Escolar Documentos
Profissional Documentos
Cultura Documentos
I. Klarifikasi Istilah
1. Aerobik
2. Ulu hati
3. Perut kembung
4. Dislipidemia
lipoprotein di
dalam darah
5. Batu empedu
mengeras
yang dapat mengahambat aliran empedu melalui saluran
empedu
6. Sclera ikterik
7. Bilirubin direk
8. Bilirubin indirek : Bentuk bilirubin yang larut dalam lemak yang bersikulasi
dengan asosiasi longgar terhadap protein
Masalah
Konsen
1. Ny. Nano, 45 tahun BB 70 kg TB 150 cm, tidak suka aerobic, terbiasa makan
sea food dan kurang makan makanan berserat.
1.1 Apa peran makanan berserat?
Jawab:
Peran makanan berserat bagi tubuh yaitu serat dapat meningkatkan ekskresi
garam empedu, menurunkan kadar kolesterol serum, mengurangi mixing isi
saluran cerna dengan enzim pencernaan, dan mengurangi absorbs lemak. Selain
itu, serat juga berperan dalam keseimbangan mineral karena beberapa serat
dapat berikatan dengan kation seperti kalsium, zink, dan besi. Konsumsi serat
juga cukup bermanfaat dalam penatalaksanaan beberapa gangguan saluran cerna
seperti konstipasi, batu empedu, divertikulus, serta dapat mengurangi risiko
terkena penyakit jantung dan kanker kolon.
1.2 Berapa IMT dari ny. Nano?
Jawab:
1.3 Apa dampak terbiasa makan sea food dalam metabolism tubuh?
Jawab:
Seafood merupakan makanan yang mengandung asam lemak tak jenuh
majemuk yaitu omega-3 yaitu eucosapentanoic acid (EPA) dan docosahexanoic
acid (DHA), serta Omega-9 yaitu oleat. seafood juga tinggi kolesterol dan
protein.
meningkatkan LDL dan menurunkan HDL. Asam lemak memiliki fungsi yang
penting bagi tubuh manusia, linoleat (Omega-6) dan linolenat (Omega-3)
digunakan untuk menjaga bagian-bagian struktural dari membran sel, serta
mempunyai peran penting dalam perkembangan otak. Asam lemak Omega-3
dapat menyembuhkan luka dan infeksi, trombosis, penyakit tulang atau
persendian, asma, dan mencegah proses penuaan.
Namun, kelebihan konsumsi seafood dapat menyebabkan kadar kolesterol
yang tinggi. Kolesterol yang tinggi dapat meningkatkan resiko terkena batu
empedu. Hal in terjadi karena perubahan secara kimiawi pada empedu
seseorang, yang lebih sering dipicu kolesterol tinggi yang akan menyerang usus
halus.
1.5 Bagaimana pengaruh pekerjaan, umur, bb, jenis kelamin, dan kebiasaan
makan ny. Nano terhadap kesehatan tubuhnya?
Jawab:
Wanita mempunyai resiko 3 kali lipat untuk terkena batu empedu dibanding
pria. Ini dikarenakan oleh hormone estrogen yang berpengaruh terhadap
peningkatan eksresi kolesterol oleh kandung empedu. Kehamilan, yang
meningkatkan kadar estrogen juga meningkatkan resiko terkena batu empedu.
Resiko untuk terkena batu empedu meningkat sejalan dengan bertambahnya
usia.
Orang dengan BMI tinggi, mempunyai resiko lebih tinggi untuk tekena batu
empedu karena tingginya BMI maka kadar kolesterol dalam kandung empedu
pun
tinggi,dan
mengurasi
garam
empedu
serta
mengurangi
2. Dia datang ke klinik perusahaan dengan keluhan perut kembung, nyeri ulu hati
bla makan makanan berlemak, warna tinja pucat, mudah lelah dan jantung
berdebar tapi tidak ada nyeri dada sejak satu minggu yang lalu.
2.1 Bagaimana mekanisme nyeri dada?
Jawab:
Terjadinya disfungsi endotel pada arteri coronaria yang dapat terjadi secara
alamiah melalui proses degenerasi juga dapat disebabkan oleh beberapa faktor
resiko seperti merokok. Akibat adanya disfungsi endotel tersebut terjadi
peningkatan
permeabilitas,
peningkatan
adhesi
dan
infiltrasi
monosit,
2.2 Mengapa ny. Nano nyeri ulu hati ketika makan makanan berlemak?
Jawab:
Rasa nyeri ulu hati akibat kandung empedu terjadi karena adanya
peradangan pada kandung empedu, baik yang berlangsung akut maupun kronis.
Namun nyeri ini juga bisa terkadi akibat adanya batu pada kandung empedu.
Jika dianalisa lebih lanjut, batu ini terdiri dari batu kolesterol dan batu pigmen.
Nyeri yang muncul akibat adanya masalah di kandung empedu berlangsung
beberapa saat dan berulang (kolik bilier), biasanya nyeri ini bisa menjalar ke
punggung belakang.
Peradangan pada kandung empedu (kholesistitis) yang berlangsung secara
tiba-tiba atau akut, bisa ringan hingga berat. Pada kondisi yang berat, infeksi
bisa saja mengenai bagian tubuh lain selain kandung empedu seperti pankreas.
Jika infeksinya luas dan sistemik maka bisa membahayakan jiwa.
Pada nyeri perut bagian kanan atas yang muncul setelah memakan makanan
berlemak ditambah faktor risiko seperti seorang perempuan, usia diatas 40
tahun, memiliki berat badan lebih (overweight) dan dalam keadaan subur/hamil
maka bisa jadi itu merupakan gejala pembentukan batu empedu (gallstone).
Batu tersebut terbentuk dari timbunan kolesterol yang terperangkap di kantong
empedu. Apabila nyeri tidak kunjung hilang, dan sering kambuh ditambah
dengan demam serta mulai menjalar kepunggung/bahu atas maka ini sudah
terjadi peradangan pada empedu yang dinamakan Kolesistitis.
Ikterus
Bilirubin serum
Urobilinogen urin
Bilirubin urin
Urobilinogen feces
conjugated
Tidak ada
Ada
obstruktif
ada
lelah dan jantung berdebar. Tertimbunnya lemak dalam tubuh Ny. Nano
menyebabkan peningkatan kadar lipid di dalam plasma sehingga meningkatkan
viskositas darah, yang membuat peningkatan kerja jantung sehingga
menyebabkan Ny. Nano menjadi mudah lelah dan jantung berdebar.
2.5 Apa makna klinis dari jantung berdebar namun tidak ada nyeri dada?
Jawab:
Makna klinis dari jantung berdebar namun tidak ada nyeri dada artinya
belum terjadi atherosclerosis pada Ny. Nano sehingga menurunkan risiko
terjadinya infark miocard.
No.
Pemeriksaan
Hasil Pemeriksaan
Pasien
Keadaan Normal
Keterangan
1.
Tekanan Darah
140/80 mmHg
120/80 mmHg
prehipertensi
2.
Heart Rate
90x/menit
60-100x/menit
Normal
3.
Respiration Rate
24x/menit
12-18x/menit
hiperventilasi
Kadar
Interpretasi
Labor
Trigliserida
Normal
= <150
mg/dl
tinggi (hipertrigliseridemia)
mg/dl
jantung.
Buruk/tinggi
= 200-499
mg/dl
Sangat Buruk = 500
mg/dl
LDL
Optimal
= < 100
mg/dl
Diatas Optimal
= 100-
129 mg/dl
Mengkhawatirkan = 130-
159 mg/dl
hiperlipidemia bawaan.
Buruk
= 160-
189 mg/dl
Sangat buruk
= 190
mg/dl
HDL
Buruk/rendah
= < 40
mg/dl
Mengkhawatirkan = 41-59
mg/dl
Diharapkan/tinggi = 60
mengalami diabetes.
mg/dl
Total Kolestrol
Normal
= < 200
mg/dl
Mengkhawatirkan = 200-
mengakibatkan timbulnya
239 mg/dl
Buruk/tinggi
= 240
lipat.
mg/dl
Rasio LDL/HDL
atau 200:50
0 0.2 (mg %)
Bilirubin Indirek
1. Kilomikron
Kilomikron merupakan partikel lipoprotein yang pertama kali berperan
dalam pengangkutan lipid dari makanan. Kilomikron akan membantu lipid dari
makanan melewati dinding usus dan masuk kealiran darah untuk diangkut
kebagian tubuh Yang memerlukan dan selanjutnya menuju hati. Semakin
banyak triasilgliserol yang diserap maka kilomikron yang dibentuk juga semakin
banyak.
Triasilgliserol
yang
diangkut
oleh
kilomikron
akan
menuju
hati.Didalam hati, lipid dari makanan ini bersarna-sama dengan lipid yang
diproduksi oleh hati akan bersama-sama dengan lipid yang diproduksi oleh hati
akan ditransfer menjadi VLDL (Very Low Density Lipoprotein).
mensintesis
asam
empedu
(garam-garam)
dari
kolesterol,
4. Sintesis vitamin D
Kolesterol adalah prekursor vitamin D. Vitamin D mengontrol kadar
Kalsium
dalam aliran darah.
mencerna
triasilgliserol
yang dihasilkan pankreas pada triasilgliseol yang terdapat dalam makanan pada
akhirnya akan menghasilkan 2-monoasilgliserol dan 2 macam asam lemak.
Fosfolipase A2 menghidrolisis satu ikatan ester antara asam lemak dan
gliserol, khususnya pada posisi 2 rantai karbon gliserol. Fosfolipase
A1menghidrolisis ikatan ester antara asam lemak dan gliserol pada posisi 1
rantai karbon fosfogliserida.
Ensim-enzim ini harus bekerja pada daerah batas antara air dan lemak.
Lipase pencernaan disekresikan ke dalam lumen usus halus yang bercampur
dengan permukaan butran-butiran lemak yang besar. Produk awal dari proses
pencernaan adalah asam lemak dan lisofosfogliserida, yang merupakan detergen
kuat. Kedua senyawa ini akan mempercepat proses pencernaan karena dapat
mendispersikan butiran-butiran lemak dalam jumlah yang sangat banyak.
Dengan meningkatnya konsentrasi asam lemak dan dengan dihasilkannya 2monoasilgliserol, senyawa ini dimasukkan ke dalam misel pada garam empedu.
Monoasilgliserol juga mempercepat kerja detergen dari garam empedu, yang
kemudian mempermudah emulsifikasi triasilgliserol dan vitamin-vitamin yang
larut menuju permukaan sel epitel usus, dimana asam lemak, vitamin-vitamin
yang larut dalam lemak, dan 2-monoasilgliserol dilepaskan dari misel.
Triasilgliserol
yang
disintesis
tersusun
menjadi
kilomikron
yang
disekresikan oleh sel epitel usus ke dalam lacteal yaitu pembuluh limfa kecil di
dalam vilus usus halus. Kemudian dari limfatik, kilomikron melewati pembuluh
limfa di dada yang selanjutnya masuk ke dalam darah dan dengan demikian
membantu pengangkutan bahan bakar lipid ke berbagai jaringan tubuh.
Metabolisme Lipoprotein
Lipoprotein mengangkut lemak hidrofobik di dalam plasma. Lipoprotein
utama yang disrkulasikan di dalam darah adalah kilomikron, lipoprotein dengan
kerapatan sangat rendah (VLDL), lipoprotein dengan kerapatan rendah (LDL),
dan lipoprotein dengan kerapatan tinggi (HDL). Asam lemak adalah bahan bakar
selular yang penting dan disimpan sebagai triasilgliserol dalam jaringan adipose.
Asam lemak dipersiapkan untuk cadangan dalam bentuk timbunan lemak yang
triasilgliserol di dalam
Bila sel darah merah sudah habis masa hidupnya (rata-rata 120 hari),
membrane selnya pecah dan hemoglobin yang lepas difagositosis oleh jaringan
makrofag (disebut juga sistem retikuloendotelial) di seluruh tubuh. Hemoglobin
pertama kali dipecah menjadi heme dan globin, dan cincin heme dibuka untuk
memberikan (1) besi bebas yang ditanspor ke dalam darah oleh transferin, dan
(2) rantai lurus dari empat inti pirol yaitu substrat yang nantinya akan dibentuk
menjadi pigmen empedu. Pigmen pertama yang dibentuk adalah biliverdin,
tetapi pigmen ini dengan cepat dirubah menjadi bilirubin unconjugated, yang
secara bertahap dilepaskan dari makrofag ke dalam plasma. Bilirubin
unconjugated dengan segera bergabung sangat kuat dengan albumin plasma dan
ditranspor dalam kombinasi ini melalui darah dan cairan interstisial. Dalam
beberapa jam, bilirubin unconjugated diabsorbsi melalui membrane sel hati
(Guyton: 2007).
Menurut Murray (2009), setelah masuk ke dalam hepatosit, bilirubin
berikatan dengan protein sitosol tertentu yang membantu senyawa ini tetap larut
sebelum dikonjugasi. Ligandin (anggota family glutation S-transferase) dan
protein Y merupakan protein yang berperan), keduanya membantu mencegah
aliran balik bilirubin ke dalam aliran darah.
Bilirubin bersifat nonpolar dan akan menetap di sel (mis. terikat pada lipid)
jika tidak dibuat larut air. Hepatosit mengubah bilirubin menjadi bentuk polar
yang mudah diekskresikan dalam empedu.
Sewaktu memasuki sel hati, bilirubin dilepaskan dari albumin plasma dan
segera setelah itu kira-kira 80 persen dikonjugasi dengan asam glukuronat untuk
membentuk bilirubin glukuronida, kira-kira 10 persen berkonjugasi dengan
sulfat membentuk bilirubin sulfat, dan sekitar 10 persen berkonjugasi dengan
berbagai zat lainnya (Guyton: 2007). Konjugasi bilirubin dikatalis oleh suatu
glukuronosiltransferase yang spesifik. Enzim ini terutama terletak di reticulum
endoplasma, menggunakan UDP-asam glukuronat sebagai donor glukoronosil.
Bilirubin monoglukuronida adalah zat antara dan kemudiandiubah menjadi
diglukuronida. Sebagian besar bilirubin yang diekskresikan dalam empedu
mamalia berada dalam bentuk bilirubin diglukuronida. Namun, jika terdapat
secara abnormal pada plasma darah (mis. pada ikterus obstruktif), bilirubin
conjugated berupa monoglukuronida. (Murray: 2009)
Sekresi bilirubin conjugated ke dalam empedu terjadi oleh suatu mekanisme
transport aktif yang menentukan laju proses metabolisme bilirubin di hati.
Setelah melewati kanalikuli empedu, kemudian masuk ke usus.
: 200 mg/dl
b. Border line
: 200-239 mg/dl
c. Tinggi
: 240 mg/dl
: 150 mg/dl
b. Border line
: 151-250 mg/dl
c. Tinggi
: 251-400 mg/dl
d. Amat tinggi
: 401 mg/dl
a. Normal
: 45 mg/dl
b. Border line
: 35-45 mg/dl
c. Rendah
: 35 mg/dl
: 130 mg/dl
b. Border line
: 131-159 mg/dl
c. Tinggi
: 160 mg/dl
membentuk batu. Factor motilitas kandung empedu dan biliary stasis merupakan
predisposisi pembentukan batu campuran.
Ibu ny. Nano menderita dyslipidemia dan batu empedu. Dokter mendiagnosa
pasiennya menderita dislipdemia dan batu empedu
6.1 Bagaimana patofisiologi dari dyslipidemia?
Jawab:
Dislipidemia adalah kelainan metabolisme lipid yang ditandai dengan
peningkatan atau penurunan fraksi lipid dalam plasma. Kelainan fraksi lipid
yang utama adalah kenaikan kadar kolesterol total, kolesterol LDL, dan
trigliserida serta penurunan kadar kolesterol HDL (Sunita, 2004). Dislipidemia
adalah keadaan terjadinya peningkatan kadar LDL kolesterol dalam darah atau
trigliserida dalam darah yang dapat disertai penurunan kadar HDL kolesterol
(Andry Hartono, 2000). Dislipidemia dalam proses terjadinya aterosklerosis
semuanya memiliki peran yang penting dan sangat berkaitan satu dengan yang
lain, sehingga tidak mungkin dibahas sendiri-sendiri. Ketiganya dikenal sebagai
triad lipid, yaitu:
1. Kolesterol total
Banyak penelitian menunjukkan bahwa hubungan antara kadar kolesterol
total darah dengan resiko penyakit jantung koroner (PJK) sangat kuat, konsisten,
dan tidak bergantung pada faktor resiko lain. Penelitian genetik, eksperimental,
epidemiologis, dan klinis menunjukkan dengan jelas bahwa peningkatan kadar
kolesterol total mempunyai peran penting pada patogenesis penyakit jantung
koroner (PJK)
3. Trigliserida
HDL.
Asupan asam lemak jenuh yang dianjurkan untuk memenuhi kebutuhan
dalam tubuh adalah 10% dari energi total perhari dan kolesterol >300mg/ hari.
Konsumsi asam lemak dapat meningkatkan kadar kolesterol LDL. LDL bertugas
membawa kolesterol dari hati ke jaringan perifer yang didalamnya terdapat
reseptor-reseptor yang akan menangkapnya (termasuk pembuluh darah koroner)
untuk keperluan metabolik jaringan. Kolesterol yang berlebihan akan diangkut
lagi kehati oleh HDL untuk menjadi deposit. Jika kolesterol LDL meningkat
serta HDL menurun, maka akan terjadi penimbunan kolesterol di jaringan
perifer termasuk pembuluh darah. (Ronald.H.sitorus, 2006)
hati sebagai duktus hepatikus kanan dan kiri yang segera bersatu membentuk
duktus hepatikus komunis. Duktus hepatikus bergabung dengan duktus sistikus
membentuk duktus koledokus.
6.5 Apa hubungan antara penyakit ibu Ny. Nano dan penyakit ny. Nano?
Jawab:
Ny. Nano menderita Dislipidemia kategori Dislipidemia Primer. Karena
dislipidemia primer disebabkan oleh mutasi gen. Yang diperoleh dari gen Ibu
Ny. Nano.
Air
(ketika diekskresikan )
kantung empedu
(% total)
(% total padatan)
(% total)
97.00
88.95
Padatan
2.52
14.08
Asam empedu
1.93
36.9
9.14
0.53
21.3
2.98
Kolesterol
0.06
2.4
0.26
0.14
5.6
0.32
Garam anorganik
0.84
33.3
0.65
Sp gravity
1.01
1.04
1.0-7.3
6.9-7.7
pH
3. Obesitas
Kelebihan berat badan merupakan faktor risiko yang kuat untuk batu
empedu, terutama di kalangan wanita. Penelitian menunjukkan bahwa wanita
dengan memiliki BMI lebih dari 32 memiliki risiko tiga kali lebih besar untuk
mengembangkan batu empedu dibandingkan yang memiliki BMI antara 24 s.d.
25. Risiko meningkat tujuh kali lipat pada wanita dengan BMI lebih dari 45.
4. Genetik
Bila keluarga inti Anda (orangtua, saudara dan anak-anak) memiliki batu
empedu, Anda berpeluang 1 kali lebih mungkin untuk mendapatkan batu
empedu.
Ny. Nano
45 Tahun
Makan Seafood
(lemak/kolesterol
naik)
Kelainan
Degradasi Hb
Kenaikan
Derajat Bilirubin
Direct
Tidak Suka
Aerobik
Obesitas
Dislipidemia
Sklera Ikretik
Batu Empedu
Feses Pucat
LPL dan TG naik di
plasma
Kenaikan
Viskositas Darah
V. Hipotesis
Ny. Nano, 45 tahun, menderita dyslipidemia dan batu empedu karena gaya hidup
yang tidak sehat dan adanya faktor genetic.
What I know
What I have to
prove
Patofisiologi
Batu Empedu
Definisi
Karakteristik
dan jenisjenisnya
Proses
Metabolisme
Lipid
Fungsi lipid
Jenis-jenis
Metabolisme
Metabolisme lipid
lipid dalam
tubuh
Jenis-jenis
dyslipidemia
Definisi
gangguan pada
dyslipidemia
Metabolisme
Definisi
hemoglobin
Hemoglobin
Fungsi Hemoglobin
Patofisiologi
dan gejalanya
Definisi
komposisi
lipoprotein
Jurnal
E-book
terjadi
Narasumber
kerusakan
(pakar)
maupun
hemoglobin
Lipoprotein
bacaan
Pengaruh bila
kekurangan
Fungsi dan
Buku-buku
Proses
metabolisme
lipoprotein
dalam tubuh
Gangguan
Anatomi dan
Anatomi
fisiologi kantung
dan saluran
empedu
kantung dan
saluran empedu
pada kantung
Komposisi cairan
empedu dan
kantung empedu
pengaruh
terhadap
metabolisme
Etiologi
Batu empedu kolesterol, pigmen hitam dan coklat memiliki patogenesis dan
faktor resiko yang berbeda. Di Amerika Serikat, batu kolesterol hampir 75% sampai
80% dari semua kolelitiasis. Batu kolesterol mengandung 50-90% kolesterol dari total
berat badan. Dari analisis beberapa batu, ada yang miskin kolesterol. Garam kalsium
pigmen bilirubin, karbonat dan protein terkandung dalam batu. Faktor resiko
pembentukan batu empedu meliputi obesitas, penurunan berat badan mendadak, trauma
tulang belakang, jenis kelamin wanita lebih beresiko, paritas dan penggunaan estrogen.
Batu pigmen dikategorikan batu hitam dan coklat tergantung komposisi kimia dan
penampakan batu. Batu ini juga dibedakan berdasarkan patogenesis dan manifestasi
klinisnya.
Tiga faktor utama dalam pembentukan batu kolesterol antara lain perubahan
komposisi empedu hepar, pembentukan inti kolesterol dan gangguan fungsi kandung
empedu.
Umur peningkatan
prevalensi
kolelitiasis
secara
bermakna
tiap
tahunnya,
kemungkinan peningkatan isi kolesterol dalam empedu. Pada umur 75 tahun, 20% lakilaki dan 35% wanita memiliki kolelitiasis. Kolelitiasis kedua batu pigmen dan tipe
kolesterol sudah dilaporkan pada anak.
Genetik pasien dengan kolelitiasis secara relatif frekuensi batu meningkat dua sampai
empat kali, tidak tergantung pada umur, berat badan dan diet mereka. Alel apoE4
lipoprotein E memiliki predisposisi pembentukan batu kolesterol. Frekuensi apoE4
lebih tinggi pada pasien dengan riwayat kolesistektomi dibandingkan penderita tanpa
batu empedu. Adanya apoE4 memiliki prediksi kekambuhan batu secara cepat setelah
litotripsi. Mekanisme ini masih belum jelas walaupun apolipoprotein E mungkin
memainkan peranan absorpsi lipid diet, transport dan distribusi ke jaringan. ApoE4
tidak dihubungkan dengan pembentukan kolelitiasis baru selama kehamilan.
Obesitas sindrom metabolik pada obesitas, resistensi insulin, diabetes mellitus tipe II,
hipertensi dan hiperlipidemia erat kaitannya dengan peningkatan sekresi kolesterol
hepar dan merupakan faktor resiko pembentukan batu kolesterol.Biasanya terjadi pada
wanita dengan umur kurang dari 50 tahun. Obesitas erat kaitannya dengan peningkatan
sintesis kolesterol. Tidak ada perubahan yang konsisten pada volume kandung empedu
post prandial. Pola makan (2100 kJ per hari) bisa menghasilkan cairan empedu dan
pembentukan batu empedu simtomatis pada individu dengan obesitas. Sejumlah kecil
lemak dalam diet untuk menjaga pengosongan kandung empedu dapat menurunkan
resiko pembentukan batu empedu.
Diet peningkatan diet kolesterol meningkatkan kolesterol empedu tetapi tidak ada data
epidemiologi dan pola makan yang memaparkan asupan kolesterol dengan kolelitiasis.
Sirosis hepatis sekitar 30% pasien sirosis menderita kolelitiasis. Resiko pembentukan
kolelitiasis sangat berhubungan kuat dengan sirosis Childs grade C dan sirosis
alkoholik dengan insiden tiap tahunnya 5%. Mekanismenya masih belum jelas. Semua
pasien dengan penyakit hepatoseluler menunjukkan derajat hemolisis yang bervariasi.
Walaupun sekresi asam empedu menurun, batu yang terbentuk biasanya merupakan
batu pigmen hitam. Phospolipid dan sekresi kolesterol juga menurun sehingga empedu
tidak tersaturasi.
Batu Pigmen
Istilah batu pigmen empedu digunakan untuk batu yang mengandung kolesterol
kurang dari 30%. Terdapat dua tipe yaitu batu pigmen hitam dan coklat.
hemolisis
kronis,
biasanya
pada
penyakit sickle
cellatau spherocytosis herediter dan prostese mekanik misalnya pada katup jantung
dalam sirkulasi. Semua penyakit tersebut diatas menunjukkan peningkatan prevalensi
dengan segala bentuk sirosis khususnya alkoholik.
Batu pigmen coklat mengandung kalsium bilirubinat, kalsium palmitat dan
stearat seperti halnya kolesterol. Bilirubinat dipolimeralisasi tidak seluas batu hitam.
Batu coklat jarang ditemukan dalam kandung empedu. Batu ini terbentuk di duktus
biliaris dan berhubungan dengan stasisnya empedu dan infeksi empedu. Penampakan
biasanya radiolusen. Bakteri ditemukan lebih dari 90%. Pembentukan batu berhubungan
dengan dekonjugasi bilirubin diglukuronide oleh bakteri -glukoronidase.11
Patofisiologi
Sekitar 75% pasien, batu empedu terdiri atas kolesterol, dan sisanya merupakan
batu pigmentasi yang terutama mengandung bilirubin tidak terkonjugasi. Secara normal,
kolesterol tidak mengendap dalam empedu, karena mengandung garam empedu
terkonjugasi dan phosphatidylcholine secukupnya dalam bentuk micellar solution. Jika
rasio konsentrasi kolesterol : garam empedu dan phosphatidylcholine meningkat,
kelebihan
kolesterol
dalam
batas
minimal,
kejenuhannya
akan
meningkat
Konsekuensi yang mungkin terjadi pada kolelitiasis adalah kolik. Jika terjadi
penghambatan saluran empedu oleh sumbatan batu empedu, tekanan akan meningkat
dalam saluran empedu dan peningkatan kontraksi peristaltik di daerah sumbatan
menyebabkan nyeri viseral pada daerah epigastrik, mungkin dengan penyebaran nyeri
ke punggung dan disertai muntah.
Gejala Klinis
Pasien dengan batu empedu dapat dibagi menjadi tiga kelompok yaitu pasien
dengan batu asimtomatik, pasien dengan batu empedu simtomatik dan pasien dengan
komplikasi batu empedu. Sedangkan dilihat dari tahapan penyakitnya, dapat dibagi
menjadi 4 stadium yaitu stadium litogenik, dimana kondisi yang memungkinkan
terbentuknya batu; batu empedu asimtomatis; episode kolik biliaris dan kolelitiasis
terkomplikasi. Gejala dan komplikasi kolelitiasis merupakan efek yang terjadi dalam
kandung empedu atau dari batu yang keluar dari kandung empedu ke saluran duktus
biliaris komunis.
Sebagian besar (80%) pasien dengan batu empedu tanpa gejala baik waktu
diagnosis maupun selama pemantauan. Studi perjalanan penyakit dari 1307 pasien
dengan batu empedu selama 20 tahun memperlihatkan bahwa sebanyak 50% pasien
tetap asimtomatik, 30% mengalami kolik bilier dan 20% mendapat komplikasi.
Kolik bilier kolik bilier timbul secara episodik, nyeri hebat, berlokasi di
epigastrium atau di kuadran kanan atas. Nyeri ini menyebar ke belakang atau
daerah punggung kanan tetapi biasanya tidak fluktuatif, sebagaimana istilah
kolik pada umumnya. Nyeri ini mula-mula timbul secara tiba-tiba di daerah
epigastrium atau kuadran kanan atas dan menyebar di sekitar punggung tepatnya
di interskapula. Secara umum, nyeri timbul secara cepat, kurang dari 30 menit
sampai 3 jam, dan secara berangsur-angsur mereda. Kolik bilier benigna tidak
berhubungan dengan demam, leukositosis atau tanda peritoneal akut. Adanya
gejala ini atau nyeri bilier lebih lama dari 4 sampai 6 jam, kemungkinan
kecurigaan kolekistitis akut. Kolik bilier timbul akibat desakan batu empedu
pada duktus kistikus selama kontraksi kandung empedu, peningkatan tekanan
dinding kandung empedu. Konstraksi kandung empedu ini timbul akibat
pelepasan kolekistokinin yang dirangsang oleh diet lemak. Pada kebanyakan
kasus, obstruksi akan kembali ke relaksasi kandung empedu dan nyeri akan
mereda. Nyeri bersifat konstan dan tidak ditimbulkan oleh muntah, antasid,
defekasi atau perubahan posisi. Nyeri ini diikuti oleh mual dan muntah.
Gejala komplikasi kolesistitis akut maupun kronis terjadi bila batu menyumbat
dan terjepit dalam duktus kistikus menyebabkan kandung empedu menjadi
distensi dan inflamasi progresif. Pasien akan merasakan nyeri kolik biliaris
tetapi secara spontan hilang timbul dan kadang akan memberat. Pertumbuhan
koloni bakteri yang banyak pada kandung empedu sering terjadi, dan pada kasus
yang berat, akumulasi pus dalam kandung empedu yang dikenal dengan
empiyema kandung empedu. Dinding kandung empedu akan menjadi nekrotik
kemudian timbul perforasi dan abses polikistik. Kolekistitik akut merupakan
kedaruratan bedah, walaupun nyeri dan inflamasi dapat ditangani secara
konservatif seperti dengan hidrasi dan antibiotik. Jika serangan akut timbul
Batu saluran empedu batu saluran empedu tidak menimbulkan gejala dalam
fase tenang. Kadang teraba hati dan sklera ikterik. Perlu diketahui bahwa bila
kadar bilirubin darah kurang dari 3 mg/dl, gejala ikterik tidak jelas. Apabila
sumbatan saluran empedu bertambah berat, akan timbul ikterus klinis.
Pemeriksaan Penunjang
Penatalaksanaan
Jika tidak ditemukan gejala, maka tidak perlu dilakukan pengobatan. Nyeri yang
hilang-timbul bisa dihindari atau dikurangi dengan menghindari atau mengurangi
makanan berlemak. Pilihan penatalaksanaan antara lain :
dapat cepat kembali bekerja, nyeri menurun dan perbaikan kosmetik. Masalah
yang belum terpecahkan adalah keamanan dari prosedur ini, berhubungan
dengan insiden komplikasi seperti cedera duktus biliaris yang mungkin dapat
terjadi lebih sering pada kolesistektomi laparaskopi.
Disolusi medis masalah umum yang mengganggu semua zat yang pernah
digunakan adalah angka kekambuhan yang tinggi dan biaya yang dikeluarkan.
Zat disolusi hanya memperlihatkan manfaatnya untuk batu empedu jenis
kolesterol. Penelitian prospektif acak dari asam xenodeoksikolat telah
mengindikasikan bahwa disolusi dan hilangnnya batu secara lengkap terjadi
sekitar 15%. Jika obat ini dihentikan, kekambuhan batu tejadi pada 50% pasien.
2. Dyslipidemia
2.1 Definisi
Dislipidemia adalah kelainan metabolisme lipid yang ditandai dengan
peningkatan atau penurunan fraksi lipid dalam plasma. Kelainan fraksi lipid yang utama
adalah kenaikan kadar kolesterol total, kolesterol LDL, dan trigliserida serta penurunan
kadar kolesterol HDL (Sunita, 2004)
Dislipidemia adalah keadaan terjadinya peningkatan kadar LDL kolesterol
dalam darah atau trigliserida dalam darah yang dapat disertai penurunan kadar HDL
kolesterol (Andry Hartono, 2000).
2.2
Klasifikasi Dislipidemia
Klasifikasi Fenotipik
yang
merujuk
pada
peningkatan
kolesterol
total,
2.2.2
Klasifikasi Patogenik
2.3
Epidemiologi
Asupan asam lemak jenuh yang dianjurkan untuk memenuhi kebutuhan dalam
tubuh adalah 10% dari energi total perhari dan kolesterol >300mg/ hari. Konsumsi asam
lemak dapat meningkatkan kadar kolesterol LDL. LDL bertugas membawa kolesterol
dari hati ke jaringan perifer yang didalamnya terdapat reseptor-reseptor yang akan
menangkapnya (termasuk pembuluh darah koroner) untuk keperluan metabolik
jaringan. Kolesterol yang berlebihan akan diangkut lagi kehati oleh HDL untuk menjadi
deposit. Jika kolesterol LDL meningkat serta HDL menurun, maka akan terjadi
penimbunan kolesterol di jaringan perifer termasuk pembuluh darah. (Ronald.H.sitorus,
2006)
2.4
Kadar
terutama
kolesterol
LDL,
meningkat
sejalan
dengan
bertambahnya usia. Dalam keadaan normal, pria memiliki kadar yang lebih tinggi, tetapi
setelah menopause kadarnya pada wanita mulai meningkat. Faktor lain yang
menyebabkan tingginya kadar lemak tertentu (misalnya VLDL dan LDL) adalah:
Riwayat keluarga dengan dislipidemia
Obesitas
Diet kaya lemak
Kurang melakukan olahraga
Penggunaan alkohol
Merokok
Metabolisme Lipid
Lipid adalah ester asam lemak. Biasanya zat tersebut tidak larut dalam air akan
tetapi larut dalam pelarut lemak. Pelarut lemak adaah eter, chloroform, benzena,
carbontetrachlorida, xylena, alkohol panas, dan aseton panas. (Iskandar, 1974)
2.
Struktur membrane
3.
4.
Penyampai kimia
Selain itu ada beberapa referensi peran lipid dalam sistem makhluk hidup adalah
sebagai berikut (Toha, 2005) :
1. Komponen struktur membran
Semua membran sel termasuk mielin mengandung lapisan lipid ganda. Fungsi membran
diantaranya adalah sebagai barier permeabel.
2.
Fungsi membran yang sebagian besar mengandung lipid sperti barier permeabel untuk
mencegah infeksi dan kehilangan atau penambahan air yang berlebihan.
3. Bentuk energi cadangan
Sebagai fungsi utama triasilgliserol yang ditemukan dalam jaringan adiposa.
4. Kofaktor/prekursor enzim
Untuk aktivitas enzim seperti fosfolipid dalam darah, koenzim A, dan sebagainya.
5.
benzene, heksana, aseton dan alcohol panas. Di masa lalu, lemak bukan merupakan
subjek yang menarik untuk riset biokimia. Karena kesukarannya dalam meneliti
senyawa yang tidak larut dalam air dan berfungsi sebagai cadangan energi dan
komponen struktural dari membran, lemak dianggap tidak memiliki peranan metabolik
beragam seperti yang dimiliki biomolekul lain, contohnya karbohidrat dan asam amino.
Namun, dewasa ini, riset lemak merupakan subjek yang paling menawan dari
riset biokimia, khususnya dalam penelitian molekular mengenai membran. Pernah
diduga sebagai struktur lembam (inert), dewasa ini membran dikenal secara fungsional
sebagai dinamik dan suatu pengertian molekular dari fungsi selularnya merupakan kunci
untuk menjelaskan berbagai komponen biologi yang penting, contohnya, sistem
transport aktif dan respon selular terhadap rangsang luar (Armstrong, 1995). Jaringan
bawah kulit di sekitar perut, jaringan lemak sekitar ginjal mengandung banyak lipid
terutama lemak kira-kira sekitar 90%, dalam jaringan otak atau dalam telur terdapat
lipid kira-kira sebesar 7,5-30% (Riawan, 1990).
Lipid menurut International Congress of Pure and Applied Chemistry adalah
kelompok senyawa kimia yang mempunyai sifat-sifat :
1. Tidak larut dalam air tetapi larut dalam pelarut organik seperti eter,
CHCl3, benzen,alkohol/aseton panas, xylen, dll. serta dapat diekstraksi dari sel
hewan/tumbuhan dengan pelarut tersebut.
2. Secara kimia, penyusun utama adalah asam lemak (dalam 100 gram lipid terdapat
95%asam lemak).
3. Lipid mengandung zat-zat yang dibutuhkan oleh manusia seperti asam lemak
essential (EFA contohnya asam linoleat) dari asam linoleat dapat dibuat asam linolenat
dan asam arakidonat.
Dalam penjelasan yang lain di sebutkan bahwa karakteristik suatu lipid dibagi menjadi
dua, yaitu sebagai berikut :
3.3.1
Berikut ini adalah beberapa karakteristik fisik lipid, yaitu (Rolifartika, 2011) :
1. Pada suhu kamar, lemak hewan pada umumnya berupa zat padat, sedangkan lemak
dari tumbuhan berupa zat cair.
2. Lemak yang mempunyai titik lebur tinggi mengandung asam lemak jenuh,
sedangkan lemak yang mempunyai titik lebur rendah mengandung asam lemak tak
jenuh. Contoh: Tristearin (ester gliserol dengan tiga molekul asam stearat)
mempunyai titik lebur 71 C, sedangkan triolein (ester gliserol dengan tiga molekul
asam oleat) mempunyai titik lebur 17 C.
3. Lemak yang mengandung asam lemak rantai pendek larut dalam air, sedangkan
lemak yang mengandung asam lemak rantai panjang tidak larut dalam air.
4. Semua lemak larut dalam kloroform dan benzena. Alkohol panas merupakan
pelarut lemak yang baik.
5. Pada suhu kamar, jika berbentuk cair cenderung disebut dengan minyak. Jika
berbentuk padat disebut sebagai lemak.
6. Tidak larut dalam air sehingga disebut hidrofobik (takut air), sifat ini sangat penting
dalam pembentukan membran sel
7. Namun, fosfolipid bersifat ampifatik, yaitu dalam satu molekul ada bagian molekul
yang nonpolar dan hidrofob dan di bagian ada yang polar dan hidrofil (suka air).
Larut dalam solven semacam alkohol, hidrogen, dan oksigen, tetapi kadar
oksigen setiap molekulnya lebih rendah dari yang dimiliki karbohidrat. Juga larut dalam
pelarut nonpolar, seperti kloroform dan eter. Minyak mempunyai titik leleh dan titik
didih lebih rendah daripada lemak.
3.3.2
dengan alkali disebut penyabunan karena salah satu hasilnya adalah garam asam lemak
yang disebut sabun.
Reaksi hidrolisis berguna untuk menentukan bilangan penyabunan. Bilangan
penyabunan adalah bilangan yang menyatakan jumlah miligram KOH yang dibutuhkan
untuk menyabun satu gram lemak atau minyak. Besar kecilnya bilangan penyabunan
tergantung pada panjang pendeknya rantai karbon asam lemak atau dapat juga dikatakan
bahwa besarnya bilangan penyabunan tergantung pada massa molekul lemak tersebut.
nonpolar. Akan tetapi asam lemak, beberapa fosfolipid, sfingolipid mengandung lebih
banyak bagian yang polar dibandingkan dengan bagian yang non polar. Karena itu
dinamakan polar lipid. Polar lipid tersebut sebagian larut dalam air, dan bagian lain larut
dalam pelarutan nonpolar. Pada oil water interface, bagian yang polar dalam fase air
(water phase) sedangkan bagian yang nonpolar pada fase minyak (oil phase). Dengan
adanya polar lipid tersebut dapat membentuk membran biologik dengan lapis ganda
(double layer).
Misel (Micelle), bila polar lipid mencapai konsentrase tertentu yang terdapat pada
aqueous medium, maka akan terbentuk misel. Pembentukan garam empedu menjadi
misel, sehingga memudahkan pencernaan lemak, merupakan mekanisme yang penting
untuk penyerapan lemak di usus halus.
Emulsi, adalah partikel-partikel koloid yang besar, yang dibentuk dari non polar
lipid di dalam aqueous medium. Untuk kestabilannya biasanya dipakai emulgator
(emulsifying agent) sperti lesitin (polar lipid).
Halogenasi
Asam lemak tak jenuh, baik bebas maupun terikat sebagai ester dalam lemak atau
Hidrogenasi
Dengan adanya katalisator (Pt atau Ni) maka lemak-lemak tak jenuh (biasanya
terjadi perubahan bau dan rasa dari minyak tersebut. Proses ini agaknya proses oksidasi
dari udara bebas, pada ikatan rangkap sehingga terbentuk ikatan peroksida. Timbel (Pb)
dan tembaga (Cu) mempercepat proses ketengikan. Sebaliknya menghindarkan udara
dan pemberian antioksidan mencegah ketengikan.
Angka Keasaman
Ialah mg KOH yang diperlukan untuk menetralkan asam lemak bebas dari 1 gr
lemak. Gunanya untuk menetukan banyaknya asam lemak yang terdapat pada lemak
tersebut.
Angka Iodine
Banyaknya iodine (dalam gr) yang diperlukan untuk diabsorbsi oleh 100 gr lemak
Angka Asetat
Ialah mg KOH yang diperlukan untuk menetralisasikan asam asetat yang didapat
dari 1 gr lemak yang telah diasetilkan. Gunanya untuk menetukan banyaknya gugusan
hidroksil dari lemak tersebut.
No
1
2
3
4
Lipid
Asam Lemak
Prostaglandin
EstergliserilAsilgliserol
Fosfogliseril
SfingolipidSfingomielin
Glikosfingolipid
Derivat sterolKolesterol
Ester Kolesterol
Asam empedu
Hormon steroid
Vitamin D
TerpenDolikol
Vitamin A
Vitamin E
Vitamin K
Fungsi
Bahan bakar metabolik, blok pembangun
untuk lipid lainModulator intrasel
Penyimpanan asam lemak, senyawa
metabolik
Struktur membran
Struktur membrane
Membran antigen, permukaan
Membran dan struktur lipoprotein
Penyimpanan dan angkutan
Pencernaan lipid dan absorbsi
Pengaturan metabolik
Metabolisme kalsium dan fosfor
Sintesis glikoprotein
Penglihatan, integritas epitel
Antioksidan lipid
Pejendalan darah
Asam Lemak
Asam lemak merupakan senyawa yang disajikan dalam bentuk rumus kimiawi
sebagai R-COOH, dengan R adlah rantai alkil yang tersusun dari atom-atom karbon dan
hidrogen.
Ester kolesterol
Ester kolesterol mengandung asam lemak yang diesterkan menjadi gugus 3--
hidroksil dari sistem cincin steroid. Terbentuk dalam tetesan lipid intrasel dan dalam
lipoprotein plasma
Asilgiserol (gliserid)
Ester asam lemak dari gliserol, asilgliserol, sering dinamakan gliserid. Kelas gliserid
Fosfogliserid
Asilgliserol yang mengandung stasam fosfat diesterkan pada gugus C3-hidroksil
disebut fosfogliserid. Molekul ini membentuk lapis ganda yang bila dihamburkan pada
larutan berair, dan merupakan bentuk utama struktur membran sel.
Sfingomielin
Struktur ini merupakan komponen utama dari banyak membran eritrosit manusia.
Proses oksidasi asam lemak dinamakan oksidasi beta dan menghasilkan asetil
KoA. Selanjutnya sebagaimana asetil KoA dari hasil metabolisme karbohidrat dan
protein, asetil KoA dari jalur inipun akan masuk ke dalam siklus asam sitrat sehingga
dihasilkan energi. Di sisi lain, jika kebutuhan energi sudah mencukupi, asetil KoA dapat
mengalami lipogenesis menjadi asam lemak dan selanjutnya dapat disimpan sebagai
trigliserida.
Beberapa lipid non gliserida disintesis dari asetil KoA. Asetil KoA mengalami
kolesterogenesis menjadi kolesterol. Selanjutnya kolesterol mengalami steroidogenesis
membentuk steroid. Asetil KoA sebagai hasil oksidasi asam lemak juga berpotensi
menghasilkan badan-badan keton (aseto asetat, hidroksi butirat dan aseton). Proses ini
dinamakan
ketogenesis.
Badan-badan
keton
dapat
menyebabkan
gangguan
4. Metabolisme Hemoglobin
Hemoglobin adalah protein tetramer yang terdiri dari dua pasang subunit
polipeptida
yang
berbeda
(,,,,S).
Meskipun
memiliki panjang
secara
keseluruhan yang serupa, polopeptida (141 residu) dan (146 residu) dari
hemoglobin A dikodekan oleh gen yang berbeda dan memiliki struktur primer yang
berlainan. Sebaliknya, rantai , dan hemoglobin manusia memiliki struktur
primer yang sangat terlestarikan . Struktur tetramer hemoglobin yang umum dijumpai
adalah sebagai berikut: HbA (hemoglobin dewasa normal) = 22, HbF (hemoglobin
janin) = 22, HbS (hemoglobin sel sabit) = 2S2 dan HbA2 (hemoglobin dewasa
minor) = 22. (Murray,Granner,Mayes,Rodwell,2003)
hemoglobin, membentuk karbamat dan melepas proton yang turut menimbulkan efek
Bohr.(Murray,Granner,Mayes,Rodwell,2003)
Hemoglobin mengikat 2 proton untuk setiap kehilangan 4 molekul oksigen dan
dengan demikian turut memberikan pengaruh yang berarti pada kemampuan pendaparan
darah. Dalam paru, proses tersebut berlangsung terbalik yaitu seiring oksigen berikatan
dengan hemoglobin yang berada dalam keadaan tanpa oksigen (deoksigenasi), proton
dilepas dan bergabung dengan bikarbonat sehingga terbentuk asam karbonat. dengan
bantuan enzim karbonik anhidrase, asam karbonat membentuk gas CO2 yang kemudian
dihembuskan keluar.(Murray,Granner,Mayes,Rodwell,2003)
Dalam jaringan perifer, defisiensi oksigen meningkatkan akumulasi 2,3bisfosfogliserat (BPG). Senyawa ini dibentuk dari senyawa intermediate 1,3bisfosfogliserat yang bersifat glikolitik. satu molekul BPG terikat per tetramer
hemoglobin di dalam rongga tengah yang dibentuk oleh keempat subunit. BPG diikat
oleh jembatan garam di antara atom-atom oksigennya dan kedua rantai melalui
gugus terminal aminonya (Val NA1) disamping oleh residu Lys EF6 dan His H21.
yang
lebih
tinggi
HbA.(Murray,Granner,Mayes,Rodwell,2003)
5. Lipoprotein
terhadap
oksigen
dibandingkan
5.1 Definisi
Lipoprotein adalah gabungan molekul lipida dn protein yang disintesis di
dalam hati. Tiap jenis lipoprotein berbeda dalam ukuran dan densitas dan
mengangkut berbagai jenis lipida dalam jumlah yang berbeda pula (Sunita
Almatsier, 2004)
Menunjukkan
mekanisme
yang
memunkinkan
dengan
statin
terhindar
dari
kejadian
penyakit
salah
Kilomikron
Kilomikron adalah partikel lipoprotein dengan diameter 80-1200 nm
dan mempunyai densitas <0,95 g/ml. Kilomikron mengandung 9095% trigliserida, 2-6% phospolipid, 2-4% kolesterol dan 1-2% protein
(MichaelL. Bishop dkk, 2000)
5.3.2
5.3.3
5.3.4
lambat. ApoE4 juga dihubungkan dengan pemulihan yang buruk setelah cedera
kepala. Telah dilaporkan bahwa apoE3 lebih efektif daripada apoE4 dalam
mengirimkan kolesterol ke sel neuron. Dalam kultur gabungan sel astrosit dan
sel neuron, apoE3 yang mengandung lipoprotein ditemukan memiliki efek
stimulasi yang lebih tinggi pada perkembangan neurit daripada apoE4.
Selain apoE, transporter ATP-binding assette (ABCA) juga penting
untuk pengangkut kolesterol dari sel glial ke sel neuron, khususnya sebagai
transporter ABCA 1 diekspresikan dalam sel astrosit. Akhir-akhir ini
dilaporkan bahwa transporter ABCA2 sebagian besar diekspresikan dalam otak
dan jaringan sel neuron. Bahkan, telah ditunjukkan bahwa ekspresi temporal
dan spasial dari ABCA2 bertepatan dengan tingkat mielinisasi. Data yang ada
menyarankan bahwa ABCA2 terlibat dalam redistribuso neural lipid, meskipun
bukti langsung belum ditunjukkan. Dari sudut pandang regulasi, promotor
daerah dari BCA2 kekurangan elemen regulasi yang dilestarikan untuk reseptor
inti LXR.
: 200 mg/dl
e. Border line
: 200-239 mg/dl
f. Tinggi
: 240 mg/dl
5.6.2
5.6.3
5.6.4
: 150 mg/dl
f. Border line
: 151-250 mg/dl
g. Tinggi
: 251-400 mg/dl
h. Amat tinggi
: 401 mg/dl
: 45 mg/dl
e. Border line
: 35-45 mg/dl
f. Rendah
: 35 mg/dl
: 130 mg/dl
e. Border line
: 131-159 mg/dl
f. Tinggi
: 160 mg/dl
6.2 Fisiologi
Fungsi kandung empedu, yaitu:
a. Tempat menyimpan cairan empedu dan memekatkan cairan empedu yang ada di
dalamnya dengan cara mengabsorpsi air dan elektrolit. Cairan empedu ini adalah
cairan elektrolit yang dihasilkan oleh sel hati.
b.
empedu disimpan sementara di dalam kandung empedu. Empedu hati tidak dapat segera
masuk ke duodenum, akan tetapi setelah melewati duktus hepatikus, empedu masuk ke
duktus sistikus dan ke kandung empedu. Dalam kandung empedu, pembuluh limfe dan
pembuluh darah mengabsorpsi air dari garam-garam anorganik, sehingga empedu dalam
kandung empedu kira-kira lima kali lebih pekat dibandingkan empedu hati. Empedu
disimpan dalam kandung empedu selama periode interdigestif dan diantarkan ke
duodenum setelah rangsangan makanan. Pengaliran cairan empedu diatur oleh 3 faktor,
yaitu sekresi empedu oleh hati, kontraksi kandung empedu, dan tahanan sfingter
koledokus. Dalam keadaan puasa, empedu yang diproduksi akan dialih-alirkan ke dalam
kandung empedu.
Setelah makan, kandung empedu berkontraksi, sfingter relaksasi, dan empedu
mengalir ke duodenum.Memakan makanan akan menimbulkan pelepasan hormon
duodenum, yaitu kolesistokinin (CCK), yang merupakan stimulus utama bagi
pengosongan kandung empedu, lemak merupakan stimulus yang lebih kuat. Reseptor
CCK telah dikenal terletak dalam otot polos dari dinding kandung empedu.
Pengosongan maksimum terjadi dalam waktu 90-120 menit setelah konsumsi makanan.
Empedu secara primer terdiri dari air, lemak, organik, dan elektrolit, yang normalnya
disekresi oleh hepatosit. Zat terlarut organik adalah garam empedu, kolesterol, dan
fosfolipid. Sebelum makan, garam-garam empedu menumpuk di dalam kandung
empedu dan hanya sedikit empedu yang mengalir dari hati. Makanan di dalam
duodenum memicu serangkaian sinyal hormonal dan sinyal saraf sehingga kandung
empedu berkontraksi. Sebagai akibatnya, empedu mengalir ke dalam duodenum dan
bercampur dengan makanan.
Komponen
(ketika diekskresikan )
kantung empedu
(% total)
(% total padatan)
(% total)
Air
97.00
88.95
Padatan
2.52
14.08
Asam empedu
1.93
36.9
9.14
0.53
21.3
2.98
Kolesterol
0.06
2.4
0.26
0.14
5.6
0.32
Garam anorganik
0.84
33.3
0.65
Sp gravity
1.01
1.04
1.0-7.3
6.9-7.7
pH