Você está na página 1de 50

ANALISIS KAJIAN

STATUS GIZI MASYARAKAT


HASIL RISET KESEHATAN DASAR
TAHUN 2007 - 2013

Disampaikan Oleh :
Kepala Seksi Gizi Dinas Kesehatan
Provinsi Sulawesi Selatan
ASTATI MADE AMIN,S.SiT,M.Kes

TANTANGAN PEMBANGUNAN GIZI


Perubahan pola konsumsi yang tidak seimbang (rendah
serat, tinggi garam, tinggi gula dan lemak).
Beban ganda penyakit dan masalah gizi
Pelayanan kesehatan dan gizi bermutu
Keamanan makanan
Aktifitas fisik rendah

Bencana dan perubahan iklim


www.GlobalNutritionSeries.org

HASIL RISET
KESEHATAN DASAR
TAHUN 2013

2/14/2014

Template copyright www.brainybetty.com 2005

2/14/2014

Template copyright www.brainybetty.com 2005

2/14/2014

Template copyright www.brainybetty.com 2005

CAPAIAN RISKESDAS
Vs
DATA GIZI RUTIN
BULANAN/SEMESTERAN

PEMANTAUAN PERTUMBUHAN
Data Riskesdas Menunjukkan hanya 25%
Balita
yang
melakukan
>
4
kali
Penimbangan dalam 6 Bulan Sedangkan
Laporan Bulanan D/S menunjukkan ratarata Capaian D/S 70,3% (2012), 72,6%
(2013)

DATA KASUS GIZI


BURUK

2/14/2014

Terjadi Kecenderungan
Penurunan Prevalensi Balita
Kurus (BB/TB) dari data
Riskesdas 2007 13,7%),
Riskesdas 2010 12% dan
Riskesdas 2013 11%, Hal ini
sejalan dengan penurunan
jumlah kasus gizi buruk
bersumber Laporan Bulanan
yang Sama-sama menggunakan
indikator BB/TB yaitu :
Tahun 2011 =810 Kasus, Tahun
2012 =498 Kasus Tahun 2013 =
9
255 kasus

CAKUPAN PEMBERIAN KAPSUL


VITAMIN A
Terjadi Kecenderungan Penurunan
Data Cakupan Vitamin A pada
Riskesdas 2007 (75%) turun
menjadi 71,5% di tahun 2013
Sedangkan Data Laporan
semesteran Rata-rata capaian Vit.A
86% (Tahun 2012 dan 85% (Tahun
2013)
100
80
60
40
20
0

2012

2013

10

DATA CAKUPAN TEBLET Fe IBU


HAMIL 90 TABLET
Proporsi Konsumsi Fe 90 Tab pada ibu hamil
meningkat pada Riskesdas 2007 (10%)
menjadi 21 % pada Riskesdas 2013
Sedangkan Pada Laporan Bulanan rata-rata
Capaian konsumsi Tablet Fe 88,4% Tahun
2012 meningkat menjadi 89% tahun 2013
2012

2013

120,0
100,0
80,0
60,0
40,0

20,0
0,0

11

CAPAIAN KONSUMSI GARAM


BERYODIUM
Kecenderungan Konsumsi Garam
Beryodium RT Berdasarkan data
Riskesdas 2007 (60%) dan 2013 (63%)
Sedangkan Berdasarkan Laporan
Semesteran Rata-Rata Konsumsi Garam
Beryodium Tahun 2012 ( 89%) dan 2013
(81%)
100
90
80
70
60
50
40
30
20
10
0

2/14/2014

2012

2013

12

KAJIAN ANALISIS
PERMASALAHAN

13

Masalah gizi buruk bukan hanya


semata disebabkan oleh gizi saja,
namun faktornya sangat multi
dimensi dimana keterkaitan antara
Lintas Program dan Lintas sector
memegang peranan penting

Faktor Penyebab Masalah Gizi : Unicef


Kurang Gizi
Asupan Gizi

Ketersediaan
pangan di
tingkat RT

Penyakit Infeksi

Perawatan
anak dan
Ibu hamil

Pelayanan
kesehatan

KEMISKINAN, PENDIDIKAN RENDAH, KETERSEDIAAN PANGAN,


KESEMPATAN KERJA

KRISIS POLITIK dan EKONOMI

Penyebab
Langsung

Penyebab tak
langsung

Masalah
utama
Masalah
dasar

Data Hasil riset kesehatan dasar (Riskesdas tahun 2007,2010, 2013


secara konsisten menunjukkan bahwa rata-rata asupan kalori dan
protein anak balita masih di bawah Angka Kecukupan Gizi (AKG).

Tingginya Persentase Penduduk yang


mengkonsumsi energi <70% AKG di
Sulawesi Selatan adalah 43,4%
(Riskesdas 2010)

Masih tingginya persentase


Penduduk yang mengkonsumsi
Protein <80% AKG di Sulawesi
Selatan adalah 27,2%
(Riskesdas 2010)
16

2/14/2014

Template copyright www.brainybetty.com 2005

17

Berbagai penelitian telah membuktikan bahwa


masalah gizi adalah masalah intergenerasi,
yaitu ibu hamil kurang gizi akan melahirkan
bayi kurang gizi

18

PREVALENSI RISIKO KEK


IBU HAMIL (RISKESDAS 2013)
SULSEL = >30 %

2/14/2014

19

2/14/2014

Template copyright www.brainybetty.com 2005

20

2/14/2014

Template copyright www.brainybetty.com 2005

21

Sejumlah penelitian telah


menunjukkan peran penting zat gizi tidak saja
pada pertumbuhan fisik tubuh tetapi juga dalam
pertumbuhan otak, perkembangan
perilaku, motorik, dan kecerdasan (Jalal, 2009).

Martorell pada tahun 1996 telah menyimpulkan


kekurangan gizi pada masa kehamilan dan
anak usia dini menyebabkan keterlambatan dalam
pertumbuhan fisik, perkembangan motorik, dan
gangguan perkembangan kognitif
(RAN-PG,2011)
22

Masa Emas dan Kritis


Pertumbuhan
dan
Perkembangan
Anak
MASA EMAS
DAN KRITIS
Kehamilan & Pertumbuhan Janin
Pertumbuhan otak
Membangun berat
Membangun
badan potensial
tinggi badan
potensial

Butuh gizi
mikro & protein

Konsepsi

Butuh Kalori

20 mg

LAHIR

Pertumbuhan Bayi & Anak


Untuk Mencapai Tinggi dan Berat
badan optimal

Dibutuhkan seluruh zat gizi (makro dan mikro)


secara seimbang, diperoleh dari menyusui
eksklusif sampai 6 bulan, diteruskan dengan
ASI dan MP-ASI

2 TAHUN
23

Akibat dari keadaan tersebut, anak balita


perempuan dan anak balita laki-laki Indonesia mempunyai rata-rata
tinggi badan masing-masing 6,7 cm dan 7,3 cm lebih pendek
daripada standar rujukan WHO 2005

24

Sanitasi Lingkungan Berperan Penting dalam


kejadian penyakit infeksi seperti diare & ISPA.
Dan hal ini mengakibatkan asupan gizi tidak
dapat diserap tubuh dengan baik sehingga
berakibat gizi buruk

25

PENYAKIT INFEKSI
Hasil
Riskesdas:
Sulsel
Menempati
Urutan ke-4
dan Ke-6
Tertinggi
Insidens
Diare
& Pneumonia
di Indonesia
2/14/2014

Template copyright www.brainybetty.com 2005

26

Jumlah penduduk yang berada dibawah Garis


Kemiskinan di Sulawesi Selatan Data bulan Maret 2013
berjumlah 787,67 ribu (9,54 %) Hal ini berkontribusi
pada jumlah kasus gizi buruk

IMPLIKASI CAPAIAN PROGRAM


TERHADAP STATUS GIZI BALITA DI
PROVINSI SULAWESI SELATAN

RENDAHNYA CAPAIAN D/S


(PEMANTAUAN PERTUMBUHAN ANAK)
1.

Terjadinya Fluktuasi Jumlah


balita yang datang ke
Posyandu dimana Capaian
Tinggi hanya terkonsentrasi
pada Bulan Vitamin A yaitu
Februari dan Agustus
2. Kegiatan Posyandu masih
tergantung petugas
kesehatan
3. Sarana penimbangan belum
mencukupi Masih kurangnya
dukungan pemangku
kepentingan
29

RENDAHNYA CAPAIAN ASI EKSKLUSIF


Belum maksimalnya kegiatan edukasi, sosialisasi
advokasi, dan kampanye terkait pemberian ASI
Masih kurangnya ketersediaan sarana dan prasarana KIE
ASI dan Belum optimalnya pembinaan kelompok
pendukung ASI
Rata-rata Rumah Sakit di Provinsi Sulawesi Selatan
belum melaksanakan
kegiatan
10 Langkah
Keberhasilan Menyusui
IMD (Inisiasi Menyusu Dini belum optimal dilaksanakan
oleh tenaga kesehatan
Jumlah KONSELOR MENYUSUI masih sedikit rata-rata
hanya terdapat 3 tenaga konselor menyusui di setiap
kabupaten/kota
Promosi susu formula yang gencar, Tenaga Kesehatan
melanggar KepMenKes 237 tahun 1997 tentang pasi
(SULSEL = PERDA No. 6 Tahun 2010, PERGUB No.68
30
Tahun 2011)

o 25% anak tidak


terpantau.
o SKDN, PWS dan SKD
KLB GIBUR belum
intensif.
o Jumlah nakes terlatih
tatalaksana gizi buruk
masih Kurang.
o Banyak kasus pulang
paksa.
o Tidak tersedia dana
tindak lanjut GIBUR
paska rawat ditingkat
masyarakat &
puskesmas.
o Belum semua pusk
yang merawat GIBUR
punya TFC

Masih ada Kab/Kota dg cakupan Vit A balita dan


tablet Fe bumil < 80% karena Lemahnya integrasi
dgn pelayanan lain (ANC, MTBS, imunisasi, UKS)
Banyak Kab/Kota Yang tidak melakukan
Pengadaan Tablet Fe dan Vitamin A Padahal
Provinsi hanya Berkewajiban menyediakan Vitamin
A dan Tablet Fe Bufferstock (60%) dan Sisanya
harus dianggarkan melalui APBD Kab/Kota

Disparitas distribusi Vitamin A


dan Tablet Fe antar antar kab/kota
di Sulsel sangat bervariasi

32

Penganggaran APBD Gizi


Kabupaten/Kota
Keberpihakan anggaran APBD terhadap program gizi di
tingkat kabupaten/kota dalam kurun waktu 3 tahun
terakhir sangat rendah, Hal ini disebabkan adanya
harapan akan mendapatkan anggaran bersumber dari
APBN sedangkan kebijakan dari Kementrian
Kesehatan bersumber APBN hanyalah bersifat
suplemen bagi APBD.
33

ANGGARAN APBD GIZI KAB/KOTA


3.000.000.000
2.500.000.000
2.000.000.000
1.500.000.000
1.000.000.000
500.000.000
-

2011 (Rp)
2/14/2014

2012 (Rp)

2013 (Rp)
34

35

PRIORITAS PROGRAM GIZI


TAHUN 2012

PRIORITAS PENANGANAN
KASUS GIZI BURUK

1.
2.

3.

Wilayah Merah : Jumlah Kasus >20 anak


yaitu : Kab.Maros, Sinjai, Bone, Wajo,
Pinrang
Wilayah Kuning : Jumlah Kasus 5-20 org
Gowa, Makassar, Bantaeng, Pangkep,
Barru, Pare Pare Sidrap, Enrekang,
Luwu, Tator dan Torut
Wilayah Hijau : Jumlah Kasus < 5 org
yaitu Kab.Takalar, Bulukumba, Soppeng,
Palopo, Lutra, Lutim
37

PRIORITAS PENINGKATAN
CAPAIAN PENIMBANGAN
POSYANDU (D/S)

1. Wilayah Merah : Capaian <60%


Kab.Tana Toraja
2. Wilayah Kuning : Capaian 6079,9%, Lutra,Luwu, Torut,
Enrekang, Sidrap, Wajo, Barru,
Bone, Maros, Pangkep, Makassar,
Gowa, Takalar,
1. Wilayah Hijau : 80% (Memenuhi
Target Indikator D/S)
38

PRIORITAS PENINGKATAN
CAPAIAN ASI EKSKLUSIF

1. Wilayah Merah : Capaian


<50% Kab.Takalar, Torut
2. Wilayah Kuning : Capaian
50-75% : Jeneponto, Bantaeng,
Bulukumba Pangkep, Gowa,
Makassar, MarosPangkep, Barru,
Pinrang, Sidrap, Tator, Palopo,
Luwu, Wajo, Soppeng, Bone,

3. Wilayah Hijau > 75% :


Lutra, Lutim, Enrekang,
Sinjai, Selayar

PRIORITAS
PENINGKATAN CAPAIAN
VITAMIN A
1. Wilayah Merah : Capaian <63%
(Tidak ada)
2. Wilayah Kuning : Capaian 63-83%
Takalar, Jeneponto,Sinjai, Wajo,
Sidrap, Luwu, Tator, Torut
3. Wilayah Hijau : >83% (Memenuhi
Target Indikator Vitamin A : Lutra,
Lutim, Enrekang, Pinrang,
ParePare, Barru, Soppeng, Bone,
Gowa, Bulukumba, Selayar

PRIORITAS PENINGKATAN
CAPAIAN GARAM BERYODIUM
1. Wilayah Merah : Capaian
<65%Selayar, Bulukumba,
Gowa, Pare-pare
2. Wilayah Kuning : Capaian 6585% : Kab Sinjai, Makassar,
Maros, Pangkep, Bone, Luwu,
Tator, Lutra
3. Wilayah Hijau > 85% : Luwu,
Torut, Enrekang, Pinrang,
Pare, Barru, Soppeng,
Wajo,Sidrap, Takalar,
Jeneponto

PRIORITAS
PENINGKATAN CAPAIAN
Fe IBU HAMIL

1. Wilayah Merah : Tidak Ada


2. Wilayah Kuning : Capaian 6585% Kab.Jeneponto,
Bulukumba, Sidrap, Luwu,
Torut, Lutra
3. Wilayah Hijau : 80% Kab.
Gowa, Makassar dll (Memenuhi
Target Indikator Fe)

1. INTERVENSI GIZI FOKUS PADA 1000 HPK


2. PERBAIKAN GIZI BERBASIS MASYARAKAT (UPGK,

POSYANDU)
3. SUPLEMENTASI MAKANAN
4. INTERVENSI MIKRONUTRIEN
5. INTEGRASI GIZI DALAM YANKESDAS
6. INTENSITAS DI KAB/KOTA DG MASALAH GIZI
43

PENDEKATAN :
Mengingat waktu untuk mencapai tujuan MDGs tahun 2015 sangat
pendek, maka sepanjang tahun 2011-2015 Pembangunan yang
berkeadilan harus dilaksanakan melalui berbagai pendekatan baru
yang membawa perubahan di tingkat eksekutif, legislatif, dan
masyarakat untuk implementasi program yang fokus, intensif, dan
berkelanjutan

Multiple and Continuum effect

Multiple and Continuum effect

Inisiasi Menyusui Dini (IMD) menurunkan faktor risiko

kematian bayi hingga 22% neonatal.


ASI Eksklusif mencegah 13% kematian bayi.
ASI Eks menurunkan risiko pendek
Suplementasi tablet Fe-folat pada ibu hamil menurunkan
risiko kematian neonatal (20%); menurukan risiko kematian
ibu maternal, menurunkan prevalensi anemi.

Multiple and Continuum effect

Suplementsi

kapsul vitamin A pada balita menurunkan


risiko kematian bayi dan balita
Tatalaksana gizi buruk dapat menyembuhkan 70-90% balita
gizi buruk, mencegah kematian.

Kebijakan Intervensi Gizi


Intervensi Perubahan Perilaku;
Memberikan ASI eksklusif 0-6 BULAN, diteruskan
sampai 2 tahun
Memberikan MPASI yang tepat (berbasis lokal, tepat
waktu, tepat jumlah, tepat jenis)
Perilaku kebersihan individu dan lingkungan (cuci
tangan, limbah, lingkungan)

Kebijakan Intervensi Gizi

Penanggulangan Gizi Mikro

Kapsul vitamin A pada bayi, balita, nifas


Tablet Besi untuk Ibu hamil
Taburia untuk bayi 6-23 bulan
Fortifikasi (garam, tepung, minyak)

Kebijakan Intervensi Gizi


Tatalaksana kasus gizi Buruk/Kurang
Anak gizi kurang diberikan MPASI/PMT-Pemulihan 90
hari
Ibu hamil Gakin/KEK diberikan PMT Pemulihan 90 hari
Balita Gizi Buruk di Rawat;
- Rawat Inap
- Rawat Jalan

Você também pode gostar