Você está na página 1de 9

Tinjauan Pustaka

Asfiksia neonatorum

Definisi
Beberapa sumber mendefinisikan asfiksia neonatorum dengan berbeda diantaranya:
a. Ikatan Dokter Anak Indonesia
Asfiksia neonatorum adalah kegagalan napas secara spontan dan teratur pada saat
lahir atau beberapa saat setelah saat lahir yang ditandai dengan hipoksemia,
hiperkarbia dan asidosis.
b. WHO
Asfiksia neonatorum adalah kegagalan bernapas secara spontan dan teratur segera
setelah lahir.
c. ACOG dan AAP
Seorang neonatus disebut mengalami asfiksia bila memenuhi kondisi sebagai berikut:
1. Nilai Apgar menit kelima 0-3
2. Adanya asidosis pada pemeriksaan darah tali pusat (pH<7.0)
3. Gangguan neurologis (misalnya: kejang, hipotonia atau koma)
4. Adanya gangguan sistem multiorgan (misalnya: gangguan kardiovaskular,
gastrointestinal, hematologi, pulmoner, atau sistem renal).
Asfiksia dapat bermanifestasi sebagai disfungsi multiorgan, kejang dan ensefalopati hipoksikiskemik, serta asidemia metabolik. Bayi yang mengalami episode hipoksia-iskemi yang
signifikan saat lahir memiliki risiko disfungsi dari berbagai organ, dengan disfungsi otak
sebagai pertimbangan utama.
Etiologi
Towell (1966) mengajukan penggolongan penyebab kegagalan pernafasan pada bayi yang
terdiri dari :
1. Faktor ibu
Hipoksia ibu. Hal ini akan menimbulkan hipoksia janin dengan segala akibatnya.
Hipoksiaibu ini dapat terjadi karena hipoventilasi akibat pemberian obat analgetika

atau anastesia dalam. Gangguan aliran darah uterus. Berkurangnya aliran darah pada
uterus akan menyebabkan berkurangnya pengaliran oksigen ke plasenta dan demikian
pula kejanin. Hal ini sering terjadi pada keadaaan : (a) gangguan kontraksi uterus,
misalnya hipertoni, hipotoni atau tetani uterus akibat penyakit atau obat, (b) hipotensi
mendadak pda ibu akibat pendarahan, (c) hipertensi pada penyakit eklamsia dan lainlainnya.
2. Faktor plasenta
Pertukaran gas antara ibu dan janin dipengaruhi luas dan kondisi plasenta. Asfiksia
janin akan terjadi bila terdapat gangguan mendadak pada plasenta, misalnya solusio
plasenta, perdarahan plasenta, dan lain-lain.
3. Faktor fetus
Kompresi umbilikus akan mengakibatkan terganggunya aliran darah dalam pembuluh
darah umbilikus dan menghambat pertukaran gas antara ibu dan janin. Gangguan
alliran darah ini dapat ditemukan pada keadaaan tali pusat membumbung, tali pusat
melilit leher, kompresi tali pusat anatara janin dan jalan lahir dan lain-lain.
4. Faktor neonatus
Depresi pusat pernafasan pada bayi baru lahir dapat terjadi karena beberapa hal
yaitu : (a) pemakaian obat anastesi/ analgetika yang berlebihan pada ibu secara
langsung dapat menimbulkan depresi pusat pernafasan janin, (b) trauma yang terjadi
pada persalinan, misalnya perarahan intrakranial (c) kelaianan kongenital pada bayi.
Patofisiologi
Sebelum lahir, paru janin tidak berfungsi sebagai sumber oksigen atau jalan
untuk mengeluarkan karbondioksida. Pembuluh arteriol yang ada di dalam paru janin
dalam keadaan konstriksi sehingga tekanan oksigen (pO2) parsial rendah. Setelah
lahir, bayi akan segera bergantung pada paru-paru sebagai sumber utama oksigen.
Cairan yang mengisi alveoli akan diserap ke dalam jaringan paru, dan alveoli akan
berisi udara. Pengisian alveoli oleh udara akan memungkinkan oksigen mengalir ke
dalam pembuluh darah di sekitar alveoli.
Pernafasan spontan bayi baru lahir bergantung kepada kondisi janin pada masa
kehamilan dan persalinan. Proses kelahiran sendiri selalu menimbulkan asfiksia
ringanyang bersifat sementara pada bayi (asfiksia transient). Proses ini dianggap
sangat perlu untuk merangsang kemoreseptor pusat pernafasan agar terjadi primary
gasping yang kemudian akan berlanjut dengan pernafasan teratur. Bila terdapat
gangguan pertukaran gas atau pengangkutan oksigenselama kehamilan / persalinan,
akan terjadi asfiksia yang lebih berat.

Pada saat pasokan oksigen berkurang, akan terjadi konstriksi arteriol pada
organ seperti usus, ginjal, otot dan kulit, namun demikian aliran darah ke jantung dan
otak tetap stabil atau meningkat untuk mempertahankan pasokan oksigen.
Penyesuaian distribusi aliran darah akan menolong kelangsungan fungsi organ-organ
vital. Walaupun demikian jika kekurangan oksigen berlangsung terus maka terjadi
kegagalan fungsi miokardium dan kegagalan peningkatan curah jantung, penurunan
tekanan darah, yang mengkibatkan aliran darah ke seluruh organ akan berkurang.
Sebagai akibat dari kekurangan perfusi oksigen dan oksigenasi jaringan, akan
menimbulkan kerusakan jaringan otak yang irreversible, kerusakan organ tubuh lain,
atau kematian.
Asfiksia dibagi menjadi :
1) Asfiksia Berat (Nilai APGAR 0-3)
Resusitasi aktif dalam keadaan ini harus segera dilakukan. Langkah utama ialah
memperbaiki ventilasi paru-paru dengan memberikan O2 secara tekanan langsung
dan berulang-ulang. Bila setelah beberapa waktu pernapasan spontan tidak timbul
dan frekuensi jantung menurun maka pemberian obat-obat lain serta massase
jantung sebaiknya segera dilakukan.
2) Asfiksia ringan-sedang (Nilai APGAR 4-6).
Pernapasan aktif yang sederhana dapat dilakukan secara pernapasan kodok (frog
breathing). Cara ini dikerjakan dengan melakukan pipa ke dalam jantung dan O2
dialirkan dengan kecepatan 1-2 liter dalam 1 menit. Agar saluran napas bebas,
bayi diletakkan dengan kepapa dorsofleksi.Pada pernapasan dari mulut ke mulut,
mulut penolong diisi terlebih dahulu dengan O2 sebelum pernapasan. Peniupan
dilakukan secara teratur dengan frekuensi 20-30 kali semenit dan diperhatikan
gerakan pernapasan yang mungkin timbul. Jika terjadi penurunan frekuensi
jantung dan tonus otot maka bayi dikatakan sebagai penderita asfiksia berat.
Penegakan Diagnosis
Anamnesis
Anamnesis diarahkan untuk mencari faktor risiko terhadap terjadinya asfiksia
neonatorum.

Pemeriksaan fisis
Bayi tidak bernafas atau menangis

Denyut jantung kurang dari 100x/menit

Tonus otot menurun

Bisa didapatkan cairan ketuban ibu bercampur mekonium, atau sisa mekonium pada
tubuh bayi

BBLR

Tindakan pada asfiksia neonatorum


Tujuan utama mengatasi asfiksia ialah untuk mempertahankan kelangsungan hidup bayi dan
membatasi gejala sisa (sequele) yang mungkin timbul dikemudian hari. Sebelum resusitasi
dikerjakan, perlu diperhatikan bahwa :
a. Faktor waktu sangatlag penting. Makin lama bayi menderita asfiksia, perubahan
homeostasis yang timbul makin berat, resusitasi akan lebih sulit dan kemungkinan
timbulnya sequele akan meningkat.
b. Kerusakan yang timbul pada bayi akibat anoksia/ hipoksia antenatal tidak dapat
diperbaiki, tetapi kerusakan yang akan terjadi karena anoksia/ hipoksia pascanatal
harus dicegah dan diatasi.
c. Riwayat kehamilan dan partus akan memberikan keterangan yang jelas tentang faktor
penyebab terjadinya depresi pernafasan pada bayi baru lahir.
d. Penilaian bayi baru lahir perlu dikenal baik, agar resusitasi yang dilakukan dapat
dipilih dan ditentukan secara adekuat.
Tata laksana
Sebagian besar bayi baru lahir tidak membutuhkan intervensi dalam mengatasi transisi dari
intrauterin ke ekstrauterin, namun sejumlah kecil membutuhkan berbagai derajat resusitasi.

BBLR (Bayi Berat Lahir Rendah)


Definisi

Bayi berat lahir rendah (BBLR) adalah bayi dengan berat lahir kurang dari 2500 gram
tanpa memandang masa gestasi. Berat lahir adalah berat bayi yang ditimbang dalam 1 (satu)
jam setelah lahir.
Klasifikasi
BBLR dapat digolongkan sebagai berikut :
a. Prematuritas murni
Adalah masa gestasinya kurang dari 37 minggu dan berat badannya sesuai dengan
berat badan untuk masa gestasi itu atau biasa disebut neonatus kurang bulan sesuai
untuk masa kehamilan.Kelompok BBLR ini sering mendapatkan penyulit dan
komplikasi akibat kurang matangnya organ karena masa gestasi yang kurang.
b. Dismaturitas
Adalah bayi lahir dengan berat badan kurang dari berat badan seharusnya untuk masa
gestasi itu. Berarti bayi mengalami retardasi pertumbuhan intrauterin dan merupakan
bayi yang kecil untuk masa kehamilannya. Hal ini disebabkan oleh terganggunya
sirkulasi dan efisiensi plasenta, kurang baiknya keadaan umum ibu atau gizi ibu, atau
hambatan pertumbuhan dari bayinya sendiri.
Etiologi
Penyebab terbanyak terjadinya BBLR adalah kelahiran prematur. Faktor ibu yang lain
adalah umur, paritas, dan lain-lain. Faktor plasenta seperti penyakit vaskuler, kehamilan
kembar/ganda, serta faktor janin juga merupakan penyebab terjadinya BBLR.
(1) Faktor ibu
a. Penyakit : Seperti malaria, anaemia, sipilis, infeksi TORCH, dan lain-lain
b. Komplikasi pada kehamilan : Komplikasi yang tejadi pada kehamilan ibu seperti
perdarahan antepartum, pre-eklamsia berat, eklamsia, dan kelahiran preterm.
c. Usia Ibu dan paritas : Angka kejadian BBLR tertinggi ditemukan pada bayi yang
dilahirkan oleh ibu-ibu dengan usia.
d. Faktor kebiasaan ibu : Faktor kebiasaan ibu juga berpengaruh seperti ibu perokok, ibu
pecandu alkohol dan ibu pengguna narkotika.
(2) Faktor Janin

Prematur, hidramion, kehamilan kembar/ganda (gemeli), kelainan kromosom.


(3) Faktor Lingkungan
Yang dapat berpengaruh antara lain; tempat tinggal di daratan tinggi, radiasi, sosioekonomi dan paparan zat-zat racun.
Komplikasi
Komplikasi langsung yang dapat terjadi pada bayi berat lahir rendah antara lain :
Hipotermia
Hipoglikemia
Gangguan cairan dan elektrolit
Hiperbilirubinemia
Sindroma gawat nafas
Paten duktus arteriosus
Infeksi
Perdarahan intraventrikuler
Apnea of Prematurity
Anemia
Diagnosis
Menegakkan diagnosis BBLR adalah dengan mengukur berat lahir bayi dalam jangka
waktu kurang lebih dapat diketahui dengan dilakukan anamesis, pemeriksaan fisik dan
pemeriksaan penunjang.
1). Anamnesis
Riwayat yang perlu ditanyakan pada ibu dalam anamesis untuk menegakkan mencari
etiologi dan faktor-faktor yang berpengaruh terhadap terjadinya BBLR :
o Umur ibu
o Riwayat hari pertama haid terakir
o Riwayat persalinan sebelumnya
o Paritas, jarak kelahiran sebelumnya
o Kenaikan berat badan selama hamil
o Aktivitas
o Penyakit yang diderita selama hamil
o Obat-obatan yang diminum selama hamil

2). Pemeriksaan Fisik


Yang dapat dijumpai saat pemeriksaan fisik pada bayi BBLR antara lain :
o

Berat badan <2500 gr

Tanda-tanda prematuritas (pada bayi kurang bulan)

Tulang rawan telinga belum terbentuk.

Masih terdapat lanugo.

Refleks masih lemah.

Alat kelamin luar; perempuan: labium mayus belum menutup labium


minus; laki-laki: belum terjadi penurunan testis & kulit testis rata.

Tanda bayi cukup bulan atau lebih bulan (bila bayi kecil untuk masa kehamilan).

Tidak dijumpai tanda prematuritas.

Kulit keriput.

Kuku lebih panjang

3). Pemeriksaan penunjang


o Pemeriksaan penunjang yang dapat dilakukan antara lain
o Pemeriksaan skor ballard
o Tes kocok (shake test), dianjur untuk bayi kurang bulan
o Darah rutin, glukosa darah, kalau perlu dan tersedia fasilitas diperiksa kadar elektrolit dan
analisa gas darah.
o Foto dada ataupun babygram diperlukan pada bayi baru lahir dengan umur kehamilan
kurang bulan dimulai pada umur 8 jam atau didapat/diperkirakan akan terjadi sindrom
gawat nafas.
o USG kepala terutama pada bayi dengan umur kehamilan kurang lebih
Penatalaksanaan
Bayi prematur atau BBLR mempunyai masalah menyusui karena refleks
menghisapnya masih lemah. Untuk bayi demikian sebaiknya ASI dikeluarkan dengan
pompa atau diperas dan diberikan pada bayi dengan pipa lambung atau pipet. Dengan
memegang kepala dan menahan bawah dagu, bayi dapat dilatih untuk menghisap sementara
ASI yang telah dikeluarkan yang diberikan dengan pipet atau selang kecil yang menempel
pada puting. ASI merupakan pilihan utama :

o Apabila bayi mendapat ASI, pastikan bayi menerima jumlah yang cukup dengan cara
apapun, perhatikan cara pemberian ASI dan nilai kemampuan bayi menghisap paling
kurang sehari sekali.
o Apabila bayi sudah tidak mendapatkan cairan IV dan beratnya naik 20 g/hari selama 3
hari berturut-turut, timbang bayi 2 kali seminggu.
Suportif
Hal utama yang perlu dilakukan adalah mempertahankan suhu tubuh normal :

Gunakan salah satu cara menghangatkan dan mempertahankan suhu tubuh bayi,
seperti kontak kulit ke kulit, kangaroo mother care, pemancar panas, inkubator atau
ruangan hangat yang tersedia di tempat fasilitas kesehatan setempat sesuai petunjuk.

Jangan memandikan atau menyentuh bayi dengan tangan dingin

Ukur suhu tubuh dengan berkala

Yang juga harus diperhatikan untuk penatalaksanaan suportif ini adalah :

Jaga dan pantau patensi jalan nafas

Pantau kecukupan nutrisi, cairan dan elektrolit

Bila terjadi penyulit, harus dikoreksi dengan segera (contoh; hipotermia, kejang,
gangguan nafas, hiperbilirubinemia)

Berikan dukungan emosional pada ibu dan anggota keluarga lainnya

Anjurkan ibu untuk tetap bersama bayi. Bila tidak memungkinkan, biarkan ibu
berkunjung setiap saat dan siapkan kamar untuk menyusui.

DAFTAR PUSTAKA

Kosim, Sholeh. 2008. Buku Ajar Neonatologi, edisi pertama. Ikatan Dokter Anak Indonesia.
Jakarta
Prof.DR. Dr. Eddy Rahardjo, SpAn, KIC, dkk. 2008. Pencegahan dan Penatalaksanaan
asfiksia neonatorum. Accesed at 28 Mei 2012 from http://buk.depkes.go.id
Staf FKUI. 2007. Buku kuliah Ilmu kesehatan Anak. FKUI; Jakarta
Poesponegoro, Hardiono, dr. Sp.A(K). 2005. Standar Pelayanan Medis Kesehatan Anak.
Ikatan Dokter Anak Indonesia. Jakarta.

Você também pode gostar