Você está na página 1de 18

SMF/Lab Obstetri dan Ginekologi

Fakultas Kedokteran
Universitas Mulawarman

TUGAS UJIAN

Disusun Oleh:
Meyliana Primavita Asharie
1310019005

Penguji:
dr. Prima Deri Pella Todingbua, Sp.OG

Dibawakan Dalam Rangka Tugas Kepaniteraan Klinik Pada


SMF/Lab Obstetri dan Ginekologi
Program Studi Kedokteran Umum
Universitas Mulawarman
2014

1.

Apa diagnosis kasus pertama ?


G2P1A0 gravid 40-41 minggu janin tunggal hidup intra uterine, letak kepala, bekas SC a/I
bayi besar

2.

Apa rencana pemeriksaan pada kasus tersebut ?


DL, BT, CT, HbSAg, 112, GDS, Ur, Cr, USG, NST

3.

Apa diagnosis kasus kedua ?


Tumor intraabdomen dd Tumor ovarium sinistra dd Kista ovarium sinistra.

4.

Apa rencana terapi pada pasien tersebut ?


Dilihat dari hasil pemeriksaan USG, jika ukuran tumor / kista > 5 cm, lakukan laparotomi.

5.

Apa indikasi sectio saecaria ? (Saifuddin, Ilmu Bedah Kebidanan, 2009)


Indikasi Ibu :

Ibu dengan penyakit jantung dan paru

Infeksi

Oedema jalan lahir

Perdarahan

Preeklampsia dan eklampsia

Lingkaran retraksi patologis

Maternal Exhaution

Indikasi Janin :

Tali pusat menumbung

Mekoneum pada letak kepala

Denyut jantung memburuk

Indikasi Profilaksis

Panggul sempit

Partus lama

Primigravida tua

Indikasi Sosial
2

6.

Bayi mahal

Apa indikasi induksi ? (Saifuddin, Ilmu Bedah Kebidanan, 2009)


Indikasi Janin :

Hamil lewat bulan

Ketuban Pecah Dini

Janin mati

Indikasi Ibu :

7.

8.

Ibu dengan DM

Ibu dengan Hipertensi

Apa penyebab kematian ibu ? (Saifuddin, Ilmu Kebidanan, 2009)

Perdarahan

Infeksi

Preklampsia/Eklampsi

Partus macet

Berapa macam perdarahan dalam obstetric ? (Saifuddin, 2009)


Perdarahan hamil muda

Abortus

Kehamilan Ektopik Terganggu

Mola hidatidosa

Perdarahan Ante Partum

Plasenta Previa

Solusio Plasenta

Vasa Previa

Perdarahan Post Partum

Tonus

Trauma : Laserasi jalan lahir

: Atonia uteri

9.

Tissue

Trombin : Faktor Koagulasi darah

: Retensio plasenta, sisa jaringan plasenta

Apa yang dimaksud dengan trias klasik ? (Saifuddin, 2009)


Trias klasik adalah trias pada Kehamilan Ektopik Terganggu, yaitu :

10.

11.

12.

13.

Perdarahan pervaginam

Amenorhe

Nyeri abdomen bagian bawah

Apa diagnosa banding dari KET ? (Wiknjosastro, 2009)

Abortus Imminens

Kista Ovarium Terpuntir

Pelvic Inflamatory Disease (PID)

Appendicitis Akut

Apakah gejala klinis mola hidatidosa ? (Wirakusumah & Martaadisoebrata, 2005)

Amenorhea

Perdarahan pervaginam

Ukuran uterus lebih besar dari usia kehamilan

Tidak ditemukan tanda pasti kehamilan

Mual dan muntah yang lebih hebat dari kehamilan biasa

Apa diagnosis banding perdarahan antepartum ? (Saifuddin, 2009)

Plasenta previa

Solusia plasenta

Vasa previa

Apakah perbedaan solusio plasenta dengan plasenta previa ? (Saifuddin, 2009;


Wirakusumah & Martaadisoebrata, 2005)

No
1
2

Klinis
Perdarahan dengan nyeri
Perdarahan berulang

Plasenta Previa
Tidak
Ya

Solusio Plasenta
Ya
Tidak
4

3
4
5
6
7
8
9
10
11
12
13

Warna merah
Anemia/renjatan
Timbulnya
Terjadinya
His
Palpasi
DJJ
Periksa dalam vagina
Penurunan
Presentasi
Kemungkinan hidup
janin

Merah segar
Sesuai darah yang keluar
Perlahan
Sewaktu kehamilan
Biasanya tidak ada
Abdomen biasa
Ada
Jaringan plasenta
Tidak masuk PAP
Mungkin abnormal
Baik

Merah tua/coklat
Tidak sesuai
Tiba-tiba
Sewaktu kehamilan, saat inpartu
Ada
Abdomen tegang
Ada/tidak adaSP sedang-berat
Ketuban tegang
Dapat masuk PAP
Tidak ada hubungan
Mati

Perdarahan pada plasenta disertai nyeri karena perdarahan yang banyak terkumpul di
rongga abdomen, sehingga merangsang persarafan di daerah diafragma. Pada plasenta previa
perdarahan berulang karena perdarahan dapat berhenti dengan sendirinya, kemudian perdarahan
terjadi tanpa sesuatu sebab yang jelas setelah beberapa waktu kemudian. Perdarahan pada solusio
plasenta berwarna merah kecoklatan karena telah terjadi proses oksidasi. Anemia dan syok lebih
berat dan tidak sesuai dengan perdarahan yang terlihat terjadi pada solusio plasenta karena
perdarahan yang terjadi intraabdomen, sehingga mengecohkan pemeriksa. Berdasarkan
timbulnya perdarahan, pada plasenta previa timbulnya perlahan karena darah yang dihasilkan
lebih sedikit dari solusio plasenta. Solusia plasenta dapat terjadi pada saat inpartu, misalnya pada
keadaan regangan yang berlebih pada uterus saat inpartu. His pada solutio plasenta terjadi karena
adanya nyeri yang menyerupai his partus premature, pada palpasi teraba tegang karena darah
yang terkumpul dalam kavum abdomen menyebabkan terbentuknya refleks defans muskuler. DJJ
pada janin dengan ibu yang mengalami solusio plasenta bisa tidak terdengar, hal ini disebabkan
berkurangnya atau bahkan terputusnya sirkulasi antara ibu dan janin akibat pelepasan plasenta,
sehingga menyebabkan angka keselamatan janin rendah. Bagian terendah janin pada plasenta
previa sering belum turun ke PAP karena terhalang oleh jaringan plasenta yang menempati
bagian bawah rahim.

14.

Bagaimanakah penanganan Ketuban Pecah Dini ? (Wiknjosastro, 2009)


Penatalaksanaan ketuban pecah dini tergantung pada umur kehamilan dan tanda infeksi

intrauterine. Pada umumnya lebih baik untuk membawa semua pasien dengan KPD ke RS dan
melahirkan bayi yang berumur > 37 minggu dalam 24 jam dari pecahnya ketuban untuk
5

memperkecil resiko infeksi intrauterine. Tindakan konservatif (mempertahankan kehamilan)


diantaranya pemberian antibiotik dan cegah infeksi (tidak melakukan pemeriksaan dalam),
tokolisis, pematangan paru, amnioinfusi, epitelisasi (vit C dan trace element, masih kontroversi),
fetal and maternal monitoring. Tindakan aktif (terminasi/mengakhiri kehamilan) yaitu dengan
sectio caesarea (SC) atau pun partus pervaginam.
Dalam penetapan langkah penatalaksanaan tindakan yang dilakukan apakah langkah
konservatif ataukah aktif, sebaiknya perlu mempertimbangkan usia kehamilan, kondisi ibu dan
janin, fasilitas perawatan intensif, kondisi, waktu dan tempat perawatan, fasilitas/kemampuan
monitoring, kondisi/status imunologi ibu dan kemampuan finansial keluarga. Untuk usia
kehamilan <37 minggu dilakukan penanganan konservatif dengan mempertahankan kehamilan
sampai usia kehamilan matur.
Untuk usia kehamilan 37 minggu atau lebih lakukan terminasi dan pemberian profilaksis
streptokokkus grup B. Untuk kehamilan 34-36 minggu lakukan penatalaksanaan sama halnya
dengan

aterm.

Untuk

usia

kehamilan

32-33

minggu

lengkap

lakukan

tindakan

konservatif/expectant management kecuali jika paru-paru sudah matur (maka perlu dilakukan tes
pematangan paru), profilaksis streptokokkus grup B, pemberian kortikosteroid (belum ada
konsensus namun direkomendasikan oleh para ahli), pemberian antibiotik selama fase laten.
Untuk previable preterm (usia kehamilan 24-31 minggu lengkap) lakukan tindakan
konservatif, pemberian profilaksis streptokokkus grup B, single-course kortikosteroid, tokolisis
(belum ada konsensus) dan pemberian antibiotik selama fase laten (jika tidak ada
kontraindikasi). Untuk non viable preterm (usia kehamilan <24 minggu), lakukan koseling
pasien

dan

keluarga,

lakukan

tindakan

konservatif

atau

induksi

persalinan,

tidak

direkomendasikan profilaksis streptokokkus grup B dan kortikosteroid, pemberian antibiotik


tidak dianjurkan karena belum ada data untuk pemberian yang lama)
Rekomendasi klinik untuk PROM, yaitu pemberian antibiotik karena periode fase laten
yang panjang, kortikosteroid harus diberikan antara 24-32 minggu (untuk mencegah terjadinya
resiko perdarahan intraventrikuler, respiratory distress syndrome dan necrotizing examinations),
tidak boleh dilakukan digital cervical examinations jadi pilihannya adalah dengan spekulum,
tokolisis untuk jangka waktu yang lama tidak diindikasikan sedangkan untuk jangka pendek
dapat dipertimbangkan untuk memungkinkan pemberian kortikosteroid, antibiotik dan

transportasi maternal, pemberian kortikosteroid setelah 34 minggu dan pemberian multiple


course tidak direkomendasikan
Pematangan paru dilakukan dengan pemberian kortikosteroid yaitu deksametason 26
mg (2 hari) atau betametason 112 mg (2 hari). Agentokolisis yaitu B2 agonis (terbutalin,
ritodrine), calsium antagonis (nifedipine), prostaglandin sintase inhibitor (indometasin),
magnesium sulfat, oksitosin antagonis (atosiban).
Tindakan epitelisasi masih kotroversial, walaupun vitamin C dan trace element terbukti
berhubungan dengan terjadinya ketuban pecah terutama dalam metabolisme kolagen untuk
maintenance integritas membran korio-amniotik, namun tidak terbukti menimbulkan epitelisasi
lagi setelah terjadi PROM. Tindakan terminasi dilakukan jika terdapat tanda-tanda
chorioamnionitis, terdapat tanda-tanda kompresi tali pusat/janin (fetal distress) dan pertimbangan
antara usia kehamilan, lamanya ketuban pecah dan resiko menunda persalinan.
KPD pada kehamilan < 37 minggu tanpa infeksi, berikan antibiotik eritromisin 3250
mg, amoksisillin 3500 mg dan kortikosteroid. KPD pada kehamilan > 37 minggu tanpa infeksi
(ketuban pecah >6 jam) berikan ampisillin 21 gr IV dan penisillin G 42 juta IU, jika serviks
matang lakukan induksi persalinan dengan oksitosin, jika serviks tidak matang lakukan SC. KPD
dengan infeksi (kehamilan <37 ataupun > 37 minggu), berikan antibiotik ampisillin 42 gr IV,
gentamisin 5 mg/KgBB, jika serviks matang lakukan induksi persalinan dengan oksitosin, jika
serviks tidak matang lakukan SC

15.

Sebutkan lima benang merah APN ? (Hamidah, 2009)

16.

Membuat keputusan klinis

Asuhan saying ibu dan saying anak

Mencegah infeksi

Pencatatan rekam medis

Rujukan

Dalam sistem rujukan apa yang dimaksud dengan BAKSOKU ? (Hamidah, 2009)

B (Bidan)

Pastikan ibu/ bayi/ klien didampingi oleh tenaga kesehatan yang kompeten dan memiliki
kemampuan untuk melaksanakan kegawatdaruratan

A (Alat)
Bawa perlengkapan dan bahan-bahan yang diperlukan seperti spuit, infus set, tensimeter
dan stetoskop

K (keluarga)
Beritahu keluarga tentang kondisi terakhir ibu (klien) dan alasan mengapa ia dirujuk.
Suami dan anggota keluarga yang lain harus menerima ibu (klien) ke tempat rujukan.

S (Surat)
Beri surat ke tempat rujukan yang berisi identifikasi ibu (klien), alasan rujukan, uraian
hasil rujuka, asuhan atau obat-obat yang telah diterima ibu

O (Obat)
Bawa obat-obat esensial yang diperlukan selama perjalanan merujuk

K (Kendaraan)
Siapkan kendaraan yang cukup baik untuk memungkinkan ibu (klien) dalam kondisi yang
nyaman dan dapat mencapai tempat rujukan dalam waktu cepat.

U (Uang)
Ingatkan keluarga untuk membawa uang dalam jumlah yang cukup untuk membeli obat
dan bahan kesehatan yang diperlukan di tempar rujukan

17.

Bagaimana cara melahirkan bayi sungsang ? (Saifuddin, Ilmu Bedah Kebidanan, 2009;
Bratakoesoema, 2005)
a. Persalinan Pervaginam
Berdasarkan tenaga yang dipakal dalam melahirkan janin pervaginam, persalinan

pervaginam dibagi menjadi 3, yaitu:


8

1)

Persalinan spontan (spontaneous breech), janin dilahirkan dengan kekuatan dan tenaga ibu
sendiri. Cara ini lazim disebut cara Bracht

2)

Manual aid (partial breech extraction; assisted breech delivery), janin dilahirkan sebagian
menggunakan tenaga dan kekuatan ibu dan sebagian lagi dengan tenaga penolong.

3)

Ekstraksi sungsang (total breech extraction), janin dilahirkan seluruhnya dengan memakai
tenaga, penolong.
b. Persalinan perabdominal (seksio sesaria)

Prosedur pertolongan persalinan spontan


Tahapan :
1.

Tahap pertama

: fase lambat, yaitu mulai melahirkan bokong sampai pusat (skapula

depan).
2.

Tahap kedua

: fase cepat, yaitu mulai dari lahirnya pusat sampai lahirnya mulut.

Disebut fase cepat karena pada fase ini kepala mulai masuk ke PAP, sehingga
kemungkinan tali pusat terjepit. Oleh karena itu fase ini harus segera diselesaikan dan tali
pusat segera dilonggarkan.
3.

Tahap ketiga

: fase lambat, yaitu mulai lahirnya mulut sampai seluruh kepala lahir.

Teknik :
1.

Ibu dalam posisi litotomi, sedang penolong berada didepan vulva.

2.

Ketika timbul his ibu disuruh mengejan dan merangkul kedua pangkal paha. Pada saat
bokong mulai membuka vulva (crowning) disuntikan 2-5 unit oksitosin intramuskuler.

3.

Episiotomi dikerjakan saat bokong membuka vulva. Segera setelah bokong lahir, bokong
dicengkram secara Bracht, yaitu kedua ibu jari penolong sejajar sumbu panjang paha,
sedangkan jari-jari lain memegang panggul.

4.

Pada setiap his, ibu disuruh mengejan. Pada waktu tali pusat lahir dan tampak teregang, tali
pusat dikendorkan. Kemudian penolong melakukan hiperlordosis pada badan janin guna
mengikuti gerakan rotasi anterior, yaitu punggung janin didekatkan ke punggung ibu.
Penolong hanya mengikuti gerakan ini tanpa melakukan tarikan, sehingga gerakan tersebut
disesuaikan dengan gaya berat

badan janin. Bersamaan dengan dilakukannya

hiperlordossis, seorang asisten melakukan ekspresi Kristeller pada fundus uteri sesuai

dengan sumbu panggul. Dengan gerakan hiperlordossis ini berturut-turut lahir pusar, perut,
badan lengan, dagu,mulut dan akhirnya kepala.
5.

Janin yang baru lahir segera diletakan diperut ibu. Bersihkan jalan nafas dan rawat tali
pusat.

6.

Keuntungan
Dapat mengurangi terjadinya bahaya infeksi oleh karena tangan penolong tidak ikut masuk
ke dalam jalan lahir. Dan juga cara ini yang paling mendekati persalinan fisiologik,
sehingga mengurangi trauma pada janin.

7.

Kerugian
Dapat mengalami kegagalan sehingga tidak semua persalinan letak sungsang dapat
dipimpin secara Bracht. Terutama terjadi peda keadaan panggul sempit, janin besar, jalan
lahir kaku seperti pada primigravida, adanya lengan menjungkit atau menunjuk.

Prosedur Manual Aid


Tahapan :
1.

Tahap pertama : lahirnya bokong sampai pusar yang dilahirkan dengan kekuatan dan
tenaga ibu sendiri.

2.

Tahap kedua

: lahirnya bahu dan lengan yang memakai tenaga penolong. Cara/teknik

untuk melahirkan bahu dan lengan ialah secara :


a)

Klasik (Deventer)

Prinsip

Melahirkan bahu dan lengan secara klasik ini melahirkan lengan belakang lebih dulu
karena lengan belakang berada di ruang yang luas (sacrum), kemudian melahirkan lengan
depan yang berada di bawaah simpisis.

Kedua kaki janin dipegang dengan tangan kanan penolong pada pergelangan kakinya dan
dielevasi ke atas sejauh mungkin sehingga perut janin mendekati perut ibu. Bersamaan
dengan itu tangan kiri penolong dimasukkan ke dalam jalan lahir dan dengan jari tengah
dan telunjuk menelusuri bahu janin sampai pada fossa kubiti kemudian lengan bawah
dilahirkan dengan gerakan seolah-olah lengan bawah mengusap muka janin.

10

Untuk melahirkan lengan depan, pergelangan kaki janin diganti dengan tangan kanan
penolong dan ditarik curam ke bawah sehingga punggung janin mendekati punggung ibu.
Dengan cara yang sama lengan depan dilahirkan.
Keuntungan

Umumnya dapat dilakukan pada semua persalinan letak sungsang tetapi kerugiannya
lengan janin relativ tinggi didalam panggul sehingga jari penolong harus masuk ke dalam
jalan lahir yang dapat menimbulkan infeksi.

b)

Mueller
Prinsip melahirkan bahu dan lengan secara Mueller ialah melahirkan bahu dan lengan
depan lebih dulu dengan ekstraksi, baru kemudian melahirkan bahu dan lengan belakang.
Bokong janin dipegang dengan femuropelvik yaitu kedua ibu jari penolong diletakkan
sejajar spina sakralis media dan jari telunjuk pada krisat iliaka dan jari-jari lain
mencengkram bagian depan. Kemudian badan ditarik ke curam ke bawah sejauh mungkin
sampai bahu depan tampak di bawah simpisis dan lengan depan dilahirkan dengan mengait
lengan bawahnya. Setelah bahu depan dan lengan lahir, tarik badan janin ke atas sampai
bahu belakang lahir. Tangan penolong tidak masuk ke dalam jalan lahir sehingga
mengurangi infeksi.

c)

Lovset
Prinsip melahirkan persalinan secara Lovset ialah memutar badan janin dalam setengah
lingkaran bolak-balik sambil dilakukan traksi curam ke bawah sehingga bahu yang
sebelumnya berada di belakang akhirnya lahir dibawah simpisis dan lengan dapat
dilahirkan. Keuntungannya yaitu sederhana dan jarang gagal, dapat dilakukan pada semua
letak sungsang, minimal bahay infeksi. Cara lovset tidak dianjurkan dilakukan pada
sungsang dengan primigravida, janin besar, panggul sempit.

d)

Bickenbach
Prinsip melahirkan ini merupakan kombinasi antara cara Mueller dengan cara klasik. Tahap
ketiga dengan melahirkan kepala yang menyusul (after coming head).

3. Tahap ketiga yaitu lahirnya kepala, dapat dengan cara :


a)

Mauriceau (Veit-Smellie)
Tangan penolong yang sesuai dengan muka janin dimasukkan ke dalam jalan lahir. Jari
tengah dimasukkan ke dalam mulut dan jari telunjuk dan jari keempat mencengkeram fossa
11

kanina, sedang jari lain mencengkeram leher. Badan anak diletakkan diatas lengan bawah
penolong seolah-olah janin menunggang kuda. Jari telunjuk dan jari ketiga penolong yang
lain mencengkeram leher janin dari punggung. Kedua tangan penolong menarik kepala
janin curam ke bawah sambil seorang asisten melakukan ekspresi kristeller. Tenaga tarikan
terutama dilakukan oleh penolong yang mencengkeram leher janin dari arah punggung.
Bila suboksiput tampak dibawah simpisis, kepala dielevasi keatas dengan suboksiput
sebagai hipomoklion sehingga berturut-turut lahir dagu, mulut, hidung, mata dahi, ubunubun besar dan akhirnya lahirnya seluruh kepala janin.
b)

Najouks
Teknik ini dilakukan apabila kepala masih tinggi sehingga jari penolong tidak dimasukkan
ke dalam mulut janin. Kedua tangan penolong yang mencengkeram leher janin menarik
bahu curam kebawah dan bersamaan dengan itu seorang asisten mendorong kepala janin
kearah bawah. Cara ini tidak dianjurkan lagi karena menimbulkan trauma yang berat.

c)

Wigand Martin-Winckel

d)

Parague terbalik
Teknik ini dipakai bila oksiput dengan ubun-ubun kecil berada di belakang dekat sacrum
dan muka janin menghadap simpisis. Satu tangan penolong mencengkeram leher dari
bawah dan punggung janin diletakkan pada telapak tangan penolong. Tangan penolong
yang lain memegang kedua pergelangan kaki, kemudian ditarik keatas bersamaan dengan
tarikan pada bahu janin sehingga perut janin mendekati perut ibu. Dengan laring sebagai
hipomoklion, kepala janin dapat dilahirkan.

e)

Cunam piper
Seorang asisten memegang badan janin pada kedua kaki dan kedua lengan janin diletakkan
dipunggung janin. Kemudian badan janin dielevasi ke atas sehingga punggung janin
mendekati punggung ibu. Pemasangan cunam piper sama prinsipnya dengan pemasangan
pada letak belakang kepala. Hanya saja cunam dimasukkan dari arah bawah sejajar dengan
pelipatan paha belakang. Setelah oksiput tampak dibawah simpisis, cunam dielevasi ke atas
dan dengan suboksiput sebagai hipomoklion berturut-turut lahir dagu, mulut, muka, dahi
dan akhirnya seluruh kepala lahir.

12

Prosedur Ekstraksi Sungsang


Teknik ekstraksi kaki
1.

Tangan dimasukkan ke dalam jalan lahir mencari kaki depan dengan menelusuri bokong,
pangkal paha sampai lutut, kemudian melakukan abduksi dan fleksi pada paha janin
sehingga kaki bawah menjadi fleksi.

2.

Tangan yang diluar mendorong fundus uterus ke bawah. Setelah kaki bawah fleksi
pergelangan kaki dipegang oleh jari kedua dan jari ketiga dan dituntun keluar dari vagina
sampai batas lutut.

3.

Kedua tangan memegang betis janin, kaki ditarik curam kebawah sampai pangkal paha
lahir.

4.

Pangkal paha dipegang kemudian tarik curam ke bawah trokhanter depan lahir. Kemudian
pangkal paha dengan pegangan yang sama dielevasi keatas sehingga trokhanter belakang
lahir dan bokong pun lahir.

5.

Setelah bokong lahir maka untuk melahirkan janin selanjutnya dipakai teknik pegangan
femuro-pelviks, badan janin ditarik curam kebawah sampai pusat lahir. Selanjutnya untuk
melahirkan badan janin yang lainnya dilakukan cara persalinan yang sama seperti pada
manual aid.

Teknik ekstraksi bokong


1.

Jari telunjuk tangan penolong yang searah bagian kecil janin dimasukkan ke dalam jalan
lahir dan diletakkan di pelipatan paha depan. Dengan jari telunjuk ini pelipatan paha dikait
dan ditarik curam kebawah, sehingga trokhanter tampak dibawah simpisis, maka jari
telunjuk penolong yang lain segera mengait pelipatan paha ditarik curam kebawah sampai
bokong lahir.

2.

Setelah bokong lahir, bokong dipegang secara femuro-pelviks kemudian janin dapat
dilahirkan dengan cara manual aid.

18.

Apakah indikasi kuretase ? (Saifuddin, Ilmu Bedah Kebidanan, 2009)


Indikasi diagnostik

Metroragia

Perdarahan uterus disfungsional

Polip uteri
13

Karsinoma endometrium

Perdarahan pasca molar (kemungkinan koriokarsinoma)

Infertilitas

Amenore sekunder

Indikasi terapetik

19.

Abortus insipien, abortus inkomplit, missed abortion

Sisa plasenta

Mola hidatidosa

Apakah yang dimaksud distosia ? (Bratakoesoema, 2005)


Yang dimaksud distosia adalah persalinan yang sulit ditandai adanya hambatan kemajuan
persalinan.

20.

Apa yang dimaksud dengan tumor uterus ? (Wiknjosastro, 2009)


Tumor uterus adalah tumor alat genital yang bersifat neoplasma jinak yang terdapat pada
ektoservis maupun endoserviks-endometrium atau suatu tumor jinak yang berbatas tegas,
tidak berkapsul yang berasal dari otot polos dan jaringan ikat fibrous.

21.

Sebutkan contoh tumor uterus ! (Wiknjosastro, 2009)


Tumor Jinak Uterus
-

Ektoserviks
o Kista sisa jaringan embrional
o Kista endometriosis
o Folikel atau Kista Nabothi
o Papiloma
o Hemangioma

Endoserviks
o Polip
o Endometrium
o Polip
o Adenoma-Adenofibroma
14

o Mioma Submukosum
o Polip Plasenta
-

Miometrium
o Fibromioma
o Leiomioma
o Fibroid

Tumor Ganas Uterus


-

Serviks Uterus
o Karsinoma Serviks Uterus

Korpus Uterus
o Sarkoma Uterus
o Leiomiosarkoma
o Sarkoma Endometrium
o Karsinoma Sarkoma
o Khoriokarsinoma

22.

Apa penyebab dari Tumor uterus ? (Wiknjosastro, 2009)


Wanita dengan nullypara ( wanita kurang subur ). Etiologi secara pasti tidak diketahui
Tetapi ada korelasi antara pertumbuhan tumor dengan peningkatan reseptor estrogenprogesteron pada jaringan mioma uteri dan juga dipengaruhi oleh hormone pertumbuhan.
faktor genetic Resiko tinggi wanita dengan umur diatas 35 tahun.

23.

Apa yang dimaksud dengan PUD ? (Palisuri & Budi, 1999)


Perdarahan

uterus

disfungsional

adalah

perdarahan

uterus

abnormal

(lamanya,

frekuensinya, jumlah) tanpa ditemukan kelainan organik dan hematologi melainkan hanya
akibat gangguan fungsi mekanisme kerja poros hipotalamus hipofisis ovarium dan
target organnya dalam hal ini endometrium.

15

24.

Ada berapa penyebab PUD ? (Palisuri & Budi, 1999; Wiknjosastro, 2009)
-

Perdarahan Anovulatori

Rahim yang sering terjadi pada masa pre-menopause dan masa reproduksi. Hal ini karena
tidak terjadi ovulasi, sehingga kadar hormone estrogen berlebihan sedangkan hormone
progesterone rendah. Akibatnya dinding rahim (endometrium) mengalami penebalan
berlebihan (hiperplasi) tanpa diikuti penyangga (kaya pembuluh darah dan kelenjar) yan
gmemadai. Kondisi inilah penyebab terjadinya perdarahan rahim karena dinding rahim
yang rapuh.
-

Perdarahan Ovulatori

Perdarahan Rahim yang biasa terjadi pada pertengahan menstruasi maupun bersamaan
dengan waktu menstruasi. Perdarahan ini terjadi karena rendahnya kadar hormone
estrogen, sementara hormone progesterone tetap terbentuk.

25.

Apa maksud dan tujuan PAP SMEAR ?


Pemeriksaan Pap Smear berguna sebagai pemeriksaan penyaring (skrining) dan
pelacak adanya perubahan sel ke arah keganasan secara dini sehingga kelainan prakanker
dapat terdeteksi serta pengobatannya menjadi lebih murah dan mudah (Dalimartha, 2004).
Pap Smear mampu mendeteksi lesi prekursor pada stadium awal sehingga lesi dapat
ditemukan saat terapi masih mungkin bersifat kuratif (Crum, Lester, & Cotran, 2007).
Manfaat Pap Smear secara rinci dapat dijabarkan sebagai berikut (Manuaba, 2005):
a. Diagnosis dini keganasan
Pap Smear berguna dalam mendeteksi dini kanker serviks, kanker korpus endometrium,
keganasan tuba fallopi, dan mungkin keganasan ovarium.
b. Perawatan ikutan dari keganasan
Pap Smear berguna sebagai perawatan ikutan setelah operasi dan setelah mendapat
kemoterapi dan radiasai.
c. Interpretasi hormonal wanita
Pap Smear bertujuan untuk mengikuti siklus menstruasi dengan ovulasi atau tanpa
ovulasi, menentukan maturitas kehamilan, dan menentukan kemungkunan keguguran
pada hamil muda.

16

d. Menentukan proses peradangan


Pap Smear berguna untuk menentukan proses peradangan pada berbagai infeksi bakteri
dan jamur.

17

Daftar Pustaka
Bratakoesoema, D. S. (2005). Distosia. In S. (. Sastrawinata, M. S. Martaadisoebroto, & S. (.
Wirakusumah, Obstetri Patologi Ilmu Kesehatan Reproduksi (pp. 121-170). Jakarta: EGC.
Hamidah, y. &. (2009). Kebidanan Komunitas. Jakarta: EGC.
Palisuri, S. d., & Budi, d. A. (1999). Perdarahan Uterus Disfungsional. In S. d. Djuanna,
Pedoman Diagnosis & Terapi Obstetri dan Ginekologi (pp. 264-269). Ujung Pandang: FK
UNHAS / RSUP dr. Wahidin Sudirohusodo.
Saifuddin, M. S. (2009). Ilmu Bedah Kebidanan. Jakarta: PT. Bina Pustaka Sarwono
Prawirohardjo.
Saifuddin, M. S. (2009). Ilmu Kebidanan. Jakarta: PT. Bina Pustaka Sarwono Prawirohardjo.
Wiknjosastro, S. P. (2009). Ilmu Kandungan. Jakarta: PT. Bina Pustaka Sarwono Prawirohardjo.
Wirakusumah, F., & Martaadisoebrata, D. (2005). Kelainan Telur, Plasenta, Air Ketuban, Cacat,
dan Gangguan Janin. In S. (. Sastrawinata, M. S. Martaadisoebroto, & S. (. Wirakusumah,
Obstetri Patologi Ilmu Kesehatan Reproduksi (pp. 28-63). Jakarta: EGC.

18

Você também pode gostar

  • Obstruksi Nasi
    Obstruksi Nasi
    Documento64 páginas
    Obstruksi Nasi
    Lita Novia Anggraini
    Ainda não há avaliações
  • Monitoring Sterilisasi Alat
    Monitoring Sterilisasi Alat
    Documento1 página
    Monitoring Sterilisasi Alat
    Lita Novia Anggraini
    Ainda não há avaliações
  • Formulir Penulisan Ijazah
    Formulir Penulisan Ijazah
    Documento2 páginas
    Formulir Penulisan Ijazah
    Lita Novia Anggraini
    Ainda não há avaliações
  • Persiapan Pranikah
    Persiapan Pranikah
    Documento3 páginas
    Persiapan Pranikah
    Lita Novia Anggraini
    Ainda não há avaliações
  • Benda Asing Bronchus1 - Nadh
    Benda Asing Bronchus1 - Nadh
    Documento15 páginas
    Benda Asing Bronchus1 - Nadh
    Lita Novia Anggraini
    Ainda não há avaliações
  • Kelas Ibu Hamil
    Kelas Ibu Hamil
    Documento1 página
    Kelas Ibu Hamil
    Lita Novia Anggraini
    Ainda não há avaliações
  • Otitis Eksterna
    Otitis Eksterna
    Documento15 páginas
    Otitis Eksterna
    Lita Novia Anggraini
    Ainda não há avaliações
  • Disfagia
    Disfagia
    Documento9 páginas
    Disfagia
    Lita Novia Anggraini
    Ainda não há avaliações
  • Anj
    Anj
    Documento20 páginas
    Anj
    Lita Novia Anggraini
    Ainda não há avaliações
  • Suara Parau Sen
    Suara Parau Sen
    Documento44 páginas
    Suara Parau Sen
    Lita Novia Anggraini
    Ainda não há avaliações
  • Obstruksi JN
    Obstruksi JN
    Documento25 páginas
    Obstruksi JN
    Lita Novia Anggraini
    Ainda não há avaliações
  • Jurus Mabuk Belajar THT
    Jurus Mabuk Belajar THT
    Documento40 páginas
    Jurus Mabuk Belajar THT
    Muhammad Hasbul
    100% (1)
  • CA Nasopharing
    CA Nasopharing
    Documento6 páginas
    CA Nasopharing
    Lita Novia Anggraini
    Ainda não há avaliações
  • Presentasi Kasus
    Presentasi Kasus
    Documento24 páginas
    Presentasi Kasus
    Lita Novia Anggraini
    Ainda não há avaliações
  • Refleksi Kasus Adi DKA
    Refleksi Kasus Adi DKA
    Documento8 páginas
    Refleksi Kasus Adi DKA
    Lita Novia Anggraini
    Ainda não há avaliações
  • Otitis Eksterna
    Otitis Eksterna
    Documento15 páginas
    Otitis Eksterna
    Lita Novia Anggraini
    Ainda não há avaliações
  • Kasus RA
    Kasus RA
    Documento14 páginas
    Kasus RA
    Lita Novia Anggraini
    Ainda não há avaliações
  • Herpes Genitalis
    Herpes Genitalis
    Documento25 páginas
    Herpes Genitalis
    Lita Novia Anggraini
    Ainda não há avaliações
  • Presentasi Kasus Dentogenik
    Presentasi Kasus Dentogenik
    Documento23 páginas
    Presentasi Kasus Dentogenik
    Lita Novia Anggraini
    Ainda não há avaliações
  • Esofagoskopi Dinda
    Esofagoskopi Dinda
    Documento14 páginas
    Esofagoskopi Dinda
    Lita Novia Anggraini
    Ainda não há avaliações
  • Rangkuman Dari Sae
    Rangkuman Dari Sae
    Documento88 páginas
    Rangkuman Dari Sae
    Lita Novia Anggraini
    Ainda não há avaliações
  • Tutorial Metadon
    Tutorial Metadon
    Documento21 páginas
    Tutorial Metadon
    Lita Novia Anggraini
    Ainda não há avaliações
  • Skizo Parno Refleksi Kasus M. Taufik
    Skizo Parno Refleksi Kasus M. Taufik
    Documento21 páginas
    Skizo Parno Refleksi Kasus M. Taufik
    Lita Novia Anggraini
    Ainda não há avaliações
  • Bronko Skop I
    Bronko Skop I
    Documento16 páginas
    Bronko Skop I
    Lita Novia Anggraini
    Ainda não há avaliações
  • Refleksi Kasus Adi DKA
    Refleksi Kasus Adi DKA
    Documento8 páginas
    Refleksi Kasus Adi DKA
    Lita Novia Anggraini
    Ainda não há avaliações
  • Diagnosis Komunitas Sempaja
    Diagnosis Komunitas Sempaja
    Documento20 páginas
    Diagnosis Komunitas Sempaja
    Lita Novia Anggraini
    Ainda não há avaliações
  • THTKL
    THTKL
    Documento59 páginas
    THTKL
    Muhammad Fauzi
    Ainda não há avaliações
  • Tipus Prop
    Tipus Prop
    Documento27 páginas
    Tipus Prop
    Aprilini Fitrisia
    Ainda não há avaliações
  • Dokel Tifoid Dessy
    Dokel Tifoid Dessy
    Documento27 páginas
    Dokel Tifoid Dessy
    Lita Novia Anggraini
    Ainda não há avaliações
  • Depan Fix
    Depan Fix
    Documento5 páginas
    Depan Fix
    Aprilini Fitrisia
    Ainda não há avaliações