Você está na página 1de 29

BAB I

PENDAHULUAN

A. Latar Belakang
Kanker Tiroid adalah sutu keganasan pada tiroid yang memiliki 4 tipe
yaitu: papiler, folikuler, anaplastik dan meduler. Kanker tiroid jarang
menyebabkan pembesaran kelenjar, lebih sering menyebabkan pertumbuhan
kecil (nodul) dalam kelenjar.Sebagian besar nodul tiroid bersifat jinak,
biasanya kanker tiroid bisa disembuhkan.
Nodul tiroid sangat sering ditemukan, dengan incidence rate setiap
tahunnya berkisar antara 4-8%. Menurut data WHO 2004, karsinoma tiroid
jarang terjadi dilaporkan hanya 1,5% dari keganasan seluruh tubuh.
Karsinoma tiroid biasanya merupakan keganasan sistem endokrin. Dijumpai
secara primer pada usia dewasa muda dan pertengahan, dengan sekitar
122.000 kasus baru per tahun di seluruh dunia (WHO,2004).
Radiasi merupakan salah satu faktor etiologi kanker tiroid. Banyak
kasus kanker pada anak-anak sebelumnya mendapat radiasi pada kepala dan
leher karena penyakit lain. Biasanya efek radiasi timbul setelah 5-25 tahun,
tetapi rata-rata 9-10 tahun.Stimulasi TSH yang lama juga merupakan salah
satu faktor etiologi kanker tiroid.Faktor resiko lainnya adalah adanya riwayat
keluarga yang menderita kanker tiroid dan gondok menahun.
Peran perawat terhadap kangker tiroid ini sangat penting, yaitu untuk
memberikan informasi sebelum jalannya oprasi dan memberikan perawatan
setelah dilaksanakan oprasi demi mempercepat penyembuhan pasien.
Setalah melihat tentang keganasan dan patofisiologi dari kanker tiroid
maka kelompok kami tertarik untuk membahas mengenai kangker tiroid
tersebut.
B. Tujuan Penulisan
Adapun tujuan penulisan makalah ini adalah:
1. Tujuan umum

Meningkatkan pemahaman dan pengetahuan asuhan keperawatan


carsinoma tiroid.
2. Tujuan khusus
a. Mahasiswa/i mampu mengetahui konsep Anatomi Fisiologi.
b. Mahasisa/i mampu memahami konsep dasar carsinoma Thyroid
c.

Mahasiswa/i mampu menerapkan asuhan keperawatan dalam setiap


tindakan keperawatan.

C. Ruang Lingkup Penulisan


Dalam penulisan makalah ini penulis menggunakan metode deskriptif
yang menggambarkan secara umum asuhan keperawatan pada klien dengan
karsinoma tyroid yang telah disesuaikan dengan literatur yang ada
diperpustakaan STIKES YARSI Pontianak.

D. Metode Penulisan
Dalam penulisan makalah ini penulis menggunakan metode deskriptif
yang menggambarkan masalah tentang tentang asuhan keperwatan pada klien
dengan karinoma tyroid.

E. Sistematika Penulisan
Adapun sistematika penulisan makalah ini terdiri dari empat bab, yaitu:
Bab 1

: Pendahuluan yang terdiri dari latar belakang, tujuan penulisan,


ruang lingkup penulisan, metode penulisan dan sistematika
penulisan

Bab 2

: landasan teoritis yang terdiri dari anatomi fisiologi, etiologi,


patofisiologi, jenis dan klasifikasi, komplikasi, pemeriksaan
diagnostik dan penatalaksanaan medis

Bab 3

: Asuhan keperawatan yang terdiri dari pengkajian, diagnosa


keperawatan dan rencana keperawatan

Bab 4

: penutup yang terdiri dari kesimpulan dan saran

Daftar Pustaka

BAB II
TINJAUAN TEORITIS

A. Anatomi Fisiologi Sistem Endokrin


1. Konsep dasar kelenjar endokrin
Kelenjar endokrin atau kelenjar buntu adalah kelenjar yang
mengirimkan hasil sekresinya langsung kedalam darah yang beredar dalam
jaringan. Kelenjar tanpa melewati duktus atau saluran dan hasil sekresinya
disebut hormon. Beberapa dari organ endokrin ada yang menghasilkan
satu macam hormon (hormon tunggal). Disamping itu juga ada yang
menghasilkan lebih dari satu macam hormon atau hormon ganda, misalnya
kelenjar hipofise sebagai pengatur kelenjar lain (Sayfuddin,2006).
Berasal dari sel-sel epitel yang melakukan poliferasi ke arah
pengikat sel epitel yang telah berpoliferasi dan membentuk sebuah
kelenjar endokrin, tumbuh dan berkembang dalam pembuluh kapiler. Zat
yang dihasilkannya disebut hormon mempunyai pengaturan sendiri
sehingga kadarnya selalu dalam keadaan optimum
keseimbangan

dalam

organ

yang

berada

dibawah

untuk menjaga
pengaruhnya,

mekanisme pengaturan ini disebut dengan sistem umpanbalik negatif .


misalnya , hipofise terhadap hormon seks yang dihasilkan oleh gonad,
hipofise pars anterior menghasilkan gonadotropin yang merangsang
kelenjar gonad menghasilkan hormon seks .hormon yang dihasilakan
kelenjar endokrin beberapa macam. Zat yang secara fungsional dapat
dilakukan sebagai hormon kimia dikategorikan sebagai hormon kimia
dikategorikan sebagai hormon kimia dikategorikan sebagai hormon
organik (Sayfuddin,2006).
2. Fungsi kelenjar endokrin
Menurut Sayfuddin (2006) dijelaskan bahwa fungsi kelenjar
endokrin yaitu :
a. Menghasilkan hormon yang dialirkan kedalam darah yang diperlukan
oleh jaringan dalam tubuh tertentu

b. Mengontrol aktifitas kelenjar tubuh


c. Meransang pertumbuhan jaringan
d. Mengatur metabolisme, oksidasi meningkatkan absorbsi glukosa pada
usus halus
e. Mempengaruhi metabolisme lemak, protein, hidratarang, vitamin,
mineral dan air.
Hormon yang bermolekul besar (polipeptida dan protein) tidak
dapat menembus sel dan bekerja pada permukaan sel. Hormon yang
bermolekul kecil (hormon steroid dan tiroid) mempunyai pengaruh
terhadap spektrum sel-sel sasaran yang lebih luas, menembus
membran sel berkaitan dengan resptor protein.
3. Kelenjar tiroid
Terdiri atas dua buah lobus yang terletak disebelah kanan trakea, diikat
bersama oleh jaringan tiroid dan melintasi trakea disebelah depan.kelenjar
ini merupakan kelenjar yang terdapat didalam leher bagian depan bawah,
melekat pada dinding laring. Atas pengaruh hormon yang dihasilkaNn oleh
kelenjar hipofise lobus anterior, kelenjar tiroid ini dapat memproduksi
hormon tiroksin. Adapun fungsi kelenjar tirosin adalah mengatur
pertukaran zat/ metabolisme dalam tubuh dan mengatur pertumbuhan
jasmani dan rohani (Sayfuddin,2006).
4. Fungsi kelenjar tiroid
Dalam Sayfuddin (2006) dijelaskan bahwa fungsi kelenjar tiroid yaitu :
a) Bekerja sebagai perangsang proses oksidasi
b) Mengatur penggunaan oksidasi
c) Membantu pengeluaran karbon dioksida
d) Metabolik dalam hati pengaturan susunan kimia dalam jaringan
e) Pada anak mempengruhi perkembangan fisik dan mental

5. Fisiologi kelenjar tiroid


Kelenjar ini menghasilkan hormon tirosin yang memegang peranan
penting dalam mengatur metabolisme yang dihasilkannya, merangsang
laju sel-sel dalam tubuh melakukan oksidasi terhadap bahan makanan,
memegang peranan penting dalam pengawasan metabolisme secara
keseluruhan.hormon tiroid memerlukan bantuan TSH (thyroid stimulating
hormone) untuk endositosis koloid oleh mikrovili, enzim proteolitik untuk
memecahkan ikatan hormon T3 (triodotironin) dan T4 (tetraiodotironin)
dari triglobulin untuk melepaskan T3 dan T4 (Sayfuddin,2006).

6. Kelainan tiroid
Dalam Sayfuddin (2006) dijelaskan bahwa kelainan pada kelenjar
tyroid yaitu :
a) Hipertrofi atau hiperplasia
1) Struma difosa toksik, hipermetabolisme karena jaringan tubuh
dipengaruhi oleh hormon tiroid yang berlebihan dalam darah.
2) Struma difosa nontoksik
a) Ipe endemik: kekurangan yodium kronik, air minum kurang
mengandung yodium disebut gondok edemik
b) Tipe sporadik : pembesaran difusi dan strauma didaerah
endemis, penyebabnya suatu stimulus yang tidak diketahui

b) Hipotiroidisme, kelainan struktural atau fungsional kelenjar tiroid


sehingga sintesis dari hormon tiroid menjadi insufiensi atau
berkurang, bila permanen dan komplek disebut atiroidisme.
1)

Kretinisme, hipotiroidisme berat, pada anak lidah tampaktebal,


mata besar, mata besar, suara serak, kulit tebal dan ekspresi
seperti orang bodoh.

2) Mikesedema juvenil, terjadi pada anak sebelum akil balik, anak


cebol, pertumbuhan tulang terlambat dan kecerdasan kurang.

3) Mikedema dewasa, gejalanya nonspesifik, timbulnya perlahan,


konstipasi, tidak tahan dingin dan otot tengang.
c) Neoplasma (tumor jinak) adenoma tiroid bekerja sama secara atonom
dan tidak dipengaruhi oleh TSH.
d) Tumos ganas (maligna), dimulai dari foliker tiroid dengan
karakteristik

tersendiri

yang

memungkinkan

terjadi

lipoprofil

karsinoma metastase.
7. Fungsi hormon tiroid
Dalam Sayfuddin (2006) dijelaskan bahwa fungsi hormon tiroid yaitu :
a) Mempengaruhi pertumbuhan pematangan jaringan tubuh dan energi
b) Mengatur kecepatan metabolisme tubuh dan reaksi metabolik
c) Menambah sintesis asam ribonukleat (RNA) , metabolisme meningkat
d) Keseimbangan nitrogen negatif dan sistesis protein menurun
e) Menambah produksi panas dan menyimpan energi
f) Absorpsi intestinal terhadap glukosa, toleransi glukosa yang abnormal
sering ditemukan pada hipertiroidisme.

B. Konsep Dasar Karsinoma Tiroid


1. Pengertian
Karsinoma tiroid adalah suatu keganasan (pertumbuhan tidak
terkontrol dari sel) yang terjadi pada kelenjar tiroid (Cozzier,1996).
Kanker tiroid adalah sutu keganasan pada tiroid yang memiliki 4
tipe yaitu: papiler, folikuler, anaplastik dan meduller. Kanker tiroid jarang
menyebabkan

pembesaran

kelenjar,

lebih

sering

menyebabkan

pertumbuhan kecil (nodul) dalam kelenjar. Sebagian besar nodul tiroid


bersifat jinak, biasanya kanker tiroid bisa disembuhkan.
Kanker tiroid sering kali membatasi kemampuan menyerap yodium
dan membatasi kemampuan menghasilkan hormon tiroid, tetapi kadang
menghasilkan

cukup

banyak

hormon

tiroid

sehingga

terjadi

hipertiroidisme.

2. Klasifikasi karsinoma tiroid.


Menurut Barbara (1996) dijelaskan bahwa klasifikasi karsinom
thyroid yaitu :
a. Karsinoma papiler, karsinoma ini berasal dari sel-sel tiroid dan
merupakan jenis paling umum dari karsinoma tiroid. Lebih sering
terdapat pada anak dan dewasa muda dan lebih banyak pada wanita.
Terkena radiasi semasa kanak ikut menjadi sebab keganasan ini.
Pertama kali muncul berupa benjolan teraba pada kelenjar tiroid atau
sebagai pembesaran kelenjar limfe didaerah leher. Metastasis dapat
terjadi melalui limfe ke daerah lain pada tiroid atau, pada beberapa
kasus, ke paru.
b. Karsinoma folikuler, karsinoma ini berasal dari sel-sel folikel dan
merupakan

20-25

dari

karsinoma

tiroid. Karsinoma

folikuler terutama menyerang pada usia di atas 40 tahun.Karsinoma


folikuler juga menyerang wanita 2 sampai 3 kali lebih sering daripada
pria. Pemaparan terhadap sinar X semasa kanak-kanak meningkatkan
resiko jenis keganasan ini. Jenis ini lebih infasif daripada jenis papiler.
c. Karsinoma anaplastik, karsinoma ini sangat ganas dan merupakan 10%
dari kanker tiroid. Sedikit lebih sering pada wanita daripada pria.
Metastasis terjadi secara cepat, mula-mula disekitarnya dan kemudian
keseluruh bagian tubuh. Pada mulanya orang yang hanya mengeluh
tentang adanya tumor didaerah tiroid. Dengan menyusupnya kanker
ini disekitar, timbul suara serak, stridor, dan sukar menelan. Harapan
hidup setelah ditegakkan diagnosis, biasanya hanya beberapa bulan.
d. Karsinoma parafolikular, karsinoma parafolikular atau meduller adalah
unik diantara kanker tiroid. Karsinoma ini umumnya lebih banyak pada
wanita daripada pria dan paling sering di atas 50 tahun. Karsinoma ini
dengan cepat bermetastasis, sering ketempat jauh seperti paru, tulang,
dan hati. Ciri khasnya adalah kemampuannya mensekresi kalsitonin
karena asalnya. Karsinoma ini sering dikatakan herediter.

3. Etiologi
Etiologi dari penyakit ini belum pasti, yang berperan khususnya
untuk terjadi well differentiated (papiler dan folikuler) adalah radiasi dan
goiter endemis, dan untuk jenis meduler adalah faktor genetik. Belum
diketahui suatu karsinoma yang berperan untuk kanker anaplastik dan
meduler. Diperkirakan kanker jenis anaplastik berasal dari perubahan
kanker tiroid berdiferensia baik (papiler dan folikuler), dengan
kemungkinan jenis folikuler dua kali lebih besar (Sudoyo.dkk,2009).
Radiasi merupakan salah satu faktor etiologi kanker tiroid. Banyak
kasus kanker pada anak-anak sebelumnya mendapat radiasi pada kepala
dan leher karena penyakit lain. Biasanya efek radiasi timbul setelah 5-25
tahun, tetapi rata-rata 9-10 tahun. Stimulasi TSH yang lama juga
merupakan salah satu faktor etiologi kanker tiroid. Faktor resiko lainnya
adalah adanya riwayat keluarga yang menderita kanker tiroid dan gondok
menahun (Barbara,1996).
Kelenjar tiroid terdiri dari dua lobus, satu di sebelah kanan dan satu
lagi disebelah kiri. Keduanya dihubungkan oleh suatu struktur ( yang
dinamakan isthmus atau ismus. Setiap lobus berbentuk seperti buah pir.
Kelenjar tiroid mempunyai satu lapisan kapsul yang tipis dan pretracheal
fascia. Pada keadaan tertentu kelenjar tiroid aksesoria dapat ditemui di
sepanjang jalur perkembangan embriologi

tiroid.

Kelenjar tiroid

menghasilkan tiga jenis hormon yaitu triyodotironin T3, tiroksin T4 dan


sedikit kalsitonin. Hormon T3 dan T4 dihasilkan oleh folikel sedangkan
kalsitonin dihasilkan oleh parafolikuler (Sudoyo.dkk,2009).

Pathway
Radiasi, genetik & TSH

Karsinoma / adeno karsinoma

bermetstase

hemtogen

Paru2, tulang, otak , hati

benjolan

Kesulitan menelan

Limfe leher

Pertumbuhan cepat

Penyusutan ke jaringan
sekitar

Kesulitan bernafas, berbicara dll.

Gangguan nutrisi b.d


ketidakmampuan
menelan makanan

Pre oprasi
- Ansietas b.d faktor kurng pengetahun
mengenai proses oprasi
- Perubahan proses keluarga b.d ketakutan
berkaitan dengan diagnosis kanker yg baru
saja diterima

Kebersihan jalan nafas


b.d
denganobstruksi
trachea akibat desakan
massa tumor

Post Oprasi
- Kebersihan jalan nafas tidak efektif b.d
obstruksi akibat adanya edema pada
tempat pembedahan
- Nyeri b.d tiroidektomi
10
- Resiko tinggi terhadap komplikasi b.d
tiroidektomi

4. Patofisiologi
Adenokarsinoma papiler biasanya bersifat multisentrik dan 50%
penderita dengan ada sarang ganas dilobus homolateral dan lobus
kontralateral. Metastasis mula-mula ke kelenjar limfe regional, dan
akhirnya terjadi metastasis hematogen. Umumnya adenokarsinoma
follikuler bersifat unifokal, dengan metastasis juga ke kelenjar limfe leher,
tetapi kurang sering dan kurang banyak, namun lebih sering metastasisnya
secara hematogen. Adenokarsinoma meduller berasal dari sel C sehingga
kadang mengeluarkan kalsitonin (sel APUD). Pada tahap dini terjadi
metastasis ke kelenjar limfe regional. Adenokarsinoma anaplastik yang
jarang ditemukan, merupakan tumor yang tumbuh agresif, bertumbuh
cepat dan mengakibatkan penyusupan kejaringan sekitarnya terutama
trakea sehingga terjadi stenosis yang menyebabkan kesulitan bernafas.
Tahap dini terjadi penyebaran hematogen. Dan penyembuhan jarang
tercapai. Penyusupan karsinoma tiroid dapat ditemukan di trakea, faring,
esophagus, N.rekurens, pembuluh darah karotis, struktur lain dalam darah
dan kulit. Sedangkan metastasis hematogen ditemukan terutama di paru,
tulang, otak dan hati (Barbara,1996).
5. Tanda dan Gejala
Dalam buku Barbara (1996) dijelaskan tanda dan gejala carsinom
thyroid ialah :
a. Sebuah benjolan, atau bintil di leher depan (mungkin cepat tumbuh
atau keras) di dekat jakun. Nodul tunggal adalah tanda-tanda yang
paling umum kanker tiroid.
b. Sakit di tenggorokan atau leher yang dapat memperpanjang ke telinga.
c. Serak atau kesulitan berbicara dengan suara normal.
d. Pembengkakan kelenjar getah bening, terutama di leher. Mereka dapat
ditemukan selama pemeriksaan fisik.

11

e. Kesulitan dalam menelan atau bernapas atau sakit di tenggorokan atau


leher saat menelan. Ini terjadi ketika mendorong tumor kerongkongan
Anda.
f. Batuk terus-menerus, tanpa dingin atau penyakit lain.

6. Pemeriksaan penunjang
a. Pemeriksaan Laboratorium.
Pemeriksaan laboratorium yang membedakan tumor jinak dan
ganas tiroid belum ada yang khusus, kecuali kanker meduler, yaitu
pemeriksaan kalsitonon dalam serum. Pemeriksaan T3 dan T4 kadangkadang diperlukan karena pada karsinoma tiroid dapat terjadi
tiroktositosis walaupun jarang. Human Tiroglobulin (HTG) Tera dapat
dipergunakan sebagai tumor marker dan kanker tiroid diferensiasi
baik. Walaupun pemeriksaan ini tidak khas untuk kanker tiroid, namun
peninggian HTG ini setelah tiroidektomi total merupakan indikator
tumor residif atau tumbuh kembali (barsano). Kadar kalsitonin dalam
serum dapat ditentukan untuk diagnosis karsinoma meduler.
b. Radiologis
1) Foto X-Ray
Pemeriksaan X-Ray jaringan lunak di leher kadang-kadang
diperlukan untuk melihat obstruksi trakhea karena penekanan
tumor dan melihat kalsifikasi pada massa tumor. Pada karsinoma
papiler dengan badan-badan psamoma dapat terlihat kalsifikasi
halus yang disertai kalsifikasi stipled, sedangkan pada karsinoma
meduler kalsifikasi lebih jelas di massa tumor. Kadang-kadang
kalsifikasi juga terlihat pada metastasis karsinoma pada kelenjar
getah bening. Pemeriksaan X-Ray juga dipergunnakan untuk
survey metastasis pada pary dan tulang. Apabila ada keluhan
disfagia, maka foto barium meal perlu untuk melihat adanya
infiltrasi tumor pada esophagus
2) Ultrasound

12

Ultrasound diperlukan untuk tumor solid dan kistik. Cara


ini aman dan tepat, namun cara ini cenderung terdesak oleh
adanya tehnik biopsy aspirasi yaitu tehnik yang lebih sederhna dan
murah
3) Computerized Tomografi
CT-Scan dipergunakan untuk melihat perluasan tumor,
namun tidak dapat membedakan secara pasti antara tumor ganas
atau jinak untuk kasus tumor tiroid.
4) Scintisgrafi
Dengan menggunakan radio isotropic dapat dibedakan hot
nodule dan cold nodule. Daerah cold nodule dicurigai tumor ganas.
Teknik ini dipergunakan juga sebagai penuntun bagi biopsy
aspirasi untuk memperoleh specimen yang adekuat.
c. Biopsi Aspirasi
Pada dekade ini biopsy aspirasi jarum halus banyak
dipergunakan sebagai prosedur diagnostik pendahuluan dari berbagai
tumor terutama pada tumor tiroid. Teknik dan peralatan sangat
sederhana , biaya murah dan akurasi diagnostiknya tinggi. Dengan
mempergunakan jarum tabung 10 ml, dan jarum no.22 23 serta alat
pemegang, sediaan aspirator tumor diambil untuk pemeriksaan
sitologi. Berdasarkan arsitektur sitologi dapat diidentifikasi karsinoma
papiler, karsinoma folikuler, karsinoma anaplastik dan karsinoma
medule.
7. Penatalaksanaan medis
a. Therapi Radiasi
Pada adenokarsinoma papiler tanpa penyebaran ke kelenjar
leher sebaiknya dilakukan istmolobektomi. Bila terdapat pembesaran
kelenjar limf leher, kemungkinan besar telah terjadi penyebaran
melalui saluran limf di dalam kelenjar sehingga perlu dilakukan
tiroidektomi total disertai diseksi kelenjar leher pada sisi yang sama.

13

b. Tiroidectomi
Tiroidektomi adalah prosedur pembedahan di mana semua atau
sebagian dari kelenjar tiroid akan dihapus. Kelenjar tiroid terletak di
anterior bagian dari leher tepat di bawah kulit dan di depan jakun.
Tiroid adalah salah satu kelenjar endokrin tubuh, yang berarti bahwa
mengeluarkan produk-produknya di dalam tubuh, ke dalam darah atau
getah bening. tiroid menghasilkan beberapa hormon yang memiliki
dua fungsi utama: mereka meningkatkan sintesis protein di sebagian
besar

jaringan

tubuh,

dan

mereka

meningkatkan

tingkat

konsumsi oksigen tubuh.

8. Peran perawat
Peran perawat adalah dalam penatalaksanaan Pre-Operatif, Intra
Operatif dan Post Operasi:
a. Penatalaksanaan Pre Operasi yang perlu dipersiapkan adalah sebagai
berikut:
1) Inform

Concern

(Surat

persetujuan

operasi)

yang

telah

ditandatangani oleh penderita atau penanggung jawab penderita


2) Keadaan umum meliputi semua system tubuh terutama system
respiratori dan cardiovasculer
3) Hasil pemeriksaan / data penunjang serta hasil biopsy jaringan jika
ada
4) Persiapan mental dengan suport mental dan pendidikan kesehatan
tentang jalannya operasi oleh perawat dan support mental oleh
rohaniawan
5) Konsul Anestesi untuk kesiapan pembiusan
6) Sampaikan hal-hal yang mungkin terjadi nanti setelah dilakukan
tindakan pembedahan terutama jika dilakukan tiroidectomi total
berhubungan dengan minum suplemen hormone tiroid seumur
hidup.
b. Penatalaksanaan Intra Operasi

14

Peran perawat hanya membantu kelancaran jalannya operasi


karena tanggung jawab sepenuhnya dipegang oleh Dokter Operator
dan Dokter Anesthesi.
c. Penatalaksanaan Post Operasi (di ruang sadar)
1) Observasi tanda-tanda vital pasien (GCS) dan jaga tetap stabil
2) Observasi adanya perdarahan serta komplikasi post operasi
3) Dekatkan peralatan Emergency Kit atau paling tidak mudah
dijangkau apabila sewaktu-waktu dibutuhkan atau terjadi hal-hal
yang tidak diinginkan
4) Sesegera mungkin beritahu penderita jika operasi telah selesai
dilakukan setelah penderita sadar dari pembiusan untuk lebih
menenangkan penderita
5) Lakukan perawatan lanjutan setelah pasien pindah ke ruang
perawatan umum.

15

BAB III
ASUHAN KEPERAWATAN

A. Pengkajian
1. Meliputi nama klien, umur, jenis kelamin, agama, suku, pendidikan,
pekerjaan, status perkawinan, alamat, tanggal masuk rumah sakit, nomor
registrasi medik, ata biografi ruangan dan diagnosa medis.
2. Riwayat kesehatan yang lalu berupa penyakit dahulu yang berhubungan
dengan keluhan sekarang.
3. Riwayat keluhan sekarang meliputi kapan keluhan itu timbul, apakah
sudah berobat dan keluhan apa yang dirasakan.
4. Aktivitas / Istirahat
a. Gejala : Kelelahan, kelemahan, atau malaise umum. Kehilangan
produktivitas dan penurunan toleransi latihan. Kebutuhan
tidur dan istirahat lebih banyak.
b. Tanda : Penurunan kekuatan, bahu merosot, jalan lamban, dan
kelelahan
5. Sirkulasi
a. Gejala : Palpitasi, angina / nyeri dada.
b. Tanda : Takikardia, distrimia dan terdengar bunyi bruid
6. Integritas Ego
a. Gejala : Faktor stress, takut / ansietas sehubungan dengan diagnosis
dan kemungkinan takut mati.
b. Tanda

: Berbagi prilaku, missal marah, menarik diri , pasif.

7. Eliminasi
a. Gejala

: Tidak ada Perubahan karakteristik urin dan peces.

b. Tanda

:-

16

8. Makanan / Cairan
a. Gejala

: Anorexia / kehilangan nafsu makan, disfagia ( tekanan

pada esophagus ). Adanya penurunan berat badan sampai dengan 10 %


atau lebih selam 6 bulam.
b. Tanda

: Pembengkakan pada leher, rahang atau tangan kanan.

9. Neurosensori
a. Gejala

: Nyeri saraf ( Neoralgia ) menunjukan kompresi saraf oleh

pembesaran kelenjar tiroid


b. Tanda

: Status mental : letargi, menarik diri, paraplegia ( kompresi

batang spinal, dari tubuh vertebra, keterlibatan diskus pada kompresi /


regenerasi atau kompresi suplai darah terhadap batang spinal ).
10. Nyeri Kenyamanan
a. Gejala

: Nyeri tekan / nyeri pada kelenjar limfe yang terkena,

misalnya nyeri dada, nyeri punggung, nyeri tulang umum, nyeri segera
pada area yang terkena setelah minum alkohol.
b. Tanda

: Fokus pada diri sendiri ; prilaku berhati-hati.

11. Pernapasan
a. Gejala

: Dipsnea pada kerja atau istirahat ; nyeri dada.

b. Tanda

: Dispnea : takikardia, batuk kering non produktif, tanda

distress pernapasan, contoh peningkatan prekwensi pernapasan dan


kedalaman, penggunaan otot Bantu, stridor sianosis, parau / paralysis
laryngeal. ( tekanan dari pembesaran nodus pada saraf laryngeal ).
12. Keamanan
a. Gejala

: Riwayat adanya infeksi, riwayat mononukleus, riwayat

ulkus / perforasi pendarahan gaster, periode demam : keringat malam


tanpa menggigil.

17

b. Tanda

: Demam menetap dengan suhu 38 C tanpa gejala infeksi,

nodus limfe simetris, membengkak atau membesar, nodus dapat terasa


keras dan kenyal, pruritas umum.
13. Seksualitas
a.

Gejala

: Masalah tentang fertilitas / kehamilan ( sementara

penyakit tidak mempengaruhi, tetapi pengobatan mempengaruhi ) dan


penurunan libido.
b.

Penyuluhan / pembelajaran

c.

Gejala

: Faktor resiko keluarga, pekerjaan terpajang pada herbisida

( pekerjaan kayu / kimia ).


B. Diagnosa
1. Diagnosa Pre Oprasi
a. Ansietas berhubungan dengan faktor kurang pengetahuan tentang
kejadian pra operasi dan pasca operasi, takut tentang beberapa aspek
pembedahan.
Tujuan & Kriteria Hasil

1) Klien mengungkapkan ansietas berkurang/hilang


2) Klien melaporkan lebih sedikit perasaan gugup
3) mengungkapkan pe-mahaman tentang kejadian pra operasi dan pasca
operasi postur tubuh riileks.
Intervensi
1) Jelaskan apa yang terjadi selama periode pra operasi dan pasca
operasi, termasuk test laboratorium pra op, persiapan kulit, alasan
status puasa, obat-obatan pre op, aktifitas area tunggu, tinggal
diruang pemulihan dan program pasca operasi. Informasikan klien
bahwa obatnya tersedia bila diperlukan untuk mengontrol nyeri,
18

anjurkan untuk memberitahu nyeri dan meminta obat nyeri sebelum


nyerinya bertambah hebat.
2) Informasikan klien bahwa ada suara serak & ketidaknyamanan
menelan dapat dialami setelah pembedahan, tetapi akan hilang secara
bertahap 3-5 hari.dengan berkurangnya bengkak
3) Ajarkan & biarkan klien mempraktekkan bagaimana menyokong
leher untuk menghindari tegangan pada insisi bila turun dari tempat
tidur atau batuk.
4) Biarkan klien dan keluarga mengungkapkan perasaan tentang
pengalaman pembedahan, perbaiki jika ada kekeliruan konsep.
Rujuk pertanyaan khusus tentang pembedahan kepada ahli bedah.
5) Lengkapi daftar aktifitas pada daftar cek pre op, beritahu dokter jika
ada kelainan dari test Lab. pre op.
6) Pengetahuan tentang apa yang diperlukan membantu mengurangi
ansie-tas & meningkatkan kerjasama klien selama pemulihan,
mempertahankan kadar analgesik darah konstan, memberikan
kontrol nyeri terbaik.
7) Pengetahuan tentang apa yang diperkirakan membantu mengurangi
an-sietas.
8) Praktek aktifitas-aktifitas pasca ope-rasi membantu menjamin
penurunan program pasca operasi terkomplikasi.
9) Dengan mengungkapkan perasaan membantu pemecahan masalah
dan memungkinkan pemberi perawatan untuk mengidentifikasi
kekeliruan yang dapat menjadi sumber kekuatan. Keluarga adalah
sistem pendukung bagi klien. Agar efektif, sistem pendukung harus
mempunyai mekanisme yang kuat.

19

10) Daftar cek memastikan semua aktifitas yang diperlukan telah


lengkap. Aktifitas ini dirancang untuk memastikan klien telah siap
secara fisiologis untuk operasi dan mengurangi resiko lamanya
penyembuhan.

c. Perubahan proses keluarga yang berhubungan dengan ketakutan


berkaitan dengan diagnosis kanker yang baru saja diterima, masalah
potensial ketidak pastian masa depan.
Tujuan Dan Kriteria Hasil :
1) Klien dan keluarga dapat beradaptasi secara konstruktif terhadap
krisis.
2) Klien dan keluarga mampu mengkomunikasikan secara terbuka dan
efektif diantara anggota keluarga.
3) Sering mengungkapkan perasaan terhadap perawat/dokter.
4) Berpartisipasi dalam perawatan anggota keluarga yang sakit.
5) Mempertahankan sistem fungsional saling mendukung antar tiap
anggota keluarga.
Intervensi :
1) Bantu klien & keluarga dalam menghadapi ke-khawatiran terhadap
situasi: resikonya, pilihan yang ada serta bantuan yang didapat.
2) Ciptakan lingkungan rumah sakit yang bersifat pribadi & mendukung
untuk klien & keluarga.
3) Libatkan anggota keluarga dalam perawatan anggota keluarga yang
sakit bila memungkinkan.
4) Bantu anggota keluarga untuk mengubah harapan-harapan klien yang
sakit dalam suatu sikap yang realistis.
5) Buatlah daftar bantuan profesional lain bila masalah-masalah meluas
diluar batas-batas ke-perawatan. Klien & keluarga mengetahui segala
20

sesuatu yang mungkin dapat menyebabkan kekha-watiran serta dapat


mengatasi nya.Klien merasa terlindungi rasa amannya.
6) Klien mendapat perhatian & kasih sayang dari keluarga-nya &
keluarga dapat berpe-ran lebih aktif dalam merawat klien.Harapan
yang tidak realistis membuat kelurga berpikir ti-dak objektif.
7) Dengan mengetahui bantuan profesional diharapkan klien & keluarga
dapat mencari al-ternatif & usaha lain dalam mengobati & merawat
klien.

2. Diagnosa Post Oprasi


a. Bersihan Jalan nafas tidak efektif berhubungan dengan obstruksi akibat
adanya perdarahan atau edem pada tempat pembedahan, kerusakan
saraf laringeal atau luka pada kelenjar paratiroid.
Tujuan Dan Kriteria Hasil :
1) Paru-paru klien bersih.
2) Pola nafas klien berada dalam batas normal.
3) Klien dapat berbicara dengan suara biasa
Intervensi:
1) Monitor tanda-tanda respiratori distres, sianosis, takipnea & nafas
yang berbunyi.
2) Periksa balutan leher setiap jam pada periode awal post op,
kemudian tiap 4 jam.
3) Monitor frekuensi & jumlah drainase serta kekuatan balutan.
4) Periksa sensasi klien karena keketatan disekeliling tempat insisi.
5) Pertahankan klien dalam posisi semi fowler dengan diberi kantung
es (ice bag) untuk mengurangi bengkak.

21

6) Anjurkan klien untuk berbicara setiap 2 jam tanpa merubah nada


atau keparauan suara.
7) Kaji adanya tanda Chvostek & Trousseau.
8) Identifikasi adanya mati rasa.
9) Monitor tingkat serum kalsium.
10) astikan pemberian perawatan yang cepat & tepat.
11) Siapkan peralatan emergency untuk trache-ostomy, suction,
oksigen, perlengkapan benang jahit bedah dan kalsium IV, dalam
keadaan siap pakai. Memonitor & mengkaji terus-mene-rus dapat
membantu untuk mende-teksi & mencegah masalah pernafas-an.
12) Pembedahan didaerah leher dapat menyebabkan obstruksi jalan
nafas karena adanya edem post op.
13) Dengan mempertahankan posisi & pemberian es dapat mengurangi
pembengkakan.
14) Kerusakan pada saraf laringeal sela-ma pembedahan tiroid dapat
menye-babkan penutupan glottis.
15) Hipokalsemia, akibat dari kerusakan atau pemotongan kelenjar
paratiroid dapat menyebabkan tetani & laringo-spasm.
16) Persiapan untuk gawat darurat memastikan pemberian perawatan
yang cepat & tepat.
b. Nyeri berhubungan dengan tiroidektomi.
Tujuan dan kriteria hasil :
1) Nyeri berkurang/hilang
2) Menyangkal nyeri, tidak ada rintihan, ekspresi wajah rileks

22

Intervensi
1) Berikan analgesik narkotik yang diresepkan & evaluasi
keefektifannya.
2) Ingatkan

klien

untuk

mengikuti

tindakan-tindakan

untuk

mencegah peregangan pada insisi seperti:


- menyokong leher bila bergerak di tempat tidur & bila turun dari
tempat tidur.
- menghindari hiper ekstensi & fleksi akut leher. Analgesik
narkotik perlu pada nye-ri hebat untuk memblok rasa nyeri.
3) Peregangan pada garis jahitan adalah sumber ketidak nyamanan
c. Resiko tinggi terhadap komplikasi berhubungan dengan tiroidektomi,
edema pada dan sekitar insisi, pengangkatan tak sengaja dari para
tiroid, perdarahan dan kerusakan saraf laringeal.
Tujuan dan kriteria hasil :
a) Tidak terjadi komplikasi sampai klien pulang ke rumah (hari ke7 10 post op).
b) Tidak ada manifestasi dari perdarahan yang hebat, hiperkalemia,
kerusakan saraf laringeal, obstruksi jalan nafas, ketidak
seimbangan hormon tiroid dan infeksi.
Intervensi
Terjadi Perdarahan:
a. Pantau:
- TD, nadi, RR setiap 2x24 jam. Bila stabil setiap 4 jam.
- Status balutan: inspeksi dirasakan dibelakang leher setiap 2x 24
jam, kemudian setiap 8 jam setelahnya.
23

b. Beritahu

dokter

bila

drainase

merah

terang

pada

balutan/penurunan TD disertai pe-ningkatan frekuensi nadi &


nafas.
c. Tempatkan bel pada sisi tempat tidur & ins-truksikan klien untuk
memberi tanda bila tersedak atau sensasi tekanan pada daerah
insisi terasa. Bila gejala itu terjadi, kendur-kan balutan, cek TTV,
inspeksi insisi, perta-hankan klien pada posisi semi fowler, beritahu dokter.
Terjadi Obstruksi jalan nafas:
a. Pantau pernafasan setiap 2x24 jam.
b. Beritahu dokter bila keluhan-keluhan ke-sulitan pernafasan,
pernafasan tidak tera-tur atau tersedak.
c. Pertahankan posisi semi fowler dengan bantal dibelakang kepala
untuk sokongan
d. Anjurkan penggunaan spirometri insentif setiap 2 jam untuk
merangsang pernafas-an dalam.
e. Jamin bahwa O2 & suction siap tersedia di tempat.
Terjadi Infeksi luka:
a. Ganti balutan sesuai program dengan menggunakan teknik steril.
b. Beritahu dokter bila ada tanda-tanda in-feksi.
Terjadi Kerusakan saraf laringeal:
a. Instruksikan klien untuk tidak banyak bi-cara.
b. Laporkan

peningkatan

suara

serak

&

kelemahan

suara.

24

Hipokalsemia:
a. Pantau laporan-laporan kalsium serum.
b. Beritahu dokter bila keluhan-keluhan kebal, kesemutan pada bibir,
jari-jari/jari kaki, kedutam otot atau kadar kalsium di bawah
rentang normal.
Ketidakseimbangan hormon tiroid:
a. Pantau kadar T3 & T4 serum.
b. Berikan penggantian hormon tiroid sesu-ai pesanan. Untuk
mendeteksi tanda-tanda awal perdarahan.
d.

Resiko tinggi terhadap penatalaksanaan pemeliharaan di rumah


berhubungan dengan kurang pengetahuan tentang perawatan di
rumah.
Tujuan dan kriteria hasil :
1) Klien mampu memenuhi rencana pemeliharaan dirumah.
Klien mengungkapkan pemahaman tentang instruksi pulang,
melakukan latihan dengan benar, mengungkapkan kepuasan
dengan rencana perawatan dirumah
Intervensi:
1) Berikan instruksi untuk latihan leher fleksi, ekstensi & latihan
rotasi setelah jahitan di angkat hari ke-7.
2) Hubungi dokter bila ada tanda-tanda infeksi
3) Bila tiroidektomi total dilakukan, berikan informasi tentang obat
pengganti & harus digunakan untuk sepanjang hidup.

25

4) Berikan instrumen tertulis untuk aktifitas perawatan diri,


perjanjian, evaluasi & obat-obatan, klien kemudian evaluasi
pemaham-an instruksi.
5) Latihan-latihan ini untuk memban-tu mencegah kontraktur otot
leher.
6) Terapi antibiotik untuk mengatasi infeksi.
7) Pemahaman hubungan antara kon-disi & terapi membantu
mengem-bangkan kepatuhan klien.
8) Instruksi

verbal

mungkin

mudah

dilupakan.

26

BAB IV
PENUTUP

A. Simpulan
Kanker tiroid merupakan salah satu gangguan endokrin. Gangguan ini
lebih banyak terjadi pada wanita dengan distribusi berkisar antara 2:1 sampai
3:1. Insidensinya berkisar antara 5,4 30 %.
Berdasarkan usia, kanker tiroid jenis papiler biasanya terjadi pada
pasien berusia kurang dari 40 tahun. Yang berperan dalam well differentiated
carcinoma (papiler dan folikuler) adalah radiasi dan goiter endemis , dan
untuk jenis meduler adalah faktor genetik.
Kanker tiroid jenis meduler dapat diketahui dengan tes laboratorium,
yaitu pemeriksaan kalsitonin dalam serum. Pemeriksaan T3 dan T4 kadangkadang diperlukan karena pada karsinoma tiroid dapat terjadi tirotoksitosis
walaupun jarang.
Pemeriksaan X-Ray jaringan lunak di leher kadang-kadang diperlukan
untuk melihat obstruksi trakhea karena penekanan tumor dan melihat
kalsifikasi pada massa tumor. Ultrasonografi diperlukan untuk membedakan
tumor solid dan kistik, dan cara ini aman serta tepat.
CT-Scan dipergunakan untuk melihat perluasan tumor, namun tidak
dapat membedakan secara pasti antara tumor ganas dan jinak. Dengan
menggunakan radioisotropik dapat dibedakan hot nodule dan cold nodule.
Pada dekade terakhir ini biopsi aspirasi banyak dipergunakan sebagi
prosedur diaknostik pendahuluan dari berbagai tumor terutama pada tumor
tiroid.

B. Saran
Makalah sangat jauh dari kesempurnaan, oleh karena itu kami sebagai
kelompok mengharapkan kritikan dan saran dari dosen pembimbing dan
teman-teman sesama mahasiswa. Selain itu penyakit carsinoma tyroid ini
sangat berbahaya dan kita sebagai host harus bisa menghindari obat-obatan

27

dan etiologi lainnya yang bisa menyebabkan alergi dan timbulnya penyakit
ini.
Selama kelompok menyelesaikan makalah ini kelompok merasa
kesulitan

karena

kurangnya

literature

dari

perpustakaan.

Kelompok

mengharapkan peran dari kampus untuk memperbanyak buku-buku , terutama


pada penyakit carsinoma tyroid ini. Sehingga kelompok dapat menyelesaikan
makalah ini tepat waktu dan semaksimal mungkin.

28

Daftar Pustaka
Doenges Marlyn E, Moorhouse Mary Frances, Geissler Alice C,
1999, "Pedoman Asuhan Keperawatan", Edisi ke-3. Buku Kedokteran
EGC, Jakarta.
Long Barbara C, 1996, "Medical Bedah 2" Yayasan IAPK, Pajajaran,
Bandung
Price Sylvia A, Wilson Lorraine M, 1995 "Patifosiologi", Edisi ke-4 Buku ke
II, Buku Kedokteran EGC, Jakarta.
Sudoyo Aru.W.dkk, 2009. Ilmu Penyakit Dalam.Edisi ke.5. Interna
Publising, Jakarta
WHO (2004)

29

Você também pode gostar