Escolar Documentos
Profissional Documentos
Cultura Documentos
BAB I
PENDAHULUAN
Latar Belakang
Dalam Lokakarya Nasional Keperawatan di Jakarta (1983) telah disepakati bahwa keperawatan adalah suatu bentuk pelayanan
kesehatan kepada masyarakat yang didasarkan pada ilmu dan kiat keperawatan berbentuk pelayanan bio-psiko-sosial-kultural
dan spiritual yang didasarkan pada pencapaian kebutuhan dasar manusia. Dalam hal ini asuhan keperawatan yang diberikan
kepada pasien bersifat komprehensif, ditujukan pada individu, keluarga dan masyarakat, baik dalam kondisi sehat dan sakit
yang mencakup seluruh kehidupan manusia. Sedangkan asuhan yang diberikan berupa bantuian-bantuan kepada pasien karena
adanya kelemahan fisik dan mental, keterbatasan pengetahuan serta kurangnya kemampuan dan atau kemauan dalam
melaksanakan aktivitas kehidupan sehari-hari secara mandiri.
Pada makalah ini akan dibahas secara singkat asuhan keperawatan pada pasien lanjut usia di tatanan klinik (clinical area), dimanan
pendekatan yang digunakan adalah proses keperawatan yang meliputi pengkajian (assessment), merumuskan diagnosa
keperawatan (Nursing diagnosis), merencanakan tindakan keperawatan (intervention), melaksanakan tindakan keperawatan
(Implementation) dan melakukan evaluasi (Evaluation). Dibawah ini ada beberapa alasan timbulnya perhatian kepada lanjut
usia, yaitu :
1.
2.
3.
4.
5.
6.
perkembangan ilmu
7.
Program PBB
8.
9.
Kegiatan Asuhan Keperawatan Dasar Bagi Lansia menurut Depkes, dimaksudkan untuk memberikan bantuan, bimbingan
pengawasan, perlindungan dan pertolongan kepada lanjut usia secara individu maupun kelompok, seperti di rumah /
lingkungan keluarga, Panti Werda maupun Puskesmas, yang diberikan oleh perawat. Untuk asuhan keperawatan yang masih
dapat dilakukan oleh anggota keluarga atau petugas sosial yang bukan tenaga keperawatan, diperlukan latihan sebelumnya
atau bimbingan langsung pada waktu tenaga keperawatan melakukan asuhan keperawatan di rumah atau panti.
Adapun asuhan keperawatan dasar yang diberikan, disesuaikan pada kelompok lanjut usia, apakah lanjut usia aktif atau pasif,
antara lain:
1
Untuk lanjut usia yang masih aktif, asuhan keperawatan dapat berupa dukungan tentang personal hygiene: kebersihan gigi
dan mulut atau pembersihan gigi palsu: kebersihan diri termasuk kepala, rambut, badan, kuku, mata serta telinga: kebersihan
lingkungan seperti tempat tidur dan ruangan : makanan yang sesuai, misalnya porsi kecil bergizi, bervariai dan mudah dicerna,
dan kesegaran jasmani.
Untuk lanjut usia yang mengalami pasif, yang tergantung pada orang lain. Hal yang perlu diperhatikan dalam memberikan
asuhan keperawatan pada lanjut usia pasif pada dasarnya sama seperti pada lanjut usia aktif, dengan bantuan penuh oleh
anggota keluarga atau petugas. Khususnya bagi yang lumpuh, perlu dicegah agar tidak terjadi dekubitus (lecet).
Lanjut usia mempunyai potensi besar untuk menjadi dekubitus karena perubahan kulit berkaitan dengan bertambahnya usia,
antara lain:
1.
2.
3.
Menurunnya efisiensi kolateral capital pada kulit sehingga kulit menjadi lebih tipis dan rapuh
4.
1.
1.
Pendekatan fisik
Perawatan yang memperhatikan kesehatan obyektif, kebutuhan, kejadian-kejadian yang dialami klien lanjut usia semasa hidupnya,
perubahan fisik pada organ tubuh, tingkat kesehatan yang masih bias di capai dan dikembangkan, dan penyakit yang yang
dapat dicegah atau ditekan progresifitasnya. Perawatan fisik secara umum bagi klien lanjut usia dapat dibagi atas dua bagian
yaitu:
1.
Klien lanjut usia yang masih aktif, yang keadaan fisiknya masih mampu bergerak tanpa bantuan orang lain sehingga untuk
kebutuhannya sehari-hari masih mampu melakukan sendiri.
2.
Klien lanjut usia yang pasif atau yang tidak dapat bangun, yang keadaan fisiknya mengalami kelumpuhan atau sakit. Perawat
harus mengetahui dasar perawatan klien usia lanjut ini terutama tentang hal-hal yang berhubungan dengan keberhasilan
perorangan untuk mempertahankan kesehatannya.
Kebersihan perorangan sangat penting dalam usaha mencegah timbulnya peradangan, mengingat sumber infeksi dapat timbul bila
keberhasilan kurang mendapat perhatian.
Disamping itu kemunduran kondisi fisik akibat proses penuaan, dapat mempengaruhi ketahanan tubuh terhadap gangguan atau
serangan infeksi dari luar. Untuk klien lanjut usia yang masih aktif dapat diberikan bimbingan mengenai kebersihan mulut dan
gigi, kebersihan kulit dan badan, kebersihan rambut dan kuku, kebersihan tempat tidur serta posisi tidurnya, hal makanan,
cara memakan obat, dan cara pindahdari tempat tidur ke kursi atau sebaliknya. Hal ini penting meskipun tidak selalu keluhankeluhan yang dikemukakan atau gejala yang ditemukan memerlukan perawatan, tidak jarang pada klien lanjut usia dihadapkan
pada dokter dalam keadaan gawat yang memerlukan tindakan darurat dan intensif, misalnya gangguan serebrovaskuler
mendadak, trauma, intoksikasi dan kejang-kejang, untuk itu perlu pengamatan secermat mungkin.
Adapun komponen pendekatan fisik yang lebuh mendasar adalah memperhatikan atau membantu para klien lanjut usia untuk
bernafas dengan lancar, makan, minum, melakukan eliminasi, tidur, menjaga sikap tubuh waktu berjalan, tidur, menjaga sikap,
tubuh waktu berjalan, duduk, merubah posisi tiduran, beristirahat, kebersihan tubuh, memakai dan menukar pakaian,
mempertahankan suhu badan melindungi kulit dan kecelakaan.Toleransi terhadap kakurangan O2 sangat menurun pada klien
lanjut usia, untuk itu kekurangan O2 yang mendadak harus disegah dengan posisi bersandar pada beberapa bantal, jangan
melakukan gerak badan yang berlebihan.
Seorang perawat harus mampu memotifasi para klien lanjut usia agar mau dan menerima makanan yang disajikan. Kurangnya
kemampuan mengunyah sering dapat menyebabkan hilangnya nafsu makan. Untuk mengatasi masalah ini adalah dengan
menghidangkan makanan agak lunak atau memakai gigi palsu. Waktu makan yang teratur, menu bervariasi dan bergizi,
makanan yang serasi dan suasana yang menyenangkan dapat menambah selera makan, bila ada penyakit tertentu perawat
harus mengatur makanan mereka sesuai dengan diet yang dianjurkan.
Kebersihan perorangan sangat penting dalam usaha mencegah timbulnya peradangan, mengingat sumber infeksi bisa saja timbul
bila kebersihan kurang mendapat perhatian. Oleh karena itu, kebersihan badan, tempat tidur, kebersihan rambut, kuku dan
mulut atau gigi perlu mendapat perhatian perawatan karena semua itu akan mempengaruhi kesehatan klien lanjut usia.
Perawat perlu mengadakan pemeriksaan kesehatan, hal ini harus dilakukan kepada klien lanjut usia yang diduga menderita
penyakit tertentu atau secara berkala bila memperlihatkan kelainan, misalnya: batuk, pilek, dsb. Perawat perlu memberikan
penjelasan dan penyuluhan kesehatan, jika ada keluhan insomnia, harus dicari penyebabnya, kemudian mengkomunikasikan
dengan mereka tentang cara pemecahannya. Perawat harus mendekatkan diri dengan klien lanjut usia membimbing dengan
sabar dan ramah, sambil bertanya apa keluhan yang dirasakan, bagaimana tentang tidur, makan, apakah obat sudah
dimminum, apakah mereka bisa melaksanakan ibadah dsb. Sentuhan (misalnya genggaman tangan) terkadang sangat berarti
buat mereka.
1.
Pendekatan psikis
Disini perawat mempunyai peranan penting untuk mengadakan pendekatan edukatif pada klien lanjut usia, perawat dapat berperan
sebagai supporter , interpreter terhadap segala sesuatu yang asing, sebagai penampung rahasia yang pribadi dan sebagai
sahabat yang akrab. Perawat hendaknya memiliki kesabaran dan ketelitian dalam memberikan kesempatan dan waktu yang
cukup banyak untuk menerima berbagai bentuk keluhan agar para lanjut usia merasa puas. Perawat harus selalu memegang
prinsip Tripple, yaitu sabar, simpatik dan service.
Pada dasarnya klien lanjut usia membutuhkan rasa aman dan cinta kasih sayang dari lingkungan, termasuk perawat yang
memberikan perawatan.. Untuk itu perawat harus selalu menciptakan suasana yang aman , tidak gaduh, membiarkan mereka
melakukan kegiatan dalam batas kemampuan dan hobi yang dimilikinya.
Perawat harus membangkitkan semangat dan kreasi klien lanjut usia dalam memecahkan dan mengurangi rasa putus asa , rendah
diri, rasa keterbatasan sebagai akibat dari ketidakmampuan fisik, dan kelainan yang dideritanya.
Hal itu perlu dilakukan karena perubahan psikologi terjadi karena bersama dengan semakin lanjutnya usia. Perubahan-perubahan
ini meliputi gejala-gejala, seperti menurunnya daya ingat untuk peristiwa yang baru terjadi, berkurangnya kegairahan atau
keinginan, peningkatan kewaspadaan , perubahan pola tidur dengan suatu kecenderungan untuk tiduran diwaktu siang, dan
pergeseran libido.
Perawat harus sabar mendengarkan cerita dari masa lampau yang membosankan, jangan menertawakan atau memarahi klien
lanjut usia bila lupa melakukan kesalahan . Harus diingat kemunduran ingatan jangan dimanfaatkan untuk tujuan tertentu.
Bila perawat ingin merubah tingkah laku dan pandangan mereka terhadap kesehatan, perawat bila melakukannya secara perlahan
lahan dan bertahap, perawat harus dapat mendukung mental mereka kearah pemuasan pribadi sehinga seluruh pengalaman
yang dilaluinya tidak menambah beban, bila perlu diusahakan agar di masa lanjut usia ini mereka puas dan bahagia.
1.
Pendekatan sosial
Mengadakan diskusi, tukar pikiran, dan bercerita merupakan salah satu upaya perawat dalam pendekatan social. Memberi
kesempatan untuk berkumpul bersama dengan sesama klien usia berarti menciptakan sosialisasi mereka. Jadi pendekatan
social ini merupakan suatu pegangan bagi perawat bahwa orang yang dihadapinya adalah makhluk sosial yang membutuhkan
orang lain
Penyakit memberikan kesempatan yang seluas-luasnya kepada para lanjut usia untuk mengadakan konunikasi dan melakukan
rekreasi, misal jalan pagi, nonton film, atau hiburan lain. Tidak sedikit klien tidak tidur terasa, stress memikirkan penyakitnya,
biaya hidup, keluarga yang dirumah sehingga menimbulkan kekecewaan, ketakutan atau kekhawatiran, dan rasa kecemasan.
Tidak jarang terjadi pertengkaran dan perkelahian diantara lanjut usia, hal ini dapat diatasi dengan berbagai cara yaitu
mengadakan hak dan kewajiban bersama. Dengan demikian perawat tetap mempunyai hubungan komunikasi baik sesama
mereka maupun terhadap petugas yang secara langsung berkaitan dengan pelayanan kesejahteraan sosial bagi lanjut usia di
Panti Werda.
1.
Pendekatan spiritual
Perawat harus bisa memberikan ketenangan dan kepuasan batin dalam hubungannya dengan Tuhan atau agama yang dianutnua
dalam kedaan sakit atau mendeteksikematian.
Sehubungan dengan pendekatan spiritual bagi klien lanjut usia yang menghadapi kematian, DR. Tony styobuhi mengemukakn
bahwa maut sering kali menggugah rasa takut. Rasa semacam ini didasari oleh berbagai macam factor, seperti ketidak pastian
akan pengalaman selanjutnya, adanya rasa sakit dan kegelisahan kumpul lagi bengan keluatga dan lingkungan sekitarnya.
Dalam menghadapi kematian setiap klien lanjut usia akan memberikan reaksi yang berbeda, tergantung dari kepribadian dan
cara dalam mengahadapi hidup ini. Adapun kegelisahan yang timbul diakibatkan oleh persoalan keluarga perawat harus dapat
meyakinkan lanjut usia bahwa kalaupun kelurga tadi di tinggalkan , masih ada orang lain yang mengurus mereka. Sedangkan
rasa bersalah selalu menghantui pikiran lanjut usia.
Umumnya pada waktu kematian akan datang agama atau kepercayaan seseorang merupakan factor yang penting sekali. Pada
waktu inilah kelahiran seorang iman sangat perlu untuk melapangkan dada klien lanjut usia.
Dengan demikian pendekatan perawat pada klien lanjut usia bukan hanya terhadap fisik saja, melainkan perawat lebih dituntut
menemukan pribadi klien lanjut usia melalui agama mereka.
1.
Agar lanjut usia dapat melaukan kegiatan sehari hari secara mandiri dengan:
1.
Mempertahankan kesehatan serta kemampuan dari mereka yang usianya telah lanjut dengan jalan perawatan dan pencegahan.
2.
Membantu mempertahankan serta membesarkan daya hidup atau semangat hidup klien lanjut usia (life support)
3.
menolong dan merawat klien lanjut usia yang menderita penyakit atau gangguan baik kronis maupun akut.
4.
Merangsang para petugas kesehatan untuk dapat mengenal dan menegakkan diagnosa yang tepat dan dini, bila mereka
menjumpai kelainan tertentu
5.
Mencari upaya semaksimal mungkin, agar para klien lanjut usia yang menderita suatu penyakit, masih dapat mempertahankan
kebebasan yang maksimal tanpa perlu suatu pertolongan (memelihara kemandirian secara maksimal).
1.
2.
3.
4.
1.
E. Diagnosa Keperawatan
1.
1.
Dx : Ketidakseimbangan nutrisi : kurang dari kebutuhan tubuh b.d tidak mampu dalam memasukkan, memasukan, mencerna,
mengabsorbsi makanan karena factor biologi.
2.
3.
4.
Kolaborasi dengan anggota tim kesehatan untuk memuat perencanaan perawatan jika sesuai.
2.
Diskusikan dengan tim dan pasien untuk membuat target berat badann, jika berat badan pasien tdak sesuia dengan usia dan
bentuk tubuh.
3.
Diskusikan dengan ahli gizi untuk menentukan asupan kalori setiap hari supaya mencapai dan atau mempertahankan berat
badan sesuai target.
4.
5.
6.
Dorong pasien untuk memonitor diri sendiri terhadap asupan makanan dan kenaikan atau pemeliharaan berat badan
7.
Gunakan teknik modifikasi tingkah laku untuk meningkatkan berat badan dan untuk menimimalkan berat badan.
8.
Berikan pujian atas peningkatan berat badan dan tingkah laku yang mendukung peningkatan berat badan.
Dx. Gangguan pola tidur berhubungan dengan insomnia dalam waktu lama, terbangun lebih awal atau terlambat bangun
dan penurunan kemampuan fungsi yng ditandai dengan penuaan perubahan pola tidur dan cemas
NOC : Setelah dilakukan tindakan keperawatan selama 224 jam pasien diharapkan dapat memperbaiki pola tidurnya dengan
criteria :
1
diperlukan ke toilet melebihi waktu untuk menahan pengosongan bladder dan tidak mampu mengontrol pengosongan.
NOC
: Setelah dilakukan intervensi keperawatan selama 324 jam diharapkan pasien mampu :
Kontinensia Urin
Dx. Gangguan proses berpikir berhubungan dengan kemunduran atau kerusakan memori sekunder
NOC : Setelah dilakukan intervensi keperawatan selama 224 jam pasien diharapkan dapat meningkatkan daya ingat dengan
criteria :
1
Dx. Disfungsi seksual berhubungan dengan perubahan struktur tubuh/fungsi yang ditandai dengan perubahan dalam
mencapai kepuasan seksual.
TUJUAN
NOC
: Fungsi Seksual
Mengekspresikan kenyamanan
Bantu pasien untuk mengekspresikan perubahan fungsi tubuh termasuk organ seksual seiring dengan bertambahnya usia.
Gerak lambat
Ambulasi : berjalan
Menggerakan otot
Kosultasi kepada pemberi terapi fisik mengenai rencana gerakan yang sesuai dengan kebutuhan
Dorong untuk bergerak secara bebas namun masih dalam batas yang aman
Gunakan alat bantu untuk bergerak, jika tidak kuat untuk berdiri (mudah goyah/tidak kokoh)
Lelah
Penampilan menurun
1.
Tidak mampu mengingat kejadian yang baru saja terjadi atau masa lampau
Stimulasi memory dengan mengulangi pembicaraan secara jelas di akhir pertemuan dengan pasien.
1.
Aspek psikososial
1.
Dx. Coping tidak efektif b.d percaya diri tidak adekuat dalam kemampuan koping, dukungan social tidak adekuat yang dibentuk
dari karakteristik atau hubungan.
2.
3.
4.
5.
6.
7.
8.
2.
3.
Dorong berhubungan dengan seseorang yang memiliki tujuan dan ketertarikan yang sama
4.
5.
Kenalkan pasien kepada seseorang yang mempunyai latar belakang pengalaman yang sama.
6.
Dx. Isolasi social b.d perubhaan penampilan fisik, peubahan keadaan sejahtera, perubahan status mental.
1.
2.
3.
4.
5.
6.
7.
8.
Memecahkan masalah
2.
Menentukan sumber fisik, psikososial dan pendidikan pemberi pelayanan kesehatan yang utama.
3.
4.
Menentukan tinggat ketergantungan pasien terhadap keluarganya yang sesuai dengan umur atau penyakitnya.
5.
Dx. Gangguan harga diri berhubungan dengan ketergantungan, perubahan peran, perubahan citra tubuh dan fungsi seksual.
NOC :
Setelah dilakukan tindakan intervensi keperawatan selama 224 jam pasien diharapkan akan bisa memperbaiki konsep diri dengan
criteria :
1.
Mengidentifikasi pola koping terdahulu yang efektif dan pada saat ini tidak mungkin lagi digunakan akibat penyakit dan
penanganan (pemakaian alkohol dan obat-obatan; penggunaan tenaga yang berlebihan)
2.
Pasien dan keluarga mengidentifikasi dan mengungkapkan perasaan dan reaksinya terhadap penyakit dan perubahan hidup
yang diperlukan
3.
Mencari konseling profesional, jika perlu, untuk menghadapi perubahan akibat pnyakitnya
4.
2.
3.
4.
Dx. Cemas b.d perubahan dalam status peran, status kesehatan, pola interaksi , fungsi peran, lingkungan, status ekonomi
2.
Mudah tersinggung
3.
Gangguan tidur
Setelah dilakukan intervensi keperawatan selama 2X24 jam diharapkan pasien dapat:
2.
3.
4.
5.
2.
3.
4.
5.
2.
Mengatur masalah
3.
4.
Menghadapi masalah
1.
2.
3.
4.
5.
Dx. Gangguan citra tubuh berhubungan dengan perubahan dan ketergantungan fisik (ketidakseimbangan mobilitas) serta
psikologis yang disebabkan penyakit atau terapi
NOC : Setelah dilakukan intervensi keperawatan selama 2x24jam pasien diharapkan meningkatkan citra tubuhnya dengan criteria :
1.
2.
3.
2.
Memutuskan apakah perubahan fisik yang baru saja diterima dapat masuk dalam citra tubuh pasien
3.
Memudahkan hubungan dengan individu lain yang mempunyai penyakit yang sama
4.
Aspek spiritual
Dx : Distress spiritual b.d peubahan hidup, kematian atau sekarat diri atau orang lain, cemas, mengasingkan diri, kesendirian atau
pengasingan social, kurang sosiokultural.
NOC I : pengaharapan (hope)
Setelah dilakukan intervensi keperawatan selama 3X24 jam pasien secara luas diharapkan mampu:
1.
2.
3.
4.
5.
Mengekspresikan kepercayaan
6.
Pengkaji pasian atau keluarga untuk mengidentifikasi area pengharapan dalam hidup
2.
3.
4.
5.
DAFTAR PUSTAKA
Anonim. 2009. http://askep- askeb.cz.cc/ diakses tanggal 10 maret 2010.
Jhonson, Marion dkk. 2000. Nursing Outcomes Classification (NOC). St. Louise, Missouri : Mosby, Inc.
McCloskey, Joanne C. 1996. Nursing Intervention Classification (NIC). St. Louise, Missouri : Mosby, Inc.
NANDA. Nursing Diagnoses: Definition and Classification 2005-2006. Philadelphia : NANDA International.
A. DEFINISI
Proses menua adalah suatu proses menghilangnya secara perlahan- lahan kemampuan jaringan untuk
memperbaiki diri/ mengganti dan mempertahankan fungsi normalnya sehingga tidak dapat bertahan
terhadap infeksi dan memperbaiki kerusakan yang diderita (Nugroho, 2000)
Lanjut usia adalah seseorang yang telah berusia 60 tahun ke atas yang akan terus menerus mengalami
perubahan melalui proses menua yang bersifat mental psikologis dan social, neskipun dalam
kenyataannya terdapat perbedaan anatar satu orang dengan orang lainnya (Departemen Sosial RI,
2002)
Perubahan normal musculoskeletal adalah perubahan yang terkait usia pada lansia termasuk penurunan
tinggi badan, redistribusi massa otot dan lemak subkutan, peningkatan porositas tulang, atrofi otot,
pergerakan yang lambat, pengurangan kekuatan dan kekauan sendi- sendi.
1. Osteoporosis primer yang terjadi bukan sebagai akibat penyakit lain, yang dibedakan atas:
- Osteoporosis tipe I (pasca menopause),yang kehilangan tulang
terutama dibagian trabekula.
a. Gambaran klinik
Gejala usia lanjut bervariasi,beberapa tidak menunjukkan gejala,yang sering kali menunjukkan gejala
klasik berupa nyeri punggung,yang sering kali akibat fraktur kompresi dari satu atau lebih
vertebra.Nyeri seringkali dipicu oleh adanya stress fisik ,sering kali akan hilang sendirinya setelah 4-6
minggu. Penderita lain mungkin datang dengan gejala patah tulang,turunnya tinggi badan, bungkuk
punggung (Dowagers hump),yaitu suatu deformitas akibat kolaps dan fraktur pada vertebra torakal
tengah .Fraktur yang mengenai leher femur dan radius sering terjadi. Sekitar 30% wanita dengan
fraktur leher femur menderita Osteoporosis ,dibandingkan hanya 15% pada pria.Fraktur terjadi
bukan saja karena osteoporosis ,tetapi juga karena kecendrungan usia lanjut untuk jatuh.
b. Pemeriksan lain
Hidroksi prolin urin dan osteokalsin(bone-gla protein) dan pirolidin cross-link urin.
c. Penatalaksanaan
Penderita lanjut usia dengan fraktur osteoporosis terutama bila akibat jatuh,memerlukan asesmen
bertingkat,antara lain:
apakah
akibat
factor
Penatalaksanaan osteoporosisnya :
Tindakan diebetik:diet tinggi kalsium (sayur hijau,dan lain-lain). Terapi ini lebih bermanfaat sebagai
tindakan pencegahan.
Olah raga. Yang terbaik adalah yang bersifat mendukung beban (weight bearing), misalnya jogging,
berjalan cepat, dll. Lebih baik dilakukan di bawah sinar matahari pagi karena membantu pembuatan
vitamin D.
Obat-obatan. Yang membantu pembentukan tulang (steroid anabolic, flourida). Yang mengurangi
perusakan tulang (estrogen, kalsium, dofosfonat, kalsitonin).
1. Osteomalasia
a. Defenisi
Adalah suatu penyakit tulang metabolic yang ditandai dengan terjadinya kekurangan kalsifikasi matriks
tulang yang normal. Prevalensi pada usia lanjut diperkirakan 3,7%. Penyakit ini disebabkan oleh
kekurangan vitamin D oleh berbagai sebab.
Penyakit ginjal
Malabsorbsi
Gastrektomi
c. Gambaran klinik
Penderita mengeluh nyeri tekan tulang, kelemahan otot an tampak sakit. Nyeri, rasa sakit dan jatuh
sering kali menyebabkan imobilitas. Nyeri tulang sering terjadi pada tulang dada, punggung, paha
dan tungkai. Kelemahan otot terutama mengenai otot proksimal dan sering menyebabkan penderita
sukar bangkit dari kursi atau tempat tidur, dan kadang-kadang disertai abnormalitas langkah yang
lebar. Pemeriksaaan lain yang penting meliputi biokimiawi tulang, radiologi, scan isotop tulang dan
biopsy tulang.
d. Pengobatan
Terapi osteomalasia adalah pemberian vitamin D yang dapat diberikan peroral 3atau perenteral atau
dengan meningkatkan produksi vitamin D dengan penyinaran UV. Panderita usia lamjtu sering kali
mengkonsumsi diet yang kandungan kalsiumnya rendah, oleh karena itu pada penderita inin pada
penderita ini sebaiknya diberikan terapai berupa tablet kalsium yang mengandung vitamin D atau
kalsiferol oral atau perenterla 1000-1500 unit perhari.
2. Fraktur
Pada usia lanjut sering terjadi hanya dengan trauma ringan atau bahkan tanpa adanya kekerasan yang
nyata, (Brocklehurst, 1987).
Jenis fraktur terutama sebagai akibat osteoporosis, terdapat tiga jenis fraktur yaitu :
a. Fraktur leher femur
b. Fraktur colle
c. Fraktur kolumna vertebralis
3. Penyakit Radang Sendi: Artritis Reumatoid
a. Patofisiologi
Artritis adalah suatu penyakit kronis, sitemik, yang secara khas berkembang perlahan- lahan dan
ditandai oleh adanya radang yang sering kambuh pada sendi- sendi diartrodial dan struktur yang
berhubungan. AR sering disertai dengan dodul- nodul rheumatoid, arthritis, neuropati, skleritis,
limfadenopati dan splenomegali. AR ditandai oleh periode- periode remisi dan bertambah parahnya
penyakit.
b. Manifestasi Klinik
Terdapat radang sendi dengan pembengkakan membrane synovial dan kelebihan produksi cairan
synovial. Tidak ada perubahan yang bersifat merusak terlihat pada radiografi.
Secara radiologi kerusakan tulang pipih atau tulang rawan dapat dilihat. Klien mungkin mengalami
keterbatsan gerak tetapi tidak ada deformitas sendi.
Jaringan ikat fibrosa yang keras menggantikan pannus sehingga mengurangi ruang gerak sendi.
Ankilosis fibrosa mengakibatkan penurunan gerakan sendi, perubahan kesejajaran tubuh, dan
deformitas. Secara radiologis terlihat adanya kerusakan kartilago dan tulang.
Ketika jaringan fibrosa mengalami klasifikasi, ankilosis tulang dapat mengakibatkan terjadinya
imobilisasi sendi secara total. Atrofi otot yang meluas dan luka pada jaringan lunak seperti nodulanodula mungkin terjadi.
c. Penatalaksanaan
Untuk menghilangkan nyeri dengan menggunakan agens antiinflamasi, obat yang dapat dipilih adalah
aspirin. Namun, efek antiinflamasi dari aspirin tidak terlihat pada dosis kurang dari 12 tablet per hari,
yang dapat menyebabkan gejala siste,mgastrointestinal dan system saraf pusat. Obat anti inflamasi
non-steroid sangat bermanfaat, tetapi dianjurkan untuk menggunakan dosis yang direkomendasikan
oleh pasbrik dan pemantauan efek samping secara hati- hati perlu dilakukan. Terrapin kortikosteroid
yang diinjeksikan melalui sendi mungkin digunakan untuk infeksi di dalam satu atau dua sendi. Injeksi
secara cepat dihubungkan dengan nekrosisi dan penurunan kekuatan tulang. Biasanya injeksi yang
diberikan ke dalam sendi apapun tidak boleh diulangi lebih dari tiga kali. Rasa nyeri dan
pembengkakan umumnya hilang untuk waktu 1 sampai 6 minggu.
Penatalaksanaan keperawatan menekankan pemahaman klien tentang sifat AR kronis dan kelompok
serta tahap-tahap yang berbeda untuk memantau perkembangan penyakit. Klien harus ingat bahwa
walaupunpengobatan mungkin mengurangi radang dan nyeri sendi, mereka harus pula
mempertahankan peregerakan dan kekuatan untuk mencegah deformitas sendi. Suatu origram
aktivitas dan istirahat yang seimbang sangat penting untuk mencegah peningkatan tekanan pada
sendi.
Pengkajian
Pengkajian pada lansia dengan gangguan pada sistem musculoskeletal adalah sebagai berikut :
Kegiatan yang mampu dilakukan klien
Lingkungan yang tidak kondusif seperti penerangan yang kurang, lantai yang licin, tersandung alas
kaki yang kurang pas, kursi roda yang tidak terkunci, jalan menurun/adanya tangga, dan lain-lain.
Mengkaji kekuatan otot
Kemampuan berjalan
Kebiasaan olahraga/senam
Kesulitan/ketergantungan dalam melakukan aktivitas pemenuhan kebutuhan sehari-hari.
Masalah keperawatan
Masalah keperawatan pada lansia dengan gangguan pada sistem musculoskeletal adalah sebagai
berikut:
Gangguan aktivitas sehari-hari
Kurangnya perawatan diri
Imobilisasi
Kurangnya pengetahuan
Resiko cedera: jatuh
Cemas
Nyeri sendi dan tulang
Intervensi keperawatan
Intervensi keperawatan untuk lansia dengan gangguan sistem musculoskeletal adalah sebagai berikut:
Identifikasi factor-faktor penyebab
Anjurkan untuk menggunakan alat-alat bantu berjalan, misalnya tongkat, atau kursi roda.
Gunakan kaca mata jika berjalan atau melakukan aktivitas
Lakukan kegiatan fisik sesuai kemampuan
Lakukan latihan gerak aktif dan pasif
Latih klien untuk pindah dari tempat tidur kekursi dan sebaliknya dari kursi ke tempat tidur
Sediakan penerangan yang cukup
Sediakan pegangan pada tangga dan kamar mandi
Beri motivasi dan reinforcement
Pertahankan lingkungan yang aman.
Pertahankan kenyamanan, baik dalam keadaan istirahat maupun beraktivitas
Kolaborasi untuk pengobatan lebih lanjut
DAFTAR PUSTAKA
Azizah, lilik Marifatul. 2011. Keperawatan Lanjut Usia. Penerbita Graha Ilmu. Yogyakarta
Kusharyadi. 2010. Asuhan Keperawatan pada Klien Lanjut Usia. Penerbit Salemba Medika,
Jakarta
Martono, H. Hadi, 2010, Buku Ajar Geriatri, Balai Penerbit Fakultas Kedokteran Universitas
Indonesia, Jakarta
Stanley, Mickey, 2002, Buku ajar Keperawatan Gerontik, Penerbit buku Kedokteran: EGC,
Jakarata
Stockslager, Jaime L dkk, 2008, Asuhan Keperawatan Geriatrik, Penerbit buku Kedokteran:
EGC, Jakarta
Tyson, Shirley Rose, 1999, Gerontological Nursing Care, WB Saunders Company, USA