Você está na página 1de 1

Dampak psiko-sosial demensia terhadap kehidupan individu penyandang dan keluarganya sangat besar.

Tidak jarang terjadi ketegangan dan keributan dalam keluarga, sampai menjurus ke penganiayaan hanya
karena ketidaktahuan dan kurangnya pengertian terhadap demensia. Gangguan perilaku dan gejala
psikatrik yang menyertai demensia (halusinasi, agitasi, delusi) sering disalahartikan sebagai gila, digunaguna atau bahkan dikira berpura-pura. Padahal timbulnya gangguan perilaku ini tidak terlepas dari sikap
atau perlakuan keluarga terhadap penyandang demensia

http://www.gkpi.or.id/news/read/97/menuju_sehat_di_lanjut_usia_seksi_lansia_gkpi_rawamangun_adak
an_tes_pikun/

Beberapa penderita bisa menyembunyikan kekurangan mereka dengan baik. Mereka menghindari aktivitas yang
rumit (misalnya membaca atau bekerja). Penderita yang tidak berhasil merubah hidupnya bisa mengalami frustasi
karena ketidakmampuannya melakukan tugas sehari-hari. Penderita lupa untuk melakukan tugasnya yang penting
atau salah dalam melakukan tugasnya.
Demensia cukup sering dijumpai pada lansia, menimpa sekitar 16% kelompok usia di atas 65 tahun dan 32-50%
kelompok usia di atas 85 tahun. Pada sekitar 10-20% kasus demensia bersifat reversibel atau dapat diobati. Yang
paling sering menyebabkan demensia adalah penyakit Alzheimer. Penyebab penyakit Alzheimer tidak diketahui,
tetapi diduga melibatkan faktor genetik, karena penyakit ini tampaknya ditemukan dalam beberapa keluarga dan
disebabkan atau dipengaruhi oleh beberapa kelainan gen tertentu. Pada penyakit Alzheimer, beberapa bagian otak
mengalami kemunduran, sehingga terjadi kerusakan sel dan berkurangnya respon terhadap bahan kimia yang
menyalurkan sinyal di dalam otak. Di dalam otak ditemukan jaringan abnormal (disebut plak senilis dan serabut saraf
yang tidak beraturan) dan protein abnormal, yang bisa terlihat pada otopsi. Demensia Lewy Body sangat menyerupai
penyakit Alzheimer, tetapi memiliki perbedaan dalam perubahan mikroskopik yang terjadi di dalam otak.

http://www.medikaholistik.com/medika.html?xmodule=document_detail&xid=166

1. Kaplan HI, Sadock BJ, Grebb JA: Sinopsis Psikiatri (Edisi Bahasa Indonesia), Edisi VII, Jilid I, Binarupa Aksara, Jakarta, 1997:
515-533.
2.

Maramis WF: Catatan Ilmu Kedokteran Jiwa, Airlangga University Press, Surabaya, 1994: 181-206.

3.

Muslim R: Buku Saku Diagnosis Gangguan Jiwa, Rujukan Ringkas dari PPDGJ III, Jakarta, 2001: 22-26.

4. Kaplan HI, Sadock BJ: Ilmu Kedokteran Jiwa Darurat (Edisi Bahasa Indonesia), Edisi I, Widia Medika, Jakarta, 1998: 218-24.
5.

Muslim R: Panduan Praktis Penggunaan Klinis Obat Psikotropik, Edisi III, Jakarta, 2001: 10-46

Você também pode gostar