Você está na página 1de 24

Analisis PDB Sektor Listrik, Gas, dan Air Bersih

MAKALAH
Disusun untuk memenuhi tugas Perekonomian Indonesia
Dibimbing oleh Setya Ayu Rahmawati
Oleh :

Armi Okta Suryandari

120422425917

Bagus Prawira

120422425931

Nadia Tegar Larasati

120422425897

Sutria Kumala Sari

120422403192

UNIVERSITAS NEGERI MALANG


FAKULTAS EKONOMI
JURUSAN AKUNTANSI
SEPTEMBER 2014
A. LATAR BELAKANG

Pendapatan nasional merupakan nilai keseluruhan barang dan jasa yang


dihasilkan oleh suatu Negara dalam satu periode tertentu. Perhitungan pendapatan
nasional dapat dilakukan dengan tiga metode, yaitu metode produksi, pendapatan, dan
metode pengeluaran. Dalam metode produksi dibutuhkan data mengenai pendapatan
dari tiap sektor produktif. Di Indonesia, sektor produktifnya terbagi ke dalam 9 sektor
yaitu sektor pertanian, peternakan, kehutanan, dan perikanan; pertambangan dan
penggalian; industri pengolahan; listrik, gas, dan air bersih; bangunan; perdagangan,
hotel, dan restoran; pengangkutan dan komunikasi; keuangan, persewaan, dan jasa
perusahaan; dan jasa-jasa.
Sektor listrik,gas dan air bersih (LGA) sangat diperlukan dalam kehidupan.
Sektor ini merupakan kebutuhan vital untuk
kehidupan.

keberlangsungan seluruh aspek

Di masa sekarang, secara umum manusia tidak terlepas dari

ketergantungan terhadap sektor ini. Misalnya dalam rumag tangga, untuk melakukan
aktivitas diperlukan listrik sebagai sumber penerangan, ditambah dengan semakin
majunya zaman, banyak alat rumah tangga yang diciptakan untk membantu
memudahkan pekerjaan menggunakan tanaga listrik sebagai contoh, seterika, magic
com, kipas angin, pendingin ruangan dan lain sebagainya.
Selain listrik, gas dan air bersih juga memiliki peran penting. Salah satu yang
sangat tampak yaitu kebutuhan untuk memasak. Untuk memasak, pada umumnya
masyarakat Indonesia menggunakan kompor LPG, sejalan dengan kebijakan
pemerintah konversi minyak tanah ke gas. Sehingga setiap hari gas dibutuhkan
minimal untuk kegiatan memasak. Sedangkan untuk air bersih, paling banyak
digunakan untuk kebutuhan konsumsi, yaitu minum dan mandi, mencuci dan lainlain.
Sektor LGA juga merupakan salah satu tumpuan utaman bagi perekonomian
suatu Negara. Sektor LGA yang nerupakan bagian dari sektor energi dibutuhkan oleh
seluruh aspek ekonomi (sektor-sektor ekonomi lainnya). Semua sektor ekonomi,
dalam kegiatan operasionalnya membutuhkan LGA sebagai sumber daya.
Dalam dunia industri, listrik merupakan penggerak utama dalam kegiatan
produksi. Hampir semua peralatan dalam perindustrian menggunakan listrik sebagai
sumber energi. Sebagai contoh, listrik untuk penerangan, tenaga penggerak mesin dan

sebagainya. Untuk sub sektor gas, diperlukan untuk menghasilkan energi listrik
melalui Pembangkit Listrik Tenaga Gas (PLTG). Begitu pula dengan air, digunakan
untuk menghasilkan energi listrik melalui Pembangkit Listrik Tenaga Air (PLTA).
Selain dapat menghasilkan listrik, air juga digunakan untuk pengolahan barangbarang produksi.
Begitu pentingnya peranan listrik, gas adan air bersih sehingga dijadikan
sebagai salah satu sektor perekonomian dan dimasukkan ke dalam penghitungan
Produk Domestik Bruto. Walaupun tidak memberikan sumbangan besar terhadap
PDB, namun sector ini merupakan pangkal dari pergerakan seluruh sektor ekonomi
yang lain dan menjadi kebutuhan dasar dalam kehidupan. Jika sektor ini tidak
dikelola dengan baik, bukan tidak mungkin kegitan ekonomi akan terhenti, para
pengusaha dan negara juga akan mengalami kerugian yang berdampak pada
penurunan PDB. Berdasarkan hal inilah perkembangan atau laju pertumbuhan sektor
ini perlu diperhatikan. Dalam makalah ini penulis akan membahas laju pertumbuhan
sektor listrik, gas dan air bersih di Indonesia mulai tahun 2001 hingga 2010.
Disini akan dibahas salah satu sektor yang cukup berperan dalam
pembangunan ekonomi di pusat yaitu sector listrik, gas, dan air bersih. Kontribusi
sektor ini dalam menyumbang pendapatan (PDB) mungkin tidak terlalu besar
dibandingkan dengan sektor lainnya, namun tanpa adanya sektor tersebut, bukan tidak
mungkin kegiatan perekonomian tidak akan berjalan, karena pentingnya peranan
listrik, gas, dan air bersih dalam kegiatan ekonomi.
Listrik, gas, dan air bersih merupakan bagian dari sektor energy. Sektor energy
memiliki peranan penting dalam kegiatan perekonomian nasional. Di masa
mendatang, kebutuhan akan energi diperkirakan akan terus meningkat dari tahun ke
tahun. Karena tingkat kebutuhan yang terus meningkat, maka besarnya konsumsi juga
akan terus meningkat
B. SEKTOR LISTRIK, GAS, DAN AIR BERSIH
Sektor ini merupakan sektor penunjang seluruh kegiatan ekonomi, dan
sebagai infrastruktur yang mendorong aktivitas proses produksi maupun untuk
pemenuhan kebutuhan masyarakat. Kontribusi sektor ini dalam menyumbang
pendapatan (PDB) mungkin tidak terlalu besar dibandingkan dengan sektor lainnya,

namun tanpa adanya sektor tersebut, bukan tidak mungkin kegiatan perekonomian
tidak akan berjalan, karena pentingnya peranan listrik, gas, dan air bersih dalam
kegiatan ekonomi.
Listrik, gas, dan air bersih merupakan bagian dari sektor energy. Sektor energy
memiliki peranan penting dalam kegiatan perekonomian nasional. Secara sektoral,
konsumsi energi di Indonesia yang terbesar adalah sektor transportasi, kemudian
sektor industri, dan kemudian sektor rumah tangga. Peningkatan konsumsi energi
pada sektor transportasi dan industri yang jauh lebih cepat daripada sektor rumah
tangga disebabkan oleh peningkatan kegiatan industri di Indonesia.
Di masa mendatang, kebutuhan akan energi diperkirakan akan terus
meningkat dari tahun ke tahun. Karena tingkat kebutuhan yang terus meningkat, maka
besarnya konsumsi juga akan terus meningkat. Karena besarnya peranan sektor ini
dalam pembangunan ekonomi, maka diharapkan ada kebijakan yang sesuai untuk
menjaga kesinambungan cadangan energi bagi masyarakat.
Adapun peranan masing-masing sub sektor adalah sebagai berikut.

Peranan sub sector listrik


Sub sektor listrik meliputi pembangkitan tenaga listrik dan
pengoperasian jaringan distribusi guna penyaluran listrik, untuk dijual
kepada konsumen, baik oleh PLN maupun bukan PLN. Sekarang ini,
energi listrik telah menjadi kebutuhan pokok bagi masyarakat, seperti
halnya air bersih, sembako, dan BBM. Energi listrik dibutuhkan dalam
skala rumah tangga maupun dalam kegiatan industri.
Dalam kegiatan rumah tangga pada masa sekarang, sudah tidak
bisa terlepas dari kebutuhan akan energi listrik. Berbagai alat rumah
tangga seperti televisi, mesin cuci, dan setrika tidak bisa digunakan tanpa
energi listrik. Energi listrik juga dapat digunakan untuk aktivitas dalam
industri rumah tangga seperti menjahit baju dan salon. Jadi secara
langsung maupun tidak langsung, energi listrik turut berperan dalam
meningkatkan kegiatan ekonomi di sektor industri rumah tangga. Dalam
skala yang lebih besar, energi listrik dibutuhkan dalam kegiatan industri,

seperti industri tekstil, transportasi, kesehatan, hiburan, dsb.


Peranan Sub Sektor Gas

Indonesia adalah kawasan yang kaya akan sumber daya, walaupun


sumur-sumur minyak yang dimiliki Indonesia tidak sebesar di masa lalu.
Fluktuasi permintaan dan penawaran minyak di pasar dunia akan
mendorong gas alam menjadi salah satu alternatif energi paling ekonomis.
Indonesia merupakan negara pengekspor gas alam dalam bentuk cair
(LNG) terbesar di dunia saat ini, walaupun dari segi cadangan hanya 1,4%
dari cadangan dunia.
Cadangan gas yang besar ada di wilayah Kalimantan Timur,
Sumatera Selatan, Irian Jaya, dan Natuna Timur. Untuk daerah Aceh telah
mengalami banyak penyusutan dalam cadangan gas yang dimiliki yang
merupakan akibat dari produksi besar untuk memenuhi ekspor LNG.
Pengguna gas bumi di Indonesia dibagi dalam tiga kelompok besar
yaitu segmen rumah tangga, komersial, dan industri. Rumah tangga
mengkonsumsi gas untuk kebutuhan rumah tangga seperti memasak,
pemanas air, dan pendingin ruangan. Kompetitor bagi gas bumi di
kelompok ini adalah minyak tanah bagi kelompok rumah tangga
menengah kebawah, dan elpiji untuk kelompok rumah tangga menengah
ke atas. Segmen komersial memanfaatkan gas untuk kepentingan usaha
seperti memasak, pendingin ruangan di rumah makan, rumah sakit, hotel,
dan sebagainya. Sedangkan konsumen industry memanfaatkan gas dalam
jumlah besar untuk proses produksinya. Gas juga dibutukan dalam
menghasilkan listrik di PLTG. Gas yang dihasilkan dalam ruang bakar
pada PLTG akan menggerakkan turbin dan kemudian generator yang akan
mengubahnya menjadi energy listrik.
Hal-hal tersebut menunjukkan betapa pentingnya peranan gas
sebagai energi untuk pembangunan sangatlah vital. Oleh karena itu,
penting sekali pengembangan manajerial dan cadangan energi gas selalu
dilakukan bahkan mengembangkan jenis energi alternatif sebagai subtitusi
energi gas tersebut.
Peranan Sub Sektor Air Bersih
Manusia dan semua makhluk hidup membutuhkan air sebagai salah
satu sumber kehidupan. Menurut Undang-undang Republik Indonesia
Nomor 7 tahun 2004 tentang Sumber Daya Air, yang dimaksud dengan

sumber daya air adalah air, sumber air, dan daya air yang terkandung di
dalamnya. Sedangkan air adalah semua air yang terdapat pada, diatas,
ataupun di bawah permukaan tanah, termasuk dalam pengertian ini air
permukaan, air tanah, air hujan, dan air laut yang berada di darat.
Pengelolaan sumber daya air adalah upaya merencanakan, melaksanakan,
memantau, dan mengevaluasi penyelenggaraan konservasi sumber daya
air, dan pengendalian daya rusak air.
Air merupakan salah satu sumber kehidupan yang mutlak
diperlukan untuk semua makhluk hidup. Namun bila tidak dikelola dengan
benar, air bisa menjadi bencana. Air juga merupakan sumber daya alam
yang bisa dimanfaatkan untuk membangkitkan energi listrik melalui Pusat
Listrik Tenaga Air (PLTA). Untuk dapat menjadi pembangkit energi listrik,
biasanya air dikumpulkan dalam satu waduk.
Dalam menjalankan produksinya,

sektor

industri

juga

membutuhkan air, baik untuk bahan baku, menghasilkan uap, kebersihan,


air minum, dan sebagainya. Jika pengelolaan air ini tidak dilakukan
dengan benar maka pada suatu saat akan terjadi krisis energi air yang pasti
akan menghambat laju pertumbuhan ekonomi nasional.
Perubahan sosial ekonomi juga mempengaruhi perilaku konsumen
dalam mengkonsumsi air bersih, baik untuk kebutuhan primer maupun
sekunder. Pada masa sekarang ini penggunaan air bersih telah merupakan
unsur mutlak dalam kehidupan modern dan selain sebagai sarana dan
prasarana industri, air bersih juga mampu memenuhi kebutuhan hidup
dalam kehidupan sehari-hari disektor rumah tangga (Tedjakusuma,
dkk,2001 : 2).
Sektor perekonomian tidak bisa terlepas dengan sumber daya
manusia dalam menjalankan proses produksinya. Manuasi dalam hal ini
adalah tenaga kerja sebagai subjek pembangunan merupakan salah satu
faktor produksi yang sangat penting dalam menggerakkan roda
perekonomian diberbagai bidang.
Analisis mengenai ketenagakerjaan diharapkan dapat memberikan
kontribusi dalam memotret kondisi social dan ekonomi pekerja dilihat dari

sisi rumah tangganya. Penyerapan tenaga kerja pada sektor listrik, gas, dan
air bersih mungkin tidak sebesar pada sektor lainnya. Tetapi meskipun
jumlahnya relatif sedikit dapat meningkatkan jumlah pendapatan per
kapita penduduk serta mengurangi jumlah pengangguran.
C. PERKEMBANGAN SEKTOR LISTRIK, GAS, DAN AIR BERSIH
Perkembangan sector listrik, gas, dan air bersih selama tahun 2001 sampai
dengan tahun 2010 dapat dilihat dari data PDB berdasarkan harga konstan tahun
2000. Nilai PDB sector listrik, gas, dan air bersih menggambarkan kontribusi sector
tersebut terhadap total PDB Indonesia. Grafik berikut menunjukkan nilai PDB sector
sector listrik, gas, dan air bersih selama tahun 2001-2010.

Selama sepuluh tahun tersebut, nilai PDB sector listrik, gas, dan air bersih
mengalami kenaikan pada setiap tahunnya yang berkisar antara 7.111,9 hingga
18.050,2 miliar. Hal ini menunjukkan perkembangan yang cukup baik pada setiap
sub sektornya. Pada sektor ini, sumbangan terbesar berasal dari sub sektor listrik.
Sehingga jika jumlah PDB sub sektor listrik mengalami penurunan akan berakibat
menurunnya nilai PDB sektor ini yang di distribusikan kepada PDB Indonesia.
Tetapi pertumbuhan PDB sector ini tidak diikuti dengan kenaikan laju
pertumbuhan maupun kontribusi sector ini terhadap PDB Indonesia. Data
mengenai laju pertumbuhan dan kontribusinya terhadap PDB dapat dilihat dalam
tabel berikut ini.
Tahun
2001
2002
2003
2004
2005
2006
2007
2008
2009
2010

Laju Pertumbuhan (%)


7,92
8,94
4,87
5,3
6,3
5,76
10,33
10,92
14,29
5,3

Kontribusi (%)
1,73
0,66
0,66
0,66
0,66
0,66
0,69
0,72
0,80
0,80

Secara umum, laju pertumbuhan selama tahun 2001 hingga 2010


cenderung mengalami peningkatan kecuali pada tahun 2003, 2006, dan tahun
2010. Laju pertumbuhan terendah terjadi pada tahun 2003 yang mencapai titik
4,87%. Dan titik tertinggi sebesar 14,29% terjadi pada tahun 2009. Sedangkan

untuk persentase kontribusi sektor ini terhadap PDB Indonesia mengalami


penurunan drastis pada tahun 2002 dan stagnan hingga tahun 2006 pada nilai
0,66%. Pada tahun 2007, kontribusi sektor ini mengalami peningkatan secara
perlahan hingga mencapai jumlah 0,80%. Untuk perkembangan PDB sektor ini
maupun kontribusinya terhadap PDB Indonesia akan dijelaskan lebih lanjut pada
sub bab ini.
Sektor listrik, gas, dan air bersih terdiri dari 3 sub sektor, yaitu sub sektor
listrik, sub sektor gas, dan sub sektor air bersih. Berikut ini adalah data mengenai
jumlah PDB tiap sub sektor yang disumbangkan ke PDB Indonesia selama tahun
2004 hingga tahun 2010.

1. Tahun 2001
Pada tahun 2001 pertumbuhan PDB sektor ini sebesar 7.9% dengan kontribusi
sebesar 1.73%. Dalam satuan rupiah, jumlah PDB yang hasilkan oleh sektor ini adalah Rp
7.111,9 milyar. Pada tahun ini, terdapat 24 wilayah yang tersebar di hampir semua provinsi
di Indonesia yang mengalami krisis pasokan listrik yang disebabkan oleh adanya
ketidakseimbangan antara penawaran dan permintaan tenaga listrik. Di satu sisi tingkat
pertumbuhan konsumsi listrik yang relatif cukup tinggi, namun di sisi lain kemampuan
pemenuhan akan tenaga listrik mengalami stagnasi. Dengan kondisi demikian, maka tidak

mengherankan jika di hampir semua daerah di Indonesia mengalami pemadaman akibat


terbatasnya kemampuan suplai.
Penyerapan tenaga kerja sektor listrik, gas dan air bersih pada tahun ini sebesar
281.599 jiwa dengan persentase 0,31% untuk jumlah kontribusi penyerapan tenaga kerja
terhadap sektor perekonomian Indonesia. Nilai ini merupakan nilai tertinggi selama tahun
2001 sampai dengan 2010. Dari jumlah tersebut dapat diketahui jumlah pendapatan perkapita
yang bekerja di sektor ini, yakni sebesar Rp 25.255.416,39. Nilai ini merupakan nilai
terendah selama tahun 2001 hingga 2010.

Penduduk 15 tahun ke atas yang Bekerja Menurut Lapangan Pekerjaan Utama (Orang) serta
kontribusinya
2001
2002
2003
2004
2005
2006
2007 2008
2009
2010
281.599 178.279 156.358 228.297 194.642 228.018 174.884 201.114 223.054 234.070

2. Tahun 2002
Pada tahun ini laju pertumbuhan sektor ini mengalami kenaikan hingga mencapai
titik 8.94% tetapi hal ini tidak diikuti dengan kenaikan kontribusinya. Untuk persentase
kontribusinya mengalami penurunan yang cukup drastis. Persentase kontribusinya yakni
sebesar 0.66%. Pada tahun ini PDB yang dihasilkan oleh sektor ini, yaitu sebesar Rp. 9.868,2
milyar. Penurunan laju pertumbuhan pada tahun ini disebabkan karena terjadinya
peningkatan biaya produksi pembangkitan listrik yang tidak sepadan diikuti oleh kenaikan
harga listrik. Produksi listrik di Indonesia memerlukan bahan bakar yang sangat berbasis
pada penggunaan bahan bakar fosil. Bahan bakar fosil seperti minyak bumi dan batu bara
semakin hari semakin sulit diperoleh dan harganya pun semakin mahal. Akibatnya biaya
produksi listrik mengalami kenaikan. Kenaikan biaya produksi seharusnya diikuti dengan
kenaikan harga listrik. Namun kadang pemrintah tidak dapat bagitu saja menaikkan Tarif
Dasar Listrik (TDL), mengingat kemampuan masyarakat yang kurang.

Pada tahun ini jumlah tenaga kerja yang bekerja di sektor listrik, gas, dan air bersih
mengalami penurunan yang cukup drastis pula meskipun tidak pada titik terendah. Jumlah
tenaga kerja pada tahun ini sebesar 178.279 jiwa yang bekerja pada sektor ini. Jumlah ini
hanya berkontribusi sebesar 0,19% terhadap penyerapan tenaga kerja sektor perekonomian
di Indonesia. Sehingga jumlah pendapatan per kapita yang diperoleh oleh pekerja yang
bekerja di sektor ini adalah sebesar Rp 55.352.565.36. pendapatan per kapita pada tahun ini
mengalami kenaikan sebesar 19,17% dari tahun sebelumnya. Kenaikan ini bukan karena
jumlah PDB yang dihasilkan sektor ini mengalami peningkatan yang sangat tinggi tetapi
dikarenakan jumlah tenaga kerja di sektor ini mengalami penurunan.

3. Tahun 2003
Pada tahun 2003 laju pertumbuhan PDB sektor ini mengalami penurunan yang cukup
berarti yakni sebesar 4.87% tetapi kontribusinya tetap yaitu sebesar 0.66%. PDB yang
dihasilkan untuk sektor ini sebesar Rp 10.349,2 milyar. Perubahan bauran energi (bahan
bakar) pembangkit daya listrik dilakukan tahun ini sehingga jumlah konsumsi gas alam
mengalami peningkatan.

Hal ini dilakukan untuk mencegah kemungkinan krisis listrik

jangka panjang serta memulihkan margin cadangan daya listrik, yang sebagian besar akan
menggunakan bahan bakar gas dan batu bara.
Jumlah tenaga kerja yang terserap pada tahun ini sebesar 156.368 jiwa. Jumlah ini
mengalami penurunan dari tahun sebelumnya yakni sebesar 0,03%. Pada tahun ini
pendapatan perkapita sebesar Rp 66.184.897,17. Peningkatan yang terjadi pada tahun ini
tidak sebesar peningkatan pada tahun sebelumnya. Pada tahun ini laju pertumbuhan dan
jumlah tenaga kerja mengalami penurunan.
4. Tahun 2004
Pada tahun 2004 pertumbuhan PDB sektor ini mengalami kenaikan sebesar 0,43%
tetapi kontribusi sector ini terhadap PDB nasional tetap yaitu sebesar 0.66% dengan nilai
nominal sebesar Rp 10.897,6 milyar. Jumlah PDB tersebut mendapat sumbangan terbesar
dari sub sektor listrik yakni sebesar Rp 7.468,5 milyar. Pada tahun ini untuk meningkatkan
pasokan energi listrik, di Jawa Barat telah dilakukan penyiapan pemanfaatan sumber panas
bumi yang diharapkan dalam lima tahun kedepan, pembangkit tersebut telah terkoneksi dan
memberi pasokan ke sistem jaringan Jawa-Bali.

Untuk sub sektor gas hanya menyumbang PDB sebesar Rp 1.639 miliar. Pada tahun
ini jumlah ekspor gas alam cair yang dilakukan Indonesia mengalami penurunan dengan
munculnya produksi gas alam dalam jumlah besar dari Qatar, Australia, dan Rusia.
Sedangkan sub sektor air bersih menyumbang sebesar Rp 1.789,6 miliar.
Sebanyak 228.297 jiwa bekerja di sektor ini, jumlahnya mengalami kenaikan dari
tahun sebelumnya meskipun hanya sebesar 0,06%. Dari jumlah tersebut dapat diperoleh
jumlah pendapatan per kapita tenaga kerja sektor ini yakni sebesar Rp 47.734.311,01. Pada
tahun ini, jumlah tenaga kerja yang bekerja disektor ini mengalami peningkatan yang sangat
pesat tanpa diikuti oleh pertambahan PDB yang dihasilkan. Hal ini mengakibatkan
penurunan pendapatan per kapita sehingga menunjukkan bahwa kesejahteraan masyarakat
berkurang. Tetapi terdapat dampak positifnya yaitu jumlah pengangguran sedikit berkurang
karena terserapnya pengangguran tersebut pada sektor ini.
5. Tahun 2005
Pada tahun 2005 pertumbuhan sektor ini mengalami kenaikan kembali namun secara
perlahan yakni sebesar 6.3% dengan persentase kontribusi PDB yang tetap tetap yaitu
sebesar 0.66%. Dalam satuan rupiah, PDB yang dihasilkan sector ini sebesar Rp 11.598,1
milyar. Jumlah tersebut merupakan sumbangan dari sub sektor listrik sebesar Rp 7.967.6
milyar. Pada tahun ini terjadi kenaikan harga BBM. Selain berdampak pada sektor industri,
hal ini juga berpengaruh pola pikir masyarakat Indonesia. Dimana mereka lebih memilih
untuk

memenuhi konsumsi pangan dari pada konsumsi non-pangan. Sub sektor gas

menyumbang sebesar Rp 1.745,8 milyar, dan sub sektor air bersih sebesar Rp 1.870,7
milyar.
Air bersih selain digunakan untuk kebutuhan sehari-hari juga digunakan untuk
pengairan. Disaat masyarakat bertambah banyak, maka kebutuhan air pun juga meningkat,
sedangkan disaat musim kemarau pertanian juga membutuhkan air meskipun lahan saat ini
kian menyempit. Tak dipungkiri juga banyaknya kantor dan pabrik yang didirikan juga
menyerap kebutuhan air yang tidak sedikit. Hal inilah yang mendorong kenaikan jumlah
PDB sub sektor air bersih pada tahun ini.
Tenaga kerja yang bekerja di sektor ini sebesar 194.642 jiwa. Jumlah ini mengalami
penurunan dari tahun sebelumnya. Dengan kata lain kontribusi penyerapan tenaga kerja
sektor ini juga mengalami penurunan. Sehingga dapat dihitung jumlah pendapatan perkapita
yang diterima setiap orang adalah Rp 59.586.831,21. Jumlah ini menunjukkan tingkat

kesejahtearaan masyarakat mengalami sedikit peningkatan meskipun harus dikorbankannya


pengurangan jumlah tenaga kerja.
6. Tahun 2006
Pada tahun 2006 pertumbuhan PDB sektor ini mengalami penurunan hingga titik
5,76%. Tetapi untuk persentase kontribusinya masih tetap yaitu sebesar 0.66% dengan nilai
nominal sebesar Rp 12.251 miliar. Penurunan laju sektor ini disebabkan karena sub sektor
listrik yang merupakan penyumbang PDB terbesar mengalami perlambatan dalam
pertumbuhannya.
Dalam sub sektor listrik, PDB yang dihasilkan untuk sub sektor liatrik pada tahun ini
sebesar Rp 8.474 miliar. Laju pertumbuhan pada tahun ini menurun jika dibandingkan
dengan pertumbuhan pada tahun sebelumnya. Penurunan yang terjadi yakni sebesar 0,38%.
Hal ini terjadi karena pada tahun ini telah terjadi beberapa pemadaman di beberaoa wilayah
Indonesia. Pemadaman listrik sering terjadi karena terganggunya pasokan bahan bakar,
ataupun pasokan air yang digunakan sebagai tenaga penggerak generator listrik. Kekurangan
pasokan air biasanya terjadi karena debit air waduk atau sungai yang digunakan untuk
menggerakkan generator berkurang di musim kemarau. Pemadaman listrik juga bisa terjadi
karena kerusakan generator dan alat pembangkit tenaga listrik lainnya.
Sedangkan untuk sub sektor gas jumlah PDB yang disumbangkan sebesar Rp
1.838,9 miliar. Laju pertumbuhan sub sektor gas ini mengalami penurunan yang cukup
signifikan yakni 1,15%. Indonesia melakukan pengurangan suplai gas alam cair untuk
pengiriman kepada pembeli di luar negeri. Pasalnya, produksi LNG dalam negeri mengalami
penurunan. Hal inilah yang menyebabkan penurunan laju pertumbuhan pada sektor ini.
Untuk sub sektor air bersih jumlah PDB-nya adalah sebesar Rp 1.937,4 miliar. Pada
tahun ini, bisnis-bisnis mulai bangkit diantaranya bisnis air minum. Berdasarkan data
Deperin, jumlah perusahaan dan kapasitas industri AMDK terus bertambah. Pada 2004
jumlah industri mencapai 420-an perusahaan dengan kapasitas produksi 9,2 miliar liter per
tahun. Tahun 2005 jumlahnya naik menjadi 460-an perusahaan dengan kapasitas 11,5 miliar
liter per tahun atau naik 25 persen dibanding 2004 dan pada 2006 jumlahnya naik hanya 10
persen menjadi 490an perusahaan dengan kapasitas 12,65 miliar liter per tahun. Untuk itu
terdapat kenaikan konsumsi air yang menyebabkan kenaikan pula pendapatan dari sektor air.
Namun bisnis ini melambat pertumbuhannya sehingga kenaikan pendapatan air pada tahun
ini tidak terlalu signifikan.

Tenaga kerja yang bekerja pada sektor listrik, gas, dan air bersih tahun 2006 yakni
sebesar 228.018 jiwa. Dari jumlah tersebut dapat diketahui besarnya pendapatan per kapita
tiap jiwa tenaga kerja yakni sebesar 53.728.214,44. Pada tahun ini jumlah pendapatan per
kapitanya mengalami penurunan lagi dengan bertambahnya jumlah tenaga kerja.

7. Tahun 2007
Pada tahun 2007 pertumbuhan PDB sektor ini naik drastis sebesar 10,33% dan
kontirbusinya hanya mengalami kenaikan sebesar 0.69%. Dalam satuan rupiah, jumlah PDB
sektor listrik, gas, dan air bersih tahun ini sebesar Rp 13517 milyar. Sub sektor listrik
menghasilkan PDB sebesar Rp 9.122,5 milyar. Jumlah ini mengalami kenaikan sebesar
1,34% dari tahun sebelumnya.
Untuk sub sektor gas menyumbang sebesar Rp 2.393,5 milyar pada tahun 2007.
Diterapkannya kebijakan konversi bahan bakar dari minyak tanah ke gas pada tahun ini telah
memunculkan permasalahan di tingkat masyarakat dan dunia usaha di dalam memenuhi
kebutuhan energinya. Kebijakan tersebut dihadapkan pada ketidaksiapan adaptasi sistem
institusi (produsen dan distributor) dan teknologi yang mencakup stasiun pengisian, tabung
dan kompor gas serta kendaraan pengangkut. Namun, meskipun mengalami kendala dalam
pengoperasiannya, terjadinya konversi bahan bakar ini membuat sub sektor gas mengalami
kenaikan yang signifikan dari tahun sebelumnya. Sedangakan sub sektor air bersih hanya
mengalami kenaikan sebesar 0,46% atau mendapatkan PDB sebesar 2.001,0 milyar.
Penyerapan tenaga kerja sektor listrik, gas dan air bersih pada tahun ini sebesar
174.884 jiwa dengan persentase 0,18% untuk jumlah kontribusi penyerapan tenaga kerja
terhadap sektor perekonomian Indonesia. Jumlah ini mengalami penurunan dari tahun
sebelumnya. Sehingga dapat diketahui jumlah pendapatan perkapita yang bekerja di sektor
ini, yakni sebesar Rp 77.291.233,05. Peningkatan yang sangat baik sebesar 30,49% terjadi
pada tahun ini. Hal ini dikarenakan laju pertumbuhan PDBnya mengalami peningkatan yang
sangat pesat sehingga sektor ini dapat menunjukkan bahwa tingkat kesejahteraan
karyawannya mengalami peningkatan meskipun dilakukannya pengurangan dalam jumlah
tenaga kerja.
8. Tahun 2008

Pada tahun 2008 pertumbuhan PDB sektor ini mengalami sedikit peningkatan hingga
mencapai titik 10,92%. Kenaikan laju pertumbuhan ini juga diikuti kenaikan kontribusinya
terhadap PDB Indonesia meskipu hanya sebesar 0,01%. Jumlah PDB tahun ini dalam satuan
mata uang yakni sebesar Rp 14.993,6 milyar. Sub sektor listrik tetap menduduki peringkat
pertama dalam jumlah PDB yang disumbangkannya dibandingkan dengan sub sektor
lainnya.
Sub sektor listrik pada tahun ini menyumbang sebesar Rp 9.730,1 miliar. Jumlah ini
mengalami peningkatan dalam satuan rupiah. Tetapi hal ini tidak diikuti dengan peningkatan
laju pertumbuhannya. Laju pertumbuhan yang terjadi pada tahun ini jauh lebih rendah
daripada tahun sebelumnya. Hal ini dikarenakan Indonesia mengalami kondisi krisis dalam
penyediaan daya listrik di hampir semua wilayah termasuk P.Jawa-Bali yang merupakan
pusat bisnis di Indonesia. Peningkatan permintaan listrik tidak sebanding dengan jumlah
produksi listrik. Hal ini dapat memperlambat pertumbuhan ekonomi Indonesia khususnya
sektor listrik, gas, dan air bersih. Selain itu, terjadi krisis ekonomi global yang secara tidak
langsung banyak industri yang terkena dampak dari adanya ekonomi global. Penurunan
produksi pada sektor industri juga berdampak pada kebutuhan akan listrik.
Sub sektor gas menyumbang sebesar Rp 3.188,4 miliar. Sedangkan sub sektor air bersih
sebesar 2.075,9 miliar. Perkembangan bidang industri yang semakin pesat terutama
diindonesia, akan membawa dampak yang cukup komplek. Mengenai masalah air, melalui
Perusahaan Daerah Air Minum (PDAM), pemerintah telah berusaha menyediakan dan
memenuhi kebutuhan air minum yang bersih dan bebas polusi. Dari kondisi tersebut,dan
semakin tingginya tingkat pendidikan dan kesadaran masyarakat terhadap kesehatan, maka
diharapkan dapat membawa pengaruh positif terhadap perilaku konsumen dalam
mengkonsumsi air bersih. Untuk itu Perusahaan Daerah Air Minum (PDAM) memerlukan
strategi dengan tujuan mencapai keunggulan kualitas air yang diproduksi.
Disamping itu, peningkatan jumlah pendapatan perkapita penduduk dari tahun ke tahun
menyebabkan permintaan penduduk akan tersedianya air bersih semakin meningkat pula. Hal
ini diindikasikan dengan semakin meningkatnya jumlah pelanggan PDAM tahun 2008 ini
yang menyebabkan meningkat pula pendapatan dari sub sektor air walaupun secara perlahan.
Jumlah tenaga kerja yang terserap pada tahun ini sebesar 201.114 jiwa. Jumlah ini
mengalami peningkatan dari tahun sebelumnya yakni sebesar 0,02%. Pada tahun ini

pendapatan perkapita sebesar Rp 74.552.741,23. Pada tahun ini pendapatan perkapitanya


mengalami sedikit penurunan. Karena peningkatan PDB yang dihasilkan tidak sebanding
dengan peningkatan jumlah tenga kerja.
9. Tahun 2009
Pada tahun 2009 pertumbuhan sektor ini naik kembali sebesar 14,29% tetapi
persentase kontribusinya tetap yaitu sebesar 0,80 %. Jumlah PDB sektor ini yang dihasilkan
pada tahun 2009 yakni sebesar Rp 17.059,8 milyar. Sub sektor listrik menghasilkan PDB
sebesar Rp 10.483,1 milyar. Pendapatan yang didapat sub sektor listrik pada tahun ini
mengalami peningkatan yang cukup signifikan. Hal ini dapat dilihat dari laju pertumbuhan
yang meningkat mencapai 7,74%. Peningkatan ini disebabkan oleh bertambahnya jumlah
rumah tangga maupun unit usaha, sehingga produksi listrik perlu terus ditingkatkan agar
mencukupi kebutuhan rumah tangga maupun dunia usaha. Produksi listrik yang terjual pada
tahun 2009 sebesar 18.497 MWh.
Sub sektor gas menyumbang sebesar Rp 4.496,6 milyar. Sedangkan sub sektor air
bersih sebesar Rp 2,157.1 milyar. Perubahan iklim yang ekstrem terjadi tahun 2009 dimana
terjadi kemarau panjang yang menyebabkan kekeringan parah di beberapa daerah di
Indonesia seperti di gunung kidul jawa tengah. Masyarakat yang biasanya mengandalkan air
dari sungai untuk kebutuhannya terpaksa harus membeli untuk menyokong kebutuhan
airnya, hal ini dimanfaatkan oleh industri air untuk mendapatkan laba yang besar, sehingga
pendapatan dari air untuk negara pun juga meningkat akibat banyaknya industri air yang
berdiri saat ini.
Sebanyak 223.054 jiwa bekerja di sektor ini, jumlahnya mengalami kenaikan dari
tahun sebelumnya. Dari jumlah tersebut dapat diperoleh jumlah pendapatan per kapita tenaga
kerja sektor ini yakni sebesar Rp 76.482.824,79. Pada tahun ini sektor ini dapat
menunjukkan peningkatan kinerjanya yang dapat dilihat dari pendapatan per kapita tenaga
kerjanya. Jumlah pendapatan per kapita tahun ini mengalami peningkatan meskipun jumlah
tenaga kerjanya juga mengalami peningkatan. Dari sini dapat dilihat bahwa tingkat
kesejahteraan tenaga kerjanya mengalami peningkatan.
10. Tahun 2010

Pada tahun 2010 pertumbuhan sektor ini turun drastis sebesar 5.3 % dan jumlah
kontribusinya tetap yaitu sebesar 0,80 %. Jumlah PDB sektor ini yaitu sebesar Rp 18.100
miliar. Lebih dari 50% jumlahnya merupakan sumbangan dari sub sektor listrik.
Sub sektor listrik pada tahun ini menyumbang sebesar Rp 11.050,8 miliar.
Pertumbuhan PDB sub sektor listrik ini mengalami peningkatan dari tahun sebelumnya
meskipun peningkatannya tidak sebesar periode sebelumnya. Peningkatan pada tahun ini
hanya 5,42%. Hal ini dikarenakan berkurangnya pasokan listrik sehingga banyak penduduk
di beberapa daerah yang belum dapat menikmati fasilitas listrik dari PLN. Bahkan meskipun
sudah mendapatkan layanan listrik, sebagian penduduk masih mendapatkan sambungan
listrik setengah hari saja. Hal ini diperparah dengan terjadinya kebakaran pada pusat
pembangkit tenaga listrik yang memasok kebutuhan di wilayah pulau Jawa pada tahun 2009.
Hal ini menyebabkan pemadaman listrik hampir di seluruh Jawa untuk beberapa jam. Selama
penggantian bahan yang terbakar tersebut menyebabkan terjadinya pemadaman listrik secara
bergantia. Kondisi ini mendorong pula penurunan omset penjualan listrik.
Untuk sub sektor gas menyumbang PDB yang cukup besar diabandingkan dengan
sub sektor air bersih yakni sebesar 4,718.0 miliar. Sub sektor air bersih itu sendiri hanya
menyumbang sebesar Rp 2.281,4 miliar.
Penyerapan tenaga kerja sektor listrik, gas, dan air bersih pada tahun ini yakni sebesar
234.070 jiwa. Pada tahun ini mengalami peningkatan dalam jumlah tenaga kerja yang
diserap oleh sektor ini. Disini dapat diketahui jumlah pendapatan perkapita tahun ini yakni
sebesar Rp 77.327.295,25. Pendapatan per kapita ini sedikit mengalami peningkatan dari
tahun sebelumnnya meskipun jumlah tenaga kerjanya juga bertambah. Sektor ini
menunjukkan bahwa sektor ini mampu untuk menyerap tenaga kerja yang cukup banyak
meskipun pada tahun ini terjadi perdagangan bebas CAFTA yang sebelumnya ditakutkan
akan menambah jumlah pengangguran.

D. PDB menurut Lapangan Usaha Triwulan II-2014


1. Besaran PDB Atas Dasar Harga Berlaku dan Harga Konstan 2000
Triwulan II-2014
Pada triwulan II-2014 PDB Indonesia atas dasar harga berlaku mencapai
Rp2.480,8 triliun, meningkat dibanding triwulan I-2014 sebesar Rp2.404,0

triliun. Demikian pula PDB atas dasar harga konstan 2000, meningkat dari
Rp706,7 triliun pada triwulan I-2014 menjadi 724,1 triliun pada triwulan II2014.
Tabel 1
PDB Menurut Lapangan Usaha
Atas Dasar Harga Berlaku dan Harga Konstan 2000
(triliun rupiah)

Harga Berlaku
Lapangan Usaha

Harga Konstan 2000

Triw I-2014

Triw II-2014

Triw I-2014

Triw II-2014

(2)

(3)

(4)

(5)

1. Pertanian, Peternakan, Kehutanan dan Perikanan

360,8

368,3

88,6

91,0

2. Pertambangan dan Penggalian

269,5

266,6

48,3

48,0

3. Industri Pengolahan

566,5

589,1

178,7

183,5

20,6

20,9

5,5

5,5

5. Konstruksi

233,0

245,6

45,8

47,7

6. Perdagangan, Hotel, dan Restoran

346,8

362,4

125,5

130,7

7. Pengangkutan dan Komunikasi

173,7

181,3

77,0

78,9

8. Keuangan, Real Estat, dan Jasa Perusahaan

185,2

189,4

70,7

71,7

9. Jasa-jasa

247,9

257,2

66,6

67,1

(1)

4. Listrik, Gas, dan Air Bersih

Sektor Industri Pengolahan mempunyai nilai tambah terbesar pada


triwulan II-2014 yaitu Rp589,1 triliun, diikuti oleh Sektor Pertanian
sebesar Rp368,3 triliun; disusul Sektor Perdagangan, Hotel, dan Restoran
sebesar Rp362,4 triliun; Sektor Pertambangan dan Penggalian sebesar Rp266,6
triliun; Sektor Jasa- jasa sebesar Rp257,2 triliun; Sektor Konstruksi Rp245,6
triliun; Sektor Keuangan, Real Estat, dan Jasa Perusahaan sebesar Rp189,4
triliun; Sektor Pengangkutan dan Komunikasi sebesar Rp181,3 triliun; dan
terakhir Sektor Listrik, Gas, dan Air Bersih sebesar Rp20,9 triliun.
Pada perhitungan atas dasar harga konstan 2000 Sektor Industri
Pengolahan

dengan

nilai

sebesar Rp183,5 triliun juga memberikan nilai

tambah terbesar, diikuti oleh Sektor Perdagangan, Hotel, dan Restoran Rp130,7

triliun; Sektor Pertanian, Peternakan, Kehutanan, dan Perikanan Rp91,0


triliun;

Sektor Pengangkutan

dan Komunikasi

Rp78,9 triliun; Sektor

Keuangan, Real Estat, dan Jasa Perusahaan Rp71,7 triliun; Sektor Jasa-jasa
Rp67,1 triliun; Sektor Pertambangan

dan

Penggalian Rp48,0 triliun;

Sektor Konstruksi Rp47,7 triliun; dan Sektor Listrik, Gas, dan Air Bersih
Rp5,5 triliun.

2. Pertumbuhan PDB menurut Lapangan Usaha Triwulan II-2014


Kinerja perekonomian Indonesia yang digambarkan oleh perkembangan
PDB atas dasar harga konstan 2000, pada triwulan II-2014 meningkat sebesar
2,47 persen bila dibandingkan
Peningkatan

dengan triwulan sebelumnya (q-to-q).

ini terjadi pada semua sektor ekonomi, kecuali Sektor

Pertambangan dan Penggalian yang mengalami penurunan sebesar 0,52 persen.


Hal ini disebabkan oleh penurunan Subsektor Pertambangan Minyak dan Gas
Bumi dan Subsektor Pertambangan Bukan Migas masing-masing sebesar
0,47 persen dan 2,24 persen.
Sektor

Pertanian,

Peternakan,

Kehutanan

dan Perikanan

pada

triwulan II-2014 tumbuh 2,69 persen (q-to-q), setelah pada triwulan I-2014
meningkat cukup tajam sebesar 22,61 persen. Pertumbuhan triwulan II-2014
didorong oleh Subsektor Tanaman Perkebunan yang bersifat musiman yaitu
tumbuh

51,68

persen, kemudian

persen;

Subsektor

Perikanan

Subsektor
tumbuh

Kehutanan

4,46

persen;

tumbuh

19,56

dan Subsektor

Peternakan dan Hasil-hasilnya tumbuh 1,82 persen, sementara Subsektor


Tanaman Bahan Makanan mengalami penurunan sebesar 10,09 persen.
Sektor Industri Pengolahan tumbuh 2,70 persen (q-to-q), bersumber dari
kenaikan Subsektor Industri Bukan Migas yang tumbuh sebesar 2,88 persen.
Selanjutnya Sektor Listrik, Gas, dan Air Bersih tumbuh 0,52 persen; Sektor
Konstruksi 4,16 persen; Sektor Perdagangan, Hotel, dan Restoran 4,17 persen;
Sektor Pengangkutan dan Komunikasi 2,49 persen; dan Sektor Keuangan,
Real Estat, dan Jasa Perusahaan 1,32 persen; serta Sektor Jasa-jasa 0,73
persen.

PDB Indonesia pada triwulan II-2014 bila dibandingkan dengan triwulan


II-2013 mencerminkan perubahan tanpa dipengaruhi faktor musim (y-on-y)
meningkat sebesar 5,12 persen. Pertumbuhan tertinggi dicapai oleh Sektor
Pengangkutan

dan Komunikasi sebesar 9,53 persen diikuti oleh Sektor

Konstruksi 6,59 persen; Sektor Keuangan, Real Estat dan Jasa Perusahaan
6,18 persen; Sektor Listrik, Gas, dan Air Bersih 5,77 persen; Sektor Jasajasa

5,68

persen;

Sektor

Industri

Perdagangan, Hotel, dan Restoran


Peternakan,

Kehutanan,

Pengolahan
4,53 persen;

dan Perikanan

5,04

persen;

Sektor

dan Sektor Pertanian,

meningkat sebesar 3,39 persen,

sementara Sektor Pertambangan dan Penggalian turun sebesar 0,15 persen.


Sektor Industri Pengolahan memberikan sumbangan terbesar terhadap
total pertumbuhan ekonomi Indonesia

pada

triwulan

II-2014

(y-on-y)

dengan kontribusi sebesar 1,28 persen disusul oleh Sektor Pengangkutan


dan Komunikasi

sebesar 1,00 persen; Sektor Perdagangan,

Hotel, dan

Restoran 0,82 persen; Sektor Keuangan, Real Estat, dan Jasa Perusahaan
0,61 persen; Sektor Jasa-jasa 0,52 persen; Sektor Pertanian, Peternakan,
Kehutanan,

dan

Perikanan

serta

Sektor

Konstruksi

masing-masing

memberikan kontribusi sebesar 0,43 persen; dan Sektor Listrik, Gas, dan Air
Bersih sebesar 0,04 persen.

Laju Pertumbuhan PDB Menurut Lapangan


Usaha
(pers
e)

Triw I-2014

Triw I-2014

Triw II-2014

Semester I-2014

Terhadap

Terhadap

Terhadap

Terhadap

Terhadap

Triw IV-2013

Triw I-2014

Triw I-2013

Triw II-2013

Semester I-2013

Lapangan
Usaha

Triw II-2014

Sumber
Pertumbuh
an Triw II2014
(y-ony)

(1)

(2)

(3)

(4)

(5)

(6)

(7)

1. Pertanian, Peternakan, Kehutanan,

22,61

2,69

3,22

3,39

3,31

0,43

dan Perikanan dan Penggalian


2. Pertambangan

-3,44

-0,52

-0,26

-0,15

-0,21

-0,01

3. Industri Pengolahan

-2,31

2,70

5,13

5,04

5,09

1,28

4. Listrik, Gas, dan Air Bersih

-1,52

0,52

6,31

5,77

6,04

0,04

5. Konstruksi

-5,21

4,16

6,54

6,59

6,57

0,43

6. Perdagangan, Hotel, dan Restoran

-2,80

4,17

4,79

4,53

4,66

0,82

7. Pengangkutan dan Komunikasi

1,10

2,49

10,21

9,53

9,87

1,00

8. Keuangan, Real Estat, dan Jasa

2,19

1,32

6,16

6,18

6,17

0,61

Perusahaan
9. Jasa-jasa

0,33

0,73

5,71

5,68

5,69

0,52

0,97
1,13

2,47
2,61

5,22
5,58

5,12
5,47

5,17
5,53

5,12
-

PDB
PDB Tanpa Migas

PDB Indonesia semester I-2014 dibandingkan dengan semester I-2013


menunjukkan kenaikan sebesar5,17 persen, yang terjadi pada semua sektor kecuali
Sektor Pertambangan dan penggalian turun sebesar 0,21 persen. Pertumbuhan
semester

II-2014

Komunikasi

didorong

sebesar

9,87

oleh
persen;

pertumbuhan
Sektor

Sektor

Konstruksi

Pengangkutan
6,57

persen;

PDB
dan
Sektor

Keuangan, Real Estat, dan Jasa Perusahaan 6,17 persen; Sektor Listrik, Gas, dan Air
Bersih 6,04 persen; Sektor Jasa-jasa 5,69 persen; Sektor Industri Pengolahan 5,09
persen; Sektor Perdagangan, Hotel, dan Restoran 4,66 persen; dan Sektor Pertanian,
Peternakan, Kehutanan, dan Perikanan sebesar 3,31 persen.

3.

Struktur PDB menurut Lapangan Usaha Triwulan II Tahun 2013-2014


Pada triwulan II-2014 lebih dari separuh PDB atas dasar harga berlaku
berasal dari tiga sektor terbesar yaitu Sektor Industri Pengolahan, Sektor

Pertanian, Peternakan, Kehutanan, dan Perikanan, dan Sektor Perdagangan,


Hotel, dan Restoran. Masing-masing

sektor ini memberikan

kontribusi

sebesar 23,75 persen, 14,84 persen dan 14,61 persen terhadap PDB.
Beberapa
triwulan

II-2014

sektor yang mengalami


dibandingkan

peningkatan

peranan

pada

dengan triwulan II-2013 adalah Sektor

Industri Pengolahan dari 23,74 persen menjadi 23,75 persen; Sektor Listrik,
Gas, dan Air Bersih dari 0,77 persen menjadi
Perdagangan,

Hotel, dan Restoran

0,84 persen; Sektor

dari 14,41 persen

menjadi

14,61

persen; Sektor Pengangkutan dan Komunikasi dari 6,85 persen menjadi


7,31 persen; dan Sektor Keuangan, Real Estat, dan Jasa Perusahaan dari 7,51
menjadi 7,63 persen.

Tabel 3
Struktur PDB Menurut Lapangan Usaha
Atas Dasar Harga Berlaku Triwulan I dan II Tahun 20132014
(persen)

2013
Lapangan Usaha

2014

Triw I

Triw II

Triw I

Triw II

(2)

(3)

(4)

(5)

1. Pertanian, Peternakan, Kehutanan, dan Perikanan

15,13

15,05

15,01

14,84

2. Pertambangan dan Penggalian

11,52

10,79

11,21

10,75

3. Industri Pengolahan

23,67

23,74

23,57

23,75

4. Listrik, Gas, dan Air Bersih

0,79

0,77

0,86

0,84

5. Konstruksi

9,90

10,04

9,69

9,90

14,17

14,41

14,43

14,61

7. Pengangkutan dan Komunikasi

6,79

6,85

7,22

7,31

8. Keuangan, Real Estat, dan Jasa Perusahaan

7,57

7,51

7,70

7,63

10,46

10,84

10,31

10,37

100,00
92,39

100,00
92,88

100,00
92,36

100,00
92,67

6. Perdagangan, Hotel, dan Restoran

9. Jasa-jasa
PDB
PDB Tanpa Migas

Você também pode gostar