Você está na página 1de 6

Tujuan : 1.

Menginterpretasikan hasil percobaan titrasi potensiometri


2. Menentukan titik akhir (titik ekuivalen) titrasi potensiometri
3. Menentukan molaritas HCl
Prinsip : Prinsip potensiometri didasarkan pada pengukuran potensial listrik
antara elektroda indikator dan elektroda yang dicelupkan pada larutan
Reaksi : NaOH + HCl Na+ + Cl- + H2O
Prosedur Kerja
Titrasi Asam Basa (Widjaja dkk., 2009)
Sebanyak 10 ml larutan asam diambil dengan pipet volume 10 ml. Kemudian
larutan asam yang telah dipipet dimasukkan ke dalam labu erlenmeyer 25
ml. Pelaksanaan titrasi dimulai dengan jumlah pentiter yang ditambahkan
sesuai dengan yang ada pada tabel. Lalu, pH meter dicelupkan pada larutan
setiap

kali

ditampilkan.

penambahan

larutan

pentiter dan

dibaca

angka yang

Persiapan Alat
pH meter
Dinyalakan selama 15 menit untuk pemanasan distandarisasi
dengan pH 4,3 dan 9,4
Elektroda
Dicuci dengan botol semprot
Dikeringkan dengan tissue
Alat siap pakai
Titrasi Potensiometri
25 mL larutan NaOH 0,1 N
Dimasukkan dalam gelas kimia
Elektroda dimasukkan dalam gelas kimia yang
berisi larutan NaOH
Distandarisasi dengan mencatat pH
25 mL HCl dalam beaker gelas (+ magnetic stirrer)
Ditambahkan aquades (potensial awal),
dititrasi menggunakan NaOH dengan setiap
penambahan 1 ml, lalu dicatat pH
pH
3. Membuat kurva titrasi, yakni plot antara pH dengan mL NaOH yang
ditambahkan.
4. Menentukan volume titik ekuivalen dan molaritas HCl

PEMBAHASAN
Pada praktikum potensiometri (pengukuran pH) kali ini bertujuan untuk
menetapkan titik akhir titrasi dan menentukan kadar sampel yang digunakan.
Dimana sampel yang digunakan adalah larutan HCl 0,109 M.
Potensiometri adalah salah satu metode penentuan konsentrasi zat
melalui pengukuran nilai potensial. Nilai potensial yang diukur setiap
penambahan volume titran tertentu akan diplotkan menjadi kurva titrasi dan
akan didapatkan titik ekuivalen titrasinya. Volume pada titik ekuivalen titrasi
tersebut adalah volume titran yang akan digunakan dalam perhitungan
selanjutnya. Dalam potensiometri ini, tidak digunakan indikator karena dengan
pengukuran potensial larutan sudah bisa didapatkan titik ekuivalennya dari
kurva (Underwood 1998). Titik akhir titrasi diharapkan mendekati titik
ekivalen sehingga data yang dihasilkan dianggap memiliki kesalahan yang kecil.
Di dalam pH meter terdapat elektrode gelas yang berfungsi sebagai
elektrode indikator. Elektrode indikator adalah elektrode yang potensialnya
bergantung pada konsentrassi ion yang akan ditetapkan dan dipilih
berdasarkan jenis senyawa yang hendak ditentukan (Widjaja, dkk., 2008).
Karena pada percobaan ini yang ditetapkan adalah pH yang memiliki
berhubungan dengan konsentrasi ion H+, digunakan elektrode indikator yang
potensialnya bergantung pada konsentrasi ion H+, yaitu elektrode gelas.
Setiap penambahan larutan NaOH pada volume tertentu, dilakukan
pengukuran pH dengan pH meter dan angka yang ditunjukkan oleh pH meter
dicatat. Titik akhir titrasi dari larutan HCl sampel ditentukan dengan cara
melihat lonjakan perubahan pH yang terjadi secara drastis dengan perubahan
volume pentiter (larutan NaOH) yang kecil (Susanti, dkk., 2011). Adapun
reaksi yang terjadi :

NaOH + HCl

NaCl + H2O

pH meter merupakan alat yang digunakan untuk mengukur pH suatu


larutan dengan prinsip kerja dari alat ini mengacu pada mekanisme kerja dari
elektrode membran gelas yang terdapat didalamnya. Saat elektrode gelas
pada pH meter dicelupkan ke dalam larutan, terjadi kesetimbangan antara
ion-ion hidrogen yang terdapat di bagian tipis bola gelas dan ion hidrogen
yang terletak dalam larutan yang diuji. Elektrode ini akan membiarkan ion H +
untuk menembusnya, tetapi menahan ion

yang lain. Semakin besar

konsentrasi ion hidrogen dalam larutan HCl, semakin banyak ion hidrogen yang
masuk ke dalam lapisan gelas tadi. Hal ini menyebabkan pada saat awal-awal
titrasi, nilai pH kecil. Dengan bertambahnya pentiter yang ditambahkan,
semakin sedikit ion hidrogen yang terdapat dalam larutan HCl karena ion
hidrogen akan bereaksi dengan ion hidronium (OH -) dan membentuk air. Hal
ini akan menyebabkan ion hidrogen yang memasuki lapisan gelas juga semakin
sedikit sehingga muatan elektrode gelas berkurang, maka nilai pH pun
meningkat. Hal ini dapat dilihat pada kurva hubungan antara pH dan volume
pentiter.
Prinsip yang digunakan yaitu titrasi potensiometri secara asam basa yaitu
larutan NaOH 0,104 M berfungsi sebagai pentiter yang dimasukkan ke dalam
buret dan larutan HCl dengan konsentrasi kurang lebih 0,109 M sebagai
larutan sampel yang nantinya akan ditentukan kadarnya. Volume larutan HCl
yang dimasukkan adalah 25 ml dan kemudian ditambahkan aquades. Tujuan
penambahan aquades ini adalah agar pH meter yang digunakan dapat tercelup
ke dalam larutan sehingga memaksimalkan kerja dari pH meter tersebut.
Kemudian, larutan pentiter yaitu NaOH 0,104 M ditambahkan sedikit demi
sedikit melalui kran ke dalam erlenmeyer yang telah mengandung larutan

sampel yaitu HCl sampai titik akhir titrasi.


Pada percobaan didapat data dilihat bahwa semakin banyak volume
larutan pentiter (NaOH) yang ditambahkan ke dalam larutan titrat, pH
larutan seharusnya semakin turun (asam), Namun pada percobaan ini pH tidak
konstan. Adapun Penurunan pH yang sangat signifikan terjadi yaitu dari pH
222 dan pH -208 yaitu saat volume penambahan titran sebanyak 21 ml dan 22
ml. Penurunan pH yang terjadi dengan penambahan sedikit volume titran ini
menunjukkan titik akhir titrasi telah terjadi. Penurunan pH terjadi
disebabkan terjadinya titik akhir titrasi dimana ion hidronium (OH -) dari
NaOH telah habis bereaksi dengan ion hidrogen (H+) dari HCl.
Untuk membandingkan apakah pada saat kurva titrasi turun dengan
curam, benar-benar tercapai titik kesetimbangan, maka dibuat grafik
hubungan antara pH dengan volume titan, grafik hubungan antara E/V
dengan volum titran, grafik hubungan antara 2E/V dengan volume titran.
Dari grafik hubungan antara grafik E/V dengan volum titran yang
didapatkan dari pengolahan data hasil percobaan tidak menunjukkan
penurunan yang signifikan tetapi pada titik tertentu grafik tersebut
mengalami kenaikan yang cukup signifikan. Sedangkan pada grafik hubungan
antara 2E/V dengan volume titran menunjukkan bahwa kurva mengalami
penurunan yang cukup signifikan, meskipun terjadi penurunan nilai pH, hal ini
terjadi pada saat penambahan HCl mencapai 21 mL, pada titik ini ditandai
sebagai titik ekivalen pertama dengan pH yang tercatat sebesar 222.
Penurunan pH juga terjadi pada saat penambahan HCl mencapai 22 mL,
dengan pH sebesar -208. Titik ini ditandai sebagai titik ekivalen kedua. Titik
ekivalen merupakan titik pada saat dimana tercapainya suatu kesetimbangan
kimia dalam larutan. Kesetimbangan kimia terjadi pada saat laju pembentukan

produk sama dengan laju penguraian reaktan.


Hal ini mungkin disebabkan oleh kesalahan yang terjadi selama
percobaan. Kesalahan yang mungkin terjadi adalah kesalahan titrasi, yaitu
keterbatasan penglihatan membaca buret. Serta pada pH meter dan alat-alat
yang digunakan kemungkinan terjadi kontaminasi sehingga mempengaruhi
pembacaan pH.

Kesimpulan :
1.

Dari kurva hubungan antara volume pentiter dan pH terlihat adanya


lonjakan pH yang drastis yaitu dari 222 menjadi -208 saat volume
pentiter (NaOH 0,104 N) ditambahkan dari 21 menjadi 22 ml.

2.

Titik akhir titrasi yang diperoleh adalah 21,488 ml, dihitung berdasarkan
volume NaOH yang menyebabkan terjadinya lonjakan pH yang drastis

3.

Konsentrasi HCl yang diperoleh dalam larutan sampel sebesar 0,089 M.

Você também pode gostar