Escolar Documentos
Profissional Documentos
Cultura Documentos
Latar Belakang
Seiring dengan berkembangnya zaman teknologi semakin maju sehingga Penggunaan telepon selular
dan
penggunan
internet
semakin
meningkat
sehingga
membutuhkan
kualitas
teknologi
yang lebih baik dan lebih cepat.
Teknologi LTE (Long Term Evolution) merupakan sebuah nama projek dari Third Generation Partnership
Project (3GPP) yang berfungsi untuk memperbaiki standar mobile phone generasi ke3 (3G) yaitu
UMTS (WCDMA).
Kemampuan dan keuntungan dari Long Term Evolution (LTE) terhadap teknologi sebelumnya adalah
1.
2.
3.
4.
5.
6.
LTE memberikan beberapa alternatif alokasi frekuensi yang dapat digunakan seperti 450, 700, 800,
900, 1800, 2100, 2300 dan 2600 MHz dan
dengan lebar
pita yang
dapat disesuaikan yaitu 1.4,
3, 5, 10, 15 dan 20 MHz.
Long Term Evolution (LTE) adalah sebuah nama yang diberikan pada sebuah proyek dari Third Generation
Partnership
Project
(3GPP)
untuk memperbaiki standart mobile phone generasi ke-3 (3G) yaitu
UMTS WCDMA.
Salah satu keunggulan LTE yakni memiliki kecepatan dalam hal transfer data dapat mencapai 100 Mbps pada sisi
downlink dan 50 Mbps pada sisi uplink.
Selain
itu
LTE
mampu mendukung semua aplikasi yang ada baik voice, data, video maupun IP TV.
Perencanaan Jaringan
Bagian
yaitu :
utama
dalam
Term
Evolution
SINR
3.
Keterangan :
SNR
FS
= Frekuensi Sampling
NFFT
= Ukuran FFT
Nsubcarrier
= jumlah subcarrier
Keterangan :
Pt = daya yang ditransmisikan
Ls =loss system
Gr =gain antena penerima
Gt =gain antena pemancar
Sr = sensitivitas perangkat penerima (receiver sensitivity)
6. Perhitungan Coverage
Radius atau jari-jari sel dapat ditentukan setelah nilai redaman lintasan maksimum diperoleh.
Penentuan area cakupan difokuskan pada arah downlink.
2.
3.
Keterangan :
L(urban)= path Loss di daerah Urban (dB)
fc
= frekuensi cerier (MHz)
hte
= tinggi antenna BTS (m)
hre
= tinggi antenna MS (m)
d
= Jarak hte ke hre (km)
Model propagasi Okumura hatta digunakan untuk menghitung PL pada frekuensi 100
sampai 1500 MHz
Keterangan :
LCWI
Lfs
Lrts
Lms
Model propagasi Cost 231 ini digunakan untuk menghitung PL pada rekuensi 1500
sampai 2000 MHz.
Keterangan :
A
3. METODOLOGI PENELITIAN
Metode penelitian yang digunakan dalam penelitian ini adalah simulasi dan analisis.Simulasi menggunakan
software matlab R2012a dan analisis yang dilakukan berdasarkan kondisi frekuensi, benchmark dan
berdasaarkan hasil simulasi untuk perhitungan coverage planning.
Frekuensi
(MHz)
Daerah
Hb
Hm
Path
Loss
(dB)
450
Urban
40
1.5
700
Urban
40
1.5
850
Urban
40
1.5
137.21
900
Urban
40
1.5
137.86
1800
Urban
40
1.5
164.39
2100
Urban
40
1.5
174.21
2600
Urban
40
1.5
182.62
129.98
135
Uplink
Downlink
(MHz)
(MHz)
(MHz)
450
450 457.7
700
Total
Spektrum
slot
Bandwidth
(MHz)
(slot)
460 - 467.5
2 x 7.5
0.375
694 -744
756-806
2 x 50
2.5
850
824 - 840
869 - 894
2 x 25
1.25
900
880 - 915
925 960
2 x 35
1.75
1800
1710 1785
1805 1880
2 x 75
3.75
2100
1920 1980
2110 2170
2 x 60
2600
2500 2570
2620 2690
2 x 70
3.5
Dari tabel dapat diketahui hubungan antara frekuensi dan slot bandwidth sehingga dapat
digambarkan dalam sebuah grafik.
450
-91.98
-71.987
700
-97
-77.007
850
-99.21
-79.213
900
-99.86
-79.862
1800
-126.3
-106.39
2100
-136.2
-116.21
2600
-144.6
-124.62
No
1
Berdasarkan Gambar a dan b dapat diketahui nilai RSL arah uplink dan arah
downlink mengalami penurunan. Hal ini disebabkan nilai RSL bergantung pada
nilai frekuensi dan besarnya path loss karena semakin tinggi frekuensi , maka
akan semakin kecil RSL yang dihasilkan. Pada hubungan RSL dengan path loss
berbanding terbalik, yaitu semakin besar RSL, maka akan semakin kecil path lossnya.
Pengujian Coverage
Radius d
(km)
Cakupan
(km2)
Daerah
450
Urban
1.9861
10.081
700
Urban
1.5888
6.3837
850
Urban
1.4139
5.0609
900
Urban
1.3662
4.7265
1800
Urban
0.8795
2.0113
2100
Urban
0.7768
1.569
2600
Urban
0.6663
1.1542
Pengujian Coverage
Gambar grafik hubungan cakupan sel dengan frekuensi
Dari grafik , cakupan sel semakin menurun seiring dengan menurunnya radius sel.
Hal ini dikarenakan radius sel berbanding lurus dengan luas cakupan, sehingga,
jika radius sel-nya semakin kecil, maka luas cakupannya juga semakin kecil.
Untuk frekuensi 450 MHz cakupan sel-nya sebesar 10,08 km2, sedangkan untuk
frekuensi 2600 MHz cakupan sel-nya sebesar 1,1542 km2.
Hampir di negara-negara maju LTE sudah diimplementasikan salah satu syarat untuk
mengimplementasikan LTE yaitu melakukan pengalokasian frekuensi untuk
mendapatkan hasil yang efektif dan efisien. Penelitian yang dilakukan Muhaerrian S.T
untuk mencari frekuensi yang tepat dengan menganalisis kondisi frekuensi di
Indonesia, analisis bandwidth, benchmark pada negara-negara yang sudah
mengimplementasikan LTE dan menganalisis coverage planning. Dalam analisis ini
menggunakan frekuensi 450 MHz, 700 MHz, 850 MHz, 900 MHz, 1800 MHz, 2100 MHz
dan 2600 MHz serta bandwidth 20 MHz dengan menggunakan model propagasi cost
231-ikagami, okumurahatta, dan erceg.
Hasil pengujian path loss yaitu untuk frekuensi 700 MHz didapat nilai 135dB, frekuensi 1800 MHz didapat nilai
164,39 dB dan frekuensi 2600 MHz didapat nilai 179,98 dB. Hasil pengujian bandwidth yaitu frekuensi 700 MHz
didapat nilai 2,5 slot, frekuensi 1800 MHz didapat 3,75 slot dan frekuensi 2600 MHz didapat 3,5 slot.Hasil
pengujian coverage yaitu untuk frekuensi 700 MHz didapat nilai 6,3837 km2, frekuensi 1800 MHz didapat nilai
2,0113 km2 dan frekuensi 2600 MHz didapat nilai 1,1542 km2. Pada analisis benchmarkberdasarkan laporan
Global mobile supplier association (GSA) frekuensi 700 MHz memiliki prosentase sebesar kurang dari 20%,
frekuensi 1800 sebesar 43% dan frekuensi 2600 sebesar 25,6%. Pada analisis kondisi frekuensi di Indonesia untuk
frekuensi 700 MHz masih terkendala karena masih dipakai untuk televisi analog dan digital, sehingga masih
belum tersedia untuk mobile broadband, untuk frekuensi 1800 MHz masih diduduki oleh GSM tetapi saat ini
sedang dalam proses penataan, dan untuk frekuensi 2600 MHz masih diisi untuk layanan satelit oleh media citra
indostar.
Kesimpulan
Dilihat dari hasil analisis benchmark dan kondisi frekuensi di Indonesia frekuensi yang
cocok yaitu 700 MHz, 1800 MHz dan 2600 MHz. Untuk efisiensi dalam penerapan LTE di
Indonesia, maka frekuensi tersebut dijadikan acuan karena penggunaan frekuensi yang
sama dan mayoritas akan berdampak pada keadaan pasar untuk komponenkomponen
pendukung LTE.
Berdasarkan sumber dari laporan Global Mobile Supplier Association (GSA) untuk data
prosentase pemakaian frekuensi pada teknologi LTE, frekuensi 1800 MHz merupakan
frekuensi yang paling banyak digunakan oleh operator operator di dunia yaitu sebanyak
43%
Dari ketiga alternatif alokasi frekuensi yaitu frekuensi 700 MHz, 1800 MHz dan 2600
MHz memiliki permasalahan dan kelebihan yang berbeda-beda untuk frekuensi 700 MHz
baru dapat digunakan pada tahun 2018 sedangkan untuk frekunsi 2600 MHz masih
dipakai untuk layanan satelit oleh Media Citra Indostar dan untuk frekuensi 1800 MHz
membutuhkan alokasi frekuensi yang sekarang ini sedang dalam proses penataan. Pada
sisi benchmark frekuensi yang banyak diimplementasikan yaitu frekuensi 1800 MHz di
lihat dari segi coverage dan path loss untuk frekuensi 1800 MHz memiliki nilai coverage
yang tidak terlalu kecil dan nilai path loss yang tidak terlalu besar sehingga dari
penilaian ini frekuensi 1800 MHz dinilai cocok diterapkan di Indonesia.
Saran
Dari hasil perencanaan dan analisis yang telah dilakukan oleh Muhaerrian S.T,
untuk selanjutnya penulis berharap agar laporan Tugas Akhir ini dapat
bermanfaat bagi semua pihak, adapun beberapa saran yang penulis usulkan
untuk pengembangan selanjutnya dari Tugas Akhir ini yaitu :
1. Menggunakan metode yang berbeda dengan menambahkan faktor-faktor
lingkungan seperti gedung-gedung yang tinggi dan pepohonan yang lebat
serta faktor cuaca seperti curah hujan yang tinggi di Indonesia.
2. Melakukan perhitungan untuk daerah yang berbeda yaitu didaerah
suburban atau daerah rural. Demi mendapatkan frekuensi yang efektif di
masingmasing daerah.
3. Pemerintah harus mendukung implementasi jaringan LTE regional agar
dapat mendongkrak pertumbuhan ekonomi masyarakat daerah dengan
adanya akses internet berkecepatan tinggi untuk mendukung sektor bisnis
yang sesuai.