Você está na página 1de 140
UNIVERSITAS SUMATERA UTARA FAKULTAS EKONOMI MEDAN BASAR PEHILAIAN DAN PENGAWASAN KEVANGAN PABA PY. PLN (PEBSERG? CARANG BINIA! SKRIPSI Oleh : SANITA SIDAURUK NIM 1 980502086 JURUSAN : MANAJEMEN Guna Memenuhi Salah Satu Syarat Untuk Memperoleh Gelar Sarjana Ekonomi 2002 UNIVERSITAS SUMATERA UTARA FAKULTAS EKONOMI MEDAN PENANGGUNG JAWAB SKRIPSI NAMA i SANITA SIDAURUK NIM : 980502086 JURUSAN : MANAJEMEN JODUL SKRIPSI 2 ANALISA LIKUIDITAS, SOLVABILITAS DAN RENTABILITAS SEBAGAI DASAR PENILAIAN DAN = PENGAWASAN KEUANGAN PADA PT PLN (PERSERO} CABANG BINJAI PEMBIMBING if PENANGGUNG JAWABA om A ; TANGGAL. (Drs.USMAN GINTING, MM) PEMBIMBING Ii/ PENANGGUNG JAWAB II (Drs. REKES SURBAKTI, Ak) Tha Eo Bia Sta Sha Bhp Sta Bip His Bp Se Bp LEMBAR PERSEMBAHAN {, Give me one hundreds preachers who fear nothing but sin and besire nothing. But God..such alone will shake the gates of hell and sett up the kingdom on heaven on earth. Berikaniah kepadaku seratus orang penginjil yang tidak takut apapun selain dosa dan yang tidak menginginkan sesuatu salain Allah. Merekalah yang akan mengguncangkan pints nerake daw akan membangunkan kerajaan surga di dunia. Get mote money Save mote money Give more money Carilah vang sebany: Simpanlah uang sebanye! Berikanlah uang sebanyak-banyakanya Do all the good you can By all the means you can In all the ways you can In all the places you can At all the times you can To all the peoele you ean A tong as ever you can Lakukaniah yang bai Dengan segenap harta yang ki Dengan segenap cara Dengan segenap tempat Pada setiap ons Selama kamu his THE WORLD IS MY PARISH Dunia ini tempat pelayananku {Jolin Wesley) kripsi ini kupersembahkan untxk kedua oranghuaicu yang terkasih: Ls. PMH, Sidaerak, SKM R. br Sagala, BA Dan untuk Kelima adikkn yang tersayang; © Minati Tumonda Sidauruk, CR Unk Yusdini Sidauruk, CR Tetty Hasiholan Sidaurnk, CR Joula Naomi Sidauruk, CR Titus Tondi Winata Sidaurnk, Tha Bia Bin Bin Ep Bie ip Bhp Bin Bip Bip By Bie! ~ AYAT-AYAT PENEGUHAN Takut akan Tuhan adalah permulaan pengetahuan, tetapi orang bodoh menghina hikmat dan didikan. Terimatah didikanKu, lebih dari pada perak dan pengetahuan lebih daripada emas pilihan(Ams 1:7 dan Ams.8:11) Sebab rancanganKu bukaniah rancanganmu, dan jalanmu bukanlah jalanKU demikianlah firman Tuhan. Seperti tingginya langit dari bumi, demikinlah tingginya jalanKu dari jalanmu dan rancanganKu dari rancanganmu. Demikiantah firmanKu yang keluar dari mulutKu: ia tidak akan kembali kepadaXu dengan sia-sia, tetapi ia akan melaksanakan apa yang Kuhendaki, dan akan berhasil dalam apa yang Kusuruhkan kepadanya( Yes.55:8-9,14) Sebab Aku ini mengetahui jancangan-rartcangan apa yang ada padaKu mengenai kai inman Tuhan, yaitu rancangan damai sejahtera dap Engan kecelakaan, untuk memberikan kepadamu’ enuh harapan (Yer.29:11) Carilah Tuhan,maka kat Kuatkan dan teguhkan hatimu dengan sungguh\eerty ertindaklah hati-hati sesuai dengan sefuruh hukum ; Janganiah menyimpang kekanan atau kekiri, supaya engkau beruntung... . Janganiah engkau fupa memperkatakan Kitab Taurat ini, tetapi renungkanfah siang dan malam, supaya engkau bertindak hati-hati Janganiah kecut dan tawar hati, sebabTuhan Ailahmu menyertal engkau kemanapun engkau pergi(Yos.1:6-3) kuatkan dan teguhkan Kita tahu sekarang, bahwa Allah turut bekerja dalam segala sesuatu mendatangkan kebaikan bagi mereka yang mengasihi Dia.........(Rom.8:28) Karena itu saudara-saudaraku supaya panggilan dan pilihanmu makin teguh... berusahalah sungguh-sungguh, (it Petrus.1:10) Segala perkara dapat kutanggung di dalam Dia yang memberi kekuatan kepadaku. Allahku akan memenuhi segaia keperiuanmu menurut kekayaan dan kemuliaanNya(Fil.4:13,19) Berdoalah setiap waktu di dalam Roh dan berjaga-jagalah di dalam doamu itu dengan permohonan yang tak putus-putusnya(Ef.6:18b) 8 Teman-temanku di UP FE-USU, yang selama ini tempat saya mendapatkan ‘pembinaan rohani daa mengenatkan aku untuk sebuah pelayanan.Terima kasih buat apapun yang telah aku terima yang imemberikan aku banyak bal yang berguna dan Dermanfuat bagi kematangun rohaniku dan kedewassanku bectindak walaupun tak bisa sempura. Namun aku menyesal dan menangis aku belum bisa memberi satu makna dan arti bagi kmpusku dan pelayananku sclanta ini sebagai sooramg AKK. Buat kakak dan abang yang tevlebih dafulu mengenalkan saya akan pembinaan ini yang begitu banyak yaitu BRedit, KLoli, K’Andar, K’Tenggo, B’Sihar, B’Philip, K’Roma, B’Leo, B’Gokma, B’Mexon, K’Vamly, dil. Makasi buat segalanya, Kiranya Tahan yang akan membalaskan semua kebsikan itu pada kalian semua, Juga teman-teman yang selama ini sama-sama dibina dan tempat sharing ‘Tane-rame terutama bagi st.98 yang begitu banyak. Helen #, Auggi, Dewi, Elvi, Artha, Tari, Iyen, Martha, Dame, Elek, Maruli, Joy, Sumi, Fanny, Andi dil. Dan tidak lupa buat adik-adik koordinasi 2002-2003 dibawah Shaolin dan Yola beserta 21 orang lainnya yaitu Winda, Pita, Josep, Joni, Ita, Rotand#, Desi, Bisna, Vero, Rudolp, Enon, Danie, Siska, Friska, Liana all, Tetap semangat ya melayani. Biarlah terjadi penuaian besar di kempus ini karena pelayanan kalion Yang paling khosns untek semua Panitia Retreat 2002, Banyak hel yang indah telah tercipta dan itu sangat berarti bagiku. Tetaplah punya semangat smelayani setelah bubaran dan jangan tupakan hubungaa ini. Bast Jumi, Mci,Rista, ‘Melli, Jiko,RumiHendra, Delvi, Evi, Eva, Susanna#!, Erwin, Juli,Mawanro, All. Dan bagi AKK yang lainnya dari st.99-2002 tetap jadi terang di kampus. Jaga bagi teman-teman di UP tain sempat aka bergaul dan beradaptasi. tit 9. Untuk adilcadik kelompokku yaitu Adri dan Ulli, makasih buat selama ini hubungan yang ‘tercipta sangst manis dan penuh imtrik. Kalian sangat mendewasakan aku. Tetap semangat belajar ya dan jangan lupa hubungan pada Taban, 10. Untuk teman-teman kelompokke dulu yaitu K’Okta, Yanti,Rio,Dinant dan Joice, Makasih buat bubungan yang manis wala sata tahun. Aku berharap kelian tetap semangat dalam hidup. Buat K’Okta jadi saksi Tuhan yang baik ya di kantor ‘dan buat Rio jangan mudah menyerah. Aku tau kau pasti julus nanti. Buat Yanti dan Joice jangan takut akan pekerjaan yang belum dapat dan Dinan jangan malas ‘Kerjaiin skripsi ya, Untuk temanteman kelompokku yang baru yaite K’Dina, Sherly,Sarni dan Yanti, Makasih buat hubungna yang manis walau sangat cepat. Karena kita sudah bubar. Aku akan tetap mengingat kalian teman-teman rohaniku yang begitu mengasihiku. Buat K"Dina semoga semakin sukses aja, ya kak Buat Sherly dan Sani jadi PKK yang bermisi ya buat adik-adiknya dan bagi Yanti semoga bisa jadi calon dokter yang tangguh, 11. Untuk keluarga besar GMKI Koms. FE-USU, aia tak bisa mengucap banyak ‘kata karena sudah merupakan bagian dari hidupku Baik sebagai anggota dan penguras. Aku sudah ‘banyak mengsiaminya tk ingin aku meninggalkennya, Bagaikan sebuah cerita panjang yang tak perlu terucap cukup untuk dikenang saja.Makasih aku ucaplan buat semua kekak dan abang yang pemah ako kenal terlebih dahulu sejak aku masuk. Semua yang aku dapatkan banyak membantuku. ‘Tapi aku mokon masaf aku bolum bisa memberi sosustu untuk komisariat ini. Untuk K’lde, K"Helen, K’Evi, B’Eben, B’Besian, B'Sahat, B’Robert, K’Siti, KK’ Agus dll Juga selama aku jadi pengurus dari 2000-2002, buat fubungan ini bagi teman-teman:Ellen,Ganda, Putri, B’Toga, B’Kaben K’Kathy, Cathlin, K’Mei, ‘KTitin,B’ Binsar,Bella, B’ Mahir,B’Win.Tetap berjuang jangan peraah berhenti mengejar mimpimu. Juga bagi teman-teman. pengurus di 2001-2002 keritikan dan candaan selama ini yang banyak membentukku. Buat Olo"ingat stadi”,Hendra’tegariah,Ina”semoga cepat sembah,ya”, Roni”jangan peraah ragu untuk memulai sesuata”, Niko”jangan menyerah,ya”,Eta,”jadi sekretaris yang baikya”, Laidin,Ratna, Duma,"tetap konsisten,ya”, Oci,"berjuangiah, Au, Tetty"bendahara yang tulen, Roy” penkritik terbaik”, Edi*seriuslah ‘sckali-tali” dan Alida “ semakin dewasa, ya” Buat pengurus bara dibawah Togar dan Eta, Tetap kuat ya. Jangan pernah buat kesalahan yang sama dari pengurus faiu. Aku berharap ada sedikit kemajuan pada tahun ini dalam komisariat ini, Jangan terlalu malas mencoba sesuatu yang bans untuk kebaikan Untuk Gompar, Triple Maria, Lusia, Hendra, Mangara, Bernard, Martin, Delet, Donda,Monry.Dan bagi adik-adik yang lain dari st.99-2002 jadi kader yang baik ya. Komisarat ini mash sangat butuh kalian, Sadi jangan tinggalkan.Dan tak lupa buat teman-teman sejajaran dan Badan Pengurus Cebang 2001-2003 untuk K’Judit, Sutrisno,B’Gabe dl. Totap semangat bawa arek-arakan ini, ya. 12. Juga buat teman-teman HMM, Di Tengku dan bawah tanga independen, 13, Dan yang terakhir dan sangat spesial buat kedua orangtuaku, papaku Ls.P.M.H ‘SidaarekSKM dan mamaia R. br. Sagala,BA. Makasin aku ucapkan pada ‘Tuban Karena dikasih orangtua yang begita menyanyangiku dengan cara yang unik. Aku berharap kelak aku bisa seperti kalian. Juga untuk kelima adikku yang sangat kukasihi buat Minati, UWi, TetiOmi dam Ondi. Aku sclalu bersyakur dikasih adik-adik yang bégitu berbeda dan mengajari akan banyak hal. Juga buat semua -saudara dari keluarga besarku yang menyayangiku selama ini, UT OMNES UNUM SINT ‘Syaloom ‘Modan , Desember 2002 (SANITA SIDAURUK) vi DAFTAR ISI Halaman KATA PENGANTAR. i DAFTAR ISI... vii DAFTAR TABEL DAN GAMBAR. BAB I: PENDAHULUAN A. Alasan Pemilihan Judul.... 1 B. Perumusan Masalah. 2 CE 2 D. Tujuan Penelitian ... 3 E. Metode Penelitian.... 3 F. Sistematika Pembahasan... 5 BABIL : URAIAN TEORITIS A. Laporan Keuangan..... 7 1. Nerace.... 10 2. Laporan Laba-Rugi..... 16 B. Rasio-Rasio Keuangan 20 C, Pengertian Dan Perhitungan Likuiditas, Solvabilitas Dan Rentabilitas.. 24 29 31 vii BABI D. Cara-Cara Meningkatkan Likuiditas , Solvabilitas Dan Rentabilitas 1. Likuiditas........ 33 2. Solvabilitas 34 3. Rentabilitas. 37 E. Hubungan Antara Likuiditas, Solvabilitas, Dan Rentabilitas 1. Hubungan Likuiditas Dan Solvabilitas. 43 2. Hubungan Likuiditas, Solvabilitas Dan Rentabilitas 45 GAMBARAN UMUM PT(PLN) PERSERO CAB.BINJAL A. Sejarah Umum Perusahaan. 47 B. Stuktur Organisasi Perusahaan. 49 C. Laporan Keuangan Perusahaan 1. Neraca... 37 2. Laporan Laba-Rugi 66 D. Perhitungan dan Penilaian Likuiditas, Solvabilitas Dan Rentabilitas 1. Likuidia Cy 2. Solvabilitas.... n 3, Remtabilitas....neennnennenn R B. Cara-Cara Yang Telah Dilakukan Perusahaan Dalam Meningkatkan Likuiditas, Solvabilitas Dan Rentabilitas 1. Lifeuiditas .. 16 2. Solvabilitas.. 76 3. Rentabilitas 8 viii BAB IV : ANALISA DAN EVALUASL A. Likuiditas.. B. Solvabilitas..... C. Rentabilitas....... BABV : KESIMPULAN DAN SARAN A. KESIMPULAN...... B. SARAN.. DAFTAR PUSTAKA LAMPIRAN 118 121 DAFTAR TABEL DAN GAMBAR A. DAFTAR TABEL . Tabel Neraca Bentuk Scontro PT. SISA . Tabel Neraca Bentuk Staffel PT. SISA. . Tabel Laporan Laba-Rugi Bentuk Single Step PT, SISA . Tabel Laporan Laba-Rugi Bentuk Multiple Step PT. SISA . Tabel Neraca PT. PLN (PERSERO) CABANG BINJAI Periode 31 Desember 1998-2002 . Tabel Laporan Laba Rugi PT. PLN (PERSERO) CABANG BINJAL Periode 31 Desember 1998-2002 B. DAFTAR GAMBAR . Stuktur Organisasi PT. PLN(PERSERO)CABANG BINJAL Halaman 63 68 SI A. Alasan Pemilihan Judul Laporan keuangan adalah gambaran secara finansial dari suatu perusahaan, Keadaan keuangan suatu perusahaan perlu ditangani secara teratur agar dapat diambil kebijaksaan yang akan berpengaruh terhadap posisi Keuangan perusahaan, Hal ini perlu untuk menunjang keberhasilan dari operasi perusahaan. Penanganan secara baik melalui pengelolaan dari laporan keuangan dapat dipakai sebagai dasar perencanaan di masa depan serta dapat dijadikan tolok ukur bagi kemajuan perusahaan. Bila tidak maka akan menyebabkan kegiatan operasi akan terhambat, Hal ini akan jadi tugas yang sangat penting bagi pimpinan perusahaan terkhusus bagi manajer keuangan untuk dapat menjaga posisi keuangan dari perusahaan agat terkendali dan tetap stabil. Posisi keuangan yang stabil akan membantu dalam membiayai Kelancaran operasi perusahaan serta akan memudahkan tambaltan dana dari pihak ketiga bila diperlukan, Mengingat pentingnya peranan posisi keuangan dalam usaha mencapai eherhasilan dari perusahaan, maka penulis mencoba menjadikannya itu menjadi judul skripsi ini dengan judu!"ANALISA LIKUIDITAS, SOLVABILITAS DAN RENTABILITAS SEBAGAR DASAR PENILAIAN DAN PENGAWASAN KEUANGAN PADA PT PLN (PERSERO) CABANG BINJAL” B, Perumusan Masalah Setiap perusahaan dalam usaha mencapai tujuannya selalu menghadapi berbagai masalah yang harus dihadapi demi terwujudnya tujuan dari perusahaan tersebut, Begitu juga yang teijadi pada perusahaan ini sehingga penulis membuat batasan permasalahan hanya berkisar pada posisi keuangan, Setelah dilakukan penelitian maka penulis mencoba memaparkan masalah apa yang timbul untuk dijadikan pembahasan dalam skripsi ini yaitu : 1, Tidak mampunya perusahaan menjaga stabilitas kenaikan tingkat likuiditas selama tiga tahun. 2. Rendahnya tingkat rentabilitas selama tiga tahun ini, Adanya penurunan tingkat solvabilitas selama tiga tahun ini. we C. HIPOTESA Adanya perumusan masalah yang jelas akan memudahkan bagi penulis untuk mendapatkan suatu hipotesa. Hipotesa adalah perumusan jawaban sementara terhadap suatu masalah yang dihadapi, dimana kebenarannya masih harus dibuktikan schingga dapat diterima atau ditolak. Sesuai dengan permasalahan diatas, maka penulis mencoba untuk membuat suatu hipotesa, Adapun hipotesa terhadap masalah yang dihadapi adalah sebagai berikut: 1. Terjadinya kenaikan aktiva lancar yang cukup tinggi dibandingkan dengan Kenaikan dari hutang lancar. 2. Adanya kenaikan biaya operasional. 3. Banyaknya dana yang tidak dipergunakan dengan baik dalam jumlah yang cukup besar. a . Stuktur modal dalam perusahaan lebih banyak menggunakan modal sendiri dalam membiayai operasi D. TUJUAN PENELITIAN Untuk meneliti bagaimana keadaan sebenarnya laporan keuangan perusahaan itu dilihat dari sudut likuiditas, solvabilitas dan reatabilitas. 2. Untuk meneliti bagaimana kebijaksanaan yang diambil oleh perusahaan untuk meningkatkan likuiditas , solvabilitas dan rentabilitas. o . Ingin memberikan saran yang diperkirakan perlu dalam mengelola keuangan demi keberhasilan perusahaan yang lebih baik dimasa yang akan datang, 4, Sebagai salah satu syarat untuk menempuh ujian akhir guna meraih gelar Sarjana Ekonomi Universitas Sumatera Utara, E. METODOLOGI PENELITIAN Dalam penulisan skripsi ini penulis menggunakan metodogi penelitian sebagai berikut: 1. Desain Penelitian Untuk penyusunan skripsi penulis menggunakan dua pendekatan dalam mengumpulkan data dan keterangan yang berkaitan dengan judul skripsi yaitu penelitian kepustakaan dan penelitian lapangan. . Penelitian Kepustakaan ( Library Research) 1. Ruang lingkup dalam metode ini terdiri dari uraian teoritis mengenai laporan keuangan, analisa rasio keuangan serta hal-hal yang berkaitan dengan itu, 2. Sumber data diperoleh dari buku-buku perpustakaan sebagaimana yang tercantum dalam halaman terakhir skripsi ini, bahan-bahan kuliah serta bacaan lain yang ada kaitannya dengan judul skripsi ini, 3. Cara pengumpulan data adalah dengan mengutip tulisan-tulisan yang diangeap perlu untuk selanjutnya dikembangkan dalam skripsi ini. Penelitian Lapangan(Field Reseach) 1. Ruang lingkup dalam metode ini adalah mengenai sejareh perusahsan serta data-data kevangan berupa laporan keuangan selama tiga tahun, 2. Sumber data diperoleh dari laporan kevangan PT PLN (PERSERO) CABANG BINJAT melalui wawancara dengan Kepala Bagian Keuangan PT PLN (PERSERO) CABANG BINIJAI yaitu Bapak Didik.S.Yuwono dan sumber data yang lain berupa sejarah perusahaan diperoleh dari Bagian Personalia dan Kepegawaian melalui wawancara dengan karyawan Bagian Personalia dan Kepegawaian PT PLN (PERSERO) CABANG BINJAI yaitu Ibu Trina Riniarti dan pegawai yang lain. 3. Cara pengumpulan data adalah dengan mengutip hal-hal yang dianggap perlu dari laporan Keuangan perusahaan yang bersangkutan serta melakukan tanya jawab dengan pihak-pihak yang telah disebutkan namanya diatas. 2. Metode Penganalisaan Data a. Dengan Menggunakan Metode Deskriptif Dilakukan dengan cara_—smenentukan ~—pengumpulan —_ data, mengklasifikasikan data, menginterpretasikan dan penganalisaan sehingga memberikan gambaran yang jelas mengenai keadaan likuiditas, solvabilitas dan rentabilitas, b. Dengan Menggunakan Metode Deduktif Dengan metode ini dimulai dengan premises-premises yang ditemui dengan menarik kesimpulan dari fakta yang diamati berdasarkan kebenaran tersebut, Dengan demikian pengambilan kesimpulan dilakukan dengan menilai informasi berdasarkan_teori-teori yang berlaku umum sebagai dasar kebenaran. Dari kesimpulan yang diambil akan diberikan saran-saran maupun masukan- masukan kepada PT PLN (PERSERO) CABANG BINJAI, Instansi lain yang terkait yang ada hubungannya dengan PT PLN (PERSERO) CABANG BINJAL. c. Dengan Menggunakan Metode Komparatif Metode analisa ini melalui perbandingan data-data dari tiga tahun ini dengan membandingkan berdasarkan teori yang ada. F. SISTEMATIKA PEMBAHASAN Agar penulisan skripsi tearah dan sistematis maka penulis membatasi luas pembahasan yang terdiri dari 5 (lima) bab sesuai dengan kebutuhanaya. Adapun urutannya sebagai berikut: BAB I: PENDAHULUAN Bab ini membahas secara ringkas alasan pemilihan judul, perumusan masalah, hipotesa, tujuan penelitian, metode penelitian, dan sistematika pembahasan, BAB I: URAIAN TEORITIS Dalam bab ini penulis akan menguraikan secara teoritis tentang laporan keuangan, rasio-rasio keuangan, perhitungan rasio-rasio finansiil, dan bubungan likuiditas, solvabilitas dan rentabilitas dalam perusahaan. BAB Ill: GAMBARAN UMUM PT PLN (PERSERO) CABANG BINJAL Bab ini diawali dengan sejarah ringkas perusahaan, stuktur organisasi, laporan keuangan, perhitungan likuiditas, solvabilitas dan rentabilitas dan cara- cara peningkatan likuiditas, solvabilitas dan rentabilitas yang dilakukan perusahaan, BAB IV: ANALISA DAN EVALUASL Pada bab ini akan dianalisa dan dievaluasi mengenai likuiditas, solvabilitas dan rentabilitas perusahaan. BAB V: KESIMPULAN DAN SARAN-SARAN Pada bab ini penulis mencoba mengemukakan kesimpulan dari hasil evaluasi dan memberikan saran-saran yang dianggap perlu untuk perbaikan yang sifatnya membangun. BABIL URAIAN TEORITIS A. Laporan Keuangan Pada setiap perusahaan pasti memerlukan laporan keuangan yang merupakan data-data yang berkaitan dengan kegiatan operasi perusahaan selama satu periode akuntansi. Biasanya laporan keuangan itu disusun pada setiap akhir periode untuk disampaikan pada pihak-pihak yang berkepentingan pada perusahaan schingga informasi-informasi_harus jelas dan dapat dipertanggungjawabkan, Tujuan dari laporan keuangan a. Memberikan informasi keuangan secara kuantatif mengenai perusahaan tertentu, guna memenuhi keperluan para pemakai dalam mengambil keputusan-keputusan ekonomi b. Menyajikan informasi keuangan yang dapat dipercaya mengenai posisi keuangan dan perubahan-perubahan kKekayaan _bersih perusahaan ¢. Menyajikan informasi keuangan yang dapat membantu para pemakai dalam menaksir kemampuan memperoleh laba dari perusahaan 4. Menyajikan Jain-lain informasi yang diperlukan mengenai perubahan-perubahan harta dan kewajiban, serta mengungkapkan Jain-Jain informasi yang sesuai dengan keperluan para pemakai e. Untuk mengungkapkan sejauh mungkin informasi lain yang berhubungan dengan laporan keuangan yang relevan untuk kebutuhan pemakai laporan”* Disamping syarat-syarat tersebut, laporan keuangan harus memenuhi kualitas tertentu atau mutu atau karakteristik sebagai berikut : 1. Relevan, yang berarti bahwa informasi yang disajikan harus dapat dipakai oleh pihak yang memerlukan untuk mengambil keputusan 2. Jelas dan dapat dimengerti yang berarti laporan keuangan harus disajikan dengan jelas dan dapat dimengerti " Tkatan Akuntasi Indonesia, Prinsip Akuntasi Indonesia, Jakarta, 1985, hal. 1 - Dapat diuji kebenarannya, yang berarti laporan keuangan harus disusun berdasar prinsip-prinsip akuatasi Netral yang berarti laporan kenangan tidak memihak pada siapapun . Tepat pada waktunya . Dapat diperbandingkan . Komplit atau lengkap”” AAAs Berdasarkan hal diatas maka laporan keuangan dibuat untuk kepentingan pihak external dan pihak internal perusahaan. Pihak external perusahaan itu terdiri dari: © Pemilik atau pemegang saham Pemilik mempunyai kepentingan sampai sejauh mana perusahaan menghasilkan laba dari modal yang ada, «© Pemerintah Pemerintah mempunyai kepentingan melihat Iaporan keuangan dalam menentukan berapa besar jumlah pajak yang akan dibayar perusahaan. ° Kreditur atau calon kreditur Kreditur berkepentingan terhadap pinjaman yang akan dibayar olch perusahaan apakah tepat waktu atau tidak. * Calon investor Calon investor berkepentingan untuk mengetahui apakah aktiva yang diinvestasikan menghasilkan keuntungan yang lebih besar atau tidak. © Para karyawan Karyawan berkepentingan untuk mengetahui sampai berapa besar jumlah gaji yang akan dibayar. Sedangkan pibak internal adalah pimpinan perusahaan yang memakai laporan keuangan untuk menyusun perencanaan aktivitas operasi perusahaan, pelaksanaan dan pengawasan operasi perusahaan, Laporan keuangan dipakai untuk menyajikan informasi keuangan itu pada badan usaha baik yang tidak bertujuan laba dan yang bertujuan laba, Melihat dari keterangan diatas maka dapat disimpulkan bahwa laporan keuangan adalah laporan yang disusun perusahaan dalam satu masa akuntasi yang merupakan bentuk pertanggungjawaban keuangan dari pimpinan perusahaan. Menurut AICPA dalam APB statement no.4:” Financial statement are the mean by which the information accumulated and proccesed in financial accounting is periodically communicated to use it.”* Sedangkan menurut Prinsip Akuntasi Indonesia, "Laporan keuangan meliputi neraca, perhitungan laba rugi, laporan perubahan posisi keuangan dan catatan atas laporan keuangan.”™ Jadi pada umumnya terdapat empat daftar laporan keuangan yaitu: a, Neraca b. Perhitungan laba-rugi ¢. Laporan laba yang ditahan d. Laporan sumber dan pengunaan dana Dari keterangan diatas terlihat bahwa laporan keuangan terdiri dari beberapa bagian laporan dan merupakan daftar yang sangat penting bagi perusahaan sebagai sumber informasi. Dengan mengadakan analisa dan penafviran 3 FASB APB Statement no.4, Basic Consept, High Ridge Park, Connecticut, 1979, hal.6 “ Tkatan Akuntasi Indonesia, Op.cit, hel.9. yang tepat terhadap laporan keuangan tersebut akan terdapatlah suatu gambaran yang jelas dari perkembangan perusahaan selama beberapa tahun. Dibawah ini akan diterangkan komponen dari tapoten keuangan tersebut tapi lebih dikhususkan kepada dua laporan yaitu neraca dan laporan laba rugi. A.l Neraca Neraca adalah daftar yang harus disusun secara sistematis untuk menggambarkan sumber-sumber keuangan perusahaan serta hak atau klaim kreditur atau pemilik atas sumber-sumber tersebut pada saat atau tanggal tertentu.”® Neraca terdiri dari aktiva, hutang, dan modal. Semua bagian ini merupakan hasil catatan atau keadaan secara kumulatif. Artinya keadaan yang tercatat didalam sebuah neraca merupakan keberhasilan yang telah dicapai perusahaan didalam operasi dan dari semenjak itu berdiri hingga saat neraca tersebut disusun. Penyusunan neraca haruslak dibuat secara sistematis dan sesuai dengan kaidah yang lazim dipakai yaitu aktiva dikelompokkan menurut tingkat likuiditasnya, kewajiban menurut urutan jatuh temponya dan struktur modal dikelompokkan menurut ukuran kekekalannya, Komponen yang sesuai dengan Prinsip Akuntasi Indonesia dapat digolongkan sebagai berikut: Aktiva - Aktiva Lancar - Investasi (penyertaan) - Aktiva Tetap - Aktiva yang tidak berwujud - _ Aktiva Lain-Lain n - Kewajiban Lancar (kewajiban jangka pendek) ° Drs.R.A Supriyono,Ak. dan Drs.L.Superwoto, Akuntasi Keuangan Dasar, Badan Penerbitan STIE YEPN, Yogyakarta, 1983, hal 39. -. Kewajiban Jangka Panjang + Kewajiban Lain-Lain Modal - Modal saham - Agio saham (premi) - Laba yang ditahan”® Berikut ini akan dibahas ketiga elemen neraca tersebut. A.La Aktiva Aktiva adalah semua sumber-sumber ekonomi atau sumber-sumber keuangan yang dimilik perusahaan untuk dinyatakan dalam satuan moneter. Semua sumber ekonomi perusahaan akan mempunyai nilai pada periode dimasa yang akan datang misalnya, aktiva tertentu dapat dipakai sebagai daya beli. Berdasarkan kelancaran dan dimensi waktunya, aktiva perusahaan digolongkan menjadi dua jenis yaitu: a. Aktiva lancar b, Aktiva tetap Selain ada juga aktiva yang lain yang termasuk dalam golongan aktiva yaitu aktiva lain-lain, Ada. Aktiva Lancar Aktiva lancar adalah ”kas/bank dan aktiva lainnya atau sumber- sumber yang daripadanya dapat dibarapkan dicairkan menjadi uang tunai, dijual atau dipakai habis (consumed) dalam perputaran kegiatan normal perusahaan, “” Aktiva lancar terdiri dari: 1. Kas 2. Tagihan-tagihan 3. Piutang ° Teatan Akuntasi Indonsia, Op.Cit, hal.9-10 7 Wid , hal 51 4, Persediaan 5. Investasi Jangka Pendek serta surat-surat berharga yang dapat dijual 6. Biaya yang dibayar dimuka Adb. Aktiva Tetap Menurut Abbas Kartadinata, aktiva tetap adalah "alat-alat produksi tahan lama yang tidak terpakai habis dalam proses produksi dan oleh sebab itu baru setelah jangka waktu lama perlu diganti.”* Aktiva tetap terdiri dari: a. Aktiva tetap tidak berujud Terdiri dari: 1. Hak Paten 2. Goodwill 3. Hak cipta b. Aktiva tetap berujud Terditi dari: 1. Tanah 2. Mesin-mesin 3, Banguaen 4. Kenderaan c. Investasi jangka panjang, dapat berupa saham, obigasi, hipotik dll. A.Lb Hutang Hutang adalah ikatan kewajiban perusahaan kepada pihak lain untuk ‘membayar sejumlah uang, menyerahkan aktiva lainnya atau memberikan jasa. * Drs Abbas Kantadinata , Pengamtar Manajemen Kevangan , PT.Bina Aksara ,Tahun 1983 , hal. Tkatan kewajiban itu timbul Karena transaksi-transaksi dimasa lalu yang diselesaikan di masa yang’ akan datang. Berdasarkan jatuh temponya, hutang terbagi dua yaitu: : a, Hutang Lancar Hutang yang jangka waktu pembayarannya dalam waktu pendek atau kurang dari satu tahun dan pembayarannya dilakukan oleh aktiva lancar . Hutang lancer terdiri dari : © Hutang dagang + Hutang wesel * Biaya yang masih harus dibayar © Hutang pajak © Penghasilan yang diterima dimuka b. Hutang jangka panjang Kewajiban perusahaan yang jangka waktu pembayarannya dalam waktu yang lebih lama atau lebih dari satu tahun. Hutang ini timbul karena perusahaan butuh dana yang sangat besar misalnya, untuk ekspansi. Hutang jangka panjang terdiri dari: # Hutang hipotek * Pinjaman Jangka Panjang Lainnya + Hutang obligasi A.Le Modal Modal adalah “kepentingan pemilik perusahaan ataupun pemegang saham atas aktiva perusahaan merupakan perkiraan modal dalam neraca. Jumlah modal adalah sama dengan jumlah seluruh aktiva dikurangi dengan seluruh kewajiban-kewajiban. Unsur-unsur modal suatu perusahaan dapat terdiri dari: 1)Modal Saham, 2)Cadangan-Cadangan, 3)Laba_belum dibagi” Jadi dari penjelasan diatas, maka modal perusahaan terdiri dari: © Modal saham + Agio Saham © Laba Ditahan Bentuk-bentuk neraca Dalam menyusun neraca ada dua jenis yaitu: 1.Bentuk scontro 2.Bentuk staffel Untuk lebih memperjelas maka akan dibuat contoh untuk masing-masing bentuk neraca. ° $ Hadibroto , Dachial Lubis , Sudrajat Sukadam , Dasar —Dasar Akuntasi , LP3ES , Tahun 1982, hal.22 15 Bentuk seontro Tabel 1 PT SISA Neraca 31 Desember 2001 C Akiva Jumlah | Passiva [Jumlah | “Aktiva lancer ‘Hutang | | Kas 7K Hintang lancar | Piutang dagang vox | Hutang dagang, 008 | Persediaan voxx | Hutang wesel 7K | Surat-surat berherga sexx | Hutang pajake ox | Investasi jangka pendek xxx | Hutang gaji xxx | | Total aktiva lancar xxx | Totak hutang lancar 2x 1 ‘Aktiva tetap Hutang jangka | | Tanah xxx | panjang, 20x | Banguman | xox | Hutang obligast mx | Mesin. | ‘xxx | Hlutang hipotik | xx | Akpenyusutan | sox | Total hutang jangka panjang | xx Total aktiva tetap xxx | Total Hutang {| | Aktiva lain-lain | Modal | x | Biaya yang dibayar dimuka i vox | Cadangan | XXX ang muke j sexx | Laba ditahan | 10x | Total aktiva lain-lain vocx | Total modal | | Total aktiva xxx } Total hutang +modal \ al | | Bentuk staffel Tabel 2 PT SISA Neraca 31 Desember 2001 Aktiva lancar: Piutang Surat-surat berharga Jumlzh aktiva lancar “Aktiva tetap ‘Bangunan Tanah Ak penyusutan_ Akiva Beas pas (Tumtah aktiva tetap ox | Aktiva fain-tain | Biaya yang dibayar dimuka xo | Uang sewa = | Sunalah akeiva Tain Jain 7K | Sumlah aktiva xx i Passiva | Hutang Hlutang lancar ‘Fiutang dagang Hutang biaya Hutan biaya BREE Hotang gaji Jumlah hutang lancar x ‘utang jangka panjang Hutang obligasi nox ‘Hfutang hipotek Bong Jumlah hutang jangka panjang 200% Modat | abe datan = [un = ‘A.2, Laporan laba rugi Tujuan utama perusahaan yaitu mencari laba, Dari neraca tidak dapat diketahui apakah tujuan perusahan itu tercapai atau tidak, Karena itu perlu disusun sebuah laporan keuangan yang jain yang bisa menggambarkan pencapaian tujuan. utama perusahaan dalam mencari laba yaitu melalui laporan laba rugi. Lapnran mgi laha adalah laporan yang bertujuan untuk menyajikan secara, sistematik semua penghasilan dan semua biaya dari suatu perusahaan dalam periode tertenta, Laporan laba rugi sering disebut dengan laporan operasi atau income statement, Menurut Munawir, pronsip-prinsip umum yang diterapkan dalam penyusunan laporan Iaba rugi antara lain: i. Bagian pertama menunjukkan penghasilan yang diperoleh perusahaan (penjualan barang dagangan atau memberikan service) diilati dengan harga pokok dari barang/service yang dijual sehingga diperoleh laba kotor 2. Bagian kedua menunjukkan biaya-biaya operasional yang terdiri dari biaya penjualan dan biaya umum/administrasi (operating expense) 3. Bagian ketiga menunjukkan hasil-hasil yang diperoleh di luar operasi pokok perusahaan, yang diikuti biaya-biaya yang terjadi di luar pokok perusahaan (non operating/financial income dan expense) 4. Bagian keempat menunjukkan laba atau rugi yang isendentil (extraordinary gain or loss) sehingga diperoleh laba berisi sebelum pajak penghasifan””” ‘Terminologi laporan rugi-laba Dalam penyusunan laporan laba rugi, terdiri dari berbagai elemen yang sangat mempengaruhi dalam menyajikan besamya laba . ‘Unsur-unsur laporan laba mugi terdiri dari: a. Pendapatan Pendapatan timbul dari kegiatan penjualan produk atau jasa yang dilakukan oleh perusahaan kepada pihak lain, Pendapatan terdiri dari dua jenis yaitu: 1. Pendapatan operasional, yaitu penghasilan yang timbul dari kegiatan operasi penjualan yang dilakukan berulang-ulang. Dari penjualan ini diperoleh penghasilan yaitu laba, 2, Pendapatan non operasional, yaitu pendapatan yang diperoleh dari luar ‘operasi perusahaan. Pendapatan dapat berupa bunga, deviden, sewa, royalties, dll, b. Harga pokok Harga pokok adalah jumlah yang dapat diukur dalam satuan uang dalam bentuk: 1, Kas yang dibayarkan 2. Hutang yang timbul ' Drs.S.Munawir , Analisa Laporan Keuangan , Liberti , Yogyakarta ,Tahun 1988 , hal. 30 3. Tambahan modal datam rangka perolehan atau pemilikan barang dan jasa c. Biaya Biaya adalah pengorbanan yang dilakukan dalam memproduksi suatu produk atau yang ikut dalam kegiatan operasi perusahaan. Dalam menghitung rugi laba, biaya akan diperlakukan sebagai pengurang pendapatan Biaya dalam perusahaan ada dua jenis yaitu: 1. Biaya operasional, biaya yang timbul dalam rangka untuk memperoleh pendapatan operasional perusahaan atau biaya yang berhubungan dengan tujuan utama perusahaan, 2. Biaya non operasional, biaya yang terjadi yang tidak berhubungan Jangsung dengan kegiatan operasi perusahaan seperti biaya administrasi d. Rugi-Laba Akibat dipertemukan secara layak atau wajar semua penghasilan dengan semua biaya dalam suatu peride akuntasi yang sama. Dalam penyusunan laporan laba rugi dikenal ada dua bentuk penyajian, yaitu a, Single Step : Laporan rugi taba dengan single step ini menggabungkan semua pendapatan dan biaya dalam satu kelompok. Laba atau rugi dihitung dengan menggunakan satu langkah saja yaitu dengan mengurangkan jumlah penjuatan dengan jumlah biaya, Bentuk dari perkiraan rugi laba yang berbentuk satu tahap (single step) adalah scbagai borikut : Tabel 3 PT SISA LAPORAN RUGI LABA 31 DESEMBER 2001 PENDAPATAN: Pedapatan usaha Rp. xx Pendapatan bunga Rp.xt Total Pendapatan Rpxx BEBAN USAHA : Beban Sewa Rpxx Beban Penyusutan xx Beban Umum dan Administrasi. xx Beban Bunga xx_+ Total Beban Usaha Rpox = LABA BERSIM..........+ Rp.xx b. Multiple Step Laporan rugi laba dengan multiple step menghendaki adanya pengelompokkan lebih lanjut tethadap pendapatan dan biaya dalam kaitannya dengan kegiatan (usaha) pokok perusahaan, Berikut ini disajikan bentuk laporan rugi laba multiple step. Tabel 4 PT SISA LAPORAN RUGILABA 31 DESEMBER 2001 PENJUALAN: Penjualan kotor. Rp.xx Retur Penjualan. Rp. xx Potongan Penjualan. xx Rp. xx- HARGA POKOK PENJUALAN. Persediaan Awal. Rp. xx Pembelian. xx + Barang tersedia untuk dijual, Rp. xx Persediaan Akhir. XX = LABA KOTOR. BIAYA OPERASI: Biaya Penjualan. Rp. xx Biaya Administrasi dan Umum, __xx_+ LABA OPERASL PENDAPATANIBIAYA LAIN-LAIN: Pendapatan lain-lain. Rp. xx Biaya lain-lain, xx LABA BERSIH SEBELUM PAJAK. Pajak Perusahaan. LABA BERSIH SESUDAH PAJAK............-- 20 Rp. xx Rp. xxx - Rp. xxx Rp. xxx - Rpex B. Rasio Keuangan Posisi keuangan perusahaan dapat tercermin pada laporan keuangan perusahaan apakah mengalami peningkatan atau tidak yang dilakukan dengan analisa atau interpretasi keuangan. Dalam mengadakan analisa dan interpretasi terhadap laporan keuangan perusahaan, seorang analis memerlukan adanya ukuran. Ukuran yang sering dipergunakan dalam analisa keuangan disebut “rasio finan: 2h ‘Menurut Bambang Riyanto, pengertian rasio adalah “rasio itu hanyatah alat yang dinyatakan dalam arithmetical terms yang digunakan untuk menganalisa hubungan antara dua macam data finansiil.”"' Sedangkan Farid Djahidin mendefenisikan “rasio finansiil sebagai gambaran suatu hubungan dari dua unsur (suatu jumlah tertentu dengan jumlah yang lain) secara sistematis sehingga diketahui kepada penganalisa tentang baik atau buruknya suatu keadaan atau posisi Kenangan suatu Perusahaan, terutama apabila rasio tersebut dibandingkan dengan angka standard.” Dari kedua pengertian diatas dapat disimpulkan bahwa rasio finansil adalah suatu alat analisa keuangan yang dilakukan dengan cara membandingkan angka yang satu dengan angka yang lain dari suatu laporan keuangan, Selanjutnya, alat analisa berupa rasio ini akan menjelaskan atau memberikan gambaran kepada penganalisa tentang baik atau buruknya kondisi atau posisi keuangan terutama apabila dibandingkan dengan rasio pembanding yang digunakan sebagai standard. Sebagai perbandingan maka diperlukan tolok ukur atau standard sebagai kerangka acuan. Kerangka acuan yang biasa dipergunakan adalah sebagai berikut: a. Rasio histories atau rasio-rasio yang dibuat dari data-data neraca tahun yang lalu dibandingkan dengan tahun sekarang b. Rasio perusahan lain yang menjadi pesaing ¢. Goal rasio atau rasio yang didasarkan pada data laporan keuangan yang dianggarkan 4. Rasio industri perusahaan tersebut dimana menjadi anggota 1. DrsBambang Riyanto, Dasar-Dasar Pembelanjaan Perusahaan, PenerbitBPFE, Yogyakarta, 1984, hal 263 ” Drs.Farid Djahidin, Analise Laporan Keuangan, Penerbit Ghalia, Jakarta, Indonesia, 1983, hal. 141 Pada dasarnya rasio finansiil dapat dibuat tergantung kepada kebutuhan penganalisa, namun umumnya dikelompokkan atas dua bagian yaitu: a, Pengelompokkan atas sumber datanya b. Pengelompokkan atas dasar tujuan si penganalisa Berdasarakan sumber datanya ,rasio dapat dibedakan atas tiga bagian,yaitu: 1. Rasio-rasio neraca, yang semua rasio yang disusun dari data-data yang berasal dari neraca , misalnya current ratio 2, Rasio-rasio laporan laba-rugi, yaitu rasio yang disusun dari data-data yang berasal dari laporan laba-rugi misalnya gross profit margin 3, Rasio antar laporan, yaitu semua rasio yang disusun dari data-data yang berasal dari neraca dan data lainnya berasal dari income statement”? Penggolongan angka rasio atas dasar tujuan, pada umumnya bertujuan untuk mengetahui likuiditas, solvabilitas, rentabilitas dan tingkat efisiensi serta efektivitas modal kerja, Bagi perusahan baik industri atau jasa dapat memilih penggunaan tiap Jenis-jenis rasio yang ada karena tidak ada penetapan standar rasio mana yang ‘harus dipakai. Biasanya penetapan standar rasio itu melihat kebutuhan dari setiap Perusahaan juga untuk menyamakan dengan rata-rata industri sejenis agar dalam beroperasi tidak boros. Banyak jenis rasio yang ada yang dapat dipakai untuk ‘menganalisa keadaan keuangan perusahaan. Rasio-rasio yang ada tersebut dibuat oleh para abli dalam bidang finansiial sebagai berikut: 1, J, Fred Weston Menurut J.Fred Weston, rasio-rasio keuangan digolongkan dalam enam Jenis yaitu: Drs.Bambang Riyanto , Op.Cit , hal. 264. 23 1. Rasio Likuiditas,yaitu rasio yang mengukur kemampuan perusahaan untuk memenuhi kewajiban finansiilnya yang segera dipenuhi 2. Rasio Leverage, yaitu rasio yang mengukur seberapa jauh kegiatan perusahan dibiayai hutang 3. Rasio Aktivitas, yaito rasio yang mengukur sejanh mana efektivitas perusahaan dalam mengoperasian sumber dayanya Rasio Profitabilitas, yaitu rasio yang — mengukur kemampuan manajemen dalam mengelola perusahaan yang ditunjukkan oleh besarnya laba yang diperoleh atas penjualan dan investasi 5. Rasio Pertumbuhan, yaitu rasio yang mengukur kemampuan perusahaan mempertahankan dan meningkatkan posisi ekonominya didalam pertumbuhan ekonominya dan industri 6. Rasio Penilaian, rasio yang mengukur kemampuan perusahaan dalam menciptakan nilai pasar yang melebihi biaya investasi”” 4. 2. Bambang Riyanto Bambang Riyanto membagi rasio kedalam empat golongan yaitu rasio likuiditas, rasio leverage, rasio aktivitas dan rasio profitabilitas denga perincian sebagai berikut: a. Rasio Likuiditas terdiri dari: 1)Current ratio 2)Cash ratio 3)Quick ratio 4)Working capital to total assets ratio b. Rasio leverage terdiri dari: 1)Total debt to equty ratio 2)Total debt to total capital assets 3)Long term debt to equity ratio 4)Tangile assets debt ratio ‘5)Times interest earned ratio c. Rasio Aktivitas terdiri dari: 1)Total assets turnover 2)Receivable turnover 3)Average collection period 4)lnventory turnover 5)Average day’s inventory 6)Working capital turnover d, Rasio Profitabilitas terdiri dari: 1)Gross profit margin 2)Operating income ratio 3)Operating ratio 1 }.Fred Weston dan Thomas Copeland, Manajemen Keuangan, Edisi Kedelapan, Terjemahan Kirbrandoko dan Jka Wasana, Erlangga, Jakarta, 1990, hal 225 24 4)Net profit margin 5)Earning power of total investment 6)Net earning power ratio atau ROI ‘Rate of return for the owners”> C. Pengertian dan perhitungan likuiditas, solvabilitas dan rentabilitas Untuk menilai prestasi atau kondisi keuangan suatu perusahaan, maka dibawah ini akan membahas ratio-ratio sebagai berikut: A. Likuiditas Kelangsumgan hidup suatu perusahaan ditentukan oleh struktur permodalan yang sehat serta tingkat keuntungan yang diperolehnya. Untuk mengetahui permodalan yang sehat ini, analisa yang umum digunakan adalah analisa terhadap laporan keuangan yang antara lain disebut dengan analisa likuiditas, solvabilitas dan rentabilitas. Likuiditas menurut Bambang Riyanto adalah “kemampuan suatu Perusahaan untuk memenuhi kewajiban finansial yang segera harus dipenubi.”"* Jadi perusahaan yang mampu memenuhi kewajiban keuangan tepat pada waktunya berarti perusahan itu berada dalam keadaan likuid yaitu apabila perusahaan dapat memenuhi kewajiban keuangan tepat pada waktunya dan mempunyai alat pembayaran yaitu aktiva lancar yang lebih besar dari hutang lancamya. Jika dalam keadaan tidak likuid, berarti perusahaan tidak dapat memenuhi kewajiban keuangan tetap pada waktunya. Kewajiban keuangan suatu perusahaan pada dasamya digolongkan menjadi dua yaitu : *5 Drs.Bambang Riyanto, Op.Cit, hal.266 ‘6 Thid , hal.17 25 1, Kewajiban keuangan yang berhubungan dengan pihak luar perusabaan (kreditur) 2. Kewajiban keuangan yang berhubungan dengan proses! produksi (pihak intern perusahaan) Kemampuan perusahaan untuk memenuhi kewajiban keuangan yang berhubungan dengan pihak iuar perusahaan (kreditur) disebut dengan likuidisasi badan usaha sedangkan kemampuan perusahaan untuk memenuhi kewajiban keuangan yang berhubungan dengan proses produksi (pihak intern perusahaan) disebut dengan likuidisasi perusahaan. Jumlah daripada alat-alat pembayaran (alat-alat likuidisasi) yang dimiliki oleh suatu perusahaan pada suatu saat tertentu merupakan kekuatan membayar dari perusahaan yang bersangkutan. Suatu perusahan yang mempunyai kekuatan membayar belum tentu dapat membayar segala kewajiban finansialnya yang jatah tempo atau dengan kata lain perusahaan tersebut belum tentu mempunyai Kekuatan membayar. Perusahaan dikatakan mempunyai kekuatan membayar adalah perusahan tersebut dapat memenuhi kewajiban jatuh tempo. Dengan kata lain bahwa kemampuan membayar itu baru dapat diketahui setelah membandingkan kekuatan membayar di satu pihak dengan kewajiban-kewajiban finansial dilain pihak. Cara yang digunakan untuk melihat kemampuan membayar perusahaan tersebut terhadap hutang-hutangnya sebagai berikut: 1. Current ratio Current ratio adalah perbandingan antara total aktiva lancar dengan hutang lancar. Aktiva lancar biasanya terdiri dati:kas, persediaan, piutang, dll. 26 Current ratio adalah alat yang paling umum digunakan untuk mengukur kesanggupan perusahaaan dalam membayar hutang jangka pendek, karena rasio ini menunjukkan besamya tagihan atas hutang jangka pendek oleh kreditur yang dapat ditutup oleh harta yang diharapkan dapat diubah menjadi bentuk uang kas satu saat bersamaan dengan waktu pembayaran hutang tersebut. Rasio ini ditentukan dengan ramus: Aktiva Lancar Current ratio——————__ x 100% Hutang Lancar Current ratio yang baik apabila total aktiva lancar lebih besar dari total hutang lancar, Pedoman yang umum yang dianggap baik untuk pengukuran current rasio ini adalah 2:1 atau 200% yang berarti perusahaan likuid. Bila kurang dari ukuran ini maka posisi likuiditasnya kurang baik.Walaupun ini bukan ketentuan yang defenitif namun current rasio 2:1 menunjukkan setiap Rp.L- hutang lancar dijamin oleh aktiva lancar sebesar Rp.2,- atau dengan modal kerja Rp.L- Current ratio yang tinggi mungkin menunjukkan adanya kas yang beriebihan dibanding dengan tingkat kebutukan atau adanya unsur aktiva lancar yang rendah tingkat likuiditasnya. Jika dilihat dari kreditur akan baik tapi dari pandangan pemilik dana kurang baik karena aktiva lancar kurang diefektifkan . Tapi current ratio yang rendah memang buruk tetapi_ menunjukan aktiva lancar dioperasikan dengan efektif. 2. Cash ratio Alat pengukur likuiditas yang paling tinggi yaitu cash ratio. Pengukuran likuiditas dengan cara ini biasanya dipergunakan oleh perusahaan bank. 27 Cash ratio menurut D.Hartanto adalah ”perbandingan antara kas/bank dengan kewajiban-kewajiban jangka pendek (terutama rekening-rekening giro yang sewaktu-waktu dapat diminta kembali) dan kredit-kredit yang telah dijanjikan”” Rasio ini merupakan rasio likuiditas yang memandang jangka waktu pemenuhan kewajiban-kewajiban keuangan tanpa mengganggu operasi keuangan sehingga dalam perhitungan hanya memasukkan komponen aktiva lancar yang likuid, Komponen aktiva lancar yang benar-benar likuid adalah kas dan surat-surat berharga. Kas +Setara Kas Rumus Cash ratio: —___——. x 100 % Hutang Lancar ‘Mengenai rasio ini tidak ada ukuran yang berlaku secara umum berapa sebenarnya cash ratio perusahaan yang dikatakan likuid atau tidak. Hal ini tergantung pada masing-masing perusahaan. Tetapi yang paling penting bagi kreditur adalah cash ratio tidak boleh lebih kecil dari 100% atau 1:1 pada saat jatuh tempo pelunasan hutang. Sebab dalam kondisi demikian, apabila cash ratio lebih kecil dari 100%, maka hutang yang jatuh tempo tersebut tidak dapat dilunasi. 3. Quick Ratio ‘Untuk mendapatkan kepastian kemampuan perusahaan untuk membayar hutang-hutangnya yang segera jatuh tempo sering dipakai adalah quick ratio, Rasio ini membandingkan kas disatu pihak dengan hutang lancar dilain pibak. Piutang dan surat-surat berharga yang dapat dijadikan kas dalam waktu ""D.Hartanto , Akuntasi Untuk Usahawan , Lembaga Penerbit Fakultas Ekonomi, Universitas Indonesia , Edisi Kedua , Cetakan Ketiga ,Tahun 1977 ,Hal, 259-260 28 singkat, Persediaan tidak ikut karena waktunya yang lama. Rasio ini merupakan ukuran yang lebih pasti . Aktiva Lancar — (Persediaaan + Preparaid) Rumus Quick ratio; ——————______________- « 100% ‘Hutang lancar Dari rumus diatas akan tampak bahwa quick ratio lebih tajam dari current ratio, karena quick ratio hanya memperlihatkan kemampuan yang sesungguhnya didalam memenuhi hutang-hutang perusahan yang segera jatuh tempo dengan anggapan piutang dapat ditagih, Bila digunakan quick ratio sebesar 100% maka sudah menunjukkan baiknya kondisi keuangan janeka pendek tetapi harus juga dibandinekan dengan rasio industri. Suatu perusahaan dikatakan likuid bila aktiva lancarnya sama atau lebih dari total hutang lancamya, Jika suatu perusahaan tidak likuid baik dari current ratio atau quick ratio maka usaha yang dapat ditempuh dengan jalan menambahkan aktiva lancar, hutang jangka panjang dan penjualan aktiva yang, tidak ekonomis, Keadaan ini dilakukan apabila modal kerja terlatu keoil untuk membiayai kegiatan perusahaan. Sebaliknya apabila modal kerja besar tetapi masih dalam Keadaan likuid maka dana yang diperoleh dari sumber dana digunakan untuk membayar hutang jangka pendek 4. Working Capital to Total Assets Ratio Rasio ini menunjukkan likuiditas dari total aktiva dan posisi modal kerja bersih. Rasio ini dihitung dengan cara membandingkan modal kerja netto dengan jumlah seluruh aktiva. Aktiva Lancar —Hutang Lancar Rumus : + x 100% Aktiva 29 Sering dijumpai bahwa perusahan berada dalam keadaan tidak likuid bila diukur dengan quick ratio tetapi likuid bila diukur dengan current ratio. Hal ini bisa terjadi bila jumlah persediaan sangat besar dibandingkan dengan elemen- elemen lain, Dalam menentukan pada tingkat manakah likuid ini dianggap baik dan memuaskan tidak ada suatu ukuran yang mutlak, namun ada yang menganggap sudah baik jika perbandingan tersebut 2:1 atau 200% untuk current ratio dan 1:1 untuk quick ratio, tapi sebaliknya bisa lebih rendah tapi tetap menganggap itu baik. 2. Solvabilitas Rasio ini menunjukkan kemampuan perusahaan dalam membayar hutang- hutangnya jika perusahaan tersebut dilikuidasi. Jadi solvabilitas berhubungan dengan perbandingan antara seluruh hutang-hutang yang harus dibayar dengan seluruh aktiva perusahaan. Dalam perhitungan solvabilitas ini dikenal dua alat pengukur yaitu: 1. Perbandingan antara aktiva (material) dengan seluruh hutang. Makin besar rasio tersebut, maka makin besar Kemungkinan bahwa perusahaan tersebut mampu untuk membayar hutang-hutang baik hutang lancar maupun hutang jangka panjangnya 2. Perbandingan antara nilai likuiditas dari aktiva dengan seluruh hutang. Perhitungan ini dilakukan jika perusahan sudah sedemikian parah sehingga mungkin akan terpaksa menghentikan kegiatannya. Dalam keadaan demikian, maka untuk menilai apakah perusahaan tersebut mampu membayar hutang-hutangnya, aktiva yang dimilikinya harus dinilai menurut_nilai likuidnya artinya menurut harga jual riil dari aktiva tersebut””™ Jodi angka perhitungan yang dipakai dalam cara pengukuran pertama adalah nilai buku sedangkan cara kedua dengan menggunakan nilai jual riil dari aktiva. Menggunakan kedua perhitungan ini mungkin menghasilkan perhitungan * Thid , Hal.260 30 yang berbeda. Namun sebenamya keduanya tidak bertentangan walaupun pandangan yang kedua lebih baik dari yang pertama karena berhubungan dengan nilai jual jika perusahaan dilikuidasi.Untuk menggunakan alat ukur yang kedua terlebih dulu harus dicari nilai jual masing —masing komponen aktiva. Dalam pelaksanaanya penentuan nilai jual masing-masing komponen aktiva sangat sulit ditentukan dengan cepat, terlebih jika jenis aktiva tersebut sangat banyak jumlahnya, Untuk menghitung solvabilitas dapat digunakan dengan rumus; Aktiva Solvabilitas: ———— x 100% Hutang Berdasarkan rumus diatas maka perusahaan yang dikatakan solvabel bila rasio menunjukkan perbandingan 2:1 atau 200%, yang berarti setiap Rp.1,- hutang perusahaan akan dijamin dengan Rp.2,- aktiva. Perusahaan akan solvabel apabila perbandingannya 100% atau 1:1 yang berarti setiap hutang rupiah dijamin oleh modal sendiri sebesar Rp.1,- Dan lebih baik bila rasio lebih besar dari 100% karena setiap Rp. 1,-hutang akan dijamin oleh modal sendiri scbesar lebih dari satu. + Sebagaimana halnya dengan likuiditas, solvabilitas juga terdiri dari dua kemungkinan yaitu insolvabel dan solvabel. Dalam hal ini, suatu perusahaan dikatakan solvabel bila perusahaan| masih mampu membayar semua hutang-hutangnya dan sebaliknya bila per tidak mampu untuk membayar semua hutang-hutangnya maka perusahan tersebut dalam keadaan insolvabel. 31 Ditinjau dari rasio solvabilitas, rasio yang tinggi relatif kurang baik Karena apabila terjadi likuidasi perusahaan akan mengalami kesulitan finansiil. Sebagai pegangan dalam rasio ini maka sebaiknya jumlah aktiva perusahaan itu harus dua kali lebih banyak dari selurvh hutang-hutangnya. Solvabilitas sebagaimana halnya dengan likuiditas adalah suatu keadaan pada suatu waktu tertentu, oleh sebab itu solvabilitas bukanlah keadaan yang statis melainkan dapat berubah sesuai dengan dinamika perusahaan pada masa selanjutnya. Dengan demikian tingkat solvabilitas dapat berubah setiap saat sesuai dengan perkembangan operasi perusahaan, 3. Rentabilitas Rasio ini sering discbut juga dengan rasio profitabilitas, Rasio ini menunjukkan perbandingan antara taba dengan aktiva atau modal yang menghasilkan Jaba. Penggunaan rentabilitas sebagai kriteria penilaian terhadap hasil pelaksanaan kegiatan operasi perusahaan. Efektivitas operasi perusahaan menentukan kemampuan perusahaan untuk memperoleh tingkat laba optimal untuk kelangsungan hidupnya , menarik minat para calon kreditur untuk menanam saham di perusahaan sebaliknya perusahaan dapat memberi balas jasa berupa deviden saham. Rentabilitas merupakan salah satu faktor yang menarik perhatian para analis karena mampu menggambarkan kriteria yang sangat diperlukan untuk menilai keberhasilan suatu perusahaan sebagai ukuran dari efektivitas dan kualitas manajemen. Laba x 100% Dengan demikian rentabilitas dapat dirumuskan sebagai berikut: Modal 32, Cara untuk menilai rentabilitas ada bermacam-macam tergantung pada taba yang digunakan apakah berasal dari operasi atau usaha perusahaan atau dari laba bersih juga tergantung pada modal yang digunakan apakah modal sendiri atau kombinasi modal sendiri dengan modal asing Karena adanya perbedaan sumber modal tersebut maka ada dua pengertian tentang rentabilitas yaitu: 1. Perbandingan antara iaba usaha dengan seluruh modal yang digunakan (modal sendiri dan modal asing) yang disebut dengan rentabilitas ekonomis Laba Usaha Rentabilitas ekonomi: 100% atau Modal Rentabilitas ekonomi: Profit margin x operating asset turnover Net Income Profit margin :>——__________ x 190% Net Operating assets Net Sales ‘Turnover operating assets - Net operating assets Perbandingan antara laba yang tersedia untuk pemilik perusahaan dengan jumlah modal sendiri yang dimasukkan oleh pemilik Perusahaan tersebut yang disebut dengan rentabilitas modal sendiri atau rentabilitas usaha”” Laba Bersih x 100% Rumus rentabilitas modal sendiri- Modal sendiri Dengan demikian maka pada rentabilitas ekonomi yang disebut juga dengan ROL, efisiensi dapat tercermin dalam modal yang bekerja dalam Perusahaan sedangkan pada rentabilitas modal sendiri efisiensi lebih tercermin pada penggunaan modal sendiri. ” Drs.S.Munawir , Op.Cit , hal.33 33 Bagi perusahan pada umumnya, masalah rentabilitas adalah lebih penting daripada masalah laba karena laba yang besar saja belumlah merupakan ukuran bahwa perusahaan telah bekerja dengan efisiensi. D. Cara -cara meningkatkan likuiditas, solvabilitas dan rentabilitas 1. Likui s Likuiditas adalah merupakan hubungan antara aktiva lancar dengan hutang lancar maka perubahan terhadap aktiva lancar maupun hutang lancar maupun secara sendiri dan secara bersama-sama tapi dalam tingkat yang berbeda akan mempengaruhi tingkat likuiditas perusahaan. Perubahan terhadap aktiva lancar dan hutang lancar secara bersamaan dapat dilihat dengan terjadinya perubahan modal kerja. Pengertian modal kerja disini adalah perbedaan antara aktiva lancar dengan hutang lancar(net working capital). Perubahan terhadap modal kerja antara ain disebabkan adanya transaksi-transaksi baik menambah “maupun mengurangi modal kerja. ‘Transaksi-transaksi yang menambah modal kerja: 1. Adanya keuntungan dari hasil operasi perusahaan 2. Meningkatnya modal perusahaan 3. Adanya pengurangan aktiva tetap 4, Adanya peningkatan hutang jangka panjang Transaksi-transaksi yang mengurangi modal kerja: 1. Adanya kerugian dari operasi perusahaan 2. Pertambahan aktiva tetap 3. Adanya pembayaran dividen 4, Berkurangnya hutang jangka panjang 5. Penurunan jumlah modal Apa yang telah diuraikan diatasdalam suat perusahan tidak terjadi dengan sendiri tapi terjadi secara bersama-sama. Oleh sebab itu analisa terhadap neraca harus memperhatiken bagian mana yang menambah modal kerja dan bagian mana yang mengurangi modal kerja dan hasil Keseluruhannya memperlihatkan apakah terjadi penambahan atau pengurangan modal kerja 2. Solvabilitas Perubahan terhadap tingkat solvabilitas aktiva disatu pihak dengan hutang dilain pihak. . Transaksi-transaksi yang meningkatkan solvabilitas: 1. Menambah aktiva tanpa menambab hutang atau menambah aktiva lebih besar daripada tambahan hutang 2. Menambah hutang tanpa mengurangi aktiva atau mengurangi hutang relatif lebih besar daripada berkurangaya aktiva™ Contoh: Neraca Aktiva fancar Rp.5.000.000 Hutang lancar Rp.4.000.000 Aktiva tetap —Rp,2,000,000+ Hutang tetap Rp.2.000,000 Modal Rp,1,000,000+ Jumlah aktiva Rp.7.000,000 Jumiah passiva — Rp.7.000.000 Aktiva Rp.7.000.000 x 100% =x 100% = 116.6 % Hutang Rp.6.000,000 » Dys.Bambang Riyanto, Op.Cit, hal.27 35 Melalui contoh diatas, maka solvabilitas dapat dipertinggi dengan jalan: a. Menambah modal sendiri Modal sendiri ditambah Rp.2.000.000 dengan menjual saham baru dan tambaban modal ini digunakan untuk membiayai aktiva lancar. Maka solvabilitas menjadi: Neraca Aktiva lancar Rp. 7.000.000 Hutang lancar Rp. 4.000.000 Aktivatetap Rp.2.000,000+ Huang jangka panjang Rp. 2.000.000 Modal saham Rp. 1.000.000 Modal sendiri Rp. 2.000.000 + Jumlah aktiva Rp 9.000.000 Jumlah passiva Rp. 9.000.000 Rp. 9.000.000 Solvabilitas = 100% = 150% Rp.6.000.000 b. Adanya keuntungan dari penjualan barang Persediaan yang harganya Rp.2.000.000 dijual menjadi Rp.5.000.000, Jadi dengan mengabaikan biaya maka terdapat laba sebesar Rp.3.000,000. Jika penjualan secara kredit maka terdapat penambahan piutang Rp.3.000.000 sedangkan persediaan berkurang sebanyak Rp 3.000.000. Dengan demikian adanya penambahan aktiva lancar sebesar Rp 3.000.000. Neraca Aktiva lancar Rp. 8.000.000 Houtang lancar Rp. 4.000.000 Aktiva tetap_Rp. 2.000.000 + — Hutang jangka panjang Rp. 2.000.000 Modal Rp. 2.000.000 Laba Rp. 2.000.000+ Jumiah aktiva Rp.10,000.000 Jumlah passiva Rp. 10,000,000 Solvabilitas=—————+— x 100% = 166.6% Rp. 6.000.000 b. Transaksi yang mengurangi solvabilitas 1. Penggunaan modal sabam 36 Rp. 10,000,000 Modal saham ditarik kembali Rp. 800.000 berarti kas berkurang Rp.800.000. Neraca Aktiva lancar Rp. 4.800.000 ‘Hutang lancar Aktiva tetap Rp. 2,000,000 + Modal Jumlah aktiva Rp. 6.200.000 Jumlah passiva Rp.6.200.000 Solvabilitas =x 100% = 103.33 % Rp. 6.000.000 2. Terjadinya kerugian usaha Rp. 4.000.000 Hutang jangka panjang Rp. 2.000.000 Rp._ 200.000 + Rp. 6.200.000 Kerugian usaha terjadi karena adanya kerugian penjualan barang, atau arena dihapusnya piutang ‘ragu-ragu. Misalnya barang dagangan dengan harga Rp.5.000,000 dijual seharga Rp.3.000,000 dan piutang ragu-ragu dihapus sebesar Rp.1.000.000 maka aktiva lancar sebesar Rp. 4.000.000. Solvabilitas menjadi: Neraca Aktiva lancar Rp. 5.000.000 Hutang lancar Aktiva tetap Rp. 2.000.000 Rugi(-) Jumlah aktiva Rp. 6,500,000 Rp. _500.000+ Modal Jumlah passiva Rp. 4.000.000 Hutang jangka panjang Rp. 2.000.000 Rp.__500.000+ Rp. 6.500.000 37 Rp 6.500.000 Solvabilitas = ——————— x_ 100% = 108.33 % Rp. 6,000,000 3. Rentabilitas Likuiditas dan solvabilitas adalah hubungan antara unsur-unsur dalam neraca sedangkan rentabilitas adalah hubungan neraca dengan rugi laba. Ada dua jenis rentabilitas yaitu rentabilitas ekonomis dan rentabilitas modal sendiri, Maka dibawah ini akan dijelaskan kedua rentabilitas tersebut cara meningkatkan dan menurunkannya. L. Rentabilitas ckonomis Peningkatan rentabilitas ini dilakukan dengan: a. Meningkatkan profit margin melalui cara yaitu: - Meningkatkan efisiensi Net operating income adalah kelebihan net sales diatas seluruh biaya-biaya produksi. Jadi meningkatkan efisiensi artinya berusaha supaya biaya —biaya yang dikeluarkan dapat ditekan atau diturunkan tanpa mengurangi volume penjualan atau persentase kenaikan penjualan lebih besar dari kenaikan biaya-biaya. Mis.Net sales =Rp. 1.000.000 Biaya =Rp. _ 300,000 - Net operating income = Rp. 700.000 Rp. 300.000 Profit margin=———————- x 100% = 30% Rp. 1.000.000 Jika efisiensi dipertinggimisalnya biaya produksi dikurangi Rp. 100,000 sehingga biaya produksi menjadi Rp. 200.000. 38 Net sales =Rp. 1.000.000 Biaya = Rp. _200,000 - Net operating income =Rp. 800.000 Rp. 800.000 Profit margin =-———— x 100% = 80 % Rp.1.000,000 - Meningkatkan efektivitas Efektivitas merupakan mencapai sasaran yang telah ditentukan atau dalam hal ini efektivitas adalah kemampuan mencapai volume penjualan sesuai dengan yang direncanakan yang sesuai dengan dana yang disediakan atau mempertinggi volume penjualan lebih besar dari biaya. Net sales =Rp. 1.000.000 Biaya =Rp. __300,000- Net operating income=Rp. 700,000 Bila terjadi kenaikan penjualan 20% sedangkan kenaikan biaya 10 % maka profit margin : ‘Net sales =Rp. 1.000.000 x 120% = 1.200.000 Biaya =Rp. 300.000 120%= __360,000- Net operating income =Rp. 840.000 Rp. 840.000 Profit margin =—____——. x 100%= 70 % Rp. 1.200.000 2. Meningkatkan tumover of operating assets melalui: - Memperbesar penjualan relatif lebih besar dari tambahnya operating assets Misalnya : Net sales =Rp. 2.000.000 Biaya =Rp._300,000- Net operating income=Rp. 1.700.000 Operating assets = Rp. 3.000.000 Rp. 1.700.000 Maka profit margin = ——_— x 100% = 85% Rp. 2.000.000 Rp. 1.700.000 Tumover of operating ratio= = 0,56 x Rp. 3.000.000 Rentabilitas ekonomis = 85% x 0.56 x = 47.6% Bila penjualan ditambah Rp. 2.000.000 dan biaya naik menjadi Rp. 500.000 maka rentabilitas ekonomis : Net sales =Rp. 4.000.000 Biaya =Rp. __500,000- Net operating income =Rp. 3.500.000 Operating assets =Rp. 3.200.000 Rp.3.500.000 Maka profit margin = ————x 100% = 87.5% Rp.4.000.000 ~ Rp.3.500,000 Tumover of operating ratio= ————— = 1.093x Rp.3.200.000 Rentabilitas ekonomis = 87.5% x 1.093 x =95.7% - Menambah penjualan sampai tingkat tertentu diusahakan penurunan operating assets sebesar-besamnya Misalnya : Net sales =Rp. 2.000.000 Biaya =Rp. __ 300,000 - Net operating income = Rp. 1.700.000 40 Operating assets = Rp. 3.000.000 Rp. 1.700.000 Maka profit margin-————— x 100 %= 85% Rp.2,000.000 Rp.1.700.000 Tumover of operating ratio == 0.56 x Rp.3.000.000 Rentabilitas ekonomis = 85% x 0.56 x~ 47.6% Bila penjualan dikurangi Rp. 1.000.000, biaya menjadi Rp. 200.000 dan pengurangan operating asets menjadi Rp. 900.000 maka rentabilitas ckonomis : Net sales =Rp. 1.000.000 Biaya =Rp. __ 200,000 - Net operating income = Rp. 800.000 Operating assets = Rp. 700.000 Rp. 800,000 Maka profit margin=——_—— x 100% = 80% Rp.1.000,000 Rp. 1.000.000 Turnover of operating ratio= —————. = 1.428 . 700.000 Rentabilitas ckonomis = 80% « 1.428 x= 114.2% 2. Rentabilitas modal sendiri Kemampuan modal senditi untuk menghasilkan laba operasi. Laba ini adalah laba setelah dikurangi pajak. Peningkatan rentabilitas dilakukan dengan cara : a. Dengan melakukan hal yang sama dalam peningkatan rentabilitas yaitu dengan meningkatkan efisiensi dan efektivitas. Peningkatan rentabilitas ekonomis sendirinya dapat meningkatkan rentabilitas modal senditi. 4l b. Mengurangi modal sendiri dan menambah modal asing Mengurangi modal sendiri dengan membeli kembali saham yang beredar dapat mengakibatkan menurunnya modal usaha yang selanjutnya menurunkan penjualan dan laba usaha. Untuk tidak terjadinya peningkatan operating assets,penjualan dan laba maka pengurangan modal sendiri tersebut dapat diganti dengan menambah modal asing, Terjadi perubshan modal sendiri yang diganti dengan modal asing dan bertujuan untuk meningkatkan rentabilitas modal sendiri, hanya mungkin dilaksanakan jika tingkat bunga relatif lebih rendah jika dibandingkan dengan tingkat laba yang diperoleh. Menambah modal asing tanpa mengurangi modal sendiri juga mungkin dilakukan untuk menambah nilai penjualan. Tapi harus diingat bahwa peningkatan penjualan dengan menambah modal asing tersebut harus diperhitungkan bahwa tingkat perolehan laba yang dihasilkan harus lebib besar dari tingkat bunga yang harus dibayar. Misalnya: ‘Modal sendiri Rp.5.000,000 Modal asing Rp.1,000,000 + (bunga 2 %/bulan) Total modal Rp.6.000,000 Penjualan 1 tahun Rp.8.000,000 Biaya Rp.2,000.000 - Laba usaha Rp.6,000,000 Bunga(2 % x 12 x Rp.1,000.000) Rp, 240,000 - Laba bersih sebelum pajak Rp.5.760.000 Pajak(30%) Rp.1.728.600 - 42 Laba setelah pajak Rp.4.032.000 Rp.4.032.000 Maka Rentabilitas modal sendiri = x 100% = 80.64°% Rp.5.000.000 Kemudian dibutuhkan tambahan modal sebesar Rp.500.000 untuk meningkatkan penjualan sebesar Rp.9,000.000. Kebutuhan tambahan modal digunakan untuk pinjaman sebesar Rp.500,000 dengan tingkat bunga 2%/bulan. Jika biaya naik sebesar Rp. 500.000 maka perhitungan sebagai berikut: Modal sendiri Rp.5.000.000 Modal asing Rp.1,500,000 + (bunga 2 %/bulan) Total modal Rp.6.500,000 Penjualan | tahun Rp.9.000.000 Biaya Rp.2.500,000 - Laba usaha Rp.6.500.000 Bunga(2 % x 12 x 1500000) Rp. 360,000 - Laba bersih sebelum pajak Rp.6.140.000 Pajak(30%) Rp.1.842,000 - Laba setelah pajak Rp.4.298,000 Rp.4.298.000 Maka Rentabilitas modal sendiri = —————— x 100% = 85.96 % Rp.5.000.000 Jadi terjadi peningkatan sebesar 5.32%. Bila tingkat rentabilitas modal sendiri yang dihasilkan dengan tambahan modal asing meningkat maka lebih baik menggunakan modal asing tersebut. Hal ini sesuai dengan prinsip tading on equity yaitu perusahaan yang banyak menggunakan modal asing. Jika tingkat rentabilitas modal sendiri dengan 43 menggunakan modal asing tinggi maka earning per share akan mencapai tingkat yang tinggi pula. Misalkan: Pra | PFs a a utang | Utang Rp 500 amen | 10% [20% 30% | Modal sendin Rp.600. Rp | Rp 10d | Rp.T0o | Modal esing : Rps00 | Rpso0 | Rp.500 | Total aktiva | Rp.cooe Rp.600+ i Rp.600+ Rp.coo+ | UEBIT(20% «Rp.600.) | Rp.120 Rp.20 | Rp.t20 | Rp.120 |e - | Be 30 | Ro | Rp.t50 | EBT | Rp.480 Rp. 70 | Rp 20 | -Rp3o | | taxes(4or) Rp.19z | Rp.28 | Rp 8 | -Rpla | | Net income afer tax Rp.288 | 42 | Rp 2 | -Rp.8 | i Saham yang ditempatkan 0 10 10 | wo | | EPS Rp. 48 | Rp 42 | Rp. 12 |-Rp. 18 L Namun apabila tingkat bunga lebih tinggi dari kenaikan laba yang diperoleh maka penambahan modal asing akan menyebabkan terjadinya itas modal sendiri. E, Hubungan likuiditas, solvabilitas dan rentabilitas 1, Hubungan likuiditas dan solvabilitas Dalam hubungan antara likuiditas dengan solvabilitas ada empat kemungkinan yang dapat dialami oleh suatu perusahaan yaitu: 44 1. Perusahaan yang likuid tapi insolvabel 2, Perusahan yang likuid dan solvabel 3. Perusahan yang solvabel tapi likuid 4, Perusahzan yang insolvabel dan illikuid”™ ad.1, Perusahaan yang likuid tapi solvabel Perusahaan yang berada dalam keadaan likuid tapi insolvabel biasanya cenderung mengalami kesulitan dalam membayar hutang-hutangnya di masa yang akan datang. Dalam keadaan ini perusahaan masih mampu untuk memenuhi kewajiban jangka pendek. Jika perusahaan tidak mampu memperbaiki keadaan ini di masa mendatang, maka tagihan-tagihan pihak Iuar akan sulit dipenuhi sehingga perusahaan terancam akan likuidisasi dan kebangkratan. Ad.2, Perusahaan yang likuid dan solvabel Dalam situasi ini perusahaan tidak akan mengalami kesulitan dalam memenuhi semua kewajiban-kewajibannya, Ad.3. Perusahaan yang solvabel dan illikuid Kesulitan akan segera muncul jika perusahaan mengalami keadaan seperti ini, Dengan demikian jika perusahaan tidak mampu merobah keadaan ini segera mungkin maka perusahaan akan segera kehilangan kepercayaan dari kreditur. ‘Ad.4. Perusahan yang insolvabel dan illikuid Suatu perusahaan akan berada dalam keadaan yang paling sulit jika mengalami kondisi seperti ini. Hal ini disebabkan perusahaan cenderung membayar scluruh hutang-hutangnya. Perusahaan hanya mungkin tertolong jika mempunyai tingkat rentabilitas yang sangat tinggi atau berhasil mengadakan penambahan modal usaha. Jika penambahan modal usaha itu dari hutang jangka panjang maka tingkat likuiditas dapat diperbaiki tapi solvabilitas makin buruk. "Ibid, hal.24 45 b. Hubungan likuiditas, solvabilitas dan rentabilitas Dari uraian tentang hubungan antar likuiditas, solvabilitas secara tidak langsung telah disinggung hubungan likudiitas, solvabilitas dan rentabilitas. Perusahan mencapai tingkat rentabilitas yang tinggi maka tingkat likuiditas dan solvabilitas perusahan dapat diperbaiki. Laba yang diperoleh dapat menambah aktiva perusahan atau membayar hutang-hutang perusahaan atau kedua-duanya sekaligus yaitu menambah aktiva dan membayar hutang-hutang perusahaan. Tapi hal ini hanya bisa terjadi jika laba yang diperoleh tersebut tidak dibagikan seluruhnya sebagai dividen kepada pemilik saham. Hal yang sebaliknya akan terjadi jika perusahaan mengalami kerugian maka akan menurunkan tingkat likuiditas atau solvabilitas atau kedua-duanya. Dengan demikian penentuan besarnya dividen yang telah dibagikan kepada pemilik saham harus terlebih dahulu mempertimbangkan likuiditas dan solvabilitas. Dengan kata lain pembagian dividen tidak boleh menganggu tingkat likuiditas dan solvabilitas yang minimal. Tingkat likuiditas dan solvabilitas dapat’ mempengaruhi tingkat rentabilitas. Pengaruh tingkatan ini adalah: 1. Jika tingkat likuiditas atau solvabilitas terutama jika tingkat solvabilitas jauh melebihi keadaan yang paling baik berarti terjadi kelebihan operating assets dari yang sesungguhnya diperlukan. Hal ini akan menyebabkan terjadi tingkat turnover of operating assets yang relatif lebih rendah dibandingkan dengan bila tidak terjadi- kelebihan operating assets dari yang sesungguhnya diperlukan. Selanjutnya keadaan ini yang menurunkan tingkat rentabilitas yang diperoleh perusahaan, 2. Jika tingkat likuiditas atau solvabilitas terutama tingkat solvabilitas jauh lebih rendah dari tingkat yang dianggap paling baik berarti telah terjadi kekurangan aktiva baik aktiva lancar maupun jumlah aktiva seluruhnya. Kondisi seperti ini memungkinkan terjadinya penurunan tingkat penjualan dan kenaikan biaya-biaya sehingga menyebabkan rendahnya pendapatan atau laba yang selanjutnya akan menurunkan tingkat rentabilitas. BABII GAMBARAN UMUM PADA PT PLN (PERSERO) WEILAYAH CABAN BINJAL A. Sejarah dan Gambaran Umum Perusahaan Meninjau sejarah berdirinya Perusahaan Umum Listrik Negara (PLN) Cabang Binjai akan memperjelas kepada kita bahwa perusahaan ini adalah suatu lembaga usaba yang merupakan suatu wadah yang terorganisasi dan didirikan sesuai dengan tuntutan perkembangan zaman yang diterima dalam tata kehidupan masyarakat, Perusahaan Umum Listrik Negara Wilayah Il Sumatera Utara Cabang Binjai berasal dari perusahaan Listrik dan Gas milik perusahaan Belanda, dan perusahaan distribusi milik pemerintah. Perusahaan listrik yang dikelola oleh pengusaha Belanda itu sebelumnya bernama NV. Overszeese Gas En Electriteit Maatschappi (OGEM). Perusahaan tersebut diambil alih oleh pemerintah pada tahun 1958, berdasarkan Keputusan Pengusaha Perang Pusat, dan disebut Perusahaan Listrik dan Gas Medan dan sekitarnya. Perusahaan distribusi listiik pemerintah merupakan perusahaan negara yang didirikan pemerintah pada tahun 1952 dengan kantor pusat di Jakarta. Perusahaan distribusi milik pemerintah ini berasal dari perusahaan listrik negara milik Kotapraja dan perusahaan listrik milik konsultan. Perusahaan listrik yang dimiliki pemerintah dan perusahaan listrik dan gas milik pengusaha Belanda yang telah diambil alih pemerintah tersebut, pada tahun 1961 dilebur menjadi perusahaan Listrik dan Gas Negara Cabang Sumatera Utara. Badan Pimpinan Umum Perusahaan Listrik dan Gas Negara didirikan dengan Peraturan Pemerintah No, 67 tahun 1961, dibubarkan pada tanggal 1 47 48 Januari 1967, Kemudian berdasarkan Peraturan Mentri Pekerjaan Umum dan Tenaga No. 5/PRT/1964, didirikan perusahaan negara yang dinamai “Perusahaan Listrik Negara dan Perusahaan Gas Negara. Dengan Pereturan Menteri Pekerjaan Umum dan Tenaga No. 1/PRT/1065 tanggal 21 Januari 1985 tentang Organisasi Perusahaan Listrik Negara, maka pada daerah tingkat daerah perusahaan ini mempunyai satuan organisasi yang disebut PLN Daerah Eksploitasi 1 Sumatera Utara Cabang Binjai. Selanjutnya berdasarkan Peraturan Pemerintah No.18/Tahun 1972, pemerintah menetapkan status PLN sebagai perusahaan umum dan berdasarkan Peraturan Menteri Umum dan Tenaga No, 13/PRT/Tahun 1972, PLN Cabang Binjai disebut PLN Wilayah II Sumatera Utara Cabang Binjai. Dengan keluarnya Peraturan Pemerintah No, 23/1994 tanggal 16 Juni 1994 maka ditetapkan status PLN sebagai PERSERO. Perusahaan tersebut sebenamya telah terungkap dari surat Menteri Sekretariat Negara pertengahan November 1983 yang diperkuat oleh Dirut PLN Dr. Ir. Zuhal dalam kata sambutannya pada serah terima jabatan Direktur Pengusaha dan Direktur Administrasi PLN di kantor pusat tanggal 20 November 1994, ‘Adapun yang melatarbelakangi perusahaan status tersebut adalah untuk mengantisipasi kebutuhan listrik yang terus meningkat dewasa ini, Dimana pada abad 21 nanti PLN tidak dapat tidak harus mampu menggunakan tolak ukur internasional dan harus mampu berswadaya tinggi, dengan manajemen yang berciri transparan, terbuka, desentralisasi profit center. 49 Adapun yang diperoleh PLN dan Perum jadi Persero adalah: 1. PLN akan dapat melakukan usaha-usaha restrukturisasi dengan mendirikan unit-unit bisnis berupa anak-anak perusahaan. 2. PLN dapat menarik modal swasta, 3. Mengurangi ketergantungan PLN dan APBN. Untuk mencapai tujuan, PLN meningkatkan kesejahteraan masyarakat dan mendorong perkembangan industri pada PJPT IT yang tanggung jawabnya cukup besar dan berat, kerjasama dan hubungan yang harmonis dengan instansi dan Jembaga yang terkait, perlu dibina dan ditingkatkan. Dibalik suksesnya perkembangan pembangunan listrik di Binjai, peningkatan pembangunan sektor listrik yang digalakkan pemerintah ternyata membawa berkah bagi PLN Wilayah 1 Cabang Binjai, Para langganan dari tahun ke tahun terus mengalami peningkatan, Apalagi ditambah dengan perkembangan pembangunan yang pesat di kota Binjai, tentu saja menimbulkan banyaknya permintaan masuknya arus listrik. B. Struktur Organisasi Untuk melaksanakan kegiatan aktivitas perusahaan maka perlu disusun suatu struktur organisasi yang memberi batasan tugas, wewenang dan tanggung jawab pada setiap bagian dalam perusahaan. Di dalam struktur organisasi tersebut dapat diketahui garis komando dan pemberian perintah serta tanggung jawab pekerjaan yang telah dilakukan, Mengingat pentingnya struktur organisasi itu, mengharuskan setiap perusahaan untuk membentuk dan menyusun strukturnya yang disesuaikan 50 dengan kebutuhan dan sifat perusahaan, agar prinsip penempatan orang yang benar pada tempat yang benar dapat dilakukan untuk mengefektifkan dan mengefesiensikan pekerjaan dalam mencapai tujuan. Demikian pula Perusahaan Listrik Negara Wilayah Il Cabang Binjai mempunyai struktur organisasi yang berbentuk garis dan staf. Secara sistematis struktur organisasi Perusahaan Listrik Negara Cabang Binjai di bawah ini: S51 STRUKTUR ORGANISASI KANTOR PLN (PERSERO) CABANG BINJAL FUNGSIONAL AHLT BAGAN ry Bactax | BAGIAN DISTRIBUS! PELAN | ADMINISTRASE }— sexsi SEKST P sexsi SEKSI PERENCANAAN PERENCANAAN PEMASARAN PEGAWAL KONSTUKSI DISRIBUST | ‘SEKSE [7] AON rans SEKSI LST PEDESAAN tax SERSE PENERANGAN r SEKSt | L pencocatt SEKRETARIS DaTa Gambar 1: STRUKTUR ORGANISASI PT.PLN (PERSERO)CAB.BINJAL Sumber: PT.PLN (PERSERO) CABANG BINJAIL 52 Uraian Tugas, Wewenang dan Tanggung Jawab Tugas, Wewenang dan Tanggung Jawab setiap jabatan pada PT.PLN (PERSERO) Wilayah If Cabang Binjai ini adalah sebagai berikut: a. Kepala Cabang Kepala Cabang adalah pimpinan tertinggi pada perusahaan ini yang mempunyai tugas mengawasi bagian-bagian, seksi-seksi dan ranting-ranting yang ada dan mengendalikan seluruh kegiatan perusahaan yang antara lain: mengawasi pemasukan dan pengeluaran uang, mengendalikan perbekalan administrasi kepegawaian, administrasi penjualan tenaga listrik serta memberikan pengaruh dan bimbingan dalam rangka peningkatan produktivitas dari pegawai dan efisiensi perusahaan Kepala cabang juga bertanggung jawab atas pelaksanaan tugas-tugas yang telah dilaksanakan olch bagian-bagian, scksi-seksi dan ranting yang ada. b. Bagian Tehnik (BTEK) Bagian Tehnik bertugas membantu Kepala Cabang dalam menyelnggarakan perusahaan yang menyangkut masalah-masalah tehnik, pekerjaan-pekerjaan administrasi tchnik yang diperlukan dan masalah yang berhubungan lainnya. Bagian Tebnik dalam menjalankan tugasnya dibantu dan dibawahi: 1. Seksi Operasi dan Pemeliharaan Pembangkitan (SIOPP) 2, Seksi Perencanaan (SIREN) 3. Seksi Operasi dan Pemeliharaan Distribusi (SOPDIS) 4, Seksi Perluasan dan Sambungan Baru (SP & SB) 5. Seksi Peneraan dan Pengujian (SIPP) 53 6, Seksi Evaluasi dan Pembinaan (SEP) Ad.l. Seksi Operasi dan Pemeliharsan Pembangkitan (SDOPP) Seksi ini meliputi tugas-tugas antara lain: menyusun progran/rencana pengoperasian mesin-mesin pembangkitan dan mengawasi seluruh kegiatan operasi beserta alat-alat bantunya, Seksi ini membawahi dan dibantu oleh: - Urusan Pemeliharaan (UHAR) - Unusan Operasi/Bahan Bakar (URBBM) ad.2, Seksi Perencanaan (SIREN) Mempunyai tugas yang menyangkut penyusutan program/rencana perluasan jaringan distribusi, sambungan baru, perubahan tegangan rendah, pemeliharaan dan rehabilitasi serta menyusun anggaran operasi dan usulan anggaran investasi di bidang tehnik. Seksi perencanaan dalam menjalankan tugasnya dibantu oleh: - Urusan Perencanaan Perluasan dan Sambungan Baru (URPPS) - Unusan Perencanaan Pemeliharaan (UREHAR) - Urusan Pemetaan dan Dokumentasi (SOPDIS) ad.3. Seksi Operasi Pemeliharaan Distribusi (SOPDIS) Seksi ini meliputi tugas-tugas menyelenggarakan secara teratur/berkala pemeliharaan tehnis jaringan tegangan menengah, jaringan tegangan rendah, gardu-gardu hubung, gardu distribusi, trafo beserta kelengkapannya, Seksi ini juga membawahi : ~ Unusan Operasi dan Pelayanan Gangguan ~ Umusan Pemeriksaan dan Penerbitan Instalasi (UPPI) 54 - Unusan Pemeliharaan (UHAR) ~ Urusan Kendaraan (UKEN) ad, Seksi Perluasan Faringan dan Sambungan Bart Seksi ini bertugas melaksanakan dan mengawasi pekerjaan perluasan jaringan tegangan menengah, jaringan tegangan tendah, gardu hubung dan sambungan rumah atas dasar perintah kerja yang diterbitkan untuk momenuhi permintaan akan sambungan baru dan penambah daya, Seksi Perluasan Jaringan dan Sambungan Baru dalam menjalankan tugasnya dibantu dan membawahi: ~ Urusan Perluasan Jaringan (UPJ) - Unusan Sambungan Rumah, Alat Pembatas dan Pengukur (URSP) Ad.5. Seksi Penerangan dan Pengujian (SIPP) Seksi ini mengatur penerangan pesawat ukur, baik yang terpasang pada pemakai maupun persediaan di gudang, juga mengatur pemesangan bara Konsumen-konsumen besar sekaligus melakukan pencatatan meternya. Seksi ini membawahi: ~ Urusan Pengujian Alat Pembatas dan Pengukur (UPAP) ~ Urusan Peneraan dan Perakitan (UPRA) Ad6. Seksi Evaluasi dan Pembinaan (SEP) ‘Seksi ini meliputi tugas-tugas antara lain menyelenggarakan data usaha di bidang tebnik dan bekerjasama dengan seksi lain yang terkait, memberikan penyuluhan tentang listrik, prosedur penyambungan dan peraturan pemasangan instalasi juga pemasangan dan pembinaan para instalateur. 55 ‘Seksi ini dalam tugasnya dibantu oleh: ~ Urusan Tata Usaha Tehnik (UTUT) - Urusan Statistik, Laporan dan Evaluasi ~ Urusan Pembinaan Instalateur (UBIN) Selanjutnya Bagian Tehnik bertanggung jawab atas pelaksanaan kerja yang dilakuken oleh seksi-seksi dan urusan-urusan kepada Kepala Cabang, ¢. Bagian Tata Usaha (BTAU) Untuk kelancaran pelayanan terhadap pelanggan maka tugas Bagian Tata Usaha ialah membantu Kepala Cabang dalam mengatur terselenggaranya pekerjaan-pekerjaan tata usaha menurut ketentuan yang telah ditetapkan serta dapat terselesaikan sesuai dengan jadwal, Bagian ini dalam menjalankan tugas memberikan pelayanan dibantu dan membawahi: 1, Seksi Tata Usaha Langganan (STUL) 2. Seksi Penagihan (SPEN) 3. Seksi Keuangan dan Pembukuan (SKUB) 4, Seksi Perbekalan (SKAL) 5. Seksi Sekretariat, Kepegawaian dan Keselamatan Kerja (SK3) Ad 1. Seksi Tata Usaha Langganan (STUL) Seksi ini mempunyai tugas mengawasi pelayanan permintaan tenaga listrik, pengiriman data hasil pencatatan KWh dan menyiapkan SPK yang diterbitkan untuk proses penyambungan baru, serta dalam tugasnya dibantu oleh : - Urusan Pelayanan Langganan (UPLA) ~ Urusan Pembacaan Meter (URPEM) 56 ~ Urusan Pembuatan Rekening dan Pembukuan Langganan (URPL) Ad. 2. Seksi Penagihan (SPEN) Yang mempunyai tugas mengawasi pengurusan penaguhan rekening listrik berjalan, tusggakan dan tagihan lainnya, Seksi penagihan dalam tugasnya dibante dan membawahi: ~ Unusan Penagihan rekening (UPRE) ~ Urusan Pengawasan Kredit (UPKR) ‘Ad3, Seksi Keuangan dan Pembukuan (SKUB) Seksi ini mempunyai tugas penerimaan, pengeluaran dan penyimpanan uuang. Seksi ini membawahi: ~ Urusan Anggaran dan Keuangan (UAK) - Urusan Pembukvan (UPEM) — Urusan Pembukuan Aktiva Tetap (UPAT) ~ Unusan Tata Usaha Keuangan Gudang (TUKG) Ad 4, Seksi Perbekalan (SKAL) Yang tugasnya meliputi pembuatan rencana penyediaan material dan peralatan berdasarkan kebutuhan dan realisasi pemakaian sebelumnya. Seksi ini dalam tugasnya dibantu oleh: = Unusan Tata Usaha Perbekalan (UTUKAL) = Unusan Gudang (UGDG) Ad 5. Seksi Sekretariat, Kepegawaian dan Keselamatan Kerja (SK3) ‘Adapun tugas dari seksi ini dalam menjalankan tugas-tugasnya adalah: 57 - Mengawasi pelayanan penjualan tenaga listrik kepada konsumen baik dari segi tehnis maupun adminstrasi. - Mengawasi usaha-usaha penjualan tenaga listrik, sorta mengusahakan penekanan rugi KWh, penjualan dan tungeakan. C. Laporan Keuangan Perusahaan Laporan keuangan PT PLN (PERSERO) CABANG BINJAI yang disajikan disini meliputi untuk empet tahun yaitu tahun 1998-2001. Laporan keuangan yang disajikan dalam empat tahun berturut-turut berguna untuk melihat perkembangan atau perubahan-perubahan berdasarkan perbandingan ketiganya tentang likuiditas, solvabilitas, dan rentabilitas, Kini akan dijelaskan secara ringkas mengenai kedua jenis laporan keuangan tersebut. 1. Neraca Neraca perusahaan merupakan salah satu jenis laporan keuangan yang disusun secara staffel dengan empat tahun, Neraca ini terdiri dari 2 yaitu aktiva dan passiva. 1, Aktiva terdiri atas : a. Aktiva lancar Aktiva lancar terdiri dari: + Kas dan setara kas Terditi dari : Kas Bank + Piutang usaha Terdiri dari : Piutang Usaha terhadap pihak ketiga 38 Piutang Usaha terbadap pihak istimewa > Bieya yang dibayer di muka dan uang muka ( jangka pendek ) ‘Terdiri dari : Biaya yang ditayar dimuka terhadap pihak ketiga ‘Biaya yang dibayar dimuka terhadap pihak istimewa +> Piutang lain-lain ( jangka pendek } Piutang lain-lain terhadap pihak ketiga Terdiri dari Piutang lain-lain terhadap pihak istimewa_ + Persediaan Terdiri dari : Bahan bakar dan minyak pelumas Transformator Kabel Persediaan umum Menara dan tiang Alat ukur dan pembatas Switchgear dan jaringan Material b. Aktiva Tetap Alktiva tetap terditi dari: + Pembangkitan “ Transmisi + Distribusi o> Tata Usaha Langganan + Unum 59 co, Aktiva lain-lain Aktiva lain-lain terdiri dari: “ Aktiva tidak beroperasi “ Piutang lain-lain Biaya yang ditangguhkan > Biaya yang dibayer dimuka dan wang muka (jangke panjeng) 4. Penyertaan Terdiri dari : Penyertaan terhadap anak perusahaan e. Pekerjaan dalam pelaksanaan Terdiri dari: + Pembangkitan > Transmisi Distribusi Tata Usaha Langganan + Umum 2. Passiva Passiva terdiri dari : a. Ekuitas ( modal sendiri ) terdiri atas : Modal saham + Tambahan modal “& Saldo laba * Agio saham_ + Modal Donasi Bantuan Pemerintah b, Akun antar satuan administrasi Terdiri dari : + Akun Penutup Pembangunan Akun Penutup Pengusahaan > Akun Penutup antar Pembangunan dan Pengusahaan c. Pendapatan ditangeuhkan Terdiri dari & BP Tersambung “> BP Belum Tersambung d. Huteng Hutang perusahaan terdiri atas Pinjaman jangka panjang, terdiri atas : - Pihak ketiga Terdiri dari © Utang bank © Utang obligasi - Pihak yang mempunyai hubungan istimewa ‘Terdiri dari : Penerusan pinjaman —Utang kepada pemerintah © ~Utang bank = Utang lain-lain ( jangka panjang ) Terdiri dari : © Utang lain Jain kepada pihak ketiga 61 © Utang lain-lain kepada pihak istimewa “> Uang jaminan langganan erdir dari: © Uang jaminan langganan kepada pihak ketiga ‘© Uang jaminan langganan kepada pihak istimewa + Utang promes “> Utang biaya proyek Huting jangka pendek terdiri atas: Utang usaha Terditi dari: + Utang usahe kepada pihak ketiga © Utang usaha kepada pihak yang mempunyai hubungan istimewa + Utang dana pensiun ‘Terdiri dari ‘© Utang kepada DP-PLN/PSL. «Toren Peserta ‘© Turan Pemberi kerja & Utang pajak Terdiri dari: * PPh + PPN * Bea Materai 62 “ Utang lain-tain Terdiei dari : ‘© Utang lain-lain kepada pihak ketiga + Utang lain-lain kepada pihak yang mempunyai hubungan + Biaya yang hanus dibayar Terdiri dari: * Biaya yang harus dibayar kepada pihak ketiga « Biaya yang harus dibayar kepada pihak yang mepunyai hubungan istimewa 4 Pinjaman jangka panjang jatuh tempo Terdiri dari : + Pibak ketiga ‘© Pihak yang mepunyai hubungan istimewa “Htulah gambaran ringkas mengenai unsurunsur dari neraca perusahaan ‘menurut data yang diperoleh penulis. Kini akan diperlihatkan neraca perusahaan tersebut dalam tabel dibawah ini. 63 Tabel 5 PT. PLN (PERSERO) CABANG BINJAL NERACA 31 Des 1998, 1999, 2000 dan 2001 ‘Keterangan Azo | Sz | sizes S128 | [ARTIVA I | Aktiva lanear 18,828,861.559 | 15.275.533.498 | 10.035.884.709 | 9.224.730.847 | Kas dan setara kas 2301798. 909 2.465.836.080 | 1.929.178.733 | 766.788.9594 | a Kas 258,898.055 | 215.628.9045 32270400} 66.956.615 Bank 2.:748,331:599 | 2.250.207.1358 | 1.846,905.333 | 699.822.379 | Piatang Usaha 14.724.580.836 | 12.083.0430.030 ' 912,149.68 | 7.588.898.204 \ a. Pihak ketiga 621354304 11.991.080.672 | 6864.285.046 | 7.536.065.963 |b Pihatsisvimewa 103.226.532 | 1.953.358} 47864019} 52.832.241 | | -Persediaan | s8.701.388 | 411.325.108 | 340,520,117 716.905.786 | | a. Bahan bakar dan minyak | $874,223 | 6.807.957 \ 20,876.004 | 14.063.000 | b-transformator | ssasust sorzu72 | ssess.g0e | 132,171,725 c-Switchear | 366.816.905 | 2i964.727 | 134879111) 337.279.225 Kabel 191.869.187 97344675 | 44.566056 104.267.2953 e.Alat ukur 170.426.361 14.336.156 27.253.095 72.846.887 | fPersediaan umam 42.687.616 | 37.907.874 32,653,318 65,566,308 pPenyisiban persediaan (6.386.088) G.805,053) (6.360375) (9.288.622) “Vang mula pajak : . . 7 Piutang lain-lain(ik pendek) 110.855.928 10.797.266 310,000 4.378.365 aPihak ketiga 2.654.000 1.505.000 310,000 7 », Pibak istimewa 108.201.928 9.292.266 - 4.378.365 -Biaya yang dibayar danUangmuka 389.391.8121 304.532.014 | 853.729.724| 147, 759.498 aPihak ketiga - - 7 7 ‘b Pihak istimewa 389391811 304.532.014 | 853.729.7224] —_147.759.498 [Aitiva “Tetap Wetts) 137.699.293.723 | 132.122.618.794 | 127.861.691.811 | 127.344.009.534 ‘Aktiva Tetap(Brato) T DiTATSATORDS | 202.445.147.565 | 189.715.665.941 | 179.057.893.347 a.Pembanghiten 2.456,726.128 2.456.726.328 | 2.512.225.405 } 2,899.458.612 b.Transmisi - : - | - eDisiribusi 204.819.349.105 | 191.064.196.897 | 177.761.491.096 | 169.592.364.090 Tata Usaha Langganan 4.168.876.780 3.180.884.280 | 2.945.544.2860} 1.285.031.0830 [ etimm 6.128.918.112 5.743.340.260 | $.496.405.160 | 5.281.039.615, Ak.Penyusutan | (79.47476.402) | (78.322,528.771) | {60.853.974,130) | (51.713.883.813) | aPerbangkit | (.806.327.954) | (0.733.664.685) | (1.676.027.6068) (.893.482.201) | bteansmist “| “| “| -} | eDistribusi (72.548.827.891) | (63.650.240.595) | ($4.881,931.806) | (@5539.129.686) | Tata Usaha Langganan | (2.052,893.288) | (.864,505.570) | (4.543.111.040} } (006.838.7665) Umum | 2066527259 | @.o74.188421) | (2.752.903.678) | (2374.433.160) PekerjaanDalam Pelaksanaan 2.532.549.259 | 680.170.293 | 1.430.074.388 | 2ASLSPLATS | aPembangkiten -| - -| 7 | boTransmisi | -| | | 7 ovine | asseserass| esoaTo2s3 | iannomaaee| 2451591495 | d-Tata Usaha Langganan | “| -| -| + Umum | - ( - | -| - Penyertaan | “| c - | : Aktiva lain-lain | 919.010.479 604.518.3635 | 409.160.738 | 138.558.481 ~Aktiva tetap belum dimanfaatken | 265.561-710 t 268.471.339 268.471.359 | (484.178) | -Piutang laindsin (k.Panjang) | —_—653.448.769 | 536,047.02 | 149.689.399 | 125.659.243 ee ee eel eel mone , Pihak istimewa | 653.488.7609 336.047.024 140.689.3599 | 125.619.243 -Biaya dibayar dinmuka dan u.muka - 7 - : Dana pelunasan obligast 7 7 - : Aktiva pajak tangguhan - 7 - 7 [Fomish AKTIVA | 459.979.718.020 | 148.682.840.948 | 139.736.811.646 | 139.158.887.337 [PASSIVA ft — I Ekwitas TOS.G3.277.905 | 94.102.139.224 | 64.012.829.81S | 55.211.905.598 | “Modal seham 7 7 - =| ‘Tambahan Modal - 7 : 7 Saldo taba 125.683.227.903 | 94.102.139.224 | 64.012,829.815 | $5.211.905.598 ‘Aten antar Satwan Administwasl | (12504877587) | __13927442.413 | 40510.623.067 | 50,565.856.455- 4. Akun penutuppembangunan - 7 - - b-Aiam penutuppengusahiaan (12.504.877.587) | 13.927.442.413 | 40.510.623.067 | 50.565.856.455 ‘Pendapatan ditanggubkan Sane 35.306,855.497 | 22872658585 | 22.245.206.363 65 [aBP Terambung T a1S39914. 665] 3652107965] 32.104.886. 3] D885, ST7 IDO D-BP Belum tersambung, 239,700,000 222,100,000 328.435.000 | 365.047.000 c.Amortisasi | (13.514.982.260) | (11.436.716,468) | (9.610.662.870) | (8.005.418.5857) | Kewaliban Pajak Tanggahan 1 - ~ i - [[Revaiiban Tang Panjang | 16089.686.698 | 15.087.090.288 T0828.807.435 | 9.836.253.653 | TPinjaman Jengka Panjang T = “| = - | -Utang Lain-Lain | - -| C -| Wang Jaminan Langganan | toons.6as.e98 | 13.057.090.268 | 10.828.807.435 | 9.836.258.663 | aPihak ketiga | 16.083,686.698 | 13.057.090.288 | 10.828.807.433 | 9.836.253.6553 | bPihak Issimewa 7 7 -| -| | -Utang Biaya Proyek i - : -t - | -Btang Promes \ -| -| -| - | Kewajiban Jangka Pendek [RSS DSG01 | —_2.289,713.526 | 1.561.892.996 | 1.229.665.268 | meg Use 1 —srraieer | STOO Caer | A7BBCR286 | | a Pihak Ketiga \ 52,141,091 | 359.337.500 | 6.187.125 | 173.365.286, | | b,Pihak istimewa “| -| -| “| | 2.294.878 | -| -! . | mexsisrs| ‘| : : | 4.714.170 | 2.488.020 | 739.468 | 47.288.202 | \ 4.714.170 | 2.485.020 | 739.465 | 47,041,119 | ) “| “| : 257.083 | | 2.930.798.793 | 1.741,278.265 | 1.378.610.139 | 876.896.893 | 2.021.923.0753 1,733.228.985 | 1.373.153.6599, 850.717.3098 | | 8.875.720 8,049,280 5.456.480 26.179.495 | 117.096.672 186.612.741 | 176386.207 | 199.144.887 - 50,303.95 -| 199.144.887 117,096.672 136,308,745 | 176.356.207 - -Kewajiban Sic Pjg Jatuh Tempo | - 7 - . ‘Fomish PASSIVA [ RSSTOCTIRaRO | Tas. Ge2.840.948 | 199.736RTLG6 | 199.158.887.397 ‘SumberiPT PLN(PERSERO)CABANG BINJAL 2, Laporan faba —rugi Laporan faba rugi perusahaan ini disusun secara multiple step yang berada dalam dua tahun. Laporan Iaba-rugi ini menggambarkan bagaimana Kegiatan operasional itu menghasilkan laba atau rugi bagi perusahaan dengan biaya yang harus dikeluarkan dalam kegiatan tersebut. Laperan laba magi ite a. Pendapatan usaha, terdiri atas: + Penjualaa listrik +s Pendapatan Penyembungan % Laintain b, Beban Usaha, terdiri atas: + Pembelian tenaga listrik > Bahan ~ bakar dan minyak pelumas * Pemieliharaan Kepegawaian > Penyusutan aktiva tetap + Lain-bin b. Pendgpatan lain-lain Terdiri dari : 4 Pendapatan Jasa Giro ff Pendapatan Jasa-Jasa 4 Pondapatan Denda % Lainnya oT d. Beban lain-iain Beban pinjaman + Beban pensiun Bebaa Jain-lain “+ Beban selisih kas } Subsidi Pemerintah e. Laba rugi usaha £ Beban pajak g. Laba rugi bersily ¢ Subsidi pemerintah - - - Tabel 6 ’. PLN (PERSERO)CABANG BINJAL ‘ LAPORAN LABA- RUGI PERIODE 31 Des 1998, 1999, 2000 dan 2001 Keterangan i ‘31 Des 2001 ‘31 Des 2000 31 Des 1999 | ‘31 Des 1998 Peadapatan waa | FESS TIF TIOTTIOORASG | BEBOBOSSTIS | TASVGATI-OOT | -Penjualan tenega listrik [156.495.039.855 "118.827.071.030 | 85.047.060.605 | _72.984.218.775 | -Penyambungan pelanggun | ro7e.z6s.792 | 1.826.059,508 | 1.605244313 | 1.494.278.896 i -Laindain 13.275.150 423.877.808 246,748,797 | 27,923,330 ‘Bebaw usaina S5294031A24 | 27GORRASTA | PRGTLATAGT | 19-7@IOTEATS | ([FRembelian tenaga liste = =| ~T rs | Bn baker dan m. pelumas | $5.482.517 77342559 | 165.565, 950 | 213.228.740 | | + Pemeliharaan 7128244442 | 4,503.239.590 } 3.491.880.1068} 2.729.775.692 | | 11.787.986.181 | 10.454.818,526 | 7.248.459.410 | 6.036.428.253 | Penyusutan aktiva tetep 9x32921491 | B.aseov214 | vuss.us? 2 | Sarlavaust | | -Laindain | _4asesze93 | 3109974685 | 2.713.457.006 | 2.312.241.400 | ‘Laba (ragi) Usaha | 42,8292.549.373 | 93.174.677.882 | 64.227.639.094 | $4.737.342.885 ‘Pendapatan (bebaa )lain-lain I 390.550.530 927.461.342 | (Q14.809.094) | 474.562.713 Pendapatan lain-lain 1.378.387.188 | 1.133.279.105 | 387,070,438 | __566.926.791 a Pendapatan Jasa Giro 102.467.037 92,917,955 51.953.165 46.214.437 b.Pendapatan Denda -| 723.871.889 - 7 c.Pendapatan Jasa-Jasa 262524479 | — 202.298.520| 139.512.979 154,494,512 ALeivaya 1.013,395.672 114.190.741 195,604,294} 366,217,842 ‘Beban lain tain (987836.658) | ( 205.817.763) } ( 601.879.717) | (92.364.078) aBeban pinjaman - - - 7 ‘b.Beban pensiun {803.382.725) | (159.656.227)} (173.431.481) | 80.403.926) ¢Bebaa lain-tain (184.453.933) | (46.161.536) | (428.448.236) | (1.960.152) .Beban selisih kas : - : - — Labarugi sebelumPosiuarbiasa | 125.683.099.903 ['94.102.139.224 | 64.012.829.815 | 55.211.905.598 Laba magi fuar basa = = > > ‘Laba rugi sebelum PPh badan | 125.683.099.503 | 94.102.139.224 | G4.012.829.815 | 58211908598 ‘94.102.139.224 | G4.012.829.815 Sumber: PT PLN (PERSERO) CABANG BINJAL 69 C. Perhitungan dan penilaian likuiditas, solvabilitas dan rentabilitas Pimpinan perusahean selalu mengusahakan supaya tingkat likuiditas dan solvabilitas mempunyai kemampuan membayar segala kewajiban-kewajiban dan tidak pernah sampai mengadakan penundaan pembayaran, Sedangkan tingkat rentabilitas ekonomi selalu divsahakan meningkat dari tahun ke tahun. Perhitungan untuk rentabilites selalu didasarkan atas keputusan pemerintah tentang harga listrik, perkembangan ekonomi nasional dan daerah. Berdasarkan asumsi-asumsi diatas akan dihitung besamnya penjualan untuk tahun tersebut yang berfungsi sebagai dasar untuk menentukan kemungkinan pencapaian abe untuk tahun yang akan datang. Tingkat likuiditas, solvabilitas dan rentabilites perusahaan untuk tahun 1998,1999, 2000 dan 2001 sebagai bahan bandingan akan diuraikan dibawah ini. 1. Rasio Likuiditas Adapun rasio-rasio likuiditas yarig digunakan yaitu: 1, Current ratio Pada perusahaan ini yang termasuk aktiva lancar adalah : kas dan setara kas, persediaan, piutang dagang, piutang lain-lain, biaya yang dibayar dimuka, dan uang muka, Sedangkan hutang lancar adalah utang usaha, utang dana pensiun, utang pajak, utang lain-lain, biaya yang masih harus dibayar dan kewajiban jangka Panjang jatuh tempo. Aktiva Lancar Rumus: x 100% Hutang Lancar Rp. 9.224.730.847 Tahun 1998: —_—————_—. x 100% =642.51 % Rp.1.299.665.268 70 Rp. 10,035.884.709 Tahun 1999; ———————-. x 100% = 710.00% Rp. 1,561.892,936 Rp.15.275.533.498. ‘Tahun 2000; ———_——— x 100% = 667.1% Rp. $9,713,526. Rp.18.828,861.559 Tahun 2001; ———_—— x 100% = 483.1% Rp. 2.233.045.601 Dari perhitungan diatas terlihat bahWa current ratio mengalami fluktuasi selama empat tahun ini, 2. Cash ratio Kas + Setara Kas Rumus: —_—————— x 100% Hlutang lancar Rp. 766.788.984 + Tahun 1998: ——_—_———- x 100% =58.99 % Rp. 1.299.665.268 Rp. 1.929.175.733 Tahun 1999: ——__—__—. x 100% = 123.51% Rp. 1.561.892.936 Rp.2.465,836.080 Tahun 2000: x 100% = 107.61% Rp. 2.289.713.5265 Rp.2.748.331.599 Tahun 2001: x 100% = 123.0% Rp.2.233.045.601 Pada perhitungan diatas cash ratio perusahaan mengalami hal yang sama berfluktuasi selama empat tahun ini, 3. Quick ratio Aktiva Lancar —Persediaan. Rumus: ———_——_——___ 100% 7 Rp.9.224.730,847-716.905.786 Tahun 1998: ——W_—__________ x 100% = 654.61 % Rp. — 1,299.665.268 Rp. 10.035.884.709-340.520.117 Tahun 1999: —————_________ x 100% =620.74% Rp. 1,561.892.936 Rp. 15.275.533.498-41 1.325.108 ‘Tahun 2000: —-———__—______-- x 100% = 649.3% Rp. 2,289,713,526 Rp. £8,828.861.559 — 855.701.385 Tahun 2001: ———________—____—_. x 100% = 804.5% Rp. 2.233.045.601 Hal yang sama terjadi pada quick ratio yang mengalami fluktuasi selama empat tahun ini walaupun sangat kecil penurunannya dengan kenaikannya cukup tinggi 4. Working capital to total assets Aktiva Lanear ~ Hutang Lancar Rumus :———-——_—___———— x 100% Aktiva Rp. 9.224.730.847-1.299.665.268 Tahun 1998-————_—_____——_ x 100% =5.69% Rp. 139.158.887.337 Rp. 10.035.884.709-1,561.892.936 Tahun 1999:—________________ x 100% =6.06 % Rp. 139.736.811.646 Rp. 15.275.533.498 — 2.289.713.256 ‘Tahun 2000: x 100% = 8.73% Rp. 148.682.840.948. Rp.18.828.861.559 — 2.233.045.601 Tahun 2001: x 100% = 103% Rp. 159.979.715.020. Dari perhitungan diatas , maka dapat disimpulkan bahwa tingkat likuiditas perusahaan ini pada empat tahun belakangan ini mengalami kenaikan. 2. Rasio solvabilitas Besarnya solvabilitas perusahaan selama empat tahun adalah sebagai berikut: Aktiva Solvabilitas: x 100% Hutang Rp.139,158,887.337 Tahun 1998: ———_______ x 100% =1149.63 % Rp.11.135.918.921 Rp. 139,736.81 1.646 ‘Tahun 1999: x 100% = 1129.66 % Rp, 12.390,700,369 Rp. 148.682.84,948 Tahun 2000: 100% = 968.88 % Rp. 15.346,803.810 Rp. 159.979.715.020 Tahun 2001. x 100% = 877.5% Rp.18,236,732.290 Dari perhitungan diatas diketahui bahwa tingkat solvabilitas perusahaan ‘mengalami penurunan pada tiap tahunnya. 3. Rasio Rentabilitas Jika dilihat dari jenis rentabilitas yang ada maka di perusahan ini hanya terdapat satu jenis rentabilitas yaitu rentabilitas ekonomis. Laba Rentabilitas : x 100% atau Modal Rentabilitas Ekonomi : Profit margin x Turnover operating assets Dalam tengadakan perhitungan rentabilitas ekonomis modal yang digunakan adalah keseluruhan modal sendiri dengan ditambah dengan hutang lancar perusahaan. B ‘Stuktur modal tahun 1998 : Modal sendiri = Rp.55.211.905.598 Modal asing = Rp.12.390.700.369+ Rp.66.347.824.519 Stuktur moda! tahun 1999 : Modal sendiri = Rp.64.102.829,815 Modal asing = Rp.12.390.700.369+ Rp.76.493.530. 184 ‘Stuktur modal tahun 2000: Modal sendiri = Rp. 94.102, 139.224 Modal asing =Rp. 15.346 803.810+ Rp.109.448 94.034 ‘Stuktur moda! tahun 2001: Modal sendiri = Rp.125.683.099.903 Modai asing =Rp. 18.236.732.290+ Rp.143.919.832.193 Sedangkan taba yang dimaksud adalah laba usaha sebelum dikurangi bunga dan pajak, Untuk perusahaan ini pada laporan laba ruginya tidak terdapat biaya bunga dan pajak dalam pengurang laba bersih, Oleh karena itu faba yang dimaksud adalah laba usaha. Dengan demikian rentabilitas ckonomis dapat dihitung sebagai berikut: Rp.55.211.905.598 Tahun 1998:-——______— x 100% =83.21% Rp.66.347.824.519 Rp. 64.102.829.815 Tahun 1999: x 100% = 83.80% “Rp.76.493.530.184 Rp. 94.102.139.224 Tahun 2000-—_—__—_———__ x 100% = 85% Rp. 109.448.943.034 * Rp.125.683.099.903 Tahun 2001: x 100% = 87.3% Rp.143.919.832.193 4 Atau: Rentabilitas ekonomis : Profit margin x Tumover of operating assets Net operating income Profit Margin : ——————__——— Net operating asset Yang dimaksud dengan net operating assets adalah semua aktiva yang ada di perusahaan karena semua aktive tersebut merupakan aktiva yang digunakan untuk operasi perusahan. Perhitungan terlihat di bawah ini : Tahun 1998: Net Operating Assets = Rp. 139.158.887.337 Tahun 1999: Net Operating Assets = Rp.139.736.811.646 Tahun 2000: Net Operating Assets =Rp. 148.682.840.948 Tahun 2001: Net Operating Assets = Rp.159.979.715.020 Sedangkan yang dimaksud dengan net operating income adalah penjualan bersih dikurangi dengan biaya operasional. ‘Tahun 1998, Net Operating Income = Rp.72.984.218.775-Rp.19.769.078.116 Tahun 1999, Net Operating Income = Rp.85.047.060.665-Rp.22.671.414.681 Tahun 2000, Net’ Operating Income = Rp. 118.827.002.456- Rp.27.602.324.574 Tahun 2001, Net Operating Income = Rp.156.495.039.855-Rp.33.294.03 1.424 Maka profit margin : Rp. 53.215.140.659 ‘Tahun 1998:-————_———_—— x 100% =38.24% Rp.139.158.887.337 Rp. 62.375.645.984 Tahun 1999-——_—_____——. x 100% = 44.63 % Rp. 139.736.811.646 75 Rp. 914.224.746.476 Tahun 2000: —_—_— x 100% =61.35% Rp. 148.682.840.948 Rp.123.201.008.431 Tahun 200]: x 100% =77.01% Rp. 159.979.715.020 Net Sales Turnover operating assets : —————_—— Net operating assets Rp.72.984.218,775 Tahun 1998: = 0. 52x Rp. 139.158.887.337 Rp.85.047.060.665 Tahun 1999 : = 0.60 x Rp.139.736.81 1.646 Rp. 118.827.071.050 Tahun 2000: = 0.80 Rp. 148.682.840.948 Rp 156.495.039.855 Tahun 200 1: ——————_—_— Rp.159.979.715.020 Maka Rentabilitas Ekonomi : Tahun 1998: 38.24% x 0.52 = 19.88% Tahun 1999: 44.63 % x 0.60 = 26.78% Tahun 2000 : 61.35% x 0.80 = 49.08 % Tahun 2001 : 77.01% x 0.98 = 75.47% Dilihat dari perhitungan rentabilitas diatas , maka perusahaan mengalami peningkatan setiap tahunnya walau tidak sebesar dua analisa lainnya. Rentabilitas yang meningkat ini banyak dipengarnhi oleh kenaikan penjualan dan adanya efisiensi dalam proses produksi perusahaan. 6 E. Cara-cara peningkatan likuiditas, solvabilites dan rentabilitas yang telah dilakukan perusahaan 1. Rasio likuiditas Melihat rasio likuiditas yang ada maka diketahui telah terjadi peningkatan yang cukup besar pada setiap tahunnya mulai dari tahun 1998-2001, Berarti perusahaan telah banyak melakukan banyak cara untuk meningkatkan likuiditas tersebut. Peningkatan likuiditas berarti terjadi peningkatan pula pada modal kerja perusahaan : Peningkatan likuiditas tersebut melaiui: 1. Adanya peningkatan pada hutang jangka panjang dari tahun 1998-2001 Tahun 1998, tang jangka panjang sebesar Rp.9.836.253.653 nail sebesar Rp.10.828,807.433 pada tahun 1999. Begitu juga pada tahun 2000 mengalami kenaikan sebesar Rp.13.057,090.288 dan meningkat lagi pada tahun 2001 sebesar Rp. 16.003.686.698. 2. Peningkatan hasil operasi perusahaan melalui laba perusahaan yang meningkat selama 4 tahun ini Tahun 1998 taba bersih sebesar Rp.55.211.905,598, mengalami kenaikan pada tahun 1999 sebesar Rp.64.012.829.815. Pada tahun 2000 meningkat sebesar Rp.94.109.139.224 dan tahun 2001 menjadi Rp. 125.683.099.903. 2. Rasio solvabilitas Melibat hasil perhitungan pada rasio ini maka terjadi penurunan untuk tiap tahunnya. Walaupun terjadi penurunan tapi jumlahnya tetap besar. Hal ini disebabkan adanya peningkatan aktiva yang sangat tinggi yang jauh melebihi dari peningkatan hutang. Untuk menekan rasio solvabilitas yang sangat tinggi maka perusahaan melakukan berbagai cara yaitu: 1. Adaaya penambahah aktiva Ini terlihat pada tiap tahun mulai dari tahun 1998 sebesar Rp.139.158,887.337 naik menjadi Rp. 139.736.811.646 pada tahun 1999. Begitu juga pada tahun 2000 mengalami kenaikan sebesar Rp. 148.682.840.948 dan tahun 200! meningkat lagi sebesar Rp. 159.979.715.020. 2, Adanya penurunan hutang lancar {ni terlihat pada tahun 1998 sampai 2001 yang mengalami naik turun Hal ini nampak terlihat pada tahun 1998-2000 hutang tancar mengalami kenaikan tapi pada tahun 2001 jumlahnya menurun, Ini disebabkan adanya pengaruh dari beberapa unsur pada hutang lancar yang terkadang naik tapi juga turun seperti utang utang dana pensiun, wtang pajak dan utang lain-lain. Pada tohun 1998, hutang lancar sebesar Rp.1.299.665.268 mengalami kenaikan pada tahun 1999 sebesar Rp.10.828.807.433.Pada tahun 2000 mengalami kenaikan sebesar Rp.2.289.713.526 dan menurun lagi pada tahun 2001 sebesar Rp.2.233.045.601. 3. Adanya kenaikan pada hutang jangka panjang Hal ini dapat diketahui pada neraca empat tahun dimana’ terjadi peningkatan pada hutang jangka panjang perusahaan. Pada tahun 1998, hutang jangka panjang sebesar Rp.9.836.253.653 mengalami _kenaikan sebesar Rp.10.828.807.433 pada tahun 1999 sedangkan pada tahun 2000 menjadi Rp.13.057.090.288 dan meningkat lagi pada tahun 2001 sebesar Rp.16,083,686.698, 78 3. Rasio rentabilitas Adanya peningkatan pada rasio ini menunjukkan posisi keuangan sangat bagus, yang beri piknk manajemen perusahaan mengeri akan peranan rsio ii terutama untuk menarik para kreditur. Pada perusahaan ini hanya rentabilites ekonomis yang ada Kegiatan yang dilakukan perusahaan dalam meningkatkan rentabilitas ekonomis yaits : ; L. Melakukan peningkatan efelcivitas itu dapat dilihat dari adanya kenaikan laba perusahaan Tahun 1998, laba bersih perusahaan sebesar Rp.55.211.905.598, mengalami kenaikan sebesar Rp.64.012.829.815 pada tahun 1999, meningkat lagi pada tahun 2000 sebesar Rp.94.102.139.224 dan terus naik pada tahun 2001 sebesar Rp,125,683,099,903. 2, Melakukan peningkatan efisiensi Peningkatan efisiensi yang dilakukan perusahaan menyebabkan terjadinya kenaikan penjualan yang juga menyebabkan laba naik Efisiensi ini juga terlihat dari adanya kenaikan biaya tapi tidak mempengaruhi secara besar terhadap penjualan dan laba karena kenaikannya sangat kecil. Tahun 1998, penjualan listrik sebesar Rp.72.984.218.775 dan biaya operasional sebesar Rp. 19.769.078.116. Pada tahun 1999, penjualan mengalami kenaikan sebesar Rp.85,047.060.665 dan biaya juga maik sebesar Rp.22.671.414.681. Begitu juga pada tahun 2000, penjualan naik sebesar Rp.118.827.071.050 diikuti dengan kenaikan biaya sebesar Rp.27.602.324. Pada 9 tahun 2001, penjualan terus naik menjadi Rp.156.495,039.855 dan biaya juga ikut naik sebesar Rp.33.294.031.424, BABIV ANALISA DAN EVALUASI Sesuai dengan judul skripsi ini yaitu analisa likuiditas, solvabilitas, dan rentabilitas, maka dalam bab ini penulis akan mencoba untuk menganalisa dan mengevaluasi ketiga analisa ini sesuai dengan kemampuan penulis dan petunjuk- petunjuk dari pembimbing serta buku-buku yang penulis pelajari. Sebagai dasar analisa digunakan data-data dari neraca dan laporan laba Tugi perusahaan ini mulai dari tahun 1998-2001 serta mengemukakan sebab-sebab kenaikan dan penurunan dari beberapa pos dalam kedua faporan keuangan tersebut untuk membantu dalam menganalisa likuiditas, solvabilitas dan rentabilitas perusahaan, Dengan mengetahui hasil perhitungan_ likuiditas, solvabilitas dan rentabilitas pada bab terdahulu maka diadakan analisa sebagai berikut: A. LIKUIDITAS > Current ratio Aktiva Lancar Rumus: ————— x 100% Hutang Lancar Rp. 9.224.730.847 Tahun 1998: x 100% =642.51. % Rp.1.299,665.268 Rp. 10.035.884.709 ‘Tahun 1999: x 100% = 710.00% Rp. 1.561.892.936 Rp.15.275.533.498 Tahun 2000: ———_—_———. x 100% = 667.1% Rp. 2.289.713,526 80 81 Rp.18.828,861.559 Tahun 2001: x 100% = 483.1% Rp. 2.233.045.601 Dari hasil perhitungan pada current rasio diatas dapat diketahui bahwe terjadi naik turun selama empat tahun belakangan. Pada tahun 1998, current rasio sebesar 642.51% Rasio yang besat ini berasal dari nilai aktiva lancar pada tahun 1998 sebesar Rp.9.224.730.847 dan nilai hutang fancar sebesar Kp.9.836.253.653. Nilai ative lancer ini beresal dari piviang usaha yang berjumlah Rp.7.588.898.204 lalu diikuti dengan nifai kas dan setara kas berjumlah Rp.766.788.994 , persediaan berjumlah Rp.716.905.786, biaya yang dibayar dimuka dan uang muka sebesar Rp.147.759,498 dan piutang lain-lain sebesar Rp4.378.365, Jumiah piutang usaha yang besar itu banyak berasal dari pihak ketiga yaitu dari langganan atau masyarakat dan perusabaan yang menggunakan jasa listrik di daerah Binjai. Begitu juga dengan kas dan setara kas yang berasal dari uang kas cair yang dimiliki perusahaan yang jumlahnya lebih kecil daripada nilai bank. Nilai persediaan yang cukup besar itu banyak discbabkan karena persediaan itu banyak dipakat untuk aktivitas kegiatan pembangkit listrik seperti jaringan, kabel bahan bakar dil. Besarnya hutang lancar dipengaruhi oleh ulang lain-lain sebesar Rp.876.896.893 talu diikuti dengan biaya yang masih harus dibayar sebesar Rp.199.144.887, utang usaha sebesar Rp.176.365.286 dan utang pajak sebesar Rp-47.258,202. Besamya utang lain-lain banyak disebabkan dari utang perusahaan kepada kepada pibak ketiga yang nilainya lebih besar dari utang perusahaan kepada pihak 82 ketiga, Sedangkan besamya biaya yang masih harus dibayar berasal dari pihak ketiga yang merupakan utang biaya dari perusahaan, Besamya utang usaha berasal dari utang dari pihak ketiga yaitu perusahaan dan bank-bank pemerintah. Sedangken utang pajak berasal dari pajak PPh dan PPN yang belum dibayar kepada pemerintah. Jedi metihat hesil perhitungan current rasio tersebut diketahui setiap Rp.1 hutang lancar akan dijamin dengan Rp.6.42 aktiva lancar. Pada tahun ini posisi perusahaan berada dalam keadaan sangat likuid. Pada tahun 1999, current rasio meningkat jumlahnya, {ni dipengaruhi oleh peningkatan aktiva fancar dan hutang lancar. Tapi peningkatan aktive lancar jumlahnya lebih besar dari hutang lencar. Peningkatan aktiva lancar ini berasal dari unsur-unsur yang mengalami kenaikan yaitu kas dan setara kas sebesar Rp.1,929.175.733, biaya yang dibayar dimuka sebesar Rp.853,729.794 dan unsur-unsur yang mengalami penurunan yaitu. piutang usaha sebesar Rp.6.912.1469.065, persediaan _sebesar Rp.340,520,117 dan piutang lain-lain sebesar Rp.310.000, Penurunan piutang usaha yang cukup besar ini banyak disebabkan dari pihak ketiga yang jumlahnya lebih besar jumlahnya dari pihak istimewa, Berarti banyak pelanggan yang sudah membayar kepada perusahaan sehingga jumlah piutang usaha menurun membuat banyak penerimaan kepada perusahaan walaupun terjadi penurunan pada piutang usaha. Sedangkan dari piutang lain-lain yang jumlahnya menurun sangat besar banyak disebabkan dari pihak ketiga yang dulunya banyak dari pihak istimewa. Dari persediaan yang mengalami penurunan banyak disebabkan dari unsur-unsur persediaan yang semuanya mengalami penurunan seperti bahan bakar., kabel, bahan bakar dil. Ini mungkin disebabkan Karena perusahaan banyak memakai persediaan tahun lalu sehingga adanya efisiensi dalam penggunaan persediaan. ; Kenaikan dari kas ini banyak berasal dari kenaikan nilai bank yang sangat besar jumlahnya daripada uang kas perusahaan, Hal ini banyak disebabkan dari dana yang berasal dari Bank pemerintah. Begitu juga dengan biaya yang dibayar dimuka dan uang muka yang mengalami kenaikan dari pihak istimewa yang berupa gaji dibayar dimuka. Kenaikan dari hutang lancar berasal dari unsur yang mengalami kenaikkan yaitu oleh utang lainain sebesar Rp.1.378.610.139 dan unsur-unsur yang mengalami penurunan pada unsur yang lain seperti utang usaha sebesar Rp6,187.125, utang pajak Rp.739.465, dan biaya yang masih harus dibayar Rp.176,356.207. Utang lain-lain yang naik ini banyak dipengaruhi dari pihak ketiga yang jumlahnya lebih besar dari pihak istimewa. Penurunan utang pajak ini berasal dari banyaknya pembayaran pajak yang dilakukan perusahaan kepada pemerintah yaitu pajak PPN.Biaya yang masih harus dibayar yang mengalami penurunan banyak dipengaruhi dari pihak istimewa yang berupa kumpulan biaya yang telah banyak dibayar. Jadi melihat hasil perhitungan current rasio maka mengalami peningkatan dari Rp.7.10 aktiva lancar untuk menjamin setiap Rp.! hutang fancar, Pada tahun ini perusahaan berada dalam kondisi keuangan sangat likuid. 84 Pada tahun 2000, current rasio juga mengalami peningkatan jumlahnya, Ini juga dipengaruhi oleh peningkatan aktiva lancar dan hutang lancer. Tapi peningkaten aktiva lancar jumlahnya lebih besar dari hutang lancar. Peningkatan aktiva lancar berasal dari unsur-unsur yang mengalami kenaikkan yaitu piutang usahe sebesar Rp.12.083,043.030, kas dan setara kas Rp.2.465.836.080, persediaan Rp411.325.108 dan piutang lain-lain sebesar Rp.10.797.266 dan dari unsur yang mengalami penurunan yaitu biaya yang dibayar dimuka dan uang muka yaitu Rp.304.532.014 Penurunan biaya yang dibayar dimuka banyak dipengaruhi dari dari pihak istimewa yaits pembayaran gaji pegawai selama tahun 2000. Walaupun terjadi penurunan tapi tidak terlalu mempengaruhi dari jumlah aktiva lancar secara keselunthan, Kenaikan dari piutang usaha yang sangat mempengaruhi jumlah aktiva lancar berasal dari pihak ketiga yang berupa piutang langganan yang nilainya membesar pada tahun ini walaupun ada kenaikan dari pihak istimewa tapi jumlahnya kecil. Kas dan setara kas mengalami kenaikan banyak berasal dari kenaikan nilai bank yang sangat besar jumlahnya daripada uang kas perusahaan. Hal ini banyak disebabkan dana banyak disimpan di Bank pemerintah daripada menggunakan dalam bentuk uang kas. Besarnya piutang Jain-lain pada tahun ini banyak dipengaruhi dari pihak istimewa yang berupa persekot pegawai yang nilainya lebih besar daripada pihak ketiga. Sedangkan Kenaikan persediaan banyak dipengaruhi dari kenaikan beberapa jenis persediaan seperti jaringan dan kabel walaupun pada jenis yang Iain mengalami penrunan tapi tidak sebesar kenaikan dari kedua persediaan diatas. 85 Kenaikan dari hutang lancar berasal dari utang lain-lain Rp. 1.741.278.265, usahe sebesar 8p.359.337.500 lalu biaya yang masih harus dibayar Rp.186.612.741 dan utang piak sebesar Rp.?.485.020. Utang lain-lain yang kenaikannnya cukup besar banyak dipengaruhi dari pihak ketiga berupa utang terhadap paket kelistrikan yang jumlahnya lebih besar dari pihak istimewa. Sedangkan kenaikan utang usaha ini berasal dari pihak ketiga yang berupa utang usaha investasi. Pada kenaikan utang pajak disebabkan dari utang PPN terhadap pemerintah dan kenaikan biaya yang harus dibayar berasal dari wtang biaya dari pihak istimewa yang jumlahnya lebih besar dari pihak ketign. Jadi melihat hasil perhitungan current rasio maka mengalami penurunan untuk menjamin setiap Rp.1 hutang lancar menjadi Rp.6.67 aktiva lancar. Pada tahun ini perusahaan tetap berada dalam keadaan sangat likuid. Pada tahun 2001, current rasio juga mengalami peningkatan jumlahnya, {ni juga dipengaruhi oleh peningkatan aktiva lancar pada semua unsur tapi terjadi penurunan pada hutang lancar. Tapi peningkatan aktiva Jancar jumlabnya lebih besar dari penurunan hutang lancar. Peningkatan aktiva lancar yang sangat besar ini berasal dari unsur-unsur yang mengalami kenaikan yaitu piutang usaha yaitu Rp.14.724.580.836, kas dan setara kas Rp.2.748.331.599, persediaan Rp.855.701.385, biaya yang dibayar dimuka sebesar Rp.398.391.811 dan piutang lain-lain sebesar Rp. 110.855.928 dan dari unsur yang mengalami penurunan pada unsur yang lain yaitu biaya yang dibayar dimuka dan uang muka yang cukup besar yaitu Rp.304.532.014 Kenaikan dari piutang usaha juga sangat mempengaruhi jumlah aktiva lancar, Kenaikan ini juga banyak berasal dari pihak ketiga yang berupa piutang langganan yang nilainya membesar pada tahun ini walaupun ada dari pihak istimewa tapi jumlahnya kecil. Kas dan setara kas juga mengalami kenaikan yang berasal dari kenaikan nilai bank yang sangat besar jumlahnya daripada uang kas perusahaan, Hal ini banyak disebabkan dana banyek disimpan di Bank pemerintah daripada menggunakan dalam bentuk uang kas. Besarnya piutang lain-lain pada tahun ini juga dipengarubi dari pihak istimewa yang berupa perseket pegawai yang nilainya lebih besar daripada pihak ketiga. Sedangkan kenaikan persediaan banyak dipengaruhi dari kenaikan pada semua jenis persediaan . Penurunan dari hutang tancar disebabkan dari unsurunsur yang mongalami penurunan yaitu pada uteng usaha sebesar Rp.52.141.091, biaya yang masih harus dibayar sebesar Rp.117.096.672 dan unsur-unsur yang mengalami penurunan yaitu utang fain-tain sebesar yaitu Rp,2.030.798,793 diikuti dengan utang pajak sebesar &p.4.714,170. Dan adanya penambahan unsur yaitu utang dana pensiun sebesar Rp.28.294.875. Utang lain-lain yang kenaikannnya cukup besar juga dipengaruhi dari pihak ketiga berupa utang terhadap paket kelistrikan yang jumlahnya lebih besar dari pihak istimewa, Pada kenaikan utang pajak juga discbabkan dari utang PPN terhadap pemerintah : Penurunan utang usaha terjadi karena adanya penurunan pada pihak ketiga yang berupa utang investasi yang telah banyak dilakukan pembayaran perusafaan sedangkan penurunan biaya yang dibayar dimuka disebabkan dari pihak ketiga ‘arena perusahaan telah banyak membayar utang biaya tersebut. Jedi melihat basil perhitungan current rasio maka mengalami penurunan untuk menjamin setiap Rp.1 hutang lancar menjadi Rp.6.67 aktiva lancar. Pada tahun ini perusahaan tetap berada dalam keadaan sangat likuid. ‘Melihat dari jumlah ini maka posisi perusahaan berada dalam keadaan likuid pada tahun 2001 karena rasionya jauh melebihi dari 200%, Dengan rasio ini berarti setiap Rp.1 hutang lancar akan dijamin oleh Rp 8.43 aktiva lancar. Dari rasio current ratio ini maka dapat terlihat keadaan keuangan perusahaan selaina empat tahun ini berada dalam keadaan likuid yang ‘memuaskan, * Cash rasio Kas + Setara Kas Rumus: —-_——————- 100 % Hutang lancar Rp. 766.788.9834 ‘Tahun 1998; —_______— 100% =58.99 % Rp. 1.299.665.268 Rp. 1.929.175.733 Tahun 1999; ———__————_ x 100% = 123.51 % Rp. 1.561.892.936 Rp.2.465.836,080 Tahun 2000;—___—__——-._ = 100% = 107.61% Rp. 2.289.713.526 Rp.2.748.331,599, Tahun 2001: ————————._ x 100% = 123.0% Rp.2.233.045.601 Melihat dari data diatas diketahui selama empat tahun ini cash rasio terus mengalami peningkatan. Pada tahun 1998, cash ratio sebesar 58.99% meningkat menjadi 123.51% pada tahun 1999 dan moningkat lagi menjadi 107.61% pada tahun 2000 dan pada tahun 2001 menjadi 123.0%. Pada tahun 1998, keadaan keuangan perusahaan berada dalam keadaan yang sangat jelek Karena tidak memenuhi standar 100%. Hal ini disebabkan jumtah kas yang sangat kecil dibandingkan dengan hutang lancar Besarnya kas dan setara kas Rp.766,788.994 itu berasal dari uang kas cair yang dimiliki perusahaan yang jumlahnya Rp.66,966.615 lebih kecil daripada nilai bank sebesar Rp.699.822.379 Besarnya hutang lancar dipengaruhi oleh utang lain-lain sebesar Rp.876,896.893, biaya yang masih harus dibayar sebesar Rp.199.144.887 , utang usaha sebesar Rp, 176.365.286 dan utang pajak sebesar Rp.47.258,202. Jadi pada tahun 1998, perusahaan berada dalam keadaan illikuid. Hal ini harus segera diperbaiki perusahaan untuk tahun berikutnya Karena jika terus menerus akan sangat memprihatinkan, Pada tahun 1998, setiap Rp.1 hutang lancar akan dijamin dengan Rp.0.58 kas. Pada tahun 1999 terjadi kenaikan yang cukup besar Yaitu sebesar 123.51%. Hal ini disebabkan karena terjadinya kenaikan kas yang cukup besar pada tahun 1999 sebesar Rp.1. 929.175.733 dan diikuti dengan kenaikan hutang lancar sebesar Rp, 1,561,892,936, Kenaikan kas dan setara kas banyak berasal dari kenaikan bank sebesar Rp.1.846.905.333 yang jumlahnya lebih besar dari kenaikan kas sebesar Rp.82.270.400, Kenaikan dari hutang lancar berasal dari unsur yang mengalami kenaikkan yaitu utang lain-lain sebesar Rp. 1.378.610.139 dan unsur-unsur yang mengalami penurunan yaitu utang usaha sebesar Rp.6.187.125, utang pajak Rp.739.465, dan biaya yang masih harus dibayar Rp.176.356,207. 89 Jadi pada tahun 1999 peningkatan jaminan kas dan setara kas setiap Rp.1 hutang lancar akan dijamin dengan Rp.1.23 aktiva lancar. Hal ini memang sangat bagus karena keadaan keuangan perusahan berada dalam keadaan likuid sebab rasio ini sudah melebihi dari standard 100%, Berarti perusahaan telah berhasil meningkatkan rasio ini pada tahun 1999. Pada tahun 2000 mengalami penurunan cash ratio ini sebesar 107.61%. Walaupun penurunannya kenaikannya kecil tapi masih membuat posisi perusahaan berada dalam keadaan likuid karena rasionya sudah melebihi 100%. Kenaikan kas dan setara kas sebesar Rp.2.465.836.080 yang berasal dari kas sebesar Rp.215.628.945 yang jumlahnya lebih kecil dari bank sebesar Rp.2.250,207.135. Kenaikan dari hutang lancar berasal dari utang lain-lain Rp.1.741.278.265 diikuti dengan utang usaha sebesar Rp 359,337,500 lalu biaya yang masih harus dibayar Rp.186,612.741 dan utang pajak sebesar Rp.2.485.020. Pada tahun ini posisi keuangan perusahaan tetap likuid-walaupun rasio menurun tapi dari segi penjaminan mengalami penurunan dari tahun Talu jika setiap Rp. 1 hutang lancar akan dijamin dengan Rp.1.07 kas dan setara kas, Pada tahun 2001 terjadi kenaikan yang besar yaitu sebesar 123.00%. Hal ini disebabkan karena terjadinya Kenaikan kas yang cukup besar pada tahun 2001 sebesar Rp.12.748.331.599 tapi dibarengi dengan penurunan hutang lancar sebesar Rp.2.233.045.601. Kas dan setara kas juga mengalami kenaikan yang berasal dari kenaikan nilai bank sebesar Rp.2.489.433.544 yang jumlahnya lebih besar daripada uang kas perusahaan sebesar Rp.258.898,055. Hal ini banyak disebabkan dana banyak disimpan di Bank pemerintah daripada menggunakan dalam bentuk uang kas. Penurunan hutang lancar terjadi pada beberapa unsur walaupun ada kenaikan pada unsur yang lain. Penurunan itu terjadi pada utang usaha sebesar Rp.52.141,091 lalu biaya yang masih harus dibayar sebesar Rp.117.096.672 dan unsur yang mengalami kenaikkan terjadi pada utang lain-lain sebesar Rp.2.030,798.793 diikuti dengan utang pajak sebesar Rp.4.714.170, Dan adanya penambahan unsur yaitu utang dana pensiun sebesar Rp.28.294.875. Pada tahun ini perusahaan berada dalam keadaan likuid. Adanya peningkatan rasio ini membuat kenaikan dari penjaminan setiap Rp. 1 hutang Jancar akan dijamin dngna Rp.1.23 kas. Dilihat dari cash ratio selama empat tahun ini maka perusahaan ini berada dalam keadaan likuid. + Quick Ratio Aktiva Lancar —Persediaan Rumus: x 100% Hutang Lancar Rp.9.224,730.847-716,905.786 Tahun 1998; x 100% = 654.61% Rp. 1.299.665,268 Rp, 10.035.884.709-340.520.117 Tahun 1999; ——___. x 100% =620.74 % Rp. 1.561.892.936 Rp. 15.275.533.498-411,325.108 Tahun 2000: ~ x 100% = 649.3% 7 Rp, 2.289.713,526 Rp. 18,828,861 559 855,701.385 Tabun 2001; ———— x 100% = 804.5% Rp. OL Quick ratio morupakan ukuran yang lebih tepat untuk likuiditas pada perusahaan ini karena persediaan tidak diperhitungkan, Melihat data diatas maka diketahui bahwa quick rasio mengalami fluktuasi selama empat tahun ini. Hal ini dapat dilihat pada tahun 1998, rasio ini sebésar 654.61%. Dari jurnlah ini maka pada tahun 1998, perusahaan berada dalam keadaan likuid. Pada tahun 1998, aktiva lancer sebesar Rp.9.224.730.847 dengan ppersediaan sebesar Rp.716.905.786 dengan huutang fancar Rp.1.299.665.268. Nilai aktiva lancar ini berasal dari piutang usaha yang berjumlah Rp.7.588.898.204 alu diikuti dengan nilai kas dan setara kas berjumlah Rp. 766.788.994, persediaan sebesar Rp.716.905.786, biaya yang dibayar dimuka dan ang muka sebesar Rp.147.759.498 dan piutang lain-lain sebesar Rp4.378.365. Besarmya hutang lancar berasal dari utang lain-lain sebesar Rp.876.896,893. biaya yang masih harus dibayar sebesar Rp.199. 144.887, utang usaha sebesar Rp. 176.365.286 dan utang pajak sebesar Rp.47.258.202. Persediaan terdiri dari bahan bakar Rp.14,063.000, switchear dan jaringan Rp.337.279.225, kabel Rp.104.267.293, transformator Rp.132.171.725, alat ukur pembatas Rp-72.846.857 dan persediaan lainnya Rp.65.566.308, Dengan melihat basil pengurangan aktiva fancar dikurangi persediaan yang hasiinya masih jauh lebih besar dari jumlah hutang lancar. Jadi pada tahun 1998, perusahaan berada dalam keadaan sangat likuid dengan jaminan setiap Rp. 6.54 aktiva tancar dikurangi persediaan untuk setiap Rp.1 hutang lancar 92 Pada tahun 1999, quick ratio mengalami penurunan yaitu 620.74 %, Penurunan ini disebabkan adanya penurunan pada persediaan tapi terjadi kenaikan pada aktiva lancar dan hutang lancar. Peningkatan aktiva Jancar yang berjumlah Rp. 10.035 884.709 berasal dari unsur-unsur yang mengalami kenaikan yaitu kas dan setara kas sebesar Rp.1,929.175.733, biaya yang dibayar dimuka sebesar Rp.853.729,794 dan dari unsur-unsur yang mengalami penurunan yaitu piutang usaha sebesar Rp.6.912. 1469.065 diikuti dengan persediaan Rp.340.520.117 dan piutang lain- {ain berjumlah Rp.310.000. Penurunan persediaan yang berjumlah Rp.340.520.117 yang berasal dari penurunan beberapa jenis persedisan yaitu switchear dan jaringan Rp.134,.879.111, kabel Rp.44.566.056, transformator Rp.85.658.908, alat ukur pembatas Rp.27.253.095 dan persediaan lainnya Rp.32.653.318 dan dari unsur yang mengalami kenaikan yaitu bahan bakar Rp.20.870.004. Kenaikan dari hutang lancar berjumlah Rp.1.561.829.836 berasal dari kenaikkan satu unsur yaitu utang lain-lain sebesar Rp.1.378.610.139 dan dari unsurcunsur ain yang. mengalami penurunan seperti utang usaha sebesar Rp.6.187.125 , utang pajak Rp.739.465, dan biaya yang masih harus dibayar Rp.176.356.207. Pada tahun ini hasil yang diperoleh dari pengurangan aktiva lancar dikurangi persediaan masih lebih besar dari nilai hutang lancar. Jadi pada tahun 1999, perusahaan masih berada dalam keadaan sangat likuid walaupun terjadi penurunan rasio dengan penurunan jaminan setiap Rp. 6.20 aktiva lancar dikurangi persediaan untuk setiap Rp.1 hutang lancar. 93 Pada tahun 2000 rasio ini mengalami peningkatan, Adanya kenaikan ini disebabkan antara aktiva lancar, persediaan dan hutang lancar mengalami peningkatan, Peningkatan aktiva lancar yang berjumlah Rp. 15.275.533.498 berasal dari kenaikan piutang usaha yaitu Rp. 12.083.043.030 diikuti dengan kenaikan kas dan setara kas Rp.2.465.836.080, persediaan Rp.411.325.108 dan biaya yang dibayar dimuka dan piutang lain-lain sebesar Rp. 10.797.266 dan dari penurunan pada satu unsur yaitu biaya yang dibayar dimuka dan uang muka sebesar yaitu Rp,304.532.014 Kenaikan dari hutang lancar sebesar Rp.2.289,713.526 berasal dari kenaikkan utang lain-lain Rp.1.741.278.265 diikuti dengan utang usaha sebesar Rp.359.337.500 lalu biaya yang masih harus dibayar Rp.186.612.741 dan utang pajak sebesar Rp.2.485.020. Kenaikan dari persediaan sebesar Rp.41 1.325.108 terlihat dari beberapa jenis persediaan yaitu switchear dan jaringan Rp.219.641.727, kabel Rp.97.314.675, dan persediaan Jainnya Rp.37.907.874 tapi ada beberapa yang mengalami penurunan yaitu bahan bakar Rp.6.807.957, alat ukur pembatas Rp.27.253.095 dan transformator Rp.85.658.908, Walau terjadi penurunan tapi tidak mempengarubi sekali terhadap kenaikan dari persediaan. Besarnya jumlah aktiva lancar dikurangi persediaan masih lebih besar dari jumlah hutang lancar yaitu sebesar Rp. 14,864.208,390. Pada pada tahun 2000, keadaan keuangan perusahan berada dalam keadaan likuid sebab rasio ini jauh melebihi standard, Setiap Rp.1 hutang lancar akan dijamin dengan Rp.6.54 aktiva lancar dikurangi persediaan 94 Pada tahun 2001, rasio ini meningkat menjadi 804.5%, Kenaikan rasio ini disebabkan adanya kenaikan pada aktiva lancar sebesar Rp.18.828.861.559 dikuti dengan persediaan Rp.855.701.385 tapi tidak diikuti dengan hutang lancar karena mengalami sebesar Rp.2.233.045,601 Peningkatan aktiva lancar berasal dari kenaikan beberapa unsur yaitu Piutang usaha sebesar Rp.14.724.580,836, kas dan setara kas Rp.2.748,331.599, persediaan Rp.895.701.385 dan biaya yang dibayar dimuka _sebesar Rp.398,391.811 dan piutang fain-lain sebesar Rp.110.855,928 dan dari penurunan satu unsur yaitu biaya yang dibayar dimuka dan uang muka sebesar yaitu Rp.304.532.014 Kenaikan dari persediaan yang cukup besar ini berasal dari kenaikan beberapa jenis persediaan yaitu switchear dan jaringan Rp.366,616,905, kabel Rp.191.869.187, transformator Rp.84.413.181, alat_ukur__pembatas Rp.170.426.361 dan persediaan lainnya Rp.42.687.616 dan dari penurunan satu unsur yaitu bahan bakar Rp.5.874.223. Penurunan hutang lancar dipengaruhi oleh penurunan dari beberapa unsur yaitu pada utang usaha sebesar Rp.52.141,091 lalu biaya yang masih harus dibayar sebesar Rp.117.096.672 dan dari kenaikkan pada unsur yang lain yaitu pada utang lain-lain sebesar Rp.2.030.798.793 diikuti dengan utang pajak sebesar Rp4.714.170. Dan adanya penambahan unsur yaitu utang dana pensiun sebesar Rp.28.294,875, Pada tahun 2001, keadaan Keuangan perusahan berada dalam keadaan likuid sebab rasio ini jauh melebihi standard. 95 Pada tahun 2001 setiap Rp.1 hutang lancar akan dijamin dengan Rp.8.04 aktiva lancar dikurangi dengan persediaan. Secara keseluruhan pada quick ratio ini perusahaan berada dalam keadaan Tikuid untuk empat tahun ini, Perusahaan telah berupaya untuk menurunkan rasio ini terlihat pada tahun 1999 dan meningkatkannya lagi pada tahun beriktunya. + Working capital to total assets Aktiva Lancar — Hutang Lancar Rumus » x 100% Aktiva Rp. 9.224.730.847-1,299.665.268 Tahun 1998: x 100% = 5.69% Rp. 139.158.887.337 Rp. 10.035.884.709-1.561.892.936 Tahun 1999: x 100% =6.06 % Rp. 139.736.811.646 Rp. 15,275,533.498 ~ 2.289.713.256 Tahun 2000- x 100% = 8.73% Rp. 148.682.840.948 Rp.18,828,861.559 ~ 2.233.045.601 Tahun 2001+ x 100% = 10.3% Rp. 159.979.715.020 Dari perhitungan diatas, rasio ini adalah sangat kecil dibandingkan ketiga rasio likuiditas lain, Dari rasio ini, perusahaan ini berada dalam keadaan illikuid. ‘Walaupun terjadi peningkatan rasio tiap tahunnya tapi jumlahnya kecil sekali, Hal ini membuat modal kerja netto perusahaan kecil dibandingkan dengan jumlah aktiva atau modal sendiri, Pada tahun 1998, rasio ini sebesar 5.69 %. Rasio ini diperoleh dari pengurangan aktva lancar sebesar Rp.9.224.730.847 dikurangi dengan hutang 96 lancar sebesar Rp, 1,299,665.268 yang berarti modal kerja netto sebesar Rp.7.925.065.579. Dengan aktiva sebesar Rp.139.158.887.337 yang menandakan bahwa jumlah modal kerja netto jauh lebih kecil dari jumlah aktiva, Jadi setiap Rp.1 aktiva yang diinvestasikan akan menghasilkan Rp.0,65 modal kerja netto. Pada tahun 1999, terjadi peningkatan pada working capital sebesar 6.06 %. Peningkatan ini berasal dari adanya kenaikan aktiva lancar , hutang lancar dan aktiva, Dari peningkatan aktiva lancar dan hutang lancar ini berarti terjadinya Kenaikan modal kerja netto. Peningkatan alctiva lancar yang berjumlah Rp.10.035.884.709 berasal dari kenaikan beberapa unsur yaitu kas dan setara kas Rp.1.929.175.733 diiluti dengan kenaikan biaya yang dibayar dimuka sebesar Rp.853.729.794 dan unsur yang mengalami penurunan yaitu piuteng usaha Rp.6.912.146.065 diikuti dengan persedian Rp.340,520.117 dan piutang lain-lain sebesar Rp.310.000. Kenaikan dari hutang lancar berjumlah Rp 1.S61.829.836 dipengarmhi dari kenaikan pada satu unsur yaitu utang fain-lain sebesar Rp. 1.378.610.139 dan dari penurunan pada unsur yang lain seperti utang usaha sebesar Rp.6.187.125, utang pajak Rp.739.465, dan biaya yang masih harus dibayar Rp. 176.356.207. Kenaikan aktiva sebesar Rp.139.736.811.646 berasal dari aktiva lancar Rp.10.035.884.709, aktiva tetap Rp. 127.861.891.811, aktivalainain Rp.409.160.738 dan pekerjean dalam pelaksanaan sebesar Rp.1.430,074,388, Dengan kenaikan aktiva lancar dan hntang lancar maka teriadi peningkatan pengurangan deri dua unsur maka modal kerja netto meningkat sebesar Rp.8.473.991.773 walaupun masib lebih kecil dari jumlah aktiva. 7 Hal ini berarti setiap Rp. 1 aktiva yang ditanamkan mengalami peningkatan dalam menghasilkan Rp.0.060 modal kerja netto. Pada tahun 2000, terjadi peningkatan rasio ini sebesar 8.73%. Hal ini dipengaruhi oleh adanya kenaikan aktiva lancar, hutang lancar dan aktiva. Peningkatan aktiva lancar yang berjumlah Rp. 15,275.533.498 dipengarubi dari kenaikan beberapa unsur yaitu piutang usaha sebesar Rp. 12.083.043.030, kas dan setara kas Rp.2.465.836.080, persediaan Rp.41 1.325.108 dan piutang lain-lain sebesar Rp.10,797.2666 dan penurunan pada satu unsur yaitu biaya yang harus dibayar dimuka sebesar Rp.304,532.014, Kenaikan dari hutang lancar sebesar Rp.2.289.713.526 berasal dari kenaikan utang fain-lain Rp.1.741.278.265, utang usaha sebesar Rp.359.337.500, biaya yang masih harus dibayar Rp.186.612.741 dan utang pajak sebesar Rp.2.485.020, Kenaikan aktiva sebesar Rp. 148.682.840.948 berasal dari kenaikan aktiva Jancar sebesar Rp.15.275.533.498, aktiva tetap sebesar Rp.132.122.618.794, aktiva lain-lain Rp.604.518,363 dan pekerjaan dalam _pelaksanaan Rp.680.170.293. Dengan kenaikan aktiva lancar dan hutang lancar maka terjadi peningkatan pengurangan dari dua unsur yang menyebabkan modal kerja netto meningkat sebesar Rp. 12.985.819.972 walaupun masih lebih kecil dari jumlah aktiva. Hal ini berati setiap Rp, 1 aktiva yang ditanamkan mengalami peningkatan dalam menghasilkan Rp.0.087 modal kerja netto. Rasio ini terus meningkat pada tahun 200! sebesar 10.37% atau 1.64% dari tahun 2000.Peningkatan rasio ini dipengaruhi oleh peningkatan aktiva lancar 98 sebesar Rp3.553.328,061 dan naiknya aktiva sebesar Rp.11.296.874.072. Hal ini tidak dikuti dengan futang lancar yang mengalami penurunan sebesar Rp.56.667.925. Peningkatan aktiva lancar yang berasal dari beberapa unsur yang mengalami kenaikan yaitu piutang usaha sebesar ap. 14.724,580.836, kas dan setara kas Rp.2.748.331.599, persediaan Rp.855.701.385, piutang lain-lain sebesar Rp.i10.855,928 dan biaya yang harus dibayar dimuka sebesar Rp.389.391.811. Penurunan dari hutang lancar dipengaruhi dari beberapa unsur yang mengalami penurenan seperti utang usaha sebesar Rp.52.141,091, biaya yang masih harus dibayar Rp.117.096.672 dan dari unsur yang menglami kenaikan terjadi pada utang lain-lain Rp.2.030.798.793, utang pajak sebesar Rp.4.714.170 dan adanya penambahan unsur vaitu utang dana pensiun sebeadr Rp.28.294.875. Sedangkan kenaikan aktiva sebesar Rp.159.979.715.020 berasal dari aktiva lancar sebesar —_Rp.18.828.861.559, aktiva tetap —_sebesar Rp.137.699.293.723, aktiva lain-lain Rp.919.010470 dan pekerjaan dalam pelaksanaan Rp.2.532,549.259. «- Dengan kenaikan aktiva lancar dan hutang lancar maka terjadi peningkatan pengurangan dari dua unsur yang menyebabkan modal kerja netto meningkat sebesar Rp.16.595.815.958 walaupun masih lebih kecil dari jumlah aktiva. Hal ini berarti setiap Rp. | aktiva yang ditanamkan mengalami peningkatan dalam menghasikan Rp.0.10 modal kerja netto, Dari setiap rasio yang dianalisa pada likuiditas,maka dapat disimputkan perusahaan ini dalam keadaan likuid bahkan sangat likuid. Tetapi ada usaha perusahaan untuk menurunkannya dan kemudian menaikkannnya pada tabun 99 berikunya. Walaupun begitu adanya pengelolaan aktiva lancar yang tidak baik seperti terlalu besar uang kas, piutang lain-lain yang membengkak dan persediaan yang membesar. B. SOLVABILITAS Aktiva Solvabilitas: x 100% Hutang Rp. 139.158.887.337 Tahun 1998: x 100% =1149.63 % Rp.11.135.918.921 Rp. 139.736.811.646 ‘Tahun 1999: ——————— x 100% = 1129.66 % 7 Rp.12,390,700,369 Rp. 148.682.84.948 Tahun 2000: —_______ x 100% =968.88 % Rp. 15,346,803.810 Rp. 159.979.715.020 Tahun 2001 ————~ x 100% =877.5% Rp.18,236.732.290 Dari perhitungan diatas, maka tingkat solvabilitas perusahaan mengalami penurunan setiap tahunnya dengan stabil, Pada tahun 1998, rasio sebesar 1249.63 %. Ini berasal dari jumlah aktiva sebesar Rp.139.158,887.337 dan hutang sebesar Rp. 11.135.918.921. Jumlah aktiva yang besar ini diperoleh dari aktiva lancar sebesar Rp.9.224.730.847, aktiva tetap —-Rp.127.334,009.534, aktiva lain-lain Rp.138.555.481 dan pekerjaan dalam pelaksanaan Rp.2.451.591.475. Sedangkan hutang sebesar itu diperoleh dari hutang jangka panjang sebesar Rp.9.8363.253.653 dan hutang lancar sebeasr Rp. 1.299,652.268. 100 Berdasarkan rasio tersebut maka setiap Rp. 1 hutang akan dijamin dengan Rp.12.49 aktiva. Pada tahun ini perusahaan berada dalam keadaan sangat solvabel bila dilikuidasi, Pada tahun 1999, rasio solvabilitas mengalami penurunan — sebesar 1129.66%, ‘Terjadinya penurunan ini disebabkan oleh 1. Terjadinya kenaikan aktiva setiap tahunnya Pada tahun 1998: aktiva Rp.139.158,887,337 Pada tahun 1999: aktiva Rp.139.736.811.646+ Kenaikan aktiva sebesar Rp, $77,924,309 Rp. 577.924.309 Persentasi perubahan aktiva adalah x 100%= 0.415% Rp.139.158,887,337 2, Terjadinya kenaikan passiva pda tahun 1999 Pada tahun 1998,hutang ‘Rp.11.135.918.921 Pada tahun 1999,hutang: Rp.12.390.700,369+ Kenaikan hutang sebesar Rp. 1.254,781.448 Rp. 2.956.103.450 Persentasi perubahan hutang adalah x 100%= 11.26% Rp.11.135.918.92) Jika dilihat secara angka mutiak kenaikan aktiva lebih besar dari kenaikan fhutang tapi dilihat dari persentasi kenaikan aktiva dari hutang maka febih besar Persentasi Kenaikan hutang, Jadi Kenaikan persentasi hutang ini yang menyebabkcan terjadinya penurunan solvabilitas pada tahun 1999, Kenaikan aktiva sebesar Rp.139,736.811.646 berasal dari aktiva lancar Rp.10.035.884.709, aktiva tetap Rp.127.861.691.811, aktiva lainain Rp.409.160.738 dan pekerjaan dalam pelaksanaan sehecar Rp 1 430074 38R Sedangkan hutang sebesar itu diperoleh dari hutang jangka panjang sebesar Rp.10.828.807.433 dan hutang lancar sebesar Rp.1.561.892.936. Maka pada tahun 1999, perusahaan tetap solvabel. Hal ini berarti bahwa aktiva perusahaan dapat menjamin setiap hutang yang ada pada perusahaan karena aktiva perusahaan jumlahnya sangat besar dibanadingkan dengan butang, Jadi pada tahun 1999, mengalami peningkatan untuk setiap Rp.1 hutang akan dijamin oleh Rp.11.29 aktiva. Pada tahun 2000, terjadi penurunan rasio sebesar 968.8%. Terjadinya penurunan itu disebabkan oleh: 1. Terjadinya kenaikan aktiva setiap tabunnya Pada tahun 1999: altiva Rp.139.736.81 1.646 Pada tahun 2000: aktiva Rp.148,682.840,948+ Kenaikan aktiva sebesar Rp. 8.946.029.300 Rp. 8,946.029,300 Persentasi perubahan aktiva adalah 100%= 6.40% Rp.139.736.81 1.646 2. Terjadinya kenaikan passiva pda tahun 2000 Pada tahun 1999,hutang :Rp.12.390.700.369 Pada tahun 2000,hutang: Rp. 15.346,803.814+ Kenaikan hutang sebesar Rp. 2.956, 103.450 Rp. 2.956.103.450 Persentasi perubahan hutang adalah ———___— x 100 %= 23.85% Rp.12.390.700.369 Jika dilihat secara angka mutlak kenaikan aktiva lebih besar dari kenaikan hrutang tapi dilihat dari persentasi kenaikan aktiva dari hutang maka lebih besar 102 persentasi kenaikan hutang. Jadi kenaikan persentasi hutang ini yang menycbabkan terjadinya penurunan solvabilitas pada tahun 2000, Dari penjelasan diats dapat disimputkan bahwa kenaikan aktiva dan hutang akan menyebabkan penurunan rasio solvabilitas. : Kenaikan aktiva berasal dari aktiva lancar sebesar Rp,15.275.533.498, aksiva fetap Rp.132.122.618.794, aktiva lain-lain Rp.604.518.363 dan pekerjaan dalam pelaksanaan Rp.680.170.293 sedangkan hutang sebesar itu diperoleh dari hutang jangka panjang sebesar Rp.13.027.090.288 dan hutang lencar sebesar Rp.2.289,713.526. Jadi pada tahun 2000, keadaan perusahaan tetap solvabel karena rasio ini janh melehihi dari ctamdard. Walaw terjadi penurunan tapi tidak terlalu berpengaruh Karena hanya sangat kecil penurunannya. Pemurunan rasio ini dilakukan perusahaan agar rasionya tidak terlalu besar karena ini sangat buruk terutama bagi pemilik perasahaan, Adanya penuranan rasio ini pada tahun 2000 menyebabkan setiap Rp.1 hutang akan dijamin dengan Rp 9.688 aktiva Pada tabun 2001, solvabilitas juga mengalami penurunan yaitu 877.5 % atau sebesar 91.38% dari tahun 2000, Terjadinya penurunan ini disebabkan oleh: 1. Terjadinya kenaikan aktiva setiap tahunnya Pada tahun 2000: aktiva Rp. 148.682.840,948 Pada tahun 2001: aktiva Rp,159.979.715.020+ Kenaikan aktiva sebesar Rp. 11.296.874.072 Rp. 1.296.874.9072 Persentasi perubahan aktiva adalah x 100%= 7.6% Rp. 148.682.840.948 103 2. Terjadinya kenaikan passiva Pada tahun 2000,hutang :Rp.15.346.803.814 Pada tahun 2001,hutang: Rp.18,316,732.299+ Kenaikan hutang sebesar Rp. 2.969.928.485 Rp, 2,969.928.485 Persentasi perubahan hutang adalah ————_——— x 100% = 19.35% Rp.15,346.803.814 Jika dilihat secara angka mutlak kenaikan aktiva lebih besar dari Kenaikan hutang tapi dilihat dari persentasi kenaikan aktiva dari hutang maka lebih besar persentasi kenaikan hutang Jadi kenaikan persentasi hutang ini yang menyebabkan terjadinya penurunan solvabilitas pada tahun 2001. Kenaikan aktiva berasal dari aktiva lancar sebesar Rp.18.828,861.559, aktiva tetap Rp. 137.699.293.723, aktiva lain-lain Rp.919.010.479 dan pekerjaan dalam pelaksanaan Rp.2.532.549.259 sedangkan hutang sebesar itu diperoleh dari hutang jangka panjang sebesar Rp.16,003.686.698 dan hutang lancar sebesar Rp.2.233,045.601 Jadi pada tahun 2001, keadaan perusahaan tetap solvabel karena rasio ini jauh melebibi dari standard. Adanya penurnan rasio ini pada tahun 2001 menyebabkan setiap Rp. 1 hutang akan dijamin dengan Rp.8.77 aktiva, Secara keseluruhan, perusahan ini berada dalam keadaan solvabel untuk empat tahun ini. Dan perusahaan telah banyak melakukan usaha untuk menurunkan rasio dengan stabil. C. RENTABILITAS Rasio ini menunjukkan bagaimana tingkat penjualan perusahaan dapat menghasilkan keuntungan bagi perusahaan. Jika dilihat dari jenis rentabilitas yang ada maka di perusahan ini hanya terdapat satu jenis rentabilitas yaitu :rentabilitas ekonomis, Laba Rumus » x 100% Modal Rp.55.211.905.598 Tahun 1998 x 100% =83.21% Rp.66.347.824.519 Rp, 64,102.829.815 Tahun 1999: x 100% = 83.80 % Rp.76.493.530.184 Rp. 94.102.139.224 Tahun 2000 100% = 85% Rp. 109.448,943,034 Rp. 125.683.099.903 Tahun 2001————____.x 100% = 87.3% Rp.143.919.832.193 Melihat dari perhitungan diatas maka dapat diketahui bahwa terjadi kenaiken rentabilitas untuk tiep tahunnya. Untuk hasil analisa yang baik maka disysunlah gambaran laba dan stuktur modal tiap tahunaya. Stuktur modal perusahan berasal dari Iaba bersih ditambah dengan hutang perusahan, Stuktur modal tahun 1998 : Modal sendiri Modal asing Rp.55.211.905.598 9.12. 390.700.3694 Rp.66.347,824,519 ‘Stuktur modal tahun 1999 ; Modal sendiri Modal asing Rp.64.102.829.815 :p.12.390.700,369+ Rp.76.493.530.184 105 Stuktur modal tahun 2000; Modal sendi Modal asing Rp. 94,102,139.224 ). 15.346.803.810+ Rp.109.448.94.034 Stuktur modal tahun 2001: Modal sendiri Modal asing Rp 125.683.099.903 p._18.236.732.290+ Rp.143.919.832.193 Pada tahun 1998, rentabilitas sebesar 83.21 %. Ini diperoleh dari faba sebesar Rp.55.21 1.905.598 dan modal sebesar Rp.66.347.824.519. Modal yang besar itu berasal dari laba Rp.55.211.905.598 dan hutang Rp.11.135,918,921 yang berasal dari hutang lancar sebesar Rp.1.299.665,268 dan hutang jangka panjang sebesar Rp.9.836.253.653. Jadi setiap Rp. 1 modal yang digymakan akan menghasilkan laba sebesar Rp 0.83 Pada tahun 1999, rentabilitas mengalami kenaikan sebesar 83 %. Besar rentabilitas ini dipengaruhi oleh laba sebesar Rp.67.390.671.405 dan modal sebesar Rp.81.013.220.592, Pada tahun 2000, terjadi kenaikan rentabilitas sebesar 85 % atau 2% dari tahun 1999, Kenaikan ini dipengaruhi oleh: A. Kenaikan laba Pada tahun 1999, laba = Rp.67.390.671.405 Pada tahim 2000, laha =Rp 94 102.139.224- Maka kenaikan laba = Rp.26.711.467.819 Rp.26.711.467.819 Persentasi kenaikan laba =—______——. x 100% = 39% Rp.67.390.671.405 B. Kenaikan modal Pada tahun 1999, modal = Rp.81.013.220.592 Pada tahun 2000, modal =Rp.109.448.943.034- Maka kenaikan modal = Rp.28.435.722,442 Rp.28.435.722.442 Persentasi kenaikan laba ———————_—_ x 100% = 35.1% Rp.8£.013.220.592 Jadi dengan kenaikan laba sebesar 39 % dan kenaikan modal sebesar 35.1 % akan menaikkan rentabilitas ekonomi sebesar 85 %. Pada tahun 2001, terjadi kenaikan rentahilitas sehesar 87.3 %. Hal ini dipengeruhi karena terjadinya kenaikan laba dan kenaikan modal. Perhitungan dari pengaruh kenaikan ini dapat dilihat dibawah ini: A. Kenaikan laba Pada tahun 2000, Iaba = Rp.94,102.139.224 Pada tahun 2001, laba = Rp. 125.683.099.903- Maka kenaikan laba= Rp.31,580,.960.679 Rp.31,580.960,679 Persentasi kenaikan laba x 100% = 33.3% Rp.94.102. 139.224 B. Kenaikan modal Pada tahun 2000, modal = Rp, 109.448.943.034 Pada tahun 2001 modal = Rp.143.919.832,193- Maka kenaikan modal = Rp. 34.470.889,159 Rp.34.470.889.159 Persentasi kenaikan modal —_—_——. Rp.109.448.943. x 100% = 31.4% 34 Maka rentabilitas ekonomi : x 100% = 87.3% 107 Jadi dengan kenaikan faba sebesar 33.5% dan kenaikan modal sebesar 31.4% akan menaikkan rentabilitas ekonomi sebesar 87.3%. Atau : Rentabilitas ekonomis : Profit margin x Tumover of operating assets Net operating income 7 Profit Margin : ‘Net operating asset Yang dimaksud dengan net operating assets adalah semua aktiva yang ada i perusahaan karena semua aktiva tersebut merupakan aktiva yang digunakan untuk operasi perusahan. Perhitngan terlihat dibawah ini: ‘Tahun 1998: Net Operating Asets = Rp.139.158.887.337 Tahun 1999 : Net Operating Asets = Rp. 139.736.811.646 Tahun 2000: Net Operating Asets = Rp.148,682.840.948 ‘Tahun 2001 : Net operating asets = Rp.159.979.715.020 Net operating income adalah penjualan bersih dikurangi dengan biaya operasional. Tahun 1998, Net Operating Income = Rp.72.984.218.775-Rp. 19.769.078.116 Tahun 1999, Net Operating Income = Rp.85.047,060.665-Rp.22.671.414.681 Tahun 2000, Net Operating Income = Rp.118.827.002.456- Rp.27.602.324.574 Tahun 20001, Net Operating Income ~Rp.156.495,039.855-Rp.33.294.031.424 Maka profit margin Rp.53.215.140,659 Tahun 1998 x 100% =38.24% Rp.139, 158.887.337 108 Rp.62,375.645,984 Tahun 1999 x 100% = 44.63 % Rp.139.736,811.646 Rp.91.224.746.476 ‘Tahun 2000 —— x 100% =61.35% Rp. 148.682.840.948 Rp,123,201.008,431 Tahun 2001 x 100% =77.01% Rp. 159.979,715,020 Net Sales ‘Tumover operating assets -—__———— Net operating assets Rp.72.984.218.775 Tahun 1998 Rp.139.158.887,337 =0. 52x Rp.85.047.060.665 Tahun 1999 :- = 0.60 x Rp.139.736.811.646 i Rp.118.827.071.050 Tahun 2000: = 0,80x Rp. 148.682.840.948 Rp.156.495,039.855 Tahun 2001; ——__—____—_- = 0,98 Rp.159.979.715.020 Maka Rentabilitas Ekonomi : Tahun 1998: 38.24% x 0.52x = 19.88% Tahun 1999: 44,63 % x 0.60x = 26.78 % Tahun 2000 : 61.35% x 0.80x = 49.08 % Tahun 2001 : 77.01% x 0.98 = 75.47% Melihat dari perhitungan diatas , maka terjadi peningkatan untuk tiap tahunnya,. Pada tahun 1998, rentabilitas seebesar 19 88 % laly meningkat pada tahun 1999 sebesar 26.78 % meningkat lagi pada tahun 2000 sebesar 49.08% dan naik lagi pada tahun 2001 sebesar 75.47%. Dari hasil perhitungan pada rumus rentabilitas kedua maka hasilnya lebih ecil dari rumus pertama karena disini melalui perhitungan dua kali dibandingkan Tumus pertama yang langsung saja, Pada tahun 1998, rentabilitas ekonomis sebesar 19.98 %. Rasio ini cukup kecil dibandingkan likuiditas dan solvabilitas yang dicapai perusahaan Rasio ini kecil disebabkan profit margin yang kecil sebesar 38.24% dan perputaran assets yang cukup keeil sebesar 0.52x Pada tahun ini setiap Rp. I aktiva yang digunakan akan menghasifkan Rp. 0.19 laba, Karena rasionya yang sangat kecil maka perusahaan menaikannya pada tahun 1999 dan berhasil dengan naiknya rasio ini walau sangat kecil. Kenaikan tasio ini disebabkan oleh: 1, Profit Margin Profit margin yaitu perbandingan antar net operating income dengan net sales, Faktor-faktor yang mempengaruhi kenaikan profit margin: A. Penjualan Pada tahun 1998, penjualan sebesar Rp.72.984.218.775 Pada tahun 1999,penjualan sebesar Rp.85.047.060,665 - > ‘Terjadi kenaikan penjualan sebesar Rp. 12.062,841.890 atau sebesar 16.52%. Kenaikan penjualan ini sebesar Rp.12.062,841.890 atau sebesar 16.52% membuat biaya ikut naik, 110 B, Kenaikan biaya Pada tahun 1998, biaya sebesar Rp.19.769.078.116 Pada tahun 1999, biaya sebesar Rp.22.671.414.681 - ‘Maka terjadi kenaikan biaya sebesar Rp.2.902.336.565 atau sebesar 14.68 %. ‘Adapun besamnya profit margin perusahaan adalah: 1998 1999 Penjualan Rp.72.984.218.775 Rp.85.047.060.665 Operating expenses Rp.19,769.078.116- Rp.22.671,414,681- Laba operasi Rp.53,215.140,569 Rp.62.375645.084 Maka profit margin tahun 1999: Rp.62.375.645.984 Tahun 1999: x 100% =44.63 % Rp.139.736.811.646 Dari data diatas, maka pada tahun 1999 mengalami kenaikan penjualan sebesar 16.52% yang mendorong terjadinya kenaikan biaya sebesar 14.68% juga ikut membuat profit margin naik sebesar 44.63%. Namun kenaikan penjualan ini sedikit bedanya dengan kenaikan biaya. Hal ini yang membuat profit margin sangat kecil kenaikanya. 2. Tumover operating assets Pada tahun 1999, terjadi peningkatan tumover dari tahun 1998. Kenaikan tumover ini mempengaruhi rentabilits ekonomis, Kenaikan tumover ini disebabkan Karena perusahaan menaikkan operating assets unk mencapai penjualan sebesar-besarnya. Kenaikan ini dipengarubi oleh: ili A. Kenaikan penjualan Pada tahun 1998, penjualan sebesar Rp.72.984.218.775 Pada tahun 1999, penjualan sebesar Rp.85.047.060.665 - Terjadi kenaikan penjualan sebesar Rp.12.062.841.890 atau sebesar 16.52 %. B, Kenaikan operating aset Operating assets talnun 1998 : Rp.139.158.887.337 Operating assets tahun 1999: Rp.139.736.881.646+ Kenaikan operating assets ‘Rp. 577,994,309 atau sebesar 0.41% Maka tumover of operating assets adalah : Rp.72.984.218.775 Tahun 1999-——_—___—_—+\! Rp. 139.736.811.646 0.60% Pada tahun 1999, mengalami kenaikan aktiva sebesar 0.41% yang diikuti dengan kenaikan penjualan sebear 16.52% yang ikut menyebabkan naiknya turnover of operating assets sebanyak 0.60x . Kenaikan aktiva ini sangat kecil dibandingkan dengan kenaikan penjualan yang berakibat sangat terasa terhadap hasil turnover yang sangat kecil dari tahun 1998. Dari kedua faktor ini yang mempengarvhi dari rentabilitas ini maka setiap Rp.t aktiva yang ditanamkan mengalami peningkatan dalam menghasilkan laba yaitu Rp.0.26, Pada tahun 2000 , rasio ini mengalami kenaikan, Kenaikan ini dipengarahi oleh hal yang sama seperti pada tabun 1999, Kenaikan ini dipengaruhi oleh: 1, Profit margin A. Kenaikan penjualan Pada tahun 1999, penjualan sebesar Rp.85.047.060.665 2 Pada tahun 2000,penjualan sebesar Rp.118,827,071.050 - Torjadi kenaikan penjualan sebesar Rp.33.780.010.385 atau sebesar 28.42 %, B, Kenaikan biaya Hal ini terlihat pada tahun 2000 Pada tahun 1999, biaya sebesar Rp.22.671.414.681 Pada tahun 2000, biaya sebesar Rp.27.602.324.574 - Maka terjadi kenaikan biaya sebesar Rp.4,930,909,893 atau sebesar 21.74 %. Adapun besamya profit margin perusahaan adalah: 1999 2000 Penjualan Rp.85.047.060,665 Rp.118.827.071.050 Operating expenses _Rp.22.671.414.681- Rp.27.602.324,574- ‘Laba operasi Rp,.62,375,645.084 Rp.91.224.746.476 Maka profit margin tahun 2000: Rp.91.224.746.476 Tahun 2000:——-—_—-——_ x 100% = 61.35%. Rp.148,682.840.948 Dari data diatas , pada tahun 2000 kenaikan penjualan sebesar 34 % yang mendorong terjadinya kenaikan biaya sebesar 16 % itu membuat profit margin naik sebesar 61.35 %Kenaikan biaya ini hampir sebesar dari kenaikan penjualan. Hal ini yang membuat profit margin naik cukup besar dari tahun 1999. 2. Tumover operating assets Pada tahun 2000 juga mengalami peningkatan tumover dari tahun 1999. Kenaikan turnover ini mempengaruhi besamya rentabilitas ekonomi, Kenaikan tumover ini disebabkan karena perusahaan menaikkan operating assets untuk mencapai penjualan sebesar-besaraya, Kenaikan ini dipengaruhi oleh: 13 A. Kenaikan penjuatan Pada tahun 1999, penjualan sebesar Rp.88.558.513.736 Pada tahun 2000, penjualan sebesar Rp.118.827.071.050- Terjadi kenaikan penjualan sebesar Rp.30.268.557.314 atau sebesar 34 %. B, Kenaikan operating assets Operating assets tahun 1999 : Rp.139.736.811.646 ** Operating assets tahun 2000: Rp.148.682.840.948+ Kenaikan operating assets ‘Rp. 8,946.029.302 atau sebesar 6.016% ‘Maka turnover of operating assets adalah : Rp.118.827.071.050 Tahun 2000: = 0.80x Rp. 148.682.840.948 Pada tahun 2000, juga mengalami kenaikan aktiva sebesar 6.01% yang diikuti dengan kenaikan penjualan sebesar 34% yang ikut menyebabkan naiknya tumover of operating assets sebanyak 0.80x. Kenaikan aktiva ini sangat kecil dibandingkan dengan kenaikan penjualan yang berakibat sangat terasa terhadap hasil turnover yang sangat kecil dari tahun 1998. ‘Dari hasil perhitungan rasio diatas maka terjadi peningkatan pada tahun ini dari setiap Rp. 1 aktiva akan menghasilkan Rp.0,49 laba bersih. Begity juga dengan tahun 2001, terjadi kenaikan rentabilitas sebesar 75.47% Peningkatan rentabilitas ini juga dipengaruhi oleh: 1, Profit Margin A. Penjualan Pada tahun 2000, penjualan sebesar Rp.118,827.071.050 Pada tahun 2001, penjualan sebesar Rp. i4 ‘Terjadi kenaikan penjualan sebesar Rp,37.667.968,805 atau sebesar 31,6 %. Kenaikan penjualan ini sebesar Rp.37.667.968.805 menyebabkan biaya ikut naik. B, Kenaikan biaya Pada tahun 2000, biaya sebesar Rp.27.602.324,574 Pada tahun 2001, biaya sebesar Rp.33.294.031,424 - Maka terjadi kenaikan biaya sebesar Rp.5.691.706.850 atau sebesar 20 %, Adapun besarnya profit margin perusahaan adalah: 2000 2001 Penjualan Rp.118.827.071.050 Rp.156.495.039.855 Operating expenses _Rp. 27.602.324.574- Rp. 33.294.031.424- Laba operasi Rp. 91.224.746,476 Rp.123.201.008.431 Rp.123.201.008.431 Tahun 2001+ x 100% =77.01% Rp.156.979.715.020 Dari data diatas , pada tahun 2001 kenaikan penjualan sebesar 31.6 % yang mendorong terjadinya kenaikan biaya sebesar 20 % membuat profit margin naik sebesar 78.72% . Kenaikan profit margin ini banyak dipengaruhi oleh kenaikan penjualan Yang cukup besar dibandingkan dnegan kenaikan biaya. Besarnya perbedaan Kenaikan antar penjualan dan biaya menyebabkan besarnya kenaikan profit margin dari tahun 2000. 1s 2. Tumover operating assets Begitu juga dengan tahun 2001, tumover ini mengalami kenaikan dari tahun 2000. Kenaikan ini dipengaruhi juea karena terjadi kenaikan penjualan pada tahun 2001. A. Kenaikan penjualan Pada tahun 2000, penjualan sebesar Rp.118.827.071,050 Pada tahun 2001, penjualan sebesar Rp.156.49! 39.855 - Terjadi kenaikan penjualan sebesar Rp.37.667.968.805 atau sebesar 31.6 %, B. Kenaikan operating assets Pada tahun 2000: aktiva Rp.148.682.840.948 Pada tahun 2001: aktiva Rp.159.979.715.020+ Kenaikan aktiva sebesar Rp. 11.296.874,072 Rp. 11.296.874.072 Persentasi perubahan aktiva adalah. x100%= 7.6%, Rp.148.682,840,948 Maka tumover of operating assets: Rp.156.495,039,855 Tahun 2001; = 0,98x Rp.159.979.715.020 Jadi dengan adanya kenaikan operating assets pada tahun 2001 sebesar 7.6 % mampu meningkatkan penjualan sebesar 31.6% dan juga dapat meningkatkan tumover of operating assets sebesar 0,98 x Pada perusahaan ini terjadinya kenaikan tumover of operating asets ini sangat dipengarubi oleh kenaikan penjualan yang cukup tinggi dibandingkan dengan kenaikan operating assets. Karena persentase penjualan lebih besar dari Persentase operating assets menyebabkan peningkatan yang cukup besar terhadap hasil turnover ini, 116 Dari hasil analisa rasio ini Pada tahun 2001 setiap pengunaan Rp.1 aktiva akan menghasilkan Rp.0.75 laba bersih. Operating assets yang. besar pada perusahaan ini” yang mengalami peningkatan setiap tahunnya banyak berasal dari aktiva tetap yang jumlahnya cukup-besar dibandingkan dengan aktiva lancar dan aktiva lain-lain, Besarnya jumiah aktiva tetap ini pada dasarnya dilakukan bukan untuk meningkatkan rentabilitas tapi untuk Kepentingan jangka panjang perusahaan dalam operasi perusahaan, Karena melihat tingkat rentabilitas yang sangat kecil dibandingkan dua analisa keuangan yang tain maka dapat disimpulkan perusahaan belum dapat mengelola dengan baik semua sumber daya yang ada Karena begitu banyaknya dana yang diam tidak digunakan dengan baik dan jumlahnya sangat besar. Itu dapat terlihat dari neraca perusahaan, Sepertinya perusahaan lebih condong untuk terus meningkatkan Tikuiditas dan solvabilitasnya tapi melupakan keadaan rentabilitasnya. Berarti kebijaksanaan keuangan sangat berat sebelah dan harus diperbaiki. Dari hipotesa yang telah dipaparkan maka dapat dibuktikan setelah melalui proses analisa dan evaluasi pada Bab ini yaitu: 1. Bahwa kenaikan aktiva lancar lebih tinggi dari kenaikan hutang- hutangnya telah dapat dibuktikan, Dapat diketahui dari neraca perusahaan maupun dari analisa likuiditas yang telah dilakukan, 2. Kenaikan biaya operasional sangat besar pada tiap tahunnya karena terjadinya peningkatan penjualan. Hal ini yang menyebabkan rentabilitas rendah bahkan tidak mencapai 100%, disamping we 17 perusabaan cenderung untuk mempertinggi likuiditas dan solvabilitas tanpa memperhatikan keadaan rentabilitas Perusahan, Melihat dari rasio likuiditas dan solvabilitas banyak dana yang besar yang. tidak digunakan dengan baik seperti dalam aktiva tetap, piutang lain-lain yang menyebabkan likuiditas dan solvabilitas sangat tinggi sekali. . Melihat dari stuktur modal dalam Perusahaan, maka modal sendiri lebih besar dari modal asing Berarti perusahaan lebih banyak memakai dana sendiri dalam membiayai operasinya bahkan dalam menjamin setiap hutang-hutangnya, BABV KESIMPULAN DAN SARAN A. KESIMPULAN Berpedoman pada uraian teoritis yang telah disajikan pada bab IL dibandingkan dengan kenyataan yang sebenarnya yang merupakan hasil penelitian pada PT PLN (PERSERO) CABANG BINJAI yang dijabarkan pada bab III , yang kemudian dianalisa dan dievaluasi pada bab IV maka diperolch kesimpulan sebagai berikut: Melihat dari struktur organisasi dan uraian tugasnya maka dapat terlihat bahwa belum terdapat garis koordinasi dan wewenang yang jelas. Struktur ita sepertinya kaku dan kurang membantu dalam mencapai tujuan-tujuan perusahaan, Tidak ada hal yang dinamis pada stuktur tersebut sehingga bagian-bagian yang satu tidak berhubungan dan sating terpisah serta tidak ada kesatwan, Melihat dari kedua jenis laporan keuangan perusahan selama empat tahun ini yaitu neraca dan laporan laba rugi, terlihat peningkatan dari semua unsur pada neraca dan laporan laba-rugi tersebut. Peningkatannya cukup tinggi tapi perusahaan kurang mampu mendayagunakan sumberdaya yang ada agar lebih maksimal dalam mencapai tujuan, Dilihat dari analisa likuiditas maka perusahaan berada dalam keadaan likuid untuk setiap tahunnya walupun terjadi penurunan pada tahun 1999. Hal ini dapat terlihat dari kenaikan rasio-rasio 118 9 dalam likuiditas seperti current ratio, cash ratio, quick ratio dan working capital. Hal ini berarti perusahaan telah memenuhi Kkewajibannya pada saat jatuh tempo. Adanya keberhasilan perusahaan dalam meningkatkan likuiditas dapat terlihat dati peningkatan persentasi likuiditas pada tiap tahunnya. Namun disisi lain tingginya likuiditas ini membuat kepercayadn buruk bagi kreditur Karena bila likuiditas terlalu tinggi membuktikan adanya aktiva lancar tidak digunakan dengan baik ataupun banyak unsur dari aktiva yang banyak itu diam tak terpakai, Dari hasil analisa solvabilitas, maka perusahaan ini berada dalam keadaan solvabel karena besarnya rasio itu. Walaupun terjadi penurunan pada rasio tapi tetap menjadi penilaian yang baik bagi para kreditur. Penurunan pada rasio tersebut disebabkan terjadinya naik turun pada hutang lancar dan hutang jangka panjangnya walaupun disisi lain aktiva terus naik, Dari sisi rentabilitas, posisi perusahaan ini sangat rendah dibandingkan dengan kedua rasio diatas walaupun terjadi peningkatan selama empat tahun ini, Kenaikkan rasio ini sangat stabil pada tiap tahunnya. Kenaikkan rasio ini banyak dipengaruhi dari kenaikkan laba dan modal walaupun kenaikkan modal jauh lebih besar dari kenaikkan laba perusahaan. Kenaikkan Jaba ini banyak berasal dari kenaikkan pendapatan usaha yang sangat besar walaupun terjadi kenaikkan beban usaha. Sedangkan kenaikkan modal banyak berasal dari modal senditi yang banyak berasal dari laba bersih perusahaan, Dari sisi rasio ini perusahaan sangat tidak efektif dalam menggunakan semua sumber dayanya karena banyaknya dana diam yang tidak terpakai untuk pembiayaan operasi perusahaan, Dari laporan laba rugi, perusahan ini terus mengalami kenaikkan laba bersih perusahaan selama empat tahun ini. Kenaikkan laba ini banyak dipengaruh dari kenaikkan pendapatan usaha yang sangat besar, -Pendapatan usaha ini banyak berasal dari peningkatan penjuaian listrik .. Kenaikkan pendapatan usaha ini diikuti dengan kenaikkan beban usaha yang tidak sebesar naiknya pendapatan usaha. Walaupun ada unsur Jain yang mempengaruhi yaitu Pendapatan dan beban lain-lain tapi tidak berpengaruh secara besar. Dari ketiga rasio diatas yang digunakan sebagai alat analisa dalam ‘membuat penilaian dan pengawasan keuangan telah terjadi kebijakan yang tidak seimbang dan sehat Karena hanya dua unsur yang jumlahnya sangat besar tapi unsur lain sangat kecil. Hal itu menunjukkan perusahaan jauh Iebih mementingkan keadaan keuangan hanya dari sisi likuiditas dan solvabilitasnya. Dari ketiga rasio tersebut dapat diketahui bagaimana perusahaan ‘menggunakan prinsip pembagian dana dalam setiap kegiatan operasi perusahaan, 121 B.SARAN * Perusahaan harus membuat tambahan laporan keuangan yang lain agar pihak luar yang ingin mengetahui posisi kevangan perusahaan dapat lebih mengetahui informasi dengn cepat dan dapat memberikan gambaran yang jelas mengenai keadaan keuangan perusahaan. * Dalam hal pembagian tugas dan wewenang, penulis menyarankan agar stukrumya Jebih diperbaiki supaya terjadi transparansi dalam melakukan setiap aktivitas organisasi pada perusahaan ini. « Rasio-rasio likuiditas sebaiknya harus terus diturunkan jumlahnya. agar tidak jadi bumerang bagi perusahaan dengan menerapkan kebijaken aktiva yang schat dan peminjaman hutang yang seperlunya saja. = Perusahaan sebaiknya menggunakan semua sumber yang ada agar tidak jadi dana yang memberatkan dikemudian hari supaya keefektifan dana tersebut dapat dipakai dalam pembiayaan operasi perusahaan, = Perusahan harus lebih lagi dalam meningkatkan rasio rentabilitas agar tidak terjadi kepincangan dalam keadaan keuangan perusahaan ini dalam proses penganalisaanya. = Rasio solvabilitas harus terus diturunkan karena akan sangat membuat perusahaan jadi tidak tau keadaan scbenarnya dari posisi hutang perusahaan, Perusahaan harus lebih banyak mengurangi porsi hutang dalam pembiayan operasi perusahaan. DAFTAR PUSTAKA Djahidin Farid,Drs.EC., Analisa_Laporan_Keuangan, Ghalia Indonesia, Jakarta, 1983 Drs.R.A.Supriyono,Ak dan Drs.L.Suparwoto, ntasi__Keuan; Dasar, Badan Penerbitan STIE YKPN , Yogyakarta, 1983 Hadibroto .S ,ct.al , Dasar-Dasar Akuntasi , LP3ES , 1982 Hartanto.D, Akuntasi Untuk Usahawan_, Lembaga Penerbit Fakultas Ekonomi , Universitas Indonesia , Edisi Kedua , Cetakan Ketiga , 1977 Ikatan Akuntasi Indonesia, Prinsip Akuntasi Indonesia, Percetakan Negara RI, Jakarta, 1985 J.Fred.Weston dan Thomas Coppeland , Manajemen_Keusngan, Edisi Kedelapan, Terjemahan Kirbrandoko dan Jaka Wasana , Erlangga, Jakarta,1990 Munawir,$,Drs, lisa ran Keuan, Penerbit Liberti, Yogyakarta,1988 Riyanto,Bambang,Drs., Dasar-Dasar_Pembelanjaan Perusahaan, ‘Yayasan Badan Penerbit Gajah Mada., Yogyakarta, 198? Statement APB FASB, Basic Concept, High Ridge Park, Connecticut,1979 PT PLN (PERSERO) WILAYAH SU CABANG BINJAL SURAT — KETE io. Kt Yang berianda tangan dibawal ini Kepala Bagian \sinisisunst 2T PEN Sumatera Utara Cabang Binjai menerangkan babs Nama : Sanita Sidauruk » 960502086 Jurusan : Manajemen Judul Skripsi Analisa Likviditas Solve! sebagai dasar pengawasan ca (Persero ) Cabang Bir’: Riser pada PT, PLN 0.028 benar babw: Wilayah Sumatera tanga 19 3 Demikian Surat Keter an ini dibuat untuk daps sseto ) Wilayah y pada PT PLN (Persero)

Você também pode gostar