Escolar Documentos
Profissional Documentos
Cultura Documentos
Disusun Oleh :
Mohammad Ivanto., S.Kep
(070111b053)
BAB I
PENDAHULUAN
A. LATAR BELAKANG
Penyakit TBC adalah suatu penyakit infeksi yang disebabkan oleh bakteri
Mikobakterium tuberkulosa. Bakteri ini berbentuk batang dan bersifat tahan asam
sehingga dikenal juga sebagai Batang Tahan Asam (BTA). Bakteri ini pertama kali
ditemukan oleh Robert Koch pada tanggal 24 Maret 1882, sehingga untuk mengenang
jasanya bakteri tersebut diberi nama baksil Koch. Bahkan, penyakit TBC pada paruparu kadang disebut sebagai Koch Pulmonum (KP).
Penyakit TBC dapat menyerang siapa saja (tua, muda, laki-laki, perempuan,
miskin, atau kaya) dan dimana saja. Setiap tahunnya, Indonesia bertambah dengan
seperempat juta kasus baru TBC dan sekitar 140.000 kematian terjadi setiap tahunnya
disebabkan oleh TBC. Bahkan, Indonesia adalah negara ketiga terbesar dengan masalah
TBC di dunia.
Survei prevalensi TBC yang dilakukan di enam propinsi pada tahun 1983-1993
menunjukkan bahwa prevalensi TBC di Indonesia berkisar antara 0,2 0,65%.
Sedangkan menurut laporan Penanggulangan TBC Global yang dikeluarkan oleh WHO
pada tahun 2004, angka insidensi TBC pada tahun 2002 mencapai 555.000 kasus (256
kasus/100.000 penduduk), dan 46% diantaranya diperkirakan merupakan kasus baru.
(www.medicastore.com_tbc_images_sebar.htm)
Micobacterium tuberculosis (TB) telah menginfeksi sepertiga penduduk dunia,
menurut WHO sekitar 8 juta penduduk dunia diserang TB dengan kematian 3 juta orang
per tahun (WHO, 1993). Di negara berkembang kematian ini merupakan 25% dari
kematian penyakit yang sebenarnya dapat diadakan pencegahan. Diperkirakan 95%
penderita TB berada di negara-negara berkembang Dengan munculnya epidemi
HIV/AIDS di dunia jumlah penderita TB akan meningkat. Kematian wanita karena TB
lebih banyak dari pada kematian karena kehamilan, persalinan serta nifas (WHO).
WHO mencanangkan keadaan darurat global untuk penyakit TB pada tahun 1993
karena diperkirakan sepertiga penduduk dunia telah terinfeksi kuman TB. Di Indonesia
TB kembali muncul sebagai penyebab kematian utama setelah penyakit jantung dan
saluran pernafasan. Penyakit TB paru, masih menjadi masalah kesehatan masyarakat.
Hasil survey kesehatan rumah tangga (SKRT) tahun 1995 menunjukkan bahwa
tuberkulosis merupakan penyebab kematian nomor 3 setelah penyakit kardiovaskuler
dan penyakit saluran pernapasan pada semua golongan usia dan nomor I dari golongan
infeksi. Antara tahun 1979 ? 1982 telah dilakukan survey prevalensi di 15 propinsi
dengan hasil 200-400 penderita tiap 100.000 penduduk. Diperkirakan setiap tahun
450.000 kasus baru TB dimana sekitar 1/3 penderita terdapat disekitar puskesmas, 1/3
ditemukan di pelayanan rumah sakit/klinik pemerintahd an swasta, praktek swasta dan
sisanya belum terjangku unit pelayanan kesehatan. Sedangkan kematian karena TB
diperkirakan 175.000 per tahun.
(www.yahoo.com_pusat-informasi-penyakit-infeksi_tbc.htm)
Penyakit TBC pada anak tidak mempunyai gejala yang khas, bahkan sering tanpa
gejala dan baru diketahui adanya kelainan dengan pemeriksaan foto rontgen paru.
Gejala TBC sendiri tidak serta-merta muncul. Pada saat-saat awal, 4-8 minggu
setelah infeksi, bisa jadi anak hanya demam sedikit. "Beberapa bulan kemudian,
gejalanya mulai muncul di paru-paru. Anak batuk-batuk sedikit. Tahap berikutnya (3-9
bulan setelah infeksi), anak tidak napsu makan, kurang gairah, dan berat badan turun
tanpa sebab. Juga ada pembesaran kelenjar di leher, sementara di paru-paru muncul
gambaran vlek.
Pada saat itu, kemungkinannya ada dua, apakah akan muncul gejala TBC yang
benar-benar atau sama sekali tidak muncul. "Ini tergantung kekebalan anak. Kalau anak
kebal (daya tahan tubuhnya bagus), TBC-nya tidak muncul. Tapi bukan berarti sembuh.
Setelah bertahun-tahun, bisa saja muncul, bukan di paru-paru lagi, melainkan di tulang,
ginjal, otak, dan sebagainya. Ini yang berbahaya dan butuh waktu lama untuk
penyembuhannya.
(www.yahoo.com_bagaimana-mendeteksi-sejak-dini-gejala-tbc-pada-anak.htm)
Tidaklah berlebihan kalau dikatakan bahwa bakteri mycobacterium tuberculosis
yang menyebabkan TBC adalah bekteri pembunuh massal. WHO memperkirakan
bakteri ini membunuh sekitar 2 juta jiwa setiap tahunnya. Antara tahun 2002-2020
diperkirakan sekitar 1 miliar manusia akan terinfeksi. Dengan kata lain pertambahan
jumlah infeksi lebih dari 56 juta tiap tahunnya. Biasanya 5-10 persen di antara infeksi
berkembang menjadi penyakit, dan 40 persen di antara yang berkembang menjadi
penyakit berakhir dengan kematian.
Di kawasan Asia Tenggara, data WHO (http:www.whosea.org) menunjukan
bahwa TBC membunuh sekitar 2.000 jiwa setiap hari. Dan sekitar 40 persen dari kasus
TBC di dunia berada di kawasan Asia Tenggara. Dua di antara tiga negara dengan
jumlah penderita TBC terbesar di dunia, yaitu India dan Indonesia, berada di wilayah
ini. Indonesia berada di bawah India, dengan jumlah penderita terbanyak di dunia,
diikuti Cina di peringkat kedua.
Dibandingkan dengan penyakit menular lainnya, TBC juga menjadi pembunuh
nomor satu di kawasan ini, di mana jumlahnya 2-3 kali jumlah kematian yang
disebabkan oleh HIV/AIDS yang berada di peringkat kedua. Sementara itu, penyakit
tropis seperti demam berdarah dengue (DBD) tidak sampai sepersepuluhnya. Kita bisa
membayangkan betapa seriusnya masalah TBC.
Karena itu, perlu kita sadari kembali bahwa TBC adalah penyakit yang sangat
perlu mendapat perhatian untuk ditanggulangi. Karena bakteri mycobacterium
tuberculosis sangat mudah menular melalui udara pada saat pasien TBC batuk atau
bersin, bahkan pada saat meludah dan berbicara. Satu penderita bisa menyebarkan
bakteri TBC ke 10-15 orang dalam satu tahun.
(www.yahoo.com_pusat-informasi-penyakit-infeksi_tbc.htm)
Karena yang menjadi sumber penyebaran TBC adalah penderita TBC itu sendiri,
pengontrolan efektif TBC mengurangi pasien TBC tersebut. Ada dua cara yang tengah
dilakukan untuk mengurangi penderita TBC saat ini, yaitu terapi dan imunisasi. Untuk
terapi, WHO merekomendasikan strategi penyembuhan TBC jangka pendek dengan
pengawasan langsung atau dikenal dengan istilah DOTS (Directly Observed Treatment
Shortcourse Chemotherapy). Dalam strategi ini ada tiga tahapan penting, yaitu
mendeteksi pasien, melakukan pengobatan, dan melakukan pengawasan langsung.
Indonesia adalah negara yang besar dengan jumlah penduduk yang banyak,
agaknya masih perlu melaksanakan vaksinasi BCG ini. Dengan melaksanakan vaksinasi
ini, jumlah kasus dugaan (suspected cases) jauh akan berkurang, sehingga memudahkan
kita untuk mendeteksi pasien TBC, untuk selanjutnya dilakukan terapi DOTS untuk
pasien yang terdeteksi. Kedua pendekatan, yaitu vaksinasi dan terapi perlu dilakukan
untuk memberantas TBC dari bumi Indonesia.
(www.yahoo.com_pusat-informasi-penyakit-infeksi_tbc.htm)
B. Tujuan
1. Tujuan Umum
Setelah mengikuti seminar ini, diharapkan bagi mahasiswa mampu
memberikan tindakan asuhan keperawatan pada anak dengan masalah kesehatan TB
Paru.
2. Tujuan Khusus
Mahasiswa setelah mengikuti seminar ini, diharapkan mampu:
a. Mengetahui anatomi fisiologi paru-paru.
b. Menjelaskan pengertian TB paru.
c. Menjelaskan etiologi dari TB paru.
d. Mengetahui patofisiologi dari TB paru.
e. Mengetahui manifestasi klinik dari TB paru.
f.
BAB II
TINJAUAN TEORI
A. ANATOMI FISIOLOGI
Fungsi sistem pernafasan adalah untuk mengambil oksigen (O2) dari atmosfer
kedalam sel-sel tubuh dan untuk mentransport karbondioksida (CO2) yang dihasilkan
sel-sel tubuh kembali ke atmosfer. Organ-organ respiratorik juga berfungsi dalam
produksi bicara dan berperan dalam keseimbangan asam basa, pertahanan tubuh
melawan benda asing dan pengaturan hormonal tekanan darah.
Saluran penghantar udara hingga mencapai paru-paru adalah hidung, faring,
laring, trakea, bronkus, dan bronkiolus. Saluran pernafasan dari hidung sampai
bronkiolus dilapisi oleh membran mukosa yang bersilia. Ketika udara masuk kedalam
rongga hidung, udara tersebut disaring, dihangatkan dan dilembabkan. Ketiga proses ini
merupakan fungsi utama dari mukosa respirasi yang terdiri:
Epitel toraks bertingkat
Silia
Sel Goblet
Permukaan epitel diliputi oleh lapisan mukus yang disekresi oleh sel goblet dan
kelenjar serosa. Partikel-partikel debu yang kasar dapat disaring oleh rambut-rambut
yang terdapat dalam lubang hidung, sedangkan partikel yang halus akan terjerat dalam
lapisan mukus. Gerakan silia mendorong lapisan mukus ke posterior di dalam rongga
hidung, dan ke superior didalam sistem pernafasan bagian bawah menuju ke faring. Dari
sini lapisan mukus akan tertelan atau akan dibatukkan keluar. Air yang berfungsi untuk
kelembapan diberikan oleh lapisan mukus, sedangkan panas yang disuplai ke udara
inspirasi berasal dari jaringan yang berada dibawahnya yang kaya akan pembuluh darah.
Udara mengalir dari faring menuju laring. Laring merupakan rangkaian cincin
tulang rawan yang dihubungkan oleh otot dan mengandung pita suara. Diantara pita
suara terdapat ruang berbentuk segitiga yang bermuara kedalam trakea yang dinamakan
glotis. Glotis merupakan pemisah antara saluran pernafasan bagian atas dan bawah.
Pada waktu menelan, gerakan laring keatas, penutupan glotis dan fungsinya seperti
pintu pada aditus laring dari epiglotis yang berbentuk daun, yang berperan untuk
mengarahkan makanan dan cairan masuk kedalam esofagus.
Trakea disokong oleh cincin tulang rawan yang berbentuk seperti sepatu kuda
yang panjangnya kurang lebih 5 inci. Struktur trakea dan bronkus dianalogkan dengan
sebuah pohon dan oleh karena itu disebut dengan pohon trakeobronkial. Permukaan
posterior trakea agak pipih dan letaknya tepat didepan esofagus. Sebagai akibatnya, jika
suatu slang endotrakea bulat dan kaku dengan balon yang digembungkan dimasukkan
selama ventilasi mekanik, maka dapat timbul erosi di posterior di membran tersebut
yang akan membentuk fistula trakeo-esofageal. Erosi bagian anterior menembus cincin
tulang rawan dapat juga timbul tetapi tidak sering. Tempat dimana trakea bercabang
menjadi bronkus utama kiri dan kanan yang dikenal dengan sebutan karina.
Bronkus utama kiri dan kanan tidak simetris. Bronkus kanan lebih pendek dan
lebih lebar dan merupakan kelanjutan dari trakea yang arahnya hampir vertikal.
Sebaliknya bronkus kiri lebih panjang dan lebih sempit dan merupakan kelanjutan dari
trakea dengan sudut yang lebih tajam. Bentuk anatomik yang khusus ini mempunyai
implikasi klinis yang penting.
Cabang utama bronkus kanan dan kiri bercabang lagi menjadi bronkus lobaris dan
bronkus segmentalis. Percabangan ini berjalan terus menjadi bronkus yang ukurannya
semakin kecil sampai akhirnya menjadi bronkiolus terminalis, yaitu saluran udara
terkecil yang tidak mengandung alveoli (kantung udara). Bronkiolus terminalis
memiliki garis tengah kurang lebih 1 mm. Bronkiolus tidak diperkuat oleh cincin tulang
rawan, tetapi dikelilingi oleh otot polos sehingga ukurannya dapat berubah. Seluruh
saluran udara ke bawah sampai tingkat bronkiolus terminalis disebut saluran penghantar
udara karena fungsi utamanya adalah sebagai penghantar udara ke tempat pertukaran
gas paru-paru.
Setelah bronkiolus terminalis terdapat asinus yang merupakan unit fungsional
paru-paru, yaitu tempat pertukaran gas. Asinus terdiri dari:
Bronkiolus respiratorius yang terkadang memiliki kantung udara kecil atau alveoli
pada dindingnya.
Duktus alveolaris yang seluruhnya dibetasi oleh alveolus.
Sakus alveolaris terminalis yang merupakan struktur akhir paru-paru.
Alveolus pada hakekatnya merupakan suatu gelembung gas yang dikelilingi oleh
jaringan kapiler, maka batas antara cairan dan gas membentuk suatu tegangan
permukaan yang cenderung mencegah pengembangan pada waktu inspirasi dan
cenderung kolaps pada waktu ekspirasi. Tetapi karena alveolus juga dilapisi oleh zat
lipoprotein yang dinamakan dengan surfaktan, dan zat inilah yang akan mengurangi
tegangan permukaan dan mengurangi resistensi terhadap pengembangan pada waktu
inspirasi dan mencegah kolaps alveolus pada waktu ekspirasi. Pembentukan surfaktan
oleh sel pembatas alveolus (Tipe II) tergantung dari beberapa faktor, termasuk
kematangan sel-sel alveolus dan sistem enzim biosintetiknya, kecepatan pergantian
yang normal, ventilasi yang memadai, dan aliran darah ke dinding alveolus.
(Sylvia, 1995)
FISIOLOGI PERNAPASAN
Proses fisiologi pernapasan dimana 02 dipindahkan dari udara ke dalam jaringanjaringan, dan C02 dikeluarkan ke udara. Ekspirasi dapat dibagi menjadi tiga stadium.
Stadium pertama adalah ventilasi yaitu masuknya campuran gas-gas ke dalam dan
keluar paru-paru. karena ada selisih tekanan yang terdapat antara atmosfer dan alveolus
akibat kerja mekanik dari otot-otot. Dalam proses ventilasi ini, terdapat beberapa hal
yang mempengaruhi, diantaranya adalah perbedaan tekanan antara atmosfer dengan
paru. Semakin tinggi tempat maka tekanan udara semakin rendah. Demikian sebaliknya,
semakin rendah tempat maka tekanan udara semakin tinggi.
Stadium kedua, transportasi yang terdiri dan beberapa aspek yaitu :
(1) Difusi gas antara alveolus dan kapiler paru-paru (respirasi eksternal) dan
antara
darah sistemik dan sel.-sel jaringan. Dalam proses ini terdapat beberapa faktor yang
dapat mempengaruhinya, diantaranya:
Pertama
Kedua
Ketiga
Keempat
(2) Distribusi darah dalam sirkulasi pulmonal dan penyesuaiannya dengan distribusi
udara dalam alveolus.
(3) Reaksi kimia dan fisik dari 02 dan C02 dengan darah respimi atau respirasi interna
menipak-an stadium akhir dari respirasi, yaitu sel dimana metabolik dioksida untuk
mendapatkan energi, dan C02 terbentuk sebagai sampah proses metabolisme sel dan
dikeluarkan oleh paru-paru
(4) Transportasi, yaitu. tahap kcdua dari proses pernapasan mencakup proses difusi gasgas melintasi membran alveolus kapiler yang tipis (tebalnya kurang dari 0,5 urn).
Kekuatan mendorong untuk pemindahan ini adalah selisih tekanan parsial antara
darah dan fase gas.
(5) Perfusi, yaitu pemindahan gas secara efektif antara. alveolus dan kapiler paru-paru
membutuhkan distribusi merata dari udara dalam paru-paru dan perfusi (aliran
darah) dalam kapiler dengan perkataan lain ventilasi dan perfusi. dari unit
pulmonary harus sesuai pada orang normal dengan posisi tegak dan keadaan
istirahat maka ventilasi dan perfusi hampir seimbang kecuali pada apeks paru-paru.
atmosfer
kedarah vena dan mengeluarkan gas carbondioksida dari alveoli keudara atmosfer.
(2) Menyaring bahan beracun dari sirkulasi.
(3) Reservoir darah.
(4) Fungsi utamanya adalah pertukaran gas-gas.
(Sloane Ethel, 2003)
B. DEFINISI
merupakan
peradangan
yang
disebabkan
oleh
bakteri
Mycobacterium Tuberculosis.
(Sri Fatimah, 2001)
Penyakit TBC adalah suatu penyakit infeksi yang disebabkan oleh bakteri
Mikobakterium tuberkulosa. Bakteri ini berbentuk batang dan bersifat tahan asam
sehingga dikenal juga sebagai Batang Tahan Asam (BTA).
(www.medicastore.com_tbc_images_sebar.htm)
Tuberculosis adalah suatu jenis penyakit menular yang disebabkan oleh bakteri
Mycobacterium tuberculosis. Kuman ini dapat menyerang semua bagian tubuh
manusia, dan yang paling sering terserang bakteri ini adalah paru (90%).
(www.google.com_news47b3b12895520.pd)
Untuk menentukan klasifikasi penyakit TBC, ada tiga hal yang perlu diperhatikan
antara lain sebagai berikut:
Organ tubuh yang sakit (paru-paru atau ekstra paru-paru).
Hasil pemeriksaan dahak Basil Tahan Asam (BTA) yang menunjukkan positif atau
negatif.
Tingkat keparahan penyakit (ringan atau beratnya penyakit).
Penemuan ini sangat penting dilakukan karena untuk menetukan paduan obat antituberculosis yang sesuai sebelum pengobatan dimulai.
Klasifikasi penyakit TBC secara umum meliputi:
1. TBC yang menyerang jaringan paru-paru. TBC jenis ini juga dibedakan menjadi dua
macam yaitu:
a. TBC paru BTA positif (sangat menular)
Sekurang-kurangnya 2 dari 3 pemeriksaan dahak, memberikan hasil yang
positif.
Satu pemeriksaan dahak memberikan hasil yang positif dan foto rontgen dada
menunjukkan TBC aktif.
b. TBC paru BTA negatif
Pemeriksaan dahak positif negatif/foto rontgen dada menunjukkan TBC aktif.
Positif negatif yang dimaksudkan disini adalah hasilnya meragukan, jumlah
kuman yang ditemukan pada waktu pemeriksaan belum memenuhi syarat positif.
2. TBC ekstra paru atau TBC yang menyerang organ tubuh yang lain selain paru-paru,
misalnya selaput paru, selaput otak, selaput jantung, kelenjar getah bening, tulang,
persendian, kulit, usus, ginjal, saluran kemih, dll.
Ada 2 bentuk klasifikasi TB paru pada anak yaitu:
3. TB Primer
Tuberculosis primer merupakan kompleks primer serta komplikasinya. Permulaan
tuberculosis primer biasanya sukar diketahui secara klinis karena penyakit mulai
secara perlahan-lahan. Kadang-kadang tuberculosis ditemukan pada anak tanpa
keluhan atau gejala. Dengan melakukan uji tuberculin secara rutin, dapat ditemukan
penyakit tuberculosis pada anak. Gejala tuberculosis primer dapat juga berupa panas
yang naik turun selama 1-2 minggu dengan atau tanpa batuk pilek.
4. TB Pasca Primer
Tuberculosis pasca primer adalah tuberculosis yang terjadi setelah timbulnya
tuberculosis primer dan menimbulkan gejala yang lebih berat. Tuberculosis dapat
juga dapat menunjukkan gejala seperti bronkopneumonia, sehingga pada anak
dengan gejala bronkopneumonia yang tidak menunjukkan perbaikan dengan
pengobatan bronkopneumonia yang adekuat harus dipikirkan kemungkinan
tuberculosis.
(Yoannes Y Laban, 2008)
C. ETIOLOGI
yang
menyebabkan
seseorang
terinfeksi
oleh
Mycobacterium
Tuberculosis yaitu:
Herediter
Resistensi seseorang terhadap infeksi kemungkinan diturunkan secara genetik.
Jenis kelamin
Pada akhir masa kanak-kanak dan remaja, angka kematian dan kesakitan lebih
banyak terjadi pada anak perempuan.
Usia
Pada masa bayi kemungkinan terinfeksi sangat tinggi. Pada masa puber dan
remaja dimana terjadi masa pertumbuhan yang cepat, kemungkinan infeksi cukup
tinggi karena diit yang tidak adekuat.
Keadaan stress
Situasi yang penuh stress (injury atau penyakit, kurang nutrisi, stress emosional,
kelelahan yang kronik). Meningkatnya sekresi steroid adrenal yang menekan
reaksi inflamasi dan memudahkan untuk penyebarluasan infeksi. Anak yang
mendapatkan terapi kortikosteroid kemungkinan terinfeksi lebih mudah.
Nutrisi
Status nutrisi yang kurang.
Kontak dengan penderita TBC
Sumber penularan yang paling berbahaya adalah penderita TB dewasa dan orang
dewasa yang menderita TB paru dengan kavitas. Kasus seperti ini sangat infeksius
dan dapat menularkan penyakit melalui batuk, bersin dan percakapan. Semakin
sering dan lama kontak, makin besar pula kemungkinan terjadi penularan. Sumber
penularan bagi bayi dan anak yang disebut dengan kontak erat adalah orang
tuanya, orang serumah atau orang yang paling sering berkunjung.
juga
dapat
menyebabkan
terinfeksi
Mikrobakterium
tuberkulosis.
D. PATOFISIOLOGI
Cara Penularan :
Sumber penularan adalah penderita TB BTA positif. Pada waktu batuk atau
bersin, penderita menyebarkan kuman ke udara dalam bentuk Droplet (percikan Dahak).
Droplet yang mengandung kuman dapat bertahan diudara pada suhu kamar selama
beberapa jam. Orang dapat terinfeksi kalau droplet tersebut terhirup kedalam saluran
pernapasan. Selama kuman TB masuk kedalam tubuh manusia melalui pernapasan,
kuman TB tersebut dapat menyebar dari paru kebagian tubuh lainnya, melalui sistem
peredaran darah, sistem saluran limfe, saluran napas, atau penyebaran langsung
kebagian-bagian tubuh lainnya. Daya penularan dari seorang penderita ditentukan oleh
banyaknya kuman yang dikeluarkan dari parunya. Makin tinggi derajat positif hasil
pemeriksaan dahak, makin menular penderita tersebut. Bila hasil pemeriksaan dahak
negatif (tidak terlihat kuman), maka penderita tersebut dianggap tidak menular.
Kemungkinan seseorang terinfeksi TB ditentukan oleh konsentrasi droplet dalam udara
dan lamanya menghirup udara tersebut.
Tuberkulosis tergolong airborne disease yakni penularan melalui droplet nuclei
yang dikeluarkan ke udara oleh individu terinfeksi dalam fase aktif. Setiap kali
penderita ini batuk dapat mengeluarkan 3000 droplet nuclei. Penularan umumnya terjadi
di dalam ruangan dimana droplet nuclei dapat tinggal di udara dalam waktu lebih lama.
Di bawah sinar matahari langsung basil tuberkel mati dengan cepat tetapi dalam ruang
yang gelap lembab dapat bertahan sampai beberapa jam. Dua faktor penentu
keberhasilan pemaparan Tuberkulosis pada individu baru yakni konsentrasi droplet
nuclei dalam udara dan panjang waktu individu bernapas dalam udara yang
terkontaminasi tersebut di samping daya tahan tubuh yang bersangkutan. Di samping
penularan melalui saluran pernapasan (paling sering), M. tuberculosis juga dapat masuk
ke dalam tubuh melalui saluran pencernaan dan luka terbuka pada kulit (lebih jarang).
(www.yahoo.com_pusat-informasi-penyakit-infeksi_tbc.htm)
PATHWAY
Penderita TBC dewasa (aktif) batuk
Sistem imun
menurun
Menginfeksi paru-paru
Penumpukan
sekret
Bersihan jalan
nafas tidak
efektif
Penekanan gaster
Produksi HCL
Mual, muntah
Anoreksia
Berat badan
malaise
Perubahan nutrisi
kurang dari
kebutuhan tubuh
Intoleransi aktifitas
E. MANIFESTASI KLINIK
Gejala penyakit TBC dapat dibagi menjadi gejala umum dan gejala khusus yang
timbul sesuai dengan organ yang terlibat. Gambaran secara klinis tidak terlalu khas
terutama pada kasus baru, sehingga cukup sulit untuk menegakkan diagnosa secara
klinik.
Gejala sistemik/umum
Demam tidak terlalu tinggi yang berlangsung lama, biasanya dirasakan malam hari
disertai keringat malam. Kadang-kadang serangan demam seperti influenza dan
bersifat hilang timbul.
Penurunan nafsu makan dan berat badan.
Batuk-batuk selama lebih dari 3 minggu (dapat disertai dengan darah).
Perasaan tidak enak (malaise), lemah.
Gejala khusus
Tergantung dari organ tubuh mana yang terkena, bila terjadi sumbatan sebagian
bronkus (saluran yang menuju ke paru-paru) akibat penekanan kelenjar getah
bening yang membesar, akan menimbulkan suara "mengi", suara nafas melemah
yang disertai sesak.
Kalau ada cairan dirongga pleura (pembungkus paru-paru), dapat disertai dengan
keluhan sakit dada.
Bila mengenai tulang, maka akan terjadi gejala seperti infeksi tulang yang pada
suatu saat dapat membentuk saluran dan bermuara pada kulit di atasnya, pada
muara ini akan keluar cairan nanah.
Pada anak-anak dapat mengenai otak (lapisan pembungkus otak) dan disebut
sebagai meningitis (radang selaput otak), gejalanya adalah demam tinggi, adanya
penurunan kesadaran dan kejang-kejang.
Pada pasien anak yang tidak menimbulkan gejala, TBC dapat terdeteksi kalau
diketahui adanya kontak dengan pasien TBC dewasa. Kira-kira 30-50% anak yang
kontak dengan penderita TBC paru dewasa memberikan hasil uji tuberkulin positif.
Pada anak usia 3 bulan 5 tahun yang tinggal serumah dengan penderita TBC paru
dewasa dengan BTA positif, dilaporkan 30% terinfeksi berdasarkan pemeriksaan
serologi/darah.
(www.medicastore.com_tbc_images_sebar.htm)
Gejala dan tanda Sakit TB pada anak sangat luas variasinya, mulal dari yang
sangat ringan sampai sangat berat. Gejala dan tanda yang mengawali kecurigaan Sakit
TB pada anak di antaranya adalah MMBB (Masalah Makan dan Berat Badan), demam
lama atau berulang, gampang / sering tertular sakit batuk pilek, adanya benjolan yang
banyak di leher, diare yang sulit sembuh dll. TB juga dapat menyerang berbagai organ
di seluruh tubuh sehingga bisa timbul gejala pincang jika mengenai sendi panggul atau
lutut, benjolan banyak di leher, bisa juga terjadi kejang jika mengenai susunan saraf
pusat / otak.
(www.yahoo.com_ikatan-dokter-anak-indonesia.htm)
Tuberkulosis sering dijuluki the great imitator yaitu suatu penyakit yang
mempunyai banyak kemiripan dengan penyakit lain yang juga memberikan gejala
umum seperti lemah dan demam. Pada sejumlah penderita gejala yang timbul tidak jelas
sehingga diabaikan bahkan kadang-kadang asimtomatik.
Gambaran klinik TB paru dapat dibagi menjadi 2 golongan, gejala respiratorik dan
gejala sistemik:
1. Gejala respiratorik, meliputi:
a. Batuk
Gejala batuk timbul paling dini dan merupakan gangguan yang paling sering
dikeluhkan. Mula-mula bersifat non produktif kemudian berdahak bahkan
bercampur darah bila sudah ada kerusakan jaringan.
b. Batuk darah
Darah yang dikeluarkan dalam dahak bervariasi, mungkin tampak berupa garis
atau bercak-bercak darak, gumpalan darah atau darah segar dalam jumlah sangat
banyak. Batuk darak terjadi karena pecahnya pembuluh darah. Berat ringannya
batuk darah tergantung dari besar kecilnya pembuluh darah yang pecah.
c. Sesak napas
Gejala ini ditemukan bila kerusakan parenkim paru sudah luas atau karena ada
hal-hal yang menyertai seperti efusi pleura, pneumothorax, anemia dan lain-lain.
d. Nyeri dada
Nyeri dada pada TB paru termasuk nyeri pleuritik yang ringan. Gejala ini timbul
apabila sistem persarafan di pleura terkena.
2. Gejala sistemik, meliputi:
a. Demam
Merupakan gejala yang sering dijumpai biasanya timbul pada sore dan malam hari
mirip demam influenza, hilang timbul dan makin lama makin panjang
serangannya sedang masa bebas serangan makin pendek.
b. Gejala sistemik lain
Gejala sistemik lain ialah keringat malam, anoreksia, penurunan berat badan serta
malaise. Timbulnya gejala biasanya gradual dalam beberapa minggu-bulan, akan
tetapi penampilan akut dengan batuk, panas, sesak napas walaupun jarang dapat
juga timbul menyerupai gejala pneumonia.
F. PEMERIKSAAN DIAGNOSTIK
Pemeriksaan Fisik
Riwayat Penyakit
Riwayat kontak dengan individu yang terinfeksi penyakit TBC.
Tes Tuberkulin atau Tes Mantoux
Tes Mantoux atau tuberculin adalah tes kulit yang digunakan untuk
menentukan apakah individu telah terinfeksi basil TB. Ekstrak basil tuberkel
(tuberkulin) disuntikkan kedalam lapisan intradermal pada aspek dalam lengan
bawah, sekitar 10 cm dibawah siku. Dengan menyuntikkan tuberkulin sebanyak 0,1
ml yang mengandung 5 unit tuberculin.
Untuk memperoleh reaksi kulit yang maksimum diperlukan waktu antara 48-72
jam sesudah penyuntikkan. Reaksi harus dibaca dalam periode tersebut. Uji
tuberkulin positif bila indurasi 10 mm (pada anak yang mempunyai gizi baik), atau
5 mm (pada anak dengan gizi buruk). Bila uji tuberkulin positif, menunjukkan
adanya infeksi TBC dan kemungkinan ada TBC aktif pada anak.
Tes PAP (Peroksidase Anti Peroksidase)
Merupakan
uji
serologi
immunoperoksidase
memakai
alat
histogen
saja tidak bisa dijadikan dasar tunggal diagnosis TB, tetap harus disertai gejala dan
tanda sakit TB, dan pemeriksaan penunjang lain.
Tehnik Polymerase Chain Reaction
Deteksi DNA kuman secara spesifik melalui aplikasi dalam berbagai tahap sehingga
dapat mendeteksi meskipun hanya ada 1 mikroorganisme dalam spesimen. Juga
dapat mendeteksi adanya resistensi.
Pemeriksaan bakterioligis
Pemeriksaan Bakteriologik (Sputum): Ditemukannya kuman micobakterium TBC
dari dahak penderita memastikan diagnosis TB paru. Pemeriksaan biasanya lebih
sensitive daripada sediaan apus (mikroskopis). Pengambilan dahak yang benar sangat
penting untuk mendapatkan hasil yang sebaik-baiknya. Pada pemeriksaan pertama.
sebaiknya 3 kali pemeriksaan dahak. Uji resistensi harus dilakukan apabila ada
dugaan resistensi terhadap pengobatan. Pemeriksaan sputum adalah diagnostik yang
terpenting dalam prograrn pemberantasan TBC paru di Indonesia.
Uji BCG
Penyuntikan BCG akan menyebabkan konversi uji tuberkulin sehingga dapat
mengacaukan penilaian uji tuberkulin. Bila anak telah mendapat BCG kemudian
dilakukan uji tuberkulin dengan PPD-RT 23 2 TU/PPD-S 5 TU atau OT 1/2000
menimbulkan indurasi lebih dari 15 mm, harus dicurigai adanya superinfeksi
tuberkulosis. Bila BCG diberikan pada masa neonatus, setelah 1 tahun hanya 10%
yang mempunyai indurasi dengan indurasi 5 mm atau lebih terhadap PPD-RT 23 2
TU/PPD-S 5 TU dan tidak ada yang bereaksi dengan indurasi 10 mm ke atas.
G. KOMPLIKASI
Komplikasi infeksi tuberculosis serius tetapi jarang terjadi pada anak bila focus
primer membesar dengan mantap dan terjadi pusat perkejuan yang besar. Pencairan
dapat menyebabkan pembentukan kaverna primer yang disertai dengan sejumlah
besar basil tuberkel. Pembesaran focus dapat melepaskan debris nekrotik kedalam
bronkus yang berdekatan, menyebabkan penyebaran intrapulmonal lebih lanjut.
3. Efusi pleura
Efusi pleura tuberculosis, yang dapat local atau menyeluruh, mula-mula
padakeluarnya basili kedalam sela pleura dari focus paru subpleura atau perkejuan
limfonodi.efusi yang lebih banyak dan secara klinis berarti terjadi beberapa bulan
sampai beberapa tahun sesudah infeksi primer.efusi pleura dapat terjadi 6-12 bulan
setelah terbentuk kompleks primer
4. Penyakit pericardium
Bentuk tuberculosis jantung yang paling sering adalah perikarditis.penyakit ini
jarang,terjadi pada 0,5-4% kasus tuberculosis pada anak. Perikarditis biasanya
berasal dari invasi langsung atau aliran limfe dari limfonodi subkranial.gejala-gejala
yang biasanya nonspesifik termasuk demam ringan,malaise dan kehilangan berat
badan. Nyeri dada tidak lazim pada anak.bising gesek pericardium atau suara jantung
yang jauh dengan pulsus paradoksus.
5. Penyakit saluran pernafasan atas
Tuberculosis saluran pernafasan atas misalnya anak dengan tuberculosis laring
menderita batuk karena radang tenggoring, nyeri tenggorok,parau, dan disfagia.
Kebanyakan anak dengan tuberculosis laring menderita penyakit laring primer
dengan radiografi dada normal.
6. Penyakit system saraf sentral
Tuberculosis SSS merupakan komplikasi yang paling serius pada anak dan
mematikan tanpa pengobatan efekyif. Meningitis tuberkulosa biasanya berasal dari
pembentukan lesi perkejuan metastatik di dalam korteks serebri atau meninges yang
berkembang selam penyebaran limfohematogen infeksi primer.
(Donna L. Wong, 2001)
H. PENATALAKSANAAN MEDIS
Membuat konversi sputum BTA positif menjadi negatif secepat mungkin melalui
bakterisid.
Menghilangkan atau mengurangi gejala dan lesi melalui perbaikan daya tahan
imunologis.
Fase awal intensif, dengan kegiatan bakterisid untuk memusnahkan populasi kuman
yang membelah dengan cepat.
b.
Fase lanjutan, melalui kegiatan sterilisasi kuman pada pengobatan jangka pendek
atau kegiatan bakterostatik pada pengobatan konvensional.
OAT yang biasa digunakan antara lain isoniazid (INH), rifampisin (R),
pirazinamid (Z),dan streptomisin (S) yang bersifat bakterisid dan etambutol (E) yang
bersifat bakteriostatik.
Penilaian keberhasilan pengobatan didasarkan pada hasil pemeriksaan
bakteriologi, dan klinis. Kesembuhan TB paru yang baik akan memperlihatkan sputum
BTA (-), adanya perbaikan radiology, dan menghilangnya gejala.
Etambutol tidak dianjurkan untuk anak-anak usia < 6 tahun, karena gangguan
penglihatan sulit dipantau (kecuali bila kuman penyebabnya resisten terhadap obat TB
lain.
Isoniazid mempunyai dua pengaruh toksik utama, keduanya jarang pada anak.
Neuritis perifer akibat dari hambatan kompetitif penggunaan piridoksin. Kadar
piroksidin mengurang pada anak yang sedang minum INH tetapi manifestasi klinis
jarang ada dan pemberian piroksidin biasanya tidak dianjurkan. Namun remaja dengan
diet yang tidak cukup, kelompok anak-anak dengan kadar susu dan masukan daging
rendah, serta bayi yang sedang menyusu sering memerlukan penambahan piroksidin.
Pengaruh toksik utama INH adalah Hepatotoksisitas yang berarti secara klinis jarang
pada anak tetapi meningkat sesuai usia . Tiga sampai 10% anak yang minum INH
mengalami kenaikan kadar serum transaminase sementara.Manifestasi alergi atau reaksi
hipersensitivitas yang disebabkan oleh INH amat jarang. Inh dapat menaikkan kadar
fenitoin dan menyebabkan toksisitas denagan memblokade metabolismenya. Kadangkadang INH berinteraksi dengan teofilin, sehingga memerlukan modifikasi dosis.
Rifampisin obat ini adalah obat kunci pada manejemen tuberculosis moderen. Ia
diserap dengan baik dari saluran cerna selama puasa, dengan kadar serum puncak
dicapai dalam 2 jam.Efek samping lebih sering daripada dengan INH dan termasuk
perubahan warna urin dan air mata menjadi oranye ( dengan pewarnaan permanen lensa
kontak), gangguan saluran cerna, dan hepatotoksisitas, biasanya ditampakkan sebagai
kenaikan kadar transminase serum tidak bergejala.
Pirazinamid.dosis optimum pada anak belum diketahui, tetapi dosis yang sama
ini menyebabkan kadar CSS tinggi, ditoleransi dengan baik pada anak dan berkolerasi
dengan keberhasilan klinis pada trial pengobatan tuberculosis pada anak. Pengalaman
yang luas dengan PZA pada anak telah membuktikan keamanannya. Satu-satunya
bentuk dosis PZA adalah tablet agak besar 500 mg, yang menimbulkan beberapa
masalah dosis pada anak terutam bayi. Tablet ini dihancurkan dan diberikan bersama
makanan dengan cara yang sama dengan pemberian INH, tetapi penelitian
farmakokinetik resmi denagan menggunakan metode ini belum dilaporkan.
Streptomisin kurang sering digunakan daripada yang disebutkan lebih dahulu
pada pengobatan atau pencegahan penyakit resisten obat. Harus diberikan secara
intramuskular. Streptomisin menembus meningen yang radang dengan sangat baik
tetapi tidak melewati meningen yang tidak radang. Penggunaan utamanya sekarang
adalah bila dicurigai resistensi INH awal atau bila anak menderita tuberculosis yang
membahayakan jiwa.
Pengobatan TB pada bayi dan anak pada dasarnya sama dengan pengobatan TB
dewasa. OAT diberikandalam bentuk kombinasi beberapa jenis obat, dalam jumlah dan
dosis yang tepat selam 6-9 bulan supaya kuman dapat dibunuh. Pengobatan TB
diberikan dalam 2 tahap, yaitu tahap intensif dan tahap lanjutan. Tahap intensif
dimaksudkan untuk menghentikan proses penyakit. Tahap ini harus dilaksanakan
dengan pengawasan ketat untuk mencegah terjadinya kekebalan obat selama 2 bulan.
Sedangkan tahap lanjutan dimaksudkan agar semua kuman yang dorman (tidur)
terbunuh.pemberian obat kombinasi lebih sedikit tetapi dalam jangka waktu lebih
panjang yaitu 4 bulan. Semua tahap OAT diberikan setiap hari dalam satu dosis sebelum
makan pagi.
Jika anak terkena TB, dokter akan memberi obat anti TB dan obat kombinasi. Ada
tiga jenis obat standar TB yaitu, INH yang dipakai sebagai obat pencegahan. Kemudian
ditambah Rifamoisin, dan Pirazinamide. Pemberian obat minimum selam 6 bulan. Jika
TB yang diderita berat atau hebat sekali, misalnya sampai meningitis, pengobatan bisa
memakan waktu 9-12 bulan. Dan ini pun bisa dicapai berkat perkembangan obat-obatan
yang lebih baik. Sebelumnya bisa mencapai 18-24 bulan dengan dosis yang banyak.
Jika pengobatan tersebut belum memadai, masih akan dilanjutkan dengan menambah
obat etambutol dan suntikan Streptomisin selama 4-5 bulan yang disuntikkan setiap
hari. Bahkan bisa sampai menjalani rawat inap, yang paling penting, pemberian obat
sesuai dosis yang diberikan dokter dan diberikan dengan jadual teratur.
Check Up usai pengobatan akan dilakukan evaluasi. Biasanya pada dua bulan
pertama sudah kelihatan ada perubahan, misalnya berat badan naik, demam reda maka
akan berkurang juga. Jangan menghentikan pengobatan, kendati kondisi si anak mulai
membaik. Tujuannya untuk mencegah agar tidak kambuh kembali. Karena jika lambuh
lagi, basilnya akan kebal dan pengobatannya sangat sulit. Dengan demikian pengobatan
TB harus dilakukan tuntas. Karena itu orang tua harus bisa memotivasi anak agar mau
berobat secara teratur. Kemungkinan kambuh tetap ada kendati sudah sembuh benar.
Misalnya, ketika kecil terkena TB kemudian kambuh saat sudah dewasa. Karena itu
perlu dilakukan check up rutin setiap tahun. Terutama pada usia rawan, yaitu saat balita
dan masa akil balik.
Tetap bersosialisasi Jangan mengisolasi anak karena ia menderita TB. Perlu
diketahui TB pada anak tidak menular. Biarkan ia sekolah dan bermain sebagaimana
mestinya. Biarkan pula ia memiliki pergaulan yang wajar agar tetap memiliki
pertumbuhan dan perkembangan yang normal.
ASUHAN KEPERAWATAN
PADA ANAK DENGAN TUBERCULOSIS
KASUS
Data diruang anak RSUD DR. SOETOMO SURABAYA seorang ibu membawa
anak ke-2nya yang berusia 5 tahun dengan keluhan utama: sering batuk
mengeluarkan sputum (sudah lebih dari 3 minggu), terserang influenza, mual
muntah, penurunan berat badan, kurang nafsu makan, cepat lelah ketika beraktifitas
sejak 2 minggu yang lalu. Setelah dilakukan pengkajian didapatkan data:
TTV : RR: 28X/menit, Nadi: 100x/menit, TD 110/80mmhg, suhu: 37,80 C.
Nafas berbunyi ngik-ngik(mengi), sering batuk mengeluarkan sputum, sering mual
muntah, penurunan BB, malas beraktifitas.
Pemeriksaan diagnostic
Pemeriksaan Rontgent terlihat adanya penumpukan secret berlebih pada paru.
ANALISA DATA
No.
1
Data
Penyebab
DS:
Adanya
Anak mengeluh
yang
kesulitan bernapas
belebihan.
DO:
Sering
batuk
mengeluarkan sputum
penumpukan
Terserang influenza
kental/
sekresi
Masalah
secresi Bersihan jalan
yang nafas
efektif
tidak
DS:
mengatakan
makan
Perubahan
nutrisi kurang
dari kebutuhan
makan.
tubuh
DO:
mual
dan
penurunan
BB
3
DS:
lebih
cepat
lelah
jika
melakukan aktivitas
Ibu
mengatakan
DO:
Nadi 100x/menit
RR 28x/menit
aktifitas
BAB III
PENUTUP
KESIMPULAN
Tuberculosis adalah penyakit menular yang sebagian besar disebabkan oleh kuman
Mycobacterim tuberculosis. Kuman tersebut masuk ke tubuh manusia melalui
udara pernafasan ke dalam paru. Kemudian menyebar dari paru ke bagian tubuh
lain melalui system peredaran darah, system saluran limfa, saluran nafas atau
penyebaran langsung ke bagian-bagian tubuh lainnya. TB dapat terjadi pada semua
kelompok umur, baik di paru maupun di luar paru.
Ada tiga bentuk dasar TB paru pada anak yaitu penyebaran limfohematogen, TB
endobronkial, dan TB paru kronik.
Penyebab TB paru
o Tertular dari ibu saat dalam kandungan
o Sebelum atau selama persalinan menghirup air ketuban yang terinfeksi
o Setelah lahir karena menghirup udara yang terkontaminasi oleh percikan saliva
yang terinfeksi
o Lingkungan yang tidak higienis
o Kontak dengan penderita TBC
Perbedaan TB paru pada anak dengan orang dewasa :
1. Umumnya TB pada orang dewasa hanya terlokalisir di paru-paru,hal ini
disebabkan karena tubuh orang dewasa telah memiliki kekebalan,sehingga basil
TB masuk hanya terlokalisir di paru-paru saja,sedangkan pada anak-anak selain
di paru-paru,juga terdapat penyebaran ke seluruh tubuh hal ini terjadi karena
belum ada kekebalan alami tubuh.
2.
TB pada anak tidak dapat ditularkan pada anak lainnya atau pada orang dewasa
sekalipun, TB pada anak tidak menular.
DAFTAR PUSTAKA
Diagnosa
Tujuan
Rencana Intervensi
Rasional
Keperawatan
1.
Mencegah
Bersihan jalan
Setelah
nafas tidak
dilakukan
obstruksi/aspira
efektif
tindakan asuhan
kebutuhan,
si. Penghisapan
berhubungan
keperawatan
misalnya :
dapat
dengan sekresi
diharapkan pada
o Bersihkan
diperlukan bila
anak tercapai
sekret dari
anak tak
sekresi yang
bersihan jalan
mulut dan
mampu
berlebihan.
nafas
trakea; suction
mengeluarkan
normal,dengan
sesuai dengan
sekret.
Kriteria hasil:
indikasi.
Dapat
Anak akan
dilakukan jika
1. Tidak
anak tidak
mengalami
mampu
aspirasi.
mengeluarkan
2. Menunjukkan
o Lakukan
sekret sendiri
Posisi
batuk yang
fisioterapi dada
efektif dan
atau postural
membantu
peningkatan
drainase
memaksimalka
pertukaran
udara dalam
paru-paru.
n ekspansi paru
Posisi untuk
dan
mencegah aspirasi.
menurunkan
upaya
pernafasan
fowler tinggi.
Mencegah
pengeringan
membrane
Berikan lingkungan
yang lembab.
mukosa,
membantu
pengenceran
secret
2.
Perubahan
Setelah
Mandiri
nutrisi kurang
dilakukan
dari kebutuhan
tindakan asuhan
mendefinisikan
tubuh
keperawatn
derajat/luasnya
berhubungan
diharapkan anak
masalah dan
dengan
menunjukkan
pilihan
penurunan
intervensi,
keinginan untuk
adekuat dengan
berguna dalam
makan sekunder
Kriteria hasil :
mengukur
akibat anoreksia.
BB normal
anak, makanan
keefektifan
IMT normal
yang disukai/tidak
nutrisi dan
Intake dan
disukai. Modifikasi
dukungan
Output
pemberian
cairan.
seimbang
Berguna dalam
misalnya dengan:
Membantu
Menghias
mengidentifikas
makanan
Menggunakan
i kebutuhan
khusus.
piring atau
Pertimbangan
gelas yang
keinginan
menarik
individu dapat
memperbaiki
masukan diet.
Berikan perawatan
mulut sebelum dan
sesudah tindakan
pernafasan
Menurunkan rasa
tidak enak karena
Dorong makan
obat untuk
dengan makanan
pengobatan
respirasi
karbohidrat
merangsang pusat
muntah.
Memaksimalka
n masukan
nutrisi tanpa
Kolaborasi
kelemahan
yang tak
untuk menentukan
perlu/kebutuha
komposisi diet
n energi dari
makan
makanan
banyak dan
menurunkan
iritasi gaster
Memberikan
bantuan dalam
perencanaan diet
dengan nutrisi
adekuat untuk
kebutuhan
metabolik dan
diet
3.
Intoleransi
1.
Meningkatkan
aktifitas
kasi faktor-
antusiasme
berhubungan
faktor yang
anak dalam
dengan
menurunkan
dan menantang:
melakukan
ketidakadekuata
toleran
o Petualanagan
aktivitas
n sumber energi
aktivitas.
sensori (seperti
Memperlihat
kan
atau
kemajuan
pemandangan
akibat
malnutrisi.
2.
(khususnya
tingkat yang
lebih tinggi
3.
rumah sakit?)
o Menceritakan
Menetapkan
dari
dan menulis
mobilitas
cerita, membuat
kemampuan/ke
yang
susunan benda,
butuhan anak
mungkin).
bermain dengan
dan
boneka, bermain
memudahkan
drama.
pilihan
Melaporkan
penurunan
intervensi
Meningkatkan
gejala-gejala
intoleran
Evaluasi respons
istirahat
aktivitas.
anak terhadap
Pembatasan
aktivitas
aktivitas
ditentukan
dengan respons
anak terhadap
Berikan lingkungan
tenang
Jelaskan
pentingnya istirahat
aktivitas dan
perbaikan
kegagalan
pernafasan
Anak mungkin
pengobatan dan
nyaman dengan
perlunya
kepala tinggi
keseimbangan
atau menunduk
aktivitas dan
ke bantal
istirahat
Meminimalkan
kelelahan dan
membantu
keseimbangan
suplai dan
untuk istirahat
kebutuhan
dan/atau tidur
oksigen