke punggung ibu.
Penolong hanya mengikuti gerakan ini tanpa melakukan tarikan, sehingga gerakan tersebut
disesuaikan dengan gaya berat
hiperlordossis, seorang asisten melakukan ekspresi Kristeller pada fundus uteri sesuai
dengan sumbu panggul. Dengan gerakan hiperlordossis ini berturut-turut lahir pusar, perut,
badan lengan, dagu,mulut dan akhirnya kepala.
5.
Janin yang baru lahir segera diletakan diperut ibu. Bersihkan jalan nafas dan rawat tali
pusat.
6.
Keuntungan
Dapat mengurangi terjadinya bahaya infeksi oleh karena tangan penolong tidak ikut masuk
ke dalam jalan lahir. Dan juga cara ini yang paling mendekati persalinan fisiologik,
sehingga mengurangi trauma pada janin.
7.
Kerugian
Dapat mengalami kegagalan sehingga tidak semua persalinan letak sungsang dapat
dipimpin secara Bracht. Terutama terjadi peda keadaan panggul sempit, janin besar, jalan
lahir kaku seperti pada primigravida, adanya lengan menjungkit atau menunjuk.
Tahap pertama : lahirnya bokong sampai pusar yang dilahirkan dengan kekuatan dan
tenaga ibu sendiri.
2.
Tahap kedua
Klasik (Deventer)
Prinsip
Melahirkan bahu dan lengan secara klasik ini melahirkan lengan belakang lebih dulu
karena lengan belakang berada di ruang yang luas (sacrum), kemudian melahirkan lengan
depan yang berada di bawaah simpisis.
Kedua kaki janin dipegang dengan tangan kanan penolong pada pergelangan kakinya dan
dielevasi ke atas sejauh mungkin sehingga perut janin mendekati perut ibu. Bersamaan
dengan itu tangan kiri penolong dimasukkan ke dalam jalan lahir dan dengan jari tengah
dan telunjuk menelusuri bahu janin sampai pada fossa kubiti kemudian lengan bawah
dilahirkan dengan gerakan seolah-olah lengan bawah mengusap muka janin.
10
Untuk melahirkan lengan depan, pergelangan kaki janin diganti dengan tangan kanan
penolong dan ditarik curam ke bawah sehingga punggung janin mendekati punggung ibu.
Dengan cara yang sama lengan depan dilahirkan.
Keuntungan
Umumnya dapat dilakukan pada semua persalinan letak sungsang tetapi kerugiannya
lengan janin relativ tinggi didalam panggul sehingga jari penolong harus masuk ke dalam
jalan lahir yang dapat menimbulkan infeksi.
b)
Mueller
Prinsip melahirkan bahu dan lengan secara Mueller ialah melahirkan bahu dan lengan
depan lebih dulu dengan ekstraksi, baru kemudian melahirkan bahu dan lengan belakang.
Bokong janin dipegang dengan femuropelvik yaitu kedua ibu jari penolong diletakkan
sejajar spina sakralis media dan jari telunjuk pada krisat iliaka dan jari-jari lain
mencengkram bagian depan. Kemudian badan ditarik ke curam ke bawah sejauh mungkin
sampai bahu depan tampak di bawah simpisis dan lengan depan dilahirkan dengan mengait
lengan bawahnya. Setelah bahu depan dan lengan lahir, tarik badan janin ke atas sampai
bahu belakang lahir. Tangan penolong tidak masuk ke dalam jalan lahir sehingga
mengurangi infeksi.
c)
Lovset
Prinsip melahirkan persalinan secara Lovset ialah memutar badan janin dalam setengah
lingkaran bolak-balik sambil dilakukan traksi curam ke bawah sehingga bahu yang
sebelumnya berada di belakang akhirnya lahir dibawah simpisis dan lengan dapat
dilahirkan. Keuntungannya yaitu sederhana dan jarang gagal, dapat dilakukan pada semua
letak sungsang, minimal bahay infeksi. Cara lovset tidak dianjurkan dilakukan pada
sungsang dengan primigravida, janin besar, panggul sempit.
d)
Bickenbach
Prinsip melahirkan ini merupakan kombinasi antara cara Mueller dengan cara klasik. Tahap
ketiga dengan melahirkan kepala yang menyusul (after coming head).
Mauriceau (Veit-Smellie)
Tangan penolong yang sesuai dengan muka janin dimasukkan ke dalam jalan lahir. Jari
tengah dimasukkan ke dalam mulut dan jari telunjuk dan jari keempat mencengkeram fossa
11
kanina, sedang jari lain mencengkeram leher. Badan anak diletakkan diatas lengan bawah
penolong seolah-olah janin menunggang kuda. Jari telunjuk dan jari ketiga penolong yang
lain mencengkeram leher janin dari punggung. Kedua tangan penolong menarik kepala
janin curam ke bawah sambil seorang asisten melakukan ekspresi kristeller. Tenaga tarikan
terutama dilakukan oleh penolong yang mencengkeram leher janin dari arah punggung.
Bila suboksiput tampak dibawah simpisis, kepala dielevasi keatas dengan suboksiput
sebagai hipomoklion sehingga berturut-turut lahir dagu, mulut, hidung, mata dahi, ubunubun besar dan akhirnya lahirnya seluruh kepala janin.
b)
Najouks
Teknik ini dilakukan apabila kepala masih tinggi sehingga jari penolong tidak dimasukkan
ke dalam mulut janin. Kedua tangan penolong yang mencengkeram leher janin menarik
bahu curam kebawah dan bersamaan dengan itu seorang asisten mendorong kepala janin
kearah bawah. Cara ini tidak dianjurkan lagi karena menimbulkan trauma yang berat.
c)
Wigand Martin-Winckel
d)
Parague terbalik
Teknik ini dipakai bila oksiput dengan ubun-ubun kecil berada di belakang dekat sacrum
dan muka janin menghadap simpisis. Satu tangan penolong mencengkeram leher dari
bawah dan punggung janin diletakkan pada telapak tangan penolong. Tangan penolong
yang lain memegang kedua pergelangan kaki, kemudian ditarik keatas bersamaan dengan
tarikan pada bahu janin sehingga perut janin mendekati perut ibu. Dengan laring sebagai
hipomoklion, kepala janin dapat dilahirkan.
e)
Cunam piper
Seorang asisten memegang badan janin pada kedua kaki dan kedua lengan janin diletakkan
dipunggung janin. Kemudian badan janin dielevasi ke atas sehingga punggung janin
mendekati punggung ibu. Pemasangan cunam piper sama prinsipnya dengan pemasangan
pada letak belakang kepala. Hanya saja cunam dimasukkan dari arah bawah sejajar dengan
pelipatan paha belakang. Setelah oksiput tampak dibawah simpisis, cunam dielevasi ke atas
dan dengan suboksiput sebagai hipomoklion berturut-turut lahir dagu, mulut, muka, dahi
dan akhirnya seluruh kepala lahir.
12
Tangan dimasukkan ke dalam jalan lahir mencari kaki depan dengan menelusuri bokong,
pangkal paha sampai lutut, kemudian melakukan abduksi dan fleksi pada paha janin
sehingga kaki bawah menjadi fleksi.
2.
Tangan yang diluar mendorong fundus uterus ke bawah. Setelah kaki bawah fleksi
pergelangan kaki dipegang oleh jari kedua dan jari ketiga dan dituntun keluar dari vagina
sampai batas lutut.
3.
Kedua tangan memegang betis janin, kaki ditarik curam kebawah sampai pangkal paha
lahir.
4.
Pangkal paha dipegang kemudian tarik curam ke bawah trokhanter depan lahir. Kemudian
pangkal paha dengan pegangan yang sama dielevasi keatas sehingga trokhanter belakang
lahir dan bokong pun lahir.
5.
Setelah bokong lahir maka untuk melahirkan janin selanjutnya dipakai teknik pegangan
femuro-pelviks, badan janin ditarik curam kebawah sampai pusat lahir. Selanjutnya untuk
melahirkan badan janin yang lainnya dilakukan cara persalinan yang sama seperti pada
manual aid.
Jari telunjuk tangan penolong yang searah bagian kecil janin dimasukkan ke dalam jalan
lahir dan diletakkan di pelipatan paha depan. Dengan jari telunjuk ini pelipatan paha dikait
dan ditarik curam kebawah, sehingga trokhanter tampak dibawah simpisis, maka jari
telunjuk penolong yang lain segera mengait pelipatan paha ditarik curam kebawah sampai
bokong lahir.
2.
Setelah bokong lahir, bokong dipegang secara femuro-pelviks kemudian janin dapat
dilahirkan dengan cara manual aid.
18.
Metroragia
Polip uteri
13
Karsinoma endometrium
Infertilitas
Amenore sekunder
Indikasi terapetik
19.
Sisa plasenta
Mola hidatidosa
20.
21.
Ektoserviks
o Kista sisa jaringan embrional
o Kista endometriosis
o Folikel atau Kista Nabothi
o Papiloma
o Hemangioma
Endoserviks
o Polip
o Endometrium
o Polip
o Adenoma-Adenofibroma
14
o Mioma Submukosum
o Polip Plasenta
-
Miometrium
o Fibromioma
o Leiomioma
o Fibroid
Serviks Uterus
o Karsinoma Serviks Uterus
Korpus Uterus
o Sarkoma Uterus
o Leiomiosarkoma
o Sarkoma Endometrium
o Karsinoma Sarkoma
o Khoriokarsinoma
22.
23.
uterus
disfungsional
adalah
perdarahan
uterus
abnormal
(lamanya,
frekuensinya, jumlah) tanpa ditemukan kelainan organik dan hematologi melainkan hanya
akibat gangguan fungsi mekanisme kerja poros hipotalamus hipofisis ovarium dan
target organnya dalam hal ini endometrium.
15
24.
Ada berapa penyebab PUD ? (Palisuri & Budi, 1999; Wiknjosastro, 2009)
-
Perdarahan Anovulatori
Rahim yang sering terjadi pada masa pre-menopause dan masa reproduksi. Hal ini karena
tidak terjadi ovulasi, sehingga kadar hormone estrogen berlebihan sedangkan hormone
progesterone rendah. Akibatnya dinding rahim (endometrium) mengalami penebalan
berlebihan (hiperplasi) tanpa diikuti penyangga (kaya pembuluh darah dan kelenjar) yan
gmemadai. Kondisi inilah penyebab terjadinya perdarahan rahim karena dinding rahim
yang rapuh.
-
Perdarahan Ovulatori
Perdarahan Rahim yang biasa terjadi pada pertengahan menstruasi maupun bersamaan
dengan waktu menstruasi. Perdarahan ini terjadi karena rendahnya kadar hormone
estrogen, sementara hormone progesterone tetap terbentuk.
25.
16
17
Daftar Pustaka
Bratakoesoema, D. S. (2005). Distosia. In S. (. Sastrawinata, M. S. Martaadisoebroto, & S. (.
Wirakusumah, Obstetri Patologi Ilmu Kesehatan Reproduksi (pp. 121-170). Jakarta: EGC.
Hamidah, y. &. (2009). Kebidanan Komunitas. Jakarta: EGC.
Palisuri, S. d., & Budi, d. A. (1999). Perdarahan Uterus Disfungsional. In S. d. Djuanna,
Pedoman Diagnosis & Terapi Obstetri dan Ginekologi (pp. 264-269). Ujung Pandang: FK
UNHAS / RSUP dr. Wahidin Sudirohusodo.
Saifuddin, M. S. (2009). Ilmu Bedah Kebidanan. Jakarta: PT. Bina Pustaka Sarwono
Prawirohardjo.
Saifuddin, M. S. (2009). Ilmu Kebidanan. Jakarta: PT. Bina Pustaka Sarwono Prawirohardjo.
Wiknjosastro, S. P. (2009). Ilmu Kandungan. Jakarta: PT. Bina Pustaka Sarwono Prawirohardjo.
Wirakusumah, F., & Martaadisoebrata, D. (2005). Kelainan Telur, Plasenta, Air Ketuban, Cacat,
dan Gangguan Janin. In S. (. Sastrawinata, M. S. Martaadisoebroto, & S. (. Wirakusumah,
Obstetri Patologi Ilmu Kesehatan Reproduksi (pp. 28-63). Jakarta: EGC.
18