Você está na página 1de 73

Skenario C

Ny. Nano, seorang manager perusahaan swasta ternama, 45 tahun BB 70 kg TB


150 cm, tidak suka aerobik, terbiasa makan sea food dan kurang makan makanan
berserat. Dia datang ke klinik perusahaan dengan keluhan perut kembung, nyeri ulu hati
bila makan makanan berlemak, warna tinja pucat, mudah lelah dan jantung berdebar
tapi tidak ada nyeri dada sejak satu minggu yang lalu. Ny. Nano khawatir akan
penyakitnya karena ibunya menderita dyslipidemia dan batu empedu.
Pemeriksaan fisik:
Sklera ikterik, TD 140/80 mmHg, RR 24X/menit, Nadi 90X/menit.
Pemeriksaan laboratorium:
Trigliserida 250 mg/dL, LDL 140 mg/dL, HDL 40 mg/dL, total kolesterol 300mg/dL,
rasio LDL/HDL 3,5, bilirubin direk 2,5 mg/dL, bilirubin indirek 0,5 mg/dL.
Pemeriksaan penunjang:
EKG normal, USG batu saluran empedu.
Dokter mendiagnosa pasiennya menderita dyslipidemia dan batu empedu.

I. Klarifikasi Istilah
1. Aerobik

:Sistem pemeliharaan jasmani yang bertujuan meningkatkan


fungsi pernafasan dan peredaran darah dengan latihan

2. Ulu hati

3. Perut kembung

4. Dislipidemia

: Kelainan atau jumlah yang tidak normal dari lipid

lipoprotein di
dalam darah
5. Batu empedu

: Batu yang terbentuk ketika zat zat didalam empedu

mengeras
yang dapat mengahambat aliran empedu melalui saluran
empedu
6. Sclera ikterik

: Bagian putih pada bola mata yang menguning

7. Bilirubin direk

: Bilirubin yang telah diaambil oleh sel sel hati dan


dikonjugasikan membentuk builirubin diglukuronid yang
larutdalam air

8. Bilirubin indirek : Bentuk bilirubin yang larut dalam lemak yang bersikulasi
dengan asosiasi longgar terhadap protein

II. Identifikasi Masalah


No.

Masalah

Konsen

Ny. Nano, 45 tahun BB 70 kg TB 150 cm, tidak suka V


aerobic, terbiasa makan sea food dan kurang makan
makanan berserat.

Dia datang ke klinik perusahaan dengan keluhan perut VV


kembung, nyeri ulu hati bila makan makanan berlemak,
warna tinja pucat, mudah lelah dan jantung berdebar tapi
tidak ada nyeri dada sejak satu minggu yang lalu.

Pemeriksaan fisik: Sklera ikterik, TD 140/80 mmHg, RR VVVV


24X/menit, Nadi 90X/menit.

Pemeriksaan laboratorium: Trigliserida 250 mg/dL, LDL VVVV


140 mg/dL, HDL 40 mg/dL, total kolesterol 300mg/dL,
rasio LDL/HDL 3,5, Bilirubin direk 2,5 mg/dL, bilirubin
indirek 0,5 mg/dL.

Pemeriksaan penunjang: EKG normal, USG batu saluran VVVV


empedu.

Dokter mendiagnosa pasiennya menderita dislipdemia VVVVV


dan batu empedu

III. Analisis Masalah


Analisis Masalah

1. Ny. Nano, 45 tahun BB 70 kg TB 150 cm, tidak suka aerobic, terbiasa makan
sea food dan kurang makan makanan berserat.
1.1 Apa peran makanan berserat?
Jawab:
Peran makanan berserat bagi tubuh yaitu serat dapat meningkatkan ekskresi
garam empedu, menurunkan kadar kolesterol serum, mengurangi mixing isi
saluran cerna dengan enzim pencernaan, dan mengurangi absorbs lemak. Selain
itu, serat juga berperan dalam keseimbangan mineral karena beberapa serat
dapat berikatan dengan kation seperti kalsium, zink, dan besi. Konsumsi serat
juga cukup bermanfaat dalam penatalaksanaan beberapa gangguan saluran cerna
seperti konstipasi, batu empedu, divertikulus, serta dapat mengurangi risiko
terkena penyakit jantung dan kanker kolon.
1.2 Berapa IMT dari ny. Nano?
Jawab:

Dari hasil penghitungan IMT, diketahui bahwa Ny. Nano mengalami


obesitas tingkat II.

1.3 Apa dampak terbiasa makan sea food dalam metabolism tubuh?
Jawab:
Seafood merupakan makanan yang mengandung asam lemak tak jenuh
majemuk yaitu omega-3 yaitu eucosapentanoic acid (EPA) dan docosahexanoic
acid (DHA), serta Omega-9 yaitu oleat. seafood juga tinggi kolesterol dan

protein.

Asam lemak tak jenuh majemuk (trans) dari seafood dapat

meningkatkan LDL dan menurunkan HDL. Asam lemak memiliki fungsi yang
penting bagi tubuh manusia, linoleat (Omega-6) dan linolenat (Omega-3)
digunakan untuk menjaga bagian-bagian struktural dari membran sel, serta
mempunyai peran penting dalam perkembangan otak. Asam lemak Omega-3
dapat menyembuhkan luka dan infeksi, trombosis, penyakit tulang atau
persendian, asma, dan mencegah proses penuaan.
Namun, kelebihan konsumsi seafood dapat menyebabkan kadar kolesterol
yang tinggi. Kolesterol yang tinggi dapat meningkatkan resiko terkena batu
empedu. Hal in terjadi karena perubahan secara kimiawi pada empedu
seseorang, yang lebih sering dipicu kolesterol tinggi yang akan menyerang usus
halus.

1.4 Apa dampak dari aerobic bagi tubuh?


Jawab:
Latihan aerobik dilakukan dengan tujuan untuk meningkatkan ketahanan
kardiovaskular dan untuk menurunkan berat badan. Olahraga jenis ini sangat
dianjurkan pada orang yang mengalami obesitas atau overweight (Sherwood,
2001; CDC, 2011; Cleveland Clinic, 2011). Olahraga aerobik atau yang biasa
disebut latihan kardiovaskular meningkatkan fungsi kerja paru, jantung dan
melancarkan sirkulasi darah, sehingga tubuh mendapatkan dan menggunakan
oksigen lebih baik untuk metabolisme sel. Oksigen berfungsi dalam
pembentukan sumber energi tubuh yaitu adenosin trifosfat (ATP) dengan
menggunakan siklus asam sitrat sebagai jalur metabolisme utama.

1.5 Bagaimana pengaruh pekerjaan, umur, bb, jenis kelamin, dan kebiasaan
makan ny. Nano terhadap kesehatan tubuhnya?
Jawab:

Wanita mempunyai resiko 3 kali lipat untuk terkena batu empedu dibanding
pria. Ini dikarenakan oleh hormone estrogen yang berpengaruh terhadap
peningkatan eksresi kolesterol oleh kandung empedu. Kehamilan, yang
meningkatkan kadar estrogen juga meningkatkan resiko terkena batu empedu.
Resiko untuk terkena batu empedu meningkat sejalan dengan bertambahnya
usia.
Orang dengan BMI tinggi, mempunyai resiko lebih tinggi untuk tekena batu
empedu karena tingginya BMI maka kadar kolesterol dalam kandung empedu
pun

tinggi,dan

mengurasi

garam

empedu

serta

mengurangi

kontraksi/pengosongan kandung empedu.

2. Dia datang ke klinik perusahaan dengan keluhan perut kembung, nyeri ulu hati
bla makan makanan berlemak, warna tinja pucat, mudah lelah dan jantung
berdebar tapi tidak ada nyeri dada sejak satu minggu yang lalu.
2.1 Bagaimana mekanisme nyeri dada?
Jawab:
Terjadinya disfungsi endotel pada arteri coronaria yang dapat terjadi secara
alamiah melalui proses degenerasi juga dapat disebabkan oleh beberapa faktor
resiko seperti merokok. Akibat adanya disfungsi endotel tersebut terjadi
peningkatan

permeabilitas,

peningkatan

adhesi

dan

infiltrasi

monosit,

peningkatan sekresi molekul vasoaktif dan inflamasi, peningkatan adhesi dan


agregasi trombosit, serta peningkatan koagulasi dan gangguan fibrinolitik.
Disfungsi endotel tersebut mengakibatkan juga mudahnya molekul-molekul
small dense LDL menyusup kedalam tunika intima. LDL yang masuk kedalam
tunika intima masih erat kaitannya dengan disfungsi endotel yang dapat
mengundang monosit untuk membersihkan LDL yang berada di tunika intima
tersebut dengan memfagositnya. LDL yang difagosit tersebut menjadi makrofagmakrofag yang berisi LDL-LDL dan kemudian akan mengalami lisis, sehingga
banyak lemak-lemak yang berada pada tunika intima. Terjadilah penimbunanpenimbunan dari lemak tersebut yang nantinya akan menjadi plak. Plak yang

semakin lama akan semakin menumpuk akan menghambat aliran darah,


sehingga dapat mempengaruhi suplay darah yang mengangkut oksigen ke
jaringan berkurang. Oleh karena itu tubuh mengadakan kompensasi agar
jaringan yang kurang teraliri darah akan tetap memperoleh oksigen dari proses
anaerob. Dimana proses anaerob tersebut terjadi pemecahan glukosa menjadi
asam laktat. Asam laktat itu sendiri yang akan mengaktifkan rangsang nyeri
pada tempat terjadinya hambatan, yaitu di arteri coronaria.

2.2 Mengapa ny. Nano nyeri ulu hati ketika makan makanan berlemak?
Jawab:
Rasa nyeri ulu hati akibat kandung empedu terjadi karena adanya
peradangan pada kandung empedu, baik yang berlangsung akut maupun kronis.
Namun nyeri ini juga bisa terkadi akibat adanya batu pada kandung empedu.
Jika dianalisa lebih lanjut, batu ini terdiri dari batu kolesterol dan batu pigmen.
Nyeri yang muncul akibat adanya masalah di kandung empedu berlangsung
beberapa saat dan berulang (kolik bilier), biasanya nyeri ini bisa menjalar ke
punggung belakang.
Peradangan pada kandung empedu (kholesistitis) yang berlangsung secara
tiba-tiba atau akut, bisa ringan hingga berat. Pada kondisi yang berat, infeksi
bisa saja mengenai bagian tubuh lain selain kandung empedu seperti pankreas.
Jika infeksinya luas dan sistemik maka bisa membahayakan jiwa.
Pada nyeri perut bagian kanan atas yang muncul setelah memakan makanan
berlemak ditambah faktor risiko seperti seorang perempuan, usia diatas 40
tahun, memiliki berat badan lebih (overweight) dan dalam keadaan subur/hamil
maka bisa jadi itu merupakan gejala pembentukan batu empedu (gallstone).
Batu tersebut terbentuk dari timbunan kolesterol yang terperangkap di kantong

empedu. Apabila nyeri tidak kunjung hilang, dan sering kambuh ditambah
dengan demam serta mulai menjalar kepunggung/bahu atas maka ini sudah
terjadi peradangan pada empedu yang dinamakan Kolesistitis.

2.3 Bagaimana mekanisme tinja pucat?


Jawab:
Berdasarkan Murray (2009), tinja menjadi pucat karena stercobilinogen
sedikit sampai tidak ada. Hal ini dapat terjadi melalui mekanisme dari
hiperbilirubinemia conjugated. Hiperbilirubinemia conjugated sering disebabkan
karena penyumbatan duktus biliaris hepaticus atau kommunis, terutama akibat
batu empedu atau kanker kaput pankreas.
Karena adanya batu empedu di kanalikuli empedu, bilirubin conjugated
mengalami regurgitasi (aliran yang berlawanan dengan keadaan normal) ke
vena hepatica dan saluran limfe hati sehingga bilirubin terkonjugasi muncul di
darah dan urine dan bilirubin conjugated tersebut sedikit atau mungkin tidak ada
yang mengalir menuju usus. Hal inilah yang menyebabkan produksi dari
urobilinogen dan stercobilinogen sangat minim, dimana urobilinogen dan
stercobilinogen berperan dalam pewarnaan urin dan tinja. Dan aplikasinya pada
kasus Ny. Nano yaitu ia mendefekasikan tinja yang berwarna pucat.

Ikterus

Bilirubin serum

Urobilinogen urin

Bilirubin urin

Urobilinogen feces

conjugated

Tidak ada

Ada

Sedikit sampai tidak

obstruktif

ada

2.4 Apa etiologi dari mudah lelah dan jantung berdebar?


Jawab:
Diketahui bahwa Ny. Nano berdasarkan penghitungan IMT termasuk dalam
kategori obesitas. Karena obesitas ini yang menjadi awal mulanya dari mudah

lelah dan jantung berdebar. Tertimbunnya lemak dalam tubuh Ny. Nano
menyebabkan peningkatan kadar lipid di dalam plasma sehingga meningkatkan
viskositas darah, yang membuat peningkatan kerja jantung sehingga
menyebabkan Ny. Nano menjadi mudah lelah dan jantung berdebar.

2.5 Apa makna klinis dari jantung berdebar namun tidak ada nyeri dada?
Jawab:
Makna klinis dari jantung berdebar namun tidak ada nyeri dada artinya
belum terjadi atherosclerosis pada Ny. Nano sehingga menurunkan risiko
terjadinya infark miocard.

3. Pemeriksaan fisik: Sklera ikterik, TD 140/80 mmHg, RR 24X/menit, Nadi


90X/menit.
3.1 Bagaimana interpretasi dari pemeriksaan diatas?
Jawab:

No.

Pemeriksaan

Hasil Pemeriksaan
Pasien

Keadaan Normal

Keterangan

1.

Tekanan Darah

140/80 mmHg

120/80 mmHg

prehipertensi

2.

Heart Rate

90x/menit

60-100x/menit

Normal

3.

Respiration Rate

24x/menit

12-18x/menit

hiperventilasi

3.2 Baimana mekanisme dari sclera ikterik?


Jawab:
Sklera ikretik adalah kondisi dimana bagian sklera dari mata menjadi
berwarna kuning. Penguningan pada daerah sklera ini disebabkan karena

terjadinya derajat kenaikan bilirubin pada pembuluh darah. Kenaikan derajat


bilirubin ini dapat disebabkan karena adanya kadar bilirubin yang berlebihan
yang dihasilkan oleh hati ketika mengeluarkan bilirubin tersebut dari dalam
darah atau ketika terjadi kerusakan hati yang mengakibatkan terjadinya
gangguan pembuangan bilirubin dari dalam darah. Penyebab lainnya juga adalah
tersumbatnya saluran empedu, yang menurunkan aliran empedu dan bilirubin
dari hati kedalam usus.

4. Pemeriksaan laboratorium: Trigliserida 250 mg/dL, LDL 140 mg/dL, HDL 40


mg/dL, total kolesterol 300mg/dL, rasio LDL/HDL 3,5, Bilirubin direk 2,5
mg/dL, bilirubin indirek 0,5 mg/dL.
4.1 Bagaimana interpretasi dari pemeriksaan diatas?
Jawab:
Pemeriksaan

Kadar

Interpretasi

Labor
Trigliserida

Normal

= <150

Kadar Trigliseroida Ny. Nano

mg/dl

tinggi (hipertrigliseridemia)

Ambang tinggi = 150-199

dapat menimbulkan penyakit

mg/dl

jantung.

Buruk/tinggi

= 200-499

mg/dl
Sangat Buruk = 500
mg/dl
LDL

Optimal

= < 100

mg/dl
Diatas Optimal

Kadar LDL Ny. Nano


mengkahawatirkan (batas

= 100-

tinggi). Nilai LDL tinggi dapat

129 mg/dl

terjadi pada penyakit pembuluh

Mengkhawatirkan = 130-

darah koroner atau

159 mg/dl

hiperlipidemia bawaan.

Buruk

= 160-

189 mg/dl
Sangat buruk

= 190

mg/dl

HDL

Buruk/rendah

= < 40

Kadar HDL Ny. Nano

mg/dl

buruk/rendah. Kadar HDL

Mengkhawatirkan = 41-59

rendah sedangkan LDL tinggi

mg/dl

mengindikasikan bahwa pasien

Diharapkan/tinggi = 60

mengalami diabetes.

mg/dl

Total Kolestrol

Normal

= < 200

Total kolestrol Ny. Nano

mg/dl

buruk/tinggi. Hal ini dapat

Mengkhawatirkan = 200-

mengakibatkan timbulnya

239 mg/dl

penyakit jantung koroner 4 kali

Buruk/tinggi

= 240

lipat.

mg/dl
Rasio LDL/HDL

perbandingan LDL dan

Mayo Clinic menyarankan setiap

HDL yang baik adalah 4:1

orang menjaga rasio LDL/HDL

atau 200:50

bawah 5:1 untuk menurunkan

Ny. Nano memiliki

risiko penyakit jantung.

perbandingan LDL dan


HDL 7:2 atau 3,5
Bilirubin Direk

0 0.2 (mg %)

Bilirubin direk tinggi, hal ini


oenyebabnya adalah post hepatal
yaitu adanya bendungan saluran
empedu.

Bilirubin Indirek

0.2 0.8 (mg %)

Bilirubin indirek normal

Kenaikan kadar kolesterol total, kolesterol Low Density Lipoptotein (LDL)


dan trigliserida serta penurunan kadar kolesterol High Density Lipoprotein
(HDL) yang merupakan hasil lab di atas intinya adalah terdapat penyakit
dislipidemia. Bilirubin direct/conjugated meningkat dalam plasma karena
berhubungan dengan ikterus obstruktif/posthepatic jaundice. Ikterus obstruktif
sering disebabkan karena penyumbatan duktus biliaris hepaticus atau kommunis,
terutama akibat batu empedu atau kanker kaput pankreas. Karena adanya batu
empedu di kanalikuli empedu, bilirubin conjugated mengalami regurgitasi
(aliran yang berlawanan dengan keadaan normal) ke vena hepatica dan saluran
limfe hati sehingga bilirubin terkonjugasi muncul di darah dan urine. Inilah
penyebab terjadinya peningkatan bilirubin direct dalam plasma.

4.2 Bagaimana mekanisme dari degradasi hemoglobin?


Jawab:
Jika hemoglobin dihancurkan, globin akan diurai menjadi asam-asam amino
pembentuknya yang kemudian dapat digunakan kembali, dan besi heme
memasuki kompartemen besi (juga untuk didaur ulang). Bagian porfirin yang

bebas-besi juga diuraikan, terutama di sel retikuloendotel hati, limpa, dan


sumsum tulang.
Katabolisme heme dari semua protein heme tampaknya dilaksanakan di
fraksi mikrosom sel oleh suatu sistem enzim kompleks yang disebut heme
oksigenase. Pada saat heme yang berasal dari protein heme mencapai sistem
oksigenase, besi dalam heme yaitu fero biasanya telah dioksidasi menjadi bentuk
feri, yang membentuk hemin. Hemin direduksi menjadi heme dengan NADPH,
dan dengan bantuan NADPH lain, oksigen ditambahkan ke jembatan -metin
antara pirol I dan II porfirin.besi fero kembali dioksidasi menjadi bentuk feri.
Dengan pembahan oksigen lain, besi feri dibebaskan dan karbon monoksida
dihasilkan serta terbentuk biliverdin dari pemecahan cincin tetrapirol dalam
jumlah molar yang setara.
Suatu enzim larut yaitu biliverdin reduktase mereduksi jembatan metin
antara pirol III dan pirol IV ke gugus metilen untuk menghasilkan bilirubin,
suatu pigmen kuning. (Murray: 2009)

4.3 Bagaimana fungsi dan cara kerja dari lipoprotein?


Jawab:
Plasma darah mengandung bermacam-macam lipoprotein yang masingmasing mempunyai fungsi tersendiri berkaitan dengan jenis-jenis lipid yang
diangkutnya.Keragaman lipid makanan dapat ditunjukkan oleh jenis-jenis
lipoprotein yang terlibat dalam transpor lipid dalam plasma.

1. Kilomikron
Kilomikron merupakan partikel lipoprotein yang pertama kali berperan
dalam pengangkutan lipid dari makanan. Kilomikron akan membantu lipid dari
makanan melewati dinding usus dan masuk kealiran darah untuk diangkut
kebagian tubuh Yang memerlukan dan selanjutnya menuju hati. Semakin
banyak triasilgliserol yang diserap maka kilomikron yang dibentuk juga semakin
banyak.

Triasilgliserol

yang

diangkut

oleh

kilomikron

akan

menuju

hati.Didalam hati, lipid dari makanan ini bersarna-sama dengan lipid yang
diproduksi oleh hati akan bersama-sama dengan lipid yang diproduksi oleh hati
akan ditransfer menjadi VLDL (Very Low Density Lipoprotein).

2. VLDL (Very Low Density Lipoprotein)


VLDL akan mengangkut triasilgliserol dari hati ke jaringan ekstra
hepatik.Berbeda dengan kilomikron, triasilgliserol VLDL kebanyakan berasal
dari hati. Semakin banyak triasilgliserol yang diangkut maka semakin besar pula
ukuran partikel VLDL. Interaksi VLDL dengan lipase lipoprotein menyebabkan
VLDL melepaskan beberapa triasil-gliserol sehingga konsentrasi fosfolipid dan
kolesterol meningkat dan ukuran pertikel semakin kecil.. Bentuk ini dikenal
sebagai LDL.

3. LDL (Low Density Lipoprotein)


LDL mengangkut kolesterol dan fosfolipid dari hati ke sel tepi. Oleh karena
itu faktot-faktor yang mempengaruhi total konsentrasi LDL darah juga
cenderung mempengaruhi total kolesterol darah.Penimbunan kolesterol dalam
pembuluh darah dapat menyebabkan timbulnya aterosklerosis.

4. HDL (High Density Lipoprotein)


HDL berperan dalam transpor kolesterol dari sel tubuh ke hati. Kolesterol
yang berlebihan akan di-angkut ke hati untuk dipecah,ditransformasikan menjadi
asam empedu dan diekskresikan ke dalam intestinum.

4.4 Bagaimana fungsi dan cara kerja kolesterol?


Jawab:
Peranan vital kolesterol:
1. Pengaturan struktur dan fungsi sel membran

Molekul kolesterol yang rigid mengeraskan (menjadikan kaku) bilayer


fosfolipid dan menjadikannya kurang permeabel terhadap molekul2 kecil. Pada
beberapa sel membran plasmanya mengandung kolesterol sebanyak 25 %.

2. Sintesis asam empedu yang menguraikan lemak-lemak dalam pencernaan


Hati

mensintesis

asam

empedu

(garam-garam)

dari

kolesterol,

menyimpannya dalam kantung empedu dan melepaskannya ke usus halus untuk


melarutkan/mengadsorbsi lemak-lemak dan vitamin-vitamin yang larut dalam
lemak. Srtuktur kolesterol mirip dengan asam empedu kolat dan glikolat.

3. Produksi macam-macam hormon steroid


Kolesterol adalah prekursor beberapa hormon-hormon steroid yang
bertanggung jawab pada perkembangan seksual dan kontrol metabolisme.
Kolesterol: Asam empedu, vitamin D, Progesteron, Glukokortikoid, Androgen,
Estrogen, mineralokortikoid.

4. Sintesis vitamin D
Kolesterol adalah prekursor vitamin D. Vitamin D mengontrol kadar
Kalsium
dalam aliran darah.

4.5 Bagaimana metabolisme lipid?


Jawab:
Metabolisme Lipid
1. Pencernaan Lemak
Percernaan lemak terjadi di dalam usus halus dengan bantuan enzim
hidrolitik

yaitu lipase yang

mencerna

triasilgliserol

dan fosfolipase yang

mencerna fosfolipid. Triasilgliserol dan fosfolipid diperoleh dari makanan.


Ikatan ester antara asam lemak dan gliserol dihidrolisis. Kerja enzim lipase

yang dihasilkan pankreas pada triasilgliseol yang terdapat dalam makanan pada
akhirnya akan menghasilkan 2-monoasilgliserol dan 2 macam asam lemak.
Fosfolipase A2 menghidrolisis satu ikatan ester antara asam lemak dan
gliserol, khususnya pada posisi 2 rantai karbon gliserol. Fosfolipase
A1menghidrolisis ikatan ester antara asam lemak dan gliserol pada posisi 1
rantai karbon fosfogliserida.
Ensim-enzim ini harus bekerja pada daerah batas antara air dan lemak.
Lipase pencernaan disekresikan ke dalam lumen usus halus yang bercampur
dengan permukaan butran-butiran lemak yang besar. Produk awal dari proses
pencernaan adalah asam lemak dan lisofosfogliserida, yang merupakan detergen
kuat. Kedua senyawa ini akan mempercepat proses pencernaan karena dapat
mendispersikan butiran-butiran lemak dalam jumlah yang sangat banyak.
Dengan meningkatnya konsentrasi asam lemak dan dengan dihasilkannya 2monoasilgliserol, senyawa ini dimasukkan ke dalam misel pada garam empedu.
Monoasilgliserol juga mempercepat kerja detergen dari garam empedu, yang
kemudian mempermudah emulsifikasi triasilgliserol dan vitamin-vitamin yang
larut menuju permukaan sel epitel usus, dimana asam lemak, vitamin-vitamin
yang larut dalam lemak, dan 2-monoasilgliserol dilepaskan dari misel.
Triasilgliserol

yang

disintesis

tersusun

menjadi

kilomikron

yang

disekresikan oleh sel epitel usus ke dalam lacteal yaitu pembuluh limfa kecil di
dalam vilus usus halus. Kemudian dari limfatik, kilomikron melewati pembuluh
limfa di dada yang selanjutnya masuk ke dalam darah dan dengan demikian
membantu pengangkutan bahan bakar lipid ke berbagai jaringan tubuh.

Metabolisme Lipoprotein
Lipoprotein mengangkut lemak hidrofobik di dalam plasma. Lipoprotein
utama yang disrkulasikan di dalam darah adalah kilomikron, lipoprotein dengan
kerapatan sangat rendah (VLDL), lipoprotein dengan kerapatan rendah (LDL),
dan lipoprotein dengan kerapatan tinggi (HDL). Asam lemak adalah bahan bakar
selular yang penting dan disimpan sebagai triasilgliserol dalam jaringan adipose.
Asam lemak dipersiapkan untuk cadangan dalam bentuk timbunan lemak yang

diangkut ke jaringan adipose terutama sebagai

triasilgliserol di dalam

kilomikron dan VLDL. Dalam jaringan adiposa, kilomikron terdegradasi dengan


cepat, dan partikel sisanya kembali memasuki sirkulasi yang diserap oleh hati.
VLDL terdegradasi di dalam jaringan adiposa menjadi LDL yang kemudian
bersirkulasi sebagai lipoprotein utama yang mengangkut kolesterol. HDL adalah
lipoprotein yang bersirkulasi secara kontinyu. HDL mengandung suatu enzim
yang mengubah kolesterol bebas menjadi ester kolesterol.Asam linoleat adalah
asam lemak yang paling banyak dipindahkan dari fosfatidilkolin ke kolesterol,
yang membentuk ester kolesterol yaitu linoleoilkolesterol.
Bilamana LDL di dalam sirkulasi terdapat dalam jumlah yang melimpah,
maka jaringan tubuh akan mempunyai sumber kolesterol yang eksogenik.
Kolesterol dipindahkan ke dalam sel melalui reseptor lipoprotein spesifik yang
terdapat pada permukaan sel. Jaringan yang membutuhkan kolesterol dalam
jumlah besar, seperti korteks adrenal mempunyai reseptor LDL dalam jumlah
besar pada permukaan selnya.

Oksidasi Asam Lemak


Oksidasi asam lemak terjadi dalam 3 tahap, aktivasi, pengangkutan ke dalam
sel mitokondria, dan oksidasi menjadi asetil CoA. Secara umum, masuknya
asam lemak ke dalam lintas metabolik didahului dengan perubahan asam lemak
menjadi turunan koenzim A (CoASH). Turunan asil ini disebut alkanoil atau
alkenoil-CoA, dan di dalam bentuk ini asam lemak dikatakan berada dalam
keadaan teraktivasi.
Aktivasi asam lemak akan memicuh pembentukan tioester dari asam lemak
dan CoA. Proses ini dibarengi dengan hidrolisis ATP menjadi AMP. Enzim
yang mengkatalisis reaksi ini adalah asil-CoA sintetase.

4.6 Bagaimana fisiologi dari bilirubin direk dan indirek?


Jawab:

Bila sel darah merah sudah habis masa hidupnya (rata-rata 120 hari),
membrane selnya pecah dan hemoglobin yang lepas difagositosis oleh jaringan
makrofag (disebut juga sistem retikuloendotelial) di seluruh tubuh. Hemoglobin
pertama kali dipecah menjadi heme dan globin, dan cincin heme dibuka untuk
memberikan (1) besi bebas yang ditanspor ke dalam darah oleh transferin, dan
(2) rantai lurus dari empat inti pirol yaitu substrat yang nantinya akan dibentuk
menjadi pigmen empedu. Pigmen pertama yang dibentuk adalah biliverdin,
tetapi pigmen ini dengan cepat dirubah menjadi bilirubin unconjugated, yang
secara bertahap dilepaskan dari makrofag ke dalam plasma. Bilirubin
unconjugated dengan segera bergabung sangat kuat dengan albumin plasma dan
ditranspor dalam kombinasi ini melalui darah dan cairan interstisial. Dalam
beberapa jam, bilirubin unconjugated diabsorbsi melalui membrane sel hati
(Guyton: 2007).
Menurut Murray (2009), setelah masuk ke dalam hepatosit, bilirubin
berikatan dengan protein sitosol tertentu yang membantu senyawa ini tetap larut
sebelum dikonjugasi. Ligandin (anggota family glutation S-transferase) dan
protein Y merupakan protein yang berperan), keduanya membantu mencegah
aliran balik bilirubin ke dalam aliran darah.
Bilirubin bersifat nonpolar dan akan menetap di sel (mis. terikat pada lipid)
jika tidak dibuat larut air. Hepatosit mengubah bilirubin menjadi bentuk polar
yang mudah diekskresikan dalam empedu.
Sewaktu memasuki sel hati, bilirubin dilepaskan dari albumin plasma dan
segera setelah itu kira-kira 80 persen dikonjugasi dengan asam glukuronat untuk
membentuk bilirubin glukuronida, kira-kira 10 persen berkonjugasi dengan
sulfat membentuk bilirubin sulfat, dan sekitar 10 persen berkonjugasi dengan
berbagai zat lainnya (Guyton: 2007). Konjugasi bilirubin dikatalis oleh suatu
glukuronosiltransferase yang spesifik. Enzim ini terutama terletak di reticulum
endoplasma, menggunakan UDP-asam glukuronat sebagai donor glukoronosil.
Bilirubin monoglukuronida adalah zat antara dan kemudiandiubah menjadi
diglukuronida. Sebagian besar bilirubin yang diekskresikan dalam empedu
mamalia berada dalam bentuk bilirubin diglukuronida. Namun, jika terdapat

secara abnormal pada plasma darah (mis. pada ikterus obstruktif), bilirubin
conjugated berupa monoglukuronida. (Murray: 2009)
Sekresi bilirubin conjugated ke dalam empedu terjadi oleh suatu mekanisme
transport aktif yang menentukan laju proses metabolisme bilirubin di hati.
Setelah melewati kanalikuli empedu, kemudian masuk ke usus.

Gambar diambil dari buku Color Atlas of Biochemistry / J. Koolman, K.H.Rhm.


Thieme 2005.

4.7 Bagaimana komposisi lipoprotein dalam tubuh?


Jawab:
i. Kilomikron

Kilomikron adalah partikel lipoprotein dengan diameter 80-1200 nm dan


mempunyai densitas <0,95 g/ml. Kilomikron mengandung 90-95%
trigliserida, 2-6% phospolipid, 2-4% kolesterol dan 1-2% protein (MichaelL.
Bishop dkk, 2000)
ii. VLDL (Very Low Density Lipoprotein)
VLDL partikel lipoprotein dengan diameter 40-80 nm dan mempunyai
densitas 0,95-1,006 g/ml. VLDL mengandung 50-65% trigliserida, 8-14%
phospolipid, 5-10% protein (MichaelL. Bishop dkk, 2000)
iii. LDL (Low Density Lipoprotein)
LDL adalah partikel lipoprotein dengan diameter 18-30 nm dan mempunyai
densitas 2,029-2,063 g/ml. LDL mengandung 4% trigliserida, 22-26%
phospolipid, 35-45% kolesterol dan 22-26% protein (MichaelL. Bishop dkk,
2000)
iv. HDL (High Density Lipoprotein)
HDL adalah partikel lipoprotein dengan diameter paling kecil yaitu 5-12 nm
dan mempunyai densitas 1,063-1,21 g/ml. HDL mengandung 3%
trigliserida, 25-30% phospolipid, 15-20% kolesterol dan 45-59% protein
(MichaelL. Bishop dkk, 2000)

A. Angka standar kolesterol total


a. Normal

: 200 mg/dl

b. Border line

: 200-239 mg/dl

c. Tinggi

: 240 mg/dl

B. Angka standar trigliserida


a. Normal

: 150 mg/dl

b. Border line

: 151-250 mg/dl

c. Tinggi

: 251-400 mg/dl

d. Amat tinggi

: 401 mg/dl

C. Angka standar HDL kolesterol

a. Normal

: 45 mg/dl

b. Border line

: 35-45 mg/dl

c. Rendah

: 35 mg/dl

D. Angka standar LDL kolesterol


a. Normal

: 130 mg/dl

b. Border line

: 131-159 mg/dl

c. Tinggi

: 160 mg/dl

5. Pemeriksaan penunjang: EKG normal, USG batu saluran empedu


5.1 Bagaimana mekanisme terbentuknya batu empedu?
Jawab:
Batu empedu yang ditemukan pada kandung empedu di klasifikasikan
berdasarkan bahan pembentuknya sebagai batu kolesterol, batu pigmen dan batu
campuran. Lebih dari 90 % batu empedu adalah kolesterol (batu yang
mengandung > 50% kolesterol) atau batu campuran ( batu yang mengandung 2050% kolesterol). 10 % sisanya adalah batu jenis pigmen, yang mana
mengandung <20% kolesterol. Faktor yang mempengaruhi pembentukan batu
antara lain adalah keadaan stasis kandung empedu, pengosongan kandung
empedu yang tidak sempurna dan kosentrasi kalsium dalam kandung empedu.
Batu kandung empedu merupakan gabungan material mirip batu yang
terbentuk di dalam kandung empedu. Pada keadaan normal, asam empedu,
lesitin dan fosfolipid membantu dalam menjaga solubilitas empedu. Bila
empedu menjadi bersaturasi tinggi (supersaturated) oleh substansi berpengaruh
(kolesterol, kalsium, bilirubin), akan berkristalisasi dan membentuk nidus untuk
pembentukan batu. Kristal yang terbentuk dalam kandung empedu, kemudian
lama kelamaan tersebut bertambah ukuran, beragregasi, melebur dan

membentuk batu. Factor motilitas kandung empedu dan biliary stasis merupakan
predisposisi pembentukan batu campuran.

5.2 Bagaimana pemeriksaan USG batu saluran empedu? (selly, sasini)


Jawab:
Pemeriksaan batu empedu yang biasa dilakukan adalah dengan USG
(ultrasonografi). Pemeriksaan standar ini berguna untuk melihat lokasi
keberadaan batu empedu pada hati dan kandung empedu.
Selain itu, metode ini akan membantu dokter melihat apakah juga terjadi
penyumbatan, infeksi atau ruptur kandung empedu. Keakuratan pemeriksaan
mencapai 95 %.
Apalagi, jika pemeriksaan dilakukan saat penderita sedang mengeluhkan
gejalanya. Selain biaya yang relatif lebih murah, keunggulan metode ini adalah
tidak adanya efek samping. Sedangkan, kelemahan metode pemeriksaan ini
adalah kesulitan untuk melihat batu jika letaknya berada di saluran dan muara
saluran empedu.

5.3 Apa Makna dari hasil pemeriksaan EKG normal?


Jawab:
Pada kasus Ny. Nano diketahui bahwa EKG normal, hal ini untuk
menyngkirkan penyakit jantung koroner. Ny. Nano tidak mengalami penyakit
jantung koroner meskipun ia obesitas atau penyakit dislipidemia belum terlalu
parah sampai aterosklerosis.

Ibu ny. Nano menderita dyslipidemia dan batu empedu. Dokter mendiagnosa
pasiennya menderita dislipdemia dan batu empedu
6.1 Bagaimana patofisiologi dari dyslipidemia?

Jawab:
Dislipidemia adalah kelainan metabolisme lipid yang ditandai dengan
peningkatan atau penurunan fraksi lipid dalam plasma. Kelainan fraksi lipid
yang utama adalah kenaikan kadar kolesterol total, kolesterol LDL, dan
trigliserida serta penurunan kadar kolesterol HDL (Sunita, 2004). Dislipidemia
adalah keadaan terjadinya peningkatan kadar LDL kolesterol dalam darah atau
trigliserida dalam darah yang dapat disertai penurunan kadar HDL kolesterol
(Andry Hartono, 2000). Dislipidemia dalam proses terjadinya aterosklerosis
semuanya memiliki peran yang penting dan sangat berkaitan satu dengan yang
lain, sehingga tidak mungkin dibahas sendiri-sendiri. Ketiganya dikenal sebagai
triad lipid, yaitu:
1. Kolesterol total
Banyak penelitian menunjukkan bahwa hubungan antara kadar kolesterol
total darah dengan resiko penyakit jantung koroner (PJK) sangat kuat, konsisten,
dan tidak bergantung pada faktor resiko lain. Penelitian genetik, eksperimental,
epidemiologis, dan klinis menunjukkan dengan jelas bahwa peningkatan kadar
kolesterol total mempunyai peran penting pada patogenesis penyakit jantung
koroner (PJK)

2. Kolesterol HDL dan kolesterol LDL


Bukti epidemiologis dan klinis menunjang hubungan negatif antara kadar
kolesterol HDL dengan penyakit jantung koroner. Intervensi obat atau diet dapat
menaikan kadar kolesterol HDL dan dapat mengurangi penyakit jantung
koroner.

3. Trigliserida

Kadar trigliserida diantara 250-500 mg/dl dianggap berhubungan dengan


penyakit jantung koroner apabila disertai adanya penurunan kadar kolesterol

HDL.
Asupan asam lemak jenuh yang dianjurkan untuk memenuhi kebutuhan
dalam tubuh adalah 10% dari energi total perhari dan kolesterol >300mg/ hari.
Konsumsi asam lemak dapat meningkatkan kadar kolesterol LDL. LDL bertugas
membawa kolesterol dari hati ke jaringan perifer yang didalamnya terdapat
reseptor-reseptor yang akan menangkapnya (termasuk pembuluh darah koroner)
untuk keperluan metabolik jaringan. Kolesterol yang berlebihan akan diangkut
lagi kehati oleh HDL untuk menjadi deposit. Jika kolesterol LDL meningkat
serta HDL menurun, maka akan terjadi penimbunan kolesterol di jaringan
perifer termasuk pembuluh darah. (Ronald.H.sitorus, 2006)

Klasifikasi dislipidemia berdasarkan patogenesis penyakit adalah sebagai


berikut:
1) Dislipidemia Primer
Yaitu kelainan penyakit genetik dan bawaan yang dapat menyebabkan
kelainan kadar lipid dalam darah.
2) Dislipidemia Sekunder
Yaitu disebabkan oleh suatu keadaan seperti hiperkolesterolemia yang
diakibatkan oleh hipotiroidisme, nefrotik syndroma, kehamilan, anoreksia
nervosa, dan penyakit hati obstruktif. Hipertrigliserida disebebkan oleh DM,
konsumsi alkohol, gahal ginjal kronik, miokard infark, dan kehamilan. Dan
dislipidemia dapat disebabkan oleh hipotiroidisme, nefrotik sindroma, gagal
ginjal akut, penyakit hati, dan akromegali.

6.2 Bagaimana patofisiologi dari batu empedu?


Jawab:
Batu empedu yang ditemukan pada kandung empedu di klasifikasikan
berdasarkan bahan pembentuknya sebagai batu kolesterol, batu pigmen dan batu
campuran. Lebih dari 90 % batu empedu adalah kolesterol (batu yang
mengandung > 50% kolesterol) atau batu campuran ( batu yang mengandung 2050% kolesterol). 10 % sisanya adalah batu jenis pigmen, yang mana
mengandung <20% kolesterol. Faktor yang mempengaruhi pembentukan batu
antara lain adalah keadaan stasis kandung empedu, pengosongan kandung
empedu yang tidak sempurna dan kosentrasi kalsium dalam kandung empedu.
Batu kandung empedu merupakan gabungan material mirip batu yang
terbentuk di dalam kandung empedu. Pada keadaan normal, asam empedu,
lesitin dan fosfolipid membantu dalam menjaga solubilitas empedu. Bila
empedu menjadi bersaturasi tinggi (supersaturated) oleh substansi berpengaruh
(kolesterol, kalsium, bilirubin), akan berkristalisasi dan membentuk nidus untuk

pembentukan batu. Kristal yang terbentuk dalam kandung empedu, kemudian


lama kelamaan tersebut bertambah ukuran, beragregasi, melebur dan
membentuk batu. Factor motilitas kandung empedu dan biliary stasis merupakan
predisposisi pembentukan batu campuran.

6.3 Bagaimana hubungan dyslipidemia dan batu empedu?


Jawab:
Terjadinya batu empedu berkaitan dengan beberapa faktor, seperti obesitas,
dislipidemia, usia lanjut, jenis kelamin wanita, dan faktor genetik. Obesitas dan
Dislipidemia sangat erat kaitannya dengan kadar kolesterol yang tinggi dalam
darah. Oleh karena itu, terjadinya batu empedu terutama golongan batu
kolesterol yang sering terjadi pada orang obes atau penderita dislipidemia.
Berdasarkan penelitian disebutkan bahwa wanita lebih beresiko 4 kali lipat
terjadinya batu empedu dibandingkan laki-laki.

6.4 Bagaimana Anatomi dari kantong empedu?


Jawab:
Kandung empedu bentuknya seperti kantong, organ berongga yang
panjangnya sekitar 10 cm, terletak dalam suatu fosa yang menegaskan batas
anatomi antara lobus hati kanan dan kiri. Kandung empedu merupakan kantong
berongga berbentuk bulat lonjong seperti buah advokat tepat di bawah lobus
kanan hati. Kandung empedu mempunyai fundus, korpus, dan kolum. Fundus
bentuknya bulat, ujung buntu dari kandung empedu yang sedikit memanjang di
atas tepi hati. Korpus merupakan bagian terbesar dari kandung empedu. Kolum
adalah bagian yang sempit dari kandung empedu yang terletak antara korpus dan
daerah duktus sistika.Empedu yang disekresi secara terus-menerus oleh hati
masuk ke saluran empedu yang kecil dalam hati. Saluran empedu yang kecil
bersatu membentuk dua saluran lebih besar yang keluar dari permukaan bawah

hati sebagai duktus hepatikus kanan dan kiri yang segera bersatu membentuk
duktus hepatikus komunis. Duktus hepatikus bergabung dengan duktus sistikus
membentuk duktus koledokus.

6.5 Apa hubungan antara penyakit ibu Ny. Nano dan penyakit ny. Nano?
Jawab:
Ny. Nano menderita Dislipidemia kategori Dislipidemia Primer. Karena
dislipidemia primer disebabkan oleh mutasi gen. Yang diperoleh dari gen Ibu
Ny. Nano.

6.6 Bagaimana komposisi cairan empedu?


Jawab:
Komponen

Air

Cairan empedu dalam hati

Cairan empedu dalam

(ketika diekskresikan )

kantung empedu

(% total)

(% total padatan)

(% total)

97.00

88.95

Padatan

2.52

14.08

Asam empedu

1.93

36.9

9.14

Mucin dan pigmen

0.53

21.3

2.98

Kolesterol

0.06

2.4

0.26

As. Lemak dan lemak

0.14

5.6

0.32

Garam anorganik

0.84

33.3

0.65

Sp gravity

1.01

1.04

1.0-7.3

6.9-7.7

pH

6.7 Bagaimana hubungan 4f (Female, fat, fourty, family) terhadap penyakit


batu empedu?
Jawab:
Faktor risiko batu empedu dikenal dengan singkatan 4F, yaitu Forty,
Female, Fat, Family. Artinya, batu empedu lebih umum pada mereka yang
berusia di atas 40 tahun, wanita, kegemukan, dan punya riwayat keluarga
terkena batu empedu.
1. Usia lanjut
Batu empedu jarang sekali menyerang di usia 25 tahun ke bawah. Sekitar
30% lansia diperkirakan memiliki batu empedu, meskipun kebanyakan tidak
menimbulkan gejala.
2. Wanita
Wanita lebih banyak terkena batu empedu dibandingkan pria. Pada wanita
insidennya sekitar 2 per 1000, dibandingkan hanya 0,6 per 1000 pada pria. Pada
wanita hamil, kandung empedu menjadi lebih rendah dan batu empedu bisa
berkembang. Hormon wanita dan penggunaan pil KB juga diduga ikut berperan.

3. Obesitas

Kelebihan berat badan merupakan faktor risiko yang kuat untuk batu
empedu, terutama di kalangan wanita. Penelitian menunjukkan bahwa wanita
dengan memiliki BMI lebih dari 32 memiliki risiko tiga kali lebih besar untuk
mengembangkan batu empedu dibandingkan yang memiliki BMI antara 24 s.d.
25. Risiko meningkat tujuh kali lipat pada wanita dengan BMI lebih dari 45.

4. Genetik
Bila keluarga inti Anda (orangtua, saudara dan anak-anak) memiliki batu
empedu, Anda berpeluang 1 kali lebih mungkin untuk mendapatkan batu
empedu.

IV. Keterkaitan Antar Masalah

Ny. Nano
45 Tahun

Makan Seafood
(lemak/kolesterol
naik)

Kelainan
Degradasi Hb

Kenaikan
Derajat Bilirubin
Direct

Tidak Suka
Aerobik

Obesitas

Dislipidemia

Sklera Ikretik

Batu Empedu

Feses Pucat
LPL dan TG naik di
plasma

Kenaikan
Viskositas Darah

Mudah Lelah dan


Jantung berdebar

V. Hipotesis
Ny. Nano, 45 tahun, menderita dyslipidemia dan batu empedu karena gaya hidup
yang tidak sehat dan adanya faktor genetic.

VI. Merumuskan Keterbatasan dan Learning Issue


1. Batu empedu (Selly, Sasini)
2. Dyslipidemia (Malik, Ira)
3. Metabolisme lipid (Arvin, Ary, Desi)
4. Metabolisme hemoglobin (Karisya, Vita)
5. Lipoprotein (Tari, Mela)
6. Anatomi dan fisiologi kantong dan saluran empedu (komposisi cairan empedu)
(Rani, Dicky)
Learning issues

What I know

What I dont know

What I have to
prove

How I will learn

Patofisiologi
Batu Empedu

Definisi

Karakteristik

dan jenisjenisnya
Proses

Metabolisme
Lipid

Fungsi lipid

Jenis-jenis

Metabolisme

Metabolisme lipid

lipid dalam
tubuh

Jenis-jenis
dyslipidemia

Definisi

gangguan pada
dyslipidemia

Metabolisme

Definisi

hemoglobin

Hemoglobin

Fungsi Hemoglobin

Patofisiologi
dan gejalanya

Definisi

komposisi
lipoprotein

Jurnal
E-book

terjadi

Narasumber

kerusakan

(pakar)

maupun

hemoglobin

Lipoprotein

bacaan

Pengaruh bila

kekurangan

Fungsi dan

Buku-buku

Proses
metabolisme
lipoprotein
dalam tubuh

Gangguan
Anatomi dan

Anatomi

fisiologi kantung
dan saluran
empedu

kantung dan
saluran empedu

pada kantung
Komposisi cairan

empedu dan

kantung empedu

pengaruh
terhadap
metabolisme

VII. Learning Issue


1. Batu Empedu
Definisi
Sinonimnya adalah batu empedu, gallstones dan biliary calculus. Istilah
kolelitiasis dimaksudkan untuk pembentukan batu di dalam kandung empedu. Batu
kandung empedu merupakan gabungan beberapa unsur yang membentuk suatu material
mirip batu yang terbentuk di dalam kandung empedu.

Gambar 1. Batu dalam kandung empedu

Etiologi
Batu empedu kolesterol, pigmen hitam dan coklat memiliki patogenesis dan
faktor resiko yang berbeda. Di Amerika Serikat, batu kolesterol hampir 75% sampai
80% dari semua kolelitiasis. Batu kolesterol mengandung 50-90% kolesterol dari total
berat badan. Dari analisis beberapa batu, ada yang miskin kolesterol. Garam kalsium
pigmen bilirubin, karbonat dan protein terkandung dalam batu. Faktor resiko
pembentukan batu empedu meliputi obesitas, penurunan berat badan mendadak, trauma

tulang belakang, jenis kelamin wanita lebih beresiko, paritas dan penggunaan estrogen.
Batu pigmen dikategorikan batu hitam dan coklat tergantung komposisi kimia dan
penampakan batu. Batu ini juga dibedakan berdasarkan patogenesis dan manifestasi
klinisnya.
Tiga faktor utama dalam pembentukan batu kolesterol antara lain perubahan
komposisi empedu hepar, pembentukan inti kolesterol dan gangguan fungsi kandung
empedu.

Peranan infeksi walaupun infeksi dikatakan menjadi faktor penting dalam


pembentukan batu kolesterol, DNA bakteri ditemukan dalam batu ini. Secara konsep,
bakteri mungkin terdekonjugasi dalam garam empedu selama absorpsi dan penurunan
kelarutan kolesterol. Infeksi bilier berperan dalam pembentukan batu pigmen coklat,
mayoritas mengandung bakteri pada pemeriksaan dengan mikroskop elektron.

Umur peningkatan

prevalensi

kolelitiasis

secara

bermakna

tiap

tahunnya,

kemungkinan peningkatan isi kolesterol dalam empedu. Pada umur 75 tahun, 20% lakilaki dan 35% wanita memiliki kolelitiasis. Kolelitiasis kedua batu pigmen dan tipe
kolesterol sudah dilaporkan pada anak.

Genetik pasien dengan kolelitiasis secara relatif frekuensi batu meningkat dua sampai
empat kali, tidak tergantung pada umur, berat badan dan diet mereka. Alel apoE4
lipoprotein E memiliki predisposisi pembentukan batu kolesterol. Frekuensi apoE4
lebih tinggi pada pasien dengan riwayat kolesistektomi dibandingkan penderita tanpa
batu empedu. Adanya apoE4 memiliki prediksi kekambuhan batu secara cepat setelah
litotripsi. Mekanisme ini masih belum jelas walaupun apolipoprotein E mungkin
memainkan peranan absorpsi lipid diet, transport dan distribusi ke jaringan. ApoE4
tidak dihubungkan dengan pembentukan kolelitiasis baru selama kehamilan.

Obesitas sindrom metabolik pada obesitas, resistensi insulin, diabetes mellitus tipe II,
hipertensi dan hiperlipidemia erat kaitannya dengan peningkatan sekresi kolesterol
hepar dan merupakan faktor resiko pembentukan batu kolesterol.Biasanya terjadi pada
wanita dengan umur kurang dari 50 tahun. Obesitas erat kaitannya dengan peningkatan
sintesis kolesterol. Tidak ada perubahan yang konsisten pada volume kandung empedu
post prandial. Pola makan (2100 kJ per hari) bisa menghasilkan cairan empedu dan
pembentukan batu empedu simtomatis pada individu dengan obesitas. Sejumlah kecil

lemak dalam diet untuk menjaga pengosongan kandung empedu dapat menurunkan
resiko pembentukan batu empedu.

Diet peningkatan diet kolesterol meningkatkan kolesterol empedu tetapi tidak ada data
epidemiologi dan pola makan yang memaparkan asupan kolesterol dengan kolelitiasis.

Sirosis hepatis sekitar 30% pasien sirosis menderita kolelitiasis. Resiko pembentukan
kolelitiasis sangat berhubungan kuat dengan sirosis Childs grade C dan sirosis
alkoholik dengan insiden tiap tahunnya 5%. Mekanismenya masih belum jelas. Semua
pasien dengan penyakit hepatoseluler menunjukkan derajat hemolisis yang bervariasi.
Walaupun sekresi asam empedu menurun, batu yang terbentuk biasanya merupakan
batu pigmen hitam. Phospolipid dan sekresi kolesterol juga menurun sehingga empedu
tidak tersaturasi.

Tipe dan Komposisi Batu Empedu


Secara normal, empedu terdiri atas 70% garam empedu (terutama cholic dan
asam chenodeoxycholic), 22% pospholipid (lechitin), 4% kolesterol, 3% protein dan
0,3% bilirubin.
Terdapat tiga tipe utama batu empedu antara lain batu kolesterol, pigmen hitam
dan pigmen coklat. Di negara barat lebih banyak ditemukan batu kolesterol. Walaupun
batu ini predominan terdiri atas kolesterol (51-99%), diantara semua tipe, memiliki
komponen kompleks dan mengandung proporsi yang bervariasi dari kalsium karbonat,
fosfat, bilirubinate, dan palmitat, fospolifid, glikoprotein dan mukopolisakarida. Batu
pigmen hitam terdiri atas 70% kalsium bilirubinat dan lebih banyak terjadi pada pasien
dengan anemia hemolitik dan sirosis. Batu pigmen coklat jarang terjadi, dibentuk dalam
saluran empedu intrahepatik dan ekstrahepatik sama halnya yang terjadi pada kandung
empedu. Batu pigmen coklat dibentuk dari stasis dan infeksi dalam sistem empedu oleh
bakteri E. coli dan Klebsiella spp.

Batu Pigmen
Istilah batu pigmen empedu digunakan untuk batu yang mengandung kolesterol
kurang dari 30%. Terdapat dua tipe yaitu batu pigmen hitam dan coklat.

Batu pigman hitam sebagian besar mengandung pigmen bilirubin polimer


terlarut dengan kasium fosfat dan karbonat. Tidak mengandung kolesterol. Mekanisme
pembentukan batu masih belum jelas, tetapi hipersaturasi empedu dengan bilirubin
terkonjugasi, mengubah pH dan kalsium dan overproduksi matrik organik (glikoprotein)
juga berperan. Dari semua kasus, 20-30% kolelitiasis adalah batu pigmen coklat.
Insiden ini meningkat dengan bertambahnya umur. Batu empedu hitam biasanya
menyertai

hemolisis

kronis,

biasanya

pada

penyakit sickle

cellatau spherocytosis herediter dan prostese mekanik misalnya pada katup jantung
dalam sirkulasi. Semua penyakit tersebut diatas menunjukkan peningkatan prevalensi
dengan segala bentuk sirosis khususnya alkoholik.
Batu pigmen coklat mengandung kalsium bilirubinat, kalsium palmitat dan
stearat seperti halnya kolesterol. Bilirubinat dipolimeralisasi tidak seluas batu hitam.
Batu coklat jarang ditemukan dalam kandung empedu. Batu ini terbentuk di duktus
biliaris dan berhubungan dengan stasisnya empedu dan infeksi empedu. Penampakan
biasanya radiolusen. Bakteri ditemukan lebih dari 90%. Pembentukan batu berhubungan
dengan dekonjugasi bilirubin diglukuronide oleh bakteri -glukoronidase.11

Gambar 2. Berbagai tipe batu empedu

Patofisiologi
Sekitar 75% pasien, batu empedu terdiri atas kolesterol, dan sisanya merupakan
batu pigmentasi yang terutama mengandung bilirubin tidak terkonjugasi. Secara normal,
kolesterol tidak mengendap dalam empedu, karena mengandung garam empedu
terkonjugasi dan phosphatidylcholine secukupnya dalam bentuk micellar solution. Jika
rasio konsentrasi kolesterol : garam empedu dan phosphatidylcholine meningkat,
kelebihan

kolesterol

dalam

batas

minimal,

kejenuhannya

akan

meningkat

(supersaturasi) dalam larutan lumpur. Adanya supersaturasi oleh peningkatan rasio


kolesterol, akan menyebabkan hepar mensekresi kolesterol konsentrasi tinggi sebagai
inti vesikel unilamelar dalam kandung empedu dimana phosphatidylcholine menjadi
kulit luar pembungkus vesikel dengan diameter 50-100 nm. Jika jumlah kandungan
kolesterol relatif meningkat, vesikel multilamelar akan terbentuk (diameter melebihi
1000 nm). Vesikel-vesikel ini tidak stabil dan mengendap lingkungan cairan dalam
bentuk kristal kolesterol. Kristal kolesterol ini merupakan prekursor batu empedu.
Penyebab penting peningkatan rasio kolesterol : garam empedu dan
phosphatidylcholine adalah:
1. Peningkatan sekresi kolesterol, baik oleh karena peningkatan sintesis kolesterol
(peningkatan aktivitas enzim 3-hydroxy-3-methylglutaryl [HMG]-CoA-kolesterol
reduktase) ataupun penghambatan esterifikasi kolesterol seperti progesterone selama
kehamilan
2. Penurunan sekresi garam empedu oleh karena penurunan simpanan garam empedu pada
penyakit Crohns atau setelah reseksi ataupun selama puasa dan nutrisi parenteral
3. Penurunan sekresi phosphatidylcholine sebagai penyebab batu kolesterol ditemukan
pada wanita Chili yang hidup hanya memakan sayuran.
Batu pigmen terdiri atas sebagian besar kalsium bilirubinat (50%) yang
memberikan warna hitam atau coklat pada empedu. Batu hitam juga mengandung
kalsium karbonat dan fosfat, dimana batu coklat juga mengandung stearat, palmitat dan
kolesterol. Peningkatan jumlah bilirubin tak terkonjugasi pada empedu, yang
dipecahkan hanya dalam micelles, ini merupakan penyebab utama pembentukan batu
empedu, dimana normalnya mengandung hanya 1-2% dalam empedu.
Adapun sebagai penyebab meningkatnya konsentrasi bilirubin tidak terkonjugasi
adalah:
1. Meningkatnya pemecahan hemoglobin seperti pada anemia hemolitik, yang mana
terdapat banyak bilirubin yang akan mengalami proses konjugasi dengan perantara
enzim glukorunidase dalam hepar, ditemukan kelainan sebagai berikut:

Penurunan kapasitas konjugasi dalam hepar seperti pada sirosis hepar

Dekonjugasi non-enzimatik bilirubin dalam empedu khususnya monoglukoronat

Dekonjugasi enzimatik (-glucosidase) oleh bakteri.

Gambar 3. Skema patofisiologi pembentukan batu empedu kolesterol

Bakteri juga tidak mengkonjugasi secara enzimatik garam empedu sehingga


terjadi pembebasan palmitat dan stearat (dari phoshatidylcholine) dalam presipitat
sebagai garam kalsium. Batu hitam dibentuk oleh tiga mekanisme pertama diatas,
mengandung komponen tambahan, kalsium karbonat dan fosfat, inilah yang akan
menurunkan kapasitas keasaman dalam kandung empedu.
Kandung empedu, dimana komponen spesifik (kolesterol, garam empedu,
phoshatidylcholine) terkonsentrasi dalam waktu yang lama keterikatan dalam air, juga
merupakan bagian penting dalam pembentukan batu empedu. Gangguan pengosongan
kandung empedu bisa menjadi salah satu penyebab baik karena insufisiensi CCK (tidak
ada asam lemak bebas yang dilepaskan dalam lumen pada insufisiensi pancreas)
sehingga rangsangan kontraksi ke kandung empedu melemah, ataupun karena vagotomy
nonselektif tidak terdapat sinyal kontraksi dan asetilkolin. Kontraksi kandung empedu
melemah juga pada keadaan kehamilan. Saat itu menjadi waktu yang sangat cukup
terjadi endapan kristal untuk membentuk batu yang besar. Peningkatan sekresi mukus
(dirangsang oleh prostaglandin) bisa memicu peningkatan jumlah inti kristalisasi.

Konsekuensi yang mungkin terjadi pada kolelitiasis adalah kolik. Jika terjadi
penghambatan saluran empedu oleh sumbatan batu empedu, tekanan akan meningkat
dalam saluran empedu dan peningkatan kontraksi peristaltik di daerah sumbatan
menyebabkan nyeri viseral pada daerah epigastrik, mungkin dengan penyebaran nyeri
ke punggung dan disertai muntah.

Gambar 4. Skema patofisiologi pembentukan batu pigmen empedu

Gejala Klinis
Pasien dengan batu empedu dapat dibagi menjadi tiga kelompok yaitu pasien
dengan batu asimtomatik, pasien dengan batu empedu simtomatik dan pasien dengan
komplikasi batu empedu. Sedangkan dilihat dari tahapan penyakitnya, dapat dibagi
menjadi 4 stadium yaitu stadium litogenik, dimana kondisi yang memungkinkan
terbentuknya batu; batu empedu asimtomatis; episode kolik biliaris dan kolelitiasis
terkomplikasi. Gejala dan komplikasi kolelitiasis merupakan efek yang terjadi dalam
kandung empedu atau dari batu yang keluar dari kandung empedu ke saluran duktus
biliaris komunis.
Sebagian besar (80%) pasien dengan batu empedu tanpa gejala baik waktu
diagnosis maupun selama pemantauan. Studi perjalanan penyakit dari 1307 pasien
dengan batu empedu selama 20 tahun memperlihatkan bahwa sebanyak 50% pasien
tetap asimtomatik, 30% mengalami kolik bilier dan 20% mendapat komplikasi.

Batu empedu asimtomatis mayoritas penderita kolelitiasis secara klinis


tersembunyi dan tanpa memberikan gejala. Pada pemantauan jangka panjang

pasien asimtomatis, resiko kumulatif timbulnya gejala akan berkembang dengan


waktu yaitu 10% dalam 5 tahun, 15% dalam 10 tahun dan 18% dalam 15
tahun. Pada pasien kolelitiasis asimtomatis ditemukan secara insidental. Pada
kebanyakan kasus kolelitiasis asimtomatis tidak memerlukan penanganan.

Kolik bilier kolik bilier timbul secara episodik, nyeri hebat, berlokasi di
epigastrium atau di kuadran kanan atas. Nyeri ini menyebar ke belakang atau
daerah punggung kanan tetapi biasanya tidak fluktuatif, sebagaimana istilah
kolik pada umumnya. Nyeri ini mula-mula timbul secara tiba-tiba di daerah
epigastrium atau kuadran kanan atas dan menyebar di sekitar punggung tepatnya
di interskapula. Secara umum, nyeri timbul secara cepat, kurang dari 30 menit
sampai 3 jam, dan secara berangsur-angsur mereda. Kolik bilier benigna tidak
berhubungan dengan demam, leukositosis atau tanda peritoneal akut. Adanya
gejala ini atau nyeri bilier lebih lama dari 4 sampai 6 jam, kemungkinan
kecurigaan kolekistitis akut. Kolik bilier timbul akibat desakan batu empedu
pada duktus kistikus selama kontraksi kandung empedu, peningkatan tekanan
dinding kandung empedu. Konstraksi kandung empedu ini timbul akibat
pelepasan kolekistokinin yang dirangsang oleh diet lemak. Pada kebanyakan
kasus, obstruksi akan kembali ke relaksasi kandung empedu dan nyeri akan
mereda. Nyeri bersifat konstan dan tidak ditimbulkan oleh muntah, antasid,
defekasi atau perubahan posisi. Nyeri ini diikuti oleh mual dan muntah.

Gejala komplikasi kolesistitis akut maupun kronis terjadi bila batu menyumbat
dan terjepit dalam duktus kistikus menyebabkan kandung empedu menjadi
distensi dan inflamasi progresif. Pasien akan merasakan nyeri kolik biliaris
tetapi secara spontan hilang timbul dan kadang akan memberat. Pertumbuhan
koloni bakteri yang banyak pada kandung empedu sering terjadi, dan pada kasus
yang berat, akumulasi pus dalam kandung empedu yang dikenal dengan
empiyema kandung empedu. Dinding kandung empedu akan menjadi nekrotik
kemudian timbul perforasi dan abses polikistik. Kolekistitik akut merupakan
kedaruratan bedah, walaupun nyeri dan inflamasi dapat ditangani secara
konservatif seperti dengan hidrasi dan antibiotik. Jika serangan akut timbul

secara spontan, inflamasi kronis berubah berlangsung lama dengan eksaserbasi


akut.
Fistula biliaris interna atau fistula kolekistoenterik merupakan komplikasi
penyerta migrasi batu empedu akut atau biasanya kronis. Batu kandung empedu dapat
lolos ke dalam saluran cerna melalui terbentuknya fistel kolesitoduodenal. Apabila batu
empedu cukup besar dapat menyumbat pada bagian tersempit saluran cerna (ileum
terminal) dan menimbulkan ileus obstruksi.
Diagnosis
Anamnesis
Setengah sampai dua pertiga penderita kolelitiasis adalah asimtomatis. Keluhan
yang mungkin timbul adalah dispepsia yang kadang disertai intoleran terhadap makanan
berlemak. Pada yang simtomatis, keluhan utama berupa nyeri di daerah epigastrium,
kuadran kanan atas atau perikondrium. Rasa nyeri lainnya adalah kolik bilier yang
mungkin berlangsung lebih dari 15 menit dan kadang baru menghilang beberapa jam
kemudian. Timbulnya nyeri kebanyakan perlahan-lahan tetapi pada 30% kasus timbul
tiba-tiba.
Penyebaran nyeri pada punggung bagian tengah, skapula atau ke puncak bahu,
disertai mual dan muntah. Lebih kurang seperempat penderita melaporkan bahwa nyeri
berkurang setelah menggunakan antasida. Kalau terjadi kolelitiasis, keluhan nyeri
menetap dan bertambah pada waktu menarik nafas dalam.
Pemeriksaan Fisik

Batu kandung empedu apabila ditemukan kelainan, biasanya berhubungan


dengan komplikasi, seperti kolesistitis akut dengan peritonitis lokal atau umum,
hidrop kandung empedu, empiyema kandung empedu, atau pankreatitis. Pada
pemeriksaan ditemukan nyeri tekan dengan punktum maksimum di daerah letak
anatomis kandung empedu. Tanda Murphy positif apabila nyeri tekan bertambah
sewaktu penderita menarik nafas panjang karena kandung empedu yang
meradang tersentuh ujung jari tangan pemeriksa dan pasien berhenti menarik
nafas.

Batu saluran empedu batu saluran empedu tidak menimbulkan gejala dalam
fase tenang. Kadang teraba hati dan sklera ikterik. Perlu diketahui bahwa bila

kadar bilirubin darah kurang dari 3 mg/dl, gejala ikterik tidak jelas. Apabila
sumbatan saluran empedu bertambah berat, akan timbul ikterus klinis.
Pemeriksaan Penunjang

Pemeriksaan laboratorium batu kandung empedu yang asimtomatik umumnya


tidak menunjukkan kelainan pada pemeriksaan laboratorium. Apabila terjadi
peradangan akut, dapat terjadi leukositosis. Apabila terjadi sindroma mirizzi,
akan ditemukan kenaikan ringan bilirubin serum akibat penekanan duktus
koledukus oleh batu. Kadar bilirubin serum yang tinggi mungkin disebabkan
oleh batu di dalam duktus koledukus. Kadar fosfatase alkali serum dan mungkin
juga kadar amilase serum biasanya meningkat sedang setiap setiap kali terjadi
serangan akut.

Pemeriksaan radiologis foto polos abdomen biasanya tidak memberikan


gambaran yang khas karena hanya sekitar 10-15% batu kandung empedu yang
bersifat radioopak. Kadang kandung empedu yang mengandung cairan empedu
berkadar kalsium tinggi dapat dilihat dengan foto polos. Pada peradangan akut
dengan kandung empedu yang membesar atau hidrops, kandung empedu kadang
terlihat sebagai massa jaringan lunak di kuadran kanan atas yang menekan
gambaran udara dalam usus besar, di fleksura hepatika.

Gambar 5. Foto Rongent pada kolelitiasis

Ultrasonografi (USG) ultrasonografi mempunyai derajat spesifisitas dan


sensitifitas yang tinggi untuk mendeteksi batu kandung empedu dan pelebaran
saluran empedu intrahepatik maupun ekstra hepatik. Dengan USG juga dapat
dilihat dinding kandung empedu yang menebal karena fibrosis atau udem yang
diakibatkan oleh peradangan maupun sebab lain. Batu yang terdapat pada duktus
koledukus distal kadang sulit dideteksi karena terhalang oleh udara di dalam
usus. Dengan USG, punktum maksimum rasa nyeri pada batu kandung empedu
yang gangren lebih jelas daripada dengan palpasi biasa.

Kolesistografi untuk penderita tertentu, kolesistografi dengan kontras cukup


baik karena relatif murah, sederhana dan cukup akurat untuk melihat batu
radiolusen sehingga dapat dihitung jumlah dan ukuran batu. Kolesistografi oral
akan gagal pada keadaan ileus paralitik, muntah, kadar bilirubun serum diatas 2
mg/dl, obstruksi pilorus dan hepatitis karena pada keadaan-keadaan tersebut
kontras tidak dapat mencapai hati. Pemeriksaan kolesistografi oral lebih
bermakna pada penilaian fungsi kandung empedu.

Penatalaksanaan
Jika tidak ditemukan gejala, maka tidak perlu dilakukan pengobatan. Nyeri yang
hilang-timbul bisa dihindari atau dikurangi dengan menghindari atau mengurangi
makanan berlemak. Pilihan penatalaksanaan antara lain :

Kolesistektomi terbuka operasi ini merupakan standar terbaik untuk


penanganan pasien dengan kolelitiasis simtomatik. Komplikasi yang paling
bermakna yang dapat terjadi adalah cedera duktus biliaris yang terjadi pada
0,2% pasien. Angka mortalitas yang dilaporkan untuk prosedur ini kurang dari
0,5%. Indikasi yang paling umum untuk kolesistektomi adalah kolik biliaris
rekuren, diikuti oleh kolesistitis akut.

Kolesistektomi laparaskopi indikasi awal hanya pasien dengan kolelitiasis


simtomatik tanpa adanya kolesistitis akut. Karena semakin bertambahnya
pengalaman, banyak ahli bedah mulai melakukan prosedur ini pada pasien
dengan kolesistitis akut dan pasien dengan batu duktus koledukus. Secara
teoritis, keuntungan tindakan ini dibandingkan prosedur konvensional adalah
dapat mengurangi perawatan di rumah sakit dan biaya yang dikeluarkan, pasien

dapat cepat kembali bekerja, nyeri menurun dan perbaikan kosmetik. Masalah
yang belum terpecahkan adalah keamanan dari prosedur ini, berhubungan
dengan insiden komplikasi seperti cedera duktus biliaris yang mungkin dapat
terjadi lebih sering pada kolesistektomi laparaskopi.

Disolusi medis masalah umum yang mengganggu semua zat yang pernah
digunakan adalah angka kekambuhan yang tinggi dan biaya yang dikeluarkan.
Zat disolusi hanya memperlihatkan manfaatnya untuk batu empedu jenis
kolesterol. Penelitian prospektif acak dari asam xenodeoksikolat telah
mengindikasikan bahwa disolusi dan hilangnnya batu secara lengkap terjadi
sekitar 15%. Jika obat ini dihentikan, kekambuhan batu tejadi pada 50% pasien.

Disolusi kontak meskipun pengalaman masih terbatas, infus pelarut kolesterol


yang poten seperti metil-ter-butil-eter (MTBE) ke dalam kandung empedu
melalui kateter yang diletakkan per kutan telah terlihat efektif dalam melarutkan
batu empedu pada pasien-pasien tertentu. Prosedur ini invasif dan kerugian
utamanya adalah angka kekambuhan yang tinggi (50% dalam 5 tahun).

Litotripsi Gelombang Elektrosyok (ESWL) sangat populer digunakan


beberapa tahun yang lalu, analisis biaya-manfaat pada saat ini memperlihatkan
bahwa prosedur ini hanya terbatas pada pasien yang telah benar-benar
dipertimbangkan untuk menjalani terapi ini.
Kolesistotomi dapat dilakukan dengan anestesia lokal bahkan disamping
tempat tidur pasien terus berlanjut sebagai prosedur yang bermanfaat, terutama
untuk pasien yang sakitnya kritis

2. Dyslipidemia
2.1 Definisi
Dislipidemia adalah kelainan metabolisme lipid yang ditandai dengan
peningkatan atau penurunan fraksi lipid dalam plasma. Kelainan fraksi lipid yang utama
adalah kenaikan kadar kolesterol total, kolesterol LDL, dan trigliserida serta penurunan
kadar kolesterol HDL (Sunita, 2004)
Dislipidemia adalah keadaan terjadinya peningkatan kadar LDL kolesterol
dalam darah atau trigliserida dalam darah yang dapat disertai penurunan kadar HDL
kolesterol (Andry Hartono, 2000).

Dislipidemia dalam proses terjadinya aterosklerosis semuanya memiliki peran


yang penting dan sangat berkaitan satu dengan yang lain, sehingga tidak mungkin
dibahas sendiri-sendiri. Ketiganya dikenal sebagai triad lipid, yaitu:
a. Kolesterol total
Banyak penelitian menunjukkan bahwa hubungan antara kadar kolesterol total
darah dengan resiko penyakit jantung koroner (PJK) sangat kuat, konsisten, dan tidak
bergantung pada faktor resiko lain. Penelitian genetik, eksperimental, epidemiologis,
dan klinis menunjukkan dengan jelas bahwa peningkatan kadar kolesterol total
mempunyai peran penting pada patogenesis penyakit jantung koroner (PJK).
b. Kolesterol HDL dan kolesterol LDL
Bukti epidemiologis dan klinis menunjang hubungan negatif antara kadar
kolesterol HDL dengan penyakit jantung koroner. Intervensi obat atau diet dapat
menaikan kadar kolesterol HDL dan dapat mengurangi penyakit jantung koroner.
c. Trigliserida
Kadar trigliserida diantara 250-500 mg/dl dianggap berhubungan dengan
penyakit jantung koroner apabila disertai adanya penurunan kadar kolesterol HDL.

2.2

Klasifikasi Dislipidemia

Dislipidemia dapat diklasifikasikan berdasarkan klasifikasi fenotipik dan patologik


2.2.1

Klasifikasi Fenotipik

Klasifikasi fenotipik pada dislipidemia dibagi atas klasifikasi berdasarkan EAS,


NCEP, dan WHO
2.2.1.1 Klasifikasi EAS (European Atheroselerosis Society)
Pada klasifikasi berdasarkan EAS, dislipidemia dibagi 3 golongan, yaitu
hiperkolesterolemia

yang

merujuk

pada

peningkatan

kolesterol

total,

hipertrigliseridemia yang merujuk nilai trigliserida plasma yang meninggi, dan


campuran keduanya seperti dapat dilihat pada tabel 2.2.

2.2.1.2 Klasifikasi NECP (National Cholesterol Education Program)


Disebut lipid normal, sebenarnya sulit dipatok pada suatu angka, oleh karena
normal untuk seseorang belum tentu normal untuk orang lain yang disertai faktor risiko
koroner multipel. Walaupun demikian, National Cholesterol Education Program Adult
Treatment Panel III (NCEP ATP III) 2001 telah membuat satu batasan yang dapat
dipakai secara umum tanpa melihat faktor risiko koroner seseorang seperti dapat dilihat
pada tabel 2.3.

2.2.1.3 Klasifikasi WHO (World Health Organization)


Klasifikasi WHO didasarkan pada modifikasi kalsifikasi Fredricson, yaitu
berdasarkan pada pengukuran kolesterol total, trigliserida, dan subkelas lipoprotein
(dapat dilihat pada tabel 2.4).

2.2.2

Klasifikasi Patogenik

Berdasarkan patologinya, dislipidemia dibagi menjadi 2 yaitu dislipidemia primer


dan sekunder.
a. Dislipidemia Primer
Dislipidemia primer berkaitan dengan gen yang mengatur enzim dan apoprotein
yang terlibat dalam metabolism lipoprotein maupun reseptornya. Kelainan ini biasanya
disebabkan oleh mutasi genetik. Dislipidemia primer meliputi:
Hiperkolesterolemia poligenik
Hiperkolesterolemia familial
Dislipidemia remnant
Hyperlipidemia kombinasi familial
Sindroma Chylomicron
Hypertrriglyceridemia familial

Peningkatan Cholesterol HDL


Peningkatan Apolipoprotein B
b. Dislipidemia Sekunder
Yaitu disebabkan oleh suatu keadaan seperti hiperkolesterolemia yang
diakibatkan oleh hipotiroidisme, nefrotik syndroma, kehamilan, anoreksia nervosa, dan
penyakit hati obstruktif. Hipertrigliserida disebabkan oleh DM, konsumsi alkohol, gahal
ginjal kronik, miokard infark, dan kehamilan. Dan dislipidemia dapat disebabkan oleh
hipotiroidisme, nefrotik sindroma, gagal ginjal akut, penyakit hati, dan akromegali.

2.3

Epidemiologi

Asupan asam lemak jenuh yang dianjurkan untuk memenuhi kebutuhan dalam
tubuh adalah 10% dari energi total perhari dan kolesterol >300mg/ hari. Konsumsi asam
lemak dapat meningkatkan kadar kolesterol LDL. LDL bertugas membawa kolesterol
dari hati ke jaringan perifer yang didalamnya terdapat reseptor-reseptor yang akan
menangkapnya (termasuk pembuluh darah koroner) untuk keperluan metabolik
jaringan. Kolesterol yang berlebihan akan diangkut lagi kehati oleh HDL untuk menjadi
deposit. Jika kolesterol LDL meningkat serta HDL menurun, maka akan terjadi
penimbunan kolesterol di jaringan perifer termasuk pembuluh darah. (Ronald.H.sitorus,
2006)

2.4
Kadar

Faktor Risiko Dislipidemia


lipoprotein,

terutama

kolesterol

LDL,

meningkat

sejalan

dengan

bertambahnya usia. Dalam keadaan normal, pria memiliki kadar yang lebih tinggi, tetapi
setelah menopause kadarnya pada wanita mulai meningkat. Faktor lain yang
menyebabkan tingginya kadar lemak tertentu (misalnya VLDL dan LDL) adalah:
Riwayat keluarga dengan dislipidemia
Obesitas
Diet kaya lemak
Kurang melakukan olahraga
Penggunaan alkohol
Merokok

Diabetes yang tidak terkontrol dengan baik


Kelenjar tiroid yang kurang aktif
Sebagian besar kasus peningkatan kadar trigliserida dan kolesterol total bersifat
sementara dan tidak berat, dan terutama merupakan akibat dari makan lemak.
Pembuangan lemak dari darah pada setiap orang memiliki kecepatan yang berbeda.
Seseorang bisa makan sejumlah besar lemak hewani dan tidak pernah memiliki kadar
kolesterol total lebih dari 200 mg/dL, sedangkan yang lainnya menjalani diet rendah
lemak yang ketat dan tidak pernah memiliki kadar kolesterol total dibawah 260 mg/dL.
Perbedaan ini tampaknya bersifat genetik dan secara luas berhubungan dengan
perbedaan kecepatan masuk dan keluarnya lipoprotein dari aliran darah.
3

Metabolisme Lipid

3.1 Definisi Lipid


Lipid adalah nama suatu golongan senyawa organik yang meliputi sejumlah
senyawa yang terdapat di alam yang semuanya dapat larut dalam pelarut-pelarut organik
tetapi sukar larut atau tidak larut dalam air.
Suatu lipid didefinisikan sebagai senyawa organik yang terdapat dalam alam
serta tak larut dalam air, tetapi larut dalam pelarut organik nonpolar seperti suatu
hidrokarbon atau dietil eter.

Lipid adalah ester asam lemak. Biasanya zat tersebut tidak larut dalam air akan
tetapi larut dalam pelarut lemak. Pelarut lemak adaah eter, chloroform, benzena,
carbontetrachlorida, xylena, alkohol panas, dan aseton panas. (Iskandar, 1974)

3.2 Fungsi Umum Lipid


Fungsi lipida termasuk (soendoro, 1981) :
1.

Penyimpan energy dan transport

2.

Struktur membrane

3.

Kulit pelindung, komponen dinding sel

4.

Penyampai kimia
Selain itu ada beberapa referensi peran lipid dalam sistem makhluk hidup adalah
sebagai berikut (Toha, 2005) :
1. Komponen struktur membran
Semua membran sel termasuk mielin mengandung lapisan lipid ganda. Fungsi membran
diantaranya adalah sebagai barier permeabel.
2.

Lapisan pelindung pada beberapa jasad

Fungsi membran yang sebagian besar mengandung lipid sperti barier permeabel untuk
mencegah infeksi dan kehilangan atau penambahan air yang berlebihan.
3. Bentuk energi cadangan
Sebagai fungsi utama triasilgliserol yang ditemukan dalam jaringan adiposa.
4. Kofaktor/prekursor enzim
Untuk aktivitas enzim seperti fosfolipid dalam darah, koenzim A, dan sebagainya.
5.

Hormon dan vitamin

Prostaglandin: asam arakidonat adalah prekursor untuk biosintesis prostaglandin,


hormon steroid, dan lain-lain.
6. Insulasi Barier
Untuk menghindari panas, tekanan listrik dan fisik.

3.3 Karakteristik Lipid


Lemak berkarakteristik sebagai biomolekul organik yang tidak larut atau sedikit
larut dalam air dan dapat diekstrasi dengan pelarut non-polar seperti chloroform, eter,

benzene, heksana, aseton dan alcohol panas. Di masa lalu, lemak bukan merupakan
subjek yang menarik untuk riset biokimia. Karena kesukarannya dalam meneliti
senyawa yang tidak larut dalam air dan berfungsi sebagai cadangan energi dan
komponen struktural dari membran, lemak dianggap tidak memiliki peranan metabolik
beragam seperti yang dimiliki biomolekul lain, contohnya karbohidrat dan asam amino.
Namun, dewasa ini, riset lemak merupakan subjek yang paling menawan dari
riset biokimia, khususnya dalam penelitian molekular mengenai membran. Pernah
diduga sebagai struktur lembam (inert), dewasa ini membran dikenal secara fungsional
sebagai dinamik dan suatu pengertian molekular dari fungsi selularnya merupakan kunci
untuk menjelaskan berbagai komponen biologi yang penting, contohnya, sistem
transport aktif dan respon selular terhadap rangsang luar (Armstrong, 1995). Jaringan
bawah kulit di sekitar perut, jaringan lemak sekitar ginjal mengandung banyak lipid
terutama lemak kira-kira sekitar 90%, dalam jaringan otak atau dalam telur terdapat
lipid kira-kira sebesar 7,5-30% (Riawan, 1990).
Lipid menurut International Congress of Pure and Applied Chemistry adalah
kelompok senyawa kimia yang mempunyai sifat-sifat :
1. Tidak larut dalam air tetapi larut dalam pelarut organik seperti eter,
CHCl3, benzen,alkohol/aseton panas, xylen, dll. serta dapat diekstraksi dari sel
hewan/tumbuhan dengan pelarut tersebut.
2. Secara kimia, penyusun utama adalah asam lemak (dalam 100 gram lipid terdapat
95%asam lemak).
3. Lipid mengandung zat-zat yang dibutuhkan oleh manusia seperti asam lemak
essential (EFA contohnya asam linoleat) dari asam linoleat dapat dibuat asam linolenat
dan asam arakidonat.
Dalam penjelasan yang lain di sebutkan bahwa karakteristik suatu lipid dibagi menjadi
dua, yaitu sebagai berikut :
3.3.1

Karakteristik Fisik Lipid

Berikut ini adalah beberapa karakteristik fisik lipid, yaitu (Rolifartika, 2011) :
1. Pada suhu kamar, lemak hewan pada umumnya berupa zat padat, sedangkan lemak
dari tumbuhan berupa zat cair.

2. Lemak yang mempunyai titik lebur tinggi mengandung asam lemak jenuh,
sedangkan lemak yang mempunyai titik lebur rendah mengandung asam lemak tak
jenuh. Contoh: Tristearin (ester gliserol dengan tiga molekul asam stearat)
mempunyai titik lebur 71 C, sedangkan triolein (ester gliserol dengan tiga molekul
asam oleat) mempunyai titik lebur 17 C.
3. Lemak yang mengandung asam lemak rantai pendek larut dalam air, sedangkan
lemak yang mengandung asam lemak rantai panjang tidak larut dalam air.
4. Semua lemak larut dalam kloroform dan benzena. Alkohol panas merupakan
pelarut lemak yang baik.
5. Pada suhu kamar, jika berbentuk cair cenderung disebut dengan minyak. Jika
berbentuk padat disebut sebagai lemak.
6. Tidak larut dalam air sehingga disebut hidrofobik (takut air), sifat ini sangat penting
dalam pembentukan membran sel
7. Namun, fosfolipid bersifat ampifatik, yaitu dalam satu molekul ada bagian molekul
yang nonpolar dan hidrofob dan di bagian ada yang polar dan hidrofil (suka air).
Larut dalam solven semacam alkohol, hidrogen, dan oksigen, tetapi kadar
oksigen setiap molekulnya lebih rendah dari yang dimiliki karbohidrat. Juga larut dalam
pelarut nonpolar, seperti kloroform dan eter. Minyak mempunyai titik leleh dan titik
didih lebih rendah daripada lemak.
3.3.2

Karakteristik Kimia Lipid

Beberapa karakteristik lipid adalah sebagai berikut (Iskandar, 1974):


1.

Penyabunan atau Saponifikasi (Latin, sapo = sabun)


Hidrolisis yang paling umum adalah dengan alkali atau enzim lipase. Hidrolisis

dengan alkali disebut penyabunan karena salah satu hasilnya adalah garam asam lemak
yang disebut sabun.
Reaksi hidrolisis berguna untuk menentukan bilangan penyabunan. Bilangan
penyabunan adalah bilangan yang menyatakan jumlah miligram KOH yang dibutuhkan
untuk menyabun satu gram lemak atau minyak. Besar kecilnya bilangan penyabunan
tergantung pada panjang pendeknya rantai karbon asam lemak atau dapat juga dikatakan
bahwa besarnya bilangan penyabunan tergantung pada massa molekul lemak tersebut.

Hidrolisis dari trigliserida biasanya oleh enzim lipase akan menghasilkan


gliserol dan asam lemak. Fosfolipase merupakan enzim yang menghidrolisis fosfolipid
dan ternyata terdapat beberapa fosfolipase, diantaranya fosfolipase A, yang dapat
mengurai ikatan antara gliserol dan asam lemak tidak jenuh. Fosfolipase B,
menguraikan ikatan antara asam lemak baik yang jenuh dan yang tidak. Fosfolipase C
membebaskan ikatan antara gliserol dengan fosfat-basa-nitrogen. Fosfolipase D akan
membebaskan ikatan antara basa-nitrogen dengan asam fosfat.
Reaksi lemak dengan alkali dinamakan penyabunan. Beberapa zat pada lipid
tidak dapat disabunkan, akan tetapi larut dalam eter. Karena sabun tidak larut dalam
eter, maka kedua zat tersebut dapat dipisahkan dengan memakai eter. Beberapa zat yang
tidak dapat disabunkan diantaranya, beberapa macam keton, alkohol dengan jumlah
atom C yang tinggi, steroid. Bila lemak dapat disabunkan maka dia mempunyai nilai
yang disebut angka penyabunan. Angka penyabunan ialah banyaknya mg KOH yang
diperlukan untuk menyabunkan 1 gr lemak atau minyak. Gunanya untuk menentukan
berat molekul lemak atau minyak tersebut.

Pembentukan membran, misel (micelle) dan emulsi.


Pada umumnya lipid tidak larut dalam air, karena mengandung hidrokarbon adalah

nonpolar. Akan tetapi asam lemak, beberapa fosfolipid, sfingolipid mengandung lebih
banyak bagian yang polar dibandingkan dengan bagian yang non polar. Karena itu
dinamakan polar lipid. Polar lipid tersebut sebagian larut dalam air, dan bagian lain larut
dalam pelarutan nonpolar. Pada oil water interface, bagian yang polar dalam fase air
(water phase) sedangkan bagian yang nonpolar pada fase minyak (oil phase). Dengan
adanya polar lipid tersebut dapat membentuk membran biologik dengan lapis ganda
(double layer).
Misel (Micelle), bila polar lipid mencapai konsentrase tertentu yang terdapat pada
aqueous medium, maka akan terbentuk misel. Pembentukan garam empedu menjadi
misel, sehingga memudahkan pencernaan lemak, merupakan mekanisme yang penting
untuk penyerapan lemak di usus halus.
Emulsi, adalah partikel-partikel koloid yang besar, yang dibentuk dari non polar
lipid di dalam aqueous medium. Untuk kestabilannya biasanya dipakai emulgator
(emulsifying agent) sperti lesitin (polar lipid).

Halogenasi
Asam lemak tak jenuh, baik bebas maupun terikat sebagai ester dalam lemak atau

minyak mengadisi halogen (I2 tau Br2) pada ikatan rangkapnya.


Karena derajat absorpsi lemak atau minyak sebanding dengan banyaknya ikatan
rangkap pada asam lemaknya, maka jumlah halogen yang dapat bereaksi dengan lemak
dipergunakan untuk menentukan derajat ketidakjenuhan. Untuk menentukan derajat
ketidakjenuhan asam lemak yang terkandung dalam lemak, diukur dengan bilangan
yodium. Bilangan yodium adalah bilangan yang menyatakan banyaknya gram yodium
yang dapat bereaksi dengan 100 gram lemak. Yodium dapat bereaksi dengan ikatan
rangkap dalam asam lemak. Tiap molekul yodium mengadakan reaksi adisi pada suatu
ikatan rangkap. Oleh karena itu makin banyak ikatan rangkap, maka makin besar pula
bilangan yodium.

Hidrogenasi
Dengan adanya katalisator (Pt atau Ni) maka lemak-lemak tak jenuh (biasanya

lemak tumbuh-tumbuhan) dapat dihidrogenasi sehingga membentuk asam lemak jenuh,


sehingga dapat menjadi lebih keras. Metode ini dapat dipakai unutuk membuat lemak
buatan (margarin) dari minyak. Sejumlah besar industri telah dikembangkan untuk
merubah minyak tumbuhan menjadi lemak padat dengan cara hidrogenasi katalitik
(suatu reaksi reduksi). Proses konversi minyak menjadi lemak dengan jalan hidrogenasi
kadang-kadang lebih dikenal dengan proses pengerasan. Salah satu cara adalah dengan
mengalirkan gas hidrogen dengan tekanan ke dalam tangki minyak panas (200 C) yang
mengandung katalis nikel yang terdispersi.

Ransid, Tengik (Rancidity)


Ransid atau tengik adalah perubahan kimiawi dari lemak atau minyak sehingga

terjadi perubahan bau dan rasa dari minyak tersebut. Proses ini agaknya proses oksidasi
dari udara bebas, pada ikatan rangkap sehingga terbentuk ikatan peroksida. Timbel (Pb)
dan tembaga (Cu) mempercepat proses ketengikan. Sebaliknya menghindarkan udara
dan pemberian antioksidan mencegah ketengikan.

Angka Keasaman

Ialah mg KOH yang diperlukan untuk menetralkan asam lemak bebas dari 1 gr
lemak. Gunanya untuk menetukan banyaknya asam lemak yang terdapat pada lemak
tersebut.

Angka Iodine
Banyaknya iodine (dalam gr) yang diperlukan untuk diabsorbsi oleh 100 gr lemak

(minyak). Gunanya untuk menetukan banyaknya (derajad) ketidakjenuhan dari lemak.

Angka Asetat
Ialah mg KOH yang diperlukan untuk menetralisasikan asam asetat yang didapat

dari 1 gr lemak yang telah diasetilkan. Gunanya untuk menetukan banyaknya gugusan
hidroksil dari lemak tersebut.

3.4 Klasifikasi Lipid


Lipid yang terdapat dalam tubuh dapat diklasifikasikan menurut struktur
kimianya ke dalam 5 grup, seperti pada tabel di bawah. Asam lemak, kelas pertama ,
berfungsi sebagai sumber energi utama bagi tubuh. Selain itu, asam lemak adalah blok
pembangun dario asamlemak ini kompleks kompleks lipid disintetis. Prostaglandin,
yang dibentukdariasam lemak tidak jenuh ganda tertentu, adalah substansi pengatur
intrasel yang mengubah tanggapan tanggapan sel terhadap rangsangan luar. Karena
prostaglandin berperan dalam kerja hormon.
Kelas lipid kedua terdiri dari ester-ester gliseril. Ester-ester ini termasuk pula
asilgliserol, yang selain merupakan senyawa antara atau pengangkut metabolik dan
bentuk penyimpanan asam lemak, dan fosfogliserid yang merupakan komponen utama
lipid dari membran sel. Sfingolipid, kelas ketiga, juga merupakan komponen membran.
Mereka berasal dari alkohollemak sfingosin. Sterol mencangkup kelas ke empat lipid.
Derivat sterol, termasuk kolesterol, asam empedu, hormon steroid, dan vitamin D sangat
penting dari segi kesehatan. Aspek-aspek metabolisme ester kolesteril yang berkaitan
dengan bagian-bagian asam lemaknya. Terpen, kelas terakhir lipid, mencangkup dolikol
dan vitamin A, E, K yang larut dalam lemak. Derivat-derivat isoprene ini terdapat dalam
jumlah kecil, tetapi mempunyai fungsi metabolik yang sangat penting dan terpisah.

Tabel klasifikasi dan fungsi lipid

No
1
2

3
4

Lipid
Asam Lemak
Prostaglandin
EstergliserilAsilgliserol
Fosfogliseril
SfingolipidSfingomielin
Glikosfingolipid
Derivat sterolKolesterol
Ester Kolesterol
Asam empedu
Hormon steroid
Vitamin D
TerpenDolikol
Vitamin A
Vitamin E
Vitamin K

Fungsi
Bahan bakar metabolik, blok pembangun
untuk lipid lainModulator intrasel
Penyimpanan asam lemak, senyawa
metabolik
Struktur membran
Struktur membrane
Membran antigen, permukaan
Membran dan struktur lipoprotein
Penyimpanan dan angkutan
Pencernaan lipid dan absorbsi
Pengaturan metabolik
Metabolisme kalsium dan fosfor
Sintesis glikoprotein
Penglihatan, integritas epitel
Antioksidan lipid
Pejendalan darah

Asam Lemak
Asam lemak merupakan senyawa yang disajikan dalam bentuk rumus kimiawi

sebagai R-COOH, dengan R adlah rantai alkil yang tersusun dari atom-atom karbon dan
hidrogen.

Ester kolesterol
Ester kolesterol mengandung asam lemak yang diesterkan menjadi gugus 3--

hidroksil dari sistem cincin steroid. Terbentuk dalam tetesan lipid intrasel dan dalam
lipoprotein plasma

Asilgiserol (gliserid)
Ester asam lemak dari gliserol, asilgliserol, sering dinamakan gliserid. Kelas gliserid

tergantung pada jumlah gugus alkohol gliserol yang diesterkan.

Fosfogliserid
Asilgliserol yang mengandung stasam fosfat diesterkan pada gugus C3-hidroksil

disebut fosfogliserid. Molekul ini membentuk lapis ganda yang bila dihamburkan pada
larutan berair, dan merupakan bentuk utama struktur membran sel.

Sfingomielin

Struktur ini merupakan komponen utama dari banyak membran eritrosit manusia.

3.5 Metabolisme Lipid


Lipid yang kita peroleh sebagai sumber energi utamanya adalah dari lipid netral,
yaitu trigliserid (ester antara gliserol dengan 3 asam lemak). Secara ringkas, hasil dari
pencernaan lipid adalah asam lemak dan gliserol, selain itu ada juga yang masih berupa
monogliserid. Karena larut dalam air, gliserol masuk sirkulasi portal (vena porta)
menuju hati. Asam-asam lemak rantai pendek juga dapat melalui jalur ini.
Sebagian besar asam lemak dan monogliserida karena tidak larut dalam air,
maka diangkut oleh miselus (dalam bentuk besar disebut emulsi) dan dilepaskan ke
dalam sel epitel usus (enterosit). Di dalam sel ini asam lemak dan monogliserida segera
dibentuk menjadi trigliserida (lipid) dan berkumpul berbentuk gelembung yang disebut
kilomikron. Selanjutnya kilomikron ditransportasikan melalui pembuluh limfe dan
bermuara pada vena kava, sehingga bersatu dengan sirkulasi darah. Kilomikron ini
kemudian ditransportasikan menuju hati dan jaringan adiposa.
Di dalam sel-sel hati dan jaringan adiposa, kilomikron segera dipecah menjadi
asam-asam lemak dan gliserol. Selanjutnya asam-asam lemak dan gliserol tersebut,
dibentuk kembali menjadi simpanan trigliserida. Proses pembentukan trigliserida ini
dinamakan esterifikasi. Sewaktu-waktu jika kita membutuhkan energi dari lipid,
trigliserida dipecah menjadi asam lemak dan gliserol, untuk ditransportasikan menuju
sel-sel untuk dioksidasi menjadi energi. Proses pemecahan lemak jaringan ini
dinamakan lipolisis. Asam lemak tersebut ditransportasikan oleh albumin ke jaringan
yang memerlukan dan disebut sebagai asam lemak bebas (free fatty acid/FFA).
Secara ringkas, hasil akhir dari pemecahan lipid dari makanan adalah asam
lemak dan gliserol. Jika sumber energi dari karbohidrat telah mencukupi, maka asam
lemak mengalami esterifikasi yaitu membentuk ester dengan gliserol menjadi
trigliserida sebagai cadangan energi jangka panjang. Jika sewaktu-waktu tak tersedia
sumber energi dari karbohidrat barulah asam lemak dioksidasi, baik asam lemak dari
diet maupun jika harus memecah cadangan trigliserida jaringan. Proses pemecahan
trigliserida ini dinamakan lipolisis.

Proses oksidasi asam lemak dinamakan oksidasi beta dan menghasilkan asetil
KoA. Selanjutnya sebagaimana asetil KoA dari hasil metabolisme karbohidrat dan
protein, asetil KoA dari jalur inipun akan masuk ke dalam siklus asam sitrat sehingga
dihasilkan energi. Di sisi lain, jika kebutuhan energi sudah mencukupi, asetil KoA dapat
mengalami lipogenesis menjadi asam lemak dan selanjutnya dapat disimpan sebagai
trigliserida.
Beberapa lipid non gliserida disintesis dari asetil KoA. Asetil KoA mengalami
kolesterogenesis menjadi kolesterol. Selanjutnya kolesterol mengalami steroidogenesis
membentuk steroid. Asetil KoA sebagai hasil oksidasi asam lemak juga berpotensi
menghasilkan badan-badan keton (aseto asetat, hidroksi butirat dan aseton). Proses ini
dinamakan

ketogenesis.

Badan-badan

keton

dapat

menyebabkan

gangguan

keseimbangan asam-basa yang dinamakan asidosis metabolik. Keadaan ini dapat


menyebabkan kematian.

4. Metabolisme Hemoglobin
Hemoglobin adalah protein tetramer yang terdiri dari dua pasang subunit
polipeptida

yang

berbeda

(,,,,S).

Meskipun

memiliki panjang

secara

keseluruhan yang serupa, polopeptida (141 residu) dan (146 residu) dari
hemoglobin A dikodekan oleh gen yang berbeda dan memiliki struktur primer yang
berlainan. Sebaliknya, rantai , dan hemoglobin manusia memiliki struktur
primer yang sangat terlestarikan . Struktur tetramer hemoglobin yang umum dijumpai
adalah sebagai berikut: HbA (hemoglobin dewasa normal) = 22, HbF (hemoglobin
janin) = 22, HbS (hemoglobin sel sabit) = 2S2 dan HbA2 (hemoglobin dewasa
minor) = 22. (Murray,Granner,Mayes,Rodwell,2003)

Gambar 2.1 Struktur Hemoglobin


(Sumber: bio.miami.edu)

Sel-sel darah merah mampu mengkonsentrasikan hemoglobin dalam cairan sel


sampai sekitar 34 gm/dl sel. Konsentrasi ini tidak pernah meningkat lebih dari nilai
tersebut, karena ini merupakan batas metabolik dari mekanisme pembentukan
hemoglobin sel. Selanjutnya pada orang normal, persentase hemoglobin hampir selalu
mendekati maksimum dalam setiap sel. Namun bila pembentukan hemoglobin dalam
sumsum tulang berkurang, maka persentase hemoglobin dalam darah merah juga
menurun karena hemoglobin untuk mengisi sel kurang. Bila hematokrit (persentase sel
dalam darah normalnya 40 sampai 45 persen) dan jumlah hemoglobin dalam masingmasing sel nilainya normal, maka seluruh darah seorang pria rata-rata mengandung 16
gram/dl hemoglobin, dan pada wanita rata-rata 14 gram/dl ( Guyton & Hall,1997).
Hemoglobin mengikat empat molekul oksigen per tetramer (satu per subunit heme),
dan kurva saturasi oksigen memiliki bentuk sigmoid. Sarana yang menyebabkan
oksigen terikat pada hemoglobin adalah jika juga sudah terdapat molekul oksigen lain
pada tetramer yang sama. Jika oksigen sudah ada, pengikatan oksigen berikutnya akan
berlangsung lebih mudah. Dengan demikian, hemoglobin memperlihatkan kinetika
pengikatan komparatif, suatu sifat yang memungkinkan hemoglobin mengikat oksigen
dalam jumlah semaksimal mungkin pada organrespirasi dan memberikan oksigen dalam
jumlah semaksimal mungkin pada partial oksigen jaringan perifer (Murray, Granner,
Mayes, Rodwell,2003).

Gambar 2.2 Kurva Pengikatan Oksigen Pada Hemoglobin Dan Mioglobin


Sumber: colorado.edu

Disamping mengangkut oksigen dari paru ke jaringan perifer, hemoglobin


memperlancar pengangkutan karbon dioksida(CO2) dari jaringan ke dalam paru untuk
dihembuskan ke luar. hemoglobin dapat langsung mengikat CO2 jika oksigen
dilepaskan dan sekitar 15% CO2 yang dibawa di dalam darah diangkut langsung pada
molekul hemoglobin. C02 bereaksi dengan gugus

-amino terminal amino dari

hemoglobin, membentuk karbamat dan melepas proton yang turut menimbulkan efek
Bohr.(Murray,Granner,Mayes,Rodwell,2003)
Hemoglobin mengikat 2 proton untuk setiap kehilangan 4 molekul oksigen dan
dengan demikian turut memberikan pengaruh yang berarti pada kemampuan pendaparan
darah. Dalam paru, proses tersebut berlangsung terbalik yaitu seiring oksigen berikatan
dengan hemoglobin yang berada dalam keadaan tanpa oksigen (deoksigenasi), proton
dilepas dan bergabung dengan bikarbonat sehingga terbentuk asam karbonat. dengan
bantuan enzim karbonik anhidrase, asam karbonat membentuk gas CO2 yang kemudian
dihembuskan keluar.(Murray,Granner,Mayes,Rodwell,2003)
Dalam jaringan perifer, defisiensi oksigen meningkatkan akumulasi 2,3bisfosfogliserat (BPG). Senyawa ini dibentuk dari senyawa intermediate 1,3bisfosfogliserat yang bersifat glikolitik. satu molekul BPG terikat per tetramer
hemoglobin di dalam rongga tengah yang dibentuk oleh keempat subunit. BPG diikat
oleh jembatan garam di antara atom-atom oksigennya dan kedua rantai melalui
gugus terminal aminonya (Val NA1) disamping oleh residu Lys EF6 dan His H21.

Gambar 2.3 Struktur 2,3-bisfosfogliserat


Sumber: ncbi.nlm.gov

Dengan demikian, BPG menstabilkan hemoglobin bentuk T atau bentuk


deoksigenasi dengan melakukan pengikatan-silang terhadap rantai dan membentuk
jembatan garam tambahan yang harus diputus sebelum pembentukan bentuk R. BPG
berikatan lebih lemah dengan hemoglobin janin dibandingkan hemoglobin dewasa
karena residu H21 pada rantai adalah Ser bukannya His dan tidak dapat
membentuk jembatan garam dengan BPG. Oleh karena itu, BPG memberikan efek yang
lebih lemah terhadap stabilisasi bentuk T HbF dan menyebabkan HbF mempunyai
afinitas

yang

lebih

tinggi

HbA.(Murray,Granner,Mayes,Rodwell,2003)
5. Lipoprotein

terhadap

oksigen

dibandingkan

5.1 Definisi
Lipoprotein adalah gabungan molekul lipida dn protein yang disintesis di
dalam hati. Tiap jenis lipoprotein berbeda dalam ukuran dan densitas dan
mengangkut berbagai jenis lipida dalam jumlah yang berbeda pula (Sunita
Almatsier, 2004)

5.2 Metabolisme Lipid


Lipid plasma utama terdiri atas kolesterol, trigliserida, phosfolipid dan
free fatty acid. Namun karena lipid ini bersifat tidak larut dalam air
(hidrofobik) maka agar dapat larut dalam plasma perlu membentuk kompleks
lipid-protein atau lipoprotein. Plasma lipoprotein sendiri, berdasarkan
densitasinya terdiri atas : kilomikron, VLDL, LDL dan HDL.
Metabolisme lipid pada dasarnya terbagi atas:

a. Sistem Transpor Eksogen.


Kolesterol dan free fatty acid yang masuk ke dalam tubuh lewat
asupan akan diserap di intestinal mikrovili dimana mereka akan dirubah
menjadi kolesterol ester dan trigliserida. Kadua zat ini kemudian
dikemas dalam bentuk kilomikron (mempunyai apo B 48) dan disekresi
ke dalam sistem limfatik. Selanjutnya memasuki sirkulasi sistemik.
Meskipun mereka memainkan peran yang lebih kecil dalam struktur
dan metabolisme kilomikron. Apo A-I dan A-IV juga termasuk dalam
lipoprotein yang dilepaskan dari usus, sementara apo C-I, C-II, dan CIII dan E yang tergabung dalam lipoprotein dalam peredaran darah
sebagai hasil transfer dari HDL. Penggabungan apo C-II dalam partikel
kilomikron sangat penting bagi katabolisme trigliserida, apolipoprotein
ini berfungsi sebagai kofaktor untuk enzim lipoprotein lipase (LPL).
LPL, yang melekat pada permukaan lumen sel endotel kapiler melalui
heparin sulfat-proteoglikan, menghidrolisis asam lemak trigliserida.
Sebagian besar apo A dan apo C dipindahkan ke HDL dan sisanya
untuk katabolisme oleh hati. Hal ini dapat terjadi melalui reseptor LDL
atau melaui LDL receptor related protein (LRP). Apo E berfungsi
sebagai ligan untuk reseptor kedua.
Tiga alel utama untuk apo E selalu ada, dengan 3 yang paling
banyak. Protein yang diekspresikan oleh alel 2 tidak mengikat reseptor
LDL dan hasilnya terjadi peningkatan konsentrasi kolesterol VLDL.
Sebaliknya, 4 menghasilkan protein yang mengikat reseptor LDL
dengan tidak normal. Pengikatan berkepanjangan menghambat apo E.
Lainnya, sehingga meningkatkan konsentrasi LDL-kolesterol. Selain
itu, apo CI menghambat penyerapan apo E baik oleh reseptor LDL
maupun LRP. Apo B-48 tidak dkenali oleh reseptor hati. Namun,
reseptor spesifik apo B-48 telah ditemukan diekspresikan oleh
makrofag.

Menunjukkan

mekanisme

yang

memunkinkan

hiperapoliprotein B menyebabkan terjadinya aterosklerosis. Hampir

semua kilo mikron tidak ditemukan di peredaran darah dalam waktu 12


jam setelah makan lemak.
b. Sistem Transpor Endrogen
Transportasi kolesterol dan trigliserida yang disintesis oleh hati
(jalur endogen) terjadi melalui pelepasan VLDL. Yang mengandung
apo B-100 dan apo C-I, C-II, C-III dan E. Apo C-II berfungsi sebagai
kofaktor untuk LPL. Yang menghidrolisis banyak trigliserida dalam
VLDL. Hasil hidrolisis ini adalah partikel IDL. Selanjutnya hidrolisis
oleh LPL dan lipase hati (HL) megakibatkan hilangnya sebagian besar
trigliserida, serta sebagai apo E, meninggalkan partikel LDL yang berisi
ester kolesterol yang merupakan komponen utama lipid dan apo B-100
sebagai apolipoprotein utama apo B-100 dikenali oleh reseptor LDL
pada hati dan jaringan lainnya. Yang terdapat dalam lipoprotein,
membuat kolesterol tersedia untuk struktur membran sel dan sisntesis
hormon steriod. Mengenai metabolisme kilomikron dan VLDL, hanya
apo C-II sebagian Kofaktor untuk LPL, sedang apo C-III menghambat
LPL dan aktivitas HL. Oleh karena itu, rasio apo C-II dan apo C-III
alaha penting dalam mengatur konsentrasi plasma trigliserida, VLDL
dan LDL. Ketika reseptor LDL yang disintesis jumlahnya terbatas atau
reseptor tidak meiliki afinitas yang tepat untuk apo B (misalnya pada
kelainan genetik pada keluarga hiperkolesterolemia) atau ketika asupan
makanan lemak tinggi (yang menyebabkan menurunya regulasi dari
sintesis rseptor LDL). Akan menngkatkan konsentrasi kolesterol
prlasma yang tidak normal.
Akibat kelebihan kolesterol yang mengandung apo B, terutama
LDL, dapat masuk dalam makrofag dan sel busa dalam tunika intima
pembuluh darah melalui reseptor scavenger (CD36, SR-A) yang tidak
memerlukan ligan apolipoprotein yang sepesifik. Reseptor scavenger
ini memiliki afinitas yang lebih tinggi untuk LDL dalam bentuk
teroksidasi. LDL teroksidasi juga berkontribusi pada peradangan
pembuluh darh dan menghambat nitric oxide (NO). Sebuah vasodilator

yang potensial. Peningkatam kadar LDL-kolesterol diyakini sebagai


faktor resiko mayor yang dapat dimodifikasikan untuk perkembangan
dan perubahan secara progresif atas terjadinya aterosklerosis.
Pemberian terapi dengan preparat statin dapat menurunkan rata-rata
kadar LDL-kolesterol sebesar 32%. Pasien yang mendapatkan
pengobatan

dengan

statin

terhindar

dari

kejadian

penyakit

serebrovaskuler sebesar 24% dibandingkan dengan kelompok placebo.


Selain itu juga studi yang dilakukan para ahli menyebutkan bahwa asam
lemak omega-3 dapat meningkatkan HDL-kolesterol beberapa vitamin
diduga mempunyai efek protektif terhadap asterosklerosis,

salah

satunya dalah vitamin C dan E sebagai anti oksidan guna mencegah


oksidasi lipid pada plak.
Faktor penyebab meningkatnya kolesterol di dalam darah, yaitu :
a. Faktor Genetik
Tubuh terlalu banyak memproduksi kolesterol. Seperti kita
ketahui 80% dari kolesterol di dalam darah diproduksi oleh tubuh
sendiri. Ada sebagian orang yang memproduksi kolesterol lebih
banyak dibandinkan yang lain. Ini disebabkan karena makanan
yang mengandung kolesterol atau lemak jenuh, tetapi tubuh tetap
saja memproduksi koleterol lebih banyak
b. Faktor Makanan
Dari beberapa faktor makanan, asupan lemak merupakan hal
yang sangat penting untuk diperhatikan. Lemak merupakan bahan
makanan yang sangat penting. Bila kita tidak makan lemak yang
cukup makan tenaga kita akan berkurang, tetapi bila kita makan
lemak yang berlebihan dapat mengakibatkan kerusakan pembluh
darah. Seperti diketahui lemak dalam makanan dapat berasal dari
daging-dagian , tetapi di indonesia sumber asupan jenis lemak
dapat dibedakan menjadi 2, yaitu:
-

lemak jenuh berasal dari daging, minyak kelapa

lemak tidak jenuh terdiri dari : asam lemak omega 3, asam


lemak omega 6, dan asam lemak omega 9.

5.3 Macam-macam Liporotein


5.3.1

Kilomikron
Kilomikron adalah partikel lipoprotein dengan diameter 80-1200 nm
dan mempunyai densitas <0,95 g/ml. Kilomikron mengandung 9095% trigliserida, 2-6% phospolipid, 2-4% kolesterol dan 1-2% protein
(MichaelL. Bishop dkk, 2000)

5.3.2

VLDL (Very Low Density Lipoprotein)


VLDL partikel lipoprotein dengan diameter 40-80 nm dan mempunyai
densitas 0,95-1,006 g/ml. VLDL mengandung 50-65% trigliserida, 814% phospolipid, 5-10% protein (MichaelL. Bishop dkk, 2000)

5.3.3

LDL (Low Density Lipoprotein)


LDL adalah partikel lipoprotein dengan diameter 18-30 nm dan
mempunyai densitas 2,029-2,063 g/ml. LDL mengandung 4%
trigliserida, 22-26% phospolipid, 35-45% kolesterol dan 22-26%
protein (MichaelL. Bishop dkk, 2000)

5.3.4

HDL (High Density Lipoprotein)


HDL adalah partikel lipoprotein dengan diameter paling kecil yaitu 512 nm dan mempunyai densitas 1,063-1,21 g/ml. HDL mengandung
3% trigliserida, 25-30% phospolipid, 15-20% kolesterol dan 45-59%
protein (MichaelL. Bishop dkk, 2000)

5.4 Transpor Kolesterol Dalam Otak


Metabolisme kolesterol di otak dan jaringan ekstra hepatik lain berbeda.
Di luar otak, kebutuhan kolesterol sel dipenuhi oleh sintesis de novo dan oleh
uptake seluler kolesterol lipoprotein dari sirkulasi. Didalam otak sintesis de
novo bertanggung jawan terhadap keberadaan semua kolesterol. Kolesterol
otak terdapat pada mielin dan membran plasma aserosit dan neuron. Didalam
susunan daraf pusat (SSP) hampir semua (>95%) kolesterol tidak teresterifikasi

dan mayoritas kolesterol yang terdapat di dalam SSP dipercaya terbagi ke


dalam 2 kelompok berbeda. Yang satu diwakili oleh selubung mielin (misalnya
oligodendroglia) dan yang lain oleh membran plasma dari astrosit dan neuron.
Karakteristik yang perlu dicatat dari mielin adalah bahwa kandungannya 70%
lipid dan 30% protein. Walaupun tidak ada lipid penanda yang spesifik
terhadap mielin. Mielin tanpa terkecuali mengandung kolesterol, fosfolipid dan
glikosfingolipid (sebagian galaktoserebrosid) dengan rasio perbandingan 4:4:2.
Telah terdiestimasi bahwa hingga 70% kolesterol otak berhubungan dengan
mielin. Karena hingga hampir separuh substansia alba otak terdiri dari mielin,
tidaklah mengejutkan bahwa otak adalah organ yang mengandung kolesterol
paling kaya dalam tubuh. Konsentrasi kolesterol dalam otak, dan sebagian
dalam mielin, konsisten dengan fungsi penting yang berkaitan dengan sifat
membrannya.
Sintesis kolesterol pada SSP yang sedang berkembang relatif tinggi,
namun hal itu menurun sampai ke level yang sangat rendah pada saat dewasa.
Hal ini dapat dijelaskan dengan daur ulang yang efisien dari kolesterol otak.
Sebagai konsekuensi, kolesterol otak memiliki waktu paruh yang sangat
panjang, pada otak orang dewasa, waktu paruh sebagian besar dari kolesterol
diperkirakan setidaknya 5 tahun. Telah dinyatakan akhir-akhir ini bahwa masa
paruh yang panjang dari kolesterol didalam orak adalah luar biasa dengan
mengingat tingginya kecepatan metabolisme organ ini. Pada manusia,
kecepatan metabolisme spesifik otak adalah 9 kali lipat lebih besar daripada
kecepatan metabolisme individual rata-rata.
Meskipun terdapat efisiensi penggunaan kembali kolesterol, sehingga
diperlukan pengeluaran dari otak untuk mempertahankan keadaan stabil.
Konversi enzimatik dari kolesterol menjadi metabolit 24S-hidroksikolesterol,
yang dapat menembus sawar darah-otak, akhir-akhir ini telah menjadi
mekanisme pengeluaran yang paling penting. Keberadaan oksisterol spesifik
otak di dalam sirkulasi telah membuka kemungkinan-kemungkinan baru dalam
kondisi fisiologi, farmakologi, dan patologi yang berbeda.

Apolipoprotein E (apoE) adalah satu dari mayor apolipoprotein dalam


plasma. Di bawah kondisi normal, sebagai protein transpor yang paling penting
menurut banyaknya untuk kolesterol dalam otak. Di otak, apoE tampak dalam
bentuk partikel bulat dan diskoid yang ukuran dari lipoprotein densitas tinggi.
Sel astrosit dipercaya memiliki kapasitas tertinggi untuk memproduksi apoE,
dalam kultur, sel-sel ini dapat mengekspresikan apoE bersamaan dengan
kolesterol dalam media kultur. Karena apoE dan lipoprotein yang mengandung
kolesterol dapat ditemukan dalam cairan otak (LCS). Terbukti bahwa ada
beberapa sirkulasi dari lipoprotein dalam otak. Sesuai dengan ini, reseptor LDL
mRNA terdapat dalam struktur otak yang berbeda, termasuk sel neuron.
Sebuah alternatif untuk penyerapan oleh reseptor LDL, dapat juga oleh
reseptor multi ligand LRP (protein yang berhubungan dengan reseptor LDL).
Beberapa lipoprotein lainnya, termasuk Apolipoprotein A-I (apo A-I),
Apolipoprotein D (apo D) dan Apolipoprotein J (apo J), dikenal disintesis
dalam otak. Otak juga mengekspresikan reseptor lainnya, termasuk reseptor
lipoprotein dengan densitas sangat rendah, reseptor apoE 2, dan megalin.
Kepentingan relatif dari lipoprotein dan reseptor yang berbeda untuk transpor
dan daur ulang kolesterol dalam SSP tidak diketahui sekarang ini, dan
sepertinya ada cukup kelebihan dalam sistem ini. Meruntuhkan koding gen
untuk reseptor LDL atau apoE tidak berhubungan dengan kelainan fungsional
mayor dalam otak tikus. Dalam tikus yang sudah tua dengan apoE yang sudah
rusak, ada sebuah deposisi lemak dalam sel astrosit pada area otak spesifik.
Penghapusan dari koding gen untuk reseptor lipoprotein dengan densitas sangat
rendah dan reseptor apoE-2 menghasilkan fenotip yang sangant signifikan,
dengan sebuah defek pada lapisan neuronal, sedangkan penghapusan dari salah
satu dari dua gen sendiri memiliki efek yang jauh lebih sedikit.
Meskipun apoE tidak wajib untuk pemeliharaan homeostasis kolesterol
dalam otak hewan percobaan, kapasitas dari fungsi transpor penting dalam
hubungan dengan perkembangan gangguan neurodegenerasi atau pemulihan
dari cedera otak. Satu dari 3 isoform manusia dari apoE, apoE4, merupakan
faktor risiko yang terdokumentasi dengan baik untuk penyakit Alzheimer onset

lambat. ApoE4 juga dihubungkan dengan pemulihan yang buruk setelah cedera
kepala. Telah dilaporkan bahwa apoE3 lebih efektif daripada apoE4 dalam
mengirimkan kolesterol ke sel neuron. Dalam kultur gabungan sel astrosit dan
sel neuron, apoE3 yang mengandung lipoprotein ditemukan memiliki efek
stimulasi yang lebih tinggi pada perkembangan neurit daripada apoE4.
Selain apoE, transporter ATP-binding assette (ABCA) juga penting
untuk pengangkut kolesterol dari sel glial ke sel neuron, khususnya sebagai
transporter ABCA 1 diekspresikan dalam sel astrosit. Akhir-akhir ini
dilaporkan bahwa transporter ABCA2 sebagian besar diekspresikan dalam otak
dan jaringan sel neuron. Bahkan, telah ditunjukkan bahwa ekspresi temporal
dan spasial dari ABCA2 bertepatan dengan tingkat mielinisasi. Data yang ada
menyarankan bahwa ABCA2 terlibat dalam redistribuso neural lipid, meskipun
bukti langsung belum ditunjukkan. Dari sudut pandang regulasi, promotor
daerah dari BCA2 kekurangan elemen regulasi yang dilestarikan untuk reseptor
inti LXR.

5.5 Fungsi Lipoprotein


Lipoprotein memiliki fungsi mengangkut lipida di dalam plasma ke
jaringan-jaringan yang membutuhkan sebagai sumber energy, sebagai
komponen membrane sel atau precursor metabolit aktif (Sunita Almatsier,
2004)

5.6 Nilai Normal


Untuk menilai tinggi rendahnya kadar kolesterol total, trigliserida, HDL
dan LDL, kolesterol dalam darah dibandingkan dengan nilai standar. Nilai
standar yang dibuat oleh National Institute Health (NIH)-USA adalah sebagai
berikut :
5.6.1

Angka standar kolesterol total


d. Normal

: 200 mg/dl

e. Border line

: 200-239 mg/dl

f. Tinggi

: 240 mg/dl

5.6.2

5.6.3

5.6.4

Angka standar trigliserida


e. Normal

: 150 mg/dl

f. Border line

: 151-250 mg/dl

g. Tinggi

: 251-400 mg/dl

h. Amat tinggi

: 401 mg/dl

Angka standar HDL kolesterol


d. Normal

: 45 mg/dl

e. Border line

: 35-45 mg/dl

f. Rendah

: 35 mg/dl

Angka standar LDL kolesterol]


d. Normal

: 130 mg/dl

e. Border line

: 131-159 mg/dl

f. Tinggi

: 160 mg/dl

6. Anatomi dan Fisiologi Kantung dan Saluran Empedu


6.1 Anatomi
Kandung empedu bentuknya seperti kantong, organ berongga yang
panjangnya sekitar 10 cm, terletak dalam suatu fosa yang menegaskan batas
anatomi antara lobus hati kanan dan kiri. Kandung empedu merupakan kantong
berongga berbentuk bulat lonjong seperti buah advokat tepat di bawah lobus
kanan hati. Kandung empedu mempunyai fundus, korpus, dan kolum. Fundus
bentuknya bulat, ujung buntu dari kandung empedu yang sedikit memanjang di
atas tepi hati. Korpus merupakan bagian terbesar dari kandung empedu. Kolum
adalah bagian yang sempit dari kandung empedu yang terletak antara korpus dan
daerah duktus sistika.Empedu yang disekresi secara terus-menerus oleh hati
masuk ke saluran empedu yang kecil dalam hati. Saluran empedu yang kecil
bersatu membentuk dua saluran lebih besar yang keluar dari permukaan bawah
hati sebagai duktus hepatikus kanan dan kiri yang segera bersatu membentuk
duktus hepatikus komunis. Duktus hepatikus bergabung dengan duktus sistikus
membentuk duktus koledokus.

6.2 Fisiologi
Fungsi kandung empedu, yaitu:
a. Tempat menyimpan cairan empedu dan memekatkan cairan empedu yang ada di
dalamnya dengan cara mengabsorpsi air dan elektrolit. Cairan empedu ini adalah
cairan elektrolit yang dihasilkan oleh sel hati.

b.

Garam empedu menyebabkan meningkatnya kelarutan kolesterol, lemak dan


vitamin yang larut dalam lemak, sehingga membantu penyerapannya dari usus.
Hemoglobin yang berasal dari penghancuran sel darah merah diubah menjadi
bilirubin (pigmen utama dalam empedu) dan dibuang ke dalam empedu.
Kandung empedu mampu menyimpan 40-60 ml empedu. Diluar waktu makan,

empedu disimpan sementara di dalam kandung empedu. Empedu hati tidak dapat segera
masuk ke duodenum, akan tetapi setelah melewati duktus hepatikus, empedu masuk ke
duktus sistikus dan ke kandung empedu. Dalam kandung empedu, pembuluh limfe dan
pembuluh darah mengabsorpsi air dari garam-garam anorganik, sehingga empedu dalam
kandung empedu kira-kira lima kali lebih pekat dibandingkan empedu hati. Empedu
disimpan dalam kandung empedu selama periode interdigestif dan diantarkan ke
duodenum setelah rangsangan makanan. Pengaliran cairan empedu diatur oleh 3 faktor,
yaitu sekresi empedu oleh hati, kontraksi kandung empedu, dan tahanan sfingter
koledokus. Dalam keadaan puasa, empedu yang diproduksi akan dialih-alirkan ke dalam
kandung empedu.
Setelah makan, kandung empedu berkontraksi, sfingter relaksasi, dan empedu
mengalir ke duodenum.Memakan makanan akan menimbulkan pelepasan hormon
duodenum, yaitu kolesistokinin (CCK), yang merupakan stimulus utama bagi
pengosongan kandung empedu, lemak merupakan stimulus yang lebih kuat. Reseptor
CCK telah dikenal terletak dalam otot polos dari dinding kandung empedu.
Pengosongan maksimum terjadi dalam waktu 90-120 menit setelah konsumsi makanan.
Empedu secara primer terdiri dari air, lemak, organik, dan elektrolit, yang normalnya
disekresi oleh hepatosit. Zat terlarut organik adalah garam empedu, kolesterol, dan
fosfolipid. Sebelum makan, garam-garam empedu menumpuk di dalam kandung
empedu dan hanya sedikit empedu yang mengalir dari hati. Makanan di dalam
duodenum memicu serangkaian sinyal hormonal dan sinyal saraf sehingga kandung
empedu berkontraksi. Sebagai akibatnya, empedu mengalir ke dalam duodenum dan
bercampur dengan makanan.

Empedu memiliki fungsi, yaitu membantu pencernaan dan penyerapan lemak,


berperan dalam pembuangan limbah tertentu dari tubuh, terutama hemoglobin yang
berasal dari penghancuran sel darah merah dan kelebihan kolesterol, garam empedu
meningkatkan kelarutan kolesterol, lemak dan vitamin yang larut dalam lemak untuk
membantu proses penyerapan, garam empedu merangsang pelepasan air oleh usus besar
untuk membantu menggerakkan isinya, bilirubin (pigmen utama dari empedu) dibuang
ke dalam empedu sebagai limbah dari sel darah merah yang dihancurkan, serta obat dan
limbah lainnya dibuang dalam empedu dan selanjutnya dibuang dari tubuh.
Garam empedu kembali diserap ke dalam usus halus, disuling oleh hati dan
dialirkan kembali ke dalam empedu. Sirkulasi ini dikenal sebagai sirkulasi
enterohepatik. Seluruh garam empedu di dalam tubuh mengalami sirkulasi sebanyak 1012 kali/hari. Dalam setiap sirkulasi, sejumlah kecil garam empedu masuk ke dalam usus
besar (kolon). Di dalam kolon, bakteri memecah garam empedu menjadi berbagai unsur
pokok. Beberapa dari unsur pokok ini diserap kembali dan sisanya dibuang bersama
tinja. Hanya sekitar 5% dari asam empedu yang disekresikan dalam feses.
6.3 Komposisi Cairan Empedu
Empedu merupakan sekresi eksokrin hepatosit ke dalam kanalikuli biliaris.
Empedu tersusun atas: asam-asam empedu, bilirubin, dan air. Sekresi asam-asam
empedu, sekitar 90% zat-zat ini berasal dari absorpsi lumen usus dan sisnya 10%
disintesis oleh hepotosit dari konyugasi asam kolat dengan asam amino glisin dan
taurin, dihasilkan asam glikokolat dan taurokolat. Asam kolat disintesis dari kolesterol.
Asam-asam empedu mempunyai fungsi penting untuk emulsifikasi lipid dalam
duodenum sehingga mempermudah pencernaan oleh lipase menjadi asam lemak dan
gliserol. Bilirubin dibentuk oleh sistem makrofag (termasuk sel Kupffer), bilirubin
hidrofobik (tidak larut dalam air) dikonyugasi dengan asam glukuronat, membentuk
bilirubin glukuronida yang larut dalam air (hidrofilik). Selanjutnya, bilirubin
glukuronida disekresi ke dalam kanalikuli biliaris.

Komponen

Cairan empedu dalam hati

Cairan empedu dalam

(ketika diekskresikan )

kantung empedu

(% total)

(% total padatan)

(% total)

Air

97.00

88.95

Padatan

2.52

14.08

Asam empedu

1.93

36.9

9.14

Mucin dan pigmen

0.53

21.3

2.98

Kolesterol

0.06

2.4

0.26

As. Lemak dan lemak

0.14

5.6

0.32

Garam anorganik

0.84

33.3

0.65

Sp gravity

1.01

1.04

1.0-7.3

6.9-7.7

pH

Você também pode gostar