Você está na página 1de 37

ANTENA DAN PROPAGASI

ANALISIS ALOKASI PITA FREKUENSI UNTUKTEKNOLOGI LONGTERM EVOLUTION (LTE)

DENGAN MENGGUNAKAN METODE PROPAGASICOST 231- IKAGAMI, OKUMURA-HATTA, DAN


ERCEG DI INDONESIA

ANGGORO DWI CAHYO(H1C012020)


DESTRI HANDOKO (H1C012033)
KEVIN PRASETYA (H1C012074)

Latar Belakang

Seiring dengan berkembangnya zaman teknologi semakin maju sehingga Penggunaan telepon selular
dan
penggunan
internet
semakin
meningkat
sehingga
membutuhkan
kualitas
teknologi
yang lebih baik dan lebih cepat.

Teknologi LTE (Long Term Evolution) merupakan sebuah nama projek dari Third Generation Partnership
Project (3GPP) yang berfungsi untuk memperbaiki standar mobile phone generasi ke3 (3G) yaitu
UMTS (WCDMA).

Kemampuan dan keuntungan dari Long Term Evolution (LTE) terhadap teknologi sebelumnya adalah
1.

memiliki kecepatan transfer data yang cepat

2.

memberikan coverage dan kapasitas dari layanan yang lebih besar,

3.

Mengurangi biaya dalam operasional

4.

Mendukung penggunaan multiple-antena

5.

Fleksibel dalam penggunaan bandwidth operasinya

6.

Dapat terhubung atau terintegrasi dengan teknologi yang sudah ada

LTE memberikan beberapa alternatif alokasi frekuensi yang dapat digunakan seperti 450, 700, 800,
900, 1800, 2100, 2300 dan 2600 MHz dan
dengan lebar
pita yang
dapat disesuaikan yaitu 1.4,
3, 5, 10, 15 dan 20 MHz.

Long Term Evolution (LTE)

Long Term Evolution (LTE) adalah sebuah nama yang diberikan pada sebuah proyek dari Third Generation
Partnership
Project
(3GPP)
untuk memperbaiki standart mobile phone generasi ke-3 (3G) yaitu
UMTS WCDMA.

Salah satu keunggulan LTE yakni memiliki kecepatan dalam hal transfer data dapat mencapai 100 Mbps pada sisi
downlink dan 50 Mbps pada sisi uplink.

Selain

itu

LTE

mampu mendukung semua aplikasi yang ada baik voice, data, video maupun IP TV.

Arsitektur Jaringan LTE

Ketersediaan Speaktrum Frekuensi

Perencanaan Jaringan

Bagian
yaitu :

utama

dalam

perencanaan jaringan Long

1. Perencanaan Sel (Cell Planning)

2. Perancangan Transmission Network.


3. Perancangan Core Network.

Term

Evolution

(LTE) terbagi kedalam 3 hal,

Perencanaan Jaringan : Planning Coverage


1.

Perhitungan EIRP (Effective Isotropic Radiated Power)


EIRP merupakan
besaran
dihitung dengan rumus :

yang menyatakan kekuatan daya pancar suatu antena di bumi, dapat

EIRP = Ptx + Gtx Ltx..(1)


keterangan : Ptx = daya pancar (dBm)
Gtx=penguatan antena pemancar (dB)
Ltx = rugi rugi pada pemancar (dB)
2.

Signal to Interference plus Noise Ratio (SINR)


Signal to Interference plus Noise Ratio (SINR) adalah rasio
yang menunjukkan perbandingan
kekuatan penerimaan sinyal yang diinginkan dengan kekuatan penerimaan sinyal yang tidak
diinginkan (interferensi dan noise).

SINR

3.

Perhitungan RSL (Received Signal Level)


RSL (Received
Signal Level) adalah level sinyal yang diterima di penerima. Nilai RSL dapat dihitung
dengan persamaan:

RSL = EIRP Lpropagasi + GRX LRX


Keterangan : EIRP = Effective Isotropic Radiated Power (dBm)
Lpropagasi = rugi rugi gelombang saat berpropagasi (dB)

GRX= penguatan antenna penerima (dB)


LRX= rugi saluran penerima (dB)

4.Perhitungan Receiver Sensitivity (Sr)


Receiver sensitivity merupakan jumlah minimal dari energi (power) optik yang masih dapat terdeteksi oleh
receiver untuk level performa (error-rate) tertentu. Sensitivitas perangkat penerima merupakan kepekaan suatu
perangkat pada sisi penerima yang dijadikan ukuran threshold (Rth). Nilai Sr dapat dihitung dengan persamaan 6.

Keterangan :
SNR

= Sinyal Noise to Ratio

FS

= Frekuensi Sampling

= jumlah data subcarrier

NFFT

= Ukuran FFT

Nsubcarrier

= jumlah subcarrier

5. Perhitungan Path Loss (PL)


Path loss adalah selisih antar daya yang ditransmisikan dengan daya yang diterima yang nilainya
dalam satuan decibel (dB).Nilai PL dapat dihitung dengan persamaan 7.

Keterangan :
Pt = daya yang ditransmisikan
Ls =loss system
Gr =gain antena penerima
Gt =gain antena pemancar
Sr = sensitivitas perangkat penerima (receiver sensitivity)

6. Perhitungan Coverage
Radius atau jari-jari sel dapat ditentukan setelah nilai redaman lintasan maksimum diperoleh.
Penentuan area cakupan difokuskan pada arah downlink.

Dimana, r adalah jari jari cakupan

2.7Perencanaan Jaringan : Model


Propagasi
1.

Model Propagasi Okumura Hatta

2.

Model Propagasi Cost 231 Ikagami

3.

Model Propagasi Erceg

Model Propagasi Okumura Hatta


L(urban)(dB) = 69,55 + 26,16log fc 13,82loghte a(hre) + (44,9
6,55log hre) logd (9)

Keterangan :
L(urban)= path Loss di daerah Urban (dB)
fc
= frekuensi cerier (MHz)
hte
= tinggi antenna BTS (m)
hre
= tinggi antenna MS (m)
d
= Jarak hte ke hre (km)

Model propagasi Okumura hatta digunakan untuk menghitung PL pada frekuensi 100
sampai 1500 MHz

Model Propagasi Cost 231 - Ikagami


LCWI = Lfs + Lrts + Lms (dB).(10)

Keterangan :
LCWI

=Path Loss Cost 231-Ikagami (dB)

Lfs

= free space loss (dB)

Lrts

= rooftop to street diffraction and scatter loss (dB)

Lms

= multiscreen (multiscatter) loss (dB)

Model propagasi Cost 231 ini digunakan untuk menghitung PL pada rekuensi 1500
sampai 2000 MHz.

Model Propagasi Erceg

Keterangan :
A

= Free space path loss(dB)

= pathloss exponent (dB)

PLf = Faktor koreksi untuk penggunaan frekuensi(dB)


PLh= faktor koreksi tinggi antena penerima(dB)
Model propagasi Erceg ini digunakan untuk menghitung PL pada frekuensi 2000 sampai
3000 MHz.

3. METODOLOGI PENELITIAN
Metode penelitian yang digunakan dalam penelitian ini adalah simulasi dan analisis.Simulasi menggunakan
software matlab R2012a dan analisis yang dilakukan berdasarkan kondisi frekuensi, benchmark dan
berdasaarkan hasil simulasi untuk perhitungan coverage planning.

4.1 Kondisi Frekuensi di Indonesia

Frekuensi 450 MHz

Frekuensi 700 MHz

Frekuensi 850 MHz

Frekuensi 900 MHz

Frekuensi 1800 MHz

Frekuensi 2100 MHz

Frekuensi 2600 MHz

4.2. Benchmark Implementasi


Berdasarkan sumber dari laporan Global Mobile Supplier Association (GSA)
untuk data prosentase pemakaian frekuensi pada teknologi LTE dapat
ditunjukkan pada Gambar 10.Frekuensi 1800 MHz merupakan frekuensi yang
paling banyak digunakan untuk LTE yaitu sebesar 43 % dari 300 operator di dunia
yang sudah meluncurkan LTE dan lebih besar dibandingkan frekuensi 2600 MHz
dan 700 MHz.

Pengujian Rugi Propagasi


Pada pengujian besarnya rugi propagasi dalam menentukan frekuensi berdasarkan
karakteristik dan lokasi, seperti hasil pengujian pada Tabel Pengujian Path Loss
No

Frekuensi
(MHz)

Daerah

Hb

Hm

Path
Loss
(dB)

450

Urban

40

1.5

700

Urban

40

1.5

850

Urban

40

1.5

137.21

900

Urban

40

1.5

137.86

1800

Urban

40

1.5

164.39

2100

Urban

40

1.5

174.21

2600

Urban

40

1.5

182.62

129.98

135

Besarnya propagasi tersebut berpengaruh pada karakteristik daerah tersebut,


frekuensi, tinggi antenna BS (hre), tinggi antena MS, dan jarak, sehingga dapat
diketahui besar rugi yang dihasilkan pada jaringan LTE di setiap frekuensi yang
berbedabeda menghasilkan nilai rugi propagasi yang bervariasi

Pengujian Rugi Propagasi


Grafik Pengaruh Frekuensi terhadap Propagasi Loss

Grafik menjelaskan hubungan antara frekuensi yang berbedabeda


menghasilkan path loss yang bervariasi. Pada hubungan frekuensi dan path
loss yaitu berbanding lurus. Semakin rendah frekuensi dalam suatu wilayah
dapat menghasilkan path loss yang kecil sebaliknya semakin besar
frekuensi maka menghasilkan nilai path loss yang besar.

Pengujian Slot Bandwidth


Pada pengujian slot Bandwidth dalam menentukan banyaknya slot pada lebar spektrum
frekuensi berdasarkan bandwidth yang dipakai, seperti ditunjukkan pada table
Ranah
Frekuensi

Uplink

Downlink

(MHz)

(MHz)

(MHz)

450

450 457.7

700

Total
Spektrum

slot
Bandwidth

(MHz)

(slot)

460 - 467.5

2 x 7.5

0.375

694 -744

756-806

2 x 50

2.5

850

824 - 840

869 - 894

2 x 25

1.25

900

880 - 915

925 960

2 x 35

1.75

1800

1710 1785

1805 1880

2 x 75

3.75

2100

1920 1980

2110 2170

2 x 60

2600

2500 2570

2620 2690

2 x 70

3.5

Dari tabel dapat diketahui hubungan antara frekuensi dan slot bandwidth sehingga dapat
digambarkan dalam sebuah grafik.

Pengujian Slot Bandwidth


Pada grafik menunjukkan hubungan antara frekuensi dan slot bandwidth

Pada Grafik dapat diketahui bahwa dengan menggunakan frekuensi


2600 MHz menghasilkan slot Bandwidth sebesar 3 slot, jadi semakin lebar
bandwidth pada suatu frekuensi maka akan menghasilkan slot bandwidth
yang banyak.

Pengujian Received Signal Level


Hasil pengujian besarnya Received Signal Level, baik pada downlink
maupun uplink ditunjukkan pada Tabel Pengujian received Signal Level
arah Dowlink dan Uplink
Frekuensi
(MHz)

RSL Uplink (dBi)

RSL Downlink (dBi)

450

-91.98

-71.987

700

-97

-77.007

850

-99.21

-79.213

900

-99.86

-79.862

1800

-126.3

-106.39

2100

-136.2

-116.21

2600

-144.6

-124.62

No
1

Dapat diketahui hubungan antara frekuensi dengan Received signal Level


arah Uplink dan DownLink sehingga dapat digambarkan dalam sebuah
grafik.

Pengujian Received Signal level


Pada Gambar a hubungan frekuensi dengan RSL arah uplink dan gambar b
menunjukkan hubungan antara frekuensi dengan Received signal Level arah
DownLink.

Berdasarkan Gambar a dan b dapat diketahui nilai RSL arah uplink dan arah
downlink mengalami penurunan. Hal ini disebabkan nilai RSL bergantung pada
nilai frekuensi dan besarnya path loss karena semakin tinggi frekuensi , maka
akan semakin kecil RSL yang dihasilkan. Pada hubungan RSL dengan path loss
berbanding terbalik, yaitu semakin besar RSL, maka akan semakin kecil path lossnya.

Pengujian Coverage

Hasil perhitungan simulator untuk cakupan radius sel berdasarkan


frekuensi ditunjukkan pada Tabel pengujian coverage di bawah ini
Frekuensi
(MHz)

Radius d
(km)

Cakupan
(km2)

Daerah
450

Urban

1.9861

10.081

700

Urban

1.5888

6.3837

850

Urban

1.4139

5.0609

900

Urban

1.3662

4.7265

1800

Urban

0.8795

2.0113

2100

Urban

0.7768

1.569

2600

Urban

0.6663

1.1542

Dari Tabel ,dapat diketahui hubungan antara frekuensi dengan coverage


sehingga dapat menggambarkannya dalam sebuah grafik.

Pengujian Coverage
Gambar grafik hubungan cakupan sel dengan frekuensi

Dari grafik , cakupan sel semakin menurun seiring dengan menurunnya radius sel.
Hal ini dikarenakan radius sel berbanding lurus dengan luas cakupan, sehingga,
jika radius sel-nya semakin kecil, maka luas cakupannya juga semakin kecil.
Untuk frekuensi 450 MHz cakupan sel-nya sebesar 10,08 km2, sedangkan untuk
frekuensi 2600 MHz cakupan sel-nya sebesar 1,1542 km2.

Alternatif Alokasi frekuensi LTE di Indonesia

Hampir di negara-negara maju LTE sudah diimplementasikan salah satu syarat untuk
mengimplementasikan LTE yaitu melakukan pengalokasian frekuensi untuk
mendapatkan hasil yang efektif dan efisien. Penelitian yang dilakukan Muhaerrian S.T
untuk mencari frekuensi yang tepat dengan menganalisis kondisi frekuensi di
Indonesia, analisis bandwidth, benchmark pada negara-negara yang sudah
mengimplementasikan LTE dan menganalisis coverage planning. Dalam analisis ini
menggunakan frekuensi 450 MHz, 700 MHz, 850 MHz, 900 MHz, 1800 MHz, 2100 MHz
dan 2600 MHz serta bandwidth 20 MHz dengan menggunakan model propagasi cost
231-ikagami, okumurahatta, dan erceg.

Hasil pengujian path loss yaitu untuk frekuensi 700 MHz didapat nilai 135dB, frekuensi 1800 MHz didapat nilai
164,39 dB dan frekuensi 2600 MHz didapat nilai 179,98 dB. Hasil pengujian bandwidth yaitu frekuensi 700 MHz
didapat nilai 2,5 slot, frekuensi 1800 MHz didapat 3,75 slot dan frekuensi 2600 MHz didapat 3,5 slot.Hasil
pengujian coverage yaitu untuk frekuensi 700 MHz didapat nilai 6,3837 km2, frekuensi 1800 MHz didapat nilai
2,0113 km2 dan frekuensi 2600 MHz didapat nilai 1,1542 km2. Pada analisis benchmarkberdasarkan laporan
Global mobile supplier association (GSA) frekuensi 700 MHz memiliki prosentase sebesar kurang dari 20%,
frekuensi 1800 sebesar 43% dan frekuensi 2600 sebesar 25,6%. Pada analisis kondisi frekuensi di Indonesia untuk
frekuensi 700 MHz masih terkendala karena masih dipakai untuk televisi analog dan digital, sehingga masih
belum tersedia untuk mobile broadband, untuk frekuensi 1800 MHz masih diduduki oleh GSM tetapi saat ini
sedang dalam proses penataan, dan untuk frekuensi 2600 MHz masih diisi untuk layanan satelit oleh media citra
indostar.

Kesimpulan

Dilihat dari hasil analisis benchmark dan kondisi frekuensi di Indonesia frekuensi yang
cocok yaitu 700 MHz, 1800 MHz dan 2600 MHz. Untuk efisiensi dalam penerapan LTE di
Indonesia, maka frekuensi tersebut dijadikan acuan karena penggunaan frekuensi yang
sama dan mayoritas akan berdampak pada keadaan pasar untuk komponenkomponen
pendukung LTE.

Berdasarkan sumber dari laporan Global Mobile Supplier Association (GSA) untuk data
prosentase pemakaian frekuensi pada teknologi LTE, frekuensi 1800 MHz merupakan
frekuensi yang paling banyak digunakan oleh operator operator di dunia yaitu sebanyak
43%

Dari ketiga alternatif alokasi frekuensi yaitu frekuensi 700 MHz, 1800 MHz dan 2600
MHz memiliki permasalahan dan kelebihan yang berbeda-beda untuk frekuensi 700 MHz
baru dapat digunakan pada tahun 2018 sedangkan untuk frekunsi 2600 MHz masih
dipakai untuk layanan satelit oleh Media Citra Indostar dan untuk frekuensi 1800 MHz
membutuhkan alokasi frekuensi yang sekarang ini sedang dalam proses penataan. Pada
sisi benchmark frekuensi yang banyak diimplementasikan yaitu frekuensi 1800 MHz di
lihat dari segi coverage dan path loss untuk frekuensi 1800 MHz memiliki nilai coverage
yang tidak terlalu kecil dan nilai path loss yang tidak terlalu besar sehingga dari
penilaian ini frekuensi 1800 MHz dinilai cocok diterapkan di Indonesia.

Saran

Dari hasil perencanaan dan analisis yang telah dilakukan oleh Muhaerrian S.T,
untuk selanjutnya penulis berharap agar laporan Tugas Akhir ini dapat
bermanfaat bagi semua pihak, adapun beberapa saran yang penulis usulkan
untuk pengembangan selanjutnya dari Tugas Akhir ini yaitu :
1. Menggunakan metode yang berbeda dengan menambahkan faktor-faktor
lingkungan seperti gedung-gedung yang tinggi dan pepohonan yang lebat
serta faktor cuaca seperti curah hujan yang tinggi di Indonesia.
2. Melakukan perhitungan untuk daerah yang berbeda yaitu didaerah
suburban atau daerah rural. Demi mendapatkan frekuensi yang efektif di
masingmasing daerah.
3. Pemerintah harus mendukung implementasi jaringan LTE regional agar
dapat mendongkrak pertumbuhan ekonomi masyarakat daerah dengan
adanya akses internet berkecepatan tinggi untuk mendukung sektor bisnis
yang sesuai.

Você também pode gostar