Escolar Documentos
Profissional Documentos
Cultura Documentos
PENDAHULUAN
BAB II
STATUS PEDIATRIK
I. IDENTIFIKASI
Nama penderita
: An. A
Umur
: 11 tahun
Jenis kelamin
: Perempuan
Alamat
Nama Ayah
: Tn. J
Nama Ibu
: Ny. A
Agama
: Islam
MRS tanggal
: 14 Desember 2014
II. ANAMNESA
Diberikan oleh
: Ibu pasien
Tanggal
: 15 November 2014
2. Keluhan tambahan
: aterm, 9 bulan
Partus
: pervaginam
Tempat
Ditolong oleh
: bidan
Tanggal
: 24 Januari 2003
BBL
: 3300 gr
PB
:49 cm
K4
: Tidak Rutin
Susu Botol/kaleng
Bubur Nasi
: +
Nasi lembek
: +
Nasi Biasa
: +
:+
:+
Sayur Buah
:+
Kesan
3. Riwayat Imunisasi
BCG
:+
Campak
:+
Polio
:+
Hepatitis
:+
DPT
:+
Kesan
: Imunisasi lengkap
4. Riwayat Keluarga:
Perkawinan
Umur
Pendidikan
: tamat SMA
Penyakit yang pernah diderita : Tidak ada keluarga/ saudara yang pernah
mengalami keluhan yang sama,
Saudara
:-
: 9 bulan
Tengkurap
: 7bulan
Balik
: 9 bulan
Duduk
: 9 bulan
Merangkak
Berdiri
: 1 tahun
Berjalan
: 1 tahun 3 bulan
Berbicara
: 1 tahun 9 bulan
Kesan
:-
Ngompol
:+
Sering mimpi
:-
Aktifitas
: cukup aktif
Membangkang
:-
Ketakutan
:-
7. Status gizi
BB/TB (34,5 kg/145 cm) x 100 % = 23,79
BB/U (13 kg/34 bln) :0 SD
(13 14,1)/ (14,1-1,6) = -0,09
TB/U (70 cm/34 bln ): 0 SD
(70 95) / (95-3,5) = -0,27
Kesan: Gizi baik
Berat badan ideal (>1 tahun) = umur (tahun) x 2 + 8
= 2x2+8 =12 kg
:-
Muntah berak : -
Pertusis
:-
Asma
:-
Difteri
:-
Cacingan
:-
Tetanus
:-
Patah tulang
:-
Campak
:+
Jantung
:-
Varicella
:+
Sendi bengkak: -
Thypoid
:-
Kecelakaan
:-
Malaria
:-
Operasi
:-
DBD
:-
Keracunan
:-
Demam menahun
:-
Sakit kencing : -
Radang paru
:-
Sakit ginjal
:-
TBC
:-
Kejang
:-
Perut Kembung
:+
Lumpuh
:-
Alergi
:-
Otitis Media : -
Batuk/pilek
:+
C. Anamnesa Organ
Kepala
Mata
Sakit kepala
:-
Rabun senja
:-
Rambut rontok
:-
Mata merah
:-
Lain-lain
:-
Bengkak
:-
Telinga
Hidung
Nyeri
:-
Epistaksis
:-
Sekret
:-
Kebiruan
:-
Gangguan pendengaran
:-
Penciuman
:dbn
Tinitus
:-
Gigi mulut
Sakit gigi
:-
Sariawan
:-
Rhagaden
:-
Gangguan mengecap
:-
Lidah kotor
:-
Gusi berdarah
:-
Bibir kering
Tenggorokan
Leher
Sakit menelan
:-
Kaku kuduk
:-
Suara serak
:-
Tortikolis
:-
Parotitis
:-
:-
Sifat
:-
Penjalaran
:-
Sesak napas
:-
Batuk
:-
Pilek
:-
Batuk darah
:-
Sembab
:-
Kebiruan
:-
:-
:-
Berdebar
:-
:-
:-
:-
:-
Penglihatan berkurang
:-
Bengkak sendi
:-
Abdomen
a. Hepar
Tinja seperti dempul : -
Sakit kuning
:-
Perut kembung
:-
:-
Mual/muntah
:-
: baik
Perut kembung
:-
Mual/muntah
:+
Isi
Frekuensi
:3x
Jumlah
: gelas belimbing
Muntah darah
:-
Mencret
:+
Konsistensi
: cair, lembek
Frekuensi
: > 4x
Jumlah
: 1 gelas belimbing
Tinja berlendir
:-
Tinja berdarah
:-
Dubur berdarah
:-
Sukar BAB
:-
Sakit perut
:-
Lokasi
:-
Sifat
:-
d. Endokrin
Sakit kuning
:-
Sering minum
:-
Warna keruh
:-
Sering kencing
:-
Frekuensi miksi
: 3-4x/hari
Sering makan
:-
Keringat dingin
:-
Edema tungkai
:-
:-
:-
Kesemutan
:-
Badan kaku
:-
Otot lemas
:-
Tidak sadar
:-
Otot Pegal
:-
Mulut mencucu
:-
Lumpuh
:-
Trismus
:-
Kejang
:-
Panas
: (+) 1 hari
:-
f. Alat kelamin
Hernia
:-
Bengkak
:-
Kesadaran
: Composmentis
Posisi
: berbaring
BB
: 24,5 kg
PB
: 145cm
Gizi
: WHO-NCHS
: 0 SD
: 53 cm
Edema
:-
Sianosis
:-
Dyspnoe
:-
Ikterus
:-
Anemia
:-
Suhu
: 36,9 C
Respirasi
Tipe pernapasan
: Abdominothorakal
Turgor
: < 2 (kembalicepat)
Tekanan darah
:100/70mmHg
Nadi
Frekuensi
: 120 x/
Isi /kualitas
: cukup
Regularitas
: teratur
Kulit
Warna
: sawo matang
:-
Bersisik
:-
Makula / Papula
: -/-
Vesikulaa/Pustula
: -/-
Sikatriks / Eritema
: -/-
Haemangiom/Ptechiae : -/Edema
:-
B. PEMERIKSAAN KHUSUS
KEPALA
Bentuk
: Normocephali
Rambut
: Lurus
Warna
: hitam
Mudah Rontok
:-
Kehalusan
: cukup
Alopesia
:-
Sutura
: tidak melebar
Fontanella mayor
: tidak teraba
Fontanella minor
:-
:-
Cranio tabes
:-
MUKA
Roman muka
: dbn
Bentuk muka
: bulat
Sembab
:-
10
Simetris
:+
ALIS
Kerapatan
:-
Alopesia
:-
: dbn
MATA
Sorot mata
Mudah rontok
KELOPAK MATA
: tajam
Cekung
:-
Hipertelorisme
:-
Edema
:-
Sekret
:-
Ptosis
:-
Epifora
:-
Lagoftalmus
:-
Pernanahan
:-
Kalazion
:-
Endophthalmus
:-
Ektropion
:-
Exophthalmus
:-
Enteropion
:-
Nistagmus
:-
Haemangioma
:-
Starbismus
:-
Hordeolum
:-
KONJUNGTIVA
Anemis
:-
Refleks
: -
Perdarahan Subkonjungtiva
:-
SKLERA
Infeksi
:-
Ikterus
Bitot Spot
:-
Xerosis
:-
Bentuk
: bulat
Ulkus
:-
Warna
: hitam
:-
IRIS
PUPIL
Bentuk
: bulat, simetris
Ukuran
: 2 mm/ 2 mm
Isokor
:+
: +/+
: +/+
Katarak
:-
11
TELINGA
HIDUNG
Bentuk
: simetris
Bentuk
: simetris
Kebersihan
: cukup
Cuping hidung
:-
Sekret
:-
Gangren
:-
Tophi
:-
Coryza
:-
Mukosa Edem
:-
Epistaksis
:-
Deviasi Septum
:-
:-
MULUT BIBIR
FARING-TONSIL
Bentuk
: normal
Warna
Mukosa, warna
: lembab, merah
Edema
:-
Ukuran
: dbn
Selaput
: dbn
Ulkus
:-
Pembesaran tonsil
:T1-T1
Rhagaden
:-
Bercak koplik
:-
Sikatriks
:-
Palatoschizis
:-
Cheitosis
:-
Sianosis
:-
GIGI
Labioschiziz
:-
Kebersihan
: kurang
Bengkak
:-
Karies
:-
Vesikel
:-
Hutchinson
:-
Oral trush
:-
Gusi
:-
Trismus
:-
LIDAH
Bentuk
: dbn
Hiperemis
:-
Gerakan
: dbn
Selaput
: dbn
Tremor
:-
Atrofi papil
:-
Warna
: normal
Makroglosia : -
12
LEHER
INSPEKSI
Struma
:-
Bendungan vena
: 5 - 2
cm H2O
Pulsasi
:-
Limphadenopati
:-
Tortikolis
:-
Bullneck
:-
Parotitis
:-
PALPASI
Kaku kuduk
:-
Pergerakan
:-
Struma
:-
: simetris
Bendungan vena
:-
Simetris
: simetris
Tumor
:-
Clavicula
: dbn
Sela iga
: tidak terlihat
Sternum
: dbn
INSPEKSI DINAMIS
Gerakan
: dinamis
Bentuk pernapasan
: thorakal
Retraksi interkostal
:-
Retraksi Epigastrium
:-
PALPASI
Nyeri tekan
:-
Tumor
:-
Fraktur iga
:-
Krepitasi
:-
PERKUSI
13
Bunyi ketuk
Nyeri ketuk
:-
Peranjakan
: 1 jari
Batas Jantung
AUSKULTASI
Bunyi napas pokok
JANTUNG
INSPEKSI
Vousure cardiac
:-
Ictus cordis
: tidak tampak
Pulsasi jantung
:-
14
PALPASI
Ictus cordis : ICS 5, 1 jari medial garis mid clavicula sinistra
Thrill
: dbn
Aktivitas jantung ka
: dbn
Aktifitas jantung ki
: dbn
PERKUSI
Batas kiri
: sulit dinilai
Batas kanan
: sulit dinilai
Interkostal
: sulit dinilai
Subkostal
: sulit dinilai
Epigastrum
:sulitdinilai
AUSKULTASI
BUNYI JANTUNG
Bunyi jantung I: Normal, reguler
Mitral
: normal
Trikuspid
: normal
Bunyi jantung II
: normal, reg
Pulmonal
: normal
Aorta
: normal
BISING JANTUNG :
Fase bising: Bentuk bising: Derajat bising : Punctum maximum: Penjalaran bising : Kualitas bising: -
15
THORAX BELAKANG
INSPEKSI STATIS
Bentuk
:dbn
Processus spinosus
:dbn
Scapula
:dbn
Skoliosis
:-
Khiposis
:-
Lordosis
:-
Gibus
:-
ABDOMEN
INSPEKSI
Bentuk
: soepel
Umbilikus
: dbn
Ptechie
:-
Spider nevi
:-
Bendungan vena
:-
Gambaran usus
:-
PALPASI
Nyeri tekan
:-
Nyeri lepas
:-
Defans muskular
:-
Nyeri ketuk
:-
HEPAR
Pembesaran
:-
Konsistensi
: lunak
Permukaan
: licin
16
Tepi
: Tumpul, rata
LIEN
Pembesaran
:-
Permukaan
: tak teraba
Nyeri tekan
:-
Konsistensi
: lunak
GINJAL
Pembesaran
:-
Permukaan
: tak teraba
Nyeri tekan
:-
PERKUSI
AUSKULTASI
Bising usus
: (+) meningkat
Ascites
:-
: dbn
Kel.getah bening
:-
Edema
:-
Sikatriks
:-
Genitalia
: dbn
Anus
: dbn
:-
Kesemutan
:-
Otot lemas
:17
Otot pegal
:-
Lumpuh
:-
Badan kaku
:-
Tidak sadar
:-
Mulut mencucu
:-
Trismus
:-
Kejang
:-
Panas
:-
ALAT KELAMIN
Hernia
:-
Bengkak
:-
EKSTREMITAS SUPERIOR
Trofi
:-
INSPEKSI
Pergerakan
: dbn
Bentuk
: dbn
Tremor
:-
Deformitas
:-
Chorea
:-
Edema
:-
Lain-lain
: Akral hangat
Trofi
:-
Pergerakan
: dbn
Tremor
:-
Chorea
:-
Lain-lain
: Akral hangat
EKSTREMITAS INFERIOR
INSPEKSI
Bentuk
: dbn
Deformitas
:-
Edema
:18
PEMERIKSAAN NEUROLOGIS :
Tonus
: dbn
Kekuatan
Refleks fisiologis
: dbn
: dbn
: dbn
: dbn
: dbn
Refleks patologis
:-
Leukosit
: 7,6
103/mm3
(3,5-10)
Eritrosit
: 5,17
106/mm6
(3,8-5,8)
Hemoglobin
: 12,7
gr/dL
(11-16,5)
Hematokrit
: 37,3
(35-50)
Trombosit
: 266
103/mm3
(150-390)
: 100
gr/dL
(<200)
Gula darah
GDS
Elektrolit serum
Natrium
: 144 mmol/L
(135-148)
Kalium
: 4,02
mmol/L
(3,5-5,3)
Klorida
: 103,84
mmol/L
(98-110)
Calcium
: 1,25
mmol/L
(1,12-1,23)
V. PEMERIKSAAN ANJURAN
Feses Rutin
19
VIII. TERAPI
Rehidrasi
Medikamentosa
L-Bio 2 sac/hari
Edukasi
Memasak air untuk minum sehari-hari
Cuci tangan setelah membersihkan tinja anak
Berikan makanan yang terjamin kebersihannya
Kurangi konsumsi makanan sembarangan
Menjaga kebersihan rumah dan lingkungan
IX. PROGNOSA
Quo ad vitam
: Bonam
Quo ad Fungtionam
: Bonam
20
X. FOLLOW UP
14-12-2014
S
BAB 1x konsistensi cair, lendir (-), darah (-), Mual (-), muntah (-) demam (-),
rewel (-)
L-Bio 2 sac/hari
21
15-12-2014
S
BAB cair (-), Mual (-), muntah (-) demam (-), rewel (-)
22
BAB III
TINJAUAN PUSTAKA
penyimpanan makanan yang tidak higienis dan cara penyapihan yang tidak baik.
Selain hal-hal tersebut, beberapa faktor pada penderita dapat meningkatkan
kecenderungan untuk dijangkiti diare antara lain: gizi buruk, imunodefisiensi,
berkurangnya keasaman lambung, menurunya motilitas usus, menderita campak
dalam 4 minggu terakhir dan faktor genetik.6
1. Faktor umur
Sebagian besar episode diare terjadi pada 2 tahun pertama kehidupan. Insidensi
tertinggi terjadi pada kelompok umur 6-11 bulan pada saat diberikan makanan
pendamping ASI. Pola ini menggambarkan kombinasi efek penurunan kadar
antibody ibu, berkurangnya kekebalan aktif bayi, pengenalan makanan yang
mungkin terkontaminasi bakteri tinja dan kontak langsung dengan tinja manusia
atau binatang pada saat bayi mulai merangkak. Kebanyakan enteropatogen
merangsang paling tidak sebagian kekebalan melawan infeksi atau penyakit yang
berulang yang membantu menjelaskan menurunnya insiden penyakit pada anak
yang lebih besar dan pada orang dewasa.6
2. Infeksi asimtomatik
Sebagian besar infeksi usus bersifat asimtomatik dan proporsi asimtomatik ini
meningkat setelah umur 2 tahun dikarenakan pembentukan imunitas aktif. pada
infeksi asimtomatik yang mungkin berlangsung beberapa hari atau minggu, tinja
penderita mengandung virus, bakteri, atau kista protozoa yang infeksius. Orang
dengan infeksi yang asimtomatik berperan penting dalam penyebaran banyak
eneteropatogen terutama bila mereka tidak menyadari adanya infeksi, tidak
menjaga kebersihan dan berpindah-pindah dari satu tempat ke tempat yang lain.6
3. Faktor musim
Faktor musim pada diare dapat terjadi menurut letak geografis. di daerah tropis,
diare karena bakteri lebih sering terjadi pada musim panas, sedangkan diare
karena virus terutama rotavirus puncaknya terjadi pada musim dingin. didaerah
tropis (termasuk Indonesia) diare yang disebabkan rotavirus dapat terjadi
24
25
f. Lain-lain
-
dapat
berkembangbiak.
Sejumlah
SIgA
terdapat
pula
pada
27
kolostrum.Hal ini sangat penting sebagai proteksi terhadap usus bayi yang
baru lahir.
b. Cell Mediated Immunity (CMI)
Dikemukakan bahwa peranan limfosit dalam CMI terletak pada plaque peyeri
di ileum. walaupun demikian peranan CMI dalam proteksi usus masih dalam
taraf penelitian.
c. Imunoglobulin lain
IgG terdapat dalam jumlah kecil dalam usus dan mudah rusak dalam lumen
usus. Hanya bila mukosa usus mengalami peradangan IgG bersama-sama
dengan sel plasma terdapat dalam jumlah cukup banyak di usus dan
merupakan proteksi temporer terhadap kerusakan usus lebih lanjut. IgM dapat
menggantikan fungsi IgA bila karena suatu sebab terjadi defisiensi IgA. IgE
tidak jelas peranannya dalam proteksi usus.
28
a. Sel Goblet
Merupakan sel penghasil mucus yag terpolarisasi. Mukus yang disekresi sel
goblet menghampar diatas glikokaliks berupa lapisan yang kontinu,
membentuk barier fisikokimia, memberi perlindungan pada epitel permukaan.
mucus ini paling banyak didapatkan pada gaster dan duodenum
b. Sel Kripta
Sel kripta yang tidak berdiferensiasi merupakan tipe sel yang paling banyak
terdapat di sel kripta Lieberkuhn. Merupakan prekursor sel penyerap villus,
sel paneth, sel enteroendokrin, sel goblet dan mungkin juga sel M. Sel kripta
yang tidak berdiferensiasi ini mensistesis dan mengekspresikan komponen
sekretori pada membran basolateral, dimana molekul ini bertindak sebagai
reseptor untuk sintesis IgA oleh lamina propria sel plasma.
c. Sel Paneth
Terdapat di basis kripta. memiliki granula eosinophilik sitoplasma dan basofil.
Granula lisosom dan zymogen didapatkan juga pada sitoplasma, meskipun
fungsi sekretori sel panet velumk diketahui, diduga membunuh bakteri dengan
lisosom dan immunoglobulin intrasel, menjaga keseimbangan flora normal
usus.
d. Sel Enteroendokrin
Merupakan sekumpulan sel khusus neuroskretori, sel enteroendokrin terdapat
di mukosa saluran cerna, melapisi kelenjar gaster, villus, dan kripta usus. Sel
enteroendokrin mensekresi neuropeptida seperti gastrin, sekretin, motilin,
neurotensin, glukagon, enteroglukagon, VIP, GIP, neurotensin, kolesistokinin
dan somatostatin.
e. Sel M merupakan sel epitel khusus yang melapisi folikel limfoid.
29
Penyerapan air dan elektrolit pada usus halus terjadi melalui 2 cara : 8
a. Transport aktif : penyerapan Na+ dan glukosa secara aktif dilaksanakan oleh
enterosit yang terdapat pada mukosa usus halus. Enterosit menyerap 1
molekul glukosa dan Na+, dan bersama-sama dengan absorbsi glukosa dan
Na+ ini secara aktif juga terabsorbsi air. Glukosa masuk ke dalam ruang
interseluler atau subseluler, kemudian masuk peredaran darah. Na+ masuk ke
dalam sirkulasi berdasarkan proses enzimatik Na-K-ATPase yang terdapat
pada basal dan lateral enterosit. Proses ini dikenal dengan istilah pompa Na (
sodium pump ). Dengan masuknya Na+ secara aktif ke dalam peredaran
darah, tekanan osmotik meningkat dan memperbanyak terjadinya penyerapan
air.
b. Transport Pasif : terjadi karena adanya perbedaan tekanan osmotik. Setelah
Na+ masuk ke dalam sirkulasi melalui mekanisme pompa Na, tekanan
osmotik plasma meningkat dan akan menarik air, glukosa dan elektrolit secara
pasif.
3.4 Etiologi
Pada saat ini, dengan kemajuan dibidang teknik laboratorium telah dapat
diidentifikasi tidak kurang dari 25 jenis mikroorganisme yang dapat menyebabkan
diare pada anak dan bayi. Penyebab infeksi utama timbulnya diare umumnya adalah
golongan virus, bakteri dan parasit. dua tipe dasar dari diare akut oleh karena infeksi
adalah non-inflamatory dan inflamatory.6
Enteropatogen
menimbulkan
non-inflamatory
diare
melalui
produksi
enterotoksin oleh bakteri, destruksi sel permukaan villi oleh virus, perlekatan oleh
parasit, perlekatan dan/ atau translokasi dari bakteri. Sebaliknya inflamatorydiare
biasanya disebabkan oleh bakteri yang menginvasi usus secara langsung atau
memproduksi sitotoksin.6
30
Tabel 2.1 Penyebab diare akut yang dapat menyebabkan diare pada manusia
GOLONGAN BAKTERI
GOLONGAN VIRUS
Aeromonas
Bacillus cereus
Canpilobacter jejuni
Astrovirus
Calcivirus (Norovirus, Sapovirus)
Enteric adenovirus
Clostridium perfringens
Clostridium defficile
Eschercia coli
Plesiomonas shigeloides
Corona virus
Rotavirus
Norwalk virus
Herpes simplek virus
Salmonella
Shigella
Staphylococcus aureus
Vibrio cholera
Vibrio parahaemolyticus
Yersinia enterocolitica
Cytomegalovirus
GOLONGAN
PARASIT
Balantidiom coli
Blastocystis homonis
Crytosporidium
parvum
Entamoeba histolytica
Giardia lamblia
Isospora belli
Strongyloides
stercoralis
Trichuris trichiura
Tabel 2.2 Frekuensi Enteropatogen penyebab diare pada anak usia <5 tahun
Patogen
Rotavirus
Norovirus
Campylobacter
Adenovirus
Salmonella
EPEC
Yersinia
Giardia
Cryptosporidium
EaggEC
Shigella
STEC
ETEC
Entamoeba
No agent detected
Frekuensi (%)
10-35
2-20
4-13
2-10
5-8
1-4.5
0.4-3
0.9-3
0-3
0-2
0.3-1.4
0-3
0-0.5
0-4
45-60
1-4 tahun
Rotavirus
Norovirus
> 5 tahun
Campylobacter
Salmonella
31
Adenovirus
Salmonella
Adenovirus
Salmonella
Campylobacter
Yersirina
Rotavirus
Disamping itu penyebab diare noninfeksi yang dapat menimbulkan diare pada anak
antara lain:
Defek anatomis
Malrotasi
Penyakit Hirchsprung
Short Bowel Syndrome
Atrofi mikrovilli
Striktur
Malabsorbsi
Defesiensi disakaridase
Malabsorbsi
glukosa
galaktosa
Cystic fibrosis
Cholestasis
Penyakit celiac
Endokrinopati
Tirotoksikosis
Penyakit Addison
Sindroma Androgenital
Neoplasma
Neuroblastoma
Phaeochromocytoma
Sindroma Zollinger Ellison
Lain-lain:
Infeksi non gastrointestinal
Alergi susu sapi
Penyakit Crohn
Defisiensi imun
Colitis ulserosa
Ganguan motilitas usus
Pellagra
Keracunan makanan
logam berat
Mushrooms
dan
3.5 Patofisiologi
Terdapat 2 mekanisme terjadinya diare cair, yaitu sekeretorik dan osmotik.
Meskipun dapat melalui kedua mekanisme tersebut, diare sekretorik lebih sering
ditemukan pada infeksi saluran cerna. begitu pula kedua mekanisme tersebut dapat
terjadi bersamaan pada satu anak.6
32
1. Diare osmotik
Mukosa usus halus adalah epitel berpori, yang dapat dilalui oleh air dan
elektrolit dengan cepat untuk mempertahankan tekanan osmotik antara lumen usus
dengan cairan ekstrasel. Adanya bahan yang tidak diserap, menyebabkan bahan
intraluminal pada usus halus bagian proksimal tersebut bersifat hipertoni dan
menyebabkan hiperosmolaritas. Akibat perbedaan tekanan osmotik antara lumen usus
dan darah maka pada segmen usus jejunum yang bersifat permeabel, air akan
mengalir kearah jejunum, sehingga akan banyak terkumpul air dalam lumen usus. Na
akan mengikuti masuk ke dalam lumen, dengan demikian akan terkumpul cairan
intraluminal yang besar dengan kadar Na normal. Sebagian kecil cairan ini akan
dibawa kembali, akan tetapi lainya akan tetap tinggal di lumen oleh karena ada bahan
yang tidak dapat diserap seperti Mg, glukosa, sukrosa, laktosa, maltosa di segmen
ileum dan melebihi kemampuan absorbsi kolon, sehinga terjadi diare. Bahan-bahan
seperti karbohidrat dan jus buah, atau bahan yang mengandung sorbitol dalam jumlah
berlabihan akan memberikan dampak yang sama.6
2. Diare Sekretorik
Diare sekretorik disebabkan oleh sekresi air dan elektrolit ke dalam usus halus
yang terjadi akibat gangguan absorbsi natrium oleh vilus saluran cerna, sedangkan
sekresi klorida tetap berlangsung atau meningkat. Keadaan ini menyebabkan air dan
elektrolit keluar dari tubuh sebagai tinja cair. Diare sekretorik ditemukan diare yang
disebabkan oleh infeksi bakteri akbat rangsangan pada mukosa usus halus oleh toksin
E.coli atau V. cholera.01.9
Osmolaritas tinja diare sekretorik isoosmolar terhadap plasma. beda osmotik
dapat dihitung dengan mengukur kadar elektrolit tinja. Karena Natrium ( Na+) dan
kalium (K+) merupakan kation utama dalam tinja, osmolalitas diperkirakan dengan
mengalikan jumlah kadar Na + dan K+ dalam tinja dengan angka 2. Jika diasumsikan
osmolalitas tinja konstan 290 mOsm/L pada tinja diare, maka perbedaan osmotik
290-2 (Na++K+). Pada diare osmotik, tinja mempunyai kadar Na+ rendah (<50
33
mEq/L)dan beda osmotiknya bertambah besar (>160 mOsm/L). Pada diare sekretorik
tinja diare mempunyai kadar Na tinggi (>90 mEq/L), dan perbedaan osmotik kurang
dari 20 mOsm/L.8
Osmotik
<200 ml/hari
Diare berhenti
<70 mEq/L
(+)
<5
Sekretorik
>200 ml/hari
Diare berlanjut
>70 mEq/L
(-)
>6
Proses inflamasi di usus halus dan kolon menyebakan diare pada beberapa
keadaan. Akibat kehilangan sel epitel dan kerusakan tight junction, tekanan
hidrostatik dalam pembuluh darah dan limfatik menyebabkan air, elektrolit, mucus,
protein dan seringkali sel darah merah dan sel darah putih menumpuk dalam lumen.
Biasanya diare akibat inflamasi ini berhubungan dengan tipe diare lain seperti diare
osmotik dan sekretorik.6
Bakteri enteral patogen akan mempenagaruhi struktur dan fungsi tight
junction, menginduksi cairan dan elektrolit, dan akan mengaktifkan kaskade
inflamasi. Efek infeksi bakteri pada tight junction akan memepengaruhi susunan
anatomis dan funsi absorbsi yaitu cytoskeleton dan perubahan susunan protein.
penelitian oleh Bakes J dkk 2003 menunjukan bahwa peranan bakteri enteral patogen
pada diare terletak perubahan barier tight junction oleh toksin atau produk kuman
yaitu perubahan pada cellular cytoskeleton dan spesifik tight junction. Pengaruh ini
biasa pada kedua komponen tersebut atau salah satu komponen saja sehingga akan
menyebabkan hipersekresi clorida yang akan diikuti natrium dan air. Sebagai contoh
Clostridium difficile akan menginduksi kerusakan cytoskeleton maupun protein,
Bacteroides frigilis menyebabkan degradasi proteolitik protein tight junction, V.
cholera
Rotavirus
Shigella
Salmonella
ETEC
EIEC
Kolera
17-72 jam
+
Sering
Tenesmus
5-7 hari
24-48 jam
++
Jarang
Tenesmus,
kramp
+
6-72 jam
++
Sering
Tenesmus,kolik
+
3-7 hari
6-72 jam
+
2-3 hari
6-72 jam
++
Tenesmus,
kramp
-
48-72 jam
Sering
Kramp
3 hari
36
kepala
lamanya
sakit
Sifat tinja:
Volume
Frekuensi
Konsistensi
Darah
Bau
Warna
Leukosit
Lain-lain
>7hari
Sedang
5-10x/hari
Cair
Langu
Kuning
hijau
anorexia
Sedikit
>10x/hari
Lembek
+
Merahhijau
+
Kejang+
Variasi
Sedikit
Sering
Lembek
Kadang
Busuk
Kehijauan
+
Sepsis +
Banyak
Sering
Cair
Tak
berwarna
Meteorismus
Sedikit
Sering
Lembek
+
Merahhijau
Infeksi
sistemik+
Banyak
Terus
menerus
Cair
Amis khas
Spt
air
cucian
beras
-
3.7 Diagnosis
1. Anamnesis
Pada anamnesis perlu ditanyakan hal-hal sebagai berikut : lama diare,
frekuensi, volume, konsistensi tinja, warna, bau, ada/tidak lendir dan darah. Bila
disertai muntah volume dan frekuensinya. Kencing: biasa, berkurang, jarang atau
tidak kencing dalam 6-8jam terakhir. Makanan dan minuman yang diberikan selama
diare. Adakah panas atau penyakit lain yang menyertai seperti: batuk, pilek, otitis
media, campak. Tindakan yang telah dilakukan ibu selama anak diare: memberi
oralit, membawa berobat ke puskesmas atau ke rumah sakit dan obat-obatan yang
diberikan serta riwayat imunisasinya.6
2. Pemeriksaan fisik
Pada pemeriksaan fisik perlu diperiksa : berat badan, suhu tubuh, frekuensi
denyut jantung dan pernapasan serta tekanan darah. Selanjutnya perlu dicari tandatanda tambahan lainya:ubun-ubun besar cekung atau tidak, mata: cowong atau tidak,
ada atau tidak adanya air mata, bibir, mukosa mulut dan lidah kering atau basah.6
Pernapasan yang cepat dan dalam indikasi adanya asidosis metabolik. Bising
usus yang lemah atau tidak ada bila terdapat hipokalemia. Pemeriksaan ekstremitas
perlu karena perfusi dan capillary refill dapat menentukan derjat dehidrasi yang
37
terjadi. Penilaian beratnya atau derajat dehidrasi dapat ditentukan dengan cara
objektif yaitu dengan membandingkan berat badan sebelum dan sesudah diare.
Subjektif dengan menggunakan kriteria WHO dan MMWR.6
Dehidrasi
kehilangan BB<3%
kehilangan BB 3%-9%
ringan
sedang,
Dehidrasi
BB>9%
berat,
kehilangan
Kesadaran
Baik
Denyut jantung
Normal
Normal meningkat
Kualitas nadi
Normal
Normal melemah
Pernapasan
Normal
Normal-cepat
Dalam
Mata
Normal
Sedikit cowong
Sangat cowong
Air mata
Ada
Berkurang
Tidak ada
Basah
Kering
Sangat kering
Cubitan kulit
Segera kembali
Kembali<2 detik
Kembali>2detik
Cappilary refill
Normal
Memanjang
Memanjang, minimal
Ekstremitas
Hangat
Dingin
Dingin,mottled, sianotik
Kencing
Normal
Berkurang
Minimal
berat)
Tanpa dehidrasi
Dehidrasi ringan-sedang
Dehidrasi berat
Keadaan umum
Baik,sadar
*Gelisah,rewel
*lesu,lunglai/tidak sadar
Mata
Normal
Cekung
Sangat cekung
Air mata
Ada
Tidak ada
Kering
Basah
Kering
Sangat kering
Rasa haus
Lihat:
minum
Periksa: turgor kulit
Kembali cepat
*kembali lambat
Hasil pemeriksaan
Tanpa dehidrasi
Dehidrasi ringan/sedang
Dehidrasi berat
Rencana terapi B
Rencana terapi C
Terapi
Rencana terapi A
dehidrasi isotonik, bila kadar Na+ dalam plasma antara 131-150 mEq/L
38
Hipotonik
Isotonik
Hipertonik
Rasa haus
Berat badan
Menurun sekali
Menurun
Menurun
Turgor kulit
Menurun sekali
Menurun
Tidak jelas
Basah
Kering
Kering sekali
Gejala SSP
Apatis
Koma
Sirkulasi
Jelek sekali
Jelek
Nadi
Sangat lemah
Tekanan darah
Sangat rendah
Rendah
Rendah
Banyaknya kasus
20-30%
70%
10-20%
3. Laboratorium
Pemeriksaan laboratorium lengkap pada diare akut pada umumnya tidak
diperlukan, hanya pada keadaan tertentu mungkin diperlukan misalnya penyebab
dasarnya tidak diketahui atau ada sebab-sebab lain selain diare akut atau pada
penderita dengan dehidrasi berat. Contoh: pemeriksaan darah lengkap, kultur urin
dan tinja pada sepsis atau infeksi saluran kemih. Pemeriksaan laboratorium yang
kadang-kadang diperlukan pada diare akut:6
a. darah : darah lengkap, serum elektrolit, analisa gas darah, glukosa darah,
kultur dan tes kepekaan terhadap antibiotika
b. urine: urine lengkap, kultur dan test kepekaan terhadap antibiotika
c. tinja:
-
Pemeriksaan makroskopik
Pemeriksaan makroskopik tinja perlu dilakukan pada semua
penderita dengan diare meskipun pemeriksaan labotarium tidak dilakukan.
Tinja yang watery dan tanpa mucus atau darah biasanya disebabkan oleh
enteroksin virus, prontozoa, atau disebabkan oleh infeksi diluar saluran
gastrointestinal. Tinja yang mengandung darah atau mucus biasanya
39
adalah
40
Pemeriksaan mikroskopik
Infeksi bakteri invasif ditandai dengan ditemukannya sejumlah besar
leukosit dalam tinja yang menunjukan adanya proses inflamasi.
Pemeriksaan leukosit tinja dengan cara mengambil bagian tinja yang
berlendir seujung lidi dan diberi tetes eosin atau NaCl lalu dilihat
dengan mikroskop cahaya:8
bila terdapat 5-10 leukosit per lapang pandang besar disebut (+)
bila terdapat 10-20 leukosit per lapang pandang besar disebut (++)
bila terdapat leukosit lebih dari lapang pandang besar disebut (+++)
Adanya lemak dapat diperiksa dengan cara perwanaan tinja dengan sudan
III yang mengandung alkohol untuk mengeluarkan lemak agar dapat
41
42
pendek (short chain fatty acid), beberapa molekul alkohol dan gas
hydrogen. Gas hidrogen tersebut dengan cepat akan diserap masuk ke
sirkulasi darah lalu masuk ke paru dan dikeluarkan lewat udara napas.10
Fermentasi bakteri di usus halus terjadi karena adanya bacterial
overgrowth , yang didefinisikan sebagai terdapatnya koloni atau spesies
koloni lebih dari 106 unit per milliliter cairan usus halus yang seharusnya
relative steril. Sebelum pemeriksaan uji hidrogen napas penderita
dipuasakan selama 4-6 jam, lalu diambil sampel udara napas dengan cara
meniup ( pada bayi dengan menggunakan sungkup) pada alat yang dapat
menghitung kadar hydrogen napas sebagai kadar awal hidrogen napas.
Lalu diberikan larutan 2gr/kgBB dengan konsentrasi 20% setelah itu
diambil sampel udara napas seperti sebelumnya setiap 30 menit selam 2-3
jam. Peningkatan kadar hidrogen napas >20ppm, atau 10-20 ppm disertai
gejala klinis (kembung, diare, muntah, sakit perut) disebut positif. Apabila
peningkatan
3.8 Tatalaksana
Terdapat empat pilar penting dalam tatalaksana diare yaitu rehidrasi,
dukungan nutrisi, pemberian obat sesuaiindikasi dan edukasi pada orang tua. Tujuan
pengobatan:10
1. Mencegah dehidrasi
2. Mengatasi dehidrasi yang telah ada
3. Mencegah kekurangan nutrisi dengan memberikan makanan selama dan
setelah diare
43
4. Mengurangi lama dan beratnya diare, serta berulangnya episode diare, dengan
memberikan suplemen zinc
Tujuan pengobatan diatas dapat dicapai dengan cara mengikuti rencana terapi
yang sesuai, seperti yang tertera dibawah ini:10
1. Rencana terapi A : penanganan diare di rumah
Jelaskan kepada ibu tentang 4 aturan perawatan di rumah:
jika anak memeperoleh ASI eksklusif, beri oralit, atau air matang
sebagai tambahan
jika anak tidak memperoleh ASI eksklusif, beri 1 atau lebih cairan
berikut ini: oralit, cairan makanan(kuah sayur, air tajin) atau air
matang
Ajari pada ibu cara mencampur dan memberikan oralit. Beri ibu 6
bungkus oralit (200ml) untuk digunakan dirumah. Tunjukan pada ibu
berapa banyak cairan termasuk oralit yang harus diberikan sebagai
tambahan bagi kebutuhan cairanya sehari-hari:
-
44
2. Rencana terapi B
Penanganan dehidrasi sedang/ ringan dengan oralit. Beri oralit di klinik sesuai
yang dianjurkan selama periode 3 jam.
Usia
<4 bulan
4-11 bulan
12-23 bulan
2-4Tahun
5-14tahun
>15 tahun
Berat badan
<5 kg
5-7,9 kg
8-10,9 kg
11-15,9 kg
16-29,9 kg
>30 kg
Jumlah (ml)
200-400
400-600
600-800
800-1200
1200-2200
2200-4000
45
tidak menyusu, beri juga 100-200 ml air matang selama periode ini. Mulailah
memberi makan segera setelah anak ingin makan. Lanjutkan pemberian ASI.
Tunjukan pada ibu cara memberikan larutan oralit. berikan tablet zinc selama 10
hari.
1 jam*
5 jam
30 menit*
2 jam
*ulangi sekali lagi jika denyut nadi sangat lemah atau tidak teraba
Periksa kembali anak setiap 15-30 menit. Jika status hidrasi belum membaik, beri
tetesan intravena lebih cepat. Juga beri oralit (kira-kira 5ml/kgBB/jam) segera setelah
anak mau minum, biasanya sesudah 3-4 jam (bayi) atau 1-2 jam (anak) dan beri anak
tablet zinc sesuai dosis dan jadwal yang dianjurkan. Periksa kembali bayi sesudah 6
jam atau anak sesudah 3 jam (klasifikasikan dehidrasi), kemudian pilih rencana
terapi) untuk melanjutkan penggunaan.
Prinsip pemberian terapi cairan pada gangguan cairan dan elektrolit ditujukan
untuk memberikan pada penderita:
1. Kebutuhan akan rumatan (maintenance) dari cairan dan elektrolit
2. Mengganti cairan kehilangan yang terjadi
3. Mencukupi kehilangan abnormal dari cairan yang sedang berlangsung.
Pada diare CRO merupakan terapi cairan utama. CRO telah 25 tahun berperan
dalam menurunkan angka kematian bayi dan anak dibawah 5 tahun karena diare.
WHO dan UNICEF berusaha mengembangkan oralit yang sesuai dan lebih
bermanfaat. Telah dikembangkan oralit baru dengan osmolalitas lebih rendah.
46
Keamanan oralit ini sama dengan oralit yang lama, namun efektifitasnya lebih baik
daripada oralit formula lama. Oralit baru dengan low osmolalitas ini juga
menurunkan kebutuhan suplementasi intravena dan mampu mengurangi pengeluaran
tinja hingga 20% serta mengurangi kejadian muntah hingga 30%. Selain itu, oralit
baru ini juga telah direkomendasikan WHO dan UNICEF untuk diare akut non kolera
pada anak.6
Pengobatan Dietetik
Memuasakan penderita diare (hanya member air teh) sudah tidak dilakukan
lagi karena akan memperbesar kemungkinan terjadinya hipoglikemia dan atau KKP.
Sebagai pegangan dalam melaksanakan pengobatan dietetik dipakai singkatan O-BE-S-E, sebagai singkatan Oralit, Breast Feeding, Early Feeding, Simultaneously with
Education.9
Pemberian makanan harus diteruskan selama diare dan ditingkatkan setelah
sembuh. Tujuannya adalah memberikan makanan kaya nutrient sebanyak anak
mampu menerima. Sebagian besar anak dengan diare cair, nafsu makanya timbul
kembali
setelah dehidrasi
teratasi.
Meneruskan pemberian
makanan akan
mungkin diperlukan untuk sementara bila pemberian susu menyebabkan diare timbul
kembali atau bertambah hebat sehingga terjadi dehidrasi lagi, atau dibuktikan dengan
pemeriksaan terdapat tinja yang asam (pH<6) dan terdapat bahan yang mereduksi
dalam tinja>0,5%. Setelah diare berhenti, pemberian tetap dilanjutkan selama 2 hari
kemudian coba kembali dengan susu atau formula biasanya diminum secara bertahap
selama 2-3 hari.
Tabel 2.11 Tabel panduan kembali ke susu normal ( untuk setiap 200 ml)
Gejala klinis
menghilang (hari)
Ke 1
Ke 2
Ke 3
Ke 4
Susu normal
(ml)
50
100
150
200
Bila anak berumur 4 bulan atau lebih dan sudah mendapatkan makanan lunak
atau padat, makanan ini harus diteruskan. Paling tidak 50% dari energi diit harus
berasal dari makanan dan diberikan dalam porsi kecil atau sering (6kali atau lebih)
dan anak dibujuk untuk makan. Kombinasi susu formula dengan makanan tambahan
seperti serealia pada umunya dapat ditoleransi dengan baik pada anak yang telah
disapih. Makanan padat memiliki keuntungan, yakni memperlambat pengosongan
lambung pada bayi yang minum ASI atau susu formula, jadi memperkecil jumlah
laktosa pada usus halus per satuan waktu. Pemberian makanan lebih sering dalam
jumlah kecil juga memberikan keuntungan yang sama dalam mencernakan laktosa
dan penyerapanya. Pada anak yang lebih besar, dapat diberikan makanan yang terdiri
dari:makanan pokok setempat misalnya nasi, kentang, gandum, roti, atau bakmi.
Untuk meningkatkan kandungan energinya dapat ditambahkan 5-10 ml minyak nabati
untuk setiap 100ml makanan. Minyak kelapa sawit sangat bagus dikarenakan kaya
akan karoten. Campur makanan pokok tersebut dengan kacang-kacangan dan sayursayuran, serta ditambahkan tahu,tempe, daging atau ikan. Sari buah segar atau pisang
baik untuk menambah kalium. Makanan yang berlemak atau makanan yang
48
mengandung banyak gula seperti sari buah manis yang diperdagangkan, minuman
ringan, sebaiknya dihindari.
Zinc
Zinc mengurangi lama dan beratnya diare. Zinc juga dapat mengembalikan
nafsu makan anak. Zinc termasuk mikronutrien yang mutlak dibutuhkan untuk
memelihara kehidupan yang optimal. Dasar pemikiran penggunaan zinc dalam
pengobatan diare akut didasarkan pada efeknya terhadap imun atau terhadap struktur
dan fungsi saluran cerna dan terhadap proses perbaikan epitel saluran cerna selama
diare. Pemberian zinc pada diare dapat meningkatkan absorbsi air dan elektrolit oleh
usus halus meningkatkan kecepatan regenerasi epitel usus, meningkatkan jumlah
brush border apical, dan meningkatkan respon imun yang mempercepat pembersihan
patogen di usus. Pengobatan dengan zinc cocok ditetapkan di negara-negara
berkembang seprti Indonesia yang memiliki banyak masalah terjadinya kekurangan
zinc di dalam tubuh karena tingkat kesejahteraan yang rendah dan daya imunitasnya
yang kurang memadai. Pemberian zinc dapat menurunkan risiko terjadinya dehidrasi
pada anak. Dosis zinc untuk anak-anak:
-
49
Zinc diberikan selama 10-14 hari berturut-turut, meskipun anak telah sembuh dari
diare. Untuk bayi tablet zinc diberikan dalam air matang, ASI atau oralit. Untuk anak
lebih besar, zinc dapat dikunyah atau dilarutkan dalam air matang atau oralit.6
Terapi medikamentosa
Berbagai macam obat telah digunakan untuk pengobatan diare seperti
antibiotika, antidiare, adsorben, antiemetik, dan obat yang mempengaruhi mikroflora
usus. Beberapa obat mempunyai lebih dari satu mekanisme kerja, banyak diantaranya
mempunyai efek toksik sistemik dan sebagian besar tidak direkomendasikan untuk
anak umur kurang dari 2-3 tahun. Secara umum dikatakan bahwa obat-obat tersebut
tidak diperlukan untuk pengobatan diare akut.
Antibiotik
Antbiotik pada umunya tidak diperlukan pada semua daire akut oleh karena
sebagian besar diare infeksi adalah rotavirus yang sifatnya self limited dan tidak
dapat dibunuh dengan antibiotik. Hanya sebagian kecil (10-20%) yang disebabkan
oleh bakteri patogen seperti V,cholera, Shigella, Enterotoksigenik E.coli, Salmonella,
Campilobacter, dan sebagainya,6
Penyebab
Antibiotik pilihan
Alternatif
Kolera
Ciprofloxacin 15 mg/kgBB
Pivmecillinam 20 mg/kg BB
Shigella Disentri
Metronidazole 10 mg/kgBB
3xs ehari selama 5 hari (10 hari pada
kasus berat)
Giadiasis
Metronidazole 5mg/kgBB
3x sehari selama 5 hari
50
Obat antidiare
Obat-obat ini meskipun sering digunakan tidak mempunyai keuntungan
praktis dan tidak diindikasikan untuk pengobatan diare akut pada anak. Beberapa dari
obat-obat ini berbahaya. Produk yang termasuk dalam kategori ini adalah:6,7
Adsorben
Contoh: kaolin, attapulgite, smectite, activated charcoal, cholesteramine).
Obat-obat ini dipromosikan untuk pengobatan diare atas dasar kemampuanya
untuk mengikat dan menginaktifasi toksin bakteri atau bahan lain yang
menyebabkan diare serta dikatakan mempunyai kemampuan melindungi
mukosa usus. Walaupun demikian, tidak ada bukti keuntungan praktis dari
penggunaan obat ini untuk pengobatan rutin diare akut pada anak.
Antimotilitas
Contoh loperamidhydrocloride, diphenoxylate dengan atropine, tincture opiii,
paregoric, codein). Obat-obatan ini dapat mengurangi frekuensi diare pada
orang dewasa akan tetapi tidak mengurangi volume tinja pada anak. Lebih
dari itu dapat menyebabkan ileus paralitik yang berat yang dapat fatal atau
dapat memperpanjang infeksi dengan memperlambat eliminasi dari organisme
penyebab. Dapat terjadi efek sedative pada dosis normal. Tidak satupun dari
obat-obatan ini boleh diberikan pada bayi dan anak dengan diare.
Bismuth subsalicylate
Bila diberikan setiap 4 jam dilaporkan dapat mengurangi keluaran tinja pada
anak dngan diare akut sebanya 30% akan tetapi, cara ini jarang digunakan.
Obat-obat lain:
Anti muntah
Termasuk obat ini seperti prochlorperazine dan chlorpromazine yang dapat
menyebabkan mengantuk sehingga mengganggu pemberian terapi rehidrasi
51
oral. Oleh karena itu obat anti muntah tidak digunakan pada anak dengan
diare, muntah biasanya berhenti bila penderita telah terehidrasi.
Probiotik
Probiotik diberi batas sebagai mikroorganisme hidup dalam makanan yang
difermentasi
terciptanya keseimbangan
mikroflora intestinal yang lebih baik. Pencegahan diare dapat dilakukan dengan
pemberian probiotik dalam waktu yang panjang terutama untuk bayi yang tidak
minum ASI. Kemungkinan efek probiotik dalam pencegahan diare melalui perubahan
lingkungan mikrolumen usus, kompetisi nutrien, mencegah adhesi kuman patogen
pada enterosit, modifikasi toksin atau reseptor toksin efek trofik terhadap mukosa
usus melalui penyediaan nutrien dan imunomodulasi. Pemberian makanan selama
daire harus diteruskan dan ditingkatkan setelah sembuh, tujuanya adalah memberikan
makanan yang kaya nutrient sebanyak anak mampu menerima. Sebagian besar anak
dengan diare cair, nafsu makannya timbul kembali setelah dehidrasi teratasi.
Meneruskan pemberian makanan akan mempercepat kembalinya fungsi usus yang
normal termasuk kemampuan menerima dan mengabsorbsi berbagai nutrien, sehingga
memburuknya status gizi dapat dicegah atau paling tidak dapat dikurangi.
Mekanisme kerja probiotik untuk menghambat pertumbuhan bakteri patogen
dalam mukosa usus belum sepenuhnya jelas tetapi beberapa laporan menunjukan
adanya kompetisi untuk mengadakan perlekatan dengan enterosit (sel epitel mukosa).
Enterosit yang telah jenuh dengan bakteri probiotik tidak dapat lagi dilekati bakteri
yang lain. Jadi dengan adanya bakteri probiotik di dalam mukosa usus dapat
mencegah kolonisasi oleh bakteri patogen. Lactobacillus strain pada manusia
mempunyai kemampuan melekat pada Caco-2 cells dan sel goblet HT 29-MTX pada
sel epitel mukosa usus. Lactobacillus acidophilus LA1 dan LA3 mempunyai
kemampuan melekat yang kuat, tidak tergantung pada calcium, sedangkan
Lactobacillus strain LA10 dan LA18 kemampuan melekatnya rendah. Kemampuan
perlekatan tersebut dapat dihilangkan dengan adanya tripsin. Strain LA1 mempunyai
52
Hipernatremia
Penderita
diare
dengan
natrium
plasma>150
mmol/L
memerlukan
Hiponatremia
53
Anak dengan diare yang hanya minum air putih atau cairan yang hanya
mengandung sedikit garam, dapat terjadai hiponatremia ( Na<130 mmol/L).
Hiponatremia sering terjadi pada anak dengan Shigellosis dan pada anak
malnutrisi berat dengan edema. Oralit aman dan efektif untuk terapi dari
hampir semua anak dengan hiponatremi. Bila tidak berhasil, koreksi Na
dilakukan bersamaan dengan koreksi cairan rehidrasi yaitu : memakai ringer
laktat atau normal saline. Kadar Na koreksi (mEq/L)=125- kadar Na serum
yang diperiksa dikalikan 0,6 dan dikalikan berat badan. Separuh diberikan
dalam 8 jam, sisanya diberikan dalam 16 jam. Peningkatan serum Na tidak
boleh melebihi 2 mEq/L/jam.6
-
Hiperkalemia
Disebut hiperkalemia jika K>5 mEq/L, koreksi dilakukan dengan pemberian
kalsium glukonas 10% 0,5-1 ml/kgBB i.v pelan-pelan dalam 5-10 menit
dengan monitor detak jantung.6
Hipokalemia
Dikatakan hipokalemia bila K<3,5 mEq/L, koreksi dilakukan menurut kadar
K: jika kalium 2,5-3,5 mEq/L diberikan peroral 75 mcg/kgBB/hr dibagi 3
dosis. Bila <2,5 mEq/L maka diberikan secara intravena drip (tidak boleh
bolus) diberikan dalam 4 jam. Dosisnya: (3,5-kadar K terukurx BBx0,4 +2
mEq/kgBB/24 jam) diberikan dalam 4 jam kemudian 20 jam berikutnya
adalah (3,5-kadar K terukurx BBx 0,4+1/6x2 mEqxBB). Hipokalemia dapat
menyebakan kelemahan otot, paralitik usus, gangguan fungsi ginjal dan
aritmia jantung. Hipokalemia dapat dicegah dan kekurangan kalium dapat
dikoreksi dengan menggunakan makanan yang kaya kalium selama diare dan
sesudah diare berhenti.6
2. Demam
Demam sering terjadi pada infeksi shigella disentria dan rotavirus. Pada
umunya demam akan timbul jika penyebab diare mengadakan invasi ke dalam
54
sel epitel usus. Demam juga dapat terjadi karena dehidrasi. Demam yang
timbul akibat dehidrasi pada umunya tidak tinggi dan akan menurun setelah
mendapat hidrasi yang cukup. Demam yang tinggi mungkin diikuti kejang
demam. Pengobatan: kompres dan/antipiretika. Antibiotika jika ada infeksi.7
3. Edema/overhidrasi
Terjadi bila penderita mendapat cairan terlalu banyak. Tanda dan gejala yang
tampak biasnya edema kelopak mata, kejang-kejang dapat terjadi bila ada
edema otak. Edema paru-paru dapat terjadi pada penderita dehidrasi berat
yang diberi larutan garan faali. Pengobatan dengan pemberian cairan
intravena dan atau oral dihentikan, kortikosteroid jika kejang.7
4. Asidosis metabolik
Asidosis metabolik ditandai dengan bertambahnya asam atau hilangnya basa
cairan ekstraseluler. Sebagai kompensasi terjadi alkalosis respiratorik, yang
ditandai dengan pernafasan yang dalam dan cepat (kuszmaull). pemberian
oralit yang cukup mengadung bikarbonat atau sitrat dapat memperbaiki
asidosis.
5. Ileus paralitik
Komplikasi yang penting dan sering fatal, terutama terjadi pada anak kecil
sebagai akibat penggunaan obat antimotilitas. Tanda dan gejala berupa perut
kembung, muntah, peristaltik usus berkurang atau tidak ada. Pengobatan
dengan cairan per oral dihentikan, beri cairan parenteral yang mengandung
banyak K.7
6. Kejang7
o Hipoglikemia: terjadi kalau anak dipuasakan terlalu lama. Bila
penderita dalam keadaan koma, glukosa 20% harus diberikan iv,
55
Tindakan:
a. Mencampur susu dengan makanan lain untuk menurunkan kadar
laktosa dan menghindari efek bolus
b. Mengencerkan susu jadi -1/3 selama 24 -48 jan. Untuk mangatasi
kekurangan gizi akibat pengenceran ini, sumber nutrien lain seperti
makanan padat, perlu diberikan.
c. Pemberian yogurt atau susu ynag telah mengalami fermentasi untuk
mengurangi laktosa dan membantu pencernaan oleh bakteri usus.
d. Berikan susu formula yang tidak mengandung/rendah laktosa, atau
ganti dengan susu kedelai.
8. Malabsorbsi glukosa
Jarang terjadi. Dapat terjadi penderita diare yang disebabkan oleh infeksi, atau
penderita dengan gizi buruk.
56
9. Muntah
Muntah dapat disebabkan oleh dehidrasi, iritasi usus atau gastritis yang
menyebabkan gangguan fungsi usus atau mual yang berhubungan dengan
infeksi sistemik. Muntah dapat juga disebabkan karena pemberian cairan oral
terlalu cepat. Tindakan: berikan oralit sedikit-sedikit tetapi sering (1 sendok
makan tiap 2-3 menit), antiemetik sebaiknya tidak diberikan karena sering
menyebabkan penurunan kesadaran.7
3.10 Pencegahan
1. Mencegah penyebaran kuman patogen penyebab diare
Kuman-kuman patogen penyebab diare umumnya disebarkan secara fekal
oral. Pemutusan penyebaran kuman penyebab diare perlu difokuskan pada
cara penyebaran ini. Upaya pencegahan diare yang terbukti efektif meliputi:
a. Pemberian ASI yang benar
b. Memperbaiki penyiapan dan penyimpanan makanan pendamping ASI
c. Menggunakan air bersih yang cukup
d. Membudayakan kebiasaan mencuci tangan dengan sabun sehabis buang
air besar dan sebelum makan
e. Penggunaan jamban yang bersih dan higienis oleh seluruh anggota
keluarga
f. Membuang tinja bayi yang benar
2. Memperbaiki daya tahan tubuh pejamu
Cara-cara yang dapat dilakukan untuk meningkatkan daya tahan tubuh anak
dan dapat juga mengurangi resiko diare antara lain:
57
3.11 Prognosis
Bila kita menatalaksanakan diare sesuai dengan 4 pilar diare, sebagian besar
(90%) kasus diare pada anak akan sembuh dalam waktu kurang dari 7 hari, sebagian
kecil (5%) akan melanjut dan sembuh dalam kurang dari 7 hari, sebagian kecil (5%)
akan menjadi diare persisten.11
58
BAB IV
ANALISA KASUS
Pada kasus ini telah dilaporkan anak perempuan usia 11 tahun, dengan berat
badan 24,5 kg dan panjang badan 145 cm. Pada anamnesis didapatkan anak mengeluh
mencret >4 kali / hari sebelum masuk rumah sakit, cair, bercampur ampas, lebih
banyak air, lendir (-), darah (-), banyaknya 1 gelas belimbing, warna kuning, tidak
berbau asam
Berdasarkan anamnesis diatas di dapatkan kemungkinan anak menderita diare
akut sesuai dengan definisi diare yaitu buang air besar yang lebih sering dan dengan
konsistensi yang lebih encer dari biasanya sebanyak 3 kali atau lebih dalam sehari,
dengan atau tanpa darah dan atau lendir dalam tinja. Serta definisi diare akut yaitu
buang air besar yang terjadi pada bayi dan anak yang sebelumnya nampak sehat
dengan frekuensi 3 kali atau lebih per hari disertai perubahan tinja menjadi cair
dengan atau tanpa lendir dan darah yang berlangsung kurang dari satu minggu.1
Anak juga mengalami muntah 3x, anak muntah apa yang dimakannya,
seterusnya muntah air. Muntah tidak menyembur (proyektil).
Muntah adalah salah satu gejala gastroenteritis akut, sesuai dengan patogenesis
gastroenteritis yaitu adanya mikroorganisme yang menginfeksi saluran cerna bagian
atas seperti virus dan bakteri yang memproduksi enterotoksin sehingga merangsang
peristaltik gaster dan usus halus untuk mendorong toksin keluar dari tubuh.
Dinyatakan juga bahwa muntah tidak menyembur (proyektil) menunjukkan bahwa
tidak ada tanda-tanda peningkatan tekanan intrakranial.
Anak menjadi rewel, tampak lemas, nafsu makan menurun, anak masih BAK.
Tanda tanda diatas merupakan petanda anak mengalami kehilangan cairan
(dehidrasi) yaitu dehidrasi ringan sedang sesuai dengan kriteria WHO tahun 1995
dimana jika ditemukan 1 tanda mayor (*) dan di tambah tanda minor yang lain, anak
dapat dikatakan mengalami dehidrasi.
59
Penilaian
Tanpa dehidrasi
Dehidrasi ringan-sedang
Dehidrasi berat
Keadaan umum
Baik,sadar
*Gelisah,rewel
*lesu,lunglai/tidak sadar
Mata
Normal
Cekung
Sangat cekung
Air mata
Ada
Tidak ada
Kering
Basah
Kering
Sangat kering
Rasa haus
Lihat:
bias minum
Periksa: turgor kulit
Kembali cepat
*kembali lambat
Hasil pemeriksaan
Tanpa dehidrasi
Dehidrasi ringan/sedang
Dehidrasi berat
Rencana terapi B
Rencana terapi C
Terapi
Rencana terapi A
Pada anamnesa juga di dapatkan anak demam sejak mencret muncul, panas
tidak terlalu tinggi, tidak disertai kejang, tidak di sertai timbulnya bintik bintik
merah pada kulit maupun mimisan, suhu tidak naik turun, tidak menggigil, dan tidak
disertai keringat. Keluhan batuk disangkal dan pilek disangkal, telinga berair
disangkal, dan kencing merah (berdarah) disangkal.
Demam dapat terjadi pada anak yang terkena diare, demam terjadi akibat
peradangan atau dehidrasi. demam terjadi pada penderita inflammatory diarrhea dan
sering terjadi pada diare yang disebabkan oleh bakteri, dimana bakteri dapat
menembus (invasi) ke mukosa usus halus sehingga dapat menimbulkan reaksi
sistemik salah satunya adalah demam.
Demam pada anak ini tidak di sertai kejang yang menandakan tidak terjadi
infeksi baik intrakranial maupun ekstrakranial yang dapat menimbulkan kejang,
gangguan elektrolit akibat diare dan muntah juga dapat menimbulkan kejang, namun
pada anak ini tidak terjadi. Demam pada anak ini tidak disertai timbulnya bintik
bintik merah pada kulit maupun mimisan yang merupakan manifestasi perdarahan
pada demam berdarah dengue. Demam tidak naik turun, tidak menggigil, dan tidak
disertai keringat yang mengarahkan ke diagnosis malaria. Demam juga tidak disertai
batuk dan pilek yang sering terjadi pada infeksi saluran pernafasan atas (ISPA).
Selain itu demam tidak di sertai telinga berair pada otitis media akut (OMA), dan
60
demam tidak disertai kencing merah (berdarah) yang mengarahkan pada diagnosa
infeksi saluran kemih (ISK).
Orang tua anak mengatakan bahwa dirumah mereka minum menggunakan air
galon isi ulang tanpa dimasak terlebih dahulu. Hal ini merupakan salah satu penyebab
mengapa anak terkena diare. Anak juga mempunyai riwayat tidak mendapat ASI saat
pertama lahir, langsung diberi susu formula, ini berarti anak tidak mendapat ASI
ekslusif dari ibunya, ini menjadi faktor resiko untuk terjadinya gangguan pada
pencernaan anak.
Melalui pemeriksaan umum didapatkan anak tampak lemah, rewel, kesadaran
komposmentis dengan tanda vital nadi : 120x/menit reguler, isi cukup, respiratory
rate: 24x/menit, suhu : 36,9c.
Pemeriksaan fisik pada kepala didapatkan : mata cekung (-), air mata cukup,
mukosa bibir kering (+), pemeriksaan leher, dada (jantung dan paru) dalam batas
normal, pada pemeriksaan abdomen di dapatkan turgor kembali cepat (<2 detik),
peristaltik usus meningkat. Pada pemeriksaan ekstemitas akral hangat (+), capillary
refil time <2 detik. Pemeriksaan neurologis dalam batas normal.
Dari anamnesis dan pemeriksaan fisik di atas dapat disimpulkan anak menderita
Gastoenteritis Akut Dehidrasi Ringan Sedang sesuai dengan definisi diare akut dan
derajat dehidrasi WHO.
Pada pemeriksaan laboratorium darah rutin semua dalam batas normal.
Pemeriksaan elektolit serum natrium mengalami penurunan. Pemeriksaan anjuran
yang disarankan adalah pemeriksaan feses rutin untuk mengetahui etiologi dan
merencanakan terapi yang akan di pilih.
Terapi yang di berikan pada anak ini adalah terapi rehidrasi, medikamentosa,
diet, dan edukasi orang tua. Terapi rehidrasi dan koreksi elektrolit dilakukan melalui
pemberian cairan intravena karena rehidrasi oral sulit dilakukan karena anak muntah.
Cairan yang dapat diberikan adalah ringer laktat,
Dengan perhitungan haliday segar maintenance untuk berat badan 24,5 kg
= 1000 + 3x50
61
= 1150 cc
Diberikan cairan RL dengan kandungan Na (130 mEq/L), Cl (109 mEq/L), Ca (3
mEq), dan laktat (28 mEq/L),
Telah direhidrasi dengan 350 cc habis dalam 4 jam dilanjutkan KAEN 3A
Setelah 3 jam pertama selanjutnya dinilai apakah rehidrasi telah terpenuhi
melalui perbaikan klinis khususnya melalui urin output, normal bila urin output
mencapai 1-2cc/kgBB/jam. Bila terjadi perbaikan selanjutnya diberikan cairan
maintenance. Cairan mantenance yang diberikan yaitu 20 tts/mnt.
Zinc diberikan karena dapat mengurangi lama dan beratnya diare. Zinc juga
dapat mengembalikan nafsu makan anak. Zinc termasuk mikronutrien yang mutlak
dibutuhkan untuk memelihara kehidupan yang optimal. Dasar pemikiran penggunaan
zinc dalam pengobatan diare akut didasarkan pada efeknya terhadap imun atau
terhadap struktur dan fungsi saluran cerna dan terhadap proses perbaikan epitel
saluran cerna selama diare. Pemberian zinc pada diare dapat meningkatkan absorbsi
air dan elektrolit oleh usus halus meningkatkan kecepatan regenerasi epitel usus. Pada
anak ini zinc diberikan 20 mg (2 cth syr) selama 10-14 hari.
Probiotik juga diberikan untuk menghambat pertumbuhan bakteri patogen
dalam mukosa usus belum sepenuhnya jelas tetapi beberapa laporan menunjukan
adanya kompetisi untuk mengadakan perlekatan dengan enterosit (sel epitel mukosa).
Enterosit yang telah jenuh dengan bakteri probiotik tidak dapat lagi dilekati bakteri
yang lain. Jadi dengan adanya bakteri probiotik di dalam mukosa usus dapat
mencegah kolonisasi oleh bakteri patogen. Pada anak ini diberikan Lactobacillus (LBio).
Selain itu diberikan antipiretik (paracetamol) untuk mengurangi gejala serta
mencegah hiperpireksia yang dapat mencetuskan kejang demam.
Pemberian makan pada anak ini dimulai bila hemodinamik telah stabil.
Pemberian makanan harus diteruskan selama diare dan ditingkatkan setelah sembuh.
Tujuannya adalah memberikan makanan kaya nutrient sebanyak anak mampu
menerima. Sebagian besar anak dengan diare cair, nafsu makanya timbul kembali
62
b.
c.
2.
b.
c.
63
64
BAB V
PENUTUP
Diare adalah buang air besar yang lebih sering dan dengan konsistensi yang
lebih encer dari biasanya sebanyak 3 kali atau lebih dalam sehari, dengan atau tanpa
darah dan atau lendir dalam tinja.
Terdapat empat pilar penting dalam tatalaksana diare yaitu rehidrasi,
dukungan nutrisi, pemberian obat sesuaiindikasi dan edukasi pada orang tua. Tujuan
pengobatan, yaitu mencegah dehidrasi,
mencegah kekurangan nutrisi dengan memberikan makanan selama dan setelah diare,
dan mengurangi lama dan beratnya diare, serta berulangnya episode diare, dengan
memberikan suplemen zinc
Bila kita menatalaksanakan diare sesuai dengan 4 pilar diare, sebagian besar
(90%) kasus diare pada anak akan sembuh dalam waktu kurang dari 7 hari, sebagian
kecil (5%) akan melanjut dan sembuh dalam kurang dari 7 hari, sebagian kecil (5%)
akan menjadi diare persisten.
65
DAFTAR PUSTAKA
1.
Dadiyanto DW, Muryawan MH, Anindita, Buku Ajar Ilmu Kesehatan Anak,
Departemen Ilmu Kesehatan Anak FKUNDIP, Semarang, 2011, hal 124-131
2.
3.
Depatemen
Kesehatan.
Diare
PadaAnak.
Kamis,
1November
2014
www.depkes.go.id
4.
5.
6.
7.
8.
9.
10. Firmansyah A dkk. Modul Pelatihan Tata Laksana Diare pada Anak. Jakarta:
Badan Koordinasi Gastroenterologi Anak Indonesia.2005
66
11. WHO. Buku Saku Pelayanan Kesehatan Anak di Rumah Sakit Pedoman Bagi
Rumah Sakit Rujukan Tingkat Pertama di Kabupaten Kota. Jakarta: WHO
Indonesia.2009.
67