Você está na página 1de 35

BAB V

HASIL PENELITIAN DAN PEMBAHASAN

A. Gambaran Umum Lokasi Penelitian


1.

Keadaan Geografi
Puskesmas Liang Anggang memilki wilayah kerja yang mencakup dua

kelurahan, yakni Keluarahan Landasan Ulin Barat dan Kelurahan Landasan


Landasan Ulin Selatan, kondisi geografis wilayah kerja Puskesmas Liang
Anggang untuk Kelurahan Landasan Ulin Selatan merupakan daerah rawa dan
hutan galam, sedangkan Kelurahan Landasan Ulin Barat merupakan daerah hutan
basah. Iklim yang berpengaruh adalah iklim tropis. Jumlah curah hujan rata-rata
3 mm dan jumlah bulan hujan 5 bulan. Kelembaban udara rata-rata 3 F, suhu
udara rata-rata 33 C dan tinggi tempat dari permukaan laut 0,5-2 mdl. Adapun
batas-batas wilayah masing-masing sebagai berikut :
1. Kelurahan Landasan Ulin Barat :
Sebelah utara :

Sei Tabuk

Sebelah selatan :

Landasan Ulin Selatan

Sebelah timur

Landasan Ulin Tengah

Sebelah barat

Gambut

2. Kelurahan Landasan Ulin Selatan :


Sebelah utara :

Landasan Ulin Barat

Sebelah selatan :

Desa Pandahan Kecamatan Bati-bati

Sebelah timur

Landasan Ulin Tengah

Sebelah barat

Desa Kayu Bawang Kecamatan Gambut

37

Adapun Batas wilayah kerja Puskesmas Liang Anggang menurut letak arah
mata angin
Sebelah utara

Kecamatan Sungai Tabuk Kabupaten Banjar

Sebelah selatan

Desa Pandahan Kecamatan Bati-Bati

Sebelah barat

Kecamatan Gambut Kabupaten Banjar

Sebelah timur :

Landasan Ulin Tengah dan Utara

Gambar 5.1. Peta Wilayah Kerja Puskesmas Liang Anggang


2. Keadaan Demografi/Kependudukan
Puskesmas Liang Anggang secara administratif berada di wilayah
Kecamatan Liang Anggang Kota Banjarbaru Provinsi Kalimantan Selatan.
Puskesmas Liang Anggang mempunyai wilayah 42,50 Km, yang terbagi dalam 2
kelurahan yaitu sebagai berikut :

38

1. Kelurahan Landasan Ulin Barat ( LUB ) dengan luas 16,15 Km


2. Kelurahan Landasan Ulin Selatan ( LUS )dengan luas 26,35 Km
Berdasarkan data profil Kelurahan Landasan Ulin Barat dan Kelurahan
Landasan Ulin Selatan hingga akhirbuan Desember tahun 2013, jumlah penduduk
di wilayah kerja Puskesmas Liang Anggang adalah 12.242 jiwa dengan jumlah
kepala keluarga seluruhnya sebanyak 3538 KK. Adapun komposisi penduduknya
adalah sebagai berikut
Tabel 5.1
Luas wilayah dan jumlah penduduk serta kepadatan penduduk pada tiap kelurahan
di wilayah kerja Puskesmas Liang Anggang tahun 2013
No.
1.
2.

Kelurahan
Landasan
Ulin Barat
Landasan
Ulin Selatan
Total

Luas Wilayah
16,15 Km2

Jumlah
Penduduk
6.637

% Luas
Wilayah
38 %

Kepadatan
411 jiwa/km2

26,35 Km2

5.605

62%

213 jiwa/km2

42,50 Km2

12.242 jiwa

100%

Sumber: Data Kelurahan Landasan Ulin Barat dan Landasan Ulin Selatan Tahun
2013
Tabel 5.2
Distribusi penduduk berdasarkan jenis kelamin di wilayah kerja Puskesmas Liang
Anggang tahun 2013
No

Kelurahan

Laki-laki

Perempuan

Jumlah Jiwa

Landasan
Barat

Ulin

3.529

53,17 %

3.108

46,83 %

6.637

Landasan
Selatan

Ulin

2.194

51,99 %

2.691

48,01 %

5.605

5.723

46,75 %

5.799

47,34 %

12.242

Jumlah

Sumber: Data Kelurahan Landasan Ulin Barat dan Landasan Ulin Selatan Tahun
2013
39

4,000

3,529

3,500

3,108

3,000

2,691

2,500

2,194

2,000
1,500
1,000
500
0
LUB

LUS

Laki-laki

Perempuan

Gambar 5.2. Grafik distribusi penduduk berdasarkan jenis kelamin di wilayah


kerja Puskesmas Liang Anggang tahun 2013

Tabel 5.3
Distribusi penduduk berdasarkan kelompok umur di wilayah kerja Puskesmas
Liang Anggang tahun 2013
Kelurahan Landasan Ulin Barat
Umur

Kelurahan Landasan Ulin Selatan

Jumlah (jiwa)

Umur

Jumlah (jiwa)

0-4

tahun

662

0-4

tahun

653

5-9

tahun

614

5-9

tahun

776

10-19 tahun

1279

10-20 tahun

1075

20-54 tahun

3558

20-55 tahun

2652

>56

524

>56

449

tahun

6.637

tahun

5605

Sumber: Data Kelurahan Landasan Ulin Barat dan Landasan Ulin Selatan Tahun
2013

40

Tabel 5.4
Distribusi penduduk menurut mata pencaharian di wilayah kerja Puskesmas Liang
Anggang tahun 2013
No

Jenis pekerjaan

Landasan Ulin
Barat (jiwa)

Landasan Ulin
Selatan

PNS dsn TNI/Polri

361

41

Buruh dan tukang

1.109

536

Pedagang

105

143

Dokter

Perawat

Bidan

Petani dan peternak

89

78

Pengusaha

37

121

1.711

924

Jumlah

Sumber: Data Kelurahan Landasan Ulin Barat dan Landasan Ulin Selatan Tahun
2013
1200
1000

PNS dan TNI/Polri


Buruh dan Tukang

800

Pedagang
Dokter

600

Perawat
400

Bidan
Petani dan Peternak

200

Pengusaha

0
LUB

LUS

Gambar 5.3. Grafik distribusi penduduk menurut mata pencaharian di wilayah


kerja Puskesmas Liang Anggang tahun 2013
41

Tabel 5.5
Distribusi penduduk berdasarkan tingkat pendidikan kelamin di wilayah kerja
Puskesmas Liang Anggang tahun 2013
No

Tingkat pendidikan

Landasan Ulin
Barat (jiwa)

Landasan Ulin
Selatan (jiwa)

547

491

Belum sekolah

Tidak pernah sekolah

Yang sedang sekolah

3.894

2593

Tidak tamat SD

531

472

Tamat SD/sederajat

746

537

Tamat SLTP/sederajat

539

416

Tamat SLTA/sederajat

1.105

862

Tamat D1-3

197

121

Tamat S1

178

92

10

Tamat S2

33

21

6637

5605

Jumlah

Sumber: Data Kelurahan Landasan Ulin Barat dan Landasan Ulin Selatan Tahun
2013

Tabel 5.6
Sarana dan prasana di wilayah kerja Puskesmas Liang Anggang Tahun 2013
No

Sarana dan Prasarana

Landasan
Ulin Barat

Landasan Ulin
Selatan

TK

PAUD

Sarana pendidikan

42

SD/sederajat

SLTP/sederajat

SLTA/sederajat

SLB

Masjid

Langgar

Gereja

Puskesmas induk

Puskesmas pembantu

Rumah sakit

BKIA

Posyandu

Posyandu usila

Polindes

Poskesdes

Puskesmas keliling

Praktik dokter umum

Praktik dokter gigi

Apotek

Toko obat/jamu

40

26

Sarana ibadah

Sarana kesehatan

Jumlah

Sumber: Profil Kelurahan Landasan Ulin Barat dan KelurahanLandasan Ulin


Selatan tahun 2013

43

Pada tahun 2013 di wilayah kerja puskesmas Liang Anggang ditemukan 15


kasus baru TB Paru dan dengan pengobatan secara teratur didapatkan hasil
konversi Dahak dari penderita BTA positif adalah 100%. Sampai dengan bulan
Agustus 2014 di Puskesmas Liang Anggang didapatkan penderita yang sedang
menjalani pengobatan sebanyak 14 orang yang tidak dipisahkan oleh klasifikasi
tahap pengobatan.
B. Gambaran Umum Responden Penelitian
Penelitian ini menggunakan metode total sampling yakni sebanyak 14 orang
penderita TB. Adapun data responden yang didapat berdasarkan usia dapat dilihat
pada grafik berikut :

40.00%

35.71%

35.71%

35.00%
30.00%
25.00%

21.42%

20.00%
15.00%
10.00%

7.14%

5.00%
0.00%
0-14 Tahun

Gambar 5.4

15-24 Tahun

25-49 Tahun

> 49 Tahun

Grafik Frekuensi Berdasarkan Usia Responden terhadap Kuisioner


Perilaku Pencegahan Penyakit Tubercolusis Paru di Puskesmas
Liang Anggang 2014

44

Berdasarkan grafik tersebut, diperoleh bahwa sebagian besar responden


adalah yang berusia antara 25 sampai dengan 49 tahun, dan berusia > 49 masingmasing sebanyak 5 orang (35,71%).
Data responden yang didapat berdasarkan tingkat pendidikan dapat dilihat
pada grafik berikut :

Tingkat pendidikan
57.10%

35.71%

7.14%
0%
Tidak tamat
SD/Tamat SD

SMP/Sederajat

SMA/Sederajat

Akademi/Sarjana

Gambar 5.5 Grafik Frekuensi Berdasarkan Tingkat Pendidikan Responden


terhadap Kuisioner Perilaku Pencegahan Penyakit
Tubercolusis Paru di Puskesmas Liang Anggang 2014

Berdasarkan grafik tersebut dapat dilihat bahwa jumlah responden


terbanyak adalah yang memiliki tingkat pendidikan tidak tamat SD/Tamat SD,
yaitu sebanyak 8 orang (57,1%).
Jumlah responden berdasarkan jenis kelamin dapat dilihat pada grafik
berikut:

45

50%
45%
40%
35%
30%
25%
20%
15%
10%
5%
0%

Laki-laki

Perempuan

Jumlah

Gambar 5.6 Grafik Frekuensi Berdasarkan Jenis Kelamin Responden terhadap


Kuisioner Perilaku Pencegahan Penyakit Tubercolusis Paru di
Puskesmas Liang Anggang 2014
Berdasarkan grafik tersebut dapat dilihat bahwa jumlah responden mengenai
perilaku pencegahan tuberkulosis paru antara laki-laki dan perempuan masingmasing terdapat 7 orang (50%).

C. Data dan Analisis Data Penelitian


1. Perilaku Pencegahan TBC Paru
Berdasarkan hasil penelitian, didapatkan gambaran mengenai perilaku
pencegahan pada penyakit tuberkulosis sebagai berikut:

46

70%
60%
50%
40%

Baik

30%

Buruk

20%
10%
0%
Jumlah

Gambar 5.7 Grafik Distribusi Frekuensi Perilaku Pencegahan Masyarakat pada


Penyakit Tubercolusis terhadap Kuisioner Perilaku Pencegahan
Penyakit Tubercolusis Paru di Puskesmas Liang Anggang 2014
Berdasarkan grafik tersebut, diperoleh bahwa sebagian besar responden
memiliki perilaku pencegahan pada penyakit tuberculosis paru masih buruk, yaitu
sebanyak 9 orang (64,28%), sedangkan responden yang memiliki perilaku
pencegahan tuberculosis paru yang baik sebanyak 5 orang (35,71%)
Perilaku terdiri dari pengetahuan, sikap, dan tindakan. Pengetahuan
penderita TB Paru yang kurang tentang cara penularan, bahaya, dan cara
pengobatan akan berpengaruh terhadap sikap dan perilaku sebagai orang sakit dan
akhirnya berakibat menjadi sumber penular bagi orang disekelilingnya. Perilaku
penderita merupakan salah satu faktor yang dapat menyebabkan timbulnya
masalah penyebaran Tuberkulosis. Seorang penderita rata-rata dapat menulari 2-3
orang anggota keluarganya. Namun demikian, pengetahuan dan perilaku penderita
dalam mencegah agar anggota tidak tertular berpengaruh besar dalam upaya
kesembuhan dan pencegahan TB.

47

2. Analisis Hubungan
a. Perilaku Pencegahan Penyakit Tuberkulosis Paru berdasarkan umur
Hubungan usia dengan perilaku pencegahan penyakit tuberkulosis paru di
Puskesmas Liang nggang 2014, dapat dilihat pada grafik berikut :
40.00%
35.71%

35.71%

35.00%
30.00%
25.00%

21.42%

20.00%
15.00%
10.00%

7.14%

5.00%
0.00%
0-14 Tahun

15-24 Tahun

25-49 Tahun

> 49 Tahun

Gambar 5.9 Grafik Perilaku Pencegahan Penyakit Tubercolusis Paru berdasarkan


Umur di Puskesmas Liang Anggang 2014
Berdasarkan grafik di atas dapat dilihat bahwa responden dengan kelompok
usia 25-49 tahun dan usia > 49 tahun memiliki perilaku pencegahan yang baik
sebesar 35,71% dari total 14 responden pada kelompok terebut, sedangkan
kelompok usia 0-14 tahun memiliki perilaku pencegahan hanya sebesar 7,14%%
yaitu 1 dari total 14 responden pada kelompok tersebut, dan usia 15-24 tahun
sebanyak 3 orang dari total 14 sampel (21,42%).
Hasil analisis statistik dengan menggunakan uji Uji Spearman didapatkan
hasil nilai signifikan sebesar 0,463. Berdasarkan nilai signifikan tersebut yang
lebih tinggi dari taraf signifikan (0,05), maka dapat diambil kesimpulan bahwa
48

tidak terdapat hubungan yang bermakna antara perilaku pencegahan penyakit


tuberkulosis paru di Puskesmas Liang Anggang tahun 2014.
Responden dengan tingkat usia 25->49 tahun memiliki perilaku pencegahan
terhadap penyakit TB Paru yang cukup baik. Semakin bertambahnya usia
seeorang (hingga usia 60 tahun), semakin banyak informasi yang diterimanya dan
memiliki pemahaman yang baik akan informasi tersebut. Sehingga hal ini akan
memudahkan dalam perilaku pencegahan terhadap penyakit TB Paru.
Didapatkan data bahwa penderita TB Paru lebih banyak berusia produktif.
Data tersebut didukung dengan data jumlah penduduk usia 20-54 tahun di wilayah
kerja puskesmas Liang Anggang sebanyak 6.210 jiwa dan yang berusia >56 tahun
sebanyak 1.023 jiwa, yang merupakan komposisi paling banyak dibandingkan
tingkatan umur lainnya. Hasil tersebut sesuai dengan data Departemen Kesehatan
RI dalam Pedoman Nasional Penanggulangan TB tahun 2007 bahwa kondisi
sampai dengan tahun 2002 menunjukkan hampir 2 milyar orang telah terinfeksi
penyakit TBC di seluruh dunia dengan tingkat insidensi 0,4% per tahun. Sekitar
75% pasien TB adalah kelompok usia yang paling produktif secara ekonomis (1550 tahun). Menurut Hiswani pada tahun 2000, pada usia lanjut (>55 tahun) sistem
imunologis seseorang menurun, sehingga sangat rentan terhadap berbagai
penyakit, termasuk penyakit TB Paru. Selain itu kelompok usia produktif banyak
mempunyai mobilitas atau kerja yang banyak, sehingga menyebabkan stamina
menjadi turun sehingga mudah terserang penyakit.

49

b. Perilaku Pencegahan Penyakit Tuberkulosis Paru berdasarkan Tingkat


pendidikan
Hubungan tingkat pendidikan dengan perilaku pencegahan penyakit
tubercolusis paru di Puskesmas Liang Anggang 2014, dapat dilihat pada grafik
berikut :

Tingkat pendidikan
57.10%

35.71%

7.14%
0%
Tidak tamat
SD/Tamat SD

SMP/Sederajat

SMA/Sederajat

Akademi/Sarjana

Gambar 5.10 Grafik Perilaku Pencegahan Penyakit Tuberkulosis Paru


berdasarkan Tingkat pendidikan di Puskesmas Liang Anggang
2013
Berdasarkan grafik diatas, kelompok responden dengan tingkat pendidikan
tinggi memiliki perilaku pencegahan sebesar 7,14%, yaitu 1 dari total 14
responden pada kelompok tersebut, sedangkan kelompok reponden dengan tingkat
pendidikan yang rendah memiliki perilaku pencegahan sebesar 57,1%, yaitu 8 dari
total 14 responden pada kelompok tersebut. Responden dengan tingkat pendidikan
tamat SMP/Sederajat sebanyak 5 orang dari total 14 sampel (35,71%), dan
Responden dengan tingkat pendidikan tamat SMA/Sederajat sebesar 0%.
Pendidikan dapat mempengaruhi cara pandang seseorang terhadap informasi baru

50

yang diterimanya, sehingga semakin tinggi pendidikan seseorang semakin mudah


seseorang tersebut memahami informasi tentang penakit TB Paru yang
diterimanya. Selain itu tingkat pendidikan seseorang akan berpengaruh terhadap
jenis pekerjaannya.
Hasil analisis statistik dengan menggunakan uji Spearman didapatkan hasil
nilai signifikan sebesar 0,000. Berdasarkan nilai signifikan tersebut yang lebih
rendah dari taraf signifikan (0,05), maka dapat diambil kesimpulan bahwa
terdapat hubungan yang erat antara tingkat pendidikan dengan perilaku
pencegahan penyakit tubercolusis paru di Puskesmas Liang Anggang 2014.
Hasil penelitian ini menunjukkan bahwa semakin tinggi tingkat pendidikan
seseorang maka akan semakin baik pula pengetahuan dan pemahamannya
terhadap suatu objek, sehingga masyarakat dengan tingkat pendidikan yang tinggi
memiliki upaya perlindungan terhadap penyakit TB Paru lebih baik pula.
Sehingga dari sampel yang ada dalam penelitian ini ditemukan hanya sedikit
masyarakat dengan pendidikan menegah ke atas yang terkena penyakit TB paru.
Hal ini didukung dengan teori bahwa semakin tinggi tingkat pendidikan
seseorang, semakin mudah menerima informasi sehingga semakin banyak pula
menerima pengetahuan yang dimilikinya. Dalam penelitian ini didapatkan tingkat
pendidikan yang rendah memiliki perilaku pencegahan yang baik. Hal ini
kemungkinan disebabkan karena pada kelompok masyarakat tersebut telah
diberikan pendidikan dan pengetahuan tentang penyakit TB Paru.

51

c. Perilaku Pencegahan Penyakit Tuberkulosis Paru berdasarkan Jenis Kelamin


Hubungan Jenis kelamin dengan perilaku pencegahan penyakit tubercolusis
paru di Puskesmas Liang Anggang 2014, dapat dilihat pada grafik berikut :

Perempuan
50%

Laki-Laki
50%

Gambar 5.11 Grafik Perilaku Pencegahan Penyakit Tuberkulosis Paru


berdasarkan Jenis Kelamin di Puskesmas Liang Anggang 2014
Berdasarkan grafik di atas, maka dapat dilihat bahwa kelompok responden
yang memiliki jenis kelamin laki-laki sama banyaknya dengan responden yang
memiliki jenis kelamin perempuan masing-masing 50% dari total 14 responden
pada kelompok tersebut. Menurut Amin dalam Pengantar Penyakit Paru tahun
2006, tuberkulosis (TB) adalah suatu penyakit menular yang paling sering (sekitar
80%) terjadi di paru-paru yang dapat menyerang siapapun (laki-laki, wanita, tua
atau muda).
Hasil analisis statistik dengan menggunakan uji Chi Spearman didapatkan
nilai signifikan sebesar 0,611 (p > 0,05), maka dapat diambil kesimpulan bahwa
tidak terdapat hubungan yang erat antara jenis kelamin dan perilaku pencegahan
penyakit tubercolusis paru di Puskesmas Liang anggang 2014. Responden berjenis

52

kelamin laki-laki dengan responden berjenis kelamin perempuan memiliki


perilaku pencegahan yang sama baiknya terhadap penyakit TB Paru.
d. Perilaku Pencegahan Penyakit Tuberkulosis Paru berdasarkan Alamat
Hubungan Alamat tempat tinggal dengan perilaku pencegahan penyakit
tubercolusis paru di Puskesmas Liang Anggang 2014, dapat dilihat pada grafik
berikut :

Lain-Lain

21.40%

LUS

50%

LUB
0.00%

28.57%
10.00%

20.00%
LUB

30.00%
LUS

40.00%

50.00%

Lain-Lain

Gambar 5.12 Grafik Perilaku Pencegahan Penyakit Tuberkulosis Paru


berdasarkan Alamat tempat tinggal di Puskesmas Liang Anggang
2014
Berdasarkan grafik di atas, maka dapat dilihat bahwa kelompok responden
yang bertempat tinggal di LUS lebih banyak jumlahnya yaitu 50% dari 14 total
sampel dalam penelitian ini. Responden yang bertempat tinggal di daerah LUB
berjumlah 4 orang (28,57%), dan bertempat tinggal di luar LUB dan LUS sebesar
21,4% dari 14 total sampel. Hal ini di dukung dengan luas wilayah Landasan Ulin

53

60.00%

Selatan lebih luas dibandingkan dengan Landasan Ulin Barat yaitu 26,35 Km2
atau 62% dari luas wilayah kerja Puskesmas Liang Anggang.
Hasil analisis statistik dengan menggunakan uji Chi Spearman didapatkan
nilai signifikan sebesar 0,838 (p > 0,05), maka dapat diambil kesimpulan bahwa
tidak terdapat hubungan yang erat antara jenis kelamin dan perilaku pencegahan
penyakit tubercolusis paru di Puskesmas Liang anggang 2014.
e. Perilaku Pencegahan Penyakit Tuberkulosis Paru berdasarkan Pekerjaaan
Hubungan Pekerjaan dengan perilaku pencegahan penyakit tubercolusis
paru di Puskesmas Liang Anggang 2014, dapat dilihat pada grafik berikut:

40.00% 35.71%
35.00%
30.00%
25.00%
20.00%
15.00%
10.00%
5.00%
0.00%

28.57%

28.57%

7.14%

Gambar 5.13 Grafik Perilaku Pencegahan Penyakit Tuberkulosis


berdasarkan Pekerjaan di Puskesmas Liang Anggang 2014

Paru

Secara ekonomi, berkembangnya kuman-kuman Tuberkulosis di Indonesia


disebabkan karena masih rendahnya pendapatan perkepala, yang berdampak

54

terhadap pola hidup sehari-hari diantaranya kurang terpeliharanya gizi dan nutrisi
serta hal-hal lain yang menyangkut buruknya lingkungan seperti keadaan
perumahan yang kurang sesuai dengan kaidah kesehatan, keadaan sanitasi yang
masih kurang sempurna dan sebagainya.
Menurut Anderson pada tahun 1947, salah satu faktor struktur sosial yaitu
pekerjaan akan mempengaruhi pemanfaatan pelayanan kesehatan, pekerjaan
seseorang dapat mencerminkan sedikit banyaknya informasi yang diterima,
informasi tersebut akan membantu seseorang dalam mengambil keputusan untuk
memanfaatkan pelayanan kesehatan yang ada.
Hasil analisis statistik dengan menggunakan uji Chi Spearman didapatkan
nilai signifikan sebesar 0,693 (p > 0,05), maka dapat diambil kesimpulan bahwa
tidak terdapat hubungan yang signifikan antara pekerjaan dan perilaku
pencegahan penyakit tubercolusis paru di Puskesmas Liang anggang 2014.
f. Perilaku Pencegahan Penyakit Tuberkulosis Paru berdasarkan Kebiasaan
merokok
Hubungan kebiasaan merokok dengan perilaku pencegahan penyakit
tubercolusis paru di Puskesmas Liang Anggang 2014, dapat dilihat pada grafik
berikut:

55

60.00%
50.00%
40.00%
30.00%
20.00%
10.00%
0.00%
Tidak perokok

Ringan

Berat

Gambar 5.14 Grafik Perilaku Pencegahan Penyakit Tuberkulosis Paru


berdasarkan Kebiasaan merokok di Puskesmas Liang Anggang
2014

Berdasarkan grafik di atas, maka dapat dilihat bahwa kelompok responden


yang termasuk perokok berat (> 10 batang/hr) jumlahnya 14,28% ,yaitu 2 dari 14
total sampel dalam penelitian ini. Responden yang termasuk perokok ringan (0-10
batang/hr) sebanyak 4 orang (28,57%), dan responden yang tidak merokok
sebanyak 8 orang atau sebesar 57,1% dari 14 total sampel. Dapat dilihat bahwa
responden yang bukan perokok memiliki perilaku pencegahan terhadap penyakit
TB paru yang lebih tinggi dibandingkan responden perokok ringan dan perokok
berat.
Kebiasaan merokok merupakan risiko untuk terinfeksi Mycobacterium
tuberculosis. Merokok dapat memperlemah paru dan menyebabkan paru lebih
mudah terinfeksi kuman TB. Asap rokok dalam jumlah besar yang terhirup dapat

56

meningkatkan risiko keparahan TB, kekambuhan dan kegagalan pengobatan TB.


Penderita TB Paru dalam penelitian ini yang sebagian besarnya tidak pernah
merokok juga merupakan perokok pasif yang ikut menghirup asap rokok tersebut
sehingga dapat memperlemah paru dan beriko terinfeksi TB Paru.
Hasil analisis statistik dengan menggunakan uji Chi Spearman didapatkan
nilai signifikan sebesar 1,000 (p > 0,05), maka dapat diambil kesimpulan bahwa
tidak terdapat hubungan yang signifikan antara kebiasaan merokok dan perilaku
pencegahan penyakit tubercolusis paru di Puskesmas Liang anggang 2014. Hal
tersebut kemungkinan disebabkan masyarakat yang bukan perokok aktif juga
terpapar asap rokok dikesehariannya (perokok pasif) dan memiliki resiko untuk
lebih mudah terkena penyakit TB Paru.
g. Perilaku Pencegahan Penyakit Tuberkulosis Paru berdasarkan Tingkat
pengetahuan
Hubungan tingkat pengetahuan dengan perilaku pencegahan penyakit
tubercolusis paru di Puskesmas Liang Anggang 2014, dapat dilihat pada grafik
berikut:

57

Column1
14%
36%

Kurang
Cukup
Sangat baik
50%

Gambar 5.15 Grafik Perilaku Pencegahan Penyakit Tuberkulosis Paru


berdasarkan Kebiasaan tingkat pengetahuan di Puskesmas Liang
Anggang 2014
Dari grafik di atas dapat dilihat responden dengan tingkat pengetahuan
cukup sebesar 50% dari 14 total sampel dalam penelitian ini memiliki perilaku
pencegahan TB paru yang lebih baik dibandingkan responden yang memiliki
pengetahuan kurang baik (14%). Responden dengan tingkat pengetahuan sangat
baik hanya sebesar 36% dari total sample. Hal ini kemungkinan dikarenakan
jumlah penduduk di wilayah kerja Puskesmas Liang Anggang kebanyakan
berpendidikan SMA/Sederajat, sehingga tingkat pengetahuan penduduk yang
sangat baik masih sedikit.
Hasil analisis statistik dengan menggunakan uji Chi Spearman didapatkan
nilai signifikan sebesar 0,129 (p > 0,05), maka dapat diambil kesimpulan bahwa
tidak terdapat hubungan yang bermakna antara kebiasaan tingkat pengetahuan dan

58

perilaku pencegahan penyakit tubercolusis paru di Puskesmas Liang anggang


2014.
Pada dasarnya, seseorang yang memiliki pengetahuan baik akan lebih
memahami dan mencoba untuk mempunyai perilaku hidup bersih dan sehat
dibandingkan dengan yang memiliki tingkat pengetahuan kurang baik. Dalam
penelitian Fahruda pada tahun 1999, mendapatkan hasil bahwa tingkat
pengetahuan penderita yang dikategorikan rendah akan beresiko lebih dari 2 kali
untuk terjadi kegagalan pengobatan dibandingkan dengan penderita dengan
tingkat pengetahuan tinggi. Pada penelitian Luh tahun 2009, disimpulkan ada
hubungan yang bermakna antara pengetahuan dengan perilaku mencegah.

D. Manajemen Pemecahan Masalah


1.

Analisis situasi
Berdasarkan hasil penelitian diatas, dapat ditarik kesimpulan bahwa tidak

ada hubungan signifikan tingkat perilaku pencegahan TB dengan jenis kelamin


(p=0,611), umur (p=0,463), tempat tinggal (p=0,838), pekerjaan (p=0,693),
kebiasaan merokok (p=1,000), dan tingkat pengetahuan (p=0,129). Sedangkan
tingkat pendidikan pendidikan (p=0,000),

memiliki hungan yang signifikan

dengan perilaku pencegahan Tuberculosis Paru pada pasien TB Paru yang masih
dalam pengobatan di wilayah kerja Puskesmas Liang Anggang.
Secara Umum Perilaku pencegahan masyarakat terhadap penyakit TB Paru
di wilayah Puskesmas Liang Anggang masih belum cukup baik yaitu dengan nilai

59

presentase 35,71%%. Berdasarkan hal tersebut, maka diperlukan analisis masalah


untuk mencari alternatif pemecahan masalah tersebut.
Belum optimalnya
kinerja petugas TBC
Kurangnya
pengetahuan kader
tentang pencegahan
penyakit TBC

Tidak mencukupinya
sarana dan prasarana
dalam memudahkan
kerja petugas

Dana operasional
petugas yang minimal

Tercapainya
target case
detection rate
P2M TB

Masih rendahnya
kesadaran
masyarakat dalam
upaya pencegahan
TB Paru
Kurang optimalnya
penyuluhan kepada
masyarskat

2.

Penyampaian informasi
mengenai perilaku
pencegahan TB masih
kurang bervariasi sehingga
kurang menaraik perhatian

Alternatif Pemecahan Masalah

Penyebab Masalah
Kinerja petugas P2M TBC belum
optimal

Alternatif Pemecahan Masalah


Meningkatkan kinerja petugas P2M
TBC
untuk
meningkatkan
penyuluhan pencegahan TBC di
masyarakat
Merefreshing pengetahuan
pencegahan penyakit TBC kader

Kurangnya pengetahuan kader


tentang pencegahan penyakit TBC
Dana, sarana dan prasarana masih
kurang

Mengusahakan diadakannya sarana


yang dapat menunjang proses
kegiatan pelaksanaan program
Menambah
jadwal
untuk
dilakukannya penyuluhan TBC
Mengadakan penyuluhan mengenai
Pencegahan TB Paru dengan metode
yang lebih menarik dan bervariasi

Kurang optimalnya
penyuluhan
tentang TBC
Kurangnya antusiasme dan kesadaran
masyarakat untuk berpartisipasi
dalam
kegiatan
penyuluhan
pencegahan TB Paru

60

3.

Prioritas Masalah dan Pemecahan Masalah


Untuk menentukan prioritas pemecahan masalah diatas dapat ditentukan

dengan menggunakan kriteria pemecahan masalah menurut metode Bryant yaitu:


a. Besarnya Masalah (Magnitude)
Adalah besarnya pengaruh masalah terhadap derajat kesehatan
yang mencakup seberapa banyak penduduk atau masyarakat yang terkena
dampak. Diberi skor 1-5 yaitu :
1. Hanya sebagian kecil masyarakat
2. Sebagian kecil masyarakat
3. Hanya sebagian besar masyarakat
4. Sebagian besar masyarakat
5. Hampir seluruh masyarakat
b. Seberapa jauh masalah dapat diselesaikan (Vunerability)
Adalah tersedianya suatu cara atau metode untuk menyelesaikan
masalah yang dihadapi. Diberi skor 1-2 yaitu:
1. Tidak ada cara yang efektif
2. Ada cara yang efektif
c. Derajat kepentingan diselesaikannya masalah (Importancy)
Adalah

besarnya

kepentingan

terhadap

derajat

kesehatan

masyarakat apabila masalah dapat diselesaikan. Diberi skor 1-5 yaitu :


1. Tidak ada kepentingan
2. Kepentingannya sangat rendah
3. Kepentingannya cukup rendah

61

4. Kepentingannya cukup tinggi


5. Kepentingannya sangat tinggi
d. Biaya (Cost)
Adalah biaya yang diperlukan untuk mengatasi masalah tersebut.
Diberi skor 1-5 yaitu :
1. Biaya yang diperlukan sangat banyak
2. Biaya yang diperlukan banyak
3. Biaya yang diperlukan cukup banyak
4. Biaya yang diperlukan sedikit
5. Tidak perlu biaya
Berdasarkan faktor-faktor diatas dapat ditentukan prioritas pemecahan
masalah sebagai berikut :
Tabel 5.7. Penentuan prioritas pemecahan masalah
Nilai
komposit
MxIxV

Kriteria
No

Alternatif Pemecahan Masalah

M V I

Ranking
Prioritas

C
1.

Pelatihan kepada petugas P2M TB untuk


meningkatkan pengetahuan terutama dalam
upaya pencegahan penyakit TB

6,4

IV

2.

Mengusahakan diadakannya sarana yang


dapat menunjang proses kegiatan
pelaksanaan program

III

3.

Merefreshing pengetahuan kader tentnag


pencegahan TBC

II

4.

Menambah jadwal untuk dilakukannya


penyuluhan TBC

III

5.

Pengadaan kegiatan penyuluhan mengenai


pengetahuan dan upaya pencegahan

10,67

62

penyakit TB Paru dengan metode yang


menarik dan bervariasi

Berdasarkan hasil pembobotan dari tabel di atas, maka prioritas alternatif


pemecahan masalah tentang perilaku pencegahan tuberkulosis adalah Pengadaan
kegiatan penyuluhan TB mengenai pencegahan penyakit TB Paru dan
penunjukkan anggota masyarakat yang bersedia untuk menjadi kader khusus TB
E. Usulan Intervensi
Indikator nasional

yang dipakai

untuk

menentukan keberhasilan

pencapaian program TB adalah angka penemuan penderita (Case Detection Rate)


minimal 70%, angka kesembuhan (Cure Rate) minimal 85%, angka konversi
(Conversion Rate) minimal 80% dan angka kesalahan laboratorium (Error Rate)
maksimal 5%.1
Stigma TB di masyarakat terutama dapat dikurangi dengan meningkatkan
pengetahuan dan persepsi masyarakat mengenai TB, mengurangi mitos-mitos TB
melalui kampanye pada kelompok tertentu dan membuat materi penyuluhan yang
sesuai dengan budaya setempat. 1
Meningkatkan pengetahuan masyarakat tentang penyakit tuberkulosis
dapat dilakukan dengan penyuluhan perorangan dan kelompok. Penyuluhan
perorangan kepada penderita tuberkulosis yang dilakukan dengan baik dan
berkesinambungan dapat meningkatkan pemahaman penderita terhadap penyakit
yang dideritanya sehingga dapat menghindari penderita dari kemungkinan drop
out dalam minum obat dan dapat mencegah terjadinya penularan penyakit kepada

63

keluarga dan masyarakat sekitarnya. Penyuluhan juga dilakukan kepada keluarga


penderita dan pengawas minum obat (PMO) yang berguna untuk meningkatkan
pengetahuan mereka terhadap penyakit tuberkulosis yang menyebabkan keluarga
dan PMO dapat memberikan dorongan kepada penderita untuk melakukan
pengobatan sampai selesai. 1
Penyuluhan kelompok mengenai peyakit tuberkulosis dapat dilakukan
puskesmas dengan cara memadukan dengan kegiatan-kegiatan masyarakat seperti
mejelis taklim, wirid-wirid pengajian, kegiatan PKK dan kegiatan di kecamatan
sehingga kesulitan puskesmas dalam mengumpulkan masyarakat dapat teratasi. 1
Dalam melakukan penyuluhan mengenai penyakit tuberkulosis, pengelola
program TB puskesmas dapat melakukan kerjasama lintas program dengan
petugas Promosi Kesehatan (Promkes) puskesmas sehingga penyuluhan yang
dilakukan dapat terintegrasi dengan kegiatan Promkes yang menyebabkan
penyuluhan mengenai penyakit tuberkulosis dapat berjalan secara terus menerus
dan berkesinambungan. 1
Di samping itu untuk melakukan penyuluhan perorangan kepada penderita
tuberkulosis dan keluarganya, pengelola program TB puskesmas dapat juga
melakukan kerjasama lintas program dengan petugas Perawatan Kesehatan
Masyarakat (Perkesmas) dimana petugas Perkesmas sering mengunjungi pasien
tuberculosis ke rumahnya sehingga petugas Perkesmas dapat dimintai untuk
memberikan penyuluhan mengenai penyakit tuberkulosis dan pentingnya
penderita memakan OAT sampai selesai dan sembuh. 1

64

Kejelian pihak puskesmas mencari dan mengajak tokoh-tokoh masyarakat


yang bisa bekerja merupakan kunci utama dalam memprakarsai gerakan sosial
kesehatan seperti program PHBS.
Kegiatan Penyuluhan TB Mengenai Perilaku pencegahan Penyakit TB Paru
dan Penunjukkan Kader Khusus TB
1. Planning
a. Jenis kegiatan :
- Penyuluhan mengenai pengetahuan dan pencegahan penyakit TB Paru,
penunjukkan kader khusus TB
- Himbauan bagi masyarakat untuk berpartisipasi dalam upaya pelaporan dan
penyebarluaskan informasi mengenai upaya pencegahan TB Paru
b. Tujuan :
-

Memberikan pengetahuan kepada masyarakat mengenai penyakit TB Paru dan


upaya pencegahannya.

Meningkatkan

partisipasi

masyarakat

dalam

upaya

pelaporan

dan

penyebarluasan informasi mengenai pencegahan penyakit TB Paru


c. Sasaran :
Seluruh masyarakat di wilayah kerja Puskesmas Liang Anggang terutama
masyarakat dengan usia 17-40 tahun dan >60 tahun serta masyarakat dengan
tingkat pendidikan rendah dan menengah
d. Target
Masyarakat mengerti dan mendapatkan pengetahuan tentang pencegahan
penyakit TB Paru, ikut berpartisipasi dalam upaya pelaporan dan

65

penyebarluasan informasi mengenai TB Paru, penunjukkan kader khusus TB


sehingga temuan kasus P2M TB dapat mencapai target.
e. Metode :
Penyuluhan secara langsung, tanya jawab dan penunjukkan kader khusus TB

2. Organizing
a. Penyelenggara Kegiatan :
1. Penanggung jawab acara: Kepala Puskesmas Sungai Besar
a. Bertanggung jawab terhadap seluruh proses kegiatan
2. Ketua acara: dokter penanggung jawab program TBC
a. Mengkoordinasi anggota dalam pelaksanaan kegiatan
b. Mengawasi kegiatan pelaksanaan agar sesuai rencana
c. Memberikan arahan teknis kepada seluruh pelaksana kegiatan
3. Sekertaris : pemegang program P2M TBC
a. Membuat perangkat administrasi yang dibutuhkan
b. Mengatur jadwal kegiatan acara
c. Mencatat hal-hal yang terjadi dalam pelaksanaan acara
d. Membuat laporan kegiatan
4. Bendahara: petugas puskesmas
a. Mencatat laporan keuangan yang masuk dan keluar
b. Mencatat kebutuhan kegiatan
c. Mengeluarkan anggaran untuk kegiatan
5. Seksi acara: dokter/pemegang program/kader

66

a. Mengatur pelaksanaan acara


b. Mengumpulkan peserta kegiatan
c. Menunjuk narasumber
d. Menyediakan poster/leaflet dan membagikan pada peserta
e. Mengkondisikan peserta agar tetap berjalan sesuai petunjuk teknis
acara
f. Memantau perkembangan peserta dalam setiap sesi acara
g. Melakukan penilaian/evaluasi terhadap peserta pada akhir kegiatan
6.

Seksi perlengkapan: petugas puskesmas/kader


a. Menyediakan perlengkapan yang dibutuhkan
b. Mempersiapkan sarana sebelum acara dimulai
c. Membereskan dan merapikan perlengkapan setelah sesi acara selesai

7. Seksi konsumsi: petugas puskesmas/kader


a. Menyediakan konsumsi untuk peserta

3. Actuating
a. Waktu :
Bulan September 2014
b. Tempat :
Aula pertemuan Puskesmas Liang Anggang
c. Materi :
- Pengetahuan mengenai penyakit TB Paru, penyebab, cara penularan, gejala
penyakit, pemeriksaan yang dilakukan, pengobatan dan cara pencegahan

67

penyakit TB Paru (Dokter puskesmas)


- Perilaku Pencegahan penyakit TB Paru (Dokter puskesmas)
-

Upaya pelaporan dan usaha yang dapat dilakukan bila menemukan gejala
penyakit TB Paru pada lingkungan sekitar (Pemegang program P2M TB)

- Himbauan kepada seluruh masyarakat untuk berpartisipasi dalam pelaporan dan


penyebarluasan informasi mengenai TB Paru (Pemegang program P2M TB)
d. Metode Penyuluhan
Berdasarkan hasil penelitian dan prioritas pemecahan masalah, antusias
masyarakat yang masih kurang terhadap pemberian informasi mengenai deteksi
dini TB, maka untuk meningkatkan hal tersebut dilakukan beberapa metode
yang bervariasi, sehingga menarik minat masyarakat. Penyuluhan akan dibuka
dengan pemberian materi mengenai penyakit TB Paru, penyebab, cara
penularan, gejala penyakit, pemeriksaan yang dilakukan dan cara pencegahan
penyakit TB Paru. Kemudian dilanjutkan dengan :
1) Diskusi kelompok
Masyarakat dibagi dalam kelompok-kelompok kecil. Dibuat sedemikian
rupa sehingga saling berhadapan, pimpinan diskusi/ penyuluh duduk di antara
peserta agar tidak ada kesan lebih tinggi. Pimpinan diskusi membuka forum
diskusi dengan pernyataan yang paling banyak jawab Tidak oleh responden,
pernah mendiskusikan tentang kriteria penyakit TB dengan orang lain dan
melaporkan segera kepada petugas kesehatan setempat jika ditemukan
penderita TB atau yang diduga menderita TB. Tiap kelompok punya
kebebasan mengeluarkan pendapat, pimpinan diskusi memberikan pancingan,

68

mengarahkan, dan mengatur sehingga diskusi berjalan hidup dan tak ada
dominasi dari salah satu peserta.
2) Curah pendapat (Brain Storming)
Merupakan modifikasi diskusi kelompok, dimulai dengan memberikan
satu masalah, kemudian peserta memberikan jawaban/ tanggapan, tanggapan/
jawaban tersebut ditampung dan ditulis dalam flipchart/ papan tulis, sebelum
semuanya mencurahkan pendapat tidak boleh ada komentar dari siapa pun,
baru setelah semuanya mengemukaan pendapat, tiap anggota mengomentari,
dan akhirnya terjadi diskusi.
3) Bola salju (Snow Balling)
Tiap orang dibagi menjadi pasangan-pasangan (1 pasang 2 orang).
Kemudian dilontarkan suatu pertanyaan atau masalah, setelah lebih kurang 5
menit tiap 2 pasang bergabung menjadi satu. Mereka tetap mendiskusikan
masalah tersebut, dan mencari kesimpulannya. Kemudian tiap 2 pasang yang
sudah beranggotakan 4 orang ini bergabung lagi dengan pasangan lainnya dan
demikian seterusnya akhirnya terjadi diskusi seluruh kelas.
4) Permainan simulasi (Simulation Game)
Merupakan gambaran role play dan diskusi kelompok. Pesan-pesan
disajikan dalam bentuk permainan seperti permainan monopoli. Cara
memainkannya persis seperti bermain monopoli dengan menggunakan dadu,
gaco (penunjuk arah), dan papan main. Beberapa orang menjadi pemain, dan
sebagian lagi berperan sebagai nara sumber.
Selain itu, kegiatan juga disertai pemasangan poster dan pembagian

69

leaflet tentang TB Paru. Bahkan pemberian diberikan doorprize untuk menarik


minat peserta masyarakat.

e. Alat bantu :
Mikrofon, LCD, leaflet dan poster tentang TB Paru
f. Pelaksana :
Petugas P2M TB, Petugas Kesehatan Lingkungan, Petugas Promkes dan dokter
umum
j. Dana:
Dana operasional dari APBD dan dana proyek peningkatan kesehatan
masyarakat (PPKM).

4. Controlling
1. Jangka Pendek
- Dapat dilakukan melalui evaluasi jumlah kader dan masyarakat yang hadir
berpartisipasi.
- Dapat dilakukan melalui pretest dan postest di akhir acara, apakah peserta
kegiatan dapat menangkap dan memahami isi kegiatan.
- Mengevaluasi kesesuaian waktu pelaksanaan program dengan waktu yang
ditentukan.
- Mengevaluasi kesesuaian kegiatan penyuluhan dengan sasaran
- Mengevaluasi ketepatan sumber daya manusia yang ditugaskan untuk
melakukan penyuluhan.

70

2. Jangka Panjang
-

Dapat dilihat dari case detection rate

Melihat jumlah kasus baru TBC

Tabel 5.8. Jadwal pelaksanaan kegiatan untuk pemecahan masalah


No

KEGIATAN
I

Perencanaan kegiatan

2.

Pengajuan permohonan dana

Pencarian kader khusus TBC

Penyuluhan

Evaluasi Keberhasilan Upaya


Deteksi Dini Masyarakat terhadap
TBC

71

II

BULAN
III
IV

VI

Você também pode gostar

  • Presentasi
    Presentasi
    Documento9 páginas
    Presentasi
    Afrilya Christy Sitepu
    Ainda não há avaliações
  • Daftar Obat
    Daftar Obat
    Documento3 páginas
    Daftar Obat
    Afrilya Christy Sitepu
    Ainda não há avaliações
  • Timbal
    Timbal
    Documento26 páginas
    Timbal
    Afrilya Christy Sitepu
    Ainda não há avaliações
  • COVER Pek Print
    COVER Pek Print
    Documento1 página
    COVER Pek Print
    Afrilya Christy Sitepu
    Ainda não há avaliações
  • BAB I Rfrat
    BAB I Rfrat
    Documento2 páginas
    BAB I Rfrat
    rinmion
    Ainda não há avaliações
  • Pedoman Diagnosis Dan Penatalaksanaan Asma Di Indonesia
    Pedoman Diagnosis Dan Penatalaksanaan Asma Di Indonesia
    Documento105 páginas
    Pedoman Diagnosis Dan Penatalaksanaan Asma Di Indonesia
    Fadhli Quzwain
    100% (3)
  • BAB I Rfrat
    BAB I Rfrat
    Documento2 páginas
    BAB I Rfrat
    rinmion
    Ainda não há avaliações
  • Daftar Isi Tugas Jiwa
    Daftar Isi Tugas Jiwa
    Documento1 página
    Daftar Isi Tugas Jiwa
    Afrilya Christy Sitepu
    Ainda não há avaliações
  • Peta Ini Peta
    Peta Ini Peta
    Documento3 páginas
    Peta Ini Peta
    Afrilya Christy Sitepu
    Ainda não há avaliações
  • Daftar Pustaka Forensik
    Daftar Pustaka Forensik
    Documento1 página
    Daftar Pustaka Forensik
    Afrilya Christy Sitepu
    Ainda não há avaliações
  • Bab I Demensia
    Bab I Demensia
    Documento2 páginas
    Bab I Demensia
    Afrilya Christy Sitepu
    Ainda não há avaliações
  • Bab I Ulkus Peptikum
    Bab I Ulkus Peptikum
    Documento2 páginas
    Bab I Ulkus Peptikum
    Afrilya Christy Sitepu
    Ainda não há avaliações
  • Bab I Demensia
    Bab I Demensia
    Documento2 páginas
    Bab I Demensia
    Afrilya Christy Sitepu
    Ainda não há avaliações
  • Prom Kes
    Prom Kes
    Documento21 páginas
    Prom Kes
    Rahman Galih
    Ainda não há avaliações
  • Bab III Ulkus Peptikum
    Bab III Ulkus Peptikum
    Documento2 páginas
    Bab III Ulkus Peptikum
    Afrilya Christy Sitepu
    Ainda não há avaliações
  • Cover
    Cover
    Documento4 páginas
    Cover
    Afrilya Christy Sitepu
    Ainda não há avaliações
  • Bab I
    Bab I
    Documento2 páginas
    Bab I
    Afrilya Christy Sitepu
    Ainda não há avaliações
  • Daftar Pustaka
    Daftar Pustaka
    Documento1 página
    Daftar Pustaka
    Afrilya Christy Sitepu
    Ainda não há avaliações
  • Daftar Isi
    Daftar Isi
    Documento1 página
    Daftar Isi
    Afrilya Christy Sitepu
    Ainda não há avaliações
  • Cover+daftar Isi Penyuluhan
    Cover+daftar Isi Penyuluhan
    Documento2 páginas
    Cover+daftar Isi Penyuluhan
    Afrilya Christy Sitepu
    Ainda não há avaliações
  • Bab Iii
    Bab Iii
    Documento6 páginas
    Bab Iii
    Afrilya Christy Sitepu
    Ainda não há avaliações
  • Telinga
    Telinga
    Documento20 páginas
    Telinga
    NurulKhasanah
    Ainda não há avaliações
  • Daftar Isi
    Daftar Isi
    Documento1 página
    Daftar Isi
    Afrilya Christy Sitepu
    Ainda não há avaliações
  • Bab I
    Bab I
    Documento4 páginas
    Bab I
    Evan Marpaung
    Ainda não há avaliações
  • Alternatif Judul Lapsus
    Alternatif Judul Lapsus
    Documento1 página
    Alternatif Judul Lapsus
    Afrilya Christy Sitepu
    Ainda não há avaliações
  • Penyuluhan Devita
    Penyuluhan Devita
    Documento33 páginas
    Penyuluhan Devita
    Afrilya Christy Sitepu
    Ainda não há avaliações
  • BAB I p3k Print
    BAB I p3k Print
    Documento4 páginas
    BAB I p3k Print
    Afrilya Christy Sitepu
    Ainda não há avaliações
  • Cover+daftar Isi
    Cover+daftar Isi
    Documento2 páginas
    Cover+daftar Isi
    Afrilya Christy Sitepu
    Ainda não há avaliações
  • ANATOMI TELINGA Tgs THT
    ANATOMI TELINGA Tgs THT
    Documento12 páginas
    ANATOMI TELINGA Tgs THT
    Afrilya Christy Sitepu
    Ainda não há avaliações