Escolar Documentos
Profissional Documentos
Cultura Documentos
I1A009049
I1A009086
I1A009101
Pembimbing:
d r. B u d i a n t o , S p . B ( K ) - O n k
BAGIAN/SMF ILMU BEDAH
FAK U LTAS K E D O K T E R A N U N L A M / R S U D U L I N
BANJARMASIN
AGUSTUS, 2014
Pendahuluan
Ameloblastoma yang memiliki nama lain adamantinoma merupakan
neoplasma odontogenik yang berasal dari sisa epitel dental lamina.
Ameloblastoma umumnya terjadi pada usia 20-50 tahun dan ditemukan
bahwa 80% kasus ameloblastoma terjadi di daerah mandibula dibanding
maksila. 60% terjadi di regio molar dan ramus, 15% di regio premolar dan
10% di regio simpisis, serta 20% pada maksila.
Definisi
Ameloblastoma ialah tumor yang berasal dari jaringan organ enamel yang
tidak menjalani diferensiasi membentuk enamel.
Bersifat unisentrik, nonfungsional, pertumbuhannya bersifat intermiten,
secara anatomis jinak dan secara klinis bersifat persisten.
Berasal dari epitelial odontogenik.
Pertumbuhannnya lambat, lokal invasif
Sebagian besar bersifat jinak (secara histologis)
Dapat berinfiltrat dan menghancurkan jaringan sekitar tulang.
Etiologi
Sisa sel sel dari organ enamel.
Epitelium dari kista odontogenik.
Gangguan perkembangan organ enamel.
Sel-sel basal dari epitelium permukaan rahang.
Epitelium Heterotropik pada bagian-bagian lain dari tubuh, khususnya
kelenjar pituitary.
Gejala Klinis
Asimtomatis pada tahap awal
Rasa nyeri di dalam atau di sekitar gigi
Asimetris wajah
Gangguan mengunyah dan menelan
Radiologi
Tampak radiolusen unilokular atau multilokular dengan tepi berbatas tegas.
Tepi kortikal yang berlekuk
Lesi radiolusen seperti sarang lebah atau gelembung sabun.
Patologi Anatomi
Kandungan tumor berupa suatu cairan mucoid berwarna kopi atau kekuningkuningan.
Makroskopis dua tipe : tipe solid (padat) dan tipe kistik.
Tipe padat Terdiri dari massa lunak jaringan yang berwarna putih keabuabuan atau abu-abu kekuning-kuningan.
Tipe kistik memiliki lapisan yang lebih tebal seperti jaringan ikat dibanding
kista sederhana. Daerah-daerah kistik biasanya dipisahkan oleh stroma
jaringan fibrous tetapi terkadang septum tulang juga dapat dijumpai.
Mikroskopis terdiri atas jaringan tumor dengan sel-sel epitel tersusun seperti
pagar mengelilingi jaringan stroma yang mengandung sel-sel stelate
retikulum, sebagian menunjukkan degenerasi kistik.
Tatalaksana (konservatif)
Kuretase
Enukleasi
Kombinasi
Tatalaksana (Radikal)
Reseksi En-Blok
Osteotomi Perifer
Reseksi Segmental
Cauterisasi
Laporan Kasus
IDENTITAS
Nama
: An. Risna
Umur
: 11 tahun
Jenis kelamin
: Perempuan
Agama
: Islam
Pendidikan
: SD
Status
: Belum Menikah
Alamat
: Barito Utara
MRS
: 31-05-2014
Anamnesis
Keluhan Utama: Benjolan di Rahang Atas Kanan
RPS:
6 bulan sebelum Masuk Rumah sakit, pasien mengeluhkan adanya benjolan di rahang
atas kanan. Benjolan yang muncul awalnya hanya sebesar kelereng, bisa digerakkan
dan tidak nyeri. Benjolan semakin lama semakin membesar sampai sebesar bola pingpong dan diikuti rasa nyeri. Nyeri dirasakan saat membuka mulut, makan dan minum
sehingga pasien tidak bisa lagi minum ataupun makan. Nyeri pertama kali muncul
sekitar 1 bulan SMRS dan semakin memberat sekitar 4 hari SMRS. Skala nyeri diakui 7
dari 10.
3 hari SMRS, benjolan mengeluarkan darah secara tiba-tiba. Darah yang keluar berupa
darah segar sekitar 10 cc, tidak disertai nanah. Tidak berbau. Pasien mengaku tidak ada
benjolan di tempat lain. Setelah itu, pasien dibawa ke RSUD Muara Teweh dan akhirnya
dirujuk ke RSUD Ulin untuk penanganan lebih lanjut.
Anamnesis (Lanjutan)
Tidak ada riwayat alergi obat-obatan atau makanan dan alergen lainnya yang
pernah dialami oleh pasien. Tidak ada riwayat trauma pada daerah mulut
sebelumnya. Riwayat imunisasi diakui oleh orang tua pasien lengkap.
RPD:
Pasien tidak ada mempunyai riwayat trauma, infeksi mulut, dan penyakit
serupa sebelumnya.
RPK:
Kencing manis (-), asma (-), penyakit serupa (-)
Pemeriksaan Fisik
Status generalis
Keadaan umum
Kesadaran
GCS
: Tampak lemah
: Compos mentis
:456
Tanda vital
Tekanan darah
Nadi
: 90/60 mmHg
: 100x/mnt
RR : 22 x/mnt
Suhu
: 36,5 oC
Pemeriksaan Fisik
Kepala/ Leher : Konj. Pucat (-/-), Sklera Ikterik (-/-)
Thorak
Jantung
Pemeriksaan Fisik
Abdomen : I : Tampak normal
P : Nyeri tekan (-), defans muskular (-)
H/L/M tidak teraba
P : Tympani
A : BU (+) normal
Eksremitas
bebas,
Bawah
Pemeriksaan Fisik
Status lokalis
Regio Maxilla dextra
Look
Feel
Laboratorium (hematologi)
Chart Title
35.6
19.6
17.3
13.3
5.2
4.4
4.6
3.73
15.1
7.57
4.8
13.5
10.3
16.4
12.9
15.5
10.2
5.96
6.36
5.5
1.63
Hb
Lekosit
33.5
8.9
3.43
Trombosit
2.97
19.4
16.5
10.4
0.4
7.9
13.3
9.2
0.85
0.36
11
134.1
96.6
71
22
13
32
4.1
0.5
01/06/2014
21/06/2014
GDS
SGOT
SGPT
Category 3
Ureum
Kreatinin
Na
Category 4
K
Cl
Radiologi
Diagnosis
Tumor Maksila e.c susp Ameloblastoma + Anemia Gravis + Karnovsky Score
60%
Tatalaksana
MRS
IVFD D5 1500cc/24 jam
Inj.antrain amp
Inj. Ceftriaxon 500mg
Inj. Ranitidin amp
Cek lab lengkap
Pro Tranfusi PRC 500cc
Tranfusi maksimal 250cc/hari
Rencana Debulking
15/07/214
04.30
Penurunan kesadaran
TD: 106/60 mmHg, HR: 143 x/m
RR: 39 x/m nafas cepat dan dalam
SpO2: 100%
GDS: 198 mg/dl
Challenge test: RL 200cc
Dilakukan cek DR+AGD cito
Dilakukan pemasangan ventilator
07.00
15/07/2014
07.30
07.40
07.50
Resume
Telah dilaporkan sebuah kasus, seorang perempuan usia 11
tahun dengan keluhan benjolan di rahang awalnya benjolan
kecil tapi semakin lama semakin membesar sampai seukuran
bola pimpong. Dari anamnesa ada keluhan muncul sejak 6
bulan yang lalu, nyeri, sulit membuka mulut sampai tidak
dapat makan dan minum, 3 hari SMRS benjolan mengeluarkan
darah, pus (-), tidak berbau.
Dari pemeriksaan fisik pada tampak benjolan di rahang atas
kanan, edematous (+), massa teraba keras, nyeri tekan (+),
krepitasi (+).
Pembahasan
Pada kasus ini pasien datang dengan keluhan benjolan pada rahang kanan
yang dirasakan sejak 6 bulan SMRS, yang dirasakan semakin membesar dan
disertai rasa nyeri hingga pasien tidak dapat makan dan minum, pasien juga
mengeluhkan benjolannya berdarah.
Pada pemeriksaan fisik didapatkan massa oedematous pada maksila dextra,
deformitas (+), nyeri (+), krepitasi (+), konjungtiva pucat (+/+), dan berat
badan 25 kg. dari pemeriksaan laboratorium didapatkan pasien menderita
anemia gravis.
Pasien didiagnosis dengan massa maksila e.c susp ameloblastoma + anemia
gravis
Tanggal 10 Juli 2014 pasien di operasi dan didapatkan massa di maksila,
mudah berdarah, dilakukan debulking dan trakeostomi.
Pembahasan
Tanggal 15 Juli 2014 jam 04.30 pasien mengalami penurunan kesadaran, HR:
143x/m, RR: 39x/m pernafasan cepat dan dalam, TD: 106/60 mmHg, SpO2
100%, GDS: 198 mg/dl, dilakukan pemasangan ventilator dan pemeriksaan
lab darah rutin dan analisis gas darah. Jam 07.00 pasien mulai mengalami
hipotensi TD: 64/38 dan pernafasan gasping RR: 8x/m, HR: 62x/m, dilakukan
bagging, lapor. Jam 07.30 nadi mulai tidak teraba dilakukan RJP dan injeksi
epinefrin 0,2 mg iv. 07.40 dilakukan defibrilasi 20 J. Jam 07.50 pasien asistole,
apneu dan pupil midriasis pasien dinyatakan meninggal.
Pembahasan
Dari gejala didapatkan pasien dicurigai meninggal akibat syok hipovolemi
dan alkalosis hal ini dikarenakan penurunan kesadaran dan takikardi serta
peningkatan frekuensi nafas disertai pernafasan yang dalam yang
merupakan tanda-tanda dari syok hipovolemik dan alkalosis.
Pada pemeriksaan laboratorium didapatkan pasien mengalami anemia,
leukositosis, dan trombositopeni. Hal ini dapat memberikan komplikasi syok
hipovolemik dikarenakan pada leukositosis akan memberikan gambaran
sepsis dan trombositopeni akan memberikan gambaran perdarahan yang
berefek pada peningkatan kebutuhan cairan dan apabila input cairan tidak
sesuai dengan kebutuhan maka akan menjadikan pasien mengalami syok
hipovolemik yang akan berujung pada kematian.
TERIMA KASIH