Você está na página 1de 14

BAB I: PENDAHULUAN

I.

Latar Belakang
Indonesia adalah negara yang kaya akan beragam budaya; suku, bahasa dan

adat istiadat dan sumber daya alam yang melimpah. Merupakan negara yang elok dan
indah, negara yang menarik mata berjuta manusia di muka bumi. Di balik keindahan
negaranya, Indonesia, yang merupakan sebuah negara yang sedang berkembang, tentu
memiliki segudang masalah yang belum terselesaikan dengan tuntas. Dinamika politik,
ideologi, ekonomi, demografi, sosial budaya dan pertahanan keamanan menjadi momok
menakutkan bagi Indonesia dan tidak memungkinkan untuk menyurutkan semangat
generasi muda untuk turut menyelesaikan masalah ini. Terutama masalah politik dan
ideologi yang lebih banyak melibatkan pemikiran-pemikiran dan wawasan kebangsaan yang
luas, tentu akan lebih sulit dan mungkin menjadi masalah yang tidak pernah terpecahkan.
Masalah ideologi di Indonesia memang sangat kompleks dan rumit. Tidak sembarang
warga negara dapat turut membantu dan berkontribusi di dalamnya. Ideologi
membutuhkan pemikiran dan wawasan yang rasional dan sesuai dengan fakta yang terjadi
di lapangan. Setiap butir pemikiran akan menjadi bahan pertanyaan; mengapa seperti ini,
bagaimana bisa seperti ini, apa alasannya bisa seperti ini dan sebagainya. Dan belum tentu
pemikiran setiap manusia sama, dari dua ratus juta penduduk Indonesia tentu tidak ada satu
pun yang memiliki pemikiran yang benar-benar sama dengan penduduk lainnya, oleh karena
itulah penyatuan pemikiran dan ide di Indonesia merupakan hal yang terbilang cukup sulit
karena harus menyesuaikan banyak pemikiran. Setiap pemikiran harus dipertanggung
jawabkan oleh penyalur pemikiran atau ide tersebut. Karena hal-hal itulah, mungkin
masyarakat di Indonesia lebih memilih menjadi buta ideologi daripada harus memiliki
1

aspirasi dan pemikiran, lalu tidak ada yang memperhatikan aspirasi atau pemikiran tersebut
dan akhirnya menjadi sia-sia.
Bila pemikiran tentang ideologi seperti yang telah penulis singgung diatas masih
diimplementasikan oleh warga negara di Indonesia khususnya generasi muda, tentu bangsa
kita tidak akan pernah mengalami kemajuan. Bangsa yang maju adalah bangsa yang berani
mengambil resiko. Dengan generasi muda terus mempelajari ideologi, minimal ideologi
bangsanya sendiri bukan tidak mungkin Indonesia akan menjadi negara yang lebih kuat. Dan
langkah awal untuk membuat agar warga negara Indonesia memiliki pemikiran berani dan
terbuka adalah dengan memperkenalkan ideologi itu sendiri. Ideologi memang harus
rasional dan dapat dipertanggung jawabkan, namun bukan berarti pemikiran atau ide yang
keluar dari seseorang akan terus diperdebatkan dan dipertanyakan. Bukan berarti ideologi
itu salah, karena tidak ada yang salah dengan pendapat seseorang.
Penulis mengangkat topik ini karena permasalahan buta ideologi di Indonesia
dikhawatirkan akan mengancam keberadaan dan keeksisan ideologi negara kita sendiri,
Pancasila, khususnya bila itu terjadi pada generasi muda. Penulis mencoba mengangkat
topik ini dalam kemasan sebuah kasus yang lebih dapat dicerna untuk semua kalangan,
karena harus diakui apabila kita membicarakan ideologi tanpa ada contoh dan bukti yang
konkret dan nyata hasilnya akan sia-sia. Penulis memang tidak menjelaskan dan
menjabarkan pengertian ideologi, macam-macam ideologi dan sebagainya, namun
diharapkan dengan contoh kasus yang penulis angkat akan membuka mata para pembaca
agar menjadi melek ideologi.

BAB II: PERMASALAHAN


I.

Buta Ideologi di Indonesia


Indonesia berideologikan Pancasila, yang berisi lima sila dasar yang
mencerminkan kehidupan berbangsa dan bernegara Indonesia. Nama Pancasila
terdiri dari dua kata dari Sanskerta: paca berarti lima dan la berarti prinsip
atau asas. Pancasila merupakan rumusan dan pedoman kehidupan berbangsa
dan bernegara bagi seluruh rakyat Indonesia. Lima sendi utama penyusun
Pancasila adalah Ketuhanan Yang Maha Esa, kemanusiaan yang adil dan beradab,
persatuan Indonesia, kerakyatan yang dipimpin oleh hikmat kebijaksanaan dalam
permusyawaratan/perwakilan, dan keadilan sosial bagi seluruh rakyat Indonesia,
dan tercantum pada paragraf ke-4 Preambule (Pembukaan) Undang-undang
Dasar 1945. Meskipun terjadi perubahan kandungan dan urutan lima sila
Pancasila yang berlangsung dalam beberapa tahap selama masa perumusan
Pancasila pada tahun 1945, tanggal 1 Juni diperingati sebagai hari lahirnya
Pancasila.

Warga negara Indonesia sudah sepatutnya mengimplementasikan nilai-nilai


Pancasila dalam kehidupannya sehari-hari. Namun dalam kenyataannya di
lapangan, banyak masyarakat yang tidak melakukannya, bahkan tidak mengenal
dengan baik Pancasila itu sendiri dan nilai-nilai luhur yang dikandungnya. Itulah
yang menjadi awal permasalahan ideologi di Indonesia. Pemikiran yang tertutup
dan cenderung apatis terhadap jati diri bangsanya sendiri akan menjadi
bumerang dan akan membuat Indonesia semakin terpuruk. Pemikiran bahwa
ideologi itu hanya untuk kalangan elit juga dapat memperparah keadaan, karena
3

pemikiran semacam itu akan membuat seolah-olah semuanya urusan politik dan
ideologi hanya dapat ditanggulangi oleh kalangan elit politik. Masyarakat tidak
akan peduli dan bukan tidak mungkin jika kalangan elit politik tidak
mengindahkan amanah masyarakat untuk mengurus dan memperbaiki ideologi
bangsa. Bukti konkret yang terjadi saat ini, korupsi, misalnya. Selain karena
petinggi politik yang terlibat tidak bertanggung jawab, masyarakat juga turut
membantu petinggi yang terlibat tersebut untuk korupsi karena keapatisannya
tentang politik dan ideologi, tentang apa yang terjadi dengan negaranya. Lagilagi, kembali ke awal, masalahnya ada pada ketidakpahaman masyarakat
Indonesia tentang ideologi bangsanya sendiri.

Hal yang dapat dilakukan oleh Indonesia untuk mengatasi buta ideologi ini
adalah dengan memperkenalkan tentang ideologi kepada masyarakat dengan
cara dan kemasan yang lebih mudah dicerna. Politik dan ideologi memang identik
dengan istilah rumit. Bila para pendidik dapat menjelaskannya dengan bahasa
yang sederhana, kemungkinan besar masyarakat akan mulai mengerti dan
memahami tentang ideologi dan akan menghubungkan teori tersebut dengan
masalah yang dihadapi Indonesia saat ini.

II.

Ideologi ISIS dan Penolakannya di Indonesia


ISIS merupakan ideologi baru yang mengkhawatirkan masyarakat dunia karena
perilaku radikalnya yang tidak kenal belas kasihan. Ada yang berpendapat bahwa
ISIS adalah hal yang benar karena membela Islam, ada pula yang menyatakan
bahwa ISIS adalah ideologi yang dapat memusnahkan umat manusia di muka
4

bumi, oleh karena itu harus segera disingkirkan. Saat ini, ISIS dikabarkan
menyebar ke berbagai negara, termasuk Indonesia, sebagai negara yang memiliki
penduduk beragama Islam paling banyak. Seperi yang dikutip dari bbc.co.uk, di
Indonesia, sejauh ini telah ada bentuk dukungan oleh sejumlah warga Indonesia
terhadap ideologi dan aksi kelompok ISIS. Hal ini ditandai aksi bai'at atau sumpah
yang dilakukan oleh berbagai kelompok masyarakat di sejumlah tempat di
Indonesia termasuk di sebuah kampus di Ciputat, Propinsi Banten. Beberapa aksi
massa di Jakarta juga sempat diwarnai pengibaran bendera ISIS. Ada pula
sejumlah situs internet yang menyatakan terang-terangan mendukung kelompok
militan Islam tersebut. Terpidana kasus terorisme Abu Bakar Baasyir disebutsebut pula menyatakan dukungannya kepada ISIS, walaupun belakangan ini
diragukan oleh Pemerintah Indonesia.

Untungnya, pemerintah Indonesia menyatakan untuk menolak ideologi yang


diusung kelompok militan Negara Islam Irak dan Suriah, alias ISIS dan melarang
pengembangan ideologinya di Indonesia. Dikutip dari bbc.co.uk, leputusan
menolak faham ISIS diputuskan dalam rapat kabinet yang dipimpin Presiden
Yudhoyono, seperti dilaporkan wartawan BBC Indonesia, Heyder Affan dari
Kantor Kepresidenan, Senin (04/08) sore.

Pemerintah Indonesia menyatakan, ISIS bukanlah masalah agama melainkan


ideologi atau keyakinan yang dianggap bertentangan dengan ideologi Pancasila.
Indonesia adalah negara yang memiliki beragam budaya, beragam agama, bila
Indonesia turut mendukung gerakan ISIS yang mengatasnamakan agama, maka
5

tindakan Indonesia ini akan dinilai tidak mencerminkan nilai-nilai luhur Pancasila.
Sila pertama, Ketuhanan Yang Maha Esa mewakili seluruh agama yang ada di
Indonesia mulai dari Islam, Kristen, Budha, Hindu hingga Katholik dan mewakili
masyarakat Indonesia yang bertuhan dan menjunjung tinggi apa yang dianutnya,
menjunjung tinggi keberadaan agama lain dan tidak melakukan diskriminasi
terhadap kaum agama minoritas.

Dalam bagian lain keterangannya, Menkopolhukam Joko Suyanto mengatakan,


pemerintah Indonesia akan memblokir situs-situs yang isinya menyebarkan
faham gerakan ISIS, termasuk tayangan video di Youtube. Pemerintah Indonesia
menurut Joko, akan menggelar pula operasi hukum terhadap pendukung ISIS
yang terbukti melakukan kekerasan. Operasi keimigrasian juga akan digelar untuk
mencegah warga Indonesia yang akan bepergian khususnya ke daerah konflik di
Timur Tengah atau maupun ke Asia Selatan.

Namun, walaupun pemerintah telah berupaya keras mencegah agar ISIS tidak
menyebar di Indonesia, akses informasi saat ini yang kian canggih akan
memudahkan untuk masyarakat Indonesia yang menginginkan untuk bergabung
dengan ISIS. Kemungkinan buruk yang dapat terjadi adalah adanya sekolompok
masyarakat yang benar-benar sudah menjadi anggota ISIS lalu melakukan
perekrutan secara sembunyi-sembunyi di Indonesia. Solusinya selalu kembali lagi
dari awal, yaitu keteguhan masyarakat Indonesia untuk mempertahankan
ideologi Pancasila yang dianutnya.

III.

Ideologi ISIS Mengancam Keberagaman Indonesia


Dikutip dari beritasatu.com, ketua Dewan Syura Ikatan Jamaah Ahlul Bait
Indonesia, Jalaluddin Rakhmat menyatakan bahwa ISIS adalah ideologi yang tidak
pro demokrasi dan keberagaman. ISIS hendak merubah ideologi dengan
kekerasan, ISIS tidak setuju dengan demokrasi karena asalnya dari barat.
Menurut beliau, ISIS memiliki empat indikator yang bisa dengan mudah
diidentifikasi sebagai organisasi yang mengancam keutuhan di masyarakat, yaitu
mereka selalu berbicara soal pemurnian agama. Mereka hanya memandang
kelompoknya dan melihat orang di luar mereka sebagai kafir atau tidak beriman.
Mereka juga anti Syiah, malah di Irak mereka menyatakan akan menghabisi
Syiah. Selain itu, mereka juga anti pluralisme.

Pemurnian agama dilakukan karena sebuah agama berjalan dengan tidak


mengacu kepada ajaran yang turun dari Tuhannya secara murni dan otentik. Para
petinggi di agama tersebut merubah isi kitab sucinya dan menyesuaikan dengan
keadaan dan kondisi umatnya pada zaman tertentu. ISIS berpendapat bahwa
Islam saat ini sudah tidak murni, dengan kata lain banyak ajaran-ajaran Islam
yang menyimpang tersebar luas di dunia. Masyarakat Islam di dunia tidak
melakukan hal-hal yang dilakukan oleh Rasulullah pada zaman dahulu, tidak
melakukan Sunnah yang dianjurkan Rasulullah.

ISIS tidak melihat orang di luar kelompoknya sebagai orang yang baik. Mereka
menganggap manusia yang beragama selain Islam adalah kafir dan harus
7

dimusnahkan dari dunia, agar hanya umat Muslim yang dapat hidup di dunia.
Padahal, walaupun dalam ajaran Islam dinyatakan bahwa hanya Islamlah agama
yang diridhai Allah Swt, dengan kata lain Islamlah satu-satunya agama yang
benar, namun bila kita meninjau kembali, di dunia kita hidup dalam
keberagaman dan berbagai perbedaan. Sudah sewajarnya kita saling menghargai
antar perbedaan tersebut, karena itulah yang telah diberikan Tuhan kepada kita,
makhluk-Nya. ISIS melakukan hal yang sebaliknya, mereka anti prulalisme dan
benci dengan perbedaan pendapat bahwa Islamlah agama yang benar dan
agama lain salah, bahwa kita harus memusnahkan semua manusia selain Islam di
muka bumi ini. Dengan pemikiran-pemikiran macam ini, sudah tentu ISIS dapat
mengancam keberagaman masyarakat Indonesia bila praktek penyebaran
ideologinya terus menerus dilakukan.

BAB III: PEMBAHASAN


I.

Pemahaman yang Baik Terhadap Pancasila


Seperti yang penulis singgung di bab Permasalahan, masalah dari buta ideologi
yang ada di Indonesia saat ini adalah pemikiran yang cenderung apatis terhadap
yang terjadi di Indonesia saat ini; apa yang Indonesia sedang lakukan untuk
pembangunan, apa dasar-dasar hukumnya, apa manfaat dan dampaknya, dan
apa yang akan masyarakat kontribusikan terhadap Indonesia sendiri untuk
memajukan pembangunan. Sebagian masyarakat Indonesia saat ini, sayangnya,
lebih memilih untuk menyerahkan semua urusan politik dan ideologi terhadap
kalangan elit dan politisi. Saat para elit dan politisi membuat kebijakan yang
dianggap tidak sesuai keinginan masyarakat, maka langsung terjadilah keributan;
demonstrasi menolak kebijakan pemerintah ada dimana-mana. Mereka tidak
berpikir untuk bangsa; mereka berpikir untuk kenyamanan diri mereka sendiri.
Mereka tidak lagi mengutamakan azas gotong royong dan kekeluargaan yang
Indonesia miliki. Mereka tidak peduli, apa yang akan terjadi dengan negara,
bagaimana kejadiannya, siapa yang membuat negara hingga terjadi kejadian
tersebut, yang penting mereka hidup nyaman dan tentram. Namun, mungkinkah
dapat dicapai kehidupan yang tentram dengan perilaku masyarakat yang acuh
tak acuh? Mungkinkah dapat diraih kehidupan yang sejahtera dengan
masyarakat yang lempar batu sembunyi tangan? Mungkinkah Indonesia akan
maju bila masyarakatnya cenderung tidak peduli dengan kondisi negaranya?

Kembali lagi kepada ideologi, inilah hal yang sangat kritikal dan sensitif yang
perlu masyarakat Indonesia khususnya generasi muda cermati. Ideologi yang
tertanam dengan kuat dalam diri seseorang, akan membuatnya menjadi vested
interest, akan membuatnya menjadi sesuatu yang mendarah daging dan menjadi
kebiasaan yang tidak bisa ditinggalkan orang tersebut. Bila nilai-nilai luhur
Pancasila belum tertanam kuat dan belum mendarah daging di dalam diri kita,
maka jangankan oleh ISIS, bahkan oleh pengaruh buruk dari dalam negeri pun
dapat menggoyahkan kita.

Oleh karena itu, mulai dari sekarang, Pendidikan Pancasila harus tetap
dilestarikan. Bukan hanya dipelajari lalu dilupakan, namun harus segera
diimplementasikan. Setelah membaca Pancasila, segera praktekkanlah nilai-nilai
luhur Pancasila dalam kehidupan sehari-hari. Segalanya dapat dilakukan dari hal
yang kecil, seperti mengamalkan sila pertama: Ketuhanan Yang Maha Esa, yaitu
bisa menerima keberagaman agama dan kepercayaan yang ada di Indonesia
tanpa melakukan diskriminasi dan memandang rendah agama dan kepercayaan
lain. Hal ini akan dibahas lebih lanjut dalam sub bab dua.

II.

Pemahaman yang Baik bahwa ISIS Tidak Sesuai dengan Kultur Indonesia
Indonesia memiliki lima agama yang diakui oleh negara; Islam, Kristen, Katholik,
Hindu dan Budha, serta memiliki beragam kepercayaan masyarakat yang perlu
dilestarikan dan dijunjung tinggi eksistensinya. Mayoritas penduduk Indonesia
adalah Islam, kemudian Kristen, Katholik dan Hindu serta Budha. Empat agama
menduduki posisi minoritas, dimana masyarakat yang menganut agama tersebut
10

tidak terlalu banyak dan tidak tersebar rata di Indonesia. Maka tidak heran,
Indonesia memiliki ribuan tempat ibadah umat Muslim, yaitu masjid dan atau
mushala yang tersebar di seluruh penjuru nusantara, sedangkan tempat ibadah
agama lain jarang ditemui, kecuali di tempat tertentu seperti kompleks yang
dihuni oleh masyarakat Kristen dan sebagainya. Ini menandakan bahwa Islam
berkembang pesat dan menyeluruh di Indonesia.

Menyadari hal tersebut, tentu saja banyak pihak luar yang memiliki ideologi dan
ingin menyebarluaskan ideologinya tertarik untuk mempengaruhi Indonesia
dengan segala propagandanya; ISIS yang menarik perhatian masyarakat Islam di
Indonesia menerangkan tentang pemurnian Islam, tentang Islam yang
sesungguhnya diridhai oleh Allah dan sebagainya. Dengan mengatasnamakan
agama, dan dengan strategi menyebarluaskan ideologi terhadap masyarakat
mayoritas, maka ISIS berharap dapat menambah jumlah pasukan mereka untuk
memerangi orang-orang tidak berdosa lainnya dan menggunakan kekerasan
sebagai tanda bahwa Islam itu kuat, Islam itu kokoh sehingga tidak ada kelompok
lain yang dapat mengalahkannya. Persepsi yang cukup masuk akal, karena
memang apabila kita telah mempengaruhi masyarakat mayoritas, maka dengan
otomatis masyarakat minoritas akan ikut terbawa, kecuali jika masyarakat
minoritas itu memiliki pendirian yang teguh dan kuat terhadap apa yang
dipercayainya. Dengan usaha yang gigih, bukan tidak mungkin ISIS akan
mempengaruhi dan terus menyebarkan ideologi radikalnya.

11

Maka dari itu, dibutuhkan pemahaman yang cerdas, bahwa Indonesia bukanlah
negara agama. Indonesia adalah negara multikultur dimana lima agama, beriburibu adat dan budaya, beribu-ribu suku hidup di dalamnya, dimana perbedaan
adalah

keindahan

yang

dibanggakan

oleh

Indonesia.

Indonesia

tidak

menganakemaskan Islam dan tidak memandang rendah kaum minoritas.


Perkawanan dan persahabatan antar agama, antar etnis di Indonesia adalah hal
yang membanggakan. Kita, sebagai masyarakat yang berbudi luhur, harus
menjunjung sila ketiga Pancasila, Persatuan Indonesia demi seluruh
masyarakat Indonesia dari Aceh sampai Papua dengan segala perbedaan budaya
di dalamnya. Menganggap bahwa seluruh agama itu sama, berhak melakukan
kegiatan keagamaannya, berhak mengajak untuk turut serta menjadi umat dalam
agamanya,

berhak

untuk

beribadah

tanpa

diganggu.

ISIS

memang

mengatasnamakan Islam, namun bagi umat Islam, apakah Islam mengajarkan


kita untuk tidak menghargai setiap individu, setiap kelompok? Apakah Islam
mangajarkan kita untuk membunuh orang yang berbeda keyakinan dengan kita?
Itulah esensi yang harus kita pahami, kembali ke pemikiran awal, yaitu ideologi
Pancasila kita harus kita pegang kuat, harus kita teguhkan dan jadikan darah
daging dalam diri kita.

12

BAB IV: KESIMPULAN


ISIS memang momok yang menakutkan bagi masyarakat dunia, termasuk
Indonesia. Kekerasan dan perilaku radikalnya, membunuh tanpa ampun, menembak
tanpa belas kasihan, membuat kita terluka sekaligus geram dan ingin menghentikan
perbuatan mereka. Namun, alih-alih terlampiaskan, geramnya kita malah justru
membuat ISIS dapat dengan mudah melancarkan aksinya kepada orang lain yang
tidak berdosa, yang akan menjadi korban selanjutnya. Mereka akan lebih mudah
masuk dan mempengaruhi kita saat kita benci terhadap mereka. Untuk itulah,
dibutuhkan pemahaman mengenai ideologi yang harus tertanam kuat pada
masyarakat Indonesia, harus mendarah daging dalam diri bangsa Indonesia agar
sebanyak apapun ideologi masuk dan berusaha mencoba menggantikan Pancasila
dengan yang lain, kita dapat menangkalnya dan tetap memegang teguh Pancasila
sebagai dasar negara dan dasar ketahanan nasional kita.

13

DAFTAR PUSTAKA
BBC, (2014, 11 Agustus). Apakah Ideologi ISIS Bisa Mengancam Keberagaman
Indonesia? Diperoleh pada 1 Januari 2015 dari
http://www.bbc.co.uk/indonesia/forum/2014/08/140811_forum_isis

BBC, (2014, 4 Agustus). Indonesia Larang Penyebaran Ideologi ISIS. Diperoleh pada
1 Januari 2015 dari
http://www.bbc.co.uk/indonesia/berita_indonesia/2014/08/140804_indonesia_lara
ng_faham_isis

Berita Satu, (2014, 5 Agustus). ISIS Menolak Demokrasi dan Keberagaman.


Diperoleh pada 1 Januari 2015 dari http://sp.beritasatu.com/home/isis-menolakdemokrasi-dan-keberagaman/61329

14

Você também pode gostar