Você está na página 1de 8

ANALISIS LAPORAN KEUANGAN PEMERINTAH PUSAT DAN DAERAH

Cakupan Analisis Anggaran Pemerintah Pusat dan Daerah


Terkait dengan analisa laporan keuangan yang telah kita bahas sebelumnya, maka proses
analisa terkait dengan Keuangan Pemerintah Pusat dan Daerah dapat dilakukan dengan menganalisa
unsur-unsur yang terdapat dan membentuk APBN, dapat pula dengan menganalisa pelaksanaan dan
pertanggungjawaban APBN tersebut dalam laporan keuangan pemerintah (LKPP), atau dapat pula
analisa dikaitkan dengan pengalokasian APBN ke dalam Anggaran Pendapatan dan Belanja Daerah
(APBD), dan masih banyak lagi yang lainnya.

Laporan Keuangan
Laporan keuangan menunjukkan hasil pertanggungjawaban manajemen atas penggunaan
sumber daya yang dipercayakan kepada mereka. Laporan keuangan menyajikan informasi tentang
aset, liabilitas, ekuitas, pendapatan dan beban termasuk keuntungan dan kerugian, kontribusi dari dan
distribusi kepada pemilik dalam kapasitasnya sebagai pemilik, dan arus kas.
Laporan keuangan pada umumnya terdiri dari:
1. Laporan Laba / Rugi
2. Laporan Perubahan Ekuitas
3. Neraca
4. Laporan Arus Kas
5. Catatan Atas Laporan Keuangan

Laporan Keuangan Pemerintah dan Anggaran Pemerintah


Laporan Keuangan pemerintah Pusat (LKPP) adalah pertanggungjawaban pengelolaan
keuangan negara selama suatu periode yang terdiri dari Laporan Realisasi Anggaran, Neraca, Laporan
Arus Kas, dan Catatan atas Laporan Keuangan. Tujuan Laporan Keuangan menurut Peraturan
Pemerintah Nomor 71 Tahun 2010 tentang Standar Akuntansi Pemerintahan adalah Tujuan umum
laporan keuangan adalah menyajikan informasi mengenai posisi keuangan, realisasi anggaran, saldo
anggaran lebih, arus kas, hasil operasi, dan perubahan ekuitas suatu entitas pelaporan yang bermanfaat
bagi para pengguna dalam membuat dan mengevaluasi keputusan mengenai alokasi sumber daya.
Secara spesifik, tujuan pelaporan keuangan pemerintah adalah untuk menyajikan informasi yang
berguna untuk pengambilan keputusan dan untuk menunjukkan akuntabilitas entitas pelaporan atas
sumber daya yang dipercayakan kepadanya, dengan:

1. menyediakan informasi mengenai posisi sumber daya ekonomi, kewajiban, dan ekuitas
pemerintah;

2. menyediakan informasi mengenai perubahan posisi sumber daya ekonomi, kewajiban, dan
ekuitas pemerintah;
3. menyediakan informasi mengenai sumber, alokasi, dan penggunaan sumber daya ekonomi;
4. menyediakan informasi mengenai ketaatan realisasi terhadap anggarannya;
5. menyediakan informasi mengenai cara entitas pelaporan mendanai aktivitasnya dan
memenuhi kebutuhan kasnya;
6. menyediakan informasi mengenai potensi pemerintah untuk membiayai penyelenggaraan
kegiatan pemerintahan;
7. menyediakan informasi yang berguna untuk mengevaluasi kemampuan entitas pelaporan
dalam mendanai aktivitasnya.
Menurut Peraturan Pemerintah Nomor 71 Tahun 2010 tentang Standar Akuntansi
Pemerintahan, Laporan Keuangan Pemerintah terdiri dari Laporan Realisasi Angaran, Neraca,
Laporan Arus Kas, Laporan Operasional, Laporan Perubahan Saldo Anggaran Lebih, Laporan
Perubahan Ekuitas dan Catatan atas Laporan Keuangan.

Laporan Realisasi Anggaran (LRA)


LRA menyajikan ikhtisar sumber, alokasi, dan pemakaian sumber daya ekonomi yang
dikelola oleh pemerintah (pusat/daerah)yang menggambarkn perbandingan antara anggaran dan
realisasinya dalam satu periode pelaporan.

Unsur yang dicakup secara langsung oleh Laporan

Realisasi Anggaran terdiri dari pendapatan-LRA, belanja, transfer, dan pembiayaan.


Masing-masing unsur dapat dijelaskan sebagai berikut :
1. Pendapatan-LRA adalah penerimaan oleh Bendahara Umum Negara/Bendahara Umum
Daerah atau oleh entitas pemerintah lainnya yang menambah Saldo Anggaran Lebih dalam
periode tahun anggaran yang bersangkutan yang menjadi hak pemerintah, dan tidak perlu
dibayar kembali oleh pemerintah.
2. Belanja adalah semua pengeluaran oleh Bendahara Umum Negara/Bendahara Umum Daerah
yang mengurangi Saldo Anggaran Lebih dalam periode tahun anggaran bersangkutan yang
tidak akan diperoleh pembayarannya kembali oleh pemerintah.
3. Transfer adalah penerimaan atau pengeluaran uang oleh suatu entitas pelaporan dari/kepada
entitas pelaporan lain, termasuk dana perimbangan dan dana bagi hasil.
4. Pembiayaan (financing) adalah setiap penerimaan/pengeluaran yang tidak berpengaruh pada
kekayaan bersih entitas yang perlu dibayar kembali dan/atau akan diterima kembali, baik pada
tahun anggaran bersangkutan maupun tahun-tahun anggaran berikutnya, yang dalam
penganggaran pemerintah terutama dimaksudkan untuk menutup defisit atau memanfaatkan
surplus anggaran. Penerimaan pembiayaan antara lain dapat berasal dari pinjaman dan hasil
divestasi. Pengeluaran pembiayaan antara lain digunakan untuk pembayaran kembali pokok
pinjaman, pemberian pinjaman kepada entitas lain, dan penyertaan modal oleh pemerintah.

Laporan Perubahan Saldo Anggaran Lebih


Laporan Perubahan Saldo Anggaran Lebih menyajikan informasi kenaikan atau penurunan
Saldo Anggaran Lebih tahun pelaporan dibandingkan dengan tahun sebelumnya.

Neraca
Neraca menggambarkan posisi keuangan suatu entitas pelaporan mengenai aset, kewajiban,
dan ekuitas pada tanggal tertentu. Unsur yang dicakup oleh neraca terdiri dari aset, kewajiban, dan
ekuitas. Masing-masing unsur dapat dijelaskan sebagai berikut :
1. Aset adalah sumber daya ekonomi yang dikuasai dan/atau dimiliki oleh pemerintah sebagai
akibat dari peristiwa masa lalu dan dari mana manfaat ekonomi dan/atau sosial di masa depan
diharapkan dapat diperoleh, baik oleh pemerintah maupun masyarakat, serta dapat diukur
dalam satuan uang, termasuk sumber daya nonkeuangan yang diperlukan untuk penyediaan
jasa bagi masyarakat umum dan sumber-sumber daya yang dipelihara karena alasan sejarah
dan budaya.
2. Kewajiban adalah utang yang timbul dari peristiwa masa lalu yang penyelesaiannya
mengakibatkan aliran keluar sumber daya ekonomi pemerintah.
3. Ekuitas adalah kekayaan bersih pemerintah yang merupakan selisih antara aset dan kewajiban
pemerintah.

Laporan Operasional
Laporan Operasional menyajikan ikhtisar sumber daya ekonomi yang menambah ekuitas dan
penggunaannya yang dikelola oleh pemerintah pusat/daerah untuk kegiatan penyelenggaraan
pemerintahan dalam satu periode pelaporan. Unsur yang dicakup secara langsung dalam Laporan
Operasional terdiri dari pendapatan-LO, beban, transfer, dan pos-pos luar biasa. Masing-masing unsur
dapat dijelaskan sebagai berikut:
1. Pendapatan-LO adalah hak pemerintah yang diakui sebagai penambah nilai kekayaan bersih.
2. Beban adalah kewajiban pemerintah yang diakui sebagai pengurang nilai kekayaan bersih.
3. Transfer adalah hak penerimaan atau kewajiban pengeluaran uang dari/oleh suatu entitas
pelaporan dari/kepada entitas pelaporan lain, termasuk dana perimbangan dan dana bagi hasil.
4. Pos Luar Biasa adalah pendapatan luar biasa atau beban luar biasa yang terjadi karena
kejadian atau transaksi yang bukan merupakan operasi biasa, tidak diharapkan sering atau
rutin terjadi, dan berada di luar kendali atau pengaruh entitas bersangkutan.

Laporan Arus Kas

Laporan Arus Kas menyajikan informasi kas sehubungan dengan aktivitas operasi, investasi,
pendanaan, dan transitoris yang menggambarkan saldo awal, penerimaan, pengeluaran, dan saldo
akhir kas pemerintah pusat/daerah selama periode tertentu. Unsur yang dicakup dalam Laporan Arus
Kas terdiri dari penerimaan dan pengeluaran kas, yang masing-masing dapat dijelaskan sebagai
berikut:
1. Penerimaan kas adalah semua aliran kas yang masuk ke Bendahara Umum Negara/Daerah.
2. Pengeluaran kas adalah semua aliran kas yang keluar dari Bendahara Umum Negara/Daerah.

Laporan Perubahan Ekuitas


`

Laporan Perubahan Ekuitas menyajikan informasi kenaikan atau penurunan ekuitas tahun

pelaporan dibandingkan dengan tahun sebelumnya.

Catatan Atas Laporan Keuangan


Catatan atas Laporan Keuangan meliputi penjelasan naratif atau rincian dari angka yang
tertera dalam Laporan Realisasi Anggaran, Laporan Perubahan SAL, Laporan Operasional, Laporan
Perubahan Ekuitas, Neraca, dan Laporan Arus Kas. Catatan atas Laporan Keuangan juga mencakup
informasi tentang kebijakan akuntansi yang dipergunakan oleh entitas pelaporan dan informasi lain
yang diharuskan dan dianjurkan untuk diungkapkan di dalam Standar Akuntansi Pemerintahan serta
ungkapan-ungkapan yang diperlukan untuk menghasilkan penyajian laporan keuangan secara wajar.
Catatan atas Laporan Keuangan mengungkapkan/menyajikan/menyediakan hal-hal sebagai berikut:
1. Mengungkapkan informasi Umum tentang Entitas Pelaporan dan Entitas Akuntansi;
2. Menyajikan informasi tentang kebijakan fiskal/keuangan dan ekonomi makro;
3. Menyajikan ikhtisar pencapaian target keuangan selama tahun pelaporan berikut kendala dan
hambatan yang dihadapi dalam pencapaian target;
4. Menyajikan informasi tentang dasar penyusunan laporan keuangan dan kebijakan-kebijakan
akuntansi yang dipilih untuk diterapkan atas transaksi transaksi dan kejadian-kejadian penting
lainnya;
5. Menyajikan rincian dan penjelasan masing-masing pos yang disajikan pada lembar muka
laporan keuangan;
6. Mengungkapkan informasi yang diharuskan oleh Pernyataan Standar Akuntansi Pemerintahan
yang belum disajikan dalam lembar muka laporan keuangan;
7. Menyediakan informasi lainnya yang diperlukan untuk penyajian yang wajar, 5 yang tidak
disajikan dalam lembar muka laporan keuangan;
Menurut Undang-Undang Nomor 19 Tahun 2012 tentang Anggaran Pendapatan dan Belanja
Negara, Anggaran Pendapatan dan Belanja Negara, yang selanjutnya disingkat APBN, adalah rencana
keuangan tahunan pemerintahan negara yang disetujui oleh Dewan Perwakilan Rakyat. APBN terdiri
atas anggaran Pendapatan Negara, anggaran Belanja Negara, dan Pembiayaan Anggaran.

Dalam sektor pemerintahan kita mengenal adanya Anggaran Pendapatan Belanja Negara
(APBN). APBN ini merupakan rencana keuangan tahunan pemerintahan negara Indonesia yang
disetujui oleh Dewan Perwakilan Rakyat. APBN berisi daftar sistematis dan terperinci yang memuat
rencana penerimaan dan pengeluaran negara selama satu tahun anggaran (1 Januari 31 Desember).
APBN, perubahan APBN, dan pertanggungjawaban APBN setiap tahun ditetapkan dengan UndangUndang. APBN tahun 2013 ini disahkan dalam Undang-Undang Nomor 19 Tahun 2012, yang
kemudian diikuti dengan Undang-Undang Nomor 15 Tahun 2013 tentang Anggaran Pendapatan dan
Belanja Negara Perubahan Tahun 2013. APBN yang telah disahkan menjadi Undang-Undang ini
kemudian

dipidatokan

oleh

presiden

pada

tanggal

16

Agustus,

bersamaan

dengan

pertanggungjawaban keuangan negara berupa Laporan Keuangan Pemerintah Pusat (LKPP) tahun
sebelumnya yang telah diperiksa oleh Badan Pemeriksa Keuangan (BPK). APBN kemudian dalam
pelaksanaannya dituangkan lebih lanjut dalam Peraturan Presiden.
Adapun tahapan penyusunan, pelaksanaan dan pertanggungjawaban APBN adalah sebagai
berikut:
Pemerintah mengajukan Rancangan APBN dalam bentuk RUU tentang APBN kepada DPR.
Setelah melalui pembahasan, DPR menetapkan Undang-Undang tentang APBN selambatlambatnya 2 bulan sebelum tahun anggaran dilaksanakan. Setelah APBN ditetapkan dengan
Undang-Undang, pelaksanaan APBN dituangkan lebih lanjut dengan Peraturan Presiden.
Berdasarkan perkembangan, di tengah-tengah berjalannya tahun anggaran, APBN dapat
mengalami revisi/perubahan. Untuk melakukan revisi APBN, Pemerintah harus mengajukan
RUU Perubahan APBN untuk mendapatkan persetujuan DPR.Perubahan APBN dilakukan paling
lambat akhir Maret, setelah pembahasan dengan Badan anggaran DPR. Dalam keadaan darurat
(misalnya terjadi bencana alam), Pemerintah dapat melakukan pengeluaran yang belum tersedia
anggarannya. Selambatnya 6 bulan setelah tahun anggaran berakhir, Presiden menyampaikan
RUU tentang Pertanggungjawaban Pelaksanaan APBN kepada DPR berupa Laporan keuangan
yang telah diperiksa oleh Badan Pemeriksa Keuangan.

Struktur APBN terdiri atas:


1. Penerimaan APBN, diperoleh dari berbagai sumber yaitu :
a. Penerimaan pajak yang meliputi :
1)

Pajak Penghasilan (PPh).

2)

Pajak Pertambahan Nilai (PPN).

3)

Pajak Bumi dan Bangunan(PBB).

4)

Bea Perolehan Hak atas Tanah dan Bangunan (BPHTB) & Cukai.

5)

Pajak lainnya seperti Pajak Perdagangan (bea masuk dan pajak/pungutan ekspor).

b. Penerimaan Negara Bukan Pajak (PNBP) meliputi :


1)

Penerimaan dari sumber daya alam.

2)

Setoran laba Badan Usaha Milik Negara (BUMN).

3)

Penerimaan bukan pajak lainnya.

2. Belanja APBN, terdiri atas dua jenis:


a. Belanja Pemerintah Pusat, adalah belanja yang digunakan untuk membiayai kegiatan
pembangunan Pemerintah Pusat, baik yang dilaksanakan di pusat maupun di daerah
(dekonsentrasi dan tugas pembantuan). Belanja Pemerintah Pusat dapat dikelompokkan
menjadi:
1)

Belanja Pegawai

2)

Belanja Barang

3)

Belanja Modal

4)

Pembiayaan Bunga Utang

5)

Subsidi BBM dan Subsidi Non-BBM

6)

Belanja Hibah

7)

Belanja Sosial (termasuk Penanggulangan Bencana).

b. Belanja Daerah, adalah belanja yang dibagi-bagi ke Pemerintah Daerah, untuk kemudian
masuk dalam pendapatan APBD daerah yang bersangkutan. Belanja Pemerintah Daerah
meliputi:
1)

Dana Bagi Hasil

2)

Dana Alokasi Umum

3)

Dana Alokasi Khusus

4)

Dana Otonomi Khusus.

3. Pembiayaan APBN, meliputi:


a. Pembiayaan Dalam Negeri, meliputi Pembiayaan Perbankan, Privatisasi, Surat Utang
Negara, serta penyertaan modal negara.
b. Pembiayaan Luar Negeri, meliputi:
1)

Penarikan Pinjaman Luar Negeri, terdiri atas Pinjaman Program dan Pinjaman Proyek

2)

Pembayaran Cicilan Pokok Utang Luar Negeri, terdiri atas Jatuh Tempo dan
Moratorium.

Dalam penyusunan APBN, pemerintah menggunakan 7 indikator perekonomian makro, yaitu:


1. Produk Domestik Bruto (PDB) dalam rupiah.
2. Pertumbuhan ekonomi tahunan (%).
3. Inflasi (%).
4. Nilai tukar rupiah per USD.
5. Suku bunga SBI 3 bulan (%).
6. Harga minyak indonesia (USD/barel).
7. Produksi minyak Indonesia (barel/hari).

Fungsi APBN
APBN merupakan instrumen untuk mengatur pengeluaran dan pendapatan negara dalam
rangka

membiayai

pelaksanaan

kegiatan

pemerintahan

dan

pembangunan,

mencapai

pertumbuhanekonomi, meningkatkan pendapatan nasional, mencapai stabitas perekonomian, dan


menentukan arah serta prioritas pembangunan secara umum.
APBN mempunyai fungsi otorisasi, perencanaan, pengawasan, alokasi, distribusi, dan
stabilisasi. Semua penerimaan yang menjadi hak dan pengeluaran yang menjadi kewajiban negara
dalam suatu tahun anggaran harus dimasukkan dalam APBN. Surplus penerimaan negara dapat
digunakan untuk membiayai pengeluaran negara tahun anggaran berikutnya.
1. Fungsi otorisasi, mengandung arti bahwa anggaran negara menjadi dasar untuk melaksanakan
pendapatan dan belanja pada tahun yang bersangkutan, Dengan demikian, pembelanjaan atau
pendapatan dapat dipertanggungjawabkan kepada rakyat.
2. Fungsi perencanaan, mengandung arti bahwa anggaran negara dapat menjadi pedoman bagi
negara untuk merencanakan kegiatan pada tahun tersebut. Bila suatu pembelanjaan telah
direncanakan sebelumnya, maka negara dapat membuat rencana-rencana untuk medukung
pembelanjaan tersebut. Misalnya, telah direncanakan dan dianggarkan akan membangun
proyek pembangunan jalan dengan nilai sekian miliar. Maka, pemerintah dapat mengambil
tindakan untuk mempersiapkan proyek tersebut agar bisa berjalan dengan lancar.
3. Fungsi pengawasan, berarti anggaran negara harus menjadi pedoman untuk menilai apakah
kegiatan penyelenggaraan pemerintah negara sesuai dengan ketentuan yang telah ditetapkan.
Dengan demikian akan mudah bagi rakyat untuk menilai apakah tindakan pemerintah
menggunakan uang negara untuk keperluan tertentu itu dibenarkan atau tidak.
4. Fungsi alokasi, berarti bahwa anggaran negara harus diarahkan untuk mengurangi
pengangguran dan pemborosan sumber daya serta meningkatkan efesiensi dan efektivitas
perekonomian.
5. Fungsi distribusi, berarti bahwa kebijakan anggaran negara harus memperhatikan rasa
keadilan dan kepatutan
6. Fungsi stabilisasi, memiliki makna bahwa anggaran pemerintah menjadi alat untuk
memelihara dan mengupayakan keseimbangan fundamental perekonomian.

Prinsip penyusunan APBN


Berdasarkan aspek pendapatan, prinsip penyusunan APBN ada tiga, yaitu:
1. Intensifikasi penerimaan anggaran dalam jumlah dan kecepatan penyetoran.
2. Intensifikasi penagihan dan pemungutan piutang negara.
3. Penuntutan ganti rugi atas kerugian yang diderita oleh negara dan penuntutan denda.

Sementara berdasarkan aspek pengeluaran, prinsip penyusunan APBN adalah:

1. Hemat, efesien, dan sesuai dengan kebutuhan.


2. Terarah, terkendali, sesuai dengan rencana program atau kegiatan.
3. Semaksimah mungkin menggunakan hasil produksi dalam negeri dengan memperhatikan
kemampuan atau potensi nasional.

Azas penyusunan APBN


1. Kemandirian, yaitu meningkatkan sumber penerimaan dalam negeri.
2. Penghematan atau peningkatan efesiensi dan produktivitas.
3. Penajaman prioritas pembangunan
4. Menitik beratkan pada azas-azas dan undang-undang negara

Você também pode gostar