Você está na página 1de 7

MISOPROSTOL UNTUK TERMINASI KEHAMILAH TRIMESTER KEDUA

Sumana Bajrachraya, Ashis Shrestha


Lecturers, Department of General Practice and Emergency Medicine, Patan Academy
of Health Sciences, Lalitpur, Nepal

Pendahuluan
Terminasi kehamilan trimester kedua adalah sebuah tantangan karena keadaan cervix
yang tidak menguntungkan. Penelitian ini mengevaluasi efikasi dan efek samping pemberian
misoprostol intravaginal pada ibu hamil untuk terminasi kehamilan trimester kedua
Metode
Penelitian dilakukan selama satu tahun dari 15 juni 2011 sampai dengan 14 juni 2012
dan dilakukan di departemen obsetri dan ginekologi rumh sakit Patan. Subjek penelitin
adalah ibu hamil trimester kedua yang janinnya mengalami gangguan kongenital dan IUFD.
Pemberian misoprostol berdasarkan dosis yang direkomendasikan oleh federasi internasiol
obsetri dan ginekologi. Untuk bayi dengan gangguan kongenital, dosis diberikan 400 mcg per
3 jam, dengan dosis maksimum 5 kali pemberian. Untuk janin yang telah meninggal (IUFD),
pada usia kehamilan 13-17 minggu mendapatkan 200mcg misoprostol per 6 jam dengan dosis
maksimal 4 kali pemberian, dan untuk usia kehamilan 18-26 minggu dosis diberikan sebesar
100 mcg. Hasil yang diukur adalah efek samping terhadap ibu, iinterval dari induksi sampai
persalinan, dan persentase keberhasilan aborsi dalam waktu 48 jam setelah induksi
Hasil
Terdapat 40 supbyek pasien penelitian . rata-rata keberhasilan untuk

terminasi

kehamilan trimester kedua dalam 48 jam pada kelompok janin dengan gangguan kongenital
adalah 88,8%, dan pada kelompok IUFD adalah 90.9% (untuk usia kehamilan 13-17 minggu)
dan 100% untuk usia kehamilan 18-26 minggu. Pada ibu hamil dengan janin gangguan
kongenital, rerata waktu interval induksi sampai persalinan adalah 26.8 jam. Pada ibu hamil
dengan IUFD, rerata interval adalah 18 jam untuk usia kehamilan 13-17 minggu dan untuk
usia kehamilan 18-26 minggu adalah 24 jam. Pada semua dosis pemberian misoprostol
ditemukan adanya keluhan nyeri abdomen (abdominal pain).
Kesimpulan
Misoprostol per vaginam adalah sebuah metode yang efektif untuk terminasi kehamilan
trimester kedua

Pendahuluan
Terminasi kehamilan trimester kedua sangat beresiko karena komplikasi yang dapat
terjadi dan dapt menyebabkan traumapsikis pada pasien. sekitar 10-15% aborti provocatus
biasanya dilakukan untuk kasus IUFD, gangguan kongenital dan penyakit lain yang
berhubungan dengan kehamilan. Deteksi dini kromosom yang abnormal dan lethal, IUFD
telah meningkatkan angka terminasi kehamilan trimester kedua. Tindakan tersebut juga
merupakan sebuah masalah yang butuh perhatian lebih karena keadaan cervix yang belum
mendukung dan biasanya terjadi lama.
Diantara berbagai metode untuk terminasi kehamilan trimester kedua, evakuasi dan
kuretase dapat menyebabkan resiko perdarahan, infeksi, perforasi rahim dan trauma cervix.
Misoprostol,, obat prostaglandin sintetis yang analog E1 (PGE1) menjadi penting digunakan
untuk pematangan cervix dan uterotonik. Obat ini murah, stabil pada suhu ruangan dan hanya
mempunyai sedikit efek samping seperti demam, muntah dan diare. Saat ini masih menjadi
perdebatan mengenai dosis, rute pemberian obat dan pemberian misoprostol untuk terminasi
kehamilan trimester kedua. Beberapa penelitian telah menunjukan efek ayng lebih baik pada
misoprostol pervaginal dibandingkan dengan misoprostol oral. FIGO menyarankan dalam
terminasi kehamilan trimester kedua dengan misoprostol adalah dengan pemberian
misoprostol per vaginam 400 mcg dalam 3 jam interval, dengan dosis maksimal 5 kali
pemberian pada janin dengan gangguan kongenital, dan untuk IUFD, dsis disesuaikan dengan
usia kehamilan: untuk usia kehamilan 13-1 minggu diberikan 200 mcg setiap 6 jam dengan
dosis maksimal 4 kalipemberian, dan untuk usia 18-26 minggu diberikan 100mcg setiap 6
jam dengan dosis maksimal 4 kali. Tujuan penelitian ini untuk menilai efek dan efek samping
misoprostol pada ibu hamil sesuai dengan aturan FIGO untuk terminasi kehamilan trimester
kedua.
Metode
Penelitian ini dilakukan dengan desain cross sectional dalam periode 1 tahun dari 15
juni 2011 sampai dengan 14 juni 2012 di departmen obsetri dan ginekologi rumah sakit
Patan. 40 wanita hamil dengan gangguan kongenital dan IUFD dilakukan terminasi trimester
kedua (usia kehamilan 13-26). Sebelum dilakukan penelitian, terlebih dahulu semua pasien
diberikan konseling mengenasi prosedur, keuntungan dan kerugian, dan juga tentang efek
samping yang mungkin timbul. Dilakukan inform konsent pada semua pasien. usia kehamilan
diukur melalui riwayat menstruasi, pemeriksaan pelvis dan di konfirmasi dengan USG
apabila HPHT pasien tidak dapat ditentukan. Selain itu dilakukan juga pemeriksaan
laboratriums eperti golongan darahm hematokrit, platelet dan GDS. Kriteria eklusi pada

penelitian ini adalah ibu hamil dengan hipersensitifitas pada prostaglandin, riwayat sc atau
intervensi bedah pada rahim, hamil lebih dari 5 kali, terdapat kontrasepsi intra uterus,
plasenta letak rendah, mola hidatidosa, kehamilan ektopik, massa adneksa, penyakit jantung
dan koagulopati.
Pemberian misoprostol per vaginam sesuai dengan protokol dari FIGO. Misoprostol
diletakan di fornix posterior. Keadaan servix dinilai melalui pemeriksaan vagina sebelum
pemberian dosis selanjutnya atau pada saat terdapat kontraksi uterus. Petidin hidroklorid
diberikan dalam dosis 50mg intramuskular apabila terdapat abdominal pain. Apabila demam
diberi paracetamol 500mg per oral dan untuk muntah diberikan metoclopramide 10 mg
intravena.
Tindakan dikatakan sukses apabila terjadi ekspulsi janin dalam waktu 48 jam setelah
pemberian misoprostol. Interval induksi sampai persalinan didefinisikan sebagai waktu
dimana pemberian awala misoprostol sampai dengan pengeluaran janin. Terdapat 23% efek
samping pada ibu hamil, seperti abdominal pain, demam, mual muntah, diare dan perdarahan
yang memerlukan tanfusi darah. Kuretase dilakukan apabila masih terdapat sisa konsepsi
setelah persalinan. Pasien yang tidak terjadi persalinan setelah 48 jam diberikan misoprostol,
dinilai keadaan servix nya dan membran amnionnya, kemudian dipasang kateteter folley dan
diberikan oksitosin lewat intravena.
Hasil
Terdapat 40 ibu hamil 31 dengan IUFD dan sisanya janin dengan ganguan kongenital.
Dari 31 ibu hamil dengan IUFD, 11 pasien dengan usia kehamilan 13-17 minggu dan 20
pasien usia kehamilan 18-26 minggu.
Tabel 1. Karakteristik pasien
Karakteristik
Rerata usia

26.305.04

Rerata usia kehamilan

20.324.05

Rerata kehamilan

1.881.04

primigravida

19 (47.5%)

multigravida

21(52.5%)

Gangguan kongenital

9(22.5%)

IUFD

31(77.5%)

Selama 48 jam, termiansi yang berhasil dalam 31 IUFD adalah 90.9% (10 pasien ) pada
usia kehamilan 13-17 minggu dan 100% (20 dari 20 pasien pada usia kehamilan 18-26
minggu. Angka keberhasilan pada gangguan kongenital adalah 88.8% (8 dari 9 pasien ).
Median waktu induksi sampai persalinan adalah 26.8 jam dengan 400 mcg misoprostol untuk
janin dengan gangguan kongenital. Sementara untuk IUFD, median interval waktunya adalah
18 jam ( dosis 200mcg untuk 13-17 minggu) dan 24 jam (dosis 100 mcg untuk 18-26 minggu.
Tabel 2. Interval waktu induksi
Rerata

Total

umur

pemberian

Dosis

Jumlah

misoprostol

pasien

400

20.363.44

200

11

15.901.81

100

kehamilan misoprostol

20

22.733.09

Interval

Jumlah pasien yang

waktu

terjadi persalinan

induksi

5 (8: 88.9)

26.8 (20,

4 (1:11.1)

41.5)

2 (3; 27.3)

4 (8; 72.7)

1 (2;10)

2 (3; 15)

3 (1;5)

4 (14;70)

14

18 (12, 26)

24 (14, 26)

Pada pasien yang tidak terjadi persalinan setelah 48 jam, diberikan cateter fooley trans
cervical dan 1 lainnya diberikan infus oksitosin intravena. Pada akhirnya kedua pasien ini
terjadi persalinan lebih dari 48 jam.
Tabel 3.Komplikasi Maternal
400 mcg (n=9)

200 mcg (n=11)

100 mcg (N=20)

Abdominal pain

44.44

54.54

25

Demam

11.11

Mual muntah

22.22

Efek samping

Tidak terdapat tranfusi darah untuk perdarahan yang berlebihan dan tidak terdapat
kematian ibu pada penelitian ini
Pembahasan

Pada penelitian ini angka keberhasilan dalam 38 jam induksi misoprostol adalah 88.8%
(8 dari 9 pasien dengan gangguan kongenital. Untuk kelompok IUFD, angka keberhasilan
adalah 90.9% ( 10 dari 11 pasien dengan usia kehamilan 17 minggu) dan 100 % ( 20 dari 20
pasien dengan usia kehamilan 18-26 minggu). Hasil ini lebih tinggi dibandingkan dengan
penelitian yang dilakukan Jain et al5, yaitu 87.2%
Jumlah misoprostol yang diberikan tidak hanya berkurang seiring dengan
bertambahnya usia kehamilan, tapi juga berkurang pada ibu hamil dengan IUFD. Hal ini
dapat terjadi karena adanya perubahan dalam uterus dan servix yang dapat menjadikan sel
miometrium lebih sensitif dan jaringan cervix lebih mudah matang setelah janin IUFD.
Cervix pada ibu hamil dengan IUFD cenderung lebih mudah untuk matang dan melunak
apabila dibandingkan dengan ibu hamil dengan Janin hidup intra uterin. J. Srisomboon dan S.
Pongpisuttinun juga menyimpulkan bahwaIUFD memiliki angka keberhasilan yang lebih
tinggi dan persalinan terjadi lebih awala dibandingkan ibu hamil deng janin hidup intra
uterine, pada pemberian misoprostol 200mcg pervaginal yang diebrikan selama 12 jam di
trimester kedua
Pada penelitian ini, termiansi yang berhasil dalam 31 IUFD adalah 90.9% (10 pasien )
pada usia kehamilan 13-17 minggu dan 100% (20 dari 20 pasien pada usia kehamilan 18-26
minggu. Angka keberhasilan pada gangguan kongenital adalah 88.8% (8 dari 9 pasien ).
Median waktu induksi sampai persalinan adalah 26.8 jam dengan 400 mcg misoprostol untuk
janin dengan gangguan kongenital. Sementara untuk IUFD, median interval waktunya adalah
18 jam ( dosis 200mcg untuk 13-17 minggu) dan 24 jam (dosis 100 mcg untuk 18-26
minggu).
Beberapa penelitian juga mengevaluasi penggunaan misoprostol untuk induksi
persalinan dalam trimester kedua. Terdapat perbedaan dalam pemberian dosis misoprostol
antara penelitian ini dengan penelitian yang lain13. Pada penelitian ini, pemberian
misoprostol sesuai dengan protokol dari FIGO yaitu pemberian misoprostol per vaginam 400
mcg dalam 3 jam interval, dengan dosis maksimal 5 kali pemberian pada janin dengan
gangguan kongenital, dan untuk IUFD, dsis disesuaikan dengan usia kehamilan: untuk usia
kehamilan 13-1 minggu diberikan 200 mcg setiap 6 jam dengan dosis maksimal 4
kalipemberian, dan untuk usia 18-26 minggu diberikan 100mcg setiap 6 jam dengan dosis
maksimal 4 kali.
Efek samping terhadap ibu yang sering ditemukan pada penelitian ini adalah abdominal
pain yang diikuti dengan mual,muntah dan demam. Beberapa peneliti lainnya menemukan

bahwa demam merupakan efek samping yang sering timbul dari pemberian misoprostol
pervaginam.
Kesimpulan
Misoprostol per vaginam efektif untuk terminasi kehamilan trimester kedua pada IUFD
dan ganguan kongenital, dengan efek samping yang minimal pada ibu hamil.
DAFTAR PUSTAKA
1. Ramin KD, Ogburn PL, Danilenko DR, Ramsey PS. High dose oral misoprostol for
midtrimester pregnancy interruption. Gynecol Obster Invest. 2002;54(3):176-9.
2. Haleemi M. Therapeutic termination of second trimester pregnancy: a comparison of extra
amniotic foleys Catheter balloon and extra amniotic instillation of F2 alpha. J Postgrad
Med Inst. 2004;18:408-18.
3. Pongsatha S, Tongsong T. Therapeutic termination of second trimester pregnancies with
intrauterine death with 400 microgram of oral misoprostol. J Obstet Gynaecol Res.
2004 Jun;30:217-20.
4. Liaqat NF, Javed I, Shuja S, Shoaib T, Bano K, Waheed S, et al. Therapeutic termination
of second trimester pregnancies with low dose misoprostol. J Coll Physicians Surg Pak.
2006 Jul;16(7):464-7.
5. Natthinee P, Kusol R, Dittakarn B. Success Rate of Second- Trimester Termination of
Pregnancy Using Misoprostol. J Med Assoc Thai. 2006;89(8):1115-9.
6. Nagaria T, Sirmor N. Intravaginal misoprostol for termination of second trimester
pregnancy. J Obstet Gynecol India. 2007;57(5):435-8.
7. Eslamian L, Gosili R, Jamal A, Alyassin A. A prospective randomized controlled trial of
two regimens of vaginal misoprostol in second trimester termination of pregnancy.
Acta Medica Iranica. 2007;45(6):497-500.
8. Akoury HA, Hannah ME, Chitayat D, Thomas M, Winsor E, Ferris LE, et al. Randomized
controlled trial of misoprostol for second-trimester termination associated with fetal
malformation. Am J Obstet Gynecol. 2004 Mar;190:755- 62.
9. Dickinson JE, Evans SF. A comparison of oral misoprostol with vaginal misoprostol
administration in second trimester pregnancy termination for fetal abnormality. Obstet
Gynecol. 2003 Jun;101:1294-9.
10. Guix C, Palacio M, Figueras F, Bennasar M, Zamora L, Coll O, et al. Efficacy of two
regimens of misoprostol for early second-trimester pregnancy termination. Fetal Diagn
Ther. 2005 Nov-Dec;20:544-8.

11. Weeks A, Faundes A. Misoprostol in obstetrics and gynecology. Int J Gynaecol Obstet
2007;99 Suppl 2:S156- 9.
12. Elati A, Weeks AD. The use of misoprostol in obstetrics and gynaecology. BJOG. 2009
Oct;116:61-9.
13. Wong KS, Ngai CS, Yeo EL, Tang LC, Ho PC. A comparison of two regimens of
intravaginal misoprostol for termination of second rimester pregnancy: a randomized
comparative trial. Hum Reprod. 2000 Mar;15(3):709-12.
14. Dickinson JE, Evans SF. The optimisation of intravaginal misoprostol dosing schedules
in second-trimester pregnancy termination. Am J Obstetrics Gynecol. 2002;186:4704.
15. Tang OS, Lau WN, Chan CC, Ho PC. A prospective randomised comparison of
sublingual and vaginal misoprostol in second trimester termination of pregnancy.
BJOG. 2004 Sep;111(9):10015.
16. Jain JK, Kou J, Mishell DR Jr. A comparison of two dosing regimens of intravaginal
misoprostol for secondtrimester pregnancy termination. Obstet Gynecol. 1999
Apr;93(4):571-5.
17. Srisomboon J, Pongpisuttinun S. Efficacy of Intracevicovaginal Misoprostol in SecondTrimester Pregnancy Termination: A Comparison between Live and Dead Fetuses. J
Obstet Gynaecol Res. 1998;24(1):1-5.

Você também pode gostar