Você está na página 1de 4

Alif Ummami Faridatul Lailiyah

135100501111012/ R

Optimasi Produksi Spirulina plantesis( Protein Sel Tunggal)


dengan Modifikasi Media Fermentasi, Modifikasi Sistem
Operasi Fermentasi Dan Alterasi Cahaya Foton
REVIEW JURNAL

Disusun Oleh:
Alif Ummami F.L( 135100501111012)

JURUSAN TEKNOLOGI HASIL PERTANIAN


FAKULTAS TEKNOLOGI PERTANIAN
UNIVERSITAS BRAWIJAYA
MALANG
2014

Alif Ummami Faridatul Lailiyah


135100501111012/ R
Optimasi Produksi Spirulina plantesis( Protein Sel Tunggal) dengan Modifikasi
Media Fermentasi, Modifikasi Sistem Operasi Fermentasi Dan Alterasi Cahaya
Foton
Di tulis berdasarkan Jurnal yang berjudul:
1. Enhancement Of Cyanobacteria Growth In Serial Configuration Photobioreactor
By Photon Flux Density Alteration oleh Dianursanti.
2. Efektivitas Teknik Kultur menggunakan Sistem Kultur Statis, Semi-kontinyu,
dan Kontinyu terhadap Produktivitas dan Kualitas Kultur Spirulina sp. Oleh
Gede Suantika
3. Proses Kultivasi Spirulina plantesis POME( Palm Oil Mill Effluent) Sebagai
Media Kultur dalam Raceway Open Pond Bioreactor oleh Elisa Mutiah.
A. Pendahuluan
Spirulina merupakan salah satu jenis dari mikroalga. Spirulina memiliki cirri- cir fisik
atau morfologi berwarna hikau kebiruan, sel nya berkolom membentuk filament dan
strukturnya terpilin menyerupai spiral. Spirulina biasanya tumbuh pada habitat yang
lembap dan memiliki cukup sinar matahari dan gas karbondioksida( Mutiah, 2013).
Spirulina dapat hidup dengan baik pada kondisi lingkungan yang alkali atau basa(
Dianursanti, 2007).
Saat ini Spirulina banyak digunakan dalam berbagai bidang seperti bidang pangan,
bidang kesehatan dan bidang Industri. Dalam bidang makanan spirulina digunakan
karena kandungan proteinnya yang tinggi( 60-70%) sebagai protein sel tunggal.
Selain protein, Spirulina juga memiliki kandungan nutrisi lain seperti asam lemak
dan vitamin, Spirulina juga memiliki kandungan antioksidan yang tinggi( Suantika,
2009). Dalam bidang kesehatan Spirulina digunakan karena dapat menghasilkan
pigmen Phycobiline yang berfungsi untuk meningkatkan antibody dalam tubuh(
Dianursanti, 2007). Dalam dunia industri, Spirulna digunakan sebagai agen
pemecah limbah, misalnya saja pemecah limbah POME yang dihasilkan oleh
industri minyak kelapa sawit( Mutiah, 2013). Dalam ketiga bidang yang sudah
disebutkan di atas, Spirulina digunakan karena beberapa alasan antara lain karena
Spirulina mudah tumbuh pada bernagai media, pertumbuhannya cepat dan besifat
non toxic( Dianursanti, 2007).
Dengan berbagai kelebihan yang dimiliki oleh Spirulina, saat ini banyak
dikembangkan metode optimasi spirulina untuk menghasilkan jumlah biomassa

Alif Ummami Faridatul Lailiyah


135100501111012/ R
yang banyak. Metode tersebut antara lain: metode alterasi cahaya foton, modifikasi
media fermentasi dan modifikasi sistem operasi fermentasi.
B. Metode penelitian
Optimasi proses produksi spirulina dilakukan dengan tiga cara yaitu:
1. modifikasi media fermentasi:
Dalam metode ini, media yang digunakan adalah limbah POME atau Palm Oil
Mill Effluent yang sudah ditambahkan nutrisi tertentu. Untuk mengetauhi
pengaruh konsentrasi media terhadap biomassa yang dihasilkan maka dibuat
media POME dengan 3 pengenceran yaitu media POME murni( tanpa
pengenceran), media pome dengan tiga kali pengeceran dan lima kali
pengenceran. Untuk kontrol, Spirulina juga ditumbuhkan pada media air kran.
Pada penelitian ini kultur Spirulina yang digunakan ditambahkan dalam
konsentrasi yang berbeda beda untuk mengetahui kombinasi yang paling baik
antara jumlah media dengan jumlah kultur yang digunakan. Penelitian
dilakukan selam 5 hari dalam open raceway bioreactor, dengan agitasi 30 rpm
dan pencahayaan dengan lampu Phillips selam 8 jam per hari. Setiap harinya
dilakukan perhitungan berat kering Spirulina yang dihasilkan.
2. Modifikasi sistem operasi
Sistem operasi yang digunakan antara lain sistem statis, semi kontinyu dan
kontinyu.
Sistem statis dilakukan dengan cara menambahkan 1,6 L inokulum dengan
kepadatan sel awal( KAI) 104 sel/ml pada 15,4 L media Schlosser. Setiap 8 hari
sekali selama 24 hari( hari ke-8, ke -16 dan ke-24) dilakukan pemanenan total
dan pembersihan tanki fermentasi. Setelah itu dilakukan reinokulasi dengan
jumlah inokulum dan KAI yang sama, dalam media yang jumlahnya sama.
Sistem semi kontinyu dilakukan dengan cara menambahkan 1,6 L inokulum
dengan KAI 104 sel/ml dalam 15,4 L media Schlosser. Pada hari ke 8, 10, 12,
14, 16, 18, 20, 22, dan 24 dilakukan pemanenan sebagian kultur Spirulina.
Jumlah kultur yang diambil ditentukan dengan pengenceran kepadatan sel
dalam tanki menjadi 20103 sel/ml. Selama pemanenan juga dilakukan
penambahan media sejumlah kultur yang diambil.
Sistem kontinyu dilakukan dengan cara menambahkan 1,2 L inokulum dengan
KAI 104 sel/ml dalam 10,8 L air. Selama 8 hari berturut- turut ditambahkan
media Schlosser hingga volume kultur menjadi 16 L. Setiap 8 hari sekali
dilakukan pemanenan, pembersihan tanki dan reinokulasi.

Alif Ummami Faridatul Lailiyah


135100501111012/ R
3. Alterasi cahaya foton
Metode ini dilakukan dengan cara menumbuhkan kultur spirulina dalam
bioreactor yang mengandung media CONWY dengan 3 % CO2, sumber cahaya
diperoleh dari lampu. Kultur spirulina ditumbuhkan dengan dua perlakuan yang
berbeda yaitu alterasi sinar foton( pemberian cahaya yang jumlahnya
ditingkatkan seiring dengan meningkatnya jumlah sel) dan pemberian sinar
foton secara statis( jumlahnya tetap). Alterasi dilakukan dengan cara mengubah
jarak antara bioreactor dengan lampu. Jumlah biomassa yang dihasilkan
ditentukan dengan pembacaan OD pada panjang gelombang 680 nm.
C. Hasil dan Pembahasan
1. Optimasi dengan modifikasi media fermentasi paling baik dilakukan dengan
cara mengencerkan media POME sebanyak 5 kali dengan jumlah kepadatan
sel awal yang ditambahkan sebanyak 0,443 g/L, kombinasi ini dapat
menghasilkan Spirulina sebanyak 0,7592 g/L. Jumlah sel yang dihasilkan
dipengaruhi oleh intensitas cahaya yang diterima sel dalam bioreactor, dalam
media yang diencerkan sebanyak 3 kali

dan media murni, cahaya yang

diterima jumlahnya sedikit karena jumlah POME dalam media yang banyak,
POME berwarna hitam sehingga dapat menghalangi masuknya cahaya, yang
menyebabkan pertumbuhan terjadi secara lambat. Jika pengenceran 5 kali
dibandingkan dengan kontrol maka kontrol lebih baik karena menggunakan air
kran sebagai media, hal ini menyebabkan cahaya lebih mudah masuk.
2. Optimasi sistem operasi fermentasi paling baik dilakukan dengan metode semi
kontinyu. Sistem operasi ini dapat menghasilkan sebanyak 30,331,56 x 103
sel/mL selama 24 hari proses produksi berlangsung, hal ini disebabkan karena
proses pemanenan sel pada sistem semi kontinyu tidak dilakukan secara total,
sehingga jumlahnya lebih banyak jika dinandingkan dengan dua sistem lainnya.
3. Produksi dengan alterasi cahaya foton hasilnya lebih baik daripada produksi
dengan cahaya statis. Hal ini disebabkan karena dengan alterasi, jumlah
cahaya yang diberikan bertambah seiring dengan bertambahnya jumlah sel, hal
ini menyebabkan sel tetap dapat tumbuh dengan baik meskipun kepadatannya
bertambah. Spirulina yang ditumbuhkan dengan cahaya statis pertumbuhannya
terjadi secara lambat karena ketika kepadatan selnya bertambah, jumlah
cahaya yang dibutuhkan juga bertambah, jika jumlah cahayanya tidak ditambah
sesuai kebutuhan maka sel tidak akan tumbuh dengan baik. Metode alterasi
dapat menghasilkan sel Spirulina 55,1% lebih tinggi.

Você também pode gostar