Você está na página 1de 17

Pengelolaan Limbah Pada

Budidaya Perikanan

DITERJEMAHKAN OLEH :
ROMI NOVRIADI
PHPI Pelaksana Lanjutan
NIP : 19811111 200502 1 002
PENGELOLAAN LIMBAH PADA BUDIDAYA PERIKANAN
Praktek Pengelolaan yang Baik Untuk Mengurangi Limbah Budidaya Perikanan

Pertumbuhan budidaya perikanan telah menyebabkan kepada sebuah


peningkatan dalam penggunaan pakan untuk meningkatkan produksi. Limbah
yang dihasilkan dari penggunaan pakan pada budidaya perikanan akan menjadi
perhatian utama pada makalah ini. Di wilayah Virginia barat, jumlah produksi
tahunan ikan tuna dan char pada usaha komersil mendekati 700,000 pon.
Dibandingkan dengan jumlah produksi sapi, angka ini tidak terlalu signifikan;
Namun bagaimanapun, ketika industri tumbuh, kita harus menyadari bahwa
sumberdaya air yang kita miliki adalah terbatas dan berbagai upaya harus
dilakukan untuk mendukung atau meningkatkan kualitas sumberdaya air di
Negara tersebut.
Dengan meningkatnya perhatian terhadap pengelolaan tambak yang
ramah lingkungan , dan kemampuan untuk memenuhi peraturan dari EPA dan
badan hukum lainnya, maka industri budidaya perikanan telah memusatkan
perhatian pada bagaimana cara untuk mengurangi limbah (dampak lingkungan)
dari fasilitas budidaya. Dengan memilih pakan yang sesuai selama siklus
produksi, dan memberikan perhatian yang lebih teliti terhadap metoda pemberian
pakan dan jumlah padatan yang dihasilkan, dengan cara ini pengelola dapat
mengurangi limbah. Sebagai contoh penelitian menunjukkan bahwa kombinasi
pakan berkualitas dengan pengelolaan hati-hati pada sebuah sistem budidaya
yang dirancang dengan baik dan adanya wilayah pengumpulan bahan padat,
dapat mengurangi penguraian zat-zat nutrient sebanyak 50% (Hulbert, 2000).
Jika fasilitas seperti ini akan dibangun atau dimodifikasi, pengurangan yang lebih
besar dapat dihasilkan.
Keputusan Dewan wilayah menghendaki seluruh pengolahan air industri
sesuai dengan standart yang diberlakukan. Penyelenggaraan peraturan ini di
daerah Virginia barat telah didelegasikan ke Departemen perlindungan
lingkungan Negara bagian Virginia barat. Hukum ini tidak sama
penyelenggaraannya di seluruh Negara bagian, karena klasifikasi budidaya
perikanan berbeda dari satu Negara bagian ke Negara bagian lainnya (Ewart,
1995). Limbah agrikultur memiliki sedikit pemisahan keras dibandingkan dengan
industri yang berbasiskan limbah. Beberapa Negara bagian memiliki klasifikasi
akuakultur sebagai sebuah kegiatan pertanian . saat ini, di Virginia barat hukum
mengkategorikan limbah budidaya perikanan (akuakultur) sebagai sebuah
limbah industri. Ijin pengolahan (NPDES) dibutuhkan jika sebuah unit melakukan
penguraian lebih dari 30 hari setahun atau memproduksi diatas 20,000 lbs per
tahun1.
Banyak tambak ikan yang beroperasi di Virginia barat tidak menggunakan
penyaring atau kolam untuk mengurangi jumlah limbah yang meninggalkan
tambak. Hasil ini ditinjau dari sisi negatifnya sering membutuhkan banyak biaya
dibandingkan jika para pembudidaya mengelola limbah di tambaknya. Peraturan
baru yang dikeluarkan oleh EPA diharapkan, parameter didasarkan pada Total
Maximum Daily Load/ Jumlah maksimal masukan harian (TMDL’s) dibandingkan
dengan batasan konsentrasi (mg/l). Surat ijin MDL diberlakukan di Eropa dan
Idaho dan telah terbukti efektif. Divisi Kualitas Lingkungan Negara bagian Idaho
telah mempublikasikan informasi yang berguna tentang pengelolaan limbah
budidaya perikanan (Panduan Pengelolaan Limbag Negara Bagian Idaho Untuk
Kegiatan Budidaya Perikanan). Masing-masing batas air dapat memiliki
perbedaan batas jumlah zat-zat nutrient atau penggunaan air, oleh karena itu
peraturan bersifat fleksibel, bergantung pada batas yang diperkenankan oleh
lingkungan terhadap kandungan zat-zat nutrient pada batas-batas air.
Penyediaan air untuk umum, air untuk budidaya ikan tuna, keperluan rekreasi,
dan untuk penggunaan industri akan terkena dampak terhadap batasan
penguraian yang diijinkan.
Perlakuan titik sumber yang juga dikenal sebagai “biaya yang dikeluarkan
secara internal” pada ekonomi. Jika industri terus berjalan, biaya pengelolaan
limbah harus disediakan secara internal. Praktek pengelolaan yang baik yang
ditunjukkan pada makalah ini dapat membantu mengurangi biaya pengeluaran
untuk mengatasi hal ini. Biaya akan ditujukan setelah membagi jenis-jenis
berbeda dari limbah. Limbah dari tambak ikan secara umum terbagi menjadi tiga
bentuk : Limbah hasil metabolisme, Limbah kimia dan zat-zat pathogen.

Pengelolaan Pakan.

Selama satu dekade yang lampau, penelitian tentang gizi dan pakan telah
menunjukkan betapa pentingnya kandungan dalam pakan tuna. Dengan memilih
phytate dengan konsentrasi rendah untuk formulasi pakan ikan tuna, maka
posfor yang dikeluarkan ikan hanya sedikit. Sebagian besar posfor yang
dimasukkan kedalam protein tidak diserap oleh ikan tuna karena posfor tidak
dapat dicerna oleh binatang yang memiliki satu perut (Hardy,1999). Pendekatan
yang lain, untuk meningkatkan kemampuan daya cerna dan pemanfaatan posfor
pada pakan, adalah dengan meningkatkan jumlah Phytase dalam pakan (Baker
et al., 2001; Papatryphon,1999; Jackson et al., 1996). Pendekatan ini akan lebih
efektif pada speseis ikan yang hidup di air hangat. Suhu air yang lebih rendah
bila dikaitkan dengan budidaya ikan tuna akan mengurangi dampak dari
penambahan Phytase ini (Rodehutscord dan Pfeffer, 1995). Hubungan pada ikan
tuna antara peningkatan kandungan posfor dan 3-Phytase pada pakan tuna
menunjukkan hasil yang lebih efektif dengan jumlah Phytase antara 500 hingga
2000 FTU/Kg (Baker et al., 2001).
Pemilihan cara lainnya, adalah pakan dengan Energi tinggi, merupakan
tekhnik pengelolaan lainnya yang dapat digunakan untuk mengurangi limbah.
Saat ini pakan pellet dengan energi-tinggi telah menunjukkan adanya
pengurangan konversi pakan pada ikan tuna tanpa mengurangi tingkat
pertumbuhannya, dengan demikian, hal ini dapat mengurangi limbah (Bender et
al., 1999). Kandungan lemak dapat ditingkatkan tanpa menggunakan tekhnik
pelapisan, dimana lemak dimasukkan kedalam sebelum pellet dibentuk. Dengan
demikian akan memberikan pencampuran yang lebih homogen. Pakan jenis ini
dapat dibuat baik untuk kondisi tenggelam atau mengapung. Pakan mengapung
merupakan cara lain yang dapat membantu pengelola mencegah terjadinya
pemberian pakan berlebih. Pakan yang tidak dimakan akan dapat terlihat
sebagai bukti dari pemberian pakan berlebih. Biaya tinggi dari pakan jenis ini
merupakan alasan utama para pembudidaya untuk tidak menggunakannya.
Namun ketika disadari bahwa pakan ini dapat mengurangi biaya untuk
pengelolaan limbah, disertai dengan rasio konversi pakan, pakan dengan jenis
energi tinggi ini terbukti lebih ekonomis dibandingkan dengan pakan pelet yang
digunakan pada umumnya.
Dengan meminimalisasi penanganan pakan dan waktu penyimpanan, nilai
konversi pakan dapat ditingkatkan. Penanganan yang berlebihan pada sebagian
besar pakan secara umum akan menyebabkan pakan tersebut tidak dimakan
oleh ikan. Pemberian pakan secara teratur dan sistem inventarisasi yang baik
akan menjaga pakan tetap segar. Hal ini khususnya penting dilakukan pada
bulan-bulan musim panas ketika masa penyimpanan pakan berkurang.

Penghilangan Bahan Padatan dan Limbah Hasil Metabolisme

Limbah hasil metabolisme dapat terbentuk menjadi dua :Terlarut dan


tersuspensi. Ketika menentukan jumlah limbah yang akan dihasilkan oleh
sebuah sistem budidaya, Jumlah pakan yang digunakan pada sistem budidaya
merupakan sebuah sebuah faktor yang sangat penting. Pada sebuah tambak
yang dikelola dengan baik, Kira-kira sebanyak 30% dari jumlah pakan yang
digunakan akan menjadi limbah padat. Pemberian pakan cenderung akan
meningkat seiring dengan meningkatnya suhu. Jadi, jumlah limbah sering lebih
besar pada musim panas ketika rata-rata pemberian pakan lebih tinggi.
Disamping memilih pakan yang berenergi tinggi untuk proses asimilasi yang
lebih besar, usaha pengelolaan limbah akan lebih efektif jika difokuskan pada
penghilangan limbah zat padat. Perlakuan yang utama, atau penghilangan zat
padat, harus dilakukan secepat mungkin untuk mengurangi penguraian limbah
tersebut. Penguraian akan menyebabkan larutnya nutrien kedalam air.
Akumulasi limbah yang berlebihan diketahui sebagai penyebab penyakit pada
operasional budidaya ikan.
Pola arus air pada sebuah unit produksi sangat penting untuk pengelolaan
limbah karna arus yang lebih baik akan meminimalisasi proses penguraian.
penguraian feces ikan dan membuat pengendapan lebih cepat dan memekatkan
padatan yang dapat mengendap. Keadaan ini akan menjadi kritis karena jumlah
yang tinggi dari feces ikan yang tidak terurai dapat dengan cepat ditangkap
sehingga akan dengan cepat mengurangi jumlah limbah organik terlarut
(Mathhieu dan Timmons, 1993). Sebuah pengurangan pada jumlah polusi ke
arah muara merupakan pencapaian terbaik dari pemindahan zat padat pada
bentuk yang dapat mengendap sebelum diuraikan untuk konsumsi air umum.
Dengan penyelesaian ke arah luar muara, limbah padatan melindungi hewan-
hewan benthos dan mengurangi jumlah oksigen dimana akan mengurangi
biodiservitas dari sungai.
Limbah Terlarut

Limbah terlarut merupakan bagian lain dari limbah hasil metabolisme.


Limbah ini termasuk ke dalam bentuk dari Kebutuhan Oksigen secara Biologi
(KOB) dan Kebutuhan Oksigen secara Kimiawi (KOK). KOB dipertimbangkan
sebagai pengukuran jangka panjang dari tingkat konsumsi oksigen. Karena KOB
ini tidak dapat diketahui hingga jauh hari setelah air meninggalkan tambak. Di
lain sisi, KOK merupakan pengukuran jangka pendek karena kehilangan jumlah
oksigen, untuk sebagian besar terjadi didalam tambak.
Limbah terlarut terdapat dalam beberapa bentuk : ammonia, nitrit, nitrat
(termasuk:Nitrogen), posfor dan bahan organik lainnya. Ammonia, yang
dikeluarkan melalui insang, merupakan bentuk yang paling beracun dari
Nitrogen, terutama ketika berada dalam bentuk tidak-terionisasi. Secara umum
terdapatnya bakteri akan merubah ammonia manjadi bentuk Kurang-beracun
dimana digunakan oleh tumbuhan dan algae untuk pertumbuhan. Penyediaan
wilayah permukaan yang lebih besar untuk tumbuh kembangnya bakteri autotrof
merupakan cara terbaik untuk merubah ammonia menjadi bentuk sedikit-
beracun.
Peningkatan pada bahan padatan tersuspensi akan menghasilkan
peningkatan pada BOD (Alabaster, 1982). Inilah mengapa bagian terbesar dari
bahan padatan mudah mengendap, dengan cepat dihilangkan, dapat
mengurangi bagian-bagian terlarut (BOD dan COD) dari limbah dari tambak.
Secara umum, semakin kecil partikel adalah semakin cepat proses pelarutan
berlangsung. Sebagian besar dari zat padat yang dihasilkan dalam operasional
budidaya adalah partikel yang memiliki ukuran 30 mikron atau kurang (Boardman
et al., 1998; Chen et al., 1993). Partikel dengan ukuran kecil juga membutuhkan
waktu lama untuk terjadinya pengendapan.
Posfor yang ditemukan pada pakan ikan dan terpecah menjadi bentuk
yang dapat lebih digunakan (Posfat) melalui proses dekomposisi. Pada air
dengan kandungan nutrisi terbatas, Posfor dapat digunakan untuk meningkatkan
jumlah benthos dan plankton pada aliran air. Pada air tawar, Posfor selalu
berada dalam jumlah terbatas untuk produktivitas. Dalam beberapa kasus,
Posfor dan Nitrogen memberikan kontribusi kepada terjadinya Eutrofikasi pada
lapisan air dengan mendukung pertumbuhan algae dan tumbuhan. Pengelola
sumber air harus fokus kepada pengurangan jumlah Posfor dan Nitrogen pada
lapisan air ketika mencoba untuk meningkatkan kualitas air.
Proses pemijahan ikan terjadi secara rutin pada sebuah tambak. selama
masa pemanenan telur dan pembersihan bak atau kolam akan meningkatkan
jumlah limbah yang dilepaskan. Pada bagian tertentu, sebanyak 25% air yang
mengalir dari kolam secara umum mengandung sebagian besar berupa limbah
metabolisme dan patogen. Pembersihan secara teratur akan mengurangi limbah
terlarut pada saluran keluar dari tambak.
Limbah Kimia

Penggunaan bahan-bahan kimia pada tambak ikan diatur oleh negara dan
hukum negara bagian setempat. Meskipun ada beberapa bahan kimia yang
diijinkan untuk digunakan pada pakan ikan, prosedur detoksifikasi sebaiknya
diikuti. Berpatokan kepada label pabrik yang berkaitan dengan teknik
pengobatan dengan bahan kimia. Garam merupakan zat pengurang stress yang
umum digunakan ada ikan dan telah dibuktikan penggunaannya pada pakan
ikan.

Limbah Patogen

Unit pengolahan air sering menggunakan beberapa bentuk bahan


desinfektan untuk mengurangi jumlah parasit, bakteri dan partikel virus yang
mengalir dari keluar dari Unit tersebut. Tambak ikan dapat berkontribusi terhadap
peningkatan jumlah mikroorganisme patogen. Ada tiga cara yang sering
digunakan untuk mengurangi mikroorganisme patogen dari air, yakni Klorinasi,
radiasi ultraviolet, dan Ozonisasi. Radiasi UV terdapat didalam sebuah bilik dan
tidak berbahaya untuk hidup di muara unit pengolahan. Namun baik Ozon
maupun klorinasi keduanya merupakan pengoksidasi kuat dan menjadi
bertanggung jawab terhadap kematian ikan dikarnakan jumlah yang berlebihan
didalam air.
Peraturan Virginia barat tidak mengijinkan tambak ikan untuk melakukan
perlakuan terhadap mikroorganisme patogen. Berbagai pilihan untuk pengolahan
seperti yang disebut diatas tersedia namun secara umum disadari tidak perlu
dan terlalu banyak biaya untuk melakukan pengolahan yang efektif terhadap
seluruh air yang keluar dari banyak tambak, khususnya bila tambak tersebut
dioperasikan dengan sistem air mengalir. Mikroorganisme dapat dihilangkan di
lahan basah melalui proses sedimentasi dan penyaringan. Akar Makrophyta
telah dilaporkan memilikibahan antibakteri (National Small Flows Clearinghouse).
Bakteri menyebabkan sejumlah penyakit pada ikan. Pseudomonas dan
Aeromonas sering ditemukan dan dapat menyebabkan kematian yang signifikan
pada kondisi stres.

Metoda Untuk Penghilangan Limbah

Rancangan Bak dan Saluran


Keahlian teknik yang baik dapat menjadi alat ekonomi yang berarti untuk
mengendalikan limbah dari operasional budidaya. Dengan mengendalikan aliran
air melalui sebuah sistem. Kebanyakan bahan padat dapat dikumpulkan dan
dipadatkan sebelum fragmentasi terjadi. Bak bulat dapat dirancang dengan
tempat aliran keluar ganda. Air dengan volume tinggi-aliran bahan padatan
rendah dapat keluar bak dari lapisan atas, sementara air dengan jumlah rendah-
aliran bahan padatan tinggi, pada pusat bak, akan menghilangkan kebanyakan
bahan yang mudah mengendap (Summerfelt dan Timmons, 2000). Bak sirkulasi
dengan rancangan saluran masuk, pipa aliran air, dan penyaring yang baik dapat
menghilangkan sebagian besar bahan padatan dengan tenaga minimal. Gerak
sentrifugal akan memindahkan bahan padatan yang dapat mengendap ke
saluran pusat ketika percepatan air melebihi 20 cm/detik (Burrows, 1970).
Penghilangan dengan menggunakan ruang hampa dari bahan padatan
dapat dilakukan secara intensif. Dalam saluran, jika aliran air kurang dari 3
cm/detik, feces ikan tuna yang tidak terfragmentasi akan mengendap keluar jika
ikan tidak mampu mengaduk dasar bak. Gambar 1 menunjukkan sebuah sistem
saluran yang khusus yang diperuntukkan untuk pengelolaan limbah, Saluran
sebaiknya dirancang dengan aliran yang optimal, dimana akan tersedia wilayah
pada ujung masing-masing saluran, yang disebut dengan Zona Tetap, untuk
mengumpulkan padatan yang dapat mengendap selama penghilangan secara
periodik oleh pengelola.
Saluran yang terbuat dari beton sulit dimodifikasi dengan satu kali
konstruksi. Penelitian direncanakan untuk meningkatkan kemampuan
pengumpulan limbah dari saluran dengan memasukkan sebuah peralatan yang
akan menghasilkan aliran sirkular untuk mengumpulkan sebagian besar bahan
padatan di bagian tengah. Seperti bak bulat, limbah yang terkonsentrasi dapat
dihilangkan dengan membiarkan 10-20% aliran untuk keluar dari bagian tengah (
Wong dan Piedrahita, 2001). Penelitian saat ini sedang dilakukan pada WVU
untuk mengembangkan saluran yang terbuat dari bahan alternatif yang lebih
bercahaya, dimana akan menghasilkan fleksibilitas yang lebih dalam rancangan.
Aliran seperti empat persegi panjang dapat dirancang untuk menghubungkan air
kedalam sebuah pola sirkulasi sebelum keluar dari sistem. Model ini akan
membuat sebagian besar dari bahan padatan yang dapat mengendap untuk
terkumpul dan dihilangkan. sementara sebagian air lainnya mengalir keluar
hingga ujung, masuk kedalam saluran empat persegi panjang lainnya.

Transformasi.

Limbah organik terlarut (Posfor dan Nitrogen) merupakan sumber nutrisi


bagi tumbuhan. Biofilter akan mengubah bentuk toksik dari Nitrogen (ammonia)
menjadi bentuk yang tidak toksik (Nitrat), dimana ini merupakan sumber nutrisi
bagi kebanyakan alga. Lahan basah buatan juga telah digunakan untuk
pengolahan limbah pada produksi budidaya perikanan (Summerfelt et al., 1995).
Pada lahan basah, bahan-bahan sedimen akan terperangkap dan digunakan
untuk pertumbuhan rumput dan tumbuhan air. Berbagai jenis sayuran dan bahan
herbal telah dihasilkan menggunakan hidrofonik dengan menggunakan air
resirkulasi dari operasional budidaya perikanan. Kaitan antara bahan herbal dan
sayuran untuk mengurangi secara signifikan jumlah bahan nutrien dalam sebuah
sistem resirkulasi pabrikan, waktu yang dikeluarkan pada budidaya ikan dapat
menjadi dampak sekunder pada kultivasi tumbuhan dan pemasaran (Rakocy,
1999). Pada seluruh metoda yang disebutkan diatas, bahan nutrien diubah dan
dihilangkan dari tempat penguraian dengan bantuan beberapa tumbuhan dan
bakteri.
Penyaringan

Drum, cawan, butiran, dan penyaring pasir adalah bahan-bahan yang


biasa digunakan untuk menerangkap dan menghilangkan partikel dalam ukuran
60 mikron dari air. Penyaring cartridge akan menghilangkan partikel dengan
ukuran kurang dari 1 mikron tetapi level tersebut dari proses pemurnian biasanya
tidak diperlukan, dan lebih memakan biaya. Aliran volume tinggi membutuhkan
unit penyaringan yang lebih besar. Dengan aliran 1000 gpm dan diatasnya,
perawatan dan biaya untuk penyaring mekanik akan menjadi memberatkan. Ini
mengapa rancangan saluran ganda, yang disebutkan di awal, bekerja dengan
baik. Dengan mengolah hanya aliran kecil dari bahan padatan yang
terkonsentrasi. Biaya untuk perawatan dapat banyak berkurang dengan
menggunakan penyaring yang lebih kecil. Jika lahan tersedia, sebuah kolam
untuk pengendapan dapat menjadi sebuah pilihan yang tidak mahal.

Radiasi / Ozon

Radiasi ultraviolet digunakan untuk desinfeksi air. Banyak patogen,


termasuk virus dapat dibunuh dengan konsentrasi rendah relatif dari radiasi.
Untuk perlakuan UV agar dapat lebih efektif, maka bahan padatan harus
dihilangkan sebelum diolah. Sistem UV merupakan sistem dengan perawatan
rendah, metoda dengan resiko kecil dari desinfeksi.
Konsentrasi rendah dari ozon yang terlarut di dalam air dapat juga
menghilangkan sebagian besar patogen. Ozon akan meningkatkan sistem
penyaringan utama dan mengurangi limbah bahan organik dalam air.
Konsentrasi rendah dari ozon yang terdapat di udara akan mengganggu
kesehatan manusia. Dan residu ozon merupakan racun bagi ikan pada
konsentrasi rendah dan harus selalu dipantau.

Biaya

Sistem Melalui Air mengalir

Pada sebuah kajian yang dipublikasikan pada tahun 1997 biaya internal
yang dikeluarkan, atau biaya pencegahan polusi, melalui sistem ditentukan pada
kisaran $0,5/lb dari biaya produksi ikan. Hal ini akan lebih baik bila dibandingkan
dengan biaya yang dikeluarkan akibat dampak polusi, atau biaya eksternal,
diperkirakan sekitar $ 22/lb (Smearman et al., 1997). Jika industri melakukan
pendekatan terhadap masalah limbah melalui jalan jangka panjang dan
berkelanjutan, sangat efisien dan ekonomis bila memasukkan biaya untuk
pemecahan masalah tersebut kedalam biaya internal. Menurut kajian tersebut,
pada sebuah sistem air mengalir, biaya yang dikeluarkan untuk pengelola dari
20,000 lbs/tahun menjadi sekitar $1,000/tahun. Jika hal ini dirancanakan secara
internal, Jumlah biaya yang akan dikeluarkan produsen untuk mengelola limbah
dapat ditentukan. Di banyak negara, hal ini direncanakan melalui jumlah produksi
tahunan atau jumlah konsumsi pakan pertahun untuk operasional. Di Virginia
barat, seorang produsen dikenai aturan jika produksi tahunannya melebihi
20,000 lbs/tahun. Ada beberapa produsen yang dapat memproduksi lebih dari
20,000 lbs/tahun. Bagaimanapun negara harus mememriksa tempat tersebut.

Kolam Pengendapan

Departemen industri WVU telah memulai penelitian menggunakan bahan


komposisi terbaru untuk saluran yang dapat bergerak dimana akan memeriksa
rancangan zona tetap, dan bagaimana efisiensi rancangan yang berbeda dalam
menghilangkan limbah bahan padat. Fase awal dari penelitian ini semestinya
telah selesai pada tahun 2003, Ketika data ini tersedia sebagai sebuah analisis
ekonomi yang dapat dilakukan untuk menentukan efektivitas biaya dari saluran
zona tetap yang sudah dimodifikasi bila dibandingkan dengan kolam
pengendapan atau wadah.
Kolam dapat menjadi sebuah alat yang sangat efektif untuk
mengendapkan keluar limbah dari sistem operasional budidaya. Jika kolam yang
tersedia berada dibawah fasilitas produksi, dan memiliki waktu tinggal sedikitnya
satu hari, biaya untuk menghilangkan zat bahan padat dapat ditekan menjadi
rendah. Sangat sulit untuk memperkirakan biaya dari sebuah kolam karena
setiap tempat memiliki keunikan tersendiri dan infrastruktur yang tersedia
sebaiknya digunakan untuk mengurangi biaya.

Sistem Resirkulasi.

Dalam sistem resirkulasi, bahan organik terlarut dapat diakumulasikan


dan dihilangkan dengan menggunakan penyaring protein atau pemisah busa.
Ozone, dimana digunakan sebagai desinfektan, juga sangat efektif dalam
menghilangkan bahan organik terlarut. Bagaimanapun, dikarnakan biaya yang
dikeluarkan, hal ini secara umum lebih ekonomis pada sistem resirkulasi yang
intensif dan memproduksi produk yang bernilai tinggi (> $3/lb).
Biofilter dapat merubah ammonia dalam jumlah yang terbatas setiap hari.
Rata-rata perubahan ini biasanya merupakan faktor pembatas pertama untuk
produksi pada sistem resirkulasi. Pengelolaan bahan padatan hidup dapat
memperoleh dampak yang besar pada seluruh komponen dari sistem. Untuk
sistem resirkulasi yang dapat menghasilkan 20,000 lbs/tahun. Rata-rata
pemberian pakan harian diperkirakan 80 lbs/hari. Dalam sebuah sistem yang
dirancang dengan baik, bahan padatan dapat dihilangkan dengan cepat dan
hanya pakan berkualitas tinggi yang dapat digunakan.
Biaya tambahan untuk rancangan bak dan penyaring yang memungkinkan
untuk pengelolaan limbah yang lebih baik pada sistem 20,000 lbs/tahun
diperkirakan sekitar $ 8,000. Biaya yang dikeluarkan ini dapat dilunasi setelah
10-15 tahun. Limbah yang dikumpulkan dapat digunakan kembali untuk aplikasi
lapangan jika hukum mengijinkan. Dengan pengelolaan yang baik, jumlah
limbah bahan padat untuk sebuah sistem operasional pada ukuran ini (dari
25,000 lbs. Pakan/tahun), sebaiknya tidak melebihi 8,000 lbs/tahun. Diperkirakan
terdapat sebuah lapangan yang berdampingan untuk penempatan bahan padat
yang dipekatkan, biaya tenaga sebanyak $500/tahun untuk transportasi dan
pengiriman ke lapangan, biaya tahunan untuk pengelolaan limbah per pons
produksi akan menjadi $0,65/lb. Hampir sama dengan biaya yang dikeluarkan
melalui sistem air mengalir. Jumlah rata-rata penggunaan lahan ditentukan oleh
lempengan, jenis tanah, penyerapan, suhu, kandungan nutrien, dan jenis
tanaman.

Konstruksi Lahan Basah

Konstruksi lahan basah merupakan sistem pengelolaan air limbah buatan


dengan volume dangkal (Kolam atau anak sungai) yang telah ditanami dengan
tumbuhan air laut, dan dibiarkan melalui proses secara alami untuk mengolah air
limbah. Konstruksi lahan basah memiliki keuntungan melebihi sistem
pengelolaan alternatif dimana lahan basah ini hanya membutuhkan sedikit
bahkan tidak membutuhkan energi sama sekali untuk operasionalnya. Jika
tersedia lahan yang tidak terlalu mahal dekat dengan fasilitas budidaya
perikanan, lahan basah dapat menjadi alternatif dengan biaya yang efektif.
Lahan basah menyediakan tempat hidup bagi hewan-hewan liar, dan lebih
memiliki keindahan bagi mata. Kerugian pada penggunaan lahan basah adalah
membutuhkan lebih banyak lahan dibandingkan dengan sistem alternatif lainnya.
Lahan basah memiliki fungsi yang baik sebagai pengelolaan sekunder untuk air
(setelah sebagian besar bahan padat dihilangkan). Lahan basah memiliki
periode yang cukup lama untuk memulai operasional hingga vegetasi telah
disiapkan. Dan efisiensi musim dihasilkan dari penurunan sinar matahari dan
suhu. Sangat penting untuk mengendalikan aliran hidrolika dan penambahan
bahan padat sehingga tidak melebihi kapasitas sistem. Penyumbatan substrat
sering menjadi hambatan tersendiri pada konstruksi lahan basah. Atas alasan ini,
maka aliran keluar dari sistem budidaya harus diamati untuk mengetahui ukuran
bahan padat tersuspensi dan konsentrasi nutrien sebelum masuk ke lahan
basah. Metode standar dapat digunakan untuk analisis ini.
Konstruksi lahan basah telah dilaporkan efektif digunakan selama lima
hingga sepuluh tahun (Reed et al., 1995). Sebuah publikasi yang lebih baik
tentang rancangan lahan basah, perawatan dan hasil pengolahan tersedia di
Environmental Protection Agency (EPA Manual, 2000): Pada situs
http://www.epa.gov/ORD/NRMRL). Metoda sederhana dapat digunakan untuk
membuat lahan basah. Metoda ini telah menunjukkan dapat menghilangkan lebih
dari 95% bahan padat tersuspensi dan 80% - 90% unsur Nitrogen dan posfor
ketika rata-rata aplikasi sekitar 30 Kg bahan padat/sq. Meter/tahun (Summerfelt
et al., 1996).
Menggunakan lahan basah yang dibangun sebagai unit pengolahan
utama dari air limbah tidak direkomendasikan (EPA, 2000). Untuk produksi ikan
lele di Mississippi biaya tambahan untuk membangun lahan basah per 1 pon
produksi sekitar $0,075/lb (Posadas dan LaSalle, 1997). Bagaimanapun, lebih
dari tiga triwulan dari biaya pembangunan dikeluarkan dan menanam tumbuhan
dewasa diperlukan untuk melakukan sebuah percobaan. Kebanyakan dari
pengeluaran ini dapat dicegah dengan menanam semaian bibit dan membiarkan
mereka dewasa sebelum bahan-bahan berat dimasukkan kedalam lahan basah.
Untuk rancangan akuakultur yang baik dari 20,000 lbs/tahun dimana bahan
padat yang dapat mengendap bisa diterapkan di lapangan. Sebuah lahan basah
yang dibangun diatas lahan 150 meter persegi seharusnya cukup untuk
menghilangkan sebagian besar bahan padat tersuspensi, posfor dan nitrogen.
Estimasi biaya yang dibutuhkan untuk membangun lahan basah sebagai
perlakuan sekunder adalah sekitar $5,500 atau $37/m2 (Lihat lampiran 1), dan ini
diperkirakan bertahan selama 5-10 tahun tanpa perawatan skala besar. Faktor
yang dapat mempengaruhi penghilangan rata-rata nutrien pada lahan basah
adalah : waktu tinggal hidrolik, jenis vegetasi tumbuhan, radiasi sinar matahari,
aktivitas mikrobiologi, dan suhu (Hammer, 1993; Hammer dan Bastian, 1989;
Reed et al., 1995) Rancangan lahan basah sebaiknya dilakukan secara spesifik,
dengan memilih tumbuhan lokal yang tahan/kuat (Rumput gajah dan tanaman
rawa berwarna coklat)
Ada dua jenis utama dari lahan basah yang dibangun untuk pengolahan
air : arus permukaan dan arus dibawah permukaan. Sistem arus permukaan
dapat mengolah air dalam volume besar, dan arus dibawah permukaan secara
umum digunakan untuk arus yang lebih kecil. Karna masing-masing tipe memiliki
kekhususan yang tinggi yang disebabkan oleh lempengan, lahan, keteduhan,
elevasi, suhu dan beberapa variabel lainnya, biaya pembangunan menjadi
sesuatu yang harus dipertimbangkan. Lokasi saluran akan menentukan apakah
aliran horizontal atau vertikal. Konsentrasi pemberian oksigen akan dapat dicapai
dengan sistem paralel yang menerima arus sesaat. Dengan kondisi yang selalu
bertukar antara basah dan kering di dalam substrat, pengurangan BOD,
ammonia dan Posfor merupakan hal yang baik (Negroni, 2000) .
Dengan mengumpamakan konstruksi lahan basah akan digunakan
sebagai pengelolaan sekunder semata-mata untuk fasilitas akuakultur skala
menengah di Virginia barat, rancangan di bawah arus permukaan mungkin dapat
bekerja dengan baik. Arus dibawah permukaan juga dapat menyingkirkan
perkembangbiakan nyamuk di dalam air. Pemilihan tumbuhan merupakan kriteria
penting lainnya untuk pengelolaan air yang efisien. Di negara bagian utara
bagian timur Amerika serikat beberapa tumbuhan umum yang digunakan untuk
konstruksi lahan basah adalah tanaman rawa berbunga coklat, rumput gajah,
rushes dan sedges. Pemilihan bahan material juga merupakan suatu hal yang
krusial, pencapaian sistem bergantung kepada ukuran media, keseragaman,
perembesan, konduktivitas hidrolik dan kapasitas menggumpalkan posfor. Bahan
media yang tersedia secara lokal (kerikil sungai) dapat mengurangi biaya.
Sebuah konstruksi lahan basah dengan arus dibawah permukaan di
Emmitsburg, MD menggunakan 0,07 hektar (700 meter2) dengan biaya untuk
pembangunan kurang dari $ 35,000 (National Small Flows Clearinghouse-
WWBKDM38). Hal yang sama diketahui terdapat pada kajian lain di Arcata, CA,
dimana memiliki anggaran daerah sebesar $41,000/ha. Untuk 12,6 hektar lahan
basah. Penambahan permukaan hidrolik, dam penambahan bahan nutrien yang
masuk akan menentukan kapasitas dari lahan basah. Waktu tinggal air limbah
tertentu didalah sebuah lahan basah berada antara dua hingga enam hari. Lahan
basah dapat dirancang untuk mengetahui kriteria arus keluar yang diinginkan jika
karakteristik bahan yang masuk termasuk jumlah maksimum TSS dan BOD telah
diketahui (Panduan EPA)

Pemanfaatan Limbah

Limbah akuakultur dapat dimanfaatkan pada banyak cara yang sama


dimana limbah pertanian digunakan untuk mengembangkan tanah untuk
meningkatkan produksi panen. Hukum negara tidak mengijinkan penggunaan
dari limbah budidaya perikanan hingga limbah budidaya perikanan tersebut
dengan tegas diklasifikasikan sebagai limbah pertanian dan bukan limbah
industri. Pilihan lain untuk pemanfaatan limbah termasuk dari produksi tanaman
hidrofonik atau pembuatan pupuk kompos untuk keperluan berkebun.
Kematian akut atau kronik dapat terjadi pada titik yang sama dan waktu
yang sama dan ikan yang mati harus di tempatkan dengan cara yang lebih baik.
Pembuatan pupuk kompos merupakan sebuah cara yang berguna dari
pemanfaatan ikan mati, sebagai sumber nitrogen untuk dicampur dengan serbuk
gergaji atau dengan sumber karbon lainnya, untuk produksi jerami. Proses ini
membutuhkan perhatian yang teratur dan aerasi jika ingin dilakukan secara lebih
baik. Jumlah kematian dapat dipertimbangkan sebagai limbah bahan padat dan
dapat diolah seperti yang disebutkan diatas.
Pembuatan kompos merupakan pilihan yang berkelanjutan, dan jika
dilakukan dengan baik akan menghasilkan sebuah pendapatan yang tetap untuk
pengelolaan tambak. Bangkai ikan, dimana memiliki nitrogen yang tinggi,
sebaiknya dipadukan dengan bahan yang mengandung karbon tinggi seperti
potongan kayu dalam sebuah percobaan untuk mencapai jumlah rasion C:N
30:1. beberapa bahan penting lainnya diperlukan untuk pembuatan kompos yang
baik diantaranya : sebuah embun yang mengandung 50-60%, rembesan 35-
50%, pH diusahakan berada pada 6,5-8,0. suhu antara 130-150 0 F, rasio C;N 25-
35:1, dan ukuran partikel ¼ ” – ¾ ”. Pembuatan pupuk kompos aerobik
membutuhkan konsentrasi oksigen >5%. Secara umum jika parameter
dipertahankan, sebuah pupuk kompos yang berkualitas akan diperoleh dalam
waktu dua sampai empat bulan. Bahan pupuk kompos anaerobik dapat
mengkonversi limbah menjadi kompos lebih cepat dibandingkan dengan bahan
penyusun kompos aerobik. Bagaimanapun ada bau dan produksi methana yang
dapat menyebabkan masalah serius. Suhu adalah faktor pengendali kunci dan
sebaiknya dipantau lebih mendetail. Patogen dan parasit dapat dikendalikan
dengan mempertahankan suhu diatas 1310 F (550c). Apapun dari faktor-faktor ini
dapat menunda proses dan masing-masing sumber karbon dan nitrogen memiliki
kualitas yang berbeda dimana dapat berdampak pada proses pembuatan
kompos. Tata kearsipan yang baik disertai dengan percobaan dapat membantu
mengembangkan sebuah proses pembuatan kompos yang efisien di dalam
tahun pertama.
Kesimpulan

Pertumbuhan yang berkelanjutan dari Industri budidaya perikanan


membutuhkan kemampuan memperoleh keuntungan, pengembangan ekonomi,
dan pengelolaan limbah. Keputusan pengelolaan limbah harus dibuat secara
individu dikarnakan karakteristik tempat pada tambak dan didalam lapisan air.
Penelitian menunjukkan bahwa bak bulat dapat lebih efisien dalam
menghilangkan limbah dibandingkan dengan bak persegi panjang atau empat
persegi. Saluran ganda dapat menghilangkan secara berkelanjutan limbah yang
dipadatkan sementara sebagian besar aliran air dapat digunakan kembali atau
langsung dialirkan dengan kandungan limbah yang kecil. Prinsip aliran sirkulasi
telah digunakan untuk saluran retrofit yang ada dengan melakukan modifikasi
aliran pada zona tetap (Wong dan Piedrahita, 2001).
Pengurangan yang signifikan pada limbah dapat dihasilkan dengan
keputusan pengelolaan yang memusatkan perhatian pada seluruh aspek.
Diantaranya : pakan, termasuk kemampuan mencerna makanan, kandungan
pakan, penanganan, penyimpanan dan penyajian. Tanpa adanya sebuah
gangguan pada produksi. Penghilangan bahan padat dengan cepat akan
meminimalisasi pemotongan bahan padat dimana akan menghasilkan
peningkatan limbah terlarut yang akan lebih susah untuk dipekatkan dan
dihilangkan dari sistem.
Pemahaman tentang karakteristik limbah sangat penting didalam
perancangan sebuah sistem pengelolaan limbah. Aplikasi surat ijin NPDES
membutuhkan pengetahuan tentang hal ini. Langkah pertama dalam
pengelolaan limbah adalah penghilangan bahan padat yang lebih besar (dapat
mengendap). Hal ini biasanya dilakukan dengan sistem penyaringan dan
menggunakan wadah atau kolam pengendapan. Langkah kedua adalah
menghilangkan bahan padatan yang lebih kecil (tersuspensi), dimana partikel ini
berukuran kurang dari 60 mikron, dan bahan nutrien terlarut. Hal ini dapat
dilakukan dengan menggunakan kolam penggosok, konstruksi lahan basah atau
hidrofonik. Langkah ketiga dalam pengelolaan limbah adalah Desinfeksi,
ozonisasi, klorinisasi, dan radiasi ultraviolet merupakan alat-alat yang efektif
pada desinfeksi.
Meskipun biaya yang terkait dengan pengelolaan limbah kelihatannya
tinggi, biaya ini lebih kecil bila dibandingkan dengan biaya yang dikeluarkan
untuk mengendalikan polusi setelah limbah keluar dari tambak dan masuk
kedalam lingkungan. Aplikasi yang lebih baik dari pengolahan bahan padat
biologi membutuhkan pengetahuan tentang tanah, lengkungan, perkembangan
lahan, musim penghujan dan faktor-faktor lainnya.
Tindakan regulasi dibutuhkan untuk meyakinkan pentingnya penggunaan
air dan karakteristik tiap lapisan air, sebelum hal ini diimplementasikan. Pilihan
kebijakan untuk mencapai hal ini termasuk diantaranya : pembagian biaya,
insentif, pajak yang berhubungan dengan pakan, pendidikan dan analisa kualitas
air yang dapat digunakan untuk menetapkan total beban maksimum harian
(TMDL).
Gambar 1

PILIHAN TEKNIK PENGELOLAAN LIMBAH


Lampiran 1

Estimasi Biaya Konstruksi Lahan Basah

1. Jumlah Pemberian Pakan tidak melebihi 30,000 lbs/tahun dengan 30%


produksi kotoran : 10,000 lbs/tahun jumlah produksi kotoran.
2. Pengolahan awal : Menghilangkan 70% bahan padat; 3,000 lbs bahan
padat yang masuk ke lahan basah/ 150 meter2= 20 lbs bahan padat/m3/tahun.
3. Rata-rata penguraian kotoran : 20 lbs bahan padat/m3/tahun.
4. Luas wilayah dengan 150 m3 dengan 10 cm pasir kasar yang menutupi 40
cm kerikil.

150 m2 x 0,1 m (kedalaman) x $ 20/m3 (pasir) = $ 300


150 m2 x 0,4 m (kedalaman) x $ 28/m3 (kerikil) = $ 1.680
Beko $75/jam x 16 jam = $ 1,200
Tenaga Kerja $10 x 60 jam = $ 600
Estimasi biaya untuk tumbuhan = $ 1,200
Pipa PVC = $ 300
Tidak Terduga = $ 320

TOTAL = $ 5,600

$ 5,600 / 150 M2 untuk biaya konstruksi


Dengan masa pemakaian diperkirakan 5 tahun untuk perawatan kedua dan
jumlah produksi ikan 20,000 lbs/tahun.

$ 5,600 / (% tahun x 20,000 lbs/tahun) Biaya per 1 pon produksi = $ 0,06/lb


DAFTAR PUSTAKA

Alabaster, J.S. (1982) A survey of fish farm effluents in some EIFAC Countries.
Silkeborg, Denmark, 26-28 May 1981. European Island Fisheries
Advisory Commission, Technical paper No.41:5-20.
Baker, R.T., Smith-Lemmon, L.L., dan Cousins, B. (2001) Phytase Unlocks Plant
Potential in Aquafeeds. Global Aquaculture Advocate: Vol. 4, Issue 2,
April 2001
Bender, T.R., Lukens,W.B., dan Ricker, D.C. (1999) Pennsylvania Fish and Boat
Commission, Benner Spring Fish Research Station, 1225 Shiloh Road,
State College, PA
Boardman, G. D., Maillard, V., Nyland, J., Flick, G., dan Libey, G. S. (1998) Final
Report: The Characterization,Treatment and Improvement of
Aquacultural Effluents. Departments of Civil and Environmental
Engineering, Food Science and Technology, and Fisheries and Wildlife
Sciences. VPI and SU Blacksburg, VA 24061
Burrows, R. dan Chenoweth, H. (1970) Evaluation of three types of rearing
ponds. Research Report 39, U.S. Dept. of Interior, Fish and Wildlife
Service, Washington, D.C.
Chen, S., Timmons, M. B., Aneshansley, D. J., dan Bisogni, Jr., J. J., 1993.
Suspended solids characteristics from recirculating aquacultural systems
and design implications. Aquaculture, 112, 143-155. Environmental
Protection Agency – Office of Research and Development –Manual:
Constructed Wetlands Treatment of Municipal Wastewaters, EPA/625/R-
99/010; September 2000
Ewart, J. W., Hankins, J.A., dan Bullock, D. (1995) State Policies for Aquaculture
Effluents and Solid Wastes in the Northeast Region. Bulletin No. 300
Northeast Regional Aquaculture Center, Univ. of Massachusetts,
Dartmouth, North Dartmouth, MA
Hammer, D. A. 1993. Designing Constructed Wetlands Systems to Treat
Agricultural Nonpoint Source Pollution. Pages 71-111 in Olson, R. K.
(ed.). Created and Natural Wetlands for Controlling Nonpoint Source
Pollution. U. S. Environmental Protection Agency, Washington, D.C.
Hammer, D.A., dan R. K. Bastian. 1989. Wetlands Ecosystems: Natural Water
Purifiers? Pages 5-19 in Hammer, D.A. (ed.). Constructed Wetlands for
Wastewater Treatment - Municipal, Industrial and Agricultural. Lewis
Publishers, Chelsea, Michigan.
Hardy, R.W. (1999) Aquaculture Magazine, Vol. 25, No. 2, pp. 80-83
Hulbert, P.J. (2000) Phosphorus Reduction at Adirondack Hatchery: Is the end in
sight? Proceedings: Third East Coast Trout Management and Culture
Workshop, June 6-8, Frostburg State University, Frostburg, MD
Jackson, L.S., Li, M.H., dan Robinson, E.H. (1996) Journal of the World
Aquaculture Society,Vol. 27, No. 3, pp. 309-313
Mathieu, F. dan Timmons, M. B. (1995) Techniques for Modern Aquaculture. J.
K. Wang (ed.), American Society of Agricultural Engineers, St. Joseph,
MI National Small Flows Clearinghouse Constructed Wetlands and
Aquatic Plant Systems for Municipal Wastewater Treatment. Design
Module Number 38
Negroni, Gianluigi (2000) Management optimization and sustainable
technologies for the treatment and disposal /reuse of fish farm effluent
with emphasis on constructed wetlands. World Aquaculture Vol.31 No.3,
pp. 16-19
Papatryphon, E.; Howell, R.A.; dan Soares, J.H. (1999) Journal of the World
Aquaculture Society,Vol. 30, No. 2, pp. 161-173
Posadas, B.C. dan LaSalle, M.W. (1997) Use of Constructed Wetlands to
Improve Water Quality in Finfish Pond Culture Coastal Research and
Extension Center Mississippi Agricultural and Forestry Experiment
Station, Mississippi State University 2710 Beach Boulevard, Suite 1-E,
Biloxi, Mississippi 39531
Rakocy, J. (1999) The Status of Aquaponics, Part 2, Aquaculture Magazine, Vol.
25, No. 5, pp. 64-70
Reed, S. C., Crites, R. W. dan Middlebrooks, E. J. (1995) Natural Systems for
Waste Management and Treatment, 2ed edition, McGraw-Hill, Inc., New
York
Rodehutscord, M. dan Pfeffer, E. (1995) Effects of supplemental microbial
phytase on phosphorus digestibility and utilization in rainbow trout.
Water Science and Technology, 31 (10): 141-147
Smearman, S.C., D'Souza, G.E. dan Norton, V.J. (1997) Environmental and
Resource Economics 10: pp. 167-175
Summerfelt, S.T. and Timmons, M.B. (2000) Hydrodynamics in the "Cornell-
Type" Dual-Drain Tank, Third International Conference of Recirculating
Aquaculture, July 19-21, 2000 Roanoke, VA
Summerfelt, S.T., Alder, P.R., Glenn, D.M., dan Kretschmann, R.N. (1996) 5th
International Conference on Wetland Systems for Water Pollution
Control, Vienna
Wong, K.B. dan Piedrahita, R.H. (2001) Enhanced solids removal for
aquacultural raceways. Aquaculture 2001 Mtg. Jan. 21-25, 2001 Lake
Buena Vista, FL

Você também pode gostar