Você está na página 1de 6

PARTICIPATIVE DECISION-MAKING: PERCEPTIONS OF SCHOOL

STAKEHOLDERS IN SOUTH AFRICA

PENDAHULUAN
Participative Decision-Making (PDM) merupakan salah satu cara progresif,
demokratis dan efiseinsi dalam pengambilan keputusan. PDM telah menjadi suatu
pembahasan yang luas di bidang pendidikan selama lebih dari 30 tahun. Hal ini menjadi tema
dalam berbagai macam penelitian, kebijakan dalam sekolah-sekolah hingga praktek dalam
organisasi bisnis. Negara-negara besar seperti Amerika serikat, Australia, Kanada, Selandia
Baru, dan Inggris pada masa lalu masih menganut kedudukan kepala sekolah sebagai
pengambil keputusan utama di sekolah, tetapi dalam 20 hingga 30 tahun terakhir hal tersebut
telah bergeser ke arah pengambilan keputusan yang partisipatif (PDM). Di negara Afrika
selatan misalnya, terdapat UU sekolah Afrika Selatan (UU 84 Tahun 1996) yang mulai
dilaksanakan pada tahun 1997 yang memiliki mandat bahwa semua badan pemerintahan
dalam sekolah harus dipilh secara demokratis. Tetapi semua itu hanya bisa di aplikasikan di
sekolah tingkat menengah. Akibatnya proses pengambilan keputusan disekolah telah
berubah.
Pengambilan keputusan disekolah saat ini ditandai dengan partisipasi yang lebih besar
dari semua stakeholders (pemegang kepentingan), sedangkan orang tua, guru, peserta didik,
staf non-pengajar dan peserta didik yang terpilih untuk melayani dalam pemerintahan sekolah
menjadi gubernur sekolah. Afrika Selatan telah memiliki UU sekolah Afrika Selatan (SASA),
tetapi dari penelitian menunjukan bahwa ada beberapa kepala sekolah yang hanya sedikit atau
bahkan tidak ada mengikutsertakan bawahan dalam proses pengambilan keputusan disekolah,
karena menurut mereka keterlibatan tersebut dianggap tidak produktif. Hal seperti ini masih
dapat dijumpai pada sekolah-sekolah yang ada di pedesaan. Maka penelitian ini secara garis
besar dilakukan untuk mengatahui seberapa besar pemahaman sekolah-sekolah di pedesaan
mengenai PDM dan sekaligus untuk mengeksplorasi kenyataan yang sebenarnya mengenai
implementasi PDM pada sekolah pedesaan.

KAJIAN TEORI
Sebagai metode dalam pengambilan keputusan PDM telah menjadi metode yang
populer, PDM merupakan pengambilan keputusan berdasarkan keiuktsertaan atau partisipasi.
Partisipasi yang dimaksud yaitu partisipasi secara langsung atau tidak langsung, minimal
hingga komprehensif baik individu atau kelompok yang berkontribusi melalui pilihan yang
ditentukan sendiri atau kolektif selama proses pengambilan keputusan.
Peran Kepala Sekolah Dalam PDM
Setelah pendekatan PDM diperkenalkan, banyak yang mengakui jika peran dan
tanggung jawab kepala sekolah telah berubah. Riesgraf (2002) berpendapat jika PDM secara
signifikan memberikan efek pada pekerjaan dan peran kepala sekolah. PDM mengarahkan
kepala sekolah kearah operasional kolaboratif dalam menghadapi situasi disekolah, sehingga
kepala sekolah tidak lagi satu-satunya sebagai pengambil keputusan dalam sekolah.
Keterlibatan Stakeholders Dan Pengambilan Keputusan
Istilah stokeholders telah dikenal dibanyak negara, termasuk Afrika Selatan. Istilah ini
mengacu pada beberapa kelompok atau individu yang memiliki peran penting atau pemegang
saham dalam suatu institusi. Dari pengertian tersebut didapatkan gambaran ideal dari
stakeholders dalam lingkungan sekolah (orang tua, kepala sekolah, dan peserta didik) yang
secara bersamaan membuat keputusan dengan tujuan kepentingan bersama. Dalam sistem ini
kepala sekolah dituntut untuk memiliki kemampuan secara interpersonal dalam memimpin
serta berkolaborasi dengan pemegang kepentingan (stakeholders), ini dikarenakan peran
kepala sekolah diperlukan untuk pemimpin dalam pengambilan keputusan, perencanaan, dan
penganggaran. Kepala sekolah yang bertindak sebagai pemimpin haruslah mampu dan tahu
bagaimana cara untuk menciptakan kondisi yang mendorong stakeholders agar dapat saling
percaya, menimbulkan komitmen, rasa hormat dan berperan dalam megambil keputusan. Dari
penelitian yang dilakukan oleh Mulford et al (2000) pada suatu sekolah dasar di Tasmania
yang menunjukan jika kepala sekolah, guru dan anggota dewan dalam pengambilan
keputusan dari sekolah tersebut mengakui jika semua stakeholders perlu terlibat dalam proses
pengambilan keputusan tentang belajar dan mengajar sehingga tercapainya perbaikan yang
nyata.

Argumen Teoritis Keterlibatan Stakeholders Dalam Pengambilan Keputusan


Partispasi dalam pengambilan keputusan umumnya didasari oleh empat orientasi
teoritis yaitu demokrasi, sosialis, pertumbuhan manusia, produktivitas dan pembangunan, dan
argumen efisiensi. Moral merupakan suatu bentuk argumen demokrasi yang mencerminkan
keyakinan yang menawarkan kesempatan untuk berpartisipasi dalam pengambilan keputusan
pada suatu organisasi. Moral secara individu penting untuk melatih kemampuan kontrol atas
pekerjaan dan kehidupan mereka. Partisipasi guru dibutuhkan untuk memprofesionalkan serta
demokratisasi dalam hal mengajar, karena lingkungan sekolah yang demokrasi diyakini akan
mampu mendorong anak-anak untuk berpartisipasi dalam sistem pemerintahan negara. Selain
itu motivasi juga merupakan unsur yang penting dalam partisipasi pengambilan keputusan.
Dengan motivasi yang diberikan diharapkan para stakeholder akan mampu memberikan
kinerja yang kedepanya semakin membaik. Dalam sebuah studi yang dilakukan dan bekerja
sama dengan universitas Georgia, 45 kepala sekolah mengaku bahwa peningkatan belajar dan
mengajar merupakan tujuan yang terpenting bagi mereka dalam menerpakan pengambilan
keputusan secara PDM. Maka dari hal itu dapat dilihat konstribusi guru sangat penting dalam
hal mewujudkan ini.

METODELOGI PENELITIAN
Penelitian dilakukan pada dua sekolah menengah yang terletak di sebuah desa di Free
State di provinsi Afrika Selatan. Sekolah tersebut dipilih karena dianggap salah satu sekolah
yang baik di pedesaan. Penelitian disini bertujuan untuk menyelidiki sejauh mana para
stakeholders di sekolah pedesaan memahami sekaligus menerapkan PDM. Untuk menjaga
kerahasiaan, dua sekolah tersebut diberi nama Alpha dan Omega.
Sekolah Alpha
Sekolah Alpha terletak di Botshabelo, mayoritas peserta didik berlatar
belakang ekonomi yang buruk, masyarakat setempat terdiri dari buruh dan
pengangguranya sangat tinggi, 70 % dari peserta didiknya memenuhi syarat untuk
pembebasan biaya karena tidak mampu. Peserta didik 300 peserta dalam setahun,
ruang tidak memadai, sebanyak 60 peserta didik harus digabung dalam satu kelas.
Sekolah telah membentuk sejumlah struktur formal yang memungkinkan guru, orang
tua, dan peserta didik dapat terlibat dalam pengambilan keputusan. Struktur ini

meliputi badan pemerintahan sekolah, tim manajemen sekolah, forum orang tua
murid, komite area pembelajaran, dewan perwakilan pelajar, serta kurikulum dan
tabel waktu komite.
Sekolah Omega
Sekolah ini terletak di QwaQwa, mampu menari pelajar dari desa tetangga,
memiliki 600 peserta didik pertahun, hampir 70% dari peserta didik tidak mampu
untuk membayar biaya sekolah. Omega memmiliki cukup ruang kelas dibandingkan
dengan sekolah alpha, walaupun ruangan tersebut tetap penuh sesak. Staf terdiri dari
kelompok yang mapan dan guru berpengalaman, banyak diantaranya telah berada
disekolah dalam jangka waktu yang cukup lama. Omega juga telah memiliki struktrur
resmi seperti sekolah Alpha.
Peserta yang ditargetkan pada studi ini yaitu anggota dari SGB (orang tua, kepala sekolah,
guru dan peserta didik). Diasumsikan bahwa kelompok ini adalah orang-orang yang memiliki
pengetahuan yang lebih mengenai isu-isu pemerintahan sekolah yang dapat memberikan
perspektif yang unik. Desain penelitian yang digunakan yaitu desain penelitian kualitatif,
dengan desain ini mampu untuk menganalisis persepsi peserta, sikap, pemahaman,
pengetahuan, nilai-nilai, perasaan dan pengalaman mengenai PDM. Data dikumpulkan
melalui wawancara yang mendalam dengan menggunakan jadwal wawancara untuk semua
peserta, yaitu semua anggota yang terlibat dalam SGB dimasing-masing sekolah. Semua
wawancara direkam, ditranskrip dan dikoding.

HASIL DAN DISKUSI


Sekolah Alpha
Wawancara dengan kepala sekolah mengungkapkan bahwa orang tua tidak terlibat
secara langsung dalam kurikulum komite. Kepala sekolah juga mengidentifikasi bahwa telah
terjadi perubahan besar dalam pengambilan keputusan. Pada masa lalu, rencana operasional
tahunan hanya diserahkan kepada guru,sejak diperkenalkanya SGB hal tersebut sudah
menjadi lebih baik. Kepala sekolah memiliki banyak kesempatan untuk ikut terlibat bersama
orang tua dan peserta didik. Motivasi dan dorongan masih dibutuhkan untuk mendapatkan
hasil yang lebih baik. Kepala sekolah juga mengakui jika dalam penerapan ini ada sebagian
tenaga pengajar yang mengeluhkan tentang pekerjaan ekstra yang mereka dapatkan.

Wawancara dari pihak orang tua didapatkan hasil jika orang tua setuju dan memiliki banyak
kesempatan untuk terlibat disekolah baik secara strategis ataupun operasional. Para orang tua
setuju jika sistem ini memberikan mereka kesempatan yang lebih besar untuk
menyumbangkan suara. Walaupun tidak semua orang tua ikut dalam proses ini mereka tetap
yakin jika hal ini memberikan hasil yang positif bagi mereka, salah satunya dalam hubungan
orangtua dengan guru, saat ini tidak ada lagi istilah mereka kita, hubungan orang tua dan
guru menjadi semakin dekat, bukan hanya itu para orang tua pun memiliki kesempatan untuk
mendapatkan pengalaman baru dari acara loka karya yang mereka ikuti, para orang tua juga
memberikan keterengan jika hal ini akan mampu memberikan ilmu serta pengertian kepada
anak-anaknya dalam hal bersekolah dan bgaimana pentingnya sekolah.
Sekolah Omega
Mirip dengan alpha, orang tua tidak secara langsung terlibat dalam komite kurikulum
sekolah. Mereka memliliki beberapa masukan melalui proyek pembaruan kurikulum yang
telah dilakukan disekolah yaitu Outcome Based Education (OBE). Wakil kepala sekolah
memimpin komite kurikulum yang mana keanggotaanya terdiri dari guru yang mewakili
secara khusus. Komite ini mengidentifikasi prioritas dan alokasi anggaran yang kemudian
oleh wakil kepala sekolah dibawa kedepan pertemuan antara manajemen dengan kepala
sekolah untuk pengambilan keputusan. Kepala sekolah melihat komite kurikulum dan KGB
memiliki peluang untuk menambah kesempatan guru terlibat dalam pengambilan keputusan.
Namun ia mencatat bahwa beberapa guru menanggapi ini dengan berbagai tingkat
antusiasme. Beberapa guru sangat profesional menunjukan keinginan untuk terlibat, dan ada
sebagian yang lebih memilih untuk dikelas dan menghindari semua ini sehingga menjadi isu
beban kerja. Dari segi profeionalisme para guru tidak mengeluhkan beban kerja tersebut,
mereka menganggapnya sesuatu yang wajar dalam menjalani profesi. Dari wawancara juga
didapatkan pengakuan jika dengan sistem ini guru merasa urusan atau pekerjaan mereka
terlalu di ikut campuri oleh pihak orang tua, tetapi jika dimintai pendapat para orang tua
mereka menjawab jika mereka tidak memiliki maksud untuk mencampuri ataupun
mengawasi kinerja guru, mereka menegakan jika hanya ingin sebatas membantu, mereka
tidal memilki keterampilan dalam mengajar, tetapi mereka bersedia untuk membantu
menyukseskan proses belajar mengajar. Para orang tua menyarankan jika sekolah harus tetap
mempertahankan dan menjalankan sistem ini secara berkelanjutan dan selalu di beri motivasi
ataupun dorongan bagi para orang tua yang belum mengerti tentang masalah pengambilan

keputusan melalui PDM. Secara garris besar hasil yang didapatkan tidak jauh berbeda dengan
sekolah Alpha.
KESIMPULAN
Meskipun keterlibatan anggota secara optimal komunitas sekolah masih dapat
menerima tekanan. Sebagian besar peserta didik memiliki kompetensi dan hak untuk terlibat
dalam proses pengambilan keputusan mengenai kegiatan belajar mereka. Para kepala sekolah
pedesaan harus mengasumsikan tanggung jawab untuk memulai kepemimpinan yang dapat
memastikan keberlangsungan proses pendidikan. Kepala sekoalah, guru, dan peserta didik
merupakan kolaborasi yang ideal dalam struktur komite dalam proses pengambilan keputusan
dengan dasar kepentingan bersama. Akan tetapi untuk saat ini melihat dari keadaan dan
kondisi daerah sekolah pedesaan penerapan PDM secara optimal belum dapat diterapkan, hal
ini berkaitan dengan sistem manajemen dan tingkat kepemimpinan yang masih harus
ditingkatkan.

Você também pode gostar