Escolar Documentos
Profissional Documentos
Cultura Documentos
Oleh
Maulida Etikasari
1113023041
PENDIDIKAN KIMIA
FAKULTAS KEGURUAN DAN ILMU PENDIDIKAN
UNIVERSITAS LAMPUNG
BANDAR LAMPUNG
2013
Judul Percobaan
Tanggal Percobaan
:-
Tempat Percobaan
:-
Nama
: Maulida Etikasari
NPM
: 1113023041
Fakultas
Jurusan
: Pendidikan Mipa
Program Studi
: Pendidikan Kimia
Kelompok
:1 (Satu)
Yudha Franstya
1013023064
I. PENDAHULUAN
Protein merupakan suatu zat makanan yang amat penting bagi tubuh., karena zat
ini di samping berfungsi sebagai bahan baker dalam tubuh juga berfungsi sebagai
zat pembangun dan pengatur. Protein adalah sumber asam-asam amino yang
mengandung unsur-unsur C,H,O dan N yang tidak di miliki oelh lemak dan
karbohidrat.
Protein merupakan salah satu kelompok bahan makronutrien. Tidak seperti bahan
makronuttrien lain (lemak dan karbohidrat), protein ini berperan lebih penting dalam
pembentukan biomolekul daripada sebagai sumber energy. Keistimewaan lain dari
protein ini adalah strukturnya yang mengandung N, disamping C,H, dan O. Dengan
demikian maka salah satu cara terpenting yang cukup spesifik untuk menentukan
jumlah-jumlah protein secara kuantitatif adalah dengan penentuankandungan N yang
ada dalam bahan makanan atau bahan lain. Karena molekulnya yang lebih besar
(berat molekulnya sampai mencapai jutaan), maka protein mudah sekali mengalami
perubahan bentuk fisik ataupun aktivitas biologisnya.Banyak agensia yang dapat
menyebabkan perubahan sifat alamiah protein, misalnya panas, asam, basa, solven
organic, garam, logam berat, radiasi sinar radioaktif. Perubahansifat fisik yang mudah
diamati adalah terjadinya penjedalan (menjadi tidak larut) atau pemadatan Di alam
umumnya terdapat 20 jenis asam amino (untuk protein tertentu terdapat 25 jenis).
Fungsi utama protein dalam tubuh adalah sebagai zat pembentuk jaringan baru dan
mempertahankan jaringan yang sudah ada agar tidak mudah rusak. Protein dapat juga
digunakan sebagai bahan bakar apabila keperluan energi tubuh tidak dapat terpenuhi
oleh karbohidrat dan lemak. Protein juga berperan dalam pengaturan proses dalam
tubuh ( secara langsung maupun tidak langsung ). Dengan cara mengatur zat-zat
pengatur proses dalam tubuh, protein dapat mengatur keseimbangan cairan dalam
jarngan dan pembuluh darah, yaitu dengan cara menimbulkan tekanan osmotik
koloid. Tekanan osmotic tersebut dapat menarik cairan jaringan kedalam pembuluh
darah. Selain itu, sifat amfoter protein yang dapat bereaksi dengan asam dan basa,
dapat mengatur keseimbangan asam basa dalam tubuh (Lehninger, 1995).
Protein merupakan suatu zat makanan yang amat penting bagi tubuh., karena zat ini
di samping berfungsi sebagai bahan baker dalam tubuh juga berfungsi sebagai zat
pembangun dan pengatur. Protein adalah sumber asam-asam amino yang
mengandung unsure-unsur C,H,O dan N yang tidak di miliki oleh lemak dan
karbohidrat. Molekul protein mengandung pula fosfor, belerang, dan ada jenis protein
yang mengandung unsure logam seperti besi dan tembaga. Sebagai zat pembangun
protein merupakan bahan pembentuk jaringan-jaringan baru yang selalu terjadi dalam
tubuh. Pada masa pertumbuhan proses pembentukan jaringan terjadi secara besarbesaran, pada masa kehamilan droteinlah yang membenuk jaringan janin dan
pertumbuhan embrio. Protein juga mengganti jaringan tubuh yang rusak dan yang di
rombak. Fungsi utama protein bagi tubuh ialah untuk membentuk jaringan baru dan
mempertahankan jaringan yang telah ada (Muchtadi, 1989).
Banyak agensia yang menyebabkan perubahan sifat alamiah dari protein seperti
panas,
asam,
basa,
pelarut
organik,
garam,
logam
berat,
radiasi
sinar
radioaktif. Analisis protein ini terdiri dari beberapa tahapan yaitu: destruksi, destilasi,
dan titrasi. Penentuan protein menurut Kjeldahl disebut juga penentuan kadar protein
kasar (crude protein), yaitu menentukan jumlah total nitrogen (N) yang dikandung
oleh suatu bahan untuk mewakili jumlah protein yang ada (Sudarmadji, 1996).
Adapun bahan yang digunakan pada percobaan ini adalah tepung kedelai, biskuit
bayi, susu bubuk, tepung beras, aquades, H2SO4(90%-98%), CuSO4 5%, larutan
NaOH-Na2S2O3, indicator metil merah, HCl.
IV. PEMBAHASAN
Wsampel
V HCl
Kadar N
( %)
Biscuit Bayi
Susu Bubuk
Tepung Beras
51,4
50,2
51,2
5,7
4,5
0,6
14,99
11,99
1,09
Biscuit Bayi
Susu Bubuk
Tepung Beras
51,2
52,4
51,2
V HCl
1,9
6,8
4
Kadar
Protein
( %)
85,44
76,54
6,51
Kadar N Kadar
( %)
Protein
( %)
0,985
5,6145
3,582
22,85
2,134
12,6973
4.2 Pembahasan
Protein merupakan salah satu unsure makro yang terdapat pada bahan pangan
selain lemak dan karbohidrat. Protein merupakan sumber asam amino yang
mengandung unsure- unsure C, H, O dan N dalam ikatan kimianya. Molekul
protein juga mengandung fosfor, belerang dan ada beberapa jenis protein yang
mengandung tembaga ( Winarno, 1984 ). Protein sangat mudah mengalami
perubahan fisis maupun aktivitas biologis yang disebabkan oleh kandungan
protein berupa polipeptida dengan BM ( berat molekul ) yang beragam.
Fungsi utama protein dalam tubuh adalah sebagai zat pembentuk jaringan baru
dan mempertahankan jaringan yang sudah ada agar tidak mudah rusak. Protein
dapat juga digunakan sebagai bahan bakar apabila keperluan energi tubuh tidak
dapat terpenuhi oleh karbohidrat dan lemak. Protein juga berperan dalam
pengaturan proses dalam tubuh ( secara langsung maupun tidak langsung ).
Dengan cara mengatur zat-zat pengatur proses dalam tubuh, protein dapat
mengatur keseimbangan cairan dalam jarngan dan pembuluh darah, yaitu dengan
cara menimbulkan tekanan osmotik koloid. Tekanan osmotic tersebut dapat
menarik cairan jaringan kedalam pembuluh darah. Selain itu, sifat amfoter
protein yang dapat bereaksi dengan asam dan basa, dapat mengatur
keseimbangan asam basa dalam tubuh.
Analisis protein dalam bahan pangan dapat dilakukan dengan dua metode yaitu
metode kuantitatif dan kualitatif. Analisis protein secara kualitatif adalah analisis
yang bertujuan untuk mengetahui ada atau tidaknya protein dalam suatu bahan
pangan. Analisis kualitatif dapat dilakukan dengan reaksi Xantoprotein, reaksi
Hopkins-Cole, reaksi Millon, reaksi Nitroprusida dan reaksi Sakaguchi.
Sedangkan analisis protein secara kuantitatif adalah analisis yang bertujuan untuk
mengetahui kadar protein dalam suatu bahan pangan. Analisi kuantitatif protein
dapat dilakukan dengan metode Kjeldahl, metode titrasi formol, metode Lowry,
metode spektrofotometri visible (Biuret) dan metode spektrofotometri UV.
Pada praktikum kali ini akan dilakukan penentuan kadar protein dalam bahan
pangan dengan menggunakan metode Kjeldahl. Analisis protein ini dapat
menentukan tingkat kualitas protein apabila dipandang dari sudut gizi serta
menelaah protein yang merupakan salah satu bahan kimia secara biokimia,
fisiologis, reologis dan enzimatis.
Prinsip kerja dari metode Kjeldahl adalah protein dan komponen organic dalam
sampel didestruksi dengan menggunakan asam sulfat dan katalis. Hasil destruksi
dinetralkan dengan menggunakan larutan alkali dan melalui destilasi. Destilat
ditampung dalam larutan asam borat. Selanjutnya ion- ion borat yang terbentuk
dititrasi dengan menggunakan larutan HCl.
Pada praktikum ini, sampel yang digunakan adalah tepung beras, susu bubuk,
biscuit dan tepung kedelai. Langkah pertama yang harus dilakukan oleh
praktikan adalah memasukkan sampel sebanyak 0,05 gram kedalam labu
kjeldahl. Kemudian kedalam labu, ditambahkan 0,04 gram HgO, 0,9 gram
K2SO4. Penambahan
K2SO4 berfungsi
sebagai
katalisator
yang dapat
meningkatkan titik didih. 1 gram K2SO4 dapat meningkatkan titik didih hingga 30
C (Sudarmadji dkk., 1996). Peningkatan titik didih akan mengefektifkan reaksi
antara asam sulfat dengan sampel ( destruksi berjalan efektif ). Hal tersebut
disebabkan oleh lamanya waktu yang dibutuhkan oleh asam sulfat untuk
menguap ( semakin tinggi titik didih, maka waktu yang dibutuhkan asam sulfat
untuk menguap akan semakin lama ).
Setelah itu, ditambahkan lagi H2SO4 sebanyak 4 ml dalam ruang asam yang
kemudian dilanjutkan dengan mendestruksi sampel selama 4 jam hingga
warnanya berubah menjadi hijau bening. Destruksi sampel bertujuan untuk
mempercepat reaksi dan hidrolisis protein menjadi unsure C, H, O, N, S dan P.
HgO + H2SO4 HgSO4 + H2
Hg2SO4 + 2 H2SO4 2 HgSO4 + 2 H2O + SO2
Setelah melakukan titrasi, dapat diketahui kadar proteinnya yang tertuang dalam
bentuk persen kadar nitrogen. Berikut adalah rumus kadar nitrogen :
% Kadar Nitrogen =
x 100%
Dimana :
Ar Nitrogen
= 14,007
Be HCl
=1
Selanjutnya, dari persen kadar nitrogen dapat diketahui kadar proteinnya dengan
menggunakan persamaan sebagai berikut:
% Kadar Protein = % Kadar Nitrogen x Fk
Berikut adalah hasil perhitungan kadar protein yang didapat dari praktikum:
a. HCl 0,1 N
Sampel
Biscuit Bayi
Susu Bubuk
Tepung Beras
Wsampel
51,4
50,2
51,2
V HCl
5,7
4,5
0,6
Kadar N ( %)
14,99
11,99
1,09
Wsampel
51,2
52,4
51,2
V HCl
1,9
6,8
4
Kadar N ( %)
0,985
3,582
2,134
b. HCl 0,2 N
Sampel
Biscuit Bayi
Susu Bubuk
Tepung Beras
normalitas
HCl 0,1 N
85,44
76,54
6,51
asam
klorida
HCl 0,2 N
5,6145
22,85
12,6973
yang
berbeda
bertujuan
untuk
seperti purina, pirimidina, asam amino besar, kreatina dan vitamin- vitamin
sebagai nitrogen protein.
Kadar protein pada biscuit bayi menurut literature adalah 26,03 %. Sedangkan
menurut hasil praktikum adalah 85,44% dan 5,6145%. Apabila membandingkan
ketiganya, didapatkan bahwa hasil praktikum berbeda jauh nilainya dibandingkan
dengan literature. Kemungkinan perbedaan tersebut disebabkan oleh kelemahan
metode Kjeldahl yang memiliki ketelitian rendah.
Kadar protein pada tepung beras menurut literature adalah 7%. Sedangkan
menurut hasil praktikum adalah 6,51% dan 12,6973%. Apabila membandingkan
kadar protein literature dengan hasil praktikum, didapatkan bahwa kadar protein
yang mendekati adalah penggunaan analisa kadar protein menggunakan asam
klorida 0,1 N. Besarnya nilai kadar protein larutan asam klorida 0,2 disebabkan
oleh adanya komponen- komponen lain yang ikut teranalisis sebagai nitrogen
protein.
V. KESIMPULAN
DAFTAR PUSTAKA