Escolar Documentos
Profissional Documentos
Cultura Documentos
Hadi Purnanto
PENDAHULUAN
Matematika merupakan ilmu
universal yang mendasari perkembangan
teknologi modern. Matematika mempunyai
peranan penting dalam berbagai disiplin
ilmu sehingga memajukan daya pikir
manusia. Mata pelajaran matematika
diberikan kepada siswa mulai dari sekolah
dasar untuk membekali siswa dengan
kemampuan bekerja sama. Matematika
juga merupakan disiplin ilmu yang
mempunyai sifat khas kalau dibandingkan
dengan disiplin ilmu yang lain. Karena itu
kegiatan belajar mengajar matematika
seyogyanya juga tidak disamakan begitu
saja dengan ilmu yang lain. Karena peserta
didik yang belajar matematika itu pun
berbeda-beda pula kemampuannya, maka
kegiatan belajar mengajar haruslah diatur
sekaligus memperhatikan peserta didik dan
hakekat matematika (Herman Hudojo,
1990 : 1).
Matematika adalah ilmu yang
bersifat kontinue, matematika yang
diajarkan di SMA adalah representasi dari
pelajaran matematika di SMP. Seperti Ilmu
peluang di SMP sudah diajarkan, hanya
saja
pembahasan
materinya
tidak
mencangkup keseluruhan barulah di SMA
dibahas lebih lanjut mengenai ilmu
peluang. ilmu peluang yang dibahas lebih
lanjut di SMA adalah konsep permutasi
dan kombinasi. Dalam perkembangannya,
ilmu hitung peluang menjadi sangat
penting dan berguna dalam berbagai
bidang kehidupan. Terutama dalam bidang
asuransi, sosial, industri, olahraga,
antropologi, kependudukan, fisika, dan
lain sebagainya. Tapi sayang ilmu hitung
peluang justru banyak disalah gunakan
oleh Bandar judi untuk menguras uang dari
para penjudi, terutama penjudi amatiran
yang tidak mengerti ilmu hitung peluang
sekaligus
membodohinya
dengan
meluncurkan permainan-permainan yang
tidak adil secara matematis pasti
merugikan
para
penjudi
dan
menguntungkan Bandar (Sulistiyo, dkk,
2007 : 98).
Hadi Purnanto
permasalahn terkait konsep permutasi dan
kombinasi. Akan tetapi kenyataan
dilapangan justru terjadi sebaliknya,
peserta didik tidak memahami inti masalah
dari soal-soal yang diberikan terkait
konsep permutasi dan kombinasi akibatnya
perserta didik salah mengaplikasikan
konsep kombinasi kedalam konsep
permutasi
atau
sebaliknya.
Untuk
mengatasi dan mencari solusi dari masalah
ini maka seorang pengajar harus bisa
mengajarkan
bagaimana
strategi
pembelajaran berbasis masalah (problem
solving) terkait konsep permutasi dan
kombinasi.
Pemecahan
masalah
bukan
perbuatan yang sederhana, akan tetapi
lebih kompleks dari pada yang diduga.
Pemecahan
masalah
memerlukan
keterampilan berfikir yang banyak
ragamnya
termasuk
mengamati,
melaporkan, mendeskripsi, menganalisis,
mengklasifikasi, menafsirkan, mengkritik,
meramalkan, menarik kesimpulan dan
membuat
generalisasi
berdasarkan
informasi yang dikumpulkan dan diolah.
Itulah
sekedar
keterampilan
yang
seharusnya diajarkan pada tiap tingkat
pendidikan, dan SD sampai perguruan
tinggi (Nasution, 2012 : 117).
Berdasarkan penjelasan diatas,
Pemecahan masalah dapat dipandang
sebagai manipulasi informasi secara
sistematis, langkah demi langkah, dengan
mengelola informasi yang diperoleh
melalui pengamatan untuk mencapai suatu
hasil pemikiran sebagai respon terhadap
problema
yang
dihadapi.
Untuk
memecahkan masalah kita harus melokasi
informasi, menampilkannya dari ingatan
lalu memprosesnya dengan maksud untuk
mencari hubungan, pola, atau pilihan baru.
Belajar memecahkan masalah
(problem solving) merupakan tipe belajar
yang menyangkut dua atau lebih aturanaturan yang telah dipelajari peserta didik
dimana aturan-aturan itu dikombinasikan
agar menghasilkan suatu aturan yang
tadinya belum diketahui peserta didik.
Aturan baru inilah yang kemudian
KAJIAN TEORI
A. PENGERTIAN PEMBELAJARAN
BERBASIS
MASALAH
(PROBLEM SOLVING)
Metode pemecahan masalah (problem
solving) adalah penggunaan metode dalam
kegiatan pembelajaran dengan jalan
melatih siswa menghadapi berbagai
masalah baik itu masalah pribadi atau
perorangan maupun masalah kelompok
untuk dipecahkan sendiri atau secara
bersama-sama (Roestiyah N.K, 1998 : 98).
Strategi pembelajaran berbasis masalah
(SPBM) adalah salah satu model
pembelajaran
inovatif
yang
dapat
menciptakan kondisi belajar siswa lebih
aktif dan kreatif (Made Wena, 2013 : 91).
Strategi pembelajaran bebasis masalah
adalah strategi pembelajaran dengan
menghadapkan siswa pada permasalahanpermasalahan praktis sebagai pijakan
dalam belajar atau dengan kata lain siswa
belajar
melalui
permasalahanpermasalahan (Imam Suyitno, 2011 : 31).
Lebih lanjut menurut Bound dan Felleti
Hadi Purnanto
serta Fogarty (1997) dalam Imam Suyitno
(2011 : 31), menyatakan bahwa
pembelajaran berbasis masalah adalah
suatu pendekatan pembelajaran yang
mengonfrontasikan pelajar secara positif
dengan masalah-masalah praktis melalui
stimulus dalam belajar.
Berdasarkan
pengertian
dan
pendapat para ahli di atas maka dapat
disimpulkan bahwa, pembelajaran berbasis
masalah (Problem Solving) adalah strategi
kegiatan pembelajaran yang melatih siswa
lebih akif dan kreatif untuk menghadapi
masalah, baik masalah pribadi atau
masalah kelompok untuk dipecahkan
sindiri atau secara bersama-sama dengan
memberikan stimulus kepada peserta
didik.
B. TAHAP-TAHAP
PEMBELAJARAN
BERBASIS
MASALAH
(PROBLEM
SOLVING)
Menurut George Polya dalam
herman
hudojo,
langkah-langkah
penyelesaian permasalahan atau soal-soal
problem solving terdiri atas 4 langkah
(Herman Hudojo, 2003 : 168), yaitu :
1. Understanding
the
problem
(Mengerti permasalahan)
Penyelesaian
terhadap
suatu
masalah tentu tidak akan terjadi jika
kita
tidak
memahami,
apa
permasalahan yang sedang kita hadapi
sebenarnya. karena itu, menurut G.
Polya, pada tahap ini siswa diharuskan
untuk memahami terlebih dahulu
masalah yang sedang dihadapinya,
tentu hubungannya berlanjut pada apa
sebenarnya yang diminta oleh soal.
2. Devising a plann (Merancang
rencana)
Rencana yang dimaksud dalam
tahap ini adalah rencana yang akan
dijalankan dalam proses penyelesaian
terhadap suatu soal/masalah. Pada
proses atau tahapan ini, siswa akan
mulai menyusun langkah-langkah apa
yang akan digunakannya dalam
menyelesaikan soal. Hal ini tentu
Hadi Purnanto
1.
Analisis soal
Tujuan dari analisis soal yaitu
untuk memperoleh gambaran yang
menyeluruh tentang data yang
diketahui dan besaran yang tidak
diketahui (ditanyakan). Dalam hal ini
kegiatan pengajar membimbing siswa
secara bertahap untuk melakukan
analisi soal. Sedangkan kegiatan siswa
membaca seluruh soal yang diberikan
secara seksama, mentrasformasikan
soal
kebentuk
skema
yang
menggambarkan situsai soal, dan
memperkirakan
jawaban
(tanda,
besaran, dan dimensi).
2. Perencanaan proses penyelesaian
soal
Tujuan dalam kegiatan ini adalah
mengubah soal kebentuk standar.
Dalam fase ini kegiatan guru
membimbing
siswa
melakukan
transformasi soal. Sedangkan siswa
mengecek, apakah soalnya sudah
berbentuk standar? Jika iya lanjutkan
kefase tiga; jika tidak, ikuti langkah
selanjutnya, menulis rumus/hubungan
antar besaran yang akan digunakan
dan mengubah soal kebentuk standar
yaitu : a) menulis rumus yang memuat
besaran yang ditanyakan, dan b) jika
dengan
langkah
diatas
belum
diperoleh bentuk standar, dapat
dilakukan dengan menyerdehanakan
soal dengan meninjau soal dari titik
pandang yang berbeda.
3. Operasi perhitungan
Tujuan dalam fase ini adalah
memperoleh jawaban soal. Kegiatan
pangajar membimbing peserta didik
melakukan
operasi
hitungan.
Sedangkan kegiatan peserta didik
yaitu :
a) mensubtitusikan
data yang diketahui kedalam bentuk
standar yang diperoleh, kemudian
melakukan perhitungan,
b)
mengecek, apakah tanda dan satuan
sudah sesuai.
Pengecekan
jawaban
dan
interpretasi hasil
Tujuan dalam fase ini adalah
mengecek
apakah
soal
sudah
diselesaikan dengan benar dan
lengkap. Didalam fase ini kegiatan
pengajar membimbing peserta didik
melakukan pengecekan terhadap hasil
penyelesaian soal. Sedangkan kegiatan
siswa yaitu : a) mengecek jawaban
dengan cara membandingkan dengan
perkiraan jawaban yang dibuat pada
fase tiga, b) menelusuri kesalahankesalahan apa yang telah dilakukan
(Made Wena, 2013 : 62).
Berdasarkan pendapat para ahli
dan uraian di atas, maka dapat disimpulkan
langkah langkah sistematis yang harus
diperhatikan oleh guru dalam memberikan
pembelajaran pemecahan masalah sebagai
berikut:
1. Menemukan masalah
Kegiatan
guru
memberikan
permasalahan yang diangkat dari latar
kehidupan sehari-hari siswa dan
memberikan masalah yang bersifat
tidak terdefinisikan dengan jelas.
Sedangkan
siswa
berusaha
menemukan permasalahan dengan
cara melakukan kajian dan analisis
secara cermat terhadap permasalahan
yang diberikan.
2. Mendefinisikan masalah
Guru berusaha mendorong dan
membimbing
siswa
untuk
menggunakan
kecerdasan
intrapersonal dan kemampuan awal
untuk memahami masalah. Siswa
dengan
mengunakan
kecerdasan
intrapersonal dan kemampuan awal
berusaha memahami masalah.
3. Mengumpulkan data
Guru membimbing siswwa untuk
melakukan
pengumpulan
data,
membimbing
siswa
melakukan
pencarian informasi dengan berbagai
cara/metode dan membing siswa
melakukan pengolaan informasi.
Sedangkan
siswa
melakukan
pengumpulan
data
dengan
Hadi Purnanto
menggunakan pengalaman yang sudah
diperolehnya, melakukan pencarian
informasi dengan berbagai cara serta
dengan menggunakan kecerdasan
majemuk
yang
dimiliki
dan
melakukan
pengelolaan/pengaturan
informasi yang telah diperoleh.
4. Menyusun hipotesis
Guru membimbing siswa untuk
menyusun jawaban/hipotesis terhadap
permasalahan yang dihadapi dan
membimbing siswa untuk menyusun
alternatif
jawaban
sementara.
Sedangkan siswa membuat hubunganhubungan antar berbagai fakta yang
ada dan berusaha menyusun beberapa
jawaban sementara.
5. Menguji hipotesis
Guru berusaha membimbing
siswa untuk menguji hipotesis
terhadap jawaban yang sudah dijawab
berdasarkan data-data yang diketahui.
Sendangkan
siswa
melakukan
pengujian
hipotesis
jawaban
berdasarkan data-data yang ada.
6. Menyimpulkan
alternatif
pemecahan masalah
Guru membimbing siswa untuk
menyimpulkan alternatif pemecahan
masalah. Sedangkan kegiatan siswa
yaittu membuat kesimpulan alternatif
pemecahan masalah.
7. Melakukan
pengujian
dan
kesimpulan hasil pemecahan
masalah
Guru
membimbing
siswa
melakukan pengujian hasil peecahan
masalah
dan
kemudian
menyimpulkan. Sedangkan siswa
berusaha melakukan pengujian hasil
pemecahan masalah dan kemudian
membuat kesimpulannya.
C. PEMBELAJARAN
MATEMATIKA
MENGGUNAKAN PEMECAHAN
MASALAH (PROBLEM SOLVING)
Strategi pembelajaran berbasis
masalah (SPBM) merupakan model
pembelajaran yang berorientasi pada
Hadi Purnanto
Kegiatan pembelajaran akan
mempengaruhi kegitan peserta peserta
didik karena orientasi didalam pendidikan
adalah peserta didik. Peserta didik harus
dibekali bagaimana belajar itu sebenarnya.
Karena itu peserta didik harus dilatih
menyelesaikan
masalah.
Didalam
menyelesaikan masalah, peserta didik
perlu memahami proses penyelesaian
masalah tersebut dan menjadi terampil
didalam memilih dan mengidentifikasi
kondisi dan konsep yang relevan, mencari
generalisasi,
merumuskan
rencana
penyelesaian
dan
mengorganisasikan
keterampilan
yang
telah
dimiliki
sebelumnya (Herman Hudojo, 1990 : 113).
Untuk
menyelesaikan
suatu
masalah, peserta peserta didik harus
menguasai
hal-hal
yang
dipelajari
sebelumnya
dan
kemudian
menggunakannya didalam situasi baru.
Karena masalah yang disajikan kepada
peserta didik harus sesuai dengan
kemampuan dan kesiapan peserta didik
serta proses penyelesaianya tidak dapat
dengan prosedur rutin. Konsep dan
teorema yang telah dipelajari diramu
sehingga menjadi teorema yang baru untuk
menyelesaikan masalah (Herman Hudojo,
1990 : 114).
Berdasarkan uraian di atas,
mengajar matematika berarti kegitan yang
menekankan
eksplorasi
matematika.
Kegitan yang seperti ini mengakibatkan
peserta didik tahu secara wajar dan jelas.
Keingin tahuan ini merupakan motivasi
yang timbul dari dalam diri peserta didik
yang dikehendaki seorang pengajar.
Dengan
menekankan
eksplorasi
matematika,
pesrta
didik
melalui
pengalamannya dapat membedakan polapola dan struktur matematika.
Mengajar
matematika
juga
kegiatan yang menekankan model berfikirr
matematika. Kegitan yang demikian ini
mengakinatkan peserta didik mampu
menetapkan
eksemplar dan bukan
eksemplar. Peserta didik akan mampu
menggeneralisasikan
contoh-contoh
tersebut. Pengajar memberikan contoh-
Hadi Purnanto
Karena fungsi latihan juga berperan
penting dalam mengajar matematika.
Peserta didik berulang kali mengerjakan
soal-soal, tetapi jangan berlebihan, peserta
didik dapat mengingat lebih baik (Herman
Hudojo, 1990 : 115).
Berdasarkan uraian di atas, maka
dapat
disimpulkan
pembelajaran
kombinasi dan permutasi menggunakan
Problem Solving membantu peserta didik
dalam menganalisis dan mengevalusi
masalah-masalah matematika. Dengan
memberikan penjelasan mengenai konsepkonsep terlebih dahulu secara runtut dan
jelas, kemudiaan di berikan contoh-contoh
soal dari sederhana ke yang sulit dan juga
sering mengerjakan soal-soal latihan
peserta didik menjadi lebih mudah dalam
menganalisis masalah, meneliti dan
menentukan keputusan yang tepat untuk
mencari solusi serta dapat mengevalusi
masalah matematika.
PEMBAHASAN
A. KESULITAN SISWA DALAM
PEMBELAJARAN PEERMUTASI
DAN KOMBINASI
Dalam setiap proses pembelajaran
tentu ada masalah yang menjadi penyebab
dimana siswa tidak memahami pokok
pembahasanya. Sama halnya pada
pembelajaran permutasi dan kombinasi,
ada beberapa penyebab siswa tidak
memahami kombinasi dan permutasi
diantaranya adalah sebagai berikut :
1. Siswa tidak memahami konsep
permutasi dan kombinasi secara
matang
Berdasarkan hasil wawancara
dengan S1 (sampel 1) dari SMK PGRI
Tulungagung pada tanggal 22
November 2014, dalam pembelajaran
permutasi dan kombinasi sedikit
mengalami kesulitan karena tidak
memahami konsepnya dengan matang,
Dia masih sering keliru membedakan
konsep permutasi dan kombinasi yang
Hadi Purnanto
permutasi dan kombinasi dalam kehidupan
sehari-hari.
Pembelajaran konsep permutasi
dan
kombinasi
dilakukan
dengan
menggunakan
buku
panduan
dan
dijelaskan dengan menggunakan metode
ceramah. Penyampaian materi permutasi
dan kombinasi secara detail dan jelas
menggunakan metode ceramah membantu
peserta didik dengan mudah memahami
konsep
permutasi
dan
kombinasi.
Langkah-langkah untuk memecahkan
masalah (Problem Solving) juga dijelaskan
kepada peserta didik agar bisa membantu
dalam
mengidentifikasi
masalah,
menganalisis masalah, dan meneliti hasil
evaluasi terkait konsep permutasi dan
kombinasi.
Setelah penyampaian mengenai
materi konsep permutasi dan kombinasi
selesai, guru memberikan contoh-contoh
soal dan menjawabnya secara bersamasama dengan siswa yang sesuai dengan
langgkah-langkah problem solving yang
dijelaskan pada bab sebelumnya. Misalnya
guru memberikan soal dalam satu
kelompok terdiri dari 17 orang siswa yaitu
10 orang pria dan 7 wanita, dipiih 2 pria
dan 3 wanita. Banyaknya cara pemilihan
adalah....?
Langkah
pertama
adalah
mengetahui
apa
masalahnya
(Understanding the problem) tentang apa
yang diminta oleh soal. Dilihat dari soal,
yang diminta adalah berhubungan dengan
konsep kombinasi. Hal ini terlihat dari soal
yang meminta bagaimana banyaknya cara
pemilihannya, Karena dalam soal tidak
disebutkan cara pemilihanya tidak boleh
ada
yang
berulang
maka
dapat
disimpulkan bahwa cara pemilihannya
menggunakan konsep kombinasi. Karena
pada kombinasi AB=BA (satu kejadian)
sedangkan pada permutasi AB BA (dua
kejadian), karean tidak memahami apa
yang diminta soal disilah sering terjadi
kesalahan siswa.
Langkah kedua adalah merancang
rencana penyelesaian (Devising a plann)
tentang apa yang diminta dari soal dengan
Hadi Purnanto
berbeda untuk mengindentifakasi masalah
dalam soal dan mencari solusinya
berdasarkan pejelesan langkah-langkah
problem solving polya yang telah di
jelaskan sebelumnya. misalnya Soal-soal
yang diberikan yatu :
1. Soal untuk kelompok satu yaitu
terdapat 5 bola merah, 4 bola
putih, 3 bola biru dan 2 bola
hijau. Ada berapa cara bola-bola
itu
dapat
disusun
secara
berdampingan ?
2. Soal untuk kelompok dua yaitu
sebuah perpustakaan mempunyai
3 buku berbeda dalam bahasa
inggris dan 2 buku berbeda dalam
bahasa arab. Jika hanya ada 5
tempat tetapi buku semua bahasa
harus ada, tentukan banyaknya
kemungkinan
susunan
buku
tersebut ?
3. Soal untuk kelompok tiga yaitu
seorang
anak
diperbolehkan
memilih 3 buah mainan dari
sebuah rak yang didalamnya
terdapat 15 mainan yang berbedabeda. Dalam berapa cara anak
tersebut
dapat
memilih
mainannya ?
4. Soal untuk kelompok empat yaitu
dalam sebuah kartu bridge tedapat
13 pasang kartu merah hati. jika
diambil 3 kartu sekaligus harus
berjumlah
10.
Berapa
kemungkinan banyaknya susunan
kartu tersebut ?
Setelah soal diberikan kepada
masing-masing kelompok,
kemudian
setiap kelompok mendiskusikan soal yang
diberikan kemudian perwakilan dari
kelompok
mempresentasikan
hasil
jawabannya didepan kelas selanjutnya
dilakukan sesi tanya jawab dan apabila
jawabannya tidak sesuai maka pengajar
segera memberikan penjelasan.
Setelah presentasi dilakukan,
untuk mengevaluasi apakah peserta didik
benar-benar paham dan bisa membedakan
pengaplikasian konsep permutasi dan
kombinasi, pengajar memberikan soal
Hadi Purnanto
mengembangkan pemecahan masalah
matematika siswa.
Berdasarkan
penelitaianpenelitian diatas, maka dapat disimpulkan
bahwa Setelah dilakukan pejelasan dengan
metode ceramah secara jelas mengenai
konsep permutasi dan kombinasi serta
penjelasan tentang strategi pembelajaran
berbasis masalah (SPBM) ternyata dapat
meningkatkan hasil belajar siswa dalam
pemahamannya terhadap konsep permutasi
dan kombinasi sehingga siswa dapat
membedakan konsep permutasi dan
kombinasi dalam menyelessaikan soal.
PENUTUP
A. KESIMPULAN
Berdasarkan pembahasan di atas maka
dapat disimpulkan bahwa :
1. Penyebab siswa tidak memahami
konsep permutasi dan kombinasi
adalah sebagai berikut :
a. Siswa
tidak
memahami
konsep
permutasi
dan
kombinasi secara matang
b. Siswa
tidak
mehamami
pokok masalah dari soal-soal
yang diberikan
DAFTAR RUJUKAN
[1] Hudojo, Herman. 1990. Strategi
mengajar belajar matematika. Malang
: IKIP Malang.
[2] Hudojo,
Herman.
2003.
Pengembangan
Kurikulum
dan
Pembelajaran Matematika. Jakarta :
JICA IMSTEP.
[3] Sulistiyono, et, all,. 2007. Matematika
SMA dan MA untuk kelas XI semester
1 program IPA. Jakarta : Esis.
[4] Wena,
Made.
2013.
Strategi
pembelajaran inovatif kontemporer
2.
B. SARAN
Berdasarkan penjelasan diatas, maka
saran yang dapat disampaikan adalah
sebagai berikut :
1. Bagi guru yang ingin membantu
siswa untuk meningkatkan dan
memahamkan siswa mengenai
permutasi dan kombinasi bisa
menerapkan strategi pembelajaran
berbasis masalah (SPBM) yang
lebih menarik dan jelas
2. Bagi siswa dengan menggunakan
strategi pembelajaran berbasis
masalah
(SPBM)
dapat
meningkatkan
minat
belajar
dengan penjelasan yang menarik
dan jelas agar menambah hasil
belajar
siswa
tersebut.
suatu
tinjauan
konseptual
operasional. Jakarta : Bumi Aksara.
[5] Suyitno, Imam. Memahami tindakan
pembelajaran : Cara mudah dalam
perencanaan penelitiaan tindakan
kelas (PTK). Bandung : Refika
Aditama.
[6] Nasution. 2012. Kurikulum dan
Pengajaran. Jakarta : Bumi Aksara.
[7] N.K., Roestiyah. Strategi Belajar
Mengajar. 1998. Jakarta : Rineka
Cipta.