Você está na página 1de 27

APASU

(Atap Panel Surya)


sebagai Upaya Mengurangi Global Warming
(disusun guna melengkapi tugas mata kuliah fisika lingkungan)
Makalah

Disusun oleh:
Roby Hidayatur Rohman

(120210102043 / kelas A)

Dosen Pengampu:
Dr. Sudarti, M.Kes.

PROGRAM STUDI PENDIDIKAN FISIKA


JURUSAN PENDIDIKAN MIPA
FAKULTAS KEGURUAN DAN ILMU PENDIDIKAN
UNIVERSITAS JEMBER
2014

PENGANTAR

Puji syukur dipanjatkan ke hadirat Allah SWT, yang telah memberikan berkat dan
hidayah-Nya sehingga penulis dapat menyelesaikan Makalah APASU (Atap Panel Surya)
sebagai Upaya Mengurangi Global Warming.
Pada kesempatan ini penulis menyampaikan ucapan terima kasih kepada Dr. Sudarti,
M.Kes sebagai dosen pengajar mata kuliah Fisika Lingkungan dan semua pihak yang telah
membantu sehingga penulis dapat menyelesaikan penyusunan makalah ini.
Penulis telah berusaha untuk menyempurnakan tulisan ini, namun sebagai manusia penulis
pun menyadari akan keterbatasan maupun kehilafan dan kesalahan yang tanpa disadari. Oleh
karena itu, saran dan kritik untuk perbaikan makalah ini akan sangat dinantikan.

Jember, 10 Desember 2014


Penulis

Makalah Fisika Lingkungan APASU (Atap Panel Surya sebagai Upaya Mengurangi Global Warming)

BAB 1
PENDAHULUAN

1.1 Latar Belakang


Indonesia merupakan negara bagian timur yang yang terletak di equator, sehingga
akan menjadi negara yang pertama kali merasakan perubahan iklim. Dampak tersebut
telah dirasakan, yakni tahun 1998 menjadi tahun dengan suhu udara terpanas dan
semakin meningkat pada tahun-tahun berikutnya. Perubahan ikim dapat dirasakan pada
daerah dataran tinggi dan kawasan pegunungan yang kini tak lagi sedingin dulu. Iklim
pun kian sulit diprediksi dengan tepat. Bencana global ini sebenarnya justru dipicu oleh
aktivitas manusia itu sendiri yang telah mengeruk alam (eksploitasi berlebih), tanpa
adanya pembenahan. Akibatnya, alam mulai memberontak akibat keseimbangan
ekosistem yang tidak stabil. Hal tersebut menyebabkan bumi mulai memanas dan terjadi
perubahan iklim secara global.
Perkembangan

manusia

telah

mengalami

jaman

revolusi

industri

yang

menggantungkan kehidupan manusia pada bidang perindustrian. Dengan orientasi hidup


tersebut, dunia agrikultur pun mengalami kemunduran perlahan-lahan. Nilai-nilai
kehidupan manusia pun mengalami perubahan, terutama dalam interaksi manusia dengan
lingkungannya. Perubahan-perubahan yang terjadi ini menghasilkan dampak baik positif
maupun negatif.
Salah satu dampak revolusi industri yang telah terjadi dan masih terus berlanjut
pada masa sekarang dalam kehidupan dan peradaban manusia adalah dampaknya bagi
lingkungan yang ada di sekitar manusia itu sendiri. Ekspansi usaha yang dilakukan oleh
para pelaku industri seperti pembangunan pabrik-pabrik dan pembuatan produksi dengan
kapasitas besar dengan mengesampingkan perhatian terhadap dampaknya bagi
lingkungan secara perlahan namun pasti telah mengakibatkan kelalaian yang pada
akhirnya akan merugikan lingkungan tempat tinggal manusia serta manusia dan
kehidupannya.
Para ahli lingkungan telah menemukan indikasi adanya dampak yang terbesar bagi
lingkungan dan dunia secara global akibat usaha perindustrian yang dilakukan dan telah
berkembang pesat ini. Dampak negatif ini adalah terjadinya pemanasan di dunia dan
sering disebut sebagai Global Warming.
Makalah Fisika Lingkungan APASU (Atap Panel Surya sebagai Upaya Mengurangi Global Warming)

Global warming atau pemanasan global adalah sebuah kata yang tidak asing lagi
bagi kita. Seperti yang kita tahu, global warming membuat keadaan di bumi tidak stabil.
Global warming sendiri terjadi karena ulah manusia yang sama sekakli tidak brtanggung
jawab. Akibatnya, es di kutub utara maupun di kutub selatan mencair dan mengakibatkan
air meluap sedangkan daratan semakin langka. Namun, walaupun air melimpah tidak
semua air bisa dipergunakan dengan sebaik dan semaksimal mungkin. Kenapa hal ini
terjadi? Global warming terjadi karena pemanasan global yang tinggi karena perngaruh
dari rusaknya lingkungan alam yang alami. Hutan semakin langka sedangkan polusi
semakin meningkat dan membahayakan. Polusi ini biasanya juga menyebabkan air
menjadi tercemar.
Selain penyebab diatas, terlalu banyaknya karbondioksida (CO2) juga menjadi
salah satu penyebab global warming. CO2 yang dihasilkan oleh industry, manusia, dan
dan lainnya tak berimbang dengan O2 yang dihasilkan oleh tanaman. Ketidakseimbangan
inilah yang juga memicu terjadinya global warming. Bahkan kita pun menggunakan
listrik dari pembakaran minyak bumi dan batubara yang juga menghasilkan banyak
karbondioksida. Terlalu banyak gas-gas yang merusak ozon dalam lingkungan sekitar
kita.
Hingga akhirnya masyarakatpun mulai berupaya untuk menghemat enegry dan
mencari energi alternatif salah satu tujuannya untuk memelihara lingkungan dan
mengurangi produksi CO2 di alam. Salah satu upaya itu dengan menggunakan
pembangkit listri tenaga surya.
Pembangkit listrik tenaga surya (panel surya) telah lama ditemukan, tetapi hanya
sedikit orang yang menggunakan dan memahami pentingnya tenaga surya dalam hal
menghemat energi dan mencintai lingkungan. Salah satu alasannya adalah karna
mahalnya biaya untuk membeli panel surya ini. Selain itu daya yang dihasilkan kecil jika
dibandingkan listrik dari PLN. Namun, tidakkah kita sadari bahwa selangkah kecilpun
memelihara lingkungan akan berdampak besar jika dilakukakan bersama dan semua
orang melakukannya. Oleh karena itu menulis makalah ini dengan tujuan agar pembaca
memahamami arti pentingnya mencintai dan memelihara lingkungan. Serta program yang
direncanakan dalam makalah ini dapat terlaksana.

Makalah Fisika Lingkungan APASU (Atap Panel Surya sebagai Upaya Mengurangi Global Warming)

1.2 Rumusan Masalah


1.2.1 Bagaimanakan peran panel surya sebagai upaya mengurangi global warming?
1.2.2 Bagaimanakah strategi untuk melaksanakan upaya APASU?

1.3 Tujuan
1.3.1 Mengetahui peran panel surya sebagai upaya mengurangi global warming.
1.3.2 Mengetahui strategi untuk melaksanakan upaya APASU.

Makalah Fisika Lingkungan APASU (Atap Panel Surya sebagai Upaya Mengurangi Global Warming)

BAB II
TINJAUAN PUSTAKA

2.1 Global warming


Pemanasan global (Inggris: global warming) adalah suatu proses meningkatnya
suhu rata-rata atmosfer, laut, dan daratan Bumi.
Suhu rata-rata global pada permukaan Bumi telah meningkat 0.74 0.18 C (1.33
0.32 F) selama seratus tahun terakhir. Intergovernmental Panel on Climate Change
(IPCC) menyimpulkan bahwa, "sebagian besar peningkatan suhu rata-rata global sejak
pertengahan abad ke-20 kemungkinan besar disebabkan oleh meningkatnya konsentrasi
gas-gas rumah kaca akibat aktivitas manusia"[1] melalui efek rumah kaca. Kesimpulan
dasar ini telah dikemukakan oleh setidaknya 30 badan ilmiah dan akademik, termasuk
semua akademi sains nasional dari negara-negara G8. Akan tetapi, masih terdapat
beberapa ilmuwan yang tidak setuju dengan beberapa kesimpulan yang dikemukakan
IPCC tersebut. (Wikipedia, 2014)
Jadi, pemanasan global adalah merupakan meningkatnya temperatur di planet
bumi secara global, meliputi peningkatan temperatur atmosfir, temperatur laut dan
temperatur daratan bumi yang menimbulkan dampak secara langsung maupun tidak
langsung terhadap masa depan bumi termasuk manusia dan makhluk hidup lain.
Dampak

yang

ditimbulkan

cenderung

mengancam

eksistensi bumi,

dan

kelangsungan hidup manusia dan makhluk hidup lainnya. (Muhi, 2011)


2.2 Faktor penyebab global warming
Efek Rumah Kaca
Efek rumah kaca, yang pertama kali diusulkan oleh Joseph Fourier pada 1824,
merupakan proses pemanasan permukaan suatu benda langit (terutama planet atau satelit)
yang disebabkan oleh komposisi dan keadaan atmosfernya. (Wikipedia. 2014)

Makalah Fisika Lingkungan APASU (Atap Panel Surya sebagai Upaya Mengurangi Global Warming)

Dengan semakin meningkatkany akonsentrasi gas-gas ini di atmosfir, semakian


banyak panas yang terperangkap di bawahnya. Bumi sebenarnya telah lebih panas 33 0C
(590F) dari suhu semulanya. Jika tidak ada efek rumah kaca suhu bumi hanya -180C
hingga es akan menutupi seluruh permukaan bumi. Akan tetapi sebaiknya, apabila gasgas tersebut berlebihan di atmosfir, akan mengakibatkan pemanasan global.
Berikut beberapa gas yang menyebabkan rumah kaca:
a) Karbondioksida (CO2) yang berasal dari pembakaran bahan bakar fosil.
(minyak bumi, batu bara, dan gas alam.)
b) Metana (CH4) berasal dari areal persawahan, pelapukan kayu, timbunan
sampah, proses industri, dan eksplorasi bahan bakar fosil.
c) Nitrous Oksida (N2O) yang berasal dari kegiatan pertanian atau pemupukan,
transporasi, dan proses industri.
d) Hidroflourokarbon (HFCs) berasal dari sistem pendingin, aerosol, foam, pelarut, dan
pemadam kebakaran.
e) Perflourokarbon (PFCs) berasal dari proses industri.
f) Sulfurheksafluorida (SF6) berasal dari proses industri.

Ozon menipis
Sebelum energi matahari mencapai bumi,energi
tersebut akan difilter terlebih dahulu oleh lapisan
ozon yang ada di atmosfer.Tetapi hasil penelitian

Makalah Fisika Lingkungan APASU (Atap Panel Surya sebagai Upaya Mengurangi Global Warming)

menunjukkan telah terjadinya penipisan lapisan ozon.Sudah bisa ditebak apa akibat
yang terjadi jika lapisan ozon ini rusak,atau bahkan bolong.
Salah satu penyebab penipisan ozon ini adalah meningkatnya pemakaian Chloro
Flouro Carbon (CFC).CFC dipakai dalam kehidupan sehari-hari pada lemari es,air
conditioner,bahan pendorong pada penyembur,pembuat buih,dan sebagai bahan pelarut.
(Nining 2013)
Kebakaran hutan
Luas hutan di Indonesia di laporkan terus menurun di akibatkan kebakaran hutan.
di tahun 1966 tercatat luas hutan Indonesia berjumlah 144 juta hektar, tetapi di tahun
1990 angka ini menurun menjadi 119,7 juta hektar.
Akibat yang ditimbulkan oleh kebakaran hutan ngsung
dari kebakaran hutan adalah asap yang dihasilkan yang
berujung pada menurunnya kualitas udara. Kualitas udara
yang buruk sangat berpengaruh terhadap gangguan
kesehatan utamanya penyakit ISPA. dampak lain dari
adanya kabut asap akibat kebakaran hutan adalah
meningkatkan kadar emisi karbon yang bisa mempercepat proses pemanasan global
(Global Warming).
Penggunaan gas bumi (BBM)
Ancaman global warming (pemanasan global) yang disebabkan oleh berbagai
kerusakan, pencemaran, dan efek rumah kaca yang dianggap sebagai era dimulainya
kehancuran bumi dan akhir dari sebuah kontinuitas / keberlangsungan hidup manusia
salah satunya adalah penggunaan gas bumi.
Salah satu penyebab utama pemanasan global adalah polusi yang disebabkan kegiatan
transportasi. Penerbangan, angkutan umum (bus, kereta api, taksi) dan kendaraan pribadi
(mobil, motor dll) semuanya semakin banyak seiring dengan pertambahan jumlah
penduduk.
Meningkatnya penggunaan transportasi merupakan penyebab pemanasan global, yaitu
akibat emisi yang dihasilkan oleh pesawat, kereta api dan kendaraan sehari-hari. Emisi ini
menambah jumlah gas rumah kaca di atmosfer sehingga meningkatkan intensitas efek
rumah kaca. Teknologi yang terus dikembangkan agar mesin semakin efisien akan

Makalah Fisika Lingkungan APASU (Atap Panel Surya sebagai Upaya Mengurangi Global Warming)

memiliki dampak positif dalam mengurangi emisi gas rumah kaca sebagai akibat kegiatan
transportasi.
Produksi energi juga merupakan penyebab utama pemanasan global. Batubara,
minyak dan gas dipakai sebagai sumber bahan bakar di pembangkit listrik untuk
menggerakkan turbin. Karena kenaikan permintaan energi dunia, jumlah emisi akan
bertambah yang pada akhirnya juga akan memperparah efek rumah kaca dan
meningkatkan intensitas pemanasan global.

2.3 Dampak global warming


Pemanasan global mengakibatkan dampak yang luas dan serius bagi lingkungan biogeofisik (seperti pelelehan es di kutub, kenaikan muka air laut, perluasan gurun pasir,
peningkatan hujan dan banjir, perubahan iklim, punahnya flora dan fauna tertentu,
migrasi fauna dan hama penyakit, dsb). Sedangkan dampak bagi aktivitas sosial-ekonomi
masyarakat meliputi : gangguan terhadap fungsi kawasan pesisir dan kota pantai,
gangguan terhadap fungsi prasarana dan sarana seperti jaringan jalan, pelabuhan dan
bandara, gangguan terhadap permukiman penduduk, pengurangan produktivitas lahan
pertanian, peningkatan resiko kanker dan wabah penyakit.
2.3.1. Iklim mulai tidak stabil

Para ilmuwan memperkirakan bahwa selama pemanasan global, daerah bagian Utara dari
belahan Bumi utara (Northern Hemisphere) akan memanas lebih dari daerah-daerah lain
di Bumi. Akibatnya, gunung-gunung es akan mencair dan daratan akan mengecil. Akan
lebih sedikit es yang terapung di perairan Utara tersebut. Daerah-daerah yang
sebelumnya mengalami salju ringan, mungkin tidak akan mengalaminya lagi. Pada
pegunungan di daerah subtropis, bagian yang ditutupi salju akan semakin sedikit serta
akan lebih cepat mencair. Musim tanam akan lebih panjang di beberapa area. Suhu pada
musim dingin dan malam hari akan cenderung untuk meningkat.
Daerah hangat akan menjadi lebih lembap karena lebih banyak air yang menguap dari
lautan. Para ilmuwan belum begitu yakin apakah kelembapan tersebut malah akan
meningkatkan atau menurunkan pemanasan yang lebih jauh lagi. Hal ini disebabkan
karena uap air merupakan gas rumah kaca, sehingga keberadaannya akan meningkatkan
efek insulasi pada atmosfer. Akan tetapi, uap air yang lebih banyak juga akan
membentuk awan yang lebih banyak, sehingga akan memantulkan cahaya Matahari
Makalah Fisika Lingkungan APASU (Atap Panel Surya sebagai Upaya Mengurangi Global Warming)

kembali ke angkasa luar, dimana hal ini akan menurunkan proses pemanasan (lihat siklus
air). Kelembapan yang tinggi akan meningkatkan curah hujan, secara rata-rata, sekitar 1
persen untuk setiap derajat Fahrenheit pemanasan. Curah hujan di seluruh dunia telah
meningkat sebesar 1 persen dalam seratus tahun terakhir ini[22]. Badai akan menjadi lebih
sering. Selain itu, air akan lebih cepat menguap dari tanah. Akibatnya beberapa daerah
akan menjadi lebih kering dari sebelumnya. Angin akan bertiup lebih kencang dan
mungkin dengan pola yang berbeda. Topan badai (hurricane) yang memperoleh
kekuatannya dari penguapan air, akan menjadi lebih besar. Berlawanan dengan
pemanasan yang terjadi, beberapa periode yang sangat dingin mungkin akan terjadi. Pola
cuaca menjadi tidak terprediksi dan lebih ekstrem.
2.3.2.

Peningkatan permukaan laut

Perubahan tinggi rata-rata muka laut diukur dari daerah dengan lingkungan yang stabil secara
geologi.

Ketika atmosfer menghangat, lapisan permukaan lautan juga akan menghangat, sehingga
volumenya akan membesar dan menaikkan tinggi permukaan laut. Pemanasan juga akan
mencairkan banyak es di kutub, terutama sekitar Greenland, yang lebih memperbanyak
volume air di laut. Tinggi muka laut di seluruh dunia telah meningkat 10 25 cm (4 - 10
inchi) selama abad ke-20, dan para ilmuwan IPCC memprediksi peningkatan lebih lanjut
9 88 cm (4 - 35 inci) pada abad ke-21.
Perubahan tinggi muka laut akan sangat memengaruhi kehidupan di daerah pantai.
Kenaikan 100 cm (40 inchi) akan menenggelamkan 6 persen daerah Belanda, 17,5 persen
daerah Bangladesh, dan banyak pulau-pulau. Erosi dari tebing, pantai, dan bukit pasir
akan meningkat. Ketika tinggi lautan mencapai muara sungai, banjir akibat air pasang
akan meningkat di daratan. Negara-negara kaya akan menghabiskan dana yang sangat
Makalah Fisika Lingkungan APASU (Atap Panel Surya sebagai Upaya Mengurangi Global Warming)

besar untuk melindungi daerah pantainya, sedangkan negara-negara miskin mungkin


hanya dapat melakukan evakuasi dari daerah pantai.
Bahkan sedikit kenaikan tinggi muka laut akan sangat memengaruhi ekosistem pantai.
Kenaikan 50 cm (20 inchi) akan menenggelamkan separuh dari rawa-rawa pantai di
Amerika Serikat. Rawa-rawa baru juga akan terbentuk, tetapi tidak di area perkotaan dan
daerah yang sudah dibangun. Kenaikan muka laut ini akan menutupi sebagian besar dari
Everglades, Florida.
2.3.3.

Suhu global cenderung meningkat


Orang mungkin beranggapan bahwa Bumi yang hangat akan menghasilkan lebih banyak
makanan dari sebelumnya, tetapi hal ini sebenarnya tidak sama di beberapa tempat.
Bagian selatan Kanada, sebagai contoh, mungkin akan mendapat keuntungan dari lebih
tingginya curah hujan dan lebih lamanya masa tanam. Di lain pihak, lahan pertanian
tropis semi kering di beberapa bagian Afrika mungkin tidak dapat tumbuh. Daerah
pertanian gurun yang menggunakan air irigasi dari gunung-gunung yang jauh dapat
menderita jika snowpack (kumpulan salju) musim dingin, yang berfungsi sebagai
reservoir alami, akan mencair sebelum puncak bulan-bulan masa tanam. Tanaman
pangan dan hutan dapat mengalami serangan serangga dan penyakit yang lebih hebat.

2.3.4.

Gangguan ekologis
Hewan dan tumbuhan menjadi makhluk hidup yang sulit menghindar dari efek
pemanasan ini karena sebagian besar lahan telah dikuasai manusia. Dalam pemanasan
global, hewan cenderung untuk bermigrasi ke arah kutub atau ke atas pegunungan.
Tumbuhan akan mengubah arah pertumbuhannya, mencari daerah baru karena habitat
lamanya menjadi terlalu hangat. Akan tetapi, pembangunan manusia akan menghalangi
perpindahan ini. Spesies-spesies yang bermigrasi ke utara atau selatan yang terhalangi
oleh kota-kota atau lahan-lahan pertanian mungkin akan mati. Beberapa tipe spesies yang
tidak mampu secara cepat berpindah menuju kutub mungkin juga akan musnah.

2.3.5.

Dampak sosial dan politik


Perubahan cuaca dan lautan dapat mengakibatkan munculnya penyakit-penyakit yang
berhubungan dengan panas (heat stroke) dan kematian. Temperatur yang panas juga

Makalah Fisika Lingkungan APASU (Atap Panel Surya sebagai Upaya Mengurangi Global Warming)

dapat menyebabkan gagal panen sehingga akan muncul kelaparan dan malnutrisi.
Perubahan cuaca yang ekstrem dan peningkatan permukaan air laut akibat mencairnya es
di kutub utara dapat menyebabkan penyakit-penyakit yang berhubungan dengan bencana
alam (banjir, badai dan kebakaran) dan kematian akibat trauma. Timbulnya bencana
alam biasanya disertai dengan perpindahan penduduk ke tempat-tempat pengungsian
dimana sering muncul penyakit, seperti: diare, malnutrisi, defisiensi mikronutrien,
trauma psikologis, penyakit kulit, dan lain-lain.
Pergeseran ekosistem dapat memberi dampak pada penyebaran penyakit melalui air
(waterborne diseases) maupun penyebaran penyakit melalui vektor (vector-borne
diseases). Seperti meningkatnya kejadian demam berdarah karena munculnya ruang
(ekosistem) baru untuk nyamuk ini berkembang biak. Dengan adanya perubahan iklim
ini maka ada beberapa spesies vektor penyakit (eq aedes aegypti), virus, bakteri,
plasmodium menjadi lebih resisten terhadap obat tertentu yang target nya adalah
organisme tersebut. Selain itu bisa diprediksi kan bahwa ada beberapa spesies yang
secara alamiah akan terseleksi ataupun punah dikarenakan perbuhan ekosistem yang
ekstreem ini. hal ini juga akan berdampak perubahan iklim (climate change) yang bisa
berdampak kepada peningkatan kasus penyakit tertentu seperti ISPA (kemarau
panjang/kebakaran hutan, DBD Kaitan dengan musim hujan tidak menentu)
Gradasi Lingkungan yang disebabkan oleh pencemaran limbah pada sungai juga
berkontribusi pada waterborne diseases dan vector-borne disease. Ditambah pula dengan
polusi udara hasil emisi gas-gas pabrik yang tidak terkontrol selanjutnya akan
berkontribusi terhadap penyakit-penyakit saluran pernapasan seperti asma, alergi,
coccidioidomycosis, penyakit jantung dan paru kronis, dan lain-lain.

2.4. Contoh real bencana dampak global warming


a. Gletser Menciut
Gletser adalah daratan yang terbuat dari es.
Gletser bakal ikut meleleh dan menciut seiring
dengan bertambahnya suhu bumi. Suhu bumi
meningkat karena tingginya emisi gas rumah kaca di
atmosfer. Selama tahun 1990- 2005 saja suhu bumi

Makalah Fisika Lingkungan APASU (Atap Panel Surya sebagai Upaya Mengurangi Global Warming)

naik 0,15 - 0,3 derajat celcius. Gletser Himalaya yang memasok air ke sungai Gangga
sekaligus

menyediakan

irigasi

dan

suplai

air

minum

untuk

500

juta

penduduk,menyusut 37 meter pertahun.Gletser di kutub semakin cepat mencair hingga


membuat permukaan air laut di bumi naik.
b. Pulau Tenggelam
Indonesia, Amerika Serikat, dan Bangladesh
adalah beberapa negara yang paling terancam
tenggelam. Bahkan beberapa pulau di Indonesia
sudah hilang tenggelam. Ini disebabkan mencairnya
permukaan gletser di kutub yang membuat volume air laut meningkat drastis.
Menyusutnya hutan bakau memperparah pasangnya air laut. Sekarang saja pasang air laut
Pantai Kuta telah membanjiri beberapa lobi hotel disekitarnya. Pulau Jawa juga bernasib
sama , sampai saat ini permukaan Teluk Jakarta sudah naik 0,8 cm. Dan kalau suhu bumi
terus naik , tahun 2050 derah-daerah Jakarta dan Bekasi seperti Kosambi , Penjaringan ,
Cilincing , Muaragembong , dan Tarumajaya akan terendam.

2.1.Kekeringan
Afrika, India, dan daerah-daerah kering lainnya bakal
menderita kekeringan lebih parah ! Air akan makin
sulit di dapat dan tanah tak bisa ditanami apa-apa lagi,
hingga suplai makanan berkurang drastis. Ilmuwan
memperkirakan hasil tani negara-negara Afrika akan
menurun 50 % di tahun 2020 , dan tingkat kekeringan di dunia meningkat 66 % . Tak
terbayang kalau kekeringan ini sampai terjadi di bumi ini.

2.2.Gelombang Panas
Tahun 2003 lalu, Eropa diserang gelombang panas alias heat wave , yang
menewaskan banyak orang. Mengejutkan, tapi bencana ini sudah diperkirakan ratusan
tahun yang lalu , tepatnya tahun 1900 oleh para ilmuwan di masa itu . Gelombang panas
memang pernah terjad beberapa kali di bumi , namun belakangan ini makin sering terjadi.
Dan diperkirakan 40 tahun lagi frekwensinya akan meningkat 100 kali lipat.
Makalah Fisika Lingkungan APASU (Atap Panel Surya sebagai Upaya Mengurangi Global Warming)

2.3.Mahkluk Hidup Punah


Sebanyak 30 % mahkluk hidup yang ada sekarang
bakal musnah tahun 2050 kalau temperatur bumi terus
naik. Spesies yang punah ini kebanyakan yang habitatnya
di tempat dingin . Hewan-hewan laut diperkirakan
banyak yang tak bisa bertahan setelah suhu air laut jadi menghangat. Kalau tumbuhan dan
hewan makin berkurang, jelas manusia akhirnya terancam karena kekurangan bahan
makanan. (Wikipedia, 2014)

2.5 Panel Surya


a. Pengertian Panel Surya
Panel surya adalah perangkat rakitan sel-sel fotovoltaik yang mengkonversi sinar
matahari menjadi listrik. Ketika memproduksi panel surya, produsen harus memastikan
bahwa sel-sel surya saling terhubung secara elektrik antara satu dengan yang lain pada
sistem tersebut. Sel surya juga perlu dilindungi dari kelembaban dan kerusakan mekanis
karena hal ini dapat merusak efisiensi panel surya secara signifikan, dan menurunkan
masa pakai dari yang diharapkan.
Panel surya biasanya memiliki umur 20+ tahun yang biasanya dalam jangka waktu
tersebut pemilik panel surya tidak akan mengalami penurunan efisiensi yang signifikan.
Namun, meskipun dengan kemajuan teknologi mutahir, sebagian besar panel surya
komersial saat ini hanya mencapai efisiensi 15% dan hal ini tentunya merupakan salah
satu alasan utama mengapa industri energi surya masih tidak dapat bersaing dengan bahan
bakar fosil. Panel surya komersial sangat jarang yang melampaui efisiensi 20%.
Karena peralatan rumah saat ini berjalan di alternating current (AC), panel surya harus
memiliki power inverter yang mengubah arus direct current (DC) dari sel surya menjadi
alternating current (AC).
Posisi ideal panel surya adalah menghadap langsung ke sinar matahari (untuk memastikan
efisiensi maksimum). Panel surya modern memiliki perlindungan overheating yang baik
dalam bentuk semen konduktif termal. Perlindungan overheating penting dikarenakan
panel surya mengkonversi kurang dari 20% dari energi surya yang ada menjadi listrik,
Makalah Fisika Lingkungan APASU (Atap Panel Surya sebagai Upaya Mengurangi Global Warming)

sementara sisanya akan terbuang sebagai panas, dan tanpa perlindungan yang memadai
kejadian overheating dapat menurunkan efisiensi panel surya secara signifikan.
Panel surya sangat mudah dalam hal pemeliharaan karena tidak ada bagian yang
bergerak. Satu-satunya hal yang harus dikhawatirkan adalah memastikan untuk
menyingkirkan segala hal yang dapat menghalangi sinar matahari ke panel surya tersebut.
(Indoenergi, 2012)
Solar Panel atau Solar Module atau orang Indonesia biasa menyebutkannya sebagai
Panel Surya, merupakan komponen terpenting dari sebuah Pembangkit Listrik Tenaga
Surya (PLTS). Solar panel mengkonversikan tenaga matahari menjadi listrik. Solar Panel
terdiri dari sejumlah Sel silikon (disebut juga solar cells PV) yang disinari matahari/
surya, yang lalu menghasilkan photon yang membangkitkan arus listrik.
Sekumpulan Solar Panel dalam satu system disebut Array. Banyaknya jumlah modul
yang dapat disusun secara seri atau parallel- akan menentukan besarnya total output
energi listrik yang dihasilkan.
Apa itu PLTS?
PLTS adalah singkatan dari Pembangkit Listrik Tenaga Surya. Ini adalah sebuah
singkatan/istilah yang biasa digunakan di Indonesia untuk menyebutkan sebuah sistem
pembangkit listrik independen, yang bersumber bahan baku untuk membangkitkan
energi listriknya berasal dari sinar matahari.
Saya sering menemukan tulisan WP dalam kaitan dengan Panel Surya. Apa itu
WP?
WP, singkatan dari Watt-Peak, adalah istilah yang memang biasa digunakan dalam dunia
solar energy. WP menggambarkan besarnya nominal Watt tertinggi yang dapat
dihasilkan dari sebuah solar system. Ini dikarenakan karena energi dari sinar matahari
yang bisa berubah-ubah dalam satu hari. Yang bila digambarkan dalam sebuah grafik
dari hasil pengukuran laboratorium tentang ukuran kekuatan daya listriknya per satuan
waktu, akan tampak seperti gelombang. Ada puncak (Peak) dan ada lembahnya, berdasar
data-data yang diperoleh dari pengukuran dalam jangka waktu tertentu.
Contoh :

Makalah Fisika Lingkungan APASU (Atap Panel Surya sebagai Upaya Mengurangi Global Warming)

Sebuah lampu penerang jalan bertenaga solar panel memiliki daya 60wp. Ini artinya
seberapa kuatnya sinar matahari pada saat itu sekalipun, maksimal daya yang dapat
diserap atau output energi yang dihasilkan oleh perangkat tersebut hanya 60watt. (Panel
Surya Indonesia, 2012)
2.6 Keunggulan dan Kelemahan Energi Surya
Energi surya memiliki keunggulan yang lebih banyak dibandingkan dengan
kelemahannya, tapi kelemahan ini masih merupakan batu sandungan utama untuk
pemakaian energi surya yang lebih luas. sekarang pertama-tama kita akan membahas
keunggulan dari energi surya.
Kita sudah mengetahui, bahwa energi surya merupakan sumber energi terbarukan.
Matahari hampir tak terbatas sebagai sumber energi, dan energi surya tidak dapat habis,
tidak seperti bahan bakar fosil yang akhirnya akan habis. Setelah bahan bakar fosil habis,
dunia akan memerlukan alternatif sumber energi yang baik, dan energi surya jelas
terlihat sebagai salah satu alternatif terbaik.
Energi surya merupakan sumber energi yang ramah lingkungan karena tidak
memancarkan emisi karbon berbahaya yang berkontribusi terhadap perubahan iklim
seperti pada bahan bakar fosil. Setiap watt energi yang dihasilkan dari matahari berarti
kita telah mengurangi pemakaian bahan bakar fosil, dan dengan demikian kita benarbenar telah mengurangi dampak perubahan iklim. Penelitian terbaru melaporkan bahwa
rata-rata sistem rumah surya mampu mengurangi 18 ton emisi gas rumah kaca di
lingkungan setiap tahunnya. Energi surya juga tidak memancarkan oksida nitrogen atau
sulfur dioksida yang berarti tidak menyebabkan hujan asam atau kabut asap.
Matahari merupakan sumber energi yang benar-benar bebas untuk digunakan oleh
setiap orang. Tidak ada yang memiliki Matahari, jadi setelah Anda menutupi biaya
investasi awal, pemakaian energi selanjutnya dapat dikatakan gratis.
Lebih banyak energi matahari yang kita gunakan maka semakin sedikit kita
bergantung pada bahan bakar fosil. Ini berarti akan meningkatkan ketahanan dan
keamanan energi, karena akan mengurangi kebutuhan impor minyak dari pihak asing.
Dalam jangka panjang energi surya akan menghemat pengeluaran uang untuk
energi. Biaya awalnya memang cukup signifikan, namun setelah beberapa waktu Anda
akan memiliki akses ke energi yang benar-benar gratis, dan jika sistem rumah tenaga
surya menghasilkan energi yang lebih dari yang Anda butuhkan, di beberapa negara
perusahaan listrik dapat membelinya dari Anda, yang berarti ada potensi keuntungan
Makalah Fisika Lingkungan APASU (Atap Panel Surya sebagai Upaya Mengurangi Global Warming)

ekstra terlibat. Ada juga banyak negara yang menawarkan insentif keuangan untuk
menggunakan energi surya.
Panel surya beroperasi tanpa mengeluarkan suara (tidak seperti turbin angin besar)
sehingga tidak menyebabkan polusi suara. Panel surya biasanya memiliki umur yang
sangat lama, minimal 30 tahun, dan biaya pemeliharaannya sangat rendah karena tidak
ada bagian yang bergerak. Panel surya juga cukup mudah untuk diinstal.
Energi surya adalah salah satu pilihan energi terbaik untuk daerah-daerah terpencil,
bilamana jaringan distribusi listrik tidak praktis atau tidak memungkinkan untuk diinstal.
Kelemahan utama dari energi surya adalah biaya awal yang tinggi. Panel surya
terbuat dari bahan mahal, bahkan dengan penurunan harga yang terjadi hampir setiap
tahun, harganya tetap terasa mahal.
Panel surya juga perlu untuk ditingkatkan efisiensinya. Untuk mencapai tingkat
efisiensi yang memadai dibutuhkan lokasi instalasi yang luas, dan panel surya ini
idealnya diarahkan ke matahari, tanpa hambatan seperti pohon dan gedung tinggi, untuk
mencapai tingkat efisiensi yang diperlukan.
Energi surya membutuhkan solusi penyimpanan energi murah dan efisien karena
matahari adalah sumber energi intermiten (tidak kontinyu).
Proyek-proyek energi surya skala besar (pembangkit listrik tenaga surya yang
besar) akan membutuhkan lahan yang luas, dan banyak air untuk tujuan pendinginan.
Banyak daerah di dunia yang tidak memiliki cukup sinar matahari untuk
menjadikan energi surya bernilai ekonomis. Karena itu, solusi ilmiah yang lebih maju
sangat diperlukan untuk membuat energi surya menjadi komersial di daerah-daerah
tersebut.
Seperti yang telah disebutkan di atas, energi surya benar-benar memiliki banyak
keunggulan dibandingkan dengan kekurangannya, tetapi biaya awal yang tinggi dan
masalah efisiensi tidak dapat diabaikan. (Indoenergi. 2012)
2.7 Refrensi Spesifikasi dan Harga Panel Surya

Makalah Fisika Lingkungan APASU (Atap Panel Surya sebagai Upaya Mengurangi Global Warming)

Pembangkit listrik tenaga matahari ( pltm) adalah suatu sistem energy yang bersih dan
menghasilkan listrik dari sinar matahari. Pada siang hari panel surya ( solar panel) akan
mengumpulkan listrik dari matahari dan akan disimpan di dalam baterai. Listrik yang
sudah terkumpul di dalam baterai akan dapat digunakan untuk menyalakan berbagai
macam alat-alat listrik seperti : lampu, tv, vcd/ dvd, radio, dll.
Tersedia beberapa paket pltm sebagai berikut :
1. Plts tersebar ( 1 plts utntuk 1 rumah/ kk)
2. Plts terpusat ( 1 plts untuk beberapa rumah/ kk)
i. Plts tersebar :
1.paket 10 wp - 100 w : harga rp 1.950.000, - 1 unit panel surya 10 wp + kabel listrik 7 m + jack
- 1 unit electric box system ( ebs) 100 - 150 w
- 1 set kabel instalasi 25 m
- 2 lampu led 12 v - 3 w = 3 bh
- 1 lampu pijar 220 v - 3 w
- klem kabel dan fuse cadangan
2. Paket 20 wp - 200 w : harga rp 2.950.000, - 1 unit panel surya 20 wp + kabel 7 m + jack
- 1 unit electric box system ( ebs) 200 w
- 1 set kabel listrik instalasi 35 m
- 4 set lampu led 12 v - 3 w = 6 bh
- 1 bh lampu pijar 220 v - 3 w
- klem kabel & fuse cadangan
3. Paket 50 wp - 500 w : rp 5.000.000
- 1 unit panel surya 50 wp + kabel listrik 7 m + jack
- 1 unit baterai 70 ah ( 65 ah) kering maintenance free ( mf)
- 1 unit electric box system ( ebs) 500 w & 600 w
- 1 set kabel panel surya
- 6 bh lampu led 12 v - 5 w
- 1 bh lampu pijar 220 v - 5 w
- klem kabel & fuse cadangan
Makalah Fisika Lingkungan APASU (Atap Panel Surya sebagai Upaya Mengurangi Global Warming)

spesifikasi teknis type 10 wp - 100 w :


1. Solar panel:
- daya : 10 wp
- type : monocrystalline/ polycrystalline
- voltage : 12 volt
- garansi : 1 tahun
2. Baterai :
- type kering
- spesifikasi : 12 v - 7, 2 ah
- garansi : 1 tahun
3. Electric box system ( ebs) :
- sistem voltage : 12 volt dc dan 220 volt ac
- controller : 12 v - 5 a
- inverter : 12 v/ 220 v - 100 w/ 150 w
- dimensi : 20x30 x12 cm
- berat : 5 kg
- garansi : 1 tahun
4. Lampu led :
- lampu : 3 buah led 12 v - 3 w
- garansi : 1 tahun
5. Kabel :
- kabel modul : 2 x 0, 75 m panjang 7 meter
- kabel instalasi nyz 2 x 0, 23 mm2 = 25 m
6. Kegunaan :
- menyalakan 3 buah lampu led selama 12 jam apabila baterai terisi penuh
- charge hp
spesifikasi teknis type 20 wp - 200 w :

Makalah Fisika Lingkungan APASU (Atap Panel Surya sebagai Upaya Mengurangi Global Warming)

1. Solar panel :
- daya : 20 wp
- type : monocrystalline/ polycrystalline
- voltage : 12 volt
- garansi : 1 tahun
2. Baterai :
- kering
- spesifikasi 12 v - 18 ah
- garansi : 1 tahun
3. Electric box system ( ebs) :
- system voltage : 12 volt dc dan 220 volt ac
- controller : 12 v - 5 a
- inverter : 12 v/ 220 v - 200 watt
- dimensi : 25x35x12 cm
- berat : 10 kg
- garansi : 1 tahun
4. Lampu led :
- lampu : 6 buah led 12 v - 5 w = 6 bh
- garansi : 1 tahun
5. Kabel :
- kabel modul : 2 x 0, 75 mm2 panjang 7 meter
6. Kegunaan :
- menyalakan 6 buah lampu led selama 12 jam apabila baterai terisi penuh
- charge hp
spesifkasi teknis type 50 wp - 500 w : harga rp 5 juta

Makalah Fisika Lingkungan APASU (Atap Panel Surya sebagai Upaya Mengurangi Global Warming)

1. Solar panel :
- daya : 50 wp
- type : monocrystalline/ polycrustalline
- voltage : 12 volt
- garansi : 1 tahun
2. Rekomendasi baterai :
- kapasitas : 65 - 70 ah
- voltage : 12 volt
3. Electric box system ( ebs) :
- system voltage : 12 volt dc dan 220 volt ac
- controller : 12 v - 10 a
- inverter : 12 v/ 220 v -500 watt/ 600 w
- dimensi : 40x25x40 cm
- berat : 10 kg
- garansi : 1 tahun
4. Lampu led :
- lampu led 12 v - 5 w = 6 bh
- garansi : 1 tahun
5. Kabel :
- kabel modul nyyhy 2 x 1, 5 mm2 panjang 7 meter
- kabel instalsi nymhy 2 x 0, 75 mm2 = 25 m
6.kegunaan :
- menyalakan 6 lampu led 12 v - 5 w selama 12 jam
- charge hp
- menyalakan alat listrik dc dan ac seperti : radio, tv 14 " , 21 " dan komputer tetapi
disesuaikan dengan daya listrik yang tersedia. (Tardjo, Sumaryono. Tanpa tahun)

Makalah Fisika Lingkungan APASU (Atap Panel Surya sebagai Upaya Mengurangi Global Warming)

BAB III
ISI

3.1

Peran Panel Surya sebagai Upaya Mengurangi Global Warming


Mungkin ketika kita membahas panel surya terbersit pertanyaan Mengapa kita
perlu menginstal panel surya dan bukannya terus bersahabat dengan bahan bakar fosil?
Jawabannya sederhana - panel surya tidak memancarkan emisi gas rumah kaca yang
berbahaya seperti dalam pembakaran bahan bakar fosil dan oleh karena itu tidak
memberikan kontribusi terhadap dampak perubahan iklim. Dengan panel surya kita
mendapatkan energi bersih dari sumber energi yang paling berlimpah di planet kita.
Mengapa masih sedikit orang yang memanfaatkan energi surya? panel surya
masih merupakan pilihan energi yang lebih mahal dibandingkan bertahan dengan bahan
bakar fosil dan masih banyak orang yang tidak bersedia membayar lebih untuk biaya
energi, terlepas apakah ini membantu lingkungan atau tidak.
Jumlah negara yang memberikan insentif untuk energi surya terus meningkat
yang berarti bahwa panel surya menjadi lebih efektif dalam hal biaya dan jumlah pemilik
rumah dan bisnis yang tertarik untuk menggunakan panel surya terus tumbuh sepanjang
waktu.
Berikut kelebihan listrik dari tenaga surya dibanding sumber energi lain:
* Energi yang terbarukan (renewable energy), tidak memerlukan BBM lagi
* Bersih, ramah lingkungan
* Umur panel surya panjang (investasi jangka panjang): 20-25 tahun
* Praktis. Mudah & murah dalam perawatan
* Sangat cocok untuk daerah tropis seperti Indonesia
a) Hubungan Panel Surya dan Global Warming
Jika berbicara tentang panel surya, tentunya kita berbicara tentang penggunan energy,
atau penggunan listrik. Mengapa kita musti menghemat listrik? Apa hubungannya
dengan lingkungan? Tentu saja sangat berhubungan langsung. Karena listrik yang kita
nikmati ini di hasilkan oleh PLTU yang tenaganya berasal dari batu bara.

Makalah Fisika Lingkungan APASU (Atap Panel Surya sebagai Upaya Mengurangi Global Warming)

Selanjutnya kita tinjau dari segi lingkungan. Saat ini bumi ini sedang mengalami
global warming. Dan penyebab dari global warming itu sendiri adalah karbon
dioksida. Emisi yang dihasilkan oleh karbon dioksida yang dihasilkan sangat tinggi.
Biasanya emisi ini dihasilkan dari pembakaran bahan bakar fosil seperti batu bara,
bensin, dan bahan bakar yang tidak dapat diperbarui. Karbon Dioksida atau CO2 ini
bila terbakar akan terurai menjadi karbon dan hidrogen. Sebenarnya kita pun juga ikut
menyumbang CO2. Bila kita ingin mengetahui CO2 dalam tubuh kita,contohnya adalah
ketika kita menghembuskan napas kita, jika kita tempelkan tangan kita di hidung,
akan terasa hangat. Namun itu masih dalam jumlah yang cukup kecil namun jika di
total seluruh CO2 yang dikeluarkan dari pembakaran batu baru untuk membangkitkan
listrik dan juga CO2 dari napas seluruh penduduk bumi maka dan juga dari asap
kendaraan bermotor maka lama lama akan terasa panas bumi ini.
Pembangkit listrik ini juga sangat boros energi. Bayangkan saja untuk pembangkit
listrik ini dapat membuang energi 2 kali lipat dari energi yang dihasilkan. Misalnya
energi yang dihasilkan adalah 1000 watt, namun hanya 350 watt yang dihasilkan.
Sedangkan 650 sisanya terbuang sia-sia. Yang perlu diketahui Setian 1000 Mega Watt
yang dihasilkan oleh pembangkit listrik bertenaga batubara menghasilkan emisi 5,6
juta ton karbon dioksida per tahun. Sedangkan penghasil karbon dioksida yang
lainnya yaitu kendaraan bermotor, misalnya mengkonsumsi sebanyak 7,8 liter per 100
km dan telah menempuh jarak 16 ribu km akan menghasilkan 3 ton karbon dioksida
tiap tahunnya. Dan penghasil karbon dioksida lainnya yang tak ketinggalan adalah
manusia. Bisa dibayangkan apa yang terjadi bila kendaraan dan manusia di bumi ini
semakin bertambah tak terkendali.
Kembali ke pokok permasalahan awal kita tentang listrik. Ada banyak yang bisa kita
lakukan untuk menghemat energi listrik, diantaranya dengan sebisa mungkin
menggunakan tenaga sendiri seperti mencuci baju dengan tangan dari pada mesin
cuci, mengganti lampu dop dengan lampu hemat energi, mematikan listrik yang tidak
digunakan. Jangan dibiarkan standby alat elektronik, karena akan boros energi. Sebisa
mungkin biasakan dengan mematikan lampu yang tidak digunakan. Setiap orang
dapat berkontribusi untuk menyelamatkan lingkungan. Jadi Jadilah bagian dari
pencinta lingkungan. Untuk masa depan generasi penerus kita.

Makalah Fisika Lingkungan APASU (Atap Panel Surya sebagai Upaya Mengurangi Global Warming)

Dengan menggunaan panel surya secara tidak langsung kita juga mengurangi global
warming dengan menghemat listrik dan menggunakan listrik dari sumber yang tidak
menimbulkan sisa pembakaran dari fosil juga minyak bumi.
b) Rancangan sederhana untuk mengurangi Global Warming
Seperti penjelasan sebelumnya tentang pentingnya menhemat energi dan energi
alternative dengan panel surya, kita layaknya memiliki inovasi yang lebih untuk
memaksimalkan upaya mengurangi global warming. Lalu bagaimana?
Coba kita bayangkan seandainya tiap rumah atau bangunan yang berdiri memiliki
atap dari panel surya, berapa energy yang kita hemat, dan berapa karbondioksida yang
kita kurang dari pembakaran yang biasanya dihasilkan PLTU (Pembangkit listrik
tenaga uap).?
Dengan mengganti atap rumah dengan menggunakan panel surya akan lebih efektif
dan bernmanfaat untuk mengganti atap rumah. Atau jika sudah terlajur berdiri
bangunan dapat pula dengan menambahkan panel surya. Meskipun harga panel surya
masih cukup mahal namun dampak jangka panjang yang dihasilkan yang sangat besar
terutama bagi lingkungan dan kehidupan di masa depan bagi anak cucu kita. Saat ini
mungkin kita dapat membayar listrik dengan harga yang cukup mura, akan tetapi
tidakkah kita bayangkan berapa yang akan di bayar anak cucu kita untuk listrik di
masa depan. Hal ini sama saja kita berhutang dan anak cucu kita yang membayar jika
kita sekarang bersenang-senang menikmati sumberdaya alam dengan tidak menjaga
dan memeliharanya.
3.2.

Strategi untuk Melaksanakan Upaya APASU


3.2.1 Sasaran
Sasaran untuk APASU adalah:

Perusahaan pengembang perumahan

Masyarakat umum

3.2.2 Bahan dan Alat

1 set Panel Surya 10wp 100 W, sebagai alat peraga sosialisasi

Lampu, sebagai alat peraga

3.2.3 Langkah Penerapan


1) Mengajukan proposal dan bantuan dana kepada Bupati atau Walikota,
cara lain dengan mengikutsertakan proposal kegiatan APASU dalam
PKM-M dikti untuk pelaksanaan program ini.
Makalah Fisika Lingkungan APASU (Atap Panel Surya sebagai Upaya Mengurangi Global Warming)

2) Bekerjasama dengan PLN, pejabat Kecamatan atau Desa, serta relawan


dari kalangan mahasiswa atau karangtaruna.
3) Sosialisasi ke berbagai pihak:

Perusahaan pengembang perumahan: dengan dating ke kantor dan


melakukan sosialisasi.

Masyarakat umum: dengan melakukan sosialiasi dengan alat


peraga ke masing-masing kecamatan dalam satu Kabupaten atau
kota.

4) Sosisalisasi melaui media massa khusunya radio lokal.


5) Memasang poster di tempat-tempat umum.
6) Memasang Panel Surya ditempat tinggal sendiri.

Makalah Fisika Lingkungan APASU (Atap Panel Surya sebagai Upaya Mengurangi Global Warming)

BAB IV
PENUTUP
3.1 Kesimpulan
3.1.1

Panel surya merupakan alat yang digunakan untuk mentransformasikan energy


matahari menjadi energy listrik. Dengan menggunakan panel surya kita sudah
termasuk mengurangi global warming dengan menghemat listrik dan
mengurangi kadar CO2 di udara.

3.1.2

Untuk melaksanakan dan merelisasikan program APASU (Atap panel surya),


kami bekerjasama dengan berbagai pihak dan bersosialisai secara langsung
dan tidak langsung kepada perusahaan pengembang perumahan dan masyrakat
dalam satu kabupaten atau kota.

3.2 Saran
Baiknya sebelum melaksanakan program ini kita harus mengerti dan memahami
tentang global warming dan panel surya. Serta labih baik lagi jika kita mampu
mengembangkan panel surya yang lebih efisien dalam mengkonversi energy terlebih
jika kita mampu memproduksinya sendiri.

Makalah Fisika Lingkungan APASU (Atap Panel Surya sebagai Upaya Mengurangi Global Warming)

DAFTAR PUSTAKA
Indoenergi. Keunggulan dan Kelemahan Energi Surya. Online.
http://www.indoenergi.com/2012/04/keunggulan-dan-kelemahan-energi-surya.html
(8 Desember 2014)
Indoenergi. Pengertian Panel Surya. Online.
http://www.indoenergi.com/2012/04/pengertian-panel-surya.html (8 Desember
2014)
Muhi, Ali Hanapiah. 2011. Praktek Lingkungan Hidup. Jatinangor: Intsitut Pemerintahan
Dalam Negeri. (8 Desember 2014)
Nining. 2013. Faktor Faktor Globl Warming. Online.
http://ni2ngpurwaningsih.wordpress.com/2013/06/01/faktor-global-warming/
Panel Surya Indonesia. 2012. Panel Surya. www.panelsuryaindonesia.com/konseppanel-surya/5-panel-surya (8 Desember 2014)
Tardjo, Sumaryono. Tanpa tahun. Dijual : Pembangkit Listrik Tenaga Matahari ( Pltm)
Tersebar dan Terpusat, Mulai 100 Watt S/ D 1 mw. Online.
http://cvdiartona.indonetwork.co.id/927022/dijual-pembangkit-listrik-tenagamatahari-pltm-tersebar-dan.htm (10 Desember 2014)
Wikipedia, 2014. Efek Rumah Kaca. (online)
http://id.wikipedia.org/wiki/Efek_rumah_kaca (29 November 2014)
Wikipedia, 2014. Pemanasan Global. (online)
http://id.wikipedia.org/wiki/Pemanasan_global (29 November 2014)

Makalah Fisika Lingkungan APASU (Atap Panel Surya sebagai Upaya Mengurangi Global Warming)

Você também pode gostar