Você está na página 1de 6

41

BAB IV
PEMBAHASAN KASUS
Seorang anak laki-laki,

9 tahun, Masuk rumah sakit (MRS) tanggal

November 2014, dengan keluhan sesak sudah 2 hari SMRS, mual muntah dan
edema pada bagian abdomen dan ekstremitas bawah, dirasakan tebal dan tanpa
nyeri. Bengkak lebih terlihat jelas saat pagi hari. Sesak membaik dengan perubahan
posisi. Selain itu penderita mengeluh kencing sulit, tetapi tidak nyeri saat BAK.
Riwayat penyakit sebelumnya, pasien pernah mengalami malaria dan edema
neonatus.
Dari hasil pemeriksaan fisik ditemukan kesadaran compos mentis, tensi
120/90 mmHg, nadi 88 x/ menit, pernafasan 26 x/menit terpasang nasal kanul
dengan aliran 2 liter/mnt, temperatur 36,90C, berat badan 28 kg, dan tinggi
badan 157 cm, status gizi baik. Pada abdomen ditemukan asites sedang, hati
dan limpa tak teraba, ekstremitas tampak edema pada kedua kaki dan akral teraba
hangat.
Pemeriksaan laboratorium, menunjukkan:
Nama test
Kejernihan
Protein urine
Leukosit urine
Darah
samar
urine
Lekosit
Eritrosit
Sel epitel
Lain-lain
OSTO

Hasil
Agak keruh
POS (+)
POS (+)
POS (+++)
4-11
>60
3-4
Silinder bergranul
(+)
Hyaline (+)
Positif

Flag/unit

Nilai rujukan
jernih
Negative
Negative
Negative

/lpb
/lpb
/lpb
/lpb

<10
0-2
Negative
Negative

/lpb
Iu/ml

Negative
Negative

42

Sindrom nefrotik merupakan kumpulan gejala yang disebabkan oleh injury


glomerulus yang terjadi pada anak dengan karakteristik, proteinuria, hipoproteinuria,
hipoalbuminemia, hiperlipidemia dan edema (Suriadi, 2001). Selanjutnya menurut
Wong L. Donna (2003) dijelaskan bahwa sindrom nefrotik adalah status klinis yang
ditandai dengan peningkatan permeabilitas membran glomerulus terhadap protein,
yang mengakibatkan kehilangan protein urinarius yang masiv.
Pada kasus yang terjadi pada klien mengalami tanda dan gejala yang sama
seperti yang dijelaskan teori yaitu, edema dan proteinuria. Penyebab sindrom
nefrotik secara pasti belum diketahui, akhir-akhir ini dianggap sebagai suatu
penyakit autoimun, yaitu suatu reaksi antigen- antibody. Umumnya etiologi dibagi
menjadi :
Sindrom nefrotik bawaan, diturunkan sebagai resesif autosomal atau karena
reaksi maternofetal. Resisten terhadap semua pengobatan dengan gejala: edema
pada masa neonates dan hal ini dialami oleh klien.
Sindrom nefrotik sekunder, disebabkan oleh:
1. Malaria kuartana atau parasit lainnya, hal ini juga merupakan riwayat
penyakit yang dialami klien saat klien berusia 3 tahun.
2. Penyakit kolagen sistemik lupus erythematous, diseminata purpura
anafilaktoid.
3. Glomerulonefritis akut, glomerulonefritis kronis, thrombosis vena
renalis.
4. Bahan kimia seperti Trimetadion, paradion, penisilamin, garam emas,
sengatan lebah, racun oak dan air raksa.

43

5. Amiloidosis, penyakit sel sabit, hiperprolinemia nefritis, membran


proliferatif dan hipokomplementemik.
6. Dan yang terakhir adalah sindrom nefrotik idiopatik, belum diketahui
penyebabnya (Nagstiyah, 1997)
Setelah pengkajian dapat diambil masalah keperawatan yang timbul pada
klien, salah satunya adalah:
1. Ketidak efektifan pola nafas berhubungan dengan ekspansi paru tidak
maksimal
2. Kelebihan volume cairan berhubungan dengan kehilangan protein
sekunder terhadap peningkatan permiabilitas glomerulus
3. Perubuahn nutrisi kurang dari kebutuhan berhubungan dengan
malnutrisi sekunder terhadap kehilangan protein dan penurunan
nafsu makan
Masalah keperwatan klien terdapat perbedaan dalam satu diagnose yaitu
masalah keperawatan mengenai perubahan pola napas berdsarkan Wong L Donna
(2003) mengenai diagnosa keperawatan pada kasus sindrom nefrotik yang mungkin
di dapatkan sebagai berikut :
1. Kelebihan volume cairan berhubungan dengan akumulasi cairan
dalam jaringan
2. Risiko tinggi kekurangan volume cairan (intravaskuler) berhubungan
dengan kehilangan protein dan cairan, edema.
3. Risiko tinggi infeksi berhubungan dengan menurunnya imunitas,
kelebihan beban cairan.

44

4. Risiko tinggi kerusakan integritas kulit berhubungan dengan edema,


penurunan pertahanan tubuh
5. Perubahan nutrisi kurang dari kebutuhan tubuh berhubungan dengan
kehilangan nafsu makan
6. Gangguan bodi image berhubungan dengan perubahan penampilan.
7. Intoleransi aktivitas berhubungan dengan kelelahan
8. Perubahan proses keluarga berhubungan dengan anak yang
menderita penyakit serius.
Masalah keperawatan perubahan pola nafas muncul karena adanya asites
abdomen yang menekan area diagfragma sehingga menyebabkan ekspansi paru
tidak maksimal dan menimbulkan sesak pada klien.
Menurut Suriadi (2001), penatalaksanaan pada kasus sindrom nefrotik
sebagai berikut :
1. Diit tinggi protein ini sudah dianjurkan dan diimplementasikan pada klien
2. Pembatasan Sodium jika anak hipertensi sudah dianjurkan pada klien dan
klien mendapat juga terapi nipedipine 5 mg dengan 1 kali pemberian per oral.
3. Antibiotik untuk mencegah infeksi. Antibiotic yang diberikan kepada klien
adalah cefotaxime dengan dosis 195 ml 1 kali per hari melalui IV
4. Terapi diuretik sesuai program. Klien juga diberikan obat diuretik berupa
furosemide tablet 3 kali perhari melalui oral.
5. Terapi albumin jika intake oral dan out put urine kurang tidak diberikan pada
klien.

45

6. Terapi prednison dengan dosis 2 mg/ kg BB/ hari sesuai program juga tidak
diberikan kepada klien.
Evaluasi

merupakan

hasil

akhir

dari

proses

keperawatan

dimana

memberikan gambaran tentang hasil yang diharapkan telah tercapai atau tidak,
proses yang kontinue untuk menjamin kualitas dan ketetapan perawatan diberikan,
dilakukan dengan meninjau respon pasien untuk menentukan keefektifan rencana
keperawatan dalam memenuhi kebutuhan pasien (Nur Salam, 2001).
Adapun hasil akhir atau evaluasi yang diharapkan pada pasien sindrom
nefrotik menurut Wong L. Donna (2003) adalah :
1. Pasien tidak menunjukkan tanda-tanda akumulasi cairan. Pada klien
perkembangan ini ditunjukkan pada hari ke 2, edema sudah berkurang dan
pada hari ke 3 edema sudah tidak tampak.
2. Bukti kehilangan cairan intravaskuler atau syok hipovolemik yang ditunjukkan
anak minimum atau tidak ada. Evaluasi ini tidak terjadi pada klien karena
klien tidak mengalami syok hipovolemik.
3. Anak dan keluarga menerapkan praktek sehat yang baik; anak tidak
menunjukkan bukti-bukti infeksi. Evaluasi ini tidak terdapat pada anak
termasuk risiko infeksi nosocomial. Setelah dilakukan tindakan keperawatan
mengenai pengetahuan sindrom nefrotik akut pada anak, keluarga
menerapkan praktek sehat yang baik.
4. Kulit anak tidak menunjukkan kemerahan atau iritasi. Kulit anak tidak
memerah atau kemerahan hilang pada hari ke 2 setelah masuk rumah sakit.
5. Anak mengkonsumsi sejumlah makanan bernutrisi yang adekuat. Sejak
diberikan pengetahuan dan informasi mengenai nutrisi untuk anak dengan
sindrom nefrotik akut keluarga menerapkan pemberian makanan yang
bernutrisi adekuat dan klien pun melaksanakan anjuran tersebut.
6. Anak mendiskusikan perasaan dan masalah, anak mengikuti aktivitas yang
sesuai dengan minat dan kemampuan. Evaluasi ini muncul setelah klien
diberikan terapi bermain sebagai salah satu teknik pendekatan kepada anak.

46

7. Anak

melakukan

aktivitas

yang

sesuai

dengan

kemampuan,

anak

mendapatkan istirahat yang adekuat. Klien mendapatkan istirahat yang


adekuat dengan istirahat 9 jam dalam sehari.
8. Keluarga menunjukkan pemahaman tentang penyakit dan terapinya.
Keluarga klien menunjukkan pemahamannya dengan melakukan ajuran yang
diberikan.
Evaluasi masalah keperawatan gangguan pola napas pada anak gangguan
pola napas teratasi, hal ini terlihat pada hari ke 2 bahwa asites pada area abdomen
berkurang sehingga anak pun dapat bernapas dengan efektif dengan penurunan
asupan oksigen menjadi 1 liter per menit dan dilepas pada hari ke tiga perawatan.

Você também pode gostar