Você está na página 1de 37

Ns.Ade Supendi,S.

Kep

Fraktur adalah putusnya hubungan normal


suatu tulang atau tulang rawan yang
disebabkan oleh kekerasan. (E. Oerswari, 1989 :
144).
Fraktur atau patah tulang adalah terputusnya
kontinuitas jaringan tulang atau tulang rawan
yang umumnya disebabkan oleh rudapaksa
(Mansjoer, 2000 : 347).

Menurut Sachdeva (1996), penyebab fraktur dapat


dibagi menjadi tiga yaitu :
Cedera traumatik
Fraktur Patologik
Secara spontan

Cedera traumatik pada tulang dapat disebabkan


oleh :
Cedera langsung berarti pukulan langsung
Cedera tidak langsung
Fraktur yang disebabkan kontraksi keras yang
mendadak dari otot yang kuat.

Tumor tulang (jinak atau ganas) :pertumbuhan


jaringan baru yang tidak terkendali dan
progresif.
Infeksi seperti osteomielitis :dapat terjadi
sebagai akibat infeksi akut atau dapat timbul
sebagai salah satu proses yang progresif,
lambat dan sakit nyeri.
Rakhitis :suatu penyakit tulang yang
disebabkan oleh defisiensi Vitamin D yang
mempengaruhi semua jaringan skelet lain,

disebabkan oleh stress tulang yang terus


menerus misalnya pada penyakit polio dan
orang yang bertugas dikemiliteran.

Fraktur tertutup (closed)


Fraktur terbuka (open/compound)
Fraktur complete
Fraktur incomplete
Jenis khusus fraktur

bila tidak terdapat hubungan antara fragmen


tulang dengan dunia luar

Derajat I
luka kurang dari 1 cm
kerusakan jaringan lunak sedikit tidak ada
tanda luka remuk.
fraktur sederhana, tranversal, obliq atau
kumulatif ringan.
Kontaminasi ringan.

Laserasi lebih dari 1 cm


Kerusakan jaringan lunak, tidak luas
Fraktur komuniti sedang.

Terjadi kerusakan jaringan lunak yang luas


meliputi struktur kulit, otot dan neurovaskuler
serta kontaminasi derajat tinggi.

Patah pada seluruh garis tengah tulang dan


biasanya mengalami pergerseran (bergeser dari
posisi normal).

Patah hanya terjadi pada sebagian dari garis


tengah tulang

Bentuk garis patah


Garis patah melintang

Garis pata obliq

Garis patah spiral

Fraktur kompresi
Fraktur avulsi

Fraktur komunitif garis patah lebih dari satu


dan saling berhubungan.
Fraktur segmental garis patah lebih dari satu
tetapi saling berhubungan
Fraktur multiple garis patah lebih dari satu
tetapi pada tulang yang berlainan.

Fraktur tidak bergeser garis patali kompli


tetapi kedua fragmen tidak bergeser.
Fraktur bergeser, terjadi pergeseran fragmenfragmen fraktur yang juga disebut di lokasi
fragmen (Smeltzer, 2001:2357).

TANDA DAN GEJALA

Deformitas
Bengkak
Perubahan Warna
Echumosis dari Perdarahan
Spasme otot spasme involunters dekat fraktur
Tenderness/keempukan
Nyeri
Kehilangan sensasi
Pergerakan abnormal
Shock hipovolemik
Krepitasi

Foto Rontgen
Untuk mengetahui lokasi fraktur dan garis
fraktur secara langsung, Mengetahui tempat
dan type fraktur, Biasanya diambil sebelum
dan sesudah dilakukan operasi dan selama
proses penyembuhan secara periodik
Artelogram dicurigai bila ada kerusakan
vaskuler
Hitung darah lengkap

PROSES PENYEMBUHAN

Fase hematum
Dalam waktu 24 jam timbul perdarahan,
edema, hematume disekitar fraktur
Fase granulasi jaringan
Terjadi 1 5 hari setelah injury, Itematome
berubah menjadi granulasi jaringan yang berisi
pembuluh darah baru fogoblast dan osteoblast
Fase formasi callus
Terjadi 6 10 harisetelah injuri, Granulasi
terjadi perubahan berbentuk callus

Mulai pada 2 3 minggu setelah fraktur


sampai dengan sembuh, Callus permanent
akhirnya terbentuk tulang kaku dengan
endapan garam kalsium yang menyatukan
tulang yang patah

Dalam waktu lebih 10 minggu yang tepat


berbentuk callus terbentuk dengan oksifitas
osteoblast dan osteuctas

Komplikasi awal
Syok
Sindrom emboli
lemak
Sindroma
kompartemen

Komplikasi lambat
Penyatuan
fragmen
terlambbat
Tidak ada
penyetuan
Nekrosis avaskuler
tulang
Reaksi terhadap
alat fiksasi interna

PENGKAJIAN
Terkait dengan pengkajian pada fraktur dilihat
dan disesuaikan dengan terjadinya tempat dan
kejadian fraktur itu sendiri
Hitung darah lengkap
Radiologi
EKG

Kerusakan mobilitas fisik


Nyeri
Resiko terhjadap kerusakan integritas kulit
Resiko terjadinya disfungsi neurovaskuler perifer
Gangguan perfusi jaringan perifer
Kurang perawatan diri
Kurang pengetahuan mengenai proses penyakit
dan program pengobatannya
Resiko terhadap cidera
Intoleransi aktifitas

Keletihan
Perubahan penampilan peran
Gangguan harga diri
Gangguan citra diri
Koping individual tidak efektif
Ketidak berdayaan
Perubahan peran dalam keluarga
Resiko terhadap terjadinya infeksi
Konstipasi
Gangguan pola tidur
Perubahan nutrisi : kurang dari kebutuhan tubuh

PENATALAKSANAAN

Sasaran penanganan fraktur :


Mengembalikan fragmen tulang ke posisi
anatomis
Mempertahan kan reduksi sampe terjadi
proses penyembuhan
Mempercepat pengembalian fungsi dan
kekuatan normal bagian yang terkena.

Reduksi tertutup
Traksi
Reduksi terbuka

Alat ekstera
Bebat
Brance
Case
Pin dalam gips
Fiksator eksterna
Traksi
Balutan

Alat interna
Nail
Plat
Sekrup
Kawat
Batang

Fraktur Reduction

Manipulasi atau penurunan tertutup,


manipulasi non bedah penyusunan kembali
secara manual dari fragmen-fragmen tulang
terhadap posisi otonomi sebelumnya.

Pembalutan (gips)
Eksternal Fiksasi
Internal Fiksasi
Pemilihan Fraksi

Pembedahan debridement dan irigrasi


Imunisasi tetanus
Terapi antibiotic prophylactic
Immobilisasi

Segera pada keadaan cidera, pasien berada pada


posisi yang sangat membingungkan secara
sikologis, biasanya tidak menyadari adanya
fraktur dan akan memaksakan berjalan dengan
tungkai yang patah.
Segera lakukan imobilisasi fragmen, lakukan
pembidaian.

SEMOGA BERMANFAAT

Você também pode gostar