Você está na página 1de 10

AUDITING

Auditing adalah suatu proses sistematik untuk memperoleh dan mengevaluasi bukti
secara objektif mengenai pernyataan-pernyataan tentang kegiatan dan kejadian ekonomi,
dengan tujuan untuk menetapkan tingkat kesesuaian antara pernyataan-pernyataan tersebut
dengan kriteria yang telah ditetapkan, serta penyampaian hasil-hasilnya kepada pengguna
yang berkepentingan. Proses auditing dilakukan untuk menyatakan kewajaran suatu laporan
keuangan, dimana laporan keuangan dibutuhkan oleh pengguna laporan keuangan, seperti:
investor, kreditor, pemerinta, dan sebagainya. Proses auditing dilakukan oleh auditor. Dalam
menjalankan profesinya auditor harus benar-benar bertanggug jawab atas opini yang akan di
berikannya pada laporan keuangan. Sebab opini auditor menunjukan kepada pemakai laporan
keuangan, apakah laporan keuangan tersebut objektif.
Dalam dunia hukum yang berkembang pada saat ini, auditor bisa dikenakan
kewajiban atas hal-hal yang telah dilakukan. Banyak hal yang dapat mengakibatkan auditor
dapat dituntut baik secara perdata maupun pidana yang dikarenakan adanya perselisihan yang
berkaitan dengan audit. Tuntutan terhadap auditor dapat terjadi karena adanya peristiwaperistiwa yang menyebabkan kerugian bagi pengguna laporan keuangan. Auditor juga dapat
dituntut oleh klien kreditor dan pemerintah karena auditor tidak melakukan jasa profesional
yang memadai.

A. Kegagalan Perusahaan, Kegagalan Audit dan Risiko audit


Banyak profesional akuntansi dan hukum percaya bahwa penyebab utama tuntutan hukum
terhadap kantor-kantor akuntan nadalah kurangnya pemahaman pemakai laporan keuangan
tentang perbedaan antara kegagalan perusahaan dengan kegagalan audit. Dan antara
kegagalan audit dengan risiko audit. Apabila investasi ditanamkan di dalam suatu perusahaan,
ini akan mengakibatkan beberapa tingkat risiko perusahaan. Yakni, terdapat risiko bahwa
perusahaan tidak mampu memenuhi harapan investornya, karena adanya kondisi-kondisi
ekonomi atau bisnis seperti resesi, keputusan manajemen yang buruk, atau persaingan yang
tak terduga dalam perusahaan itu. Kasus eksterm yang mencerminkan risiko bisnis adalah
kegagalan perusahaan.
Kegagalan audit adalah suatu situasi di dalam audit dimana auditor sampai pada

dan/atau mengeluarkan pendapat auditor yang salah karena gagal dalam memenuhi
persyaratan-persyaratan/standar pemeriksaan yang berlaku. Bila terjadi kegagalan
perusahaan, mungkin terdapat atau tidak terdapat kegagalan audit.
Risiko audit adalah risiko dimana auditor menyimpulkan bahwa laporan keuangan
dinyatakan dengan wajar dan oleh karenanya dapat dikenakan pendapat wajar tanpa
pengecualian, namun pada kenyataannya laporan tersebut disajikan salah secara
material. Audit tidak dapat diharapkan untuk mengungkapkan semua kesalahan laporan
keuangan yang material. Audit terbatas pada pemilihan sampel, dan kesalahan yang
disembunyikan dengan sangat rapi sulit ditemukan. Karenanya ada risiko bahwa audit tidak
akan mengungkapkan kesalahan yang materil dalam laporan keuangan.
Kebanyakan profesional akuntansi setuju bila auditor gagal mengungkapkan kesalahan yang
material lalu pendapat auditor tersebut salah maka akuntan publik tersebut diminta tetap
mempertahankan kualitas auditnya, berarti terjadi kegagalan audit, dan kantor akuntan
tersebut harus bertanggung jawab kepada mereka yang menderita kerugian itu. Dalam
prakteknya sulit untuk menentukan bilamana auditor gagal menggunakan keahliannya karena
rumitnya proses auditing. Namun begitu, auditor yang gagal dalam menjalankan praktik
auditnya dapat berakibat buruk bagi kantor akuntannya.
Kesulitan timbul bila terjadi kegagalan dalam perusahaan, tetapi bukan kegagalan audit .
apabila sebuah perusahaan pailit, atau tidak dapat membayar hutang-hutangnya, maka
pemakai laporan keuangan umumnya mengklaim telah terjadi kegagalan audit khususnya
apabila pendapat auditor terakhir menyatakan laporan keuangan tersebut wajar.
B. KONSEP HUKUM YANG MEMPENGARUHI KEWAJIBAN
Kebanyakan gugatan ke pengadilan menyangkut laporan keuangan yang telah atau belum
diaudit. Beberapa konsep hukum dapat diterapkan pada segala macam gugatan terhadap
akuntan publik. Konsep-konsep tersebut adalah:
1. Prudent man (keberhatian)
Ada perjanjian di dalam praktik akuntansi dan pengadilan bahwa auditor bukan penjamin
atau penanggung jawab dari laporan keuangan. Auditor hanya berkewajiban melakukan audit
secara teliti. Meskipun demikian, auditor bukannya tanpa cela.
Standar ketelitian yang diharapkan dari auditor sering sering disebut sebagai konseo pruden
man. Ini dinyatakan dalam Cooley on Torts sebagai berikut:
Setiap orang yang memberikan jasanya kepada orang lain dan dipekerjakan olehnya

mempunyai kewajiban untuk menggunakan keahlian yang dimilikinya dengan hati-hati serta
teliti dan sungguh-sungguh. Dalam semua pekerjaan iniyang membutuhkan keahlian khusus,
jika seseorang menawarkan jasanya, dapat dianggap bahwa dia menyediakan dirinya kepada
masyarakat sebagai seseorang yang mempunyai tingkatan keahlian yang juga dipunyai oleh
orang lain dalam mengerjakan pekerjaan yang sama, dan, jika apa yang dia janjikan ternyata
tidak berdasar, ia telah melakukan penipuan terhadap semua orang yang telah
mempercayainya. Akan tetapi tidak ada seorang pun, apakah dia ahli atu bukan yang tanpa
kekeliruan atau kesalahan. Dan ia bertangung jawab atas kecerobohan itikad buruk, atau
kekeliruan dalam penilaian.
2. Kewajiban atas tindakan sekutu lain
Para sekutu atau pemegang saham dalam perseroan profesional secara bersama-sama
bertanggung jawab atas tindakan perdata yang ditujukan terhadap salah seorang anggotanya.
Para sekutu juga bisa bertanggung jawab atas pekerjaan yang dilakukan orang lain yang
mereka percayai. Ini diatur dalam hukum keagenan (laws of agency).
3. Keterbukaan di pengadilan
Akuntan publik tidak boleh menahan informasi jika diminta oleh pengadilan dengan alasan
informasi tersebut dirahasiakan. Seluruh informasi dalam kertas kerja seorang auditor dapat
diminta oleh pengadilan apabila diperlukan. Pembicaraan rahasia antara klien dengan auditor
tidak dapat ditutupi dalam pengadilan
C. KEWAJIBAN HUKUM AUDITOR
Auditor bisa dituntut oleh klien, investor, kreditor dan pemerintah karena tidak melakukan
jasa profesionalnya secara memadai. Auditor bisa dituntut berdasarkan dua jenis undangundang:
1. Common law
Merupakan undang undang yang dikembangkan terus menerus oleh para hakimyang
mengeluarkan pendapat hukum saat memutuskan suatu pekara (prinsip-prinsip hukum yang
diterapkan dalam kasus-kasus ini menjadi pedoman bagi para hakim yang memutuskan
perkara yang sama di masa yang akan datang). Tuntutan yang diberikan kepada auditor
berkaitan dengan common law adalah bahwa auditor tidak melakukan audit secara tepat.
Misalnya, berdasarkan common law seorang auditor bisa dianggap memiliki kewajiban
kepada klien atas terjadinya pelanggaran kontrak, kelalaian, kelalaian berat dan kecurangan.

2. Statutory law.
Merupakan hukum tertulis yang dibuat oleh lembaga legislatif dari pemerintah federal dan
Negara yang menetapkan beberapa aturan pelaksanaan yang harus dipatuhi pihak-pihak yang
bersengketa. Berdasarkan statutory law seorsng auditor bisa dikenakan kewajiban perdata
atau pun penjara. Perkara perdata bisa menimbulkan denda dan sanksi.
D. TANGGUNG JAWAB ATAS KERAHASIAAN (RESPONSIBILITY OF
CONFIDENTIALY
Kasus pada awal tahun 80-an yang menyangkut tanggung jawab kantor akuntan untuk
memberitahu klien mereka jika ada informasi yang biasanya dianggap rahasia menurut
peraturan perilaku. kasus ini adalah Consolidata Servises, Inc.
1; Contoh kasus :

CONSOLIDATA SERVICES, Inc. vs Alexander Grant & Company


Consolidata Services, Inc adalah perusahaan pelayanan gaji yang menyiapkan cek gaji
dan membagikan uang gaji kepada klien, karyawan dan pembayaran pajak. Hubungan
kantor akuntan dan Consolidata hanya meliputi pengurusan pajak dan tidak mencakup
auditing atau akuntansi . disamping itu kantor akuntan merekomendasikan pelayanan
gaji kepada para kliennya, dan konsolidata sebaiknya juga berbuat yang sama,
merekomendasikan kantor akuntan itu kepada para kliennya.
Dalam suatu rapat-rapat antara wakil-wakil kantor akuntan dan konsolidata,
diputuskan bahwa konsolidata ternyata insolven. Setelah diadakabn diskusi dengen
penasihat hukumnya, kantor akuntan meminta agar Consolidata memberitahukan para
kliennya mengenai hal itu tetapi manajemennya menolak. Direkturnya kemudian
memberitahukan para klien mengenai keadaan Consolidata. Consolidata meminta
agar antor akuntan menunggu sepuluh hari agar Consolidata dapat meminjam uang
agar dapat meminjam uang untuk menolong masalah solvensinya itu.
Para sekutu kantor akuntan memutuskan untuk memanggil kedua belas klien yang
memanfaatkan jasa gaji consolidate dan memberitahukan mereka agar tidak
mengirimkan uang lagi. Tidak seorangpun yang memberitahukan klien Consolidata
lainnya yang berjumlah dua puluh empat.
Klien menggugat atas dasar kelalaian dsan pelanggaran kontrak karena tidak
mengindahkan sesuatu yang ditrahassiakan. Pengadilan memenangkan Consolidata
Services, Inc., dengan gati rugi sebesar $ 1,3 juta.
E. TANGGAPAN PROFESI TERHADAP KEWAJIBAN HUKUM

Ada banyak hal yang dapat dilakukan oleh AICPA dan profesi secara keseluruhan
untuk mengurangi risiko terkena sanksi hukum, antara lain :
1. Penelitian dalam auditing
Penelitian yang dilakukan secara berkesinambungan adalah penting untuk
menemukan cara-cara yang lebih baik dalam melakukan pekerjaan seperti
mengungkapkan laporan yang keliru atau penipuan oleh manajemen atau karyawan
yang tidak disengaja, menyampaikan hasil audit kepada pemakai laporan, dan
meyakinkan bahwa auditor independen
2. Penetapan standar dan aturan
AICPA harus secara terus menerus menetapkan standard an menyesuaikannya agar
sejalan dengan kebutuhan auditing yang selalu berubah-ubah. Pernyataan-pernyataan
baru dalam standar auditing, revisi kode etik jabatan, dan pernyataan lain harus
disiarkan, sejalan dengan perubahan kebutuhan masyarakat dan timbulnya teknologi
baru dari pengamanan dan penyelidikan.
3. Menetapkan persyaratan untuk melindungi auditor
AICPA dapat membantu anggotanya dengan menetapkan persyaratan yang telah
diikuti oleh anggota-anggotanya yang terkemuka. Tentu saja persyaratan ini tidak
boleh bertentangan dengan usaha untuk memenuhi kebutuhan klien.
4. Menetapkan persyaratan penilikan horizontal
Pemeriksaan berkala terhadap cara kerja dan prosedur perusahaan merupakan satu
cara untuk mendidik anggota dan mengidentifikasi kantor akuntan yang tidak
memenuhi standar profesi.
5. Melawan gugatan hukum
Adalah penting bagi kantor akuntan untuk terus melawan gugatan-gugatan yang
kurang berdasar, meskipun dalam jangka pendek, biaya untuk memenangkan perkara
lebih besar daripada biaya untuk menyelesaikan perkara.
6. Pendidikan bagi pemakai laporan
Perlu untuk mendidik investor dan orang lain yang menggunakan laporan keuangan
mengenai maksud dari opini auditor dan wawasan serta sifat dari pekerjaan auditor.
7. Mengenakan sanksi terhadap anggota karena ulah dan hasil kerja yang tak layak
AICPA telah mencatat kemajuan dalam menangani masalah hasil kerja akuntan yang
kurang layak, tetapi masih diperlukan pemeriksaan ulang yang lebih teliti terhadap
kegagalan yang telah disebutkan.
8. Perundingan untuk perubahan hukum
Tujuan peundingan ini adalah untuk mengurangi biaya kewajiban sebagai sarana
untuk mengurangi biaya asuransi kewajiban yang dibebankan kepada konsumen
melalui kenaikan harga.

F. TANGGAPAN AKUNTAN PERORANGAN


Seorang auditor yang berpraktek dapat pula mengambil langkah tertentu untuk
meringankan kewajibannya. Beberapa langkah yang dapat diambil sebagai berikut :
1. Hanya berurusan dengan klien yang memiliki integritas
Terdapat kemungkinan besar mendapatkan masalah hukum jika seorang klien kurang
dapat dipercaya dalam berurusan dengan para pelanggannya, karyawannya, badan
pemerintah atau lainnya. Suatu kantor akuntan membutuhkan serangkaian prosedur
untuk menilai integritas klien dan harus langsung menarik diri apabila klien tersebut
ternyata kurang dapat dipercaya.
2. Memperkerjakan staff yang kompeten dan melatih serta mengawasi mereka dengan
baik
Sebagian audit biasanya dikerjakan dengan tenaga muda yang belum begitu
berpengalaman. Mengingat risiko yang tinggi, yang dihadapi kantor akuntan dalam
mengerjakan audit, adalah penting jika tenaga-tenaga muda ini harus kompeten dan
dilatih dengan baik. Juga diperlukan pengawasan atas pekerjaan mereka oleh ahli
yang berpengalaman dan benar-benar kompeten.
3. Mengikuti standar profesi
Suatu perusahaan harus menjalankan prosedur tertentu untuk meyakinkan bahwa
seluruh personel perusahaan memahami dan mengikuti SAS, opini FASB, peraturan
perilaku, dan pedoman-pedoman kerja lainnya.
4. Mempertahankan independensi
Independensi memiliki arti yang lebih luas dari sekedar menyangkut keuangan.
Kenyataannya independensi membutuhkan suatu sikap tanggung jawab yang terpisah
dari kepentingan kliennya. Banyak masalah hukum yang timbul karena mengalahnya
auditor terhadap pernyataan atau tekanan klien. Auditor harus mempertahankan sikap
skeptis yang sehat.
5. Memahami usaha klien
Kurangnya pemahaman terhadap cara kerja industry dan operasi klien sering kali
menjadi factor kegagalan auditor untuk mengungkapkan kesalahan dalam banyak
kasus. Adalah penting bahwa tim audit dididik dalam bidang ini.
6. Melaksanakan audit yang bermutu
Audit yang bermutu menuntut persyaratan bahwa bukti yang memadai diperoleh dan
penilaian yang dapat dipertanggungjawabkan atas bukti tersebut dibuat. Auditing yang
baik akan mengurangi kemungkinan laporan yang salah dan gugatan hukum.
7. Mendokumentasikan semua pekerjaan dengan seksama
Mempersiapkan kertas kerja secara seksama akan membantu dalam mengorganisasi
dan melakukan audit yang bermutu. Kertas kerja yang rapi adalah penting sekali dan

sangat diperlukan pada saat seorang auditor harus menghadapi perkara audit di
pengadilan.
8. Mendapatkan surat penugasan dan surat representasi
Kedua surat ini sangat diperlukan dalam memperjelas kewajiban-kewajiban klien dan
auditor. Kedua surat ini terutama sekali bermanfaat dalam perkara hukum antara klien
dan auditor, dan juga dalam perkara-perkara yang menyangkut pihak ketiga.
9. Mempertahankan hubungan yang bersifat rahasia
Auditor terikat kepada aturan etik dan kadang-kadang aturan hukum untuk tidak
mengungkapkan masalah klien kepada orang luar.
10. Perlunya asuransi
Penting bagi kantor akuntan untuk memiliki perlindungan asuransi dalam hal gugatan
hukum. Meskipun tingkat asuransi telah naik dalam beberapa tahun ini sebagai akibat
banyaknya gugatan, asuransi kewajiban auditor masih dapat dimanfaatkan oleh semua
kantor akuntan.
11. Mencari bantuan hukum
Jika masalah serius timbul dalam suatu audit, kantor akuntan sebaiknya menghubungi
seorang ahli hukum. Jika timbul gugatan hukum, auditor harus segera mendapatkan
seorang pengacara yang berpengalaman.
G. KEWAJIBAN HUKUM AUDITOR DI INDONESIA
Regulasi yang diterapkan terhadap auditor Indonesia saat ini dapat dibagi menjadi
dua, yaitu:
1. Regulasi oleh Pemerintah, antara lain:
Gelar Akuntan (UU Nomor 34 Tahun 1954)
Penyelenggaraan Pendidikan Profesi (Kepmen Nomor 179/U/2001)
Register Negara (Kepmen Nomor 331/KMK/017/1999)
Pemberian Jasa (Kepmen Nomor 426/KMK.06/2002 dan Nomor
359/KMK.06/2003)
Undang_Undang Akuntan Publik (rancangan)
Regulasi oleh Badan Pemerintah lainnya, seperti otoritas pasar modal, Bank Sentral
dan lain-lain.
2. Regulasi oleh Organisasi Profesi Akuntan, antara lain:
Standar Akuntansi
Standar Audit
Kode Etik Profesi
Dari teori etika, profesi pemeriksa (auditor) diatur dalam sebuah aturan yang disebut

sebagai kode etik profesi akuntan. Dalam kode etik profesi akuntan ini diatur berbagai
masalah, baik masalah prinsip yang harus melekat pada diri auditor, maupun standar
teknis pemeriksaan yang juga diikuti oleh auditor, juga bagaimana ketiga pihak
melakukan komunikasi atau interaksi.
Dinyatakan dalam kode etik yang berkaitan dengan masalah prinsip bahwa auditor
harus menjaga, menjunjung dan menjalankan nilai-nilai kebenaran dan moralitas,
seperti bertanggung jawab (responsibility), berintegritas (integrity), bertindak secara
objektif (objectivity) dan menjaga indenpendensinya terhadap kepentingan berbagai
pihak (independence), dan hati-hati dalam menjalankan profesi (due care).
Kode Etik Akuntan Indonesia pasal 1 ayat dua menyatakan bahwa setiap anggota
harus mempertahankan integritas, objektivitas dan independensi dalam menjalankan
tugasnya. Seorang auditor yang mempertahankan integritas, akan bertindak jujur dan
tegas dalam mempertimbangkan fakta, terlepas dari kepentingan pribadi.
Etika auditor yang dalam SPAP (1994) yang disusun oleh Ikatan Akuntan Indonesia
(IAI) disebut sebagai norma akuntan menjadi patokan resmi para auditor Indonesia
dalam berpraktek. Norma-norma dalam SPAP tersebut yang menjadi acuan dalam
penentuan tiga standar utama dalam pekerjaan auditor, antara lain:
1. Auditor harus memiliki keahlian teknis, independen dalam sikap mental serta
kemahiran professional dengan cermat dan seksama.
2. Auditor wajib menemukan ketidakberesan, kecurangan, manipulasi dalam
pengauditan.
Hal yang paling ditekankan dalam SPAP adalah betapa esensialnya kepentingan
publik yang harus dilindungi serta sifat independensi dan kejujuran seorang auditor
dalam berprofesi. Namun sulit untuk menentukan fungsi dan etika pengauditan yang
secara teknik dapat mendeteksi jika ada penyelewengan pada sistem pemerintahan
baik untuk penyusunan anggaran maupun aktivitas keuangan lainnya. Pengawasan
kepatuhan dan penilaian pelaksanaan kode etik serta SPAP oleh akuntan publik
dilaksanakan oleh Badan Pengawas Profesi ditingkat Kompartemen Akuntan Publik
dan Dewan Pertimbangan Profesi di tingkat IAI.
IAI mempunyai tugas dan kewajiban terhadap anggotanya yang terlibat dalam proses
pemeriksaan akuntan (auditing) agar tetap menjunjung tinggi profesionalisme mereka.
Tuntutan profesionalisme bagi auditor antara lain:
1. Meningkatkan dan mengembangkan ilmu dan seni akuntansi
2. Menjaga kepercayaan publik kepada profesi
3. Mengadakan dan menjalankan setiap program dan kegiatan profesi yang bertujuan
untuk meningkatkan kualitas jasa yang diberikan profesi
Sebagai organisasi profesional di samping harus mampu membina anggotanya, IAI
harus mampu mengawasi dan menindak anggotanya yang melanggar kode etik

profesi. Kewajiban lain yang harus dipikul IAI agar dapat menjadi salah satu pillars
of integrity adalah menjadi salah satu agen yang mempromosikan good governance.
Promosi ini dilakukan pada dasarnya untuk menyuarakan adanya keterbukaan dan
akuntabilitas dalam berbagai aktivitas masyarakat. Peran lain yang dapat IAI ambil
untuk mendukung gerakan anti korupsi yang merupakan salah satu elemen gerakan
untuk menciptakan good governance adalah dengan memberikan dukungan teknis
kepada lembaga atau gerakan anti korupsi.
Keputusan Menteri Keuangan RI Nomor: 423/KMK.06/2002 tentang Jasa Akuntan
Publik
PASAL 28
1. Akuntan Publik wajib mengikuti Pendidikan Profesional Berkelanjutan (PPL) yang
diselenggarakan yang diakui oleh IAI dan atau Direktur Jenderal dengan jumlah
Satuan Kredit PPL (SKP) sekurang-kurangnya 30 (tiga puluh) SKP setiap tahun.
2. Akuntan Publik yang dalam waktu 1 tahun melakukan audit umum atas laporan
keuangan, wajib mengikuti PPL di bidang auditing dan akuntansi sekurang-kurangnya
sebanyak 15 (lima belas) SKP pada tahun berikutnya, yang merupakan bagian dari
jumlah SKP sebagaimana dimaksud pada ayat (1).
Keputusan Menteri Keuangan RI Nomor: 359/KMK.06/2003 tentang Perubahan atas
Keputusan Menteri Keuangan RI Nomor: 423/KMK.06/2002 tentang Jasa Akuntan
Publik
PASAL I: Pasal 26
Akuntan Publik dilarang merangkap sebagai pejabat negara, pimpinan atau pegawai
pada instansi pemerintah, BUMN atau daerah atau swasta, atau badan hukum lainnya.
PASAL II
1. KAP yang memberikan jasa audit umum untuk 5 (lima) tahun buku berturut-turut
atau lebih atas laporan keuangan dari suatu entitas pada saat berlakunya Keputusan
Menteri Keuangan ini, dapat melaksanakan audit umum atas laporan keuangan suatu
entitas tersebut sampai dengan tahun buku 2003.
2. Akuntan Publik yang memberikan jasa audit umum untuk 3 (tiga) tahun buku
beturut-turut atau lebih atas laporan keuangan dari suatu entitas pada saat berlakunya
Keputusan Menteri Keuangan ini, dapat melaksanakan audit umum atas laporan
keuangan suatu entitas tersebut sampai tahun buku 2003.
Pembatasan dan rotasi terhadap akuntan publik diatur dalam pasal 6 ayat 4, yang
berbunyi: Pemberian jasa audit umum atas laporan keuangan dari suatu entitas dapat
dilakukan oleh KAP paling lama untuk lima tahun buku berturut-turut dan oleh

seorang akuntan public paling lama tiga tahun berturut-turut.


Beberapa perubahan penting dalam Kepmenkeu itu diatur dalam pasal 6, yang semula
empat ayat ditambah menjadi tujuh ayat. Adapun tiga ayat tambahan tersebut adalah:
1. Dalam hal KAP yang telah menyelenggarakan audit umum atas laporan keuangan
dari satu entitas melakukan perubahan komposisi akuntan publiknya maka terhadap
KAP tersebut tetap diberlakukan ketentuan ayat 4.
2. Dalam hal KAP melakukan perubahan komposisi akuntan public yang
mengakibatkan jumlah akuntan publiknya 50% atau lebih berasal dari KAP yang telah
menyelenggarakan audit umum atas laporan keuangan dari suatu entitas maka
terhadap KAP itu diberlakukan sebagai kelanjutan KAP atas akuntan public yang
bersangkutan dan tetap diberlakukan pembatasan penyelenggaraan audit umum atas
laporan keuangan sebagaimana dimaksud ayat 4.
3. Dalam hal pendirian atau perubahan nama KAP yang komposisi akuntan publiknya
50% atau lebih berasal dari KAP yang telah menyelenggarakan audit umum atas
laporan keuangan dari suatu entitas maka terhadap KAP tersebut diberlakukan sebagai
kelanjutan KAP asal akuntan public yang bersangkutan dan tetap diberlakukan
pembatasan penyelenggaraan audit umum atas laporan keuangan sebagaimana
dimaksud dalam ayat 4.

Você também pode gostar