Você está na página 1de 23

ANALISIS PUSAT-PUSAT PERTUMBUHAN EKONOMI

DI KABUPATEN SEKADAU PROVINSI KALIMANTAN BARAT

RINGKASAN TESIS

Sebagai Salah Satu Syarat untuk Memperoleh Gelar


MAGISTER EKONOMI (M.E.)
Pada Program Ilmu Ekonomi
Fakultas Ekonomi
Universitas Tanjungpura

Oleh
STEFANUS MASIUN
NIM: B61108006

PROGRAM MAGISTER ILMU EKONOMI


FAKULTAS EKONOMI
1

UNIVERSITAS TANJUNGPURA
2012

ABSTRACT
A regional development indeed, is aimed at lifting the quality of lives of the
society within the region through integrated and proper of sectors and spatial
development. An effective and efficient development planning should take into account
macro, sectoral and regional development planning harmoniously. At the same time, a
good economic development planning will determine qualified economic growth,
reducing poverty, creating more jobs and reducing inter region disparities. This is the
context of this thesis research.
This research analyzed sub-district basis economic growth centers in Sekadau
District of West Kalimantan through sub district based. As a new district, Sekadau
District is hoped to bring significant impacts especially on public service sector and
better welfare for every member of society. To reach the goal, economic development is
one of the strategies to be done. Through creating economic growth centers in the region,
will enhance the economic growth of the hinterlands. Sekadau district consists of 7 sub
districts. The sub districts are Nanga Mahap, Nanga Taman, Sekadau Hulu, Sekadau
Hilir, Belitang Hilir, Belitang andn Belitang Hulu. The main data analyzed in this
research are economic, social and government facilities in every sub district. The analysis
tools applied are Scalogram, Geographic Information System (GIS) and Interaction
Analysis.
The findings of the research show that Sekadau Hilir is the main economic growth
center of Sekadau. The total numbers of economic, social and government facilities are
738. It is the first economic order of Sekadau. In the Southern part, Nanga Taman is the
economic growth center within the area with 257 facilities. While in the Northern part,
the growth center is Belitang Hilir with 223 facilities. Because of central and Strategic
position of Sekadau Hilir, other sub districts consequently, are the hinterlands of Sekadau
Hilir.
Through interaction analysis, it is known that Sekadau Hilir is the main center of
interaction of people, goods and services. It is understandable, Sekadau Hilir, especially
Sekadau Town, is the capital town of Sekadau district. The people from all sub districts
come to Sekadau town mainly for shopping, education, health care, and government
business. Even though, from the research finding, it is clearly founded that there are
economic disparities among three main zones within the district. Center area, Sekadau
Hilir, is the most provided by economic, social and government facilities more than three
sub districts in the South. The worse is three sub districts in the North, less facilities
provided compared with those in the South. The lagging zone of economic, social and
government facilities in the district is in the North.***

ANALISIS PUSAT-PUSAT PERTUMBUHAN EKONOMI


DI KABUPATEN SEKADAU PROVINSI KALIMANTAN BARAT

I.

PENDAHULUAN

I.1. Latar Belakang


Indonesia adalah Negara kepulauan yang luas dan memiliki jumlah penduduk
nomor empat terbesar di dunia. Indonesia dianugrahi kekayaan alam yang berlimpah.
Kekayaan alam Indonesia sungguh sangat memungkinkan Indonesia untuk tumbuh
menjadi Negara yang maju, makmur dan sejahtera. Sebagai sebuah Negara kepulauan
yang sangat heterogen dalam berbagai aspek, Indonesia memerlukan sebuah strategi
pembangunan nasional, lebih khusus lagi, pembangunan regional yang sesuai dengan
karakter, kapasitas dan keunggulan masing-masing wilayah. Strategi pembangunan
regional yang tepat akan memungkinkan terwujudnya cita-cita luhur kemerdekaan bangsa
ini.
Kesenjangan antar daerah di Indonesia sampai saat ini masih sangat tinggi.
Kesenjangan tersebut meliputi Jawa dan luar Jawa atau antara Kawasan Timur Indonesia
dengan Kawasan Barat Indonesia. Kesenjangan juga terjadi di dalam wilayah provinsi
dan kabupaten/kota. Pekerjaan rumah pemerintah adalah mengatasi kesenjangan antar
daerah tersebut. Kesenjangan antar daerah ini, jika dibiarkan bisa menimbulkan
kecemburuan dan disintegrasi bangsa. Gejolak menuntut kemerdekaan di Aceh dan Papua
adalah salah satu dari dampak adanya kesenjangan antar daerah tersebut.
Konsentrasi perekonomian di daerah perkotaan berdampak pada tidak meratanya
penyebaran penduduk di Indonesia. Mayoritas penduduk Indonesia tinggal di pulau Jawa.
Kesenjangan penduduk yang tinggal di kota dan pedesaan juga sangat luar biasa.
Bandung mempunyai kepadatan penduduk 13.345 orang per km2 pada tahun 2009
(Pikiran Rakyat Online, Senin, 30 Maret 2009). Sementara itu, kabupaten dengan
penduduk terendah pada tahun 2010 adalah Malinau (Kalimantan Timur) yaitu 1,57 jiwa
4

per km2. Provinsi terpadat adalah DKI Jakarta. Berdasarkan data Dinas Kependudukan
dan Pencatatan Sipil Kota Administrasi pada November 2011, tingkat kepadatan
penduduk DKI Jakarta adalah 15.427 jiwa per km2 sedangkan Papua hanya 7 orang per
km2.
Nazara (2010) mengatakan bahwa ketimpangan antardaerah adalah masalah
struktural di perekonomian Indonesia. Pulau Jawa telah menjadi pusat pertumbuhan
ekonomi sangat dominan di Indonesia. Ketidakseimbangan perekonomian antar daerah di
Indonesia seperti diuraikan di atas harus dianggap sebagai masalah paling serius dalam
perekonomian nasional dan dalam masalah inilah seharusnya desentralisasi bisa
memberikan kontribusi yang paling signifikan (Brodjonegoro, 2006). Adanya
kesenjangan antar daerah dalam provinsi dan antar daerah dalam wilayah kabupaten/kota
juga sangat patut untuk diperhatikan secara serius oleh pemerintah sebagai pemegang
kendali pembangunan nasional.
Pembangunan daerah pada hakekatnya bertujuan meningkatkan taraf hidup dan
kesejahteraan rakyat di daerah melalui pembangunan daerah yang serasi dan terpadu baik
antar sektor maupun antara pembangunan sektoral, dan kaitannya dengan perencanaan
pembangunan oleh daerah yang efisien dan efektif menuju tercapainya kemandirian
daerah dan kemajuan yang merata di seluruh pelosok tanah air. Secara mendasar dalam
perencanaan pembangunan pada dasarnya terdapat tiga aspek perencanaan yaitu: makro,
sektoral; dan regional, yang ketiganya tersusun dalam satu kesatuan (Kartasasmita,
1996).
Kebijakan ekonomi dalam era otonomi daerah di satu pihak harus menjamin
lancarnya pelaksanaan kebijakan ekonomi nasional di daerah, dan dilain pihak,
terbukanya peluang bagi pemerintah daerah untuk mengembangkan kebijakan regional
dan lokal untuk mengoptimalkan pendayagunaan potensi ekonomi daerah di daerahnya
dalam rangka membawa masyarakat ke tingkat kesejahteraan yang tinggi dari waktu ke
waktu (Rasyid, 2002). Hal ini berarti daerah harus lebih mampu menetapkan skala
prioritas yang tepat untuk memanfaatkan potensi daerahnya masing-masing dengan tetap
memperhatikan pentingnya kelestarian lingkungan hidup agar pertumbuhan bisa
berkesinambungan.
5

Kabupaten Sekadau, yang menjadi subyek analisis dalam penelitian ini, adalah
sebuah kabupaten yang relatif baru hasil pemekaran dari Kabupaten Sanggau lewat
Undang-Undang N0. 34 Tahun 2004 pada 18 Desember 2003. Kabupaten Sekadau terdiri
dari tujuh kecamatan dan 76 desa dengan jumlah penduduk seluruhnya pada tahun 2010
sebanyak 181.377 orang.
I.2. Permasalahan dan Tujuan Penelitian
Kebijakan pembangunan wilayah Kabupaten Sekadau yang telah dituangkan
dalam Peraturan Daerah N0. 3 Tahun 2011 tentang Rencana Pembangunan Jangka
Menengah tersebut, adalah dengan pendekatan cluster dan growth points. Karena itu,
akan sangat menarik diketahui bagaimana dengan kecamatan-kecamatan yang ada saat
ini, apakah kecamatan-kecamatan tersebut juga sesungguhnya sudah menjadi pusat-pusat
pertumbuhan ekonomi (urban center dan sub center) dengan kecamatan pendukung
tertentu. Oleh sebab itu, permasalahan yang akan dibahas dalam penelitian ini adalah:
Kecamatan-kecamatan mana saja yang memiliki kapasitas sebagai pusat-pusat
pertumbuhan ekonomi dan kecamatan-kecamatan mana saja yang menjadi hinterland-nya
di Kabupaten Sekadau Kalimantan Barat?
Berdasarkan Latar Belakang dan Permasalahan yang telah diungkap di atas, maka
tujuan yang ingin dicapai dari penelitian ini adalah mengidentifikasi dan menganalisis
kecamatan-kecamatan yang memiliki kapasitas sebagai pusat pertumbuhan ekonomi dan
kecamatan-kecamatan hinterland-nya di Kabupaten Sekadau Provinsi Kalimantan Barat.
I.3. Metode
Penelitian ini bertujuan memetakan kecamatan-kecamatan yang memiliki kapasitas
sebagai pusat-pusat pertumbuhan ekonomi di Kabupatan Sekadau Provinsi Kalimantan
Barat. Penelitian ini termasuk dalam kelompok penelitian kualitatif dengan metode
deskriptif.

II.

Hasil dan Pembahasan

II.1.
Hasil
II.1.1. Analisis Skalogram
Menurut konsep pengembangan wilayah, pusat pertumbuhan (growth center) dan
daerah belakang (hinterland) suatu wilayah dapat diketahui melalui kelengkapan fungsi
pelayanan suatu wilayah. Cara mengetahuinya adalah dengan mengidentifikasi jumlah dan
jenis fasilitas ekonomi, sosial dan pemerintahan yang ada pada kawasan tersebut. Dengan
tersedianya fasilitas-fasilitas itu, maka kemampuan wilayah tersebut untuk melakukan
pelayanan terhadap warganya akan dapat terlaksana. Dengan banyaknya fasilitas
dimaksud di suatu wilayah, juga membuat wilayah tersebut semakin menarik untuk
mengembangkan suatu usaha. Pada saat yang sama, wilayah tersebut mampu berperan
sebagai suatu pusat pertumbuhan atau kegiatan ekonomi bagi wilayah-wilayah di
sekitarnya.
Tabel 1: Rangking Fasilitas Ekonomi, Sosial dan Pemerintahan di Kabupaten Sekadau
2012

N0.

1
2
3
4
5
6
7

Rangking
Kecamata
n

Sekadau
Hilir
Sekadau
Hulu
Nanga
Taman
Belitang
Hilir
Nanga
Mahap
Belitang
Hulu
Belitang
Sub Total
Grand

Perhitungan Berbagai Fasilitas Tiap Kecamatan


(Unit)
Fasilit
as
Fasilitas Sosial
Fasilitas
Total
Ruma
h
Ekono Pendidi Keseha Ibada Pemerinta
mi
kan
tan
h
han
300

90

81

170

97

738

29

52

40

108

53

282

50

43

33

90

41

257

35

35

29

93

31

223

37

31

35

88

31

222

19
30
499
499

36
22
309

80
32
661

35
23
311
311

198
120

28
13
259
1229

2040
7

Total

Sumber: Dinas/Kantor terkait dan survey lapangan setelah diolah


Tersajikan dalam grafik, tampak seperti di bawah ini.
Gambar 1: Grafik Rangking Fasilitas Ekonomi, Sosial dan Pemerintahan Tiap Kecamatan
di Kabupaten Sekadau

Menganalisis banyaknya kelas dari masing-masing kecamatan sebagai pusat


pertumbuhan, digunakan metode Struges (Tarigan, 2005) dan Saruhian (2006), dengan
rumus sebagai berikut:
k = 1 + 3.3 Log n
Dimana:
k = banyaknya kelas
n = banyaknya kecamatan (7 kecamatan)
Jadi:

k = 1 + 3.3 Log 7
= 3.78 (dibulatkan menjadi 4)
Selanjutnya menentukan besarnya interval kelas, dengan cara:

Dimana:
A=jumlah fasilitas tertinggi
B=Jumlah fasilitas terendah
C=Banyaknya kelas (4)
Sehingga:

= 184,5 (interval kelas)

Adapun penyusunan orde pusat pertumbuhan, susunannya adalah dari yang


terbesar ke terkecil. Hal ini langsung menunjukkan susunan orde pusat pertumbuhan.
Tabel 2: Orde Pertumbuhan dan Kecamatan di Kabupaten Sekadau Tahun 2012
N0.

RANGKING

INTERVAL
ORDE

ORDE
PERTUMBUHAN

KECAMATAN

1.

Rangking 1

553, 5 738

Orde I

Sekadau Hilir

2.

Rangking 2

369 553,5

Orde II

3.

Rangking 3

184,5 -369

Orde III

Sekadau Hulu
Nanga Taman
Nanga Mahap
Belitang Hilir
Belitang Hulu

4.

Rangking 4

0 185,5

Orde IV

Belitang
9

II.1.2. Analisis Sistim Geografis


Gambar 2: Peta Informasi Geografis Fasilitas Ekonomi Kabupaten Sekadau Tahun 2012

10

PETA FASILITAS EKONOMI


KABUPATEN SEKADAU
KETERANGAN

a
p

n
l
m
[
%
[
%
[
%
[
%
[
%
[
%
[
%
[
%

Agen ATS

BNI Sekadau
BPR DSM
BRI Sekadau
Bank Kalbar
CU Bima
CU KK
CU KS Padak
CU LT
CU Manteare

Belitang Hulu

Hotel
Indosat

Agen Travel

#
Y

W
(
%
|}j
4
=
%
U

CU NA

KSP
Losmen
PNM

%
%
%
[4
[
=

Pasar
Penginapan W isat
Rumah Makan
SP Danamon
SPBU
Telkomsel

P
=

CU SJ
CU UK
Elqua
Glory Aqua

Belitang

Swalayan
[%
4
=

Belitang Hilir

Terminal
Jalan
Sungai
Pabrik CP O

%
[

[%
4%
=
%
[
%
4m
[
4

=
%
=

i%
m
[%
P

Y
#
a=
l(n
U

%
[
p [%
U

%
[
U

4
=
U

%
[

4
%
[
=

Sekadau Hilir
Kab. Sanggau

%
[
=
%
[4
[%

Sekadau Hulu
[
%
%
[%
W

Kab. Sintang
|j
}

Nanga Taman

%
%
[%
[
%
[

Nanga Mahap

Tabel 3: Data Fasilitas Ekonomi Kabupaten Sekadau 2012


11

N
0.

KEC.
1

Jenis Fasilitas Ekonomi Tiap Kecamatan (Unit)


1 1 1
1 1
2
3
4
5 6 7 8 9 0 1 2 13 4 5

Nanga
Mahap 1
0
21
4
1
Nanga
2 Taman 1
0
24
4
7
Sekad
au
3 Hulu
1
0
13
4
4
Sekad
au
17
4
4 Hilir
3
4
3
23 2
Belita
ng
5 Hilir
1
0
18
4
3
Belita
6 ng
1
0
15
3
9
Belita
ng
7 Hulu
1
0
5
3
6
Jumla
26
7
h
9
4
7
45 2
Sumber: Dinas terkait dan survey lapangan
1

Jumla
h

37

50

31

1
1

2
3

300

34

30

2
2
0

2
4
1

19

0
1
7

501

Keterangan fasilitas ekonomi:


1. Pasar (permanen dan non permanen)
2. Supermarket
3. Restoran/rumah makan
4. Bank/BPR/koperasi keuangan/lembaga keuangan lain
5. Koperasi non keuangan
6. Perusahaan angkutan barang
7. Perusahaan angkutan penumpang
8. Industri
9. Pabrik
10. Sarana pengairan
11. Tempat rekreasi
12. Stasiun/terminal
13. Stasiun Pengisian Bahan Bakar Umum (SPBU)
14. Hotel/penginapan/losmen
15. Tower komunikasi

12

Gambar 3: Grafik Fasilitas Ekonomi Tiap Kecamatan di Kabupaten Sekadau Tahun 2012

II.1.3. Analisis Interaksi atau Gravitasi


Berdasarkan perhitungan hubungan/kedekatan antara pusat pertumbuhan dan
daerah hinterland-nya menggunakan konsep interaksi atau gravitasi, maka dapat
diketahui tingkat interaksi masing-masing kecamatan sebagai pusat pertumbuhan
ekonomi dengan kecamatan sebagai hinterland-nya. Kecamatan Sekadau Hilir adalah
pusat pertumbuhan ekonomi utama di Kabupaten Sekadau dengan hinterland utama
adalah 4 kecamatan di Kabupaten Sekadau yaitu Sekadau Hulu, Nanga Taman, Nanga
Mahap dan Belitang Hilir. Sedangkan di wilayah Selatan, kecamatan Nanga Taman
adalah pusat pertumbuhan dengan hinterland-nya adalah Nanga Mahap. Untuk wilayah
Utara, Belitang Hilir adalah pusat pertumbuhan dengan hinterland-nya adalah Belitang
dan Belitang Hulu. Seperti terlihat pada Lampiran 9, hirarki tingkat hubungan interaksi 7
kecamatan di Kabupaten Sekadau adalah sebagai berikut (1) Sekadau Hilir (2) Sekadau

13

Hulu (3) Nanga Taman (4) Nanga Mahap (5) Belitang Hilir (6) Belitang Hulu, dan (7)
Belitang.

Gambar 4: Skema Interaksi Sekadau Hilir dengan Kecamatan Wilayah Selatan

Sementara itu, skema interaksi Sekadau Hilir dengan wilayah Utara yang meliputi
Belitang Hilir, Belitang dan Belitang Hulu, tergambar di bawah ini:

14

Gambar 8: Skema Interaksi antara Sekadau Hilir dengan Kecamatan di Wilayah Utara

2.2. Pembahasan
Hasil analisis Skalogram, Sistim Informasi Geografis (GIS), dan Analisis
Interaksi atau Gravitasi masing-masing di atas, kini diletakkan dalam satu peta, maka
hasil overlay tersebut menjelaskan hal-hal sebagai berikut:
1. Menunjukkan bahwa kecamatan Sekadau Hilir adalah pusat pertumbuhan ekonomi
utama di Kabupaten Sekadau. Kecamatan Sekadau Hilir memiliki fasilitas ekonomi
terbanyak yaitu 300 buah dengan 15 jenis fasilitas ekonomi yang diteliti. Sekadau
15

Hilir juga memiliki 341 fasilitas sosial dan 97 fasilitas pemerintahan. Sebagai
pembanding, kecamatan ranking kedua yaitu Sekadau Hulu, hanya memiliki 29
fasilitas ekonomi dengan 9 jenis fasilitas, 200 fasilitas sosial dan 53 fasilitas
pemerintahan. Total fasilitas yang ada di kecamatan Sekadau Hulu adalah 282.
Kecamatan Sekadau Hilir memiliki fasilitas 2,6 kali lipat lebih banyak dari kecamatan
rangking kedua.
2. Kecamatan Sekadau Hilir adalah pusat kegiatan ekonomi, kegiatan sosial dan
pemerintahan di Kabupaten Sekadau. Hal ini terlihat dari analisis skalogram
ketersediaan fasilitas ekonomi, sosial dan pemerintahan dan analisis interaksi antar
kecamatan di Kabupaten Sekadau. Sebagai ibukota Kabupaten Sekadau, hal ini dapat
dimaklumi, karena kecamatan Sekadau Hilir menjadi kecamatan pusat pengembangan
wilayah di Kabupaten Sekadau.
3. Adanya kesenjangan ketersediaan fasilitas antar wilayah yang sangat menyolok
antara kecamatan Sekadau Hilir dengan 6 kecamatan lainnya. Hal ini terlihat dari
ketersediaan fasilitas ekonomi, sosial dan pemerintahan yang tersedia. Kondisi ini
juga dapat menjelaskan bahwa ada kesenjangan pembangunan antar wilayah di
Kabupaten Sekadau.
4. Kesenjangan ketersediaan fasilitas antar wilayah nampak jelas yaitu antara wilayah
Selatan dan Daerah Utara dibanding wilayah Tengah yaitu kecamatan Sekadau Hilir.
Jumlah semua fasilitas ekonomi, sosial dan pemerintahan di kecamatan Sekadau Hilir
yaitu 738 buah hampir sama dengan jumlah semua fasilitas serupa di 3 kecamatan
yaitu Sekadau Hulu, Nanga Taman dan Nanga Mahap di wilayah Selatan adalah 761
buah. Di wilayah Utara yang meliputi kecamatan Belitang Hilir, Belitang dan
Belitang Hulu, ketersediaan fasilitas ekonomi, sosial dan pemerintahan lebih sedikit
lagi yaitu hanya 241 buah atau hanya 1/3 dari wilayah Selatan, juga hanya 1/3
dibanding kecamatan Sekadau Hilir.
5. Dari ketiga analisis yang dilakukan di atas, maka kecamatan Sekadau Hulu, Nanga
Taman, Nanga Mahap, Belitang Hilir, Belitang dan Belitang Hulu adalah hinterland
kecamatan Sekadau Hilir.
6. Di wilayah Selatan, kecamatan Nanga Taman potensial untuk menjadi pusat
pertumbuhan ekonomi. Ketersediaan fasilitas ekonomi paling banyak tersedia di
kecamatan ini. Nanga Mahap adalah hinterland dari kecamatan Nanga Taman.

16

7. Di wilayah Utara, kecamatan Belitang Hilir potensial untuk menjadi pusat


pertumbuhan ekonomi. Belitang Hilir memiliki fasilitas ekonomi, sosial dan
pemerintahan paling banyak di wilayah Utara yaitu 223 buah. Dalam analisis
interaksi, juga tampak bahwa interaksi paling banyak penduduk di wilayah Utara
adalah ke Sei Ayak, ibukota kecamatan Belitang Hilir. Di kota Sei Ayak tersedia
barang-barang kebutuhan utama masyarakat sekitarnya. Secara geografis, akan lebih
mahal dan jauh jika mereka ke kota Sekadau.
III.

Kesimpulan dan Saran

III.1.

Kesimpulan
Berdasarkan hasil pembahasan dari data-data yang dikumpulkan dan dengan

menggunakan alat-alat analisis yang telah ditetapkan, maka dapat ditarik beberapa
kesimpulan, yaitu:
1. Berdasarkan analisis skalogram menggunakan data-data fasilitas ekonomi, sosial dan
pemerintahan di Kabupaten Sekadau, maka dari 7 kecamatan yang ada di Kabupaten
Sekadau, kecamatan Sekadau Hilir adalah pusat pertumbuhan ekonomi utama di
Kabupaten Sekadau. Sekadau Hilir memiliki kapasitas yang sangat cukup untuk
menjadi pusat pertumbuhan ekonomi. Hal ini terlihat dari ketersediaan fasilitas
ekonomi, sosial dan pemerintahan di kecamatan Sekadau Hilir yang menempati
rangking tertinggi diantara 7 kecamatan yaitu 738 buah. Hinterland utama kecamatan
Sekadau Hilir adalah Kecamatan Sekadau Hulu, Nanga Taman, Nanga Mahap, dan
Belitang Hilir. Berdasarkan orde pertumbuhan yang disusun, Kecamatan Sekadau Hilir
menduduki orde kesatu pertumbuhan ekonomi Kabupaten Sekadau.
2. Berdasarkan hasil analisis data-data geografis fasilitas ekonomi yang ada di Kabupaten
Sekadau, fasilitas ekonomi terbanyak di Kabupaten Sekadau adalah di kecamatan
Sekadau Hilir yaitu sebanyak 300 buah. Jumlah fasilitas di kecamatan Sekadau Hilir 6
kali lebih banyak dari kecamatan Nanga Taman yang menduduki urutan kedua dalam
ketersediaan fasilitas ekonomi. Urutan ketiga adalah kecamatan Nanga Mahap disusul
Belitang Hilir, Sekadau Hulu, Belitang dan Belitang Hulu.
3. Berdasarkan analisis interaksi atau gravitasi Kecamatan Sekadau Hilir adalah pusat
kegiatan bisnis, pemerintahan dan sosial di Kabupaten Sekadau. Sebagai kecamatan
17

tempat pusat pemerintahan kabupaten Sekadau berada, secara otomatis banyak urusan
pemerintahan yang harus diselesaikan di Kota Sekadau. Sebagai pusat kegiatan bisnis,
Kota Sekadau adalah sentra distribusi bahan-bahan kebutuhan pokok dan barangbarang lainnya ke berbagai kecamatan di Kabupaten Sekadau. Sebagai pusat kegiatan
sosial, di Kota Sekadau tersedia berbagai sekolah seperti SMK dan asrama yang
memungkinkan anak-anak dari berbagai kecamatan menempuh pendidikan dengan
relatif beragam pilihan. Di Kota Sekadau juga ada Rumag Sakit Umum Daerah yang
siap melayani warga dari berbagai kecamatan yang mengidap penyakit yang tidak
mampu ditangani di wilayahnya.
4. Pusat pertumbuhan ekonomi di wilayah Selatan adalah kecamatan Nanga Taman.
Kecamatan Nanga Taman memiliki kecamatan hinterland yaitu Nanga Mahap. Nanga
Taman, secara ekonomi, memiliki fasilitas paling banyak di wilayah Selatan.
Kecamatan Nanga Taman menjadi pusat pertumbuhan ekonomi orde ketiga di
kabupaten Sekadau.
5. Pusat Pertumbuhan ekonomi di wilayah Utara adalah kecamatan Belitang Hilir.
Belitang Hilir memiliki ketersediaan fasilitas ekonomi paling banyak diantara 3
kecamatan di wilayah Utara. Dilihat dari ketersediaan semua fasilitas yang tersedia
yaitu ekonomi, sosial dan pemerintahan, kecamatan Belitang Hilir adalah paling
banyak. Hinterland kecamatan Belitang Hilir adalah kecamatan Belitang dan Belitang
Hulu. Sama halnya dengan kecamatan Nanga Taman di wilayah Selatan, kecamatan
Belitang Hilir menjadi pusat pertumbuhan ekonomi orde ketiga di Kabupaten Sekadau.
III.2. Saran
1. Perlunya semakin mememeratakan pembangunan di wilayah Selatan dengan
meningkatkan proporsionalitas pembangunan ekonomi, sosial dan pemerintahan di
setiap kecamatan di wilayah ini terutama semakin menumbuhkembangkan Nanga
Taman sebagai pusat pertumbuhan ekonomi di wilayah Selatan. Dengan semakin
berkembangnya setiap kecamatan dan tampilnya Nanga Taman sebagai pusat
pertumbuhan ekonomi, maka masyarakat sekitarnya terutama Nanga Mahap akan
semakin berkembang pula. Perlahan-lahan ketergantungan pada Sekadau Hilir akan
semakin berkurang. Pembangunan infrastruktur jalan, listrik dan telekomunikasi harus
semakin intensif karena akan memberikan sumbangan sangat besar dalam

18

pembangunan di wilayah ini. Hal ini sangat penting untuk memastikan kecamatan
Sekadau Hilir tidak maju sendirian meninggalkan kecamatan lainnya.
2. Pembukaan jalan provinsi yang menghubungkan Nanga Mahap dengan wilayah
Ketapang yang sudah direncanakan, harus segera diwujudkan. Jika jalan poros ini
dapat diwujudkan, maka dapat membuat Nanga Mahap lebih berkembang. Jalan ini
juga membuka akses wilayah Timur, yang dalam jangka panjang akan menjadi
provinsi, menuju pelabuhan laut di wilayah Sukadana, Kayong Utara.
3. Ketertinggalan wilayah Utara yang meliputi kecamatan Belitang Hilir, Belitang dan
Belitang Hulu harus segera diatasi. Dilihat dari ketersediaan fasilitas ekonomi, sosial
dan pemerintahan, tampak sangat jelas bahwa wilayah ini kurang mendapatkan
sentuhan pembangunan terutama ketika wilayah ini masih menjadi bagian dari
Kabupaten Sanggau. Sebagai kabupaten pemekaran baru, dampak positif pemekaran,
sudah sepatutnya mereka rasakan. Untuk memacu pemerataan pembangunan di
wilayah ini, penguatan kecamatan Belitang Hilir sebagai pusat pertumbuhan ekonomi
di wilayah Utara menjadi solusi penting. Akses jalan yang menghubungkan Belitang
Hilir dengan Belitang dan Belitang Hulu sangat vital untuk mendukung penguatan
Belitang Hilir, khususnya Sungai Ayak sebagai pusat pertumbuhan ekonomi.
4. Pembangunan jalan paralel sepanjang perbatasan dengan Malaysia dan pembukaan pos
lintas batas Jasa di Kabupaten Sintang, harus dijadikan pemicu untuk membuka akses
wilayah Utara. Jika akses jalan dan pos lintas batas Jasa dibuka, maka orientasi
masyarakat wilayah Utara dapat beralih ke wilayah Sanggau atau Sintang. Wilayah ini
akan dapat bertumbuh cepat bahkan bukan tidak mungkin melebihi wilayah di Selatan.
5. Rekomendasi penelitian berikutnya adalah penelitian tentang backwash effect Sekadau
Hilir sebagai pusat pertumbuhan ekonomi utama bagi kecamatan-kecamatan
belakangnya (hinterland) sebagai akibat dari terkonsentrasinya fasilitas ekonomi,
social dan pemerintahan di Sekadau Hilir. ***

DAFTAR PUSTAKA
Adisasmita, Rahardjo. 2005. Dasar-dasar Ekonomi Wilayah. Penerbit Graha Ilmu. Candi
Gebang Permai, Yogyakarta.

19

Arifin, Zainal. 2008. Penetapan Kawasan Andalan dan Leading Sector Sebagai Pusat
Pertumbuhan pada Empat Koridor di Provinsi Jawa Timur. FE UNMUH,
Malang.
Arliansyah, R. 2006. Prospek Pengembangan Kecamatan Sebagai Motor Pertumbuhan
Ekonomi. FE-UI, Jakarta.
Arsyad, Lincolin. 1999. Ekonomi Pembangunan. Edisi ke-empat. Bagian Penerbit STIE
YKPN, Yogyakarta.
Azis, Iwan Jaya. 1984. Ilmu Ekonomi Regional dan Beberapa Aplikasinya di Indonesia.
Lembaga Penerbit Fakultas Ekonomi-Universitas Indonesia, Jakarta.
Badan Pusat Statistik. 2011. Kabupaten Sekadau Dalam Angka.
Blakeley, Edward I. 1994. Planning Local Economic Development, Theory and Practice.
Second Edition. SAGE Publication Inc. USA.
Bratakusmah, S. Dedy. 2003. Perencanaan Pembangunan Daerah Strategi Mengali
Potensi dalam Mewujudkan Otonomi Daerah. PT. Gramedia Pustaka Utama,
Jakarta.
Brodjonegoro, Bambang Permadi Soemantri. 2006. Desentralisasi Sebagai Kebijakan
Fundamental untuk Mendorong Pertumbuhan Ekonomi Nasional dan
Mengurangi Kesenjangan Antardaerah di Indonesia. Pidato Pada Pengukuhan
Sebagai Guru Besar Tetap FE UI pada18 Maret 2006. Jakarta.
Daldjoeni, N. 1998. Geografi Kota dan Desa. Penerbit Alumni ITB. Bandung
Djakapermana, Ruchyat Deni. 2010. Pengembangan Wilayah Melalui Pendekatan
Kesisteman. IPB Press. Bogor.
Ertur, O.S. 1984. A Growth Centre Approach to Agropolitan Development. Jurnal Ilmiah
Iowa State University, Volume 8.
Friedman, John and Clyde Weaver. 1979. Territory and Function: The Evolution of
Regional Planning. Edward Arnold Publisher Ltd. London
Glasson, John. 1990. Pengantar Perencanaan Regional. Bagian Penerbit Fakultas
Ekonomi-Universitas Indonesia, Jakarta.
Heryadi, Dadang. 1995. Penerapan Sistim Pusat Pertumbuhan: Suatu Pendekatan
Pengembangan Wilayah Kabupaten Daerah Tingkat II Tasikmalaya. Makalah
Diklat PPD LPEM-UI.
Jhingan, L. 1994. Ekonomi Pembangunan dan Perencanaan (terjemahan). Rajawali
Press, Jakarta.
Juanda, Bambang. 2009. Metode Penelitian Ekonomi dan Bisnis. IPB Press. Bogor.
20

Jurnal Mitra Ekonomi dan Manajemen Bisnis, Vol. 1, N0. 2 Bulan Oktober 2010.
Kartasasmita, Ginandjar. 1996. Pembangunan untuk Rakyat: Memadukan Pertumbuhan
dan Pemerataan, Cetakan 1, PT. Pustaka CIDESINDO, Jakarta.
Kuncoro, Mundrajat. 2002. Analisis Spasial dan Regional. Studi Aglomerasi dan Kluster
Industri Indonesia. UPP AMP YKPN, Yogyakarta.
Nawawi, Hadari. 1983. Metode Penelitian Bidang Sosial, Gadjah Mada University Press.
Yogyakarta.
Nazara, Suahasil. 2010. Pemerataan Antardaerah Sebagai Tantangan Utama
Transformasi Struktural Pembangunan Ekonomi Indonesia Masa Depan. Pidato
pada Upacara Pengukuhan Sebagai Guru Besar Tetap Dalam Bidang Ilmu
Ekonomi Universitas Indonesia Balai Sidang UI Depok, 10 Maret 2010.
Panuju, Rustiadi. 2005. Dasar-dasar Perencanaan Pembangunan Wilayah (Penuntun
Praktikum). Departemen Ilmu Tanah dan Sumberdaya Lahan Fakultas Pertanian
IPB. Bogor.
Peraturan Daerah Kabupaten Sekadau N0. 03 Tahun 2006 Tentang Rencana
Pembangunan Jangka Menengah Kabupaten Sekadau Tahun 2006-2010.
Peraturan Daerah Kabupaten Sekadau N0. 03 Tahun 2011 Tentang Rencana
Pembangunan Jangka Menengah Daerah Kabupaten Sekadau Tahun 2011-2015.
Peraturan Daerah Kabupaten Sekadau N0. 2 Tahun 2012 Tentang Anggaran dan
Pendapatan Daerah Tahun 2012
Pikiran Rakyat Online, Senin, 30 Maret 2009
Pranoto, Sugimin. 2005. Pembangunan Pedesaan Berkelanjutan Melalui Model
Pengembangan Agropolitan. Disertasi IPB (tidak dipublikasikan). Bogor.
Rasyid, Ryaas. 2002. Otonomi Daerah dan Persatuan Nasional. Jurnal PASKAL Volume
I N0. 4, Nopember 2002. Jakarta.
Rianse, Usman dan MS. Abdi. 2008. Metode Penelitian Sosial dan Ekonomi, Teori dan
Aplikasinya. Penerbit Alfabeta. Bandung.
Richardson, Harry W. 1991. Dasar-dasar Ekonomi Regional. Lembaga Penerbit FE-UI.
Jakarta.
Salam, Setyawan Dharma. 2004. Otonomi Daerah dalam Perspektif Lingkungan, Nilai
dan Sumber Daya. PT. Penerbit Djambatan. Jakarta.
Samsudin, Didin. 2003. Penentuan Pusat-pusat Pertumbuhan Ekonomi Wilayah
Kabupaten Tanggerang, Tesis. Fakultas Ekonomi Universitas Indonesia. Jakarta.
21

Saruhian, Aryan. 2006. Identifikasi dan Analisis Pusat-Pusat Pertumbuhan Ekonomi di


Kabupaten Lampung Selatan, Propinsi Lampung. Tesis MPKP UI (tidak
dipublikasikan). Jakarta.
Sjafrizal. 2008. Ekonomi Regional: Teori dan Aplikasi. Boduase Media. Padang.
Sumaatmadja, Nursid. 1988. Studi Geografi: Suatu Pendekatan dan Analisa
Keruangan. Penerbit Alumni. Bandung.
Sunarjanto, Djoko. 2000. Perencanaan Kutub Pertumbuhan Ekonomi yang
Berkelanjutan pada Wilayah Pertambangan dengan Metode AHP. Tesis MPKP
UI (tidak dipublikasikan). Jakarta.
Sihotang, Paul. 2001. Dasar-Dasar Ilmu Ekonomi Regional (terjemahan). Lembaga
Penerbit Fakultas Ekonomi Universitas Indonesia. Jakarta.
Sukirno, Sadono. 2001. Pengantar Teori Makroekonomi, Edisi Kedua. Penerbit Raja
Grafindo Persada. Jakarta.
Susanti, Ikhsan, Widyanti. 2001. Indikator-Indikator Makroekonomi. Lembaga Penerbit
Fakultas Ekonomi Universitas Indonesia. Jakarta.
Tap MPR N0. VII/2001 Tentang Visi Indonesia Masa Depan
Tarigan, Robinson. 2005. Ekonomi Regional: Teori dan Aplikasi, Edisi Revisi. Bumi
Aksara. Jakarta.
Todaro, P. Michael dan Stephen C. Smith. 2003. Pembangunan Ekonomi di Dunia
Ketiga, Jilid 2, Edisi Kedelapan. PT. Airlangga. Jakarta.
Utoyo, S. Bambang. 2000. Analisa Keterkaitan Antara Pertumbuhan Wilayah Dengan
Pola Perubahan Struktur Penggunaan lahan. Tesis (tidak dipublikasikan).
Program Pascasarjana IPB. Bogor.
Yudistri, Pebrina Intan. 2005. Analisis Pusat Pertumbuhan Ekonomi Pada Tingkat
Kecamatan di Kabupaten Banyuasin Sumatra Selatan. Jurnal Penelitian Bidang
Ekonomi. Vol. 4 N0. 1 Tahun 2005.
Yusuf, Maulana. 1999. Model Rasio Pertumbuhan (MRP) Sebagai Salah Satu Alat
Analisis Alternatif dalam Perencanaan Wilayah dan Kota. Jurnal Ekonomi dan
Keuangan Inonesia, Vol. XLVII Nomor 2.
Wahyudi, Haryono. 2004. Kota Gombong Sebagai Pusat Pertumbuhan di Kabupaten
Kebumen. Program Pascasarjana Magister Perencanaan Pembangunan Wilayah
dan Kota. Unievrsitas Diponegoro Semarang.
Warpani, Suwardjoko. 1984. Analisis Kota dan Daerah. Penerbit Institut Teknologi
Bandung. Bandung.

22

Widodo, Tri. 2006. Perencanaan Pembangunan: Aplikasi Komputer (Era Otonomi


Daerah). UPP STIM YKPN Yogyakarta.

23

Você também pode gostar